You are on page 1of 64

Skenario C Blok 20 Tahun 2013

Mrs.Cek Ela, a 30-year-old housewife, was admitted to the emergency room in mental
hospital (RSEB) Palembang with attempted suicide. She looked very depressed and
sometimes cried without any particular reason.
Her family mentioned that there were changes in her behavior since 2 years ago. She
gradually became more and more withdrawn to herself and preferred to stay in her room all
day long
One year ago, she complained about her hearing voices such as a conversation or
sometimes the voice commenting on her, while the person didn’t exist. Letter on, the voice
became more disturbing commanding her to do something which was difficult or impossible
to refuse. The last command forced her to hurt herself.
The premorbid personality was schizoid and after the age of 20 years it was clear that
her personality became more annoying especially to her family and also the neighbors. She
became isolated and no social interaction at all. In the last one year, she became more
deteriorated, lacked of self care and couldn’t do house chores. Her speech was limited and the
sentences were very disorganized.
According to her family there was no stressor before these behavioral changes
happened.
In autoanamnesis the patient was very quiet, sometimes cried and difficult to answer
the question. Her answers were in one or two words, not so clear and sometimes she refused
to talk at all.

Summary of Psychiatric Examination:


The Psychopathologies of this patient are poor discriminative insight, command auditoric
hallucination, autism, anxiety, and association disorder sch as incoherence and hemmung.
The conclusion is the reality testing ability of this patient is really disturbed.

Additional information:
The patient has good marital history, no history of schizophrenia or affective disorders in the
family, the level of intelligence is within the normal range, no stressor during the last 12
months and the GAF scale is around 40-31 at the moment of examination.
Physical examination: no abnormality is found
Klarifikasi Istilah
1. Depresi adalah merendahnya corak perasaan
2. Schizoid adalah merujuk pada salah satu dari berbagai karakteristik terkait
schizophrenia, termasuk ciri-ciri yang dianggap mengindikasikan predisposisi
terhadap schizophrenia serta gangguan-gangguan selain schizophrenia yang dialami
oleh anggota keluarga sebagai pengidap schizophrenia atau lowering feeling tone
yang dirasakan sebagai suatu kesedihan yang sering kali ditemukan dalam keluarga
schizophrenia
3. Premorbid adalah terjadi sebelum berkembangnya penyakit
4. Isolasi adalah menarik diri dari dunia luar
5. Disorganisasi adalah tidak terstruktur atau ketidakteraturan
6. Insight adalah kewaspadaan dan pemahaman penderita pada diri sendiri mengenai
sikap perasaan perilaku dan gejala yang mengganggu
7. Halusinasi adalah penginderaan yang tidak berdasar atas kenyataan objektif
8. Autism adalah pemikiran/ perilaku yang bersifat subjektif yang tidak bisa dikoreksi
oleh informasi dari luar
9. Anxiety adalah suatu perasaan tidak menyenangkan yang ditandai oleh ketegangan,
cemas, khawatir, seperti ada suatu malapetaka yang akan terjadi
10. Incoherence adalah gangguan arus pikir yang menyebabkan penderita memiliki jalan
pikiran atau pembicaraan yang sukar atau tidak dapat dimengerti dan diikuti karena
adanya asosiasi longgar yang berat
11. Hemung adalah pikiran terhambat karena adanya retardasi pikiran
12. Schizopherina adalah gangguan mental atau sekelompok gangguan yang ditandai
dengan kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran dalam mood, dalam perasaan dirinya
dan hubungan dengan dunia luar, dan dalam tingkah laku
13. Gangguan Affektif adalah kelainan fundamental, terjadinya suasana perasaan
(mood/affect) biasanya ke arah depresi ( dengan atau tanpa anxietas yang
menyertainya) atau kearah elasi (perasaan yang meningkat)
14. GAF scale adalah global Assesment Functioning, adalah skala penentuan dalam
menilai derajat kemampuan seseorang yang sudah diakui secara luas
15. Attempted suicide adalah percobaan bunuh diri (preokupasi)
Identifikasi masalah:
1. Cek Ela 30 tahun dibawa ke mental hospital karena percobaan bunuh diri, dia terlihat
depresi dan menangis tanpa alasan yang pasti
2. Perilaku premorbid: sudah schizoid, umur 20 tahun sudah mengganggu bagi
keluarganya, dia mengisolasi diri dan tidak ada interaksi sosial
3. Sejak 2 tahun yang lalu terjadi perubahan sikap yang secara bertahap mulai
menyendiri dan suka berada di kamar nya sepanjang hari
4. 1 tahun yang lalu, dia mendengar suara-suara yang berkomentar kepadanya namun
tidak ada orang dan makin lama suara semakin mengganggu dan memerintahkan dia
untuk melakukan suatu yang sulit untuk ditolak. Dia pun dipaksa untuk melukai
dirinya, kondisi semakin memburuk, tidak bisa mengurus dirinya sendiri dan
melakukan pekerjaan rumah, perkataannya terbatas dan kacau
5. Berdasarkan keluarga, tidak ada stressor, autoanamnesis pasien sangat diam,
menangis dan sulit menjawab pertanyaan, jawabannya tidak jelas dan menolak
menjawab pertanyaan
6. Pemeriksaan Psikiatrik
7. Informasi tambahan

Analisis Masalah
1. Cek Ela 30 tahun dibawa ke rumah sakit jiwa karena percobaan bunuh diri, dia
terlihat depresi dan menangis tanpa alas an yang jelas
a. Jelaskan makna klinis dari percobaan bunuh diri yang!
Jawab:
Beck (dalam Salkovskis, 1998) mendefinisikan percobaan bunuh diri
sebagai sebuah situasi dimana seseorang telah melakukan sebuah perilaku yang
sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup dengan intensi menghabisi
hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi belum berakibat pada
kematian.

Faktor Penyebab Bunuh Diri


Bunuh diri bukanlah merupakan satu hal tetapi terdiri dari banyak
fenomena yang tumpang tindih. Oleh sebab itu, tidak ada satupun kasus bunuh diri
yang memiliki etiologi yang sama (Maris dkk.,2000). Schneidman menyebut
bunuh diri sebagai hasil dari “psychache”. Psychache merupakan rasa sakit dan
derita yang tidak tertahankan dalam jiwa dan pikiran. Rasa sakit tersebut pada
dasarnya berasal dari jiwa seseorang ketika merasakan secara berlebih rasa malu,
rasa bersalah, penghinaan, kesepian, ketakutan, kemarahan, kesedihan karena
menua, atau berada dalam keadaan sekarat (dalam Maris dkk., 2000). Di samping
itu, Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri berada di otak,
akibat kurangnya tingkat 5-HIAA (5-hydroxyindole acetic acid), reseptor post-
sinapsis, dan pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000).
Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri (Maris, dalam Maris
dkk.,2000; Meichenbaum, 2008) :
1. Major-depressive illness, affective disorder
2. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
3. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
4. Sejarah percobaan bunuh diri
5. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
6. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
7. Hopelessness dan cognitive rigidity
8. Stresor atau kejadian hidup yang negative (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)
9. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
10. Rendahnya tingkat 5-HIAA
11. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia
global, halusinasi perintah)
12. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan
bunuh diri)
13. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
14. Penyakit fisik dan komplikasinya
15. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas

Penjelasan Bunuh Diri


1. Penjelasan Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk
penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan
pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180
degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang
atau objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan
bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia
merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum
atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu
mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan
untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif
diri terjadi.
Penjelasan kedua memandang masalah bunuh diri pada dasarnya adalah
masalah kognitif. Pada pandangan ini, depresi merupakan faktor kontribusi yang
sangat besar, yang khususnya diasosiasikan dengan hopelessness. Fokus
pandangan ini terletak pada penilaian negatif yang dilakukan oleh suicidal person
terhadap diri, situasi sekarang, dunia, dan masa depan. Sejalan dengan penilaian
ini, pikiran yang rusak muncul. Pikiran ini seringkali otomatis, tidak disadari, dan
dicirikan oleh sejumlah kesalahan yang mungkin. Beberapa diantaranya begitu
menyeluruh sehingga membentuk distorsi-distorsi kognitif.Beck (dalam Pervine,
2005) memperkenalkan model kognitif depresi yang menenkankan bahwa
seseorang yang depresi secara sistematis salah menilai pengalaman sekarang dan
masa lalunya. Model ini terdiri dari 3 pandangan negatif mengenai diri, dunia, dan
masa depan. Dia memandang dirinya tidak berharga dan tidak berguna,
memandang dunia menuntut terlalu banyak darinya, dan memandang masa depan
itu suram. Ketika skema kognitif yang disfungsional (automatic thoughts) ini
diaktifkan oleh kejadian hidup yang menekan, individu beresiko melakukan bunuh
diri.
Penjelasan ketiga menyatakan bahwa perilaku bunuh diri itu dipelajari.
Sebagai tambahan, Jamison (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengemukakan
bahwa psikopatologi adalah elemen paling umum pada perilaku bunuh diri. Dia
percaya bahwa sakit mental memainkan suatu peranan penting pada perilaku
bunuh diri. Beberapa kondisi psikopatologis yang difokuskannya adalah mood
disorder, schizophrenia, borderline dan antisocial personality disorder, alkoholik,
dan penyalahgunaan obat-obatan.
2. Penjelasan Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis
yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada
gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan
perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh
diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga
yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga
saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung
dengan perilaku bunuh diri
3. Penjelasan Sosiologis
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan masyarakatnya,
yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan
masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim (dalam Corr, Nabe, &
Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu:
1. Egoistic Suicide
Inidividu yang bunuh diri di sini adalah individu yang terisolasi
dengan masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement
dan underintegration
2. Altruistic Suicide
Individu di sini mengalami overinvolvement dan overintegration.
Pada situasi demikian, hubungan yang menciptakan kesatuan antara
individu dengan masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan
bunuh diri yang dilakukan demi kelompok.
3. Anomic Suicide
Bunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur
anggotanya. Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya
(misalnya hasrat terhadap materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika
masyarakat gagal membantu mengatur individu karena perubahan yang
radikal, kondisi anomie(tanpa hukum atau norma) akan terbentuk. Individu
yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan mempersepsikannya sebagai
kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan melakukan bunuh diri.
Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak oleh kelompok
teman sebayanya.
4. Fatalistic Suicide
Tipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari anomic suicide,
dimana individu mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat.
Misalnya ketika seseorang dipenjara atau menjadi budak

Pada kasus, kemungkinan penyebab dari percobaan bunuh diri yang


dilakukan oleh Cek Ela adalah karena depresi. Selain itu faktor yang
menyebabkan seseorang mengalami percobaan bunuh diri tadi salah satunya
adalah key symptoms yang pada kasus adalah adanya suatu halusinasi perintah.

b. Jelaskan Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang depresi!


Jawab:
- Usia  onset awal lebih sering terjadi pada dewasa muda)
- Status sosioekonomi  orang yang memiliki status sosioekonomi rendah
lebih memiliki resiko yang lebih besar untuk menjadi depresi
- Status pernikahan  orang yang bercerai memiliki faktor yang lebih berat
dibandingkan yang tidak bercerai atau belum menikah
- Jenis kelamin  wanita 2 kali lebih beresiko karena perbedaan hormonal,
biologis, dan tingkat stress
- Faktor genetic
- Faktor biokimia dan abnormalitas otak  adanya gangguan di area prefrontal
yang terlibat dalam gangguan mood
- System neuroendokrin  aksis hipotalamik pituitary adrenokortikal bekerja
terlalu aktif dalam kondisi depresi

c. Bagaimana ciri-ciri orang yang depresi?


Jawab:
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku)
seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai
perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang
menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan
berkurangnya aktivitas.
Gejala Depresi (Symptoms of Depression)
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis,
gejala fisik & sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang
minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi
pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Berikut ini beberapa gejala
dari depresi :
 Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosong
 Perasaan putus asa dan pesimis.
 Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga.
 Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah
dinikmati.
 Penurunan energi dan mudah kelelahan.
 Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.
 Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan.
 Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan
bahkan penambahan berat badan secara drastis.
 Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri
 Gelisah dan mudah tersinggung
 Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap
pengobatan, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis
Pada umumnya gejala depresi antara lain murung, sedih berkepanjangan,
sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
konsentrasi dan menurunnya daya tahan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV – Text Revision (DSM IV-
TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan
depresi jika: A. Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua
minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya
salah satu gejala harus  emosi depresi atau  kehilangan minat atau kemampuan
menikmati sesuatu.
1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir
setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa)
atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua
kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai
oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan
lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati
oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa
lambat)
6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit
membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati),
berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau
usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri

d. Sebutkan Klasifikasi depresi!


Jawab:
Penggolongan Depresi
Klasifikasi depresi menurut DSM IV (Diagnostic and Stastistical Manual of
Mental Disorders) yaitu :

1. Gangguan depresi mayor unipolar dan bipolar


2. Gangguan mood spesifik lainnya
 Gangguan distimik depresi minor
 Gangguan siklotimik depresi dan hipomanik saat ini atau baru saja berlalu
(secara terus-menerus selama 2 tahun).
 Gangguan depresi atipik
 Depresi postpartum
 Depresi menurut musim
3. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan gangguan depresi akibat zat.
4.Gangguan penyesuaian dengan mood : depresi disebabkan oleh stresor
psikososial (Amir, 2005)

e. Jelaskan hubungan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap gangguan yang
dialami !
Jawab:
Jenis kelamin : awitan terjadi lebih dini pada pria dibandingkan wanita
usia : awitan dibawah 10 tahun dan diatas 60 tahun sangat jarang, hampir 90%
yang menjalani pengobatan berusia 15-55 tahun
- Banyak terjadi pada usia produktif (15-54 tahun)

- ♀=♂

- Onset skizofrenia pada ♂ lebih awal daripada ♀, yaitu pada usia 15-25
tahun, sedangkan ♀ 25-35 tahun
- ♂ lebih banyak mengalami gejala negative

- ♀ mempunyai hasil akhir penyakit yang lebih baik

- ♀ mempunyai fungsi sosial yang lebih baik

2. Perilaku premorbid sudah schizoid, setelah umur 20 tahun, sudah mengganggu bagi
keluarga dan tetangganya, dia mengisolasi diri dan tidak ada interaksi social
a. Jelaskan ciri-ciri schizoid!
Jawab:
Menurut David & Neale dalam Nida UI Hasanat, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan tidak menikmati
hubungan sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang dengan gangguan ini
tampak tidak menarik karena tidak memiliki kehangatan terhadap orang lain dan
cenderung untuk menjauhkan diri. Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak
tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan (2004 : 5).
Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan
atau harapan untuk ikatan dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat
kehidupan orang tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan
pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain.
Kehidupan seksual mereka mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan
mereka mungkin menunda kematangan seksualitas tanpa batas waktu tertentu.
Mampu menanamkan sejumlah besar energi afektif dalam minat yang bukan
manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik
pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada
kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan
memberikan suatu gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan & Saddock, 1997 : 250).

Berdasarkan PPDGJ III, Gangguan kepribadian Skizoid adalah gangguan


kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut :
a) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
b) Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment)
c) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain
d) Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
e) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
f) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
g) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
h) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti
itu
i) Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan setidaknya 3 dari yang diatas

b. Sebutkan faktor yang menyebabkan schizoid !


Jawab:
faktor seperti faktor biologi, genetik (walaupun faktor ini sedikit
kemungkinannya), riwayat pengalaman individu dalam keluarga. Gangguan-
gangguan ini dapat juga disebabkan oleh turunan dari anggota keluarga yang
menderita schizophrenia. Faktor hereditas juga memberikan kontribusi
berkembangnya gangguan kepribadian obsessive-compulsive.
Kemunculannya gangguan kepribadian antisosial diperkirakan disebabkan
oleh pengalaman trauma masa kecil yang disebabkan oleh permasalahan keluarga
dengan kekerasan. Anak dengan orangtua pengguna alkohol dan anak yang
pengalami penolakan dari orangtua mempunyai resiko terhadap pembentukan
gangguan kepribadian antisosial.
a. Psikodinamik
Ahli-ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa schizoid dibangun melalui
hubungan ibu dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar
untuk member atau menerima kasih sayang (Blueler, 1942; Klien, 1952).
Anak ini menunjukkan bahwa hubungan dan emosi-emosi sebagai hal yang
berbahaya dan selanjutnya mereka berdua tetap jauh dari orang lain dan juga
perasaan-perasaan mereka sendiri.
b. Behavioral
Saat kecil, kemungkinan besar orang schizoid tidak diakui dan dicintai oleh
orang tua atau lingkungannya, cenderung diabaikan, mengalami pembedaan
sikap (missal, dengan kakaknya), dan sering mengalami cemoohan dari
sekitarnya.
c. Cognitive
Para ahli kognitif menggambarkan gaya berpikir dari orang schizoid sebagai
orang yang tidak memperbaiki diri (improverished) dan tidak responsive
terhadap tanda-tanda yang menunjukkan emosi (Beck & Freeman, 1990).
Daripada memiliki perangkat keyakinan khusus yang mengarahkannya pada
salah tafsir atas situasi dengan cara yang spesifik, orang schizoid lebih tampak
sebagai orang yang memiliki minat terhadap kehidupan di sekliling mereka,
namun dapat mengakui secara intelektual bahwa orang lain mengalami situasi
yang berbed dengan mereka. Hasilnya mereka cenderung lemah dan tidak
ekspresif, sehingga keterampilan sosialnya rendah.
d. Humanistic
Orang dengan schizoid sering memandang diri mereka seperti boneka, android
(robot), atau budak. Hal ini karena mereka tidak memiliki tujuan hidup dan
self concept yang rendah.
e. Interpersonal
Orang dengan tipe schizoid adalah penyendiri, kurang teman dan menghindar
dari lingkungan. Hal itu karena mereka tidak nyaman dan tidak tertarik
membangun hubungan sosial.

c. Apa yang menyebabkan keadaan schizoid pasien bertambah berat (perjalanan


penyakit, hubungkan dengan usia)!
Jawab:
defense mechanism yang lemah mengakibatkan keadaan schizoid pasien
bertambah bertambah berat dan mungkin tidak ada tindakan dari keluarga untuk
memperbaiki keadaan saat schizoid juga bias sebagai penyebab.

d. Mengapa pasien schizoid mengisolasi diri dan tidak ada interaksi social?
Jawab:
Maknanya :
 Isolasi social merupakan salah satu bentuk respon maladaptive
(individu menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan
dengan norma-norma sosial, agama dan kebudayaan suatu tempat ).
Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.
 Perjalanan gangguan skozofrenia itu terdiri dari tiga fase : fase
prodormal, fase aktif gejala dan fase residual . Mrs. Cek ela Menarik
diri dari pergaulan; makin mengisolasi diri dan tak ada interaksi sosial
sama sekali hal itu menunjukan bahwa cek ela sedang mengalami fase
prodromal yang mana pada fase prodromal ditandai dengan deteriorasi
yang jelas dalam fungsi kehidupan, sebelum tergangguannya fase aktif
gejala,dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan
penggunaan.Individu yang mengalami fase prodormal itu dapat
berlangsung dalam beberapa minggu, bulan hingga bertahun tahun
sebelum gejala lain memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia. Semakin
lama fase prodromal semakin jelek prognosisnya
 Isolasi dan tak ada interaksi social sama sekali ini merupakan symptom
negative dari schizophrenia dimana hal ini diakibatkan oleh disfungsi /
gangguan pada jalur mesocortical. Pada jalur mesokortikal, lebih
banyak reseptor 5HT2A (yang berfungsi untuk menghambat pengeluaran
dopamine) daripada reseptor D2, sehingga hipofungsi dopamine terjadi.
Jalur mesokortikal yaitu dari Ventral Tegmental Area menuju ke
prefrontal cortex. Sistem ini mengatur fungsi eksekusi dan kognisi
pada bagian Dorsolateral Prefrontal Cortex (DLPFC), serta fungsi
emosi dan afek pada bagian Ventromedial Prefrontal Cortex (VMPFC).
 Jadi dalam kasus ini, disfungsi/hipofungsi jalur ini menyebabkan
terjadinya gejala negatif dan kognitif pada penderita Skizofrenia.
Gejala negatifnya baik itu rasa depresi, menangis tanpa alasan yang
jelas, cemas, menarik diri (apatis, terisolasi dan tidak ada interaksi
sosial), sulit menjaga diri dan melakukan pekerjaan rumah.

3. Sejak 2 tahun yang lalu terjadi perubahan sikap secara bertahap mulai menyendiri dan
suka berada di kamar nya sepanjang hari
a. Jelaskan Makna klinis perubahan sikap secara bertahap mulai menyendiri dan
suka berada di kamar nya sepanjang hari!
Jawab:
Menarik diri dan mengurung diri didalam kamar sepanjang hari (tidak ada
interaksi sosial) hal itu menunjukan bahwa pasien sedang mengalami fase
prodromal yang ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan,
sebelum terganggunya fase aktif gejala,dan tidak disebabkan oleh gangguan afek
atau gangguan penggunaan.
faktor yang menyebabkan sehingga seseorang menarik diri dari pergaulan sosial.
Faktor-faktor itu antara lain:
 Tidak percaya diri dalam kehidupan sosial. Seseorang yang menarik dari
dari kehidupan sosial karena merasa dirinya kurang dapat diterima oleh
kelompok, merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa yang bisa
ditonjolkan, berprasangka bahwa dia kurang bisa diterima oleh lingkungan
sosial adalah faktor utama dan alasan yang terbanyak mengapa seseorang
menarik diri dari pergaulan sosial. Termasuk dalam kelompok ini adalah
penyandang cacat fisik, orang-orang dengan krisis PD (percaya diri), orang
dengan persepsi sosial negatif dan lain-lain.
 Membutuhkan kehidupan privasi yang lebih besar. Fenomena ini banyak
ditemukan dalam lingkungan perkotaan. Orang-orang tidak saling mengenal
satu sama lain, walaupun itu masih dalam kategori tetangga. Apalagi struktur
perumahan yang tertutup dan kesibukan masing-masing, sehingga interaksi
sosial tidak terjalin. Fenomena kehidupan ini lebih banyak berpengaruh pada
anak-anak dengan masa perkembangan, dimana anak akan belajar memahami
kehidupan sosial, belajar berempati dengan penderitaan orang lain. Jika pada
tahap perkembangan anak ini terganggu, maka bisa diprediksi, anak akan
mengalami penyimpangan perilaku dalam kehidupan sosial.
Selain fenomena kehidupan lingkungan perkotaan, orang-orang yang
membutuhkan dengan tingkat privasi lebih besar adalah individu yang tumbuh
dalam keluarga menengah keatas. Individu yang tumbuh dalam lingkungan
menengah keatas akan mengembangkan sikap individulis dan rasa terhadap
kebutuhan sosial akan rendah.
 Idealisme pribadi tidak sejalan dengan nilai sosial. Ini lebih banyak di
ditemukan pada para pemikir, filosof, ataupun Nabi sekalipun. Mereka
menganggap, masyarakat sudah sakit, sehingga tatanam kehidupan sosial
harus diperbaiki. Jika idelaisme yang dipegang bisa merubah masyarakat
secara umum, maka individu tersebut menjadi idola dalam masyarakat. Lain
halnya, jika idealisme yang dipegang tidak pernah sejalan atau diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat, maka menarik diri dari pergaulan sosial tidak
bisa dihindarkan. Menarik diri dari kehidupan sosial dalam bentuk ini, pada
dasarnya akan membuat sakit secara personal, karena akan menumbuhkan
pemikiran-pemikiran yang ekstrim, yang sudah jauh dari realita kehidupan
sosial setempat.
Kehidupan sosial, jangan hanya dilihat dalam bentuk interaksi
pemenuhan kebutuhan, tetapi, merupakan sarana terapi untuk menjaga
tingkahlaku normal agar tetap sesuai dengan norma-norma sosial. Memang
terkadang, nilai sosial tidak sesuai dengan harapan pribadi, tetapi bukan
menjadi alasan menarik diri secara sosial, karena akan lebih berbahaya lagi
secara pribadi, karena akan mengambangkan sikap yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai masyarakat setempat. Menyendiri memang adalah sebuah
kebutuhan pribadi untuk intropeksi dan berpikir sejenak untuk menjalani
kehidupan sosial.

4. 1 tahun yang lalu, dia mendengar suara-suara yang berkomentar kepadanya namun
tidak ada orang dan makin lama suara semakin mengganggu dan memerintahkan dia
untuk melakukan suatu yang sulit untuk ditolak. Dia pun dipaksa untuk melukai
dirinya, kondisi semakin memburuk, tidak bisa mengurus dirinya sendiri dan
melakukan pekerjaan rumah, perkataannya terbatas dan kalimatnya kacau
a. Jelaskan Makna klinis dari:
1. Halusinasi auditori
Jawab:
Mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol merupakan salah
satu jenis halusinasi yakni halusinasi auditori. Pasien seakan-akan mendengar
suara mengomentari perilaku pasien; atau saling mendiskusikan pasien; atau
suara halusinasi lain yang berasal dari bagian tubuh tertentu.
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan halusinasi auditori:
 Schizophrenia (halusinasi ini timbul pada sekitar 70% penderita)
 Lesi pada batang otak (yang sering diakibatkan strokes);
 Tumor kepala
 Encephalitis
 Abscesses otak
 Kehilangan pendengaran
 Aktivasi epilepsi
 Wake-initiation of lucid dreams (WILD)
 15% pasien dengan gangguan mood (mood disorders) seperti mania or
depression dapat terjadi halusinasi auditori.
 
Klasifikasi
 Musical hallucination (Halusinasi musik)
 Command hallucination (Halusinasi perintah)
 Arguing hallucination (Halusinasi pendapat/komentar)
Kemungkinan penyebab halusinasi auditori:
Teori dasar halusinasi :
 Topological theories
Menjelaskan bahwa halusinasi timbul akibat ketidak-normalan
aktivitas otak. Sebagai contoh, pada halusinasi auditori terjadi aktivasi
abnormal pada regio visual dan auditori otak. Stimulasi elektrik juga
dapat menimbulkan keabnormalan aktivotas otak seperti yang terjadi
pada evaluasi presurgical pada pasien epilepsy.
 Hodological theories
Teori ini menekankan bahwa halusinasi dapat timbul akibat perubahan/
gangguan pada jalur koneksi antar region otak. Sebagai contoh, pada
pasien schizophrenia studi brain imaging menemukan perubahan dan
gangguan pada aktivitas di jalur koneksi pada lobus frontalis dan
temporalis.
 Ffytche hypothesis
Ffytche menyimpulkan bahwa halusinasi tidak dapat timbul melalui
mekanisme hodological atau topological yang berdiri sendiri,
halusinasi dapat timbul bila terdapat kombinasi antara kedua teori itu.

Mengapa bentuk halusinasi auditorinya mendesak dan menyalahkan


dirinya ?
– Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan gangguan
mental pasien. Sebagai contoh, command hallucination merupakan
bentuk perwujudan isi hati dan ketakutan pasien ketika bersosialisasi,
sifat over-sensitive terhadap tanggapan orang lain yang belum tentu
negative dan kecendrungan untuk menyalahkan diri sendiri akan
kegagalannya dalam bergaul.
– Suara serta jenis kata-kata yang muncul pada saat halusinasi diduga
ditentukan oleh memory pasien, segala macam memori kejadian,
memori suara yang pernah didengar pasien ter-recall kembali pada saat
serangan.
– Namun jenis command yang muncul dapat juga diciptakan oleh pasien
sendiri tanpa adanya suatu memori command tersebut.
2. Kondisi memburuk tidak bisa mengurus dirinya sendiri serta tidak bisa
melakukan pekerjaan rumah
Jawab:
Penderita Skizofrenia mengalami kerusakan yang parah sehubungan
dengan fungsi mentalnya, dimana penderita skizofrenia tidak dapat
mengendalikan dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan terutama yang
menimbulkan konflik dari realitas yang dihadapinya. Kemudian penderita
skizofrenia akan menarik dirinya ke dalam dunia fantasinya sehingga adat-
istiada, kebiasaan sosial dan perawatan diri tidaklah lagi dihiraukan oleh
penderita. (Loebis, 1993).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya gangguan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Pada Skizofrenia terdapat gejala-gejala positif dan negative. Gejala
positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada, namun
pada pasien Skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala yang
bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan
pembicaraan, dan perubahan perilaku (Kaplan& Sadock, 2004).
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu,
seperti perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan gembira,
menarik diri, ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial,
serta kurangnya motivasi untuk beraktivitas (Kaplan & Sadock, 2004).
Menurunnya perawatan diri dan tidak lagi mau melakukan pekerjaan rumah
pada kasus ini termasuk pada gejala negative dari Skizofrenia.

Mekanismenya
Terjadinya perubahan atau gangguan neurotransmitter  produksi dopamine
dan serotonin serta keterlibatan sistem noreprinefrin. Pengingkatan aktivitas
dipamin  memberikan stimulus pada sistem nigostriatal, mesolimbik,
mesokortikal, dan traktus tuyberoinfundibula  keterlibatan neurodopamin
reseptif  mempengaruhi terutama pada sistem mesokortikal  gangguan
emosi  timbul gejala negative  gangguan mood, afek, dan fungsi sosial 
respon emosional yag menurun terhadap perawatan diri dan penarikan diri dari
sosial

3. Bicara terbatas dan sangat kacau


Jawab:
Inkoheren merupakan cirri yang paling khas pada schizophrenia. Hal ini
dimungkinkan karena terjadi gangguan pada sistem dopaminergik jalur
mesocortical. Jalur ini berperan dalam attention, motivasi individu, dan sistem
reward. Ada gangguan pada jalur ini dapat menimbulkan gangguan berupa
inkoherensi, disorganized speech.

5. Berdasarkan keluarga, tidak ada stressor, auto anamnesis pasien sangat diam,
menangis dan sulit menjawab pertanyaan, jawabannya tidak jelas dan menolak
menjawab pertanyaan
a. Hubungan stressor dengan perubahan perilaku
Jawab:
Beban tekanan mental akan mempengaruhi mempengaruhi keadaan fisik,
mental dan emosi seseorang. Definisi stress adalah merupakan suatu kondisi
ketegangan yang akan bisa mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi diri
seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungannya. Dan hal ini bisa berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan seseorang juga. Itulah yang dimaksud dengan pengertian stress itu
sendiri.
Stres yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi
otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberi signal intraneuronal.
Hampir setiap jenis stres fisik atau stres mental dalam waktu beberapa
menit saja sudah dapat meningkatkan ACTH dan akibatnya sekresi kortisol juga
akan sangat meningkat, seringkali meningkat samapai 20 kali lipat. Rangsangan
sakit yang disebabkan oleh jenis stres fisik atau kerusakan jaringan pertama-tama
dihantarkan ke atas melalui batang otak dan akhirnya ke eminensia mediana
hipotalamus. Di sini CRF disekresikan ke dalam sistem portal hifopisis. Dalam
beberapa menit, seluruh rangkaian pengaturan mengarah kepada sejumlah besar
kortisol di dalam darah. Stres mental dapat menyebabkan peningkatan secara
cepat sekresi ACTH yang sebanding. Keadaaan ini dianggap sebagai akibatnya
dari naiknya aktivitas dalam sistem limbik, khususnya dalam regio amygdala dan
hipokampus, yang kemudian menjalarkan sinyal ke bagian posterior medial
hipotalamus.

b. Makna klinis dari hasil autoanamnesis


Jawab:
a. Stressor pada pasien skizofrenia berhubungan dengan prognosis pasien dan
penentuan diagnosis multiaksial aksis IV. Pada kasus yang tidak diketahui
stressornya maka prognosisnya akan menjadi lebih jelek.
b. Pasien sulit menjawab pertanyaan tanda terjadinya hemmung (pikiran
terhambat) dan sperrung (pikiran terhalang) dimana hal ini diakibatkan oleh
adanya deficit neurophyl (daerah diantara badan sel) secara signifikan yang
fungsinya untuk menjaga komunikasi antarsinaps dan menjadi tanda utama
mengapa terjadi kemunduran (deteriorasi) pada pasien sehingga gangguan
kognisi akan timbul dan menyebabkan gejala seperti di atas.
jawaban hanya sepatah dua patah kata saja (allogia), tidak begitu jelas dan
kadang menolak untuk bicara sama sekali merupakan ciri dari kelainan bicara
(asosiasi). Hal ini termasuk dalam kelainan bicara psikogenik yakni
stammering/stuttering dan mutisme. Stammering ditandai dengan terputusnya
arus pembicaran karena istirahat yang pendek atau pengulangan sehingga
kata-kata yang keluar hanya sepatah dua patah kata saja. Mutisme adalah
kehilangan bicara yang total atau membisu. Mutisme dapat berlangsung dari
jam sampai berhari-hari bahkan pertahun-tahun. Sehingga pasien menolak
untuk bicara sama sekali.
c. Pasien yang terlihat diam, kadang menangis merupakan tanda dari gangguan
afektif dalam hal ini adalah episode depresi yang mana pasien memiliki
perasaan kecil hati, tak bahagia rendah diri tak ada harapan hilangnya gairah
hidup, hipoaktif.

6. Pemeriksaan Psikiatri
a. Makna klinis dari poor discriminative insight autism , anxietas
Jawab:
Insight derajat 1  pasien tidak menyadari bahwa dia sakit
Autis  gejala primer dari skizofrenia

b. incoherence, dan hemmung, gangguan membedakan khayalan dan kenyataan


Jawab:
Inkoherensi: gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun
sudah sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin
diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan
asosiasi yang longgar secara ekstrim. Seorang penulis pernah menerima surat
antara lain sebagai berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian
lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami
jodohnya yang menyinggung segala percobaan
Terhambat ( hemmung ): gangguan spesifik bentuk pikiran dimana pasien
pikirannya berhenti sejenak
Ganggan membedakan khayalan dan kenyataan merupakan tanda
skizofrenia

7. Informasi tambahan
a. Interpretasi dari GAF scale
Jawab:
40-31
Beberapa gangguan tes realitas atau komunikasi (bicara tidak logis, tidak jelas,
tidak relevan) atau gangguan berat pada beberapa bidang seperti pekerjaan atau
sekolah, hubungan keluarga, pertimbangan berpikir atau mood (menghindari
teman, menelanarkan keluarga, tidak bekerja, memukul anak lebih kecil,
menyimpang dirumah, gagal disekolah)

b. Indikasi dan Cara pemeriksaan GAF scale


Jawab:
GAF (Global Assesment Functioning) adalah skala numerik (0 sampai
100) yang digunakan oleh dokter kesehatan mental dan dokter untuk menilai
subyektif fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis orang dewasa, misalnya,
seberapa baik atau adaptif satu pertemuan berbagai masalah-dalam-hidup.
Indikasi
untuk menilai subyektif fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis orang dewasa,
misalnya, seberapa baik atau adaptif satu pertemuan berbagai masalah-dalam-
hidup
Tujuan diagnosis multiaksial
- Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan
meramalkan outcome
- Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan
mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis,
dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama
- Penggunaan model bio-psiko-sosial

Cara pemeriksaan GAF scale ?


Dengan cara melihat langsung keadaan pasien,dan dinilai secara suvjektif melalui
skor-skor berikut ini :
Skala ini disajikan dan dijelaskan dalam DSM-IV-TR pada halaman 34. Skor tersebut
sering diberikan sebagai suatu range, seperti diuraikan di bawah ini:
100-91 Fungsi superior dalam berbagai aktivitas, masalah kehidupan
tidak pernah keluar kendali, dicari oleh orang lain karena kualitas
positif banyak, tidak ada gejala.
90-81 Tidak ada gejala atau gejala minimal (kecemasan ringan sebelum
ujian), fungsi yang baik dalam semua bidang, tertarik dan terlibat
dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, puas dengan
kehidupan, tidak lebih dari masalah atau kekhawatiran setiap hari.
80-71 Jika ada gejala, gejalanya smeentara dan dapat diperkirakan
terhadap streo psikososial (ex.sulit konsentrasi setelah debat
dengan keluarga), tidak lebih gangguan ringan pada fungsi sosial
(pekerjaan atau sekolah, ex.kadang tertinggal dalam pelajaran).
70-61 Beberapa gejala ringan (mood terdepresi dan insomnia ringan)
atau beberapa kesulitan dalam fungsi sosial, pekerjaan (kadang
membolos, mencuri dalam rumah tangga), tapi fungsi cukup baik,
hubungan interpersonal penuh arti.
60-51 Gejala sedang (afek datar, bicara sirkumstansialitas, kadang
serangan panik) atau kesulitan dalam fungsi sosial , pkeerjaan,
sekolah (teman sedikit, konflik teman sebaya atau teman kerja).
50-41 Gejala serius (ide bunuh diri, ritual obsesional berat, sering
mencuri) atau tiap gangguan serius pada fungsi sosial, pekerjaan,
sekloah (tidak punya teman, tidak mampu bertahan dalam
bekerja)
40-31 Beberapa gangguan tes realitas atau komunikasi (bicara tidak
logis, tidak jelas, tidak relevan) atau gangguan berat pada
beberapa bidang seperti pekerjaan atau sekolah, hubungan
keluarga, pertimbangan berpikir atau mood (menghindari teman,
menelanarkan keluarga, tidak bekerja, memukul anak lebih kecil,
menyimpang dirumah, gagal disekolah)
30-21 Perilaku dipengaruhi waham /halusinasi atau gangguan serius
pada komunikasi atau pertimbangan (inkoheren, tindakan jelas
tidak sesuai, preokupasi bunuh diri) atau ketidakmampuan
berfungsi pada hampir semua bidang (ditempat tidur sepanjang
hari, tidak punya pekerjaan , rumah atau teman).
20-11 Bahaya melukai diri sendiri atau orang (usaha bunuh diri tanpa
harapan jelas, sering melakukan kekerasan, kegembiraan manik)
atau kadang gagal mempertahankan higiene pribadi minimal
(mengusap feces) atau gangguan jelas dalam komunikasi
(inkoheren , membisu)
10 - 1 Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah
(kekerasan rekuren) atau ketidakmampuan persisten
mempertahankan higiene pribadi yang minimal atau tindakan
bunuh diri serius tanpa harapan jelas
0 Informasi tidak adekuat.

c. Cara pemeriksaan dan pembagian level intelegensi


Jawab:
1. Idiot (0-29)
Manusia dengan tingkat IQ idiot merupakan individu terbelakang paling
rendah, perkembangan tingkat kecerdasannya sama seperti anak umur 2 tahun
meskipun umurnya telah dewasa. Tidak dapat berbicara hanya beberapa kata
saja,tidak bisa mengurus diri sendiri,tubuhnya rentan penyakit,sering tidak
berumur panjang. Mereka tinggal ditempat tidur selamanya.
2. Imbecile (30-40).
Kemampuan kecerdasannya sama dengan anak-anak umur 3-7 tahun, bisa
mandiri dan berkata-kata tetapi dengan pengawasan dan perlu sekolah khusus
karena tetap bergantung ke orang lain.
3. Moron atau Debil (50-69).
Bisa membaca,menulis dan perhitungan sederhana, bisa diberikan tugas tanpa
perencanaan dan pemecahan. Biasanya mereka sekolah di sekolah luar biasa.
4. Kelompok bodoh (70-79)
Mereka dengan susah payah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kelompok
ini diatas terbelang dan dibawah kelompok normal, mereka biasanya bisa
sampai SMP tetapi dengan susah payah menyelesaikan pelajaran kelas.
5. Normal rendah (80-89)
Kelompok ini termasuk normal sedang paling bawah. Mereka biasanya bisa
lulus SMA tetapi agak kesulitan di SMA.
6. Normal sedang (90-109)
Kelompok ini merupakan kelompok normal rata-rata atau sedang. Kelompok
ini paling besar dalam populasi penduduk.
7. Normal tinggi (110-119).
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada
tingkat yang tinggi.
8. Cerdas/Superior(120-129).
Kelompok ini  berhasil dalam prestasi akademik.
9. Sangat cerdas (130-139).
Kelompok ini lebih cakap dalam membaca dan mempunya pengetahuan
sangat baik tentang bilangan, perbendaharaan kata yang banyak dan
memahami hal yang abstrak.Faktor ketangkasan,kekuatan dan kesehatan lebih
menonjol dari pada anak normal.
10. Genius ( >140).
Kelompok ini sangat luar biasa mereka mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu yang baru meskipun tidak
bersekolah. Mereka berada disemua ras dan bangsa dan disemua tingkatan
baik ekonomi maupun jenis kelamin. Contoh kelompok ini adalah Einstein
dan Thomas Alva Edison.(160).
8. Masalah tambahan
a. Cara penegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang
Jawab:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas:
 Gangguan spesifik pada isi pikiran:
⁻ thought echo: Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
⁻ thought insertion: Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal).
⁻ thought broadcasting: Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya
 waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiraan, atau perasaan
pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
⁻ delusion of control: Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
keadaan tertentu dari luar.
⁻ delusion of influencece: Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar.
⁻ delusion of passivity: Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang ”dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus)
⁻ delusional perception: Pengalaman inderawi yang tak wajar, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat.
 kecenderungan atau preokupasi pikiran: pemusatan isi pikiran pada ide
tertentu, disertai dengan irama efektif yang kuat, seperti kecendrungan
paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh
 waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
⁻ Gangguan persepsi: proses memindahkan stimulasi fisik menjadi
informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa
ke kesadaran
 halusinasi: persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham
tentang pengalaman halusinasi
 halusinasi auditoris: 1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-
menerus terhadap perilaku pasien, 2) Mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), 3) Jenis suara
halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
 halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination):
halusinasi di mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan
atau manik (sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar
suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien
manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri,
kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi)

 atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
 halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang atau yang setengah terbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide berlebihan yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus
 arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme
 perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posturing,
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
 gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara jarang, dan respon
emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika
 adanya gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih
 harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

Aksis Multiaksial:
Aksis I F20 Skizofrenia
Aksis II F60 .1 Gangguan kepribadian Skizoid
Aksis III Tidak ada (none)
Aksis IV Tidak ada (none)
Aksis V GAF = 40-31 (saat pemeriksaan) Beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
fungsi.

Pemeriksaan Penunjang
- Tes laboratorium yang spesifik untuk skizofrenia  tidak ada. Tes penting
untuk mencari etiologi organic, sebagai contoh :
• Serum alcohol
• Tes urine (menyingkirkan kemungkinan pemakaian obat-obatan)
- CT-scan
- MRI

b. DD dan WD
Jawab:

Diagnosis multiaksial
Terdiri dari 5 aksis :
  Schizophrenia Organic brainPanic disorder Neoroleptic Personality
syndrome Malignant disorders
(demensia, syndrome
delirium, amnesia)
Delusi + - - -  -
Halusinasi + + -/+ +  
(auditory)
Inkoheren + + - - +/-
Katatonik +/- - - - -
Gangguan + - +/- +  +
afektif
Alogia + - - -  -
Avolition + - - - +
Gangguan + + + - +
sosial
Gangguan - + + +/- -
kesadaran
Derealisasi  - - + -  -
dan
depersonali
sasi
Demam - - - - -
Kejang - - - - -
Aksis I : Gangguan klinis, Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Aksis II : Gangguan kepribadian, Retardasi mental
Aksis III : Kondisi Medik umum
Aksis IV : Masalah Psikososial dan lingkungan
Aksis V : Penilaian fungsi secara global

Pada kasus :
Aksis I : F20 Skizofrenia
Aksis II : F60.1 Gangguan kepribadian Skizoid
Aksis III : -
Aksis IV : -
Aksis V : GAF 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)
Cek Ela 30 tahun mengalami Gangguan mental berat berupa schizophrenia dan schizoid
personality disorder

c. Etiologi
Jawab:
Ada beberapa etiologi schizophrenia antara lain:
 Genetik/Riwayat keluarga
 Schizophrenia
 Psikosis afektif
 Kembar monozigot (50%)
 Kembar dizigot (15%)
 Perkembangan saraf
 Trauma otak janin
 Kelahiran pada musim dingin
 Komplikasi obstetric
 Berat lahir rendah
 CT/MRI abnormal
 Ganja
 Interaksi gen (cathecol-O-methyl transferase)
 Lingkungan
 Ekspresi emosi tinggi
 Kejadian hidup yang menyedihkan
 Penurunan sosio-ekonomi
 Neurokimia
 Hipotesis dopamine
 Peningkatan 5-HT
 Penurunan glutamat

d. Epidemiologi dan faktor resiko


Jawab:
Epidemiologi
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan
diberbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar
hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.
Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-
25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun.
Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar
di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003).
Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat,
terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan
nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku
menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang
terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri
(Kazadi, 2008).
Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia
prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan
perempuan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa
ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan perempuan,
perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas.
Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur
36 tahun, yang perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih
banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila
dibandingkan dengan laki-laki (Durand, 2007).

Faktor Risiko
- Riwayat skizofrenia dalam keluarga
- Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan
diri, dan/atau impulsivitas.
- Stress lingkungan
- Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang
sangat kecil.
- Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah
karena dideritanya gangguan ini
- Kembar identik
Kembar identik memiliki risiko skizofrenia 50%, walaupun gen mereka
identik 100% (Videbeck, 2008).
- Struktur otak abnormal
Dengan perkembangan teknik pencitraan teknik noninvasif, seperti CT scan,
Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Positron Emission
Tomography(PET) dalam 25 tahun terakhir, para ilmuwan meneliti struktur
otak dan aktivitas otak individu penderita skizofrenia. Penelitian menunjukkan
bahwa individu penderita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih
sedikit (Carpenter, 2000).
- Sosiokultural
Lingkungan sosial individu dengan skizofrenia di negara-negara berkembang
mungkin menfasilitasi dan memulihkan (recovery) dengan lebih baik daripada
di negara maju (Jenkins, 2003). Di negara berkembang, terdapat jaringan
keluarga yang lebih luas dan lebih dekat disekeliling orang-orang dengan
skizofrenia dan menyediakan lebih banyak kepedulian terhadap penderita.
Keluarga-keluarga di beberapa negara berkembang lebih sedikit melakukan
tindakan permusuhan, mengkritik, dan sangat terlibat jika dibandingkan
dengan keluarga-keluarga di beberapa negara-negara maju. Hal ini mungkin
membantu jumlah atau tingkat kekambuhan dari anggota-anggota keluarga
penderita skizofrenia.
- Tampilan emosi
Sejumlah penelitian menunjukkan orang-orang dengan skizofrenia yang
keluarganya tinggi dalam mengekspresikan emosi, lebih besar
kemungkinannya untuk menderita kekambuhan psikosis daripada mereka yang
keluarganya sedikit atau kurang mengekspresikan emosi (Hooley, 2000)

e. Patofisiologi
Jawab:
Pada skizofrenia terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa,
terutama di korteks prefrontalis, dan pada pasien tipe II (negativisme)
terdapat penurunan sejumlah neuron (penurunan jumlah substansia
grisea). Selain itu, migrasi neuron abnormal selama perkembangan otak
secara patofisologis sangat bermakna. A t r o f i p e n o n j o l a n d e n d r i t d a r i
s e l p i r a m i d a l t e l a h d i t e m u k a n p d a k o r t e k s  prefrontalis dan girus
singulata. Penonjolan dedrit mengandung sinaps glutaminergik, sehingga
transmisi glutamineriknya terganggu. Selain itu, pada area yang terkena,
pembentukan GABA dan atau jumlah neuron GABAnergik tampaknya berkurang
sehingga penghambatan sel piramidal menjadi berkurang. Makna patofisologis
khusus dikaitkan dengan dopamin.
Availabilitas dopamin a t a u a g o n i s d o p a m i n y a n g b e r l e b i h a n
dapat menimbulkan gejala skizofrenia. P e n g h a m b a t a n p a d a
reseptor dopamin-D2 telak sukses digunakan
d a l a m  penatalaksanaan skizofrenia.. Di sisi lain, penurunan reseptor D2 yang
ditemukan pada korteks prefrontalis dan penurunan reseptor D1 dan D2 berkaitan
dengan gejala negatif skizofrenia., seperti kurangnya emosi. Penurunan reseptor
dopamin mungkin terjadi akibat pelepasan dopamin yang meningkat dan ini
tidak memiliki efek patogenetik.Dopamin berperan sebagai transmiter melalui
beberapa jalur (Silbernagl , 2003):
a. Jalur dopaminergik ke sistem limbik (mesolimbik)
b. Jalur dopaminergik ke korteks (sistem mesokorteks) mungkin penting
dalam perkembangan skizofreniac .
c. Pada sistem tubuloinfundibular, dopamin
mengatur pelepasan hormon hipofisis (terutama
pelepasan prolaktin)
d. Dopamin mengatur aktivitas motorik pada sitem
nigrostriatum.Serotonin mungkin juga berperan dalam menimbulkan
gejala skizofrenia. Kerja serotonis yang berlebihan dapat menimbulkan
halusinasi dan banyak obatantipsikotik akan menghambat reseptor 5-
HT .

f. Manifestasi Klinis
Jawab:
Ada 2 kategori gejala:
a. gejala positif
gejala tipe I  ditandai munculnya persepsi, pikiran, dan perilaku yang tidak
biasa secara menonjol, misalnya: halusinasi, delusi, pikiran dan pembicaraan
kacau, dan perilaku katatonik.
b. gejala negative
gejala tipe II  ditandai hilangnya atau berkurangnya kemampuan di area
tertentu, misalnya tidak munculnya perilaku tertentu, afek datar, dan alogia
(tidak mau bicara).

Selain gejala tersebut, terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang sebenarnya bukan
kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai gejala, yaitu:
a. afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat bahagia),
b. anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu, apapun
yang dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira), dan
c. keterampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan,
memelihara hubungan sosial, dan mempertahankan pekerjaan).

g. Tata laksana
Jawab:
Tujuan umum pengobatan
- mengurangi keparahan gejala kejiwaan
- mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan
dengan kemunduran fungsi
- dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf hidup yang terbaik.

Tiga komponen utama dalam pengobatan


- Hospitalisasi
- Terapi somatic/ terapi biologis
- Aktivitas rehabilitasi dan komunitas pendukung
- Psikoterapi

Terapi somatic
- Penggunaan Obat Antipsikosis
Prinsip-prinsip terapeutik:
- Harus cermat menetukan gejala sasaran yang akan diobati
- Suatu antipsikotik yang efektif di masa lalu harus digunakan lagi
- Lama minimal percobaan antipsikotik adalah 4-6 bulan pada dosis yang
adekuat. Jika tidak berhasil, maka diganti dengan antipsikotik lain.
- Pada umumnya penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu
waktu jarang diindikasikan
- Pasien harus dipertahankan pada dosis serendah mungkin yang diperlukan
untuk mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik

Pemilihan obat
- Antagonis reseptor dopamine:efektif, tapi punya 2 kelemahan utama, yaitu
hanya sebagian kecil pasien tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah
fungsi mental yang cukup normal dan mempunyai efek paling mengganggu
seperti ataksia, gejala mirip parkinsonisme (rigiditas, tremor)
- Remoxipride merupakan antagonis reseptor dopamine dari kelas yang
berbeda. Efektif dan mempunyai efek samping neurologis yang kurang
bermakna, tapi bias mengakibatkan anemia aplastic
- Risperidone obat antipsikotik yang mempunyai aktivitas antgonis yang
bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2), dan pada reseptor dopamine
tipe 2 (D2). Lebih efektif mengatasi gejala positif dan negative skizofrenia,
dan merupakan obat lini pertama pada skizofrenia.
- Clozapine merupakan antagonis lemah pada resptor dopamine 4 (D4), dan
reseptor serotonergik. Harganya mahal, namun merupakan obat lini kedua
pada skizofrenia, untuk pasien yang tidak berespon terhadap obat lain.

Obat-obat lain
- Litium efektif untuk menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50%
pasien dengan skizofrenia. Obat yang patut dicoba pada pasien yang tidak
dapat menggunakan medikasi antipsikotik
- Antikonvulsan carbamazepine dan valporate, bisa digunakan sendiri-sendiri
atau dikombinasi dengan litium. Efektif dalam menurunkan episode kekerasan
pada beberapa pasien dengan skizofrenia
- Benzodizepin

Terapi Elektrokonvulsif
 Diindikasikan pada pasien dengan skizofrenia katatonik, atau pada pasien
yang tidak dapat menggunakan obat antipsikotik.
 Pasien yang telah sakit selama kurang dari 1 tahun paling mungkin respon
terhadap ECT

Psikoterapi
Gejala-gejala gangguan schizophrenia yang kronik telah membuat situasi
pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton
dan menjemukan. Para psikiater dan petugas kesehatan terkondisi untuk
menangani schizophrenia dengan obat saja selain terapi kejang listrik (ECT).
Psikoterapi suportif, terapi kelompok, maupun terapi perilaku hampir tidak pernah
dilakukan, karena dianggap tidak akan banyak manfaatnya. Wawancara tatap
muka yang rutin dengan pasien jarang dilakukan (Wicaksana, 2000). Psikoterapi
adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis.
beberapa pakar psikoterapi beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung
pada pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak disadari.

Terapi Psikoanalisa.
 Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud.
 Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak
disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk
mengendalikan kecemasannya .
 Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal
yang direpress oleh penderita.
 Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita schizophrenia sedang tidak
“kambuh”. Macam terapi psikoanalisa yang dapat dilakukan, adalah
Asosiasi Bebas.
 Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan
perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa
penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini,
penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik
maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan
sudah berada dalam keadaan relaks, maka pasien harus mengungkapkan
hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.Pada saat penderita tidur di
sofa dan disuruh menyebutkan segala macam pikiran dan perasaan yang
ada di benaknya dan penderita mengalami blocking, maka hal itu
merupakan manifestasi dari keadaan over-repressi. Hal yang direpress
biasanya berupa dorongan vital seperti sexual dan agresi. Repressi
terhadap dorongan agresi menyangkut figur otorotas yang selalu diwakili
oleh father dan mother figure. Repressi anger dan hostile merupakan salah
satu bentuk intrapsikis yang biasa menyebabkan blocking pada individu.
Akibat dari blocking tersebut, maka integrasi kepribadian menjadi tidak
baik, karena ada tekanan ego yang sangat besar. Menurut Freud, apabila
terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka penderita akan
melakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat menimbulkan insight pada
penderita. Analisa pada waktu terjadi blocking bertujuan agar penderita
mampu menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga penderita
mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan penderita lebih toleran
terhadap konflik yang dialaminya. Seperti yang telah diungkapkan
terdahulu bahwa penderita diberi kesempatan untuk dapat mengungkapkan
segala traumatic events dan keinginan-keinginan yang direpressnya.
Waktu ini disebut dengan moment chatarsis. Disini penderita diberi
kesempatan untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan , sehingga
terjadi redusir terhadap pelibatan emosi dalam menyelesaikan masalah
yang dialaminya. Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga terdapat proses
transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan therapist
sebagai figur substitusi dari figur yang sebenarnya menimbulkan masalah
bagi penderita. Terdapat 2 macam transference, yaitu
1. transference positif, yaitu apabila therapist menggantikan figur
yang disukai oleh penderita
2. transference negatif, yaitu therapist menggantikan figur yang
dibenci oleh penderita (Fakultas Psikologi UNPAD, 1992).

Terapi Perilaku (Behavioristik)


 Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik
dan operan, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata. Para terpist
mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai dan
kondisi lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan perilaku itu
(Ullaman dan Krasner, 1969; Lazarus, 1971 dalam Atkinson, 1991).
 Terdapat hasil yang cukup baik, terutama untuk kasus-kasus baru, dengan
menggunakan cognitif - behavior therapy tersebut. Rupanya ada
gelombang besar optimisme akan kesembuhan schizophrenia di dunia
dengan terapi yang lebih komprehensif ini. Selain itu, secara umum terapi
ini juga bermaksud secara langsung membentuk dan mengembangkan
perilaku penderita schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan
penderita untuk kembali berperan dalam masyarakat. Paul dan Lentz
(Rathus,et al., 1991; Davison, et al., 1994) menggunakan dua bentuk
program psikososial untuk meningkatkan fungsi kemandirian.
 Social Learning Program.
Social learning program menolong penderita schizophrenia untuk
mempelajari perilaku-perilaku yang sesuai. Program ini menggunakan
token economy, yakni suatu cara untuk menguatkan perilaku dengan
memberikan tanda tertentu (token) bila penderita berhasil melakukan suatu
perilaku tertentu. Tanda tersebut dapat ditukar dengan hadiah (reward),
seperti makanan atau hak-hak tertentu Program lainnya adalah millieu
program atau therapeutic community. Dalam program ini, penderita dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab untuk
tugas-tugas tertentu. Mereka dianjurkan meluangkan waktu untuk
bersama-sama dan saling membantu dalam penyesuaian perilaku serta
membicarakan masalah-masalah bersama dengan pendamping. Terapi ini
berusaha memasukkan penderita schizophrenia dalam proses
perkembangan untuk mempersiapkan mereka dalam peran sosial yang
bertanggung jawab dengan melibatkan seluruh penderitan dan staf
pembimbing. Dalam penelitian, social learning program mempunyai hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan perawatan dalam rumah sakit jiwa
dan millieu program. Persoalan yang muncul dalam terapi ini adalah
identifikasi tentang unsur-unsur mana yang efektif. Tidak jelas apakah
penguatan dengan tanda (token) ataukan faktor-faktor lain yang
menyebabkan perubahan perilaku; dan apakah program penguatan dengan
tanda tersebut membantu perubahan perilaku hanya selama tanda diberikan
atau hanya dalam lingkungan perawatan.
 Social Skills Training.
Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan atau keahlian sosial,
seperti kemampuan percakapan, yang dapat membantu dalam beradaptasi
dengan masyarakat (Rathus, et al., 1991; Davisoan, et al., 1994; Sue, et al.,
1986). Social Skills Training menggunakan latihan bermainsandiwara.
Para penderita diberi tugas untuk bermain peran dalam situasi-situasi
tertentu agar mereka dapat menerapkannya dalam situasi yang sebenarnya.
Bentuk terapi seperti ini sering digunakan dalam panti-panti rehabilitasin
psikososial untuk membantu penderita agar bisa kembali berperan dalam
masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk melaksanakan tugas-
tugas harian seperti memasak, berbelanja, ataupun utnuk berkomunikasi,
bersahabat, dan sebagainya. Meskipun terapi ini cukup berhasil, namun
tetap ada persoalan bagaimana mempertahankan perilaku bila suatu
program telah selesai, dan bagaimana dengan situasi-situasi yang tidak
diajarkan secara langsung.

Terapi Humanistik
 Terapi Kelompok. Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang dapat
menyebabkan seseorang berusaha menghindari relasinya dengan orang
lain, mengisolasi diri, sehingga menyebabkan pola penyelesaian masalah
yang dilakukannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan dunia empiris.
Dalam menagani kasus tersebut, terapi kelompok akan sangat bermanfaat
bagi proses penyembuhan klien, khususnya klien schizophrenia. Terapi
kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini,
beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan
sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Di antara peserta
terapi tersebut saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan
yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting sosial yang
mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini dapat memperkaya
pengalaman mereka dalam kemampuan berkomunikasi. Di rumah sakit
jiwa, terapi ini sering dilakukan. Melalui terapi kelompok ini iklim
interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien selalu
diajak untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran dan perasaannya
yang tidak realistis.
 Terapi Keluarga. Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari
terapi kelompok. Kelompoknya terdiri atas suami istri atau orang tua serta
anaknya yang bertemu dengan satu atau dua terapist. Terapi ini digunakan
untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal
bersama keluarganya. Ungkapan-ungkapan emosi dalam keluarga yang
bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali diusahakan
kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang
negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap
persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang
keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Keluarga juga
diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih
penderita dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan
pengungkapan emosi anggota keluarga diatu dan disusun sedemikian rupa
serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh
Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan
keluarga sangan membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-
kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan
dengan terapi-terapi secara individual.

Kepribadian Skizoid
Treatment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 251):
a. Psikoterapi. Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan
kepribadian skizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun
suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan
agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan
ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting
bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial.
b. Farmakoterapi. Dengan antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan
psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.

h. Pencegahan
Jawab:
tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal, ditujukan kepada
populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah
komplikasi kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan
kepada kelompok yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua
menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan
terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru memperlihatkan tanda-tanda fase
prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat
antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif.

i. Komplikasi
Jawab:
 Bunuh diri: 1 dari 10 penderita schizophrenia melakukan bunuh diri
 Perilaku merusak diri sendiri, seperti self-injury
 Depresi
 Halusinasi dan Delusi
 Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan atau obat resep
 Tunawisma
 Konflik keluarga
 Ketidakmampuan untuk bekerja atau bersekolah
 Gangguan kesehatan akibat obat antipsikotik
 Menjadi korban atau pelaku kejahatan kekerasan
 Penyakit jantung, sering berhubungan dengan merokok berat
 Dementia

j. Prognosis (baik, buruk, dan faktor yang memperbaiki)


Jawab:
Penegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu :
prognosis positif apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti :
- onset terjadi pada usia yang lebih lanjut
- faktor pencetusnya jelas
- adanya kehidupan yang relatif baik sebelum terjadinya gangguan dalam
bidang sosial, pekerjaan, dan seksual
- fase prodromal terjadi secara singkat
- munculnya gejala gangguan mood
- adanya gejala positif
- sudah menikah, dan adanya sistem pendukung yang baik (Kaplan&
Sadock, 2004)

Sedangkan prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila muncul beberapa


keadaan seperti berikut:
- onset gangguan lebih awal
- faktor pencetus tidak jelas
- riwayat kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik
- fase prodromal terjadi cukup lama
- adanya perilaku yang autistic
- melakukan penarikan diri
- statusnya lajang, bercerai, atau pasangannya telah meninggal
- adanya riwayat keluarga yang mengidap skizofrenia
- munculnya gejala negative
- sering kambuh secara berulang
- tidak adanya sistem pendukung yang baik (Kaplan& Sadock, 2004).

Menurut Sirait (2008) skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis,


berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama
bertahun-tahun. Beberapa penelitian menemukan lebih dari periode waktu 5
sampai 10 tahun setelah perawatan pertama kali dirumah sakit, hanya 10 sampai
20% memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% memiliki hasil buruk.
Pada kasus ini, Prognosisnya dubia ad malam

k. KDU
3A

Learning Issue
Schizoid Personality Disorder
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan
dengan orang lain, beberapa individu  termasuk  tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa 
memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih sosial. Beberapa dari kita tipe pengikut,
yang lain memimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal menerima penolakan dari orang lain,
sementara yang lain menghindari inisiatif sosial karena takut dikecewakan.
Kepribadian menunjukkan hubungan yang mendalam antara kebiasaan dengan
perasaan, hubungan, dan pemikiran mengenai diri mereka dan dunia. Menurut Allport,
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.Mereka akan
berpikir dan berperilaku sesuai dengan tipe-tipe kepribadian yang dimilikinya. Saat pola
perilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan
distress personal yang signifikan atau mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, maka pola
perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.  Jenis gangguan
kepribadian yang akan menjadi pembahasan saya di sini adalah gangguan kepribadian
skizoid.
B.   Deskripsi Kasus
John, pensiunan polisi berusia 50 tahun, memerlukan penanganan selama beberapa
minggu setelah anjingnya ditabrak mobil dan mati. Sejak kematian anjingnya, John merasa
sedih dan lelah. Ia menjadi sulit berkonsentrasi dan juga sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan
lebih senang sendirian, membatasi kontaknya dengan orang lain dengan hanya mengatakan
“hallo” atau “apa kabar?” sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan sosial hanya
membuang-buang waktu dan merasa canggung bila ada orang lain yang mencoba membina
persahabatan dengannya. Meski ia hobi membaca surat kabar dan tetap mengikuti
perkembangan dari peristiwa terkini, ia tidak memiliki minat yang nyata terhadap manusia.
Ia bekerja sebagai penjaga keamanan dan digambarkan oleh rekan kerjanya sebagai
“penyendiri” dan “ikan yang dingin.” Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan
anjingnya, yang dengannya ia merasa dapat berbagi perasaan yang lebih sensitif dan lebih
hangat daripada yang dapat ia bagi dengan orang lain.Saat perayaan, ia akan ‘bertukar
kado’ dengan anjingnya, membeli hadiah untuk anjingnya dan membungkus sebotol Scotch
untuk dirinya sendiri sebagai hadiah dari binatang tersebut. Satu-satunya peristiwa yang
pernah membuatnya sedih adalah saat kehilangan anjingnya.Sebaliknya, kehilangan orang
tuanya, tak mampu membangkitkan suatu respons emosional. Ia merasa dirinya berbeda dari
orang lain dan bingung dengan adanya emosionalitas yang ia lihat dari orang lain
C.   Pengertian Skizoid
Gangguan kepribadian schizoid adalah salah satu kelainan dimana terjadi suatu
keterbatasan terhadap ekspresi emosi dan pengalaman seseorang. Seseorang dengan
gangguan ini tetap mampu melakukan kegiatannya sehari-hari, tetapi tidak dapat membentuk
suatu hubungan yang dekat dengan orang lain. Mereka suka menyendiri dan sangat sering
melamunkan sesuatu hal secara berlebihan. Gangguan ini timbul sejak dewasa muda
dikarenakan adanya penyimpangan dari perilaku sosial dan emosi yang menghambat
seseorang tersebut untuk bisa berteman dekat dengan orang lain,  dimulai pada saat remaja
atau dewasa muda secara terus menurus akan berakibat gangguan fungsi atau stress internal.
Beberapa perilaku pada individu dengan gangguan skizoid adalah minimnya ekspresi
emosi, kebanyakan orang normal akan menganggap bahwa ia tidak tertarik dengan sesuatu
hal yang sedang terjadi, kurangnya perhatian dan tidak sensitif. Individu tersebut juga
kesulitan untuk menunjukkan ekspresi amarah atau permusuhan dengan orang lain.
Gangguan kepribadian ini (skizoid) tidaklah sama dengan gangguan skizofrenia
(schizophrenia) walaupun ada kemiripan pada nama, skizofrenia dikategorikan sebagai
gangguan psikotik. Namun demikian skizoid sering disebut sebagai gangguan mental
"spektrum dari skizofrenia", beberapa simtom yang ada pada Skizoid seperti menghindari
kontak pribadi dengan orang lain, minimnya ekspresi emosi merupakan simtom yang terdapat
pada skizofrenia pula.
Untuk bekerja, individu dengan gangguan Skizoid dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik, kesulitan akan dialami bila individu terlibat dalam hubungan interpersonal
dengan rekan kerja atau orang lain. Individu dengan gangguan skizoid juga dapat menikah,
namun kesulitan akan ditemui dalam penciptaan hubungan lekat (intimacy) dengan
pasangannya.
Orang dengan gangguan ini akan terlihat suka menjauhkan diri, bersikap dingin dan
acuh tak acuh. Kebanyakan individu dengan gangguan ini sulit untuk menjalin hubungan atau
mengekspresikan perasaan mereka dan tetap pasif dengan raut wajah yang tidak berubah
walaupun dalam situasi yang kurang baik Komunikasi dengan orang lain sangat ringkas dan
sebentar. Ini karena mereka sedikit sekali pengalaman berkomunikasi dengan orang lain.
Oleh sebab itu, penderita gangguan ini sulit untuk merefleksikan diri mereka dan tetap
bersama dengan orang lain. Suatu kesalahan pada masyarakat kita adalah anggapan bahwa
individu dengan gangguan kepribadian ini “berbahaya” sehingga kebanyakan orang yang
telah terdiagnosa penyakit ini akan dikucilkan atau dihindari dalam pergaulan.
D.   Diagnosa
Gangguan kepribadian skizoid didiagnosa berdasarkan beberapa kriteria berikut
1. Pola perilaku menetap yang tidak berpengaruh dari bentuk hubungan sosial dan
keterbatasan pengungkapan ekspresi emosi dalam pelbagai hubungan antar pribadi pada awal
masa dewasa
a. Tidak pernah tertarik atau menikmati dalam berhubungan dengan orang lain
termasuk untuk menjadi bagian dalam keluarga
b. Hampir selalu memilih aktivitas untuk menyendiri
c.  Sangat sedikit diantaranya yang tertarik pada aktivitas seksual
d.  Sangat jarang untuk memilih waktu untuk bersenang-senang
e.  Sedikit mempunyai teman akrab
f.  Tidak terpengaruh pada pujian dan kritik dari orang lain
g.   Emosi dingin, efek mendatar atau tak peduli (detachment)
2. Gangguan kepribadian skizoid tidak muncul yang disebabkan oleh skizofrenia, gangguan
mood dengan gejala psikotik dikemudian hari, gangguan psikotik lainnya atau disebabkan
oleh gangguan perkembangan termasuk fungsi fisiologis dari dampak langsung pengobatan
medis.
E.    Analisis Teoritis
1.    Karen Horney
Karen Horney yang sependapat dengan Freud dalam pandangan tentang pentingnya
masa-masa awal kehidupan dalam membentuk kepribadian di masa dewasa. Namun dia
berbeda dalam hal bagaimana kepribadian terbentuk secara spesifik. Horney merasa bahwa
pada masa kanak-kanak, bukan faktor biologis, namun faktor sosiallah yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian. Tidak ada tahapan universal dalam perkembangan maupun
konflik masa kecil yang tak terelakkan. Namun yang menentukan adalah hubungan sosial
antara anak dan orang tua.
Salah satu faktor penyebab adalah tipe dan pola pengasuhan saat mereka masih anak-
anak. Ibu atau pengasuh sangat mempengaruhi pembentukan dan tipe kepribadian individu
setelah mereka dewasa. Adanya trauma yang pernah terjadi masa kecil seperti perceraian
kedua orang tua, sering mengalami pemukulan atau diterlantarkan oleh orang tua dapat
mengakibatkan gangguan dalam pembentukan kepribadiannya. Faktor komunikasi dalam
keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap
bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan
anak, emosi yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan
pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan
perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan
menghambat terbentuknya rasa percaya diri yang menjadi dasar dalam berhubungan dengan
lingkungan sosial.
Dalam teorinya Horney beranggapan bahwa rasa aman jauh lebih penting daripada
kepuasan. Jadi dukungan dari pihak keluarga berupa pembelaan, bantuan dalam rumah
tangga dan bimbingan sangat membantu terapi yang akan diberikan pada penderita skizoid.
Horney mengatakan ada sepuluh kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk meminimalisir
kecenderungan neurotik seseorang ; termasuk skizoid, yaitu :
1.    kasih sayang dan penerimaan
2.    partner dominan dalam kehidupan
3.    batas hidup yang sempit dan terbatas
4.    kekuatan
5.    eksploitasi
6.    prestise
7.    kebanggaan personal
8.    perolehan atau ambisi personal
9.    kecukupan-diri dan kebebasan
10.  kesempurnaan dan ketakterbantahan
Jadi skizoid dapat dicegah oleh kondisi masa kanak-kanak yang tepat, berupa
pengasuhan dan kondisi sosial di sekitar anak. Karena sifat manusia atau kepribadian yang
fleksibel, bukan merupakan bakat dalam pembentukan pada masa kanak-kanak tetapi setiap
orang memiliki kapasitas untuk mengubah pada cara mendasar.

2.    Erikson
Erikson mencetuskan tahap/ fase perkembangan kepribadian yang lebih dikenal
dengan sebutan tahapan psikososial. Ada delapan tahapan perkembangan psikososial yang
berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dalam setiap tahap terdapat
maladaption/maladaptive (adaptasi keliru) dan malignansi (selalu curiga), hal ini berlangsung
jika satu tahap tidak berhasil dilewati dengan baik.  Setiap tahapan mempunyai fungsi yang
berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, terutama tahapan-tahapan yang berlangsung
pada masa kanak-kanak.  Jika tahapan ini gagal dilewati dengan baik, akan memberikan
pengaruh kurang baik pula terhadap psikologis dan kehidupan sosial individu pada tahapan
berikutnya.
Dalam hal ini, termasuk kecenderungan individu mengalami gangguan schizoid akibat
terganggunya hubungan sosial individu karena ada tahapan psikososial yang gagal dilewati
dengan baik yakni Trust vs Mistrust yang merupakan tahapan dasar sosial pada saat bayi. 
Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan
kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan, yang
sangat berperan adalah orangtua terutama Ibu. Jika seorang ibu tidak dapat memberikan rasa
hangat dan nyaman, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan
selalu curiga kepada orang lain. Hal terburuk dapat terjadi apabila pada masa kecilnya sudah
merasakan ketidakpuasan yang mengarah pada ketidakpercayaan. Mereka akan berkembang
pada arah kecurigaan dan merasa terancam terus menerus. Hal ini akan berakibat munculnya
frustasi, marah, sinis, maupun depresi dan memilih untuk mengasingkan diri dari lingkungan
sosialnya. Nantinya dapat terjadi suatu pola kehidupan yang lain di mana bayi merasa tidak
aman ketika berinteraksi secara interpersonal atau dengan lingkungannya.
Jika terlanjur timbul rasa ketidakpercayaan anak, hal ini mungkin berlanjut hingga
tahapan Keintiman vs Isolasi  yang berlangsung pada masa awal dewasa. Jika seseorang
dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara
baik, akan timbul kecenderungan untuk mengisolasi/ menutup diri sendiri dari cinta,
persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai
bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan. Hal ini dapat mengarah pada gangguan
kepribadian schizoid, di mana individu lebih suka menyendiri, bersikap dingin acuh tak acuh
dan tidak menyukai komunikasi dengan orang lain.
Untuk menghindari kecenderungan schizoid sejak masa bayi orangtua memberikan
kepuasan kepada anaknya berupa pemenuhan kebutuhan secara fisik maupun psikologis.
Kepuasan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh orangtuanya
akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Yang nantinya menjadi dasar
pembentukan kepercayaan anak dalam kehidupan sosialnya.
3.    Sullivan
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat hubungan interpersonal
dan hanya dapat dipahami dengan mengacu kepada lingkungan sosial pasien, dicirikan oleh
rasa kesepian, rasa percaya diri yang rendah, emosi misterius, hubungan yang tidak
memuaskan, dan kecemasan yang semakin meningkat.  Jika individu-individu normal merasa
relative aman dalam hubungan-hubungan antarpribadi, kepercayaan diri mereka akan
terlindungi dan sebaliknya jika individu merasa tidak nyaman dalam hubungan interpersonal,
maka individu mungkin lebih memilih untuk mengisolasi dirinya dari lingkungan sosial
sebagai bentuk represi dari kecemasannya. Jika strategi ini terus dipertahankan, mereka akan
semakin beroperasi di dunia privat mereka sendiri dan mengakibatkan gangguan schizoid
atau yang lebih parah dapat mengakibatkan skizofrenik.
4.    Tipologi Krestchmer
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa beberapa kepribadian yang ada pada seorang
manusia itu diturunkan oleh orang tuanya. Beberapa peneliti bahkan menganggap bahwa
faktor keturunan memegang peranan penting karena adanya hubungan genetik antara
gangguan kepribadian dengan kesehatan mental seseorang. Secara fisiologis, bentuk tubuh
yang diturunkan secara genetik dari orang tua mempunyai karakter khas yang juga
berpengaruh pada kepribadiannya.
      Krestchmer mengemukakan bahwa ada korelasi positif antara konstitusi jasmani dengan
konstitusi kejiwaan (temperamen), baik pada penderita penyakit jiwa maupun pada orang
yang sehat. Kebanyakan orang-orang yang berkonstitusi leptosom (jangkung), atletis
(selaras), dan dysplatis (pendek gemuk) bertemperamen schizothym. Schizothym adalah
keadaan sehat dari penderita gangguan skizoid. Menurut krestchmer, schizoid sendiri adalah
tipe peralihan dari keadaan sehat ke keadaan sakitnya yaitu skizofrenia.
5.    Abraham Maslow
Maslow menjelaskan tingkatan kebutuhan manusia yang akan berusaha dipenuhi oleh
manusia, yakni kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga
pun muncul. Individu mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan
berdasarkan perasaan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat berbentuk
keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu kelompok atau
masyarakat.  Tapi tampaknya, penderita schizoid mengabaikan kebutuhan ketiga ini
(kebutuhan akan cinta dan kasih sayang), karena  penderita bahkan tidak pernah tertarik atau
menikmati dalam berhubungan dengan orang lain termasuk untuk menjadi bagian dalam
keluarga. Penderita lebih senang melakukan aktivitasnya sendiri.
Kebutuhan yang keempat ; untuk merasa dihargai orang lain;  tampaknya juga tidak
terlihat pada penderita skizoid ini. Keterbatasan pengungkapan emosi menjadi yang dominan
pada penderita skizoid, sehingga saat diberi pujian sebagai bentuk penghargaan dari orang
lain, penderita tidak terpengaruh, tidak peduli dan emosinya tetap datar.
F.    Psikoterapi
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid sangat sulit untuk mendapatkan
treatment, hal ini disebabkan bahwa individu dengan gangguan Skizoid beranggapan bahwa
dirinya dalam keadaan baik-baik saja, bahkan individu tersebut tidak peduli sama sekali
dengan terapi. Ini menjadi alasan treatment dianggap tidak diperlukan bagi individu dengan
gangguan kepribadian skizoid. kecuali dalam beberapa kasus dimana individu sengaja datang
pada terapis yang diakibatkan adanya gangguan lainnya seperti ketergantungan pada
kebiasaan-kebiasaan buruk yang disadari oleh individu bersangkutan.
• Test Psikologi
Beberapa test psikologi yang dapat mendiagnosa adanya gangguan kepribadian schizoid:
a.    Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI-2)
b.    Millon Clinical Multiaxial Inventory (MCMI-II)
c.    Rorschach Psychodiagnostic Test
d.    Thematic Apperception Test (TAT), yang dikembangkan oleh Murray
Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kepribadian skizoid adalah cognitive-
behavioral therapy (CBT), terapi keluarga dan terapi psikodinamika. Bila individu
mempunyai pasangan hidup, terapi pasangan (couples therapy) dapat digunakan untuk
membentuk komunikasi antar pasangan
• Terapi Individu
Berhasilnya terapi pada individu dengan gangguan SPD membutuhkan waktu yang
relatif lama, dibutuhkan kesabaran untuk mengubah persepsi yang salah terhadap cara
memandang persahabatan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Pada awal
terapi, terapis akan menyuruh pasien/klien untuk mengungkapkan apa yang dibayangkan oleh
individu menyangkut sebuah hubungan persahabatan dan ketakutan-ketakutan yang dirasakan
oleh individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selanjutnya terapis akan
menyusun langkah-langkah kedepan secara bersama dengan klien untuk penyembuhannya.
• Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan salah satu treatment yang paling cepat dan efektif,
meskipun demikian terapi kelompok tetap menemui kesulitan ketika individu SPD ikut dalam
partisipasi kelompok tersebut. Oleh karenanya individu diberikan kenyamanan dalam
grupnya, terapis juga harus menjaga dari kritikan anggota lainnya. Terciptanya keakraban
antar sesama anggota merupakan salah satu harapan dari terapi ini dengan menciptakan
hubungan-hubungan sosial yang saling mendukung. Terapi kelompok akan memberi
pengalaman-pengalaman sosial yang bermanfaat, saling mengerti sesama anggota,
berkomunikasi sampai pada memahami orang lain.
SKIZOFRENIA
DEFINISI
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan
penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social budaya.

Gejala-gejala :
Ada dua gejala yang menyertai schizophrenia yakni gejala negatif dan gejala positif. Gejala
negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak merugikan bagi lingkungannya, seperti
mengurung diri di kamar, melamun, menarik diri dari pergaulan, dan sebagainya. Sementara
gejala positif adalah tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya, seperti
mengamuk dan berteriak-teriak.
 Gejala negative pendataran afektif, alogia (miskin bicara, kemiskinan isi bicara, afek
yang tidak sesuai), tidak ada kemauan-apati, anhedonia-asosialitas, tidak memiliki
atensi social, tidak ada perhatian selama tes
 Gejala positif halusinasi, waham, perilaku aneh (cara berpakaian, perilaku social,
agresif, perilaku berulang), ganggun pikiran formal positif (penyimpangan,
tangensialitas, inkoherensi, dll)

Selain itu, ada juga pengelompokan gejala-gejala menjadi gejala primer dan sekunder (oleh
Bleuler). Gejala primer adalah gejala pokok, sedangkan gejala sekunder merupakan gejala
tambahan.
Gejala primer
 Gangguan proses pikiran yang terutama terganggu adalah asosiasi. Gangguannya
berupa terdapatnya inkoherensi, pasien cenderung menyamakan hal, seakan-akan
pikiran berhenti, stereotipi pikiran (ide yang sama berulang-ulang timbul dan
diutarakan olehnya)
 Gangguan afek dan emosi afek dan emosi dangkal (acuh tak acuh terjadap dirinya),
parathimi (yang seharusnya menimbulkan rasa senang, malah menimbulkan rasa sedih
pada pasien), paramimi (penderita senang tapi menangis), terkadang afek dan
emosinya tidak mempunyai satu kesatuan, emosi yang berlebihan, hilangnya
kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik, dua hal yang berlwanan
mungkin terjadi bersama-sama
 Gangguan kemauan kelemahan kemauan dengan alasan yang tidak jelas, ngativisme
(sikap yang negative atau berlawanan terhadap suatu permintaan), ambivalensi
kemauan (menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu bersamaan),
otomatisme (penderita merasa kemauannya dipengaruhi orang lain atau tenaga dari
luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis)
 Gejala psikomotor gejala katatonik (gerakan kurang luwes), bias sampai stupor (tidak
bergerak sama sekali), mutisme, berulang-ulang melakukan satu gerakan atau sikap,
verbigerasi (mengulang-ngulang kata), manerisme (keanehan cara berjala dan gaya),
gejala katalepsi (bila dalam jangka waktu lama), flexibilitas cerea (bila anggota gerak
dibengkokan terasa ada tahanan seperti pada lilin, negativism (melakukan hal
berlawanan dengan yang diperintahkan), echolalia (meniru kata-kata yang diucapkan
orang lain), ekhopraxia (meniru perbuatan orang lain)
Gejala sekunder
 Waham waham primer (timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa
dari luar hamper patognomonis pada skizofrenia), waham sekunder (biasanya
terdengar logis, seperti waham kebesaran, waham nihilistic, dll)
 Halusinasi pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran (pada
kelainan lain tidak ditemukan yang seperti ini). Paling sering halusinasi auditorik.
Halusinasi penglihatan jarang, namun bila ada, biasanya pada stadium permulaan

KLASIFIKASI
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
 Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;
- Suara-saura halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,
mendengung atau tawa
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-kejar
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/ tidak menonjol

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik


Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
Diagnosis heberfrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu
dan sering menyendiri Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran berikut memang benar bertahan :
 Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan selalu menyendiri, dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

F20.2 Skizofrenia Katatonik


Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
 Stupor atau mutisme
 Gaduh-gelisah
 Menampilkan posisi tubuh tertentu
 Negativisme
 Rigiditas
 Fleksibilitas cerea (posisi yang dapat dibentuk)
 Gejala-gejala lain seperti ”command autism”
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

F20.3 Skizofrenia Tak Terinci


Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, heberfrenik, atau katatonik
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia.

F20.4 Depresi pasca-skizofrenia


Pedoman Diagnostik
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
 Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama 12
bulant terakhir ini
 Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya)
 Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu memenuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu
 Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode
Depresif, bila masih jelas harus tetap antara (F20.0 – F 20.3)

F20.5 Skizofrenia Residual


Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
Gejala ”negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, pasif dan ketiadaan inisiatif, miskin dalam kuantitas dan isi pembicaraan,
afek menumpul, komunikasi non-verbal yang buruk, perawatan diri dan kinerja yang buruk
Setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau untuk menegakkan
diagnosis skizofreniaSedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom ”negatif” dari skizofrenia Tidak terdapat dementia atau
penyakit/ gangguan otak organik lain.

F20.6 Skizofrenia Simpleks


Pedoman Diagnostik
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari :
 Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului halusinasi,
waham atau manifestasi lain dari episode psikotik
 Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup,
dan penarikan diri secara social Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya
dibandingkan dengan sub tipe skizofrenia lainnya.

Etiologi
 Faktor genetic (dibahas pada factor resiko)
 Aktivitas neurotransmitter yang tak seimbang :
- Excessive dopamine release
- Serotonin excess
- Degenerasi neuronal spesifik untuk sistem norepinephrine reward
- Loss of GABAergic in the hippocampus.
- Glutamate antagonis intoxicity
- Decrease of muscarinic and nicotinic receptor in the caudate-putamen,
hippocampus, and selected regions of the prefrontal cortex.
 Kelainan otak secara kasar :
- Lateral & third ventricular enlargement, reduction in cortical volume.
- Reduced symmetry of temporal, occipital, and frontal lobes.
- Decreased size of amygdale, hippocampus, dan parahippocampal gyrus.
- Abnormalities in prefrontal cortex,
- Penurunan neuron pada region thalamus
- Reduction of volume of the globus palidus and the substantia nigra
 Keabnormalan pada gelombang P300
 Exogenic factor (factor lingkungan)

Epidemiologi
- Sekitar 1% populasi US.
- Tinggi pada orang yang lahir di wilayah perkotaan
- Setara pada pria dan wanita
- Onset timbul lebih awal pd pria. Usia puncak wanita 25-35 sementara pada pria 10-25

Faktor Resiko
- Diperkirakan gen yang telibat adalah: 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan 22q. dang
en yang diperkirakan terlibat alpha-7nicotine receptor, DISC 1, GRM 3, COMT, NGR
1, RGS 4, dan G27.
- Lahir pada musim dingin dan awal musim semi (Mungkin berkaitan dengan virus atau
perubahan pola makan pada tiap musim).
- Komplikasi masa kehamilan dan persalinan.
- Bentuk tubuh astenik.
- Terinfeksi influenza pada trisemester ketiga.
- Penyalahgunaan obat-obatan.
- Usia ayah saat hamil di atas 60 tahun

Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan
- mengurangi keparahan gejala kegilaan
- mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan dengan
kemunduran fungsi
- dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf hidup yang terbaik.

Tiga komponen utama dalam pengobatan


- Hospitalisasi
- Terapi somatic/ terapi biologis
- Aktivitas rehabilitasi dan komunitas pendukung
- Psikoterapi

Prognosis
- Pasien dengan skizofrenia mempunyai 10% resiko untuk bunuh diri
- Pulih seutuhnya tidak biasa terjadi
- Gejala biasanya mengikuti waxing dan waning course :
 Pola pasien bisa berubah dalam kurun waktu beberapa tahun
 Gejala positif berespon baik terhadap pengobatan antipsikotik, gejala lainnya
biasanya menetap
- Mengevaluasi prognosis dengan melihat riwayat longitudinal dari penyakit, dimulai
dengan riwayat keluarga sampai pada sistem penanganan
- Menentukan baik atau buruknya prognosis pada skizofrenia :
Prognosis baik :
 Riwayat keluarga ttg gangguan mood / affect
 Perilaku dan personalitas premorbid yang baik
 Sudah menikah
 Onset akut
 Gejala kelainan mood terutama kelainan depresif
 Gejala positif (Positive symptoms)
 Sistem pembantu (support systems) yang baik
Prognosis buruk :
 Riwayat keluarga skizofrenia
 Riwayat trauma perinatal
 Onset pada usia muda
 Perilaku dan personalitas premorbid yang buruk
 Lajang, bercerai, atau menjanda
 Insidious onset
 Tanpa sebab yang jelas
 Tanda dan gejala gangguan neurologis
 Cenderung menarik diri autistic behavior
 Gejala negatif (Negative symptoms)
 Tidak ada remisi dalam 3 tahun
 Sering kambuh
 Riwayat kekerasan
 Sistem pembantu (support systems) yang buruk

Gangguan Afektif
I. PENDAHULUAN
Gangguan mood cukup sering ditemui (sekitar 3-5% populasi pada satu saat dalam
kehidupannya pernah mengalami gangguan mood), dan ditemui oleh hampir semua spesialis
kedokteran. Gangguan mood perlu diidentifikasi dan diobati atau di rujuk ke spesialis yang
sesuai.
Dua bentuk gangguan mood yang dikenal yaitu depresi dan mania. Keduanya terjadi
sebagai kelanjutan dari keadaan normal ke bentuk yang jelas-jelas patologik-pada beberapa
pasien gejala-gejalanya bisa menjadi bentuk psikotik. Gejala-gejala ringan dapat merupakan
perluasan dari kesedihan atau kegembiraan normal sedangkan gejala-gejala berat dikaitkan
dengan sindrom yang jelas (gangguan mood) yang tampaknya berbeda secara kualitatif dari
proses normal dan membutuhkan terapi spesifik.
II. DEFINISI
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang
menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).
Afek atau perasaan adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti
kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya
berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen-komponen fisiologis.
Perasaan biasanya digunakan untuk menunjukkan nada perasaan dalam intensitas
yang normal atau wajar, tidak ekstrim, tidak atau kurang disertai dengan perubahan-
perubahan fisiologis, tidak jelas dalam tingkah lakunya, dan biasanya berlangsung dalam
jangka waktu yang sama.
Semua pengalaman-pengalaman manusia selalu disertai dengan nada perasaan
(feeling tones), apakah pengalaman-pengalaman yang berhasil dan sukses, ataupun yang
tidak berhasil atau gagal. Pengalaman-pengalaman yang berhasil atau sukses disifatkan oleh
nada perasaan yang menggembirakan, menyenangkan, atau memuaskan. Sebaliknya
pengalaman-pengalaman yang tidak berhasil atau gagal disifatkan oleh nada perasaan yang
tidak menyenangkan, karena itu nada-nada perasaan yang menyenangkan cenderung lebih
sering diingat, sedangkan nada perasaan yang tidak menyenangkan cenderung dilupakan.
III. KLASIFIKASI
Gangguan afektif dibedakan atas :
 Episode tunggal atau multiple
 Tingkat keparahan gejala
 Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik, hipomania
 Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan gejala psikotik
 Dengan atau tanpa gejala somatik

IV. EPIDEMIOLOGI
Gangguan mood meningkat dengan bertambahnya usia, dan prevalensi pada semua
kelompok usia adalah secara drastik lebih tinggi dalam kelompok psikiatrik dibandingkan
populasi umum.
V. ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi
antara faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin
biogenic seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-
4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal dilaporkan
ditemukan pada pasien. Pola penurunan terjadi melalui mekanisme yang Kompleks. Bukan
hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik
mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya
seberapa orang pasien.
VI. PROSES AFEKTIF NORMAL
Kesedihan atau ketidakbahagiaan dapat mempengaruhi semua orang dari waktu ke
waktu. Penyebabnya sering jelas, reaksinya tidak dapat dimengerti, dan Perbaikan setelah
penyebabnya hilang. Meskipun demikian, ketidakbahagiaan yang lama sebagai respons
terhadap stress kronis dapat sulit dibedakan dengan gangguan afektif ringan dan memerlukan
terapi. Dukungan dan Perbaikan lingkungan kehidupan merupakan kunci kesembuhan.
Duka cita atau KEHILANGAN adalah perasaan disforik yang lebih dalam setelah
kehilangan atau trauma berat dan dapat menimbulkan sindrom depresi lengkap, tetapi dengan
berjalannya waktu, gejala-gejala depresi dapat hilang. Proses ini dapat berlangsung
berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan membutuhkan suatu “kerja keras” yang sering
melibatkan ketidakpercayaan, kemarahan, berkabung, dan akhirnya membaik. Beberapa
individu dengan rasa kehilangan, (misal, lebih dari dua bulan) berkembang menjadi gangguan
depresi mayor.
Tidak ada proses manik patologik yang ekuivalen, yang dapat diterima secara umum,
meskipun beberapa individu ada yang bereaksi terhadap stressor dengan hipomanik.
VII. DIAGNOSA DAN GAMBARAN KLINIS
A. Episode Depresi
 Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
- Afek depresi
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
 Gejala lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis ;
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
f. tidur terganggu;
g. nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut, diperlukan masa
sekarang sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa bertanya dan berlangsung cepat.
Status Mental
 Tampilan umum:
o Retardasi psikomotor
o Agitasi psikomotor
- Tangan seperti meremas-remas
- Mencabuti rambut
o Tubuh membungkuk
o Gerak gerik lamban
o Menghindari kontak mata

 Alam perasaan:
o Murung/sedih
o Menarik diri
o Segala aktivitas berkurang

 Gangguan persepsi:
o Waham
Dosa, tidak berharga, kejar (serasi afek)
o Halusinasi
Akustik (yang menyalahkan atau menuduh)
 Gangguan pikiran:
o Berpikir negatif tentang kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri dan mati
o Bisa terhambat
o Miskin (tidak produktif)

 Gangguan orientasi:
Pada umumnya tidak terganggu

 Gangguan daya ingat:


50-75% sulit konsentrasi dan pelupa

 Gangguan pengendalian diri:7


o 10-15% melakukan percobaan bunuh diri (suicide)
o Ingin bunuh orang (homicide)
o Kurang motivasi dan kurang energi untuk melakukan tindakan impulsif
o Hati-hati dengan paradoxical suicide

 Tambahan:
o Melebih-lebihkan keburukan atau kegagalan diri sendiri Mengurangi kebaikan
atau keberhasilan diri sendiri (perlu cross check dari keluarga dekat/kerabat
dekat/pendamping.

 Terapi
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan :
1. Keselamatan pasien harus didahulukan
2. Diagnosis harus ditegakkan dengan benar
3. Rencana terapi tidak hanya menghilangkan gejala, juga memperhatikan aspek
pemulihan kedepan
Perawatan di rumah sakit : indikasi rawat adalah untuk penegakkan diagnosis,
menghindarkan resiko bunuh diri atau bunuh orang dan untuk mengatasi perawatan diri yang
terabaikan.
- Terapi psikososial :
o Terapi kognitif
o Terapi interpersonal
o Terapi tingkah laku
o PsikoTerapi
o Terapi keluarga
- Terapi obat :
o Antidepresi (trisiklik, tetnasiklik, MAO-A inhibitor, SSRI dll)
o Lithium carbonate
o Boleh ditambahkan obat anticemas apabila diperlukan
o Boleh diberikan obat antipsikosis apabila ada gejala psikotik
- ECT, Alasan :
o Obat-obatan kurang efektif
o Pasien tidak bisa menenima obat-obatan
o Kesembuhan segena dengan alasan klinis

B. Episode Mania
- Gambaran Emosi
 Mood meningkat, eforia
 Emosi labil
 Perubahan sementara yang cepat menjadi depresi akut
 Irritabilitas, toleransi terhadap frustasi rendah
 Menuntut dan egosentrik

- Gambaran Kognitif
 Harga diri meningkat, grandiositas
 Gangguan bicara
 Kata-kata berirama dan diucapkan dengan keras (klanging)
 Desakan pembicaraan
 Lompat gagasan
 Kadang-kadang inkoheren
 Daya nilai buruk, disorganisasi
 Paranoia
 Waham dan/atau halusinasi.

- Gambaran Fisiologik
 Tenaga meningkat
 Insomnia, kebutuhan tidur berkurang
 Nafsu makan menurun

- Tanda mania
 Agitasi Psikomotor

- Gambaran Klinik
Tampilan umum : Bersemangat, banyak bicara, melawak, hiperaktif. Ada kalanya
mereka memperlihatkan gejala psikotik dan bingung sehingga perlu difiksasi dan diberikan
suntikan antipsikotik.
Alam perasaan, emosi : Perasaannya hiperthym, mudah tersinggung, tidak mudah
frustrasi, mudah marah dan menyerang. Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan
gembira ke depresi dalam beberapa menit saja.
Cara bicara: Bicaranya sukar dipotong, bombastis, volumenya keras, bermain dengan
kata-kata, bercanda, berpantun, dan tidak relevan. Selanjutnya bisa terjadi loncat gagasan,
asosiasi menjadi longgar, konsentrasi berkurang, bisa inkoheren dan neologisme sehingga
sukar dibedakan dengan pasien skizofrenia.
Gangguan persepsi: 75 % pasien mania mengalami waham, yang biasanya
berhubungan dengan kekayaan, kemampuan yang luar biasa, kekuatan atau kehebatan yang
luar biasa. Kadang-kadang ada waham dan halusinasi yang kacau dan tidak serasi.
Gangguan pikiran: Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan,
merasa hebat. Mereka mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak
terkendalikan.
Gangguan sensorium dan fungsi kognitif: Ada sedikit gangguan pada fungsi
sensonum dan kognitif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan meskipun tidak
ada gangguan orientasi dan daya ingat.
Gangguan pengendalian diri: Sekitar 75 % pasien mania suka mengancam dan
menyerang. Ada juga yang melakukan homicide dan suicide. Mereka sukar menahan diri
yang tidak melakukan hal-hal yang merugikan kalau sedang tersinggung atau marah.
Tilikan: Pada umumnya pasien mania mengalami gangguan tilikan. Mereka mudah
melanggar hukum, pelanggaran dibidang seksual dan keuangan, kadang-kadang mereka
menyebabkan kebangkrutan ekonomi keluarga.
Reliabilitas: Pasien mania sering berbohong ketika memberikan informasi, karena
berdusta dan menipu adalah biasa untuk mereka.
- Terapi
1. Dirawat (bila perlu)
2. Kejang listrik (ECT)
3. Psikofarmaka
a. Lithium
b. Divalproex
c. Olanzapine
d. Clonazepam
e. Lorazepam
f. Haloperidol
4. Psikososial
 Terapi keluarga
 Terapi interpersonal
 Terapi tingkah laku
 Therapeutic community
 Kurangi jumlah dan berat stressor

VIII. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS


Gangguan ini cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami
kekambuhan. Stresor kehidupan seringkali mendahului episode pertama gangguan mood
dibandingkan episode selanjutnya. Episode depresi yang tidak diobati biasanya berlangsung
selama 6-13 Bulan, sedangkan bila diobati sekitar 3 bulan. Sebagian pasien dengan diagnosis
awal gangguan depresi berat menderita episode manik 6-10 setelah episode depresi awal.
Gangguan depresi bukan merupakan gangguan yang ringan, cenderung menjadi kronik, dan
mengalami relaps. Prognosis diperkirakan baik bila episode ringan, tidak ada gejala psikotik,
dan tinggal di RS dalam waktu singkat.
IX. DIAGNOSIS BANDING
 Depresi
- Gangguan Skizofrenia
terutama katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenua dapat terlihat atau
menjadi depresi selama atau setelah satu episode. Adanya penyesuaian
premorbid yang buruk, gangguan proses pikir formal dengan waham
yang tersusun baik dan halusinasi yang kompleks, tidak ada riwayat
siklik, dan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan
afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.
- Gangguan Skizoafektif
Suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi
beberapa saat bertumpang-tindih dengan gejala-gejala mood mayor.
- Gangguan Cemas menyeluruh
Pertama terlihat ansietas yang sangat menonjol. Pasien dengan cemas
hendaknya selalu dipertimbangan kemungkinan adanya depresi.
- Alkoholisme dan ketergantungan Zat
Alkoholisme dan depresi sering terlihat bersama-sama (pasien dengan
”diagnosis rangkap”).
- Gangguan Obesif-Kompulsif, Gangguan Kepribadian Ambang dan
Histrionik
- Demensia
”Pseudodepresi” sering terjadi dan sulit membedakannya terutama
pada orang tua. Periksa gangguan memori dan disorientasi.
 Mania
- Gangguan Skizofrenia
Pada kasus-kasus akut sulit membedakannya. Periksa riwayat keluarga
dan riwayat pribadi pada masa lalu.
- Gangguan Skizoafektif.
- Gangguan Kepribadian Ambang.

Kerangka Konsep

Skizoid Skizophrenia
gejala positif Gejala negatif
halusinasi Alogia (tidak mau bicara)
delusi gangguan afek
pikiran dan pembicaraan kacau

Kesimpulan
Cek Ela 30 tahun mengalami Gangguan mental berat berupa schizophrenia dan schizoid
personality disorder

You might also like