You are on page 1of 39

LAPORAN HASIL TUTORIAL

Problem Based Learning 2


BLOK 16

KELOMPOK 1
TUTOR: DR. YULI, SP.KK
DR. LEGIRAN
Kelompok 1

• Andre Saputra • Cynthia Mutiara


• Apriansyah • Maria Ulfa
• Teddy Wijaya • Teddy Wijaya
• Nur Dewi • Deniz Mawarni
• Rani Apriani • Ariyu jiwa
• Lidya Pratiwi • Novita Purnama
• Veronica Yoseva
Skenario
• Mrs. Cek Molek, a-30 year old house wife, was admitted to the emergency
room in Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang with the
complaints: dyspnea, palpitation, and epigastric pain. She thought that she
got a heart attack. She looked very anxious and sweating. These complaints
recurrent 1-3 times monthly.

• She was accompanied by her husband, Lanang Belagak, and he told that his
wife has been suffered these complaints since 2 years ago. At the beginning,
her complaints rather infrequent and then increased from time to time. She
had been consulted with many doctors, starting from General Practitioners in
Puskesmas to internist (specialists of internal medicine). Almost all of
medical examination procedures had been performed to her, such as ECG,
abdominal USGand stomach contrast X ray photos, thoracic X ray photos;
complete blood, urine and feces laboratory examination with result in normal
limit. Although no pathological finding of all those examinations, she still
repeat presented her physical symptoms, and request for more sophisticated
examination,

• Mrs. Cek Molek has been married since 4 years. They love each other and
already have a three-year old son.
Skenario (Informasi Tambahan)

The Result from Physiciatric interview is as follow:

• Mrs. Cek Molek, about 2 years ago, visited her neighbor who died
because of acute cardiac attack. She got the information about the
symptoms of cardiac du=isease, i.e.: frequent palpitations, chest or
epigastric pain and discomfort feeling.

• Several days later, she thought that if she died she would leave her
little son alone and worried that none would take care of him. The bad
thoughts continued, that if she died her little son would get step
mother. Sometimes she aware that the bad thoughts were useless. But
she couldn’t stop it. Those bad thoughts made her depressed and very
anxious and cause palpitation. When she aware that her heart beat
was increasing, she felt epigastric pain.

• Her premorbid personality characterized by: over-concern with


physical attractiveness so her appearance and behavior makes her
easily to get attention, continuing seeking for appreciation by others,
and emotional labile (histrionic personality).
Klarifikasi Istilah
Klarifikasi Istilah
Identifikasi Masalah
1. Mrs. Cek Molek dating ke ER RSMH dengan keluhan dyspnea, palpitation
dan epigastric pain yang berulang, 1 – 3 kali/bulan

2. Dia berpikir, ia mengalami serangan jantung.

3. Dia terlihat cemas dan berkeringat.


4. Menurutnya suaminya :
keluhan ini sejak 2 tahun yang lalu
pada awaknya infrekuen dan kemudian meningkat dari waktu ke waktu.

5. Dia telah berkonsultasi ke banyak dokter mulai dari dokter umum samapai
dokter spesialis penyakit dalam dan hamper semua pemeriksaan dalam
batasan normal.

6. Mrs. Cek Molek telah menikah sejak 4 tahun yang lalu dan memiliki 1 orang
anak (3 tahun).
Analisis Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan kepribadian histrionik ( karakteristik,
psikodinamik dan komorbid)?
2. Bagaimana hubungan antara tetangganya meninggal akibat serangan
jantung dengan perubahan psikologis yang dialamimya?
3. Bagaimana hubungan stres dengan keluhan fisik yang dialami (dyspnea,
palpitation dan epigastric pain)
4. Bagaimana penegakan diagnosis Mrs. Cek Molek?
5. Apa saja Diagnosis Banding dalam kasus ini?
6. Apa Diagnosis Kerjanya?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dalam kasus ini?
8. Bagaimana prognosis dan komplikasinya?
Hipotesis

Mrs. Cek Molek, 30 tahun, mengalami gangguan


somatoform.
Kerangka Konsep
Premorbid
Histrionik

Pikiran-pikiran buruk

Depressed-very anxious

dyspnea, palpitation dan Berulang dan Perasaan terkena


epigastric pain meningkat serangan jantung

Hasil px. normal


UGD
Sintesis >>
Kepribadian Histrionik
A. Karakteristik (PPDGJ III)
• Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a) Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti
bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated);
b) Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh
keadaan;
c) Keadaan afektif yang dangkal dan labil;
d) Terus-menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi
pusat perhatian;
e) Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak
memadai;
f) Terlalu peduli dengan daya tarik fisik.

• Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


Kepribadian Histrionik
B. Psikodinamika Gangguan Kepribadian
Histrionik

Penderita gangguan ini, ketika masa kanak mengalami hubungan


dengan orang tua yang tidak harmonis sehingga kehilangan rasa
cinta. Lalu untuk mempertahankan ketakutan akan kehilangan
yang sangat, dia bereaksi secara dramatis.

Para ahli sosiobudaya menganggap bahwa kesombongan,


dramatisasi, dan egosentrisnya merupakan pembesaran dari sifat
kewanitaannya.
Kepribadian Histrionik
C. Komorbid

Gangguan kepribadian ini mempunyai resiko untuk


terkena major depression, somatization disorder, dan
conversion disorder.

Sering terjadi bersamaan dengan gangguan


kepribadian narcistik, antisosial, dependen.
Tetangga Meninggal dan Perubahan Psikis
Premorbid personality, gangguan kepribadian
histrionik
- emosi labil
-sugestif, mudah dipengaruhi Faktor pencetus,
-suka mendapat perhatian dari stressor
orang lain
Tetangganya
Timbul pikiran-pikiran
meninggal akibat
buruk
acute cardiac
(konflik dalam diri
attack
sendiri)
Penderita sangat merasakan
penyakit orang lain & secara tidak
sadar diidentifikasi pada dirinya
Timbul anxietas &
depresi
Defense mekanisme dari
tubuh
Gagal atau berhasil tapi defense mekanisme tampak
dominan dalam tingkah laku, tampak sebagai konflik
yang terus tak terselesaikan
timbul sebagai gejala
neurotik
Stress dan Symptoms

• Stres adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik


terhadap aksi atau tuntutan atasnya.

• Stres merupakan respon automatik tubuh (adaptif) pada


setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau
emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi
fisis yang optimal suatu organisme.
Stress dan Symptoms
Stress dan Symptoms
Penegakan Diagnosis
DD/

• Dilihat dari gejala-gejala khas untuk tiap gangguan di atas, yang paling
mendekati pada kasus yaitu
“disfungsi otonomik somatoform F45.30 jantung & system
kardiovaskuler”
DK/
Gangguan Somatoform

“ Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala


fisik dimana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat.”
Epidemiologi

• Penyakit ini sering didapatkan, berkisar antara 2-20 dari


1000 penduduk. Lebih banyak pada wanita. Pasien pada
umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang banyak.
Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun.

• Sebelumnya pasien telah banyak mendapat diagnosis,


makan banyak obat, dan banyak menderita alergi.
Etiologi

• Faktor genetik dan lingkungan pada subtipe gangguan


somatisasi

• Alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan, intoksikasi


obat, dll.
Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnostik Berdasarkan PPDGJ III:

• Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik


yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah
dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang
menjadi dasar keluhannya

• Penderita juga menolak dan menyangkal untuk membahas


kemungkinan kaitan antara keluhan fisik dengan problem atau
konflik dalam kehidupannya, bahkan meskipun didapatkan gejala-
gejala anxietas dan depresi.

• Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai


kemungkinan penyebab keluhan-keluhannya menimbulkan frustasi
dan kekecewaan pada kedua belah pihak.
Gangguan Somatoform

1. Gangguan somatisasi
(F45.0)
2. Gangguan somatoform tidak terinci
(F45.1)
3. Gangguan hipokondrik
(F45.2)
4. Disfungsi otonomik somatoform
(F45.3)
5. Gangguan nyeri somatoform menetap
(F45.4)
6. Gangguan somatoform lainnya
(F45.8)
7. Gangguan Somatoform YTT
Disfungsi Otonomik Somatoform [F 45.3]

Diagnosis pasti membutuhkan semua hal berikut:

• Adanya gejala-gejala bankitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat,


tremor, muka panas/ “flushing”, yang menetap dan mengganggu

• Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu


(gejala tidak khas)

• Preokupasi dengan dan penderitaan (disteress) mengenai kemungkinan


adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau
organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang,
maupun penjelasan-penjelasan dari para dokter

• Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi


dari sistem atau organ yang dimaksud
Karakter kelima

F45.30 = Jantung dan sistem kardiovaskular


F45.31 = Saluran pencernaan bagian atas
F45.32 = Saluran pencernaan bagian bawah
F45.33 = Sistem pernapasan
F45.34 = Sistem genito-urinaria
F45.38 = Sistem atau organ lainnya
Gangguan Somatoform Spesifik DSM-IV

1. Gangguan Somatisasi
2. Gangguan Konversi
3. Hipokondriasis
4. Gangguan Dismorfik Tubuh
5. Gangguan Nyeri
6. Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan
Kriteria Diagnostik Gangguan Somatisasi

• Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun


yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan
terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.

• Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual


yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
▫ Empat gejala nyeri
▫ Dua gejala gastrointestinal
▫ Satu gejala seksual
▫ Satu gejala pseudoneurologis
Kriteria Diagnostik Gangguan Somatisasi

• Salah satu (1)atau (2):


▫ Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis
umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya
efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
▫ Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan
sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa
yang diperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau
temuan laboratorium.

• Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti


gangguan buatan atau pura-pura).
Penatalaksanaan
• Pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual
• Obat-obat psikofarmako; untuk kelaian medis yang ditemukan +
simptomatis
• Olahraga , makan , tidur, hobby secara teratur
• Psikoterapi → hubungan baik, beri kesempatan mengutarakan
konfliknya daari hatinya.
• Melakukan re-edukasi→meluruskan pendapat-pendapat pasien yang
salah, member keyakinan pengertian tentang sebab-sebab
penyakitnya.
• Menekankan kembali komitmen agama dan pengamalannya
• Pengobatan pendukung → perbaiki kondisi sosial ekonomi,
kebutuhan RT dan pekerjaan, menolong menunkukkan jalan keluar
(saran).
• Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri dengan likungan.
Skema Penatalaksanaan
gg.
psikosomatik

Gejala Gejala psikiatri


fisik
Terapi Gejala Gejala
farmakologik
1 mggu cemas depresi
Sembuh Anxiolytic Anti
s dpresi
psikotera psikotera
pi pi
Ya Tidak 1 bln
Tenang
Follow Rujuk
up
ya tidak

tappering off
lanjutkan Rujuk
psikoterapi
Medikamentosa
• Anxiolytics
▫ Benzodiazepin
Diazepam (10-30 mg/hari, 2-3x sehari)
Lorazepam (2-3x sehari)
Aprazolam (3x0,25-0,5 mg/hari)
▫ Non-Benzodiazepin
Sulpirid (100-200 mg/hari)
Buspiron (15-30 mg/hari)

• Antidepressant
▫ SSRI Sertralin, Paroksetin, Fluoksetin, Fluvoksamin
▫ Trisiklik Fenotiazine
▫ RIMA (Reversible Inhibitor y Monoamin Oxidase)
Moklobemid
Psikoterapi suportif
Psikoterapi merupakan cara pengobatan terhadap gangguan mental
emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, perilaku agar
terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.

Tujuan:
• Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
• Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi kontrol diri
• Meningkatkan kemampuan adaptasi dengan lingkungan.

Indikasi : Semua gangguan jiwa


Psikoterapi suportif
1. Ventilasi ;
• memberi kesempatan selus-luasnya pada pasien untuk mengemukakan isi
hatinya agar ia merasa lega dan keluhanya akan berkutrang.
• sikap terapis ; pendengar yang baik dan penuh perhatian
• topik pembicaraan ; permasalahan yang jadi stress utama
6. Persuasi
• menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang
timbul akibat cara berpikir,perasaan , sikap terhadap masalah yang
dihadapinya.
• Terapist: membangun,ubah, kuatkan impuls tertentu yang masuk akal dan
sesuai hati nurani. Serta jelaskan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang
• -Topik ; Ide dan kebiasaan pasien yang mengarah pada terjadinya gejala.
11. Psikoterapi
• meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi
masalah yang dihadapinya.
• therapist; yakinkan secara tegas dan tunjukan hal yang telah dicapai pasien
• topic ; pengalaman pasien yang berhasil nyata
Psikoterapi suportif
4. Sugestif
• menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala akan hilng.
• terapis; yakinkan tegas bahwa gejla akan hilang
• -topik; gejala-gejala bukan karena kerusakan organic /fisik,

10. Bimbingan
• nasehat yang penuh wibawa dan penertian
• terapis; nasehat
• -topik; cara hubungan antar manusia , cara komunikasi, cara bekerja dan
belajar yang baik

16. Penyuluhan dan Konseling


• bantu pasien mengerti dirinya sendiri secara baik agar ia dapat
menyelesaikan masalahnya dan menyesuaikan diri
Prognosis
Pada kasus, berdasarkan diagnosis multiaksial :
Skenario
Skenario

You might also like