You are on page 1of 73

Makalah Virus (Measles Infection)

Disusun Oleh: Andya Yudhi Oki Fahmi A. Hendra Leofirsta Viny Octofiad Mentari Dhisa Zainita Habsari Laras Indri Palupi Hasyati Dwi Kinasih Rosiana Afida Henny Hasyyati Dionissa Shabira Risdi Pramesta [101 0211 004] [101 0211 006] [101 0211 013] [101 0211 016] [101 0211 018] [101 0211 020] [101 0211 021] [101 0211 023] [101 0211 024] [101 0211 025] [101 0211 029] [091 0211 125]

Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Measles Infection
Cinta, a 4 years old girl, is brought to a primary health care with complain fever, diarrhea, and rash at her face, neck , arm and legs accompanied with itch since yesterday. 3 days before, cinta had sudden fever, common cold, cough, and water red eyes. Her mother had already given her a antipyretic but the fever resolve temporarily and her body temperature increased again. 2 weeks before, Cinta and her mother went to a family meeting at her grandmothers house, at the time her cousin had just recovered from measles infection. Her mother suspect that cinta infected by measles virus although she had been vaccinated measles at the age of 9 month. The general practitioner at the primary health care gives her physical examination and finds the patient look moderately ill, cranky, weak, and her body temperature is 37,6 oC. Rash is found in macula and papula shape at her face, neck, body, arm and legs. Small white spots (koplik spot) are also found at inner part of her mouth (buccal mucous). The doctor diagnoses her of having measles infection in a good condition and need only a home care. The doctor prescribes symptomatic drugs such as antypiretic, vitamins, and antipruritic powder. Cintas mother is taught how to care of cinta at home. Cinta is also suggest to have MMR immunization after recovery. After taking medication and a well home care, so in two days later Cinta is looked happy, her body temperature is normal, complains have gone, and the rahs is fading.

Terminology (Viny Octofiad)

Common cold : lebih dikenal dengan nasofaringitis yaitu gangguan saluran pernapasan disebabkan oleh virus influenza Measles infection : infeksi virus yang sangat menular, biasanya pada anak-anak, terutama menyerang saluran pernapasan dan jaringan retikuloendoterial. Macula Papula : bercak , bintik atau penebalan : tonjolan lesi pada kulit yang kecil , berbatas tegas dan padat.

Koplik spot : bercak kecil berwarna merah tidak beraturan pada mukosa bucal dan lingual dengan bercak putih terang kecil pada setiap bagian tengahnya, terletak pada stadium prodromal campak disebut juga komplik sign. Symptomatic drug Antypiretic : obat yang diarahkan pada pengurangan gejala penyakit tertentu : menghilangkan dan menurunkan demam

Antypruritic powder : bedak untuk meringankan atau mencegah gatal gatal. MMR immunization : vaksin kombinasi antara vaksin campak, parotis dan rubella.

Kamus kedokteran DORLAND edisi 33

VIRUS (Dhisa Zainita Habsari)

Definisi Agen penyebab infeksi yang berukuran paling kecil (diameter berkisar dari sekitar 20 nm sampai sekitar 300 nm). Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Umumnya tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, dengan menggunakan mikrokop elektron, kecuali poxfirus.

Sejarah Penemuan o Aristoteles (400 S.M.) Menemukan penyakit rabies, penyakit viral pertama pada binatang yang diketahui. o Dmitri Iwannowski (1892) Melaporkan penularan infeksi oleh filtrat saringan bakteri pada tembakau dan menyebabkan penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. o Martinus Beijerink (1898) Menyatakan bahwa penyebab infeksi pada filtrat saringan bakteri tersebut adalah hidup dan tak berbentuk partikel, diberi nama contagium vivum fluidum atau virus yang berarti racun. o Twort (1915) dan Dherelle (1917) Menemukan virus yang menyerang bakteri ( bakteriofage) o Lalu beberapa penemuan bersejarah lain memberikan landasan yang kokoh dalam virulogi hingga menjadi lebih pesat. Struktur Informasi struktural diperlukan untuk klasifikasi virus dan menentukan hubungan fungsistruktur protein virus. 1. Asam Nukleat

Terdiri dari RNA atau DNA, namun tidak terdiri dari keduanya sekaligus. 2. Nukleoprotein Asam nukleat yang bergabung dengan protein (inti virion). 3. Kapsid Selubung protein yang melindungi asam nukleat dari pengaruh ekstraseluler, mempermudah proses penempelan dan mungkin pula proses penembusan ke dalam sel. 4. Kapsomer Sekelompok polipeptida yang menyusun kapsid, terikat satu sama lain dengan ikatan nonkovalen. 5. Protein virus Bagian terbesar, mempunyai fungsi : 6. Enzim membentuk rangka virion mempermudah transfer asam nukleat virus dari satu pejamu ke pejamu lainnya. membantu pelekatan virus ke sel yang peka memberikan simetri struktural pada partikel virus menentukan ciri antigenik virus Neuraminidasa Menghidrolisis galaktosa N asetil neuraminat. Berfungsi membantu proses penetrasi ke dalam sel (pada orthomyxovirus). RNA polimerase RNA polimerase yang dibawa oleh virus memilik genom RNA negative-sense (pada rhabdovirus) yang diperlukan untuk menyalin mRNA pertama, dan reverse transcriptase, untuk membuat salinan DNA dari RNA virus (pada retrovirus), penting dalam replikasi dan transformasi. Nuklease Bekerja pada asam nukleat. Contohnya pada adenovirus, poxvirus, dan retrovirus.

7. Selubung Virus Terdapat pada virus yang berselubung, mengandung lipid netral, protein, dan glikoprotein (peplomer) yang menempel pada selubungnya.

Morfologi o Berdasarkan selubungnya a. Virus telanjang Tidak memiliki selubung (membran) yang menyelubungi kapsid. - picornavirus - adenovirus - parvovirus b. Virus berselubung Memiliki selubung (membran) yang menyelubungi kapsid. Virus-virus lainnya selain virus telanjang - reovirus - papovavirus

o Berdasarkan pada penyusunan subunit morfologi Agar dapat melindungi asam nukleat, molekul polipeptida harus tersusun simetris, terdapat dua jenis yang dikenal : a. Simetri heliks Subunit protein terikat secara berkala ke asam nukleat virus, melilitkannya menjadi suatu heliks (spiral). - myxovirus b. Simetri ikosahedral (kubik) Penyusunan subunit protein dalam selubung yang tertutup, dalam bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi. - picornavirus c. Struktur kompleks Tidak memperlihatkan simteri ikosahedral atau heliks tetapi memperlihatkan struktur yang lebih rumit. - poxvirus, berbentuk batu bata, dengan tonjolan pada permukaan luar dan sebuah inti serta badan lateral di bagian dalam - papilomavirus - rhabdovirus

simetri heliks

simetri ikosahedral

struktur kompleks

Istilah-Istilah Penting Dalam Virologi


(Rosiana Afida) 1) Sel Hospes 2) Hemaglutinasi 3) Elusi : Sel yang telah terinfeksi oleh virus (sel pejamu). : Aglutinasi eritrosit yang di sebabkan oleh antibody. : Pemisahan bahan dengan membasuh, seperti pada pembebasan enzim dari absorbennya. : Serum yang mengandung satu atau beberapa antibody. Dapat diperoleh dari binatang yang telah di imunisasi baik dengan menyuntik antigen atau infeksi mikroorganisme yang mengandung antigen tersebut. : Alat untuk merakam gerakan yang sangat halus. Alat ini bekerja dengan membuat rekaman gerakan suatu diafragma yang sangat halus, tetapidiperbesar pada film fotografik. : Tindakan atau proses pegendapan. : Partikel virus lengkap, ditemukan di luar sel dan mampu bertahan hidup lama dakam bentuk Kristal serta megginefeksi sel hidup. : Agen infeksi yang sangat kecil. : Agen yang menetralkan atau membunuh virus. : Membawa atau menghasilkan virus atau agen berbahaya lainnya. : Sekresi virus dalam usus. : Virus yang menyerang bakteri.

4) Anti serum

5) Mikrofag

6) Presipitasi 7) Virion

8) Virus 9) Virucide 10) Viroliferous

11) Virulactia 12) Bakteriofage

13) Efek Sitopatogenik : Perubahan morfologis yang terjadi akibat oleh virus sitopatogenik. 14) Budding out 15) Viremia : Metode pelepasan virus dari suatu sel, setelah terjadi replikasi : Adanya virus di dalam darah. Biasanya ditandai dengan malaise.

16) Diapedesis

: Usaha untuk lolos keluar melalui dinding pembuluh yang masih utuh pada unsure butir darah.

Klasifikasi Virus (henny hasyyati)

Virus dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk jenis simetris, ada atau tidaknya peplomer, dan ada atau tidaknya membrane. 2. Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat (DNA atau RNA), ukuran genom dalam kilobasa(kb) atau pasangan kilobasa (kbp), rantainya; tunggal atau ganda, linear atau sirkular, 3. Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molecular, densitas ringan, stapilitas pH, stabilitas termal, dan kerentanan terhadap agen-agen fisik dan kimia, terutama eter dan detergen. 4. Sifat protein virus, adalah jumlah ukuran dan aktivitas fungsional protein-protein structural dan non structural, sekuens asam amino, modifikasi (glikosilasi, fosforilasi, miristilasi), dan aktivitas fungsional khusus (transcriptase, reverse transcriptase , neuraminidase, aktivitas fusi). 5. Susunan dan replikasi genom, adalah ordo gen, jumlah dan posisi pola pembacaan terbuka, strategi replikasi (pola transkripsi, translasi), dan tempat selular (akumulasi protein, asembli virion, pelepasan virion). 6. Sifat antigenic. 7. Sifat biologic, termasuk kisaran pejamu alami, cara transmisi, hubungan vector, pathogenesis, tropisme jaringan, dan patologi. (Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology, Twenty-Fourth Edition)

Penggolongan virus meliputi pembagian atas family, subfamily (hanya pada beberapa family), genus dan spesies. Nama family virus ditandai dengan akhiran viridae. Anggota family merupakan virus yang mempunyai sifat umum sama dan tidak banyak berubah. Anggota family tertentu mempunyai morfologi virion, struktur dan replikasi genom khas. Dan juga memiliki kemungkinan mempunyai filogenitas yang sama. Ada empat family, yaitu herpesviridae, poxviridae, papovaviridae dan retroviridae dibagi lagi menjadi subfamily. Nama subfamily diberi akhiran virinae. Nama genus virus ditandai dengan akhiran virus. Anggota genus merupakan spesies yang mempunyai sifat sama. Criteria genus berupa sifat fisikokimia dan/atau serologi. Sifat yang dipakai sebagai criteria penentuan spesies dapat berupa sifat fisikokimia, sifat serologic ataupun sifat biologic lain.

Berdasarkan genomnya virus dibagi menjadi virus RNA dan virus DNA

Virus DNA
Famili DNA virion Replikasi& morfogenesis Adenoviridae Rantai ganda, Tdk segmen tunggal herpesviridae berselubung, ikosahedral Pada inti sel (budding proses) Pada inti sel Sempit Spektrum hospes

Rantai ganda, Berselubung, segmen tunggal ikosahedral

hepadnaviridae

r.Ganda&tun

Berselubung

Inti sel, HBsAg di sitoplasma

ggal, segmen (HBeAg)

tunggal

Papovaviridae

r.ganda, segmen tunggal sirkuler

Tdk berselubung,

Pada inti sel

Sempit

Parvoviridae

Rantai tunggal, segmen tunggal

Tdk berselubung, ikosahedral

Inti sel, perlu sel Sempit hospes

poxviridae

Rantai ganda, Berselubung, segmen tunggal balok

Sitoplasma (viroplasma)

sempit

Virus RNA famili RNA polaritas Virion Replikasi & Spektum

Morfogenesis hospes Picornavir R.tunggal, idae tunggal segmen positif Tdk berselubung, ikosahedral Calicivirid ae R.tunggal, tunggal segmen positif Tdk berselubung, ikosahedral Togavirid ae R.tunggal, tunggal segmen positif segmen positif berselubung, ikosahedral Berselubung belum jelas Membran sel (budding ) , Membran sel (budding ) luas luas Sitoplasma Sempit Sitoplasma Sempit

Flavivirida R.tunggal, e tunggal

Bunyaviri dae

R.tunggal, terdiri dari 3 Negatif segmen

Berselubung, heliks Berselubung, heliks

Golgi (budding) Membran plasma (budding)

luas

arenavirid R.tunggal, terdiri dari 2 Negatif ae segmen

luas

famili

RNA

Polaritas

Virion

Replikasi& morfogenesis

Coronavirid ae

R.tunggal, segmen tunggal

Positif

Berselubung, heliks

Sitoplasam&membran intrasitoplasma

Rhabdovirid R.tunggal, ae segmen tunggal Filoviridae R.tunggal, segmen tunggal Paramyxovi ridae R.tunggal, segmen tunggal orthomyxov R.tunggal, iridae segmen tunggal Reoviridae R. Ganda, segmen ganda retroviridae R.tunggal, segmen tunggal

negatif

Berselubung, heliks

Sitoplasam&membrane intrasitoplasma

negatif

Berselubung, heliks

Sitoplasma

negatif

Berselubung, heliks

Sitoplasma& membran plasma

negatif

Berselubung, heliks

Inti/sitoplasma& membran plasma

negatif

Tdkberselubun g, ikosahedral

Sitoplasma

negatif

Berselubung, ikosahedral

Budding prosses di membran plasma

(Buku ajar mikrobiologi FKUI edisi revisi 2002)

Prion adalah molekul protein menular yang tidak mengandung DNA atau RNA. Prion menyebabkan infeksi pada domba yang disebut scrapie dan sapi bovine spongiform encephalopathy (penyakit "sapi gila"). Pada manusia prion menyebabkan kuru dan penyakit Creutzfeldt-Jakob. Prion sangat tahan panas, formaldehid, dan sinar ultraviolet yang dapat mematikan virus. Prion mampu bereplikasi karena beberapa protein bisa eksis dalam dua bentuk yang berbeda, lalu prion merubahan bentuk normal protein tuan rumah menjadi bentuk prion. hal tersebut memulai reaksi berantai di mana setiap protein prion mengkonversi banyak protein tuan rumah menjadi prion lebih. Meskipun mereka pada dasarnya berbeda dari virus dan viroid, penemuan prion memberikan kepercayaan pada gagasan bahwa virus bisa berevolusi dari diri-replikasi molekul. (www.news-medical.net/health/virus-origins-(indonesian).aspx)

Ada juga virus yang belum diklasifikasikan :


No 1 Virus prion Sifat sangat tahan terhadap pengaruh lingungan fisik dan kimiawi. setelah melewati masa inkubasi yang sangat lama penyakit berlangsung progresif disertai kerusakan histologi dan faal jaringan saraf RNA rantai tunggal, terdiri dari selubung HBsAg dan antigen delta serta genom RNA, infeksi pada manusi merupakan ko-infeksi hepatitis B RNA rantai tunggal, polaritas positif virion berselubung blm bisa dibiakan in vitro, penyebab diare RNA rantai tunggal, tidak bersegmentasi. bentuk sferis dan tersusun atas 4 jenis protein

virus hepatitis delta virus hepatitis C 4 virus norwalk 5 atrovirus

(Buku ajar mikrobiologi FKUI)

Sifat dan cirri-ciri virus : 1. Jasad renik hidup; ultra mikroskopik 2. Parasit obligat intrasel 3. Partikel gen berdiri sendiri 4. Dapat lolos saringan kuman (0,45v) 5. Dapat mensintesa enzim 6. Tropisme spesifik terhadap hospes 7. Bersifat antigenic 8. Dapat dikristalkan 9. Bersifat onogenik

10. Bersifat hemaglutinasi 11. Bersifat interfernsi 12. Dapat bermutasi 13. Bersifat toksik 14. Resisten terhadap antibiotic 15. Dapat dihambat dengan khemoteraphy 16. Dapat direkayasa menjadi virus berbeda sifat 17. Dapat direkonstruksi menjadi virus lengkap 18. Dapat membentuk plaques dan pocks ( Zeinser Mikrobiology & Clinical Microbiology)

PERKEMBANGBIAKAN VIRUS
(Oki Fahmi A. N)

Ciri-ciri khusus perkembangbiakan virus adalah begitu berinteraksi dengan sel inang, virion penyebab infeksi pecah dan kemampuan infeksi yang yang dapat di ukur hilang. Fase siklus pertumbuhan ini disebut periode eklips.1)

REPRODUKSI VIRUS
1). Penempelan (Attachment)

Langkah awal pada infeksi virus adalah interaksi virion dengan tempat reseptor khusus pada permukaan sel. Molekul-molekul reseptor untuk setiap jenis virus berbeda-beda (berupa protein pada pikornavirus, dan berupa oligosakarida pada paramiksovirus); ada atau tidaknya reseptor memainkan peranan penting untuk menentukan patogenesis virus (virus polio hanya dapat melekat pada sel dalam susunan saraf pusat dan saluran usus primate); Pengikatan reseptor dianggap menggambarkan homologi konfigurasi antara struktur permukaan virion dan komponen permukaan sel (virus imunodefisiensi manusia berikatan dengan reseptor CD4 pada sel system imun, virus rabies berinteraksi dengan reseptor asetilkolin).

2). Penyusupan (Penetrasi) Setelah diikat, partikel virus masukke bagian dalam sel. Pada bakteriofage hanya asam nukleat saja yang menyusup ke sitoplasma, sementara kapsidnya berada di luar. Pada virus telanjang lain penyusupan terjadi dengan cara fagositosis virion (viropexis), sedangkan penyusupan berselubung dapat pula terjadi dengan cara fusi selubung virus ke membrane plasma diikuti dengan masuknya nukleokapsid ke sitoplasma. Proses penyusupan dipengaruhi oleh suhu dan zat penghambat fagositosis.

3). Pelepasan Pembungkus Luar (Uncoating) Merupakan proses pelepasan asam nukleat dari pembungkus luar. Pada tahap ini kemampuan infeksi virus induk menghilang.

4). Replikasi Asam Nukleat dan Sintesis Komponen Virus Bagian utama dalam replikasi virus adalah mRNA harus ditraskripsikan dari asam nukleat virus demi keberhasilan ekspresi dan duplikasi informasi genetik. Berbagai kelompok virus menggunakan jalur yang berbeda dalam mensintesis mRNA, bergantung pada struktur asam nukleat virus. Kebanyakan virus DNA berkembangbiak di dalam inti sel, dan tergantung RNA polymerase sel, kecuali poxvirus yang berkembangbiak di dalam sitoplasma dan memiliki enzim transkripsi sendiri. Pada tahap awal biasanya biasanya hanya sebagian gen virus saja yang mengalami transkripsi, yaitu terutama gen yang berhubungan dengan pembentukan enzim dan protein awal. Transkripsi selanjutnya berhubungan dengan pembentukan struktur virus. Setelah proses transkripsi, RNA ditranslasikan menjadi protein pada poliribosom sitoplasma. Protein yang merupakan produk ini antara lain: 1).Polipeptida structural virion 2). Enzim virion 3). Enzim yang tidak bersifat structural dan berhubungan dengan transkripsi atau translasi DNA 4). Protein yang mengatur supresi transkripsi atau translasi oleh sel 5). Protein yang mengatur supresi ekspresi gen awal virus Jika konsentrasi enzim yang diperlukan telah mencukupi, DNA mulai mengadakan replikasi. Virion yang telah lengkap bergerak menuju membran sel. Virus yang berselubung akan mendapatkan selubungnya di membran sel.

Perkembangbiakan virus RNA berbeda dengan virus DNA, yaitu bahwa genomnya berupa RNA yang proses traskripsi, translasi dan replikasinya berbeda dengan DNA, jumlah informasi genetik yang dibawanya lebih sedikit dan akhirnya proses pematangannya yang hampir seluruhnya melalui proses budding dari membran sitoplasma.

PEMBEBASAN VIRUS
Lisis Sel pada virus telanjang Tidak ada mekanisme khusus untuk pelepasan virus yang tidak berselubung atau telanjang, virus yang terbentuk akan melepaskan diri sel hospes yang terinfeksi yang pada akhirnya akan mengalami lisis dan melepaskan partikelpartikel virus. Budding Out pada virus berselubung Virus berselbung mengalami pematangan melalui

pertunasan, Glikoprotein selbung khusus-virus disisipkan ke dalam selaput sel; kemudian nukleokapsid virus bertunas melalui selaput pada selaput inti, dan dengan demikian akan memperoleh selubung. Virus matang di bawa di dalam vesikel selaput plasma, lalu peleburan vesikel ke dalam selaput plasma menghasilkan pelepasan virus ke ruang ekstrasel.

CARA PENULARAN
(Oki Fahmi A. N)

Cara penularan yang digunakan oleh virus bergantung pada sifat interaksi antara virus dengan inangnya. Virus dapat ditularkan melalui cara berikut: 1). Penularan langsung dari orang ke orang melalui kontak. Cara utama penularan dapat dengan infeksi droplet atau aerosol (misalnya influenza, campak, cacar); melalui fekal-oral (misalnya enterovirus, rotavirus, hepatitis menular); melalui kontak seksual (misalnya hepatitis B, herpes simpleks tipe 2, HIV); melalui kontak tangan-mulut, tangan-mata, atau mulut-mulut (misalnya herpes simpleks, rinovirus, virus Epstein-Barr); atau melalui pertukaran darah yang terkontaminasi (misalnya hepatitis B, HIV). 2). Penularan dari hewan ke hewan, dengan manusia sebagai inang tak tetap. Penyebaran dapat melalui gigitan (misalnya rabies) atau melalui infeksi droplet atau aerosol dari tempat tinggal yang terkontaminasi hewan pengerat (misalnya arenavirus, hantavirus). 3). Penularan melalui vector artropoda. Misalnya penyakit demam kuning dan demam berdarah dengue dengan vektornya adalah Aedes aegypti. (Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 1996.)

SISTEM IMUNITAS ( Risdi Pramesta )

Pengantar Immunologi

Imunologi adalah Ilmu yang mempelajari reaksi atau perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai akibat masuknya benda asing [antigen] Reaksi dan perubahan yang terjadi Respons imun Respon imun = usaha menetralisir, mengeliminir dan mematabolisme zat asing atau produknya yang masuk kedalam tubuh ( fungsi pertahanan ) Respon imun sebagai fungsi Homeostatis dan pengawasan Mekanisme reaksi kekebalan terjadi melalui sistim yang sangat kompleks sistim imun, terlibat komponen-komponen sistim imun non spesifik dan spesifik.

Jenis imunitas:

1. Imunitas alami [imunitas bawaan/sudah ada/innate/naturall immunity] Memperlihatkan mekanisme pertahanan yang sudah ada sebelum terpajan agen asing, reaksi bersifat non spesifik, meliputi: a. Sawar fisikokimia kulit, silia dan membran mukosa b. Molekul dalam sirkulasi darah komplemen

c. Sel Imun sel fagositik [makrofag, netrofil] dan sel pembunuh alami ( natural killer ) d. Mediator terlarut sitokin [bahan pengatur] berasal dari sel imun

2. Imunitas didapat/ aquired immunity perangsangan atau induksi mekanisme pertahanan, reaksi bersifat spesifik untuk molekul yang berbeda, kekuatannya dan efektivitasnya meningkat dari setiap pajanan. Termasuk kedalam imunitas spesifik: Pertahanan sawar/fisikokimia sistim imun kulit dan mukosa antibodi pada sekresi mukosa Molekul dalam sirkulasi darah antibodi Sel Imun limfosit Mediator terlarut limfosit yang berasal dari sitokin

Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FK UI Edisi Revisi

Jenis imunitas spesifik

Imunitas aktif reaksi imunitas spesifik seseorang pada pajanan antigen Imunitas pasif reaksi imunitas spesifik didapat melalui perpindahan sel atau serum orang lain yang sudah imun

Kelas imunitas spesifik

Imunitas humoral imunitas pasif didapat melalui perpindahan plasma atau serum orang lain yg telah imun, imunitas diperantarai antibodi yang dilepaskan oleh sel limfosit B [berdifferensiasi di bursa fabrikus] komplemen, interferon, C-reactive protein/CRP Imunitas yang diperantarai sel imunitas pasif didapat melalui pemindahan sel limfosit T ( berdiferensiasi di kelenjar timus )

SISTEM IMUN

NON SPESIFIK

SPESIFIK

FISIK KULIT SELAPUT LENDIR SILIA BATUK BERSIN

LARUT BIOKIMIA lisozim (keringat) sekresi sebaseus laktoferin Asam neuraminik HUMORAL komplemen Interferon Protein fase akut

SELULAR FAGOSIT MONONUKLEAR POLIMORFONUKLEAR SEL NK SEL MAST

HUMORAL SEL B Ig G Ig A Ig M Ig D Ig E

SELULAR

SEL T

Gambaran Umum Sistem Imun

PERBEDAAN SIFAT-SIFAT IMUN NON SPESIFIK DAN SPESIFIK

1. Resistensi 2. Spesifitas 3. Sel yang penting 4. Molekul yang penting

NON SPESIFIK 1. Tidak dirubah oleh infeksi 2. Umumnya spesifk terhadap semua mikroba 3. Fagosit, sel NK, sel Mast. 4. Lisozim, Komplemen, Interfon, dll

SPESIFIK 1. Membaik oleh infeksi berulang 2. Spesifik untuk mikroba yang sudah mensensitasi sebelumnya 3. Sel B 4. Antibodi, sitokin, mediator, mol.adhesi

Imunologi Dasar FK UI Karnen Garna Baratawidjadja Edisi Ke-8

SISTEM IMUN NON SPESIFIK

Mekanisme fisiologik imunitas non-spesifik berupa komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut. Mekanismenya tidak menunjukan spesifitas terhadap benda asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial.

Imunologi Dasar FK UI Karnen Garna Baratawidjadja Edisi Ke-8

Mekanisme Imunitas Non spesifik Terhadap Bakteri Pada Tingkat Sawar Fisik Seperti Kulit / Permukaan Mukosa

Mukus yang kental : Melindungi sel epitel mukosa, Dapat menangkap bakteri dan Bahan lainnya yang selanjutnya

Dikeluarkan oleh gerakan silia

EMPAT MACAM PERTAHANAN DALAM SISTEM IMUN NON SPESIFIK

1. Pertahanan Fisik / Mekanik

Sistem pertahanan ini meliputi kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin merupakan garis pertahanan terhadap infeksi.

2. Pertahanan Humoral

a. Komplemen Berperan meningkatkan fagositosis [opsonisasi] dan mempermudah destruksi bakteri dan parasit Dapat menghancurkan sel membran bakteri lisis Melepas bahan kemotaktik yang mengerahkan makrofag ketempat bakteri

Pengendapan komplemen pada permukaan bakteri memudahkan makrofag mengenal/opsonisasi dan memakannya

Terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.

Komplemen

Bakteri

Fagosit

Bakteri

1. Lisis

2.Kemotaksis

3. Opsonisasi

CATATAN : LISIS KEMOTAKSIS : adalah antibodi yang menyebabkan lisis sel : adalah gerakan fagosit ke tempat terinfeksi sebagai respons terhadap berbagai faktor sebagai produk bakteri dan faktor seperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktivitasi komplemen. OPSONISASI : adalah antibodi yang setelah melekat pada kuman atau partikel lainnya, merangsang dan memudahkan fagositosis.

Imunologi Dasar FK UI Karnen Garna Baratawidjadja Edisi Ke-8

b. Interferon / IFN Glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus Menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten Mengaktifkan Natural Killer cell [sen NK] membunuh sel yang terinfeksi

Sel jaringan

Infeksi virus atau transformasi neoplasma

Membunuh Sel terinfeksi

Sel resisten terhadap virus

Interferon Aktivasi Induksi resisten

c. Protein Fase Akut

C-Reactive Protein/CRP CRP salah satu protein fase akut, protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut Meningkat 100x/>, berperan pada imunitas nonspesifik dengan bantuan Ca++ Mampu mengikat malekul fosforilkolin yang terdapat pada permukaan bakteri & jamur Merupakan opsonin yang memudahkan fagositosis CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten

Mannan binding lectin ( MBL ) Berperan untuk mengaktifkan komplemen. Secara keseluruhan, respons fase akut memberikan efek yang menguntungkan melalui peningkatan resistensi pejamu, mengurangi cidera jaringan dan meningkatkan resolusi dan perbaikan cidera inflamasi. MBL juga merupakan reaktan fase akut yang dapat mengikat residu manosa pada permukaan banyak bakteri dan berperan sebagai opsonin.

Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FK UI Edisi Revisi Dan Imunologi Dasar FK UI Karnen Garna Baratawidjadja Edisi Ke-8

3. Pertahana Selular

a. Fagosit

Sel utama dalam pertahanan non spesifik sel mononukleir [monosit dan makrofag], serta sel polimorfonukleir atau granulosit Granula berisi enzim hidrolitik, laktoferin bersifat bakterisidal. Sel fagosit berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat: kemotaksis,menelan,memakan, membunuh dan mencerna. Fagositosis yang efektif pada invasi kuman dini akan dapat mencegah timbulnya infeksi Kemotaksis adalah gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap bebagai faktor seperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen.

b. Makrofag

Makrofag dapat hidup lama, memiliki granul melepaskan berbagai bahan: lisozim, komplemen, interferon dan sitokin. Monosit yang ditemukan dalam sirkulasi, tetapi dalam jumlah sedikit di banding neutrofil. Monosit bermigrasi ke jaringan dan disana berdiferensiasi menjadi makrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen.

c. Large Granular Lympochyt ( LGL )

LGL ditemukan sekitar 2-6% dari lekosit perifer, dengan ciri mengandung banyak sekali sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus eksentris Sasaran utama LGL sel kanker & virus Sebagian besar menunjukkan sifat sel NK dan Antibody Dependent Cellular Cytotoxin [ADCC]

d. Sel Mast Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu, jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri. Bebagai faktor nonimun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas dan dingin dapat pula mengaktifkan dan degranulasi sel mast.

Imunologi Dasar FK UI Karnen Garna Baratawidjadja Edisi Ke-8

4. Pertahanan Biokimia

Imunologi Dasar FK UI Karnen Garna Baratawidjadja Edisi Ke-8

SISTEM IMUN SPESIFIK

Berbeda dengan sistem imun nonspesifik,sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik . Pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag.

DUA MACAM PERTAHANAN PADA SISTEM IMUN SPESIFIK

1. Humoral

Terdapat sintesa dan masuknya cairan antibodi ke dalam aliran darah dan cairan badan lainnya (antibodi humoral) antibodi ini akan mengikat dan menetralisir antigen. Di dalam humoral terdapat sel B/ limfosit-B, yang mempunyai ketergantungan dari bursa ( sebuah alat yang membuat sel B berdiferensiasi menjadi sel B yang matang. Fungsi sel B bagi tubuh kita , yaitu pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus, dan bakteri serta menetralisasi toksinnya

2. Selular

Terbentuk sel limfosit yang terangsang kemudian mengakibatkan kekebalan seluler, yaitu limfosit T, Sel T dibentuk di sumsum tulang. Fungsi utama pertahanan selular adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup secara intraselular, virus, jamur.

LIMA KELAS UTAMA IMMUNOGLOBULIN / ANTI BODI MANUSIA

IgG Mampu menembus jaringan plasenta, memberikan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah lahir. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah kekebalan . IgA Terdapat di dalam serum, tetapi cenderung membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida yang disebut rantai J . Fungsinya untuk mematikan kuman koliform dan untuk reaksi komplemen melalui jalannya metabolisme alternatif. IgM Terdapat dalam bentuk polimer terdiri dari 5 subunit molekul 4-peptida, dihubungkan dengan rantai J seperti pada IgA. Polimer IgM dalam bentuk bebas seperti bintang, akan tetapi bila terikat pada permulaan sel ia akan berbentuk seperti kepiting. IgD Sebagai antibodi terhadap inti sel. IgD terdapat pada permukaan tali pusat. IgE Terdapat di dalam serum tetapi konsentrasinya kecil , IgE bila disuntukan dalam kuit membentuk sel Mast.

Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FK UI Edisi Revis

Isolasi, Uji Kultur Dan Identifikasi (Hendra leofirsta)

A. Isolasi Definisi: 1 .Keadaan terisolasi 2. Pemisahan fisik suatu bagian ,misalnya melalui biakan jaringan atau interposisi bahan inert 3. Perkembangbiakan mikro-organisme secara berturut-turut sampai diperoleh biakan murni (Kamus Kedokteran Dorland Edisi 33,Hal 1123) Tujuan: Untuk mendapatkan virus murni yang selanjutkan akan dilakukan untuk proses pembiakan, analisis komponen kimia,pembuatan vaksin , antibiotic ,penggolongan virus dan lain-lain. Untuk dapat menganalisis komponen kimia virus,diperlukan virus murni.Untuk pemurnian dipakai bahan-bahan seluler yang berasal dari jaringan atau biakan sel yang terinfeksi , atau bahan ekstraseluler seperti plasma , cairan alantois , medium biakan sel/jaringan. Langkah-langkah: 1. Langkah pertama ialah proses pemekatan virus dengan cara presipitasi dengan ammonium sulfat,etanol atau polietilen glikol atau dengan ultrafiltrasi.Khusus untuk pemekatan orthomyxovirus digunakan hemaglutinasi dan elusi. 2. Setelah terjadi pemekatan, virus pun dapat dipisahakan dari bahan pejamu dengan tekhnik sentrifugasi diferensial , sentrifugasi gradien densitas , kromatografi kolom dan elektroforesis. Untuk mendapatkan pemurnian yang adekuat,biasanya dilakukan lebih dari satu kali langkah ,semakin sering pengulangan langkah akan semakin besar kemungkinan mendapatkan pemurnian yang adekuat.

Pemurnian awal akan membuang sebagian besar bahan nonvirus.langkah pertama tersebut dapat meliputi sentrifugasi rate-zonal,suatu sampel virus yang dipekatkan dilapis pada gradient densitas linear yang telah dibuat dari sukrosa atau gliserol , dan selama sentrifugasi , virus mengendap sebagai suatu pita pada kecepatan yang ditentukan terutama oleh ukuran dan berat partikel virus. Virus juga dapat dimurnikan dengan sentrifugasi kecepatan tinggi pada gradien densitas sesium klorida, kalium tartrat, kalium sitrat atau sukrosa.Bahan gradien pilihan adalah bahan yang kurang toksik terhadap virus . Partikel virus bermigrasi ke posisi setimbang yang densitas larutannya setara dengan densitasnya ringan dan membentuk pita yang dapat dilihat. Metode tambahan pemurnian didasarkan pada sifat kimiawi permukaan virus . Pada kromatografi kolom , virus terikat pada suatu zat seperti dietilaminoetil atau fosfoselulosa dan kemudian dielusi dengan merubah konsentrasi garam dan pH.Elektroforesis zona memungkinkan pemisahan partikel virus dari kontaminan berdasarkan muatan.Antiserum spesifik juga dapat digunakan untuk memindahkan partikel virus dari bahan-bahan pejamu. Virus-virus ikosahedral lebih mudah dimurnikan daripada virus berselubung.Populasi virus bersifat heterogen pada ukuran dan densitasnya karena virus berselubung biasanya mengandung jumlah selubung berbeda-beda per partikel. Sangat sulit untuk mendapatkan virus yang benar-benar murni . sedikit bahan seluler cenderung menempel pada partikel dan ikut termurnikan.Kriteria minimal untuk partikel dan ikut termurnikan.Kriteria minimal untuk kemurnian adalah gambaran homogeny pada mikrograf electron dan kegagalan prosedur pemurnian tambahan untuk membuang kontaminan tanpa mengurangi infektivitas.{1}

B.Uji Kultur Uji kultur adalah perkembangan mikroorganisme atau sel jaringan hidup di dalam media yang kondusif bagi pertumbuhannya.

Tujuan Uji Kultur : 1. Untuk isolasi 2. Untuk memperbanyak virus 3. Untuk menghitung jumlah virus

4. Untuk identifikas virus

Medium : suatu substansi yang menunjang pertumbuhan mikroorganisme.

Berdasarkan bahan baku, medium dibedakan menjadi : 1. Medium alamiah/substrat, terdiri dari bahan alam seperti sari buah,wortel, nasi, jagung. 2. Medium semi alamiah/semi sintetis, terdiri dari bahan alamiah ditambah dengan senyawa kimia, misalnya Potato Dextrose Agar (PDA), Tauge Ekstrak Agar (TEA) 3. Medium buatan/sintetis, terdiri dari senyawa kimia yg jumlah & komposisinya sudah ditentukan, misalnya Sabaroud Dextrose Agar (SDA)

Berdasarkan konsistensinya, medium dibedakan menjadi : 1. Media padat. Semua media menggunakan media agar, contoh : Mc-Conkey Agar (MCA),Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Agar (TCBS), Mannitol Salt Agar (MSA) 2. Media semi padat. Kandungannya 3-5% agar, contoh : Sucrose Indol Motility (SIM) 3. Media cair. Media yang berbentuk cair tanpa penambahan agar, contoh : Brain Heart Infusion (BHI)

Berdasarkan fungsi / kegunaannya, medium dibedakan menjadi : 1. Medium umum/perbenihan umum. Digunakan sebagai media universal, misalnya Nutrien Agar (NA), Tauge Ekstrak Agar (TEA) 2. Medium selektif. Digunakan untuk menyeleksi mikroorganisme yang ada pada sample, misalnya Salmonella Shigella Agar (SSA) 3. Medium diferensial. Digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme satu dg yg lain, dg adanya reaksi atau ciri yg khas. 4. Medium perkayaan (Enrichment Medium). Dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu, misalnya Thioglikolat broth untuk Salmonella sp dan Shigella sp

5. Medium penguji. Digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme dalam hal reaksi biokimia/kemampuan kerja enzim tertentu, misalnya reaksi gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa) digunakan untuk uji fermentasi. {2}

Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya tidak dapat berkembangbiak didalam medium mati.

Ada 3 cara mengembangbiakkan virus: 1. In Vitro 2. In Ovo 3. In Vivo

In Vitro , ditanam pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan organ),potongan kecil jaringan (biakan jaringan),sel-sel yang telah dilepaskan dari pengikatnya (biakan sel).Biakan organ dan biakan jaringan dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa minggu, sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa hari sampai waktu yang tak terbatas tergantung pada jenis biakan.Karenanya biakan sel dapat dibagi atas : a.Biakan sel primer :Sel yang mampu membelah namun terbatas dan selanjutnya mati . Sel diambil dalam keadaan segar dalam binatang ,misalnya ginjal monyet, embrio ayam dan sebagainya.Proses dimulai dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan di dalam larutan tripsin. Sel-sel yang di dapat dari suspensi ini kemudian di biakkan dalam larutan perbenihan tertentu.Sel-sel akan melekat pada dinding tabung sampai membentuk selapis jaringan sel yannng siap di gunakan untuk pembiakkan virus. Virus yang dibiakkan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan efek sitopatogenik,seperti perubahan morfologis sel ,perubahan inti sel,terbentuk sel sinsitia dan juga sel-sel akan melepas dari dinding tabung. b.Biakan sel diploid : Merupakan kumpulan 1 jenis sel yang mampu membelah kira-kira 100 kali sebelum mati. c.Biakan sel terusan : Sel yang mampu membelah tak terbatas.Kromosomnya bersifat polipoid atau aneuploid.Dapat berasal dari sel tumor ganas atau sel diploid yang mengalami transformasi. Contoh: Sel Hela ,Hep-2 ,KB dari manusia,BHK-21 dari hamster ,LLC-MK dari ginjal monyet,J-III dari leukemia manusia,dll

Cara pembiakan virus in vitro bermanfaat untuk : 1. isolasi primer virus dari bahan klinis, dipilih sel yang peka terhadap efek sitopatogenik. 2. Pembuatan vaksin,dipilih sel yang mampu menghasilkan virus dalam jumlah banyak. 3. Penyelidikan biokimiawi,dipilih biakan sel terusan dalam bentuk suspense.

In Ovo , pembenihan dengan menggunakan media telur , karena telur tidak menimbulkan zat anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus. Cara pertama : Menggunakan lapisan luar atau lapisan ekstoderm selaput korioalantosis telur berumur 10 hari ( untuk isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit , variola,herpes dan vaccinia ).Setiap virion yang infektif akan menyebabkan inflamasi pada sel dengan tandatanda muncul bercak putih yang disebut pock.

Cara kedua : Dengan menyuntikkan bahan keruang amnion telur berembrio umur 10-15 hari. Cara ini terutama berguna untuk isolasi virus influenza dan virus parotis karena virus tumbuh di sel-sel epitel paru-paru embrio yang sedang tumbuh.

Cara ketiga : Dengan menyuntikkan bahan pada kantung kuning telur berembrio 9-12 hari , dengan cara penyuntikkan langsung dari lubang kecil di permukaan kulit telur.Dipakai untuk isolasi mikroorganisme golongan bedsonia dan rickettsia.

In Vivo , pembenihan dengan cara virus diinfeksikan pada binatang percobaan yang cocok.Hemster biasa digunakan untuk golongan herpesvirus,mencit baru lahir digunakan untuk virus golongan arbovirus , coxsackie virus.{3}

C.Identifikasi virus Bila sifat-sifat fisik pertikel yang khas telah diperoleh, kriteria berikut harus dipenuhi sebelum di indentifikasi sebagai partikel virus : 1. Partikel dapat diperoleh hanya dari sel atau jaringan yang terinfeksi. 2. Partikel yang diperoleh dari berbagai sumber identik tanpa memandang asal sel tempat virus tumbuh. 3. Tingkat aktivitas infektif dari sediaan bervariasi sebanding jumlah partikel yang ada. 4. Destruksi partikel fisik yang disebabkan oleh tindakan fisis atau kimiawi disertai hilangnya aktivitas virus. 5. Sifat tertentu partikel dan infektivitas harus terbukti identik , misal , perilaku sedimentasinya pada ultrasentrifugasi dan kurva stabilitas pHnya. 6. Spectrum absobsi partikel fisik yang dimurnikan pada rentang ultraviolet harus bertepatan dengan spectrum inaktivasi ultraviolet virus. 7. Antiserum yang disediakan terhadap virus infeksius harus bereaksi dengan partikel yang dimaksudkan dan sebaliknya.Observasi langsung virus yang tidak dikenal dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop electron dari agregat yang terbentuk dari campuran antiserum dan suspense virus kasar. 8. Partikel harus mampu menyebabkan penyakit yang khas secara in vivo 9. Masuknya partikel dalam biakan jaringan harus menyebabkan produksi progeni dengan sifat biologi dan antigenic virus. [4}

ANAMNESIS,PEMERIKSAAN FISIK,DAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN PADA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS (laras indri p)
Parvovirus B19 Menyebabkan penyakit eritema infeksiosum pada anak-anak dan orang dewasa Anamnesis : 1. Anak-anak:demam ,malaise,gatal pada ruam

2. Dewasa:demam ringan ,malaise,nyeri sendi pada tangan ,pergelangan tangan & lutut Pemeriksaan fisik: ruam merah berenda pada wajah dan tubuh Pemeriksaan tambahan : 1. Tes darah pasien untuk mencari antibody.jika IgM antibody terdeteksi maka orang tersebut terinfeksi

Sebenarnya penyakit ini adalah penyakit ringan yang sembuh dengan sendirinya untuk anak-anak dan orang dewasa yang sehat Tetapi akan berbahaya jika mengenai orang dengan penyakit sel sabit,leukemia,HIV,kanker menimbulkan anemia kronik

Adenovirus Adenovirus tipe 3,7,&21 menyebabkan pneumonia pada anak(penyakit pernafasan) Anamnesis: batuk,hidung mampet,demam,nyeri tenggorok Pemeriksaan fisik:terjadi radang paru-paru Pemeriksaan tambahan:uji HI&Nt untuk mengetahui antigen spesifik tipe virus

Adenovirus tipe 8,19&37 menyebabkan infeksi mata pada orang dewasa (keratokonjungtivitis) Anamnesis:sakit kepela ,nyeri mata Pemeriksaan fisik:kekeruhan kornea sub epitel,kel.getah bening membengkak Pemeriksaan tambahan:uji rantai polymerase (PCR) pada sample jaringan konjungtiva untuk mendeteksi DNA virus

Adenovirus tipe 40&41 menyebabkan penyakit gastroenteritis Anamnesis:diare,mual,nyeri abdomen Pemeriksaan fisik:terjadi peradangan akut pada lapisan lambung &usus Pemeriksaan tambahan:dapat diamati langsung dari pemeriksaan ekstak feses melalui mikroskop electron

Herpes virus HSV-1 primer menyebabkan orofaring pada anak Anamnesis:demam,nyeri tenggorokan Pemeriksaan fisik:terdapat sekelompok vesikel di tepi bibir,dan gusi bengkak &nyeri(gingivitis)

Pemeriksaan tambahan:isolasi DNA virus pada lesi herpes dan apusan tenggorok

HSV-2(herpes genital) menimbulkan penyakit genital Anamnesis:demam,malaise,nyeri pada vesikel Pemeriksaan fisik:terdapat vesikel di penis/vagina Pemeriksaan tambahan:uji sitopatologi mewarnai goresan yang diperoleh dari dasar vesikel ,jika ada sel raksasa berinti banyak berarti itu HSV-2

Varisela-zoster virus Varisela virus penyebab cacar air Anamnesis:demam,malaise

Pemeriksaan fisik:terdapat ruam pada badan,wajah,ektremitas,mukosa bukal,kemudian disertai vesikel Zoster virus menyerang pasien imunokompromais dan orang sehat Anamnesis:nyeri hebat pada kulit/mukosa Pemeriksasan fisik:terdapat vesikel terutama pada bagian kepala ,leher,badan Pemeriksaan tambahan (varisela-zoster virus):uji antibody fluoresensi untuk melihat peningkatan titer antibody spesifik

Poxvirus Menyebabkan penyakit cacar Anamnesis:demam,malaise Pemeriksaan fisik:adanya macula,papula,vesikel&pustule di wajah dan badan Pemeriksaan tambahan:isolasi virus dari lesi kulit&pemeriksaan anribodi baru yang muncul setelah infeksi

Hepatitis virus Hepatitis virus tipe A Anamnesis :sering demam >380c,mual,muntah ,anoreksia Pemeriksaan fisik:hati membesar ,warna kunig pada kulit dan putih mata Pemeriksaan tambahan:uji warna urine yang berwarna cokelat gelap,tes antibody IgM yanmg meningkat Hepatitis tipe B Anamnesis:anoreksia,kelelahan ,mual&muntah,gatal di seluruh tubul Pemeriksaan fisik:pembesaran hati &nyeri,penyakit kunig,dark urine ,feses menjadi keabu-abuan Pemeriksan tambahan:tes darah untuk mendeteksi potongan virus dalam darah(antigen),antibody IgM dan DNA virus Hepatitis virus tipe C Anamnesis:diare,mual,muntah,anoreksia,kelelahan Pemeriksaan fisik:penyakit kuning,pembengkakan hati Pemeriksaan tambahan:uji antibody untuk virus HCV

Picorna virus Enterovirus menyebabkan poliomyelitis Anamnesis:demam,malaise,nyeri kepala,nyeri tenggorok ,mual Pemeriksaan fisik:kaku dan nyeri di punggung serta leher,kelumpuhan otot Pemeriksaan tambahan:virus dapat terdeteksi pada apusan tenggorok dengan isolasi Coxsackievirus grup B menyebabkan meningitis aseptic Ananmnesis:demam,nyeri kepala,mual Pemeriksaan fisik:peradangan pada selaput otak Pemeriksaan tambahan:uji cairan serebrospinal

Rotavirus Menyebabkan penyakit diare pada bayi Anamnesis :diare encer,demam,nyeri abdomen,muntah ,dehidrasi Pemeriksaan fisik:perut membuncit ,tubuh lemah Pemeriksaan tambahna:uji virus dalam feses dengan IEM &uji serologi untuk melihat kenaikan titer antibody

Orthomixo virus Menyebabkan penyakit influenza Anamnesis:demam tinggi, nyeri kepala,batuk kering,malaise ,anioreksia Pemeriksaan fisik:nyeri otot Pemeriksaan tambahan:isolasi virus dari bilasan hidung,apusan tenggorok

Korona virus Penyebab penyakit selesma&SARS pada orang dewasa Anamnesis:demam,malaise, nyeri kepala,batuk kering ,nyeri tenggorok Pemeriksaan fisik:faringitis,hipoksia Pemeriksaan tambahan:tes PCR untuk mendeteksi DNA virus

Virus rabies Menyebabkan penyakit rabies pada manusia akibat gigitan hewan yg terinfeksi Anamnesis:nyeri kepala,anoreksia,malaise,mual,muntah,nyeri tenggorokan ,demam Pemeriksaan fisik:pasien terlihat gugup,cemas ,halusinasi,takut air Pemeriksaan tambahan:uji serologi dengan tes Nt

HIV virus Retrovirus yang termasuk dalam lentivirus penyebab AIDS Anamnesis:fatigue,nyeri kepala,mual Pemeriksaan fisik:ruam,berkeringat pada malama hari Pemeriksaa ntambahan:dengan tes darah untuk mengukur antibody menggunakan EIA

Flavivirus Penyebab demam kuning

Anamnesis:demam hidung,mata,mulut

menggil,nyeri

kepala,nyeri

punggung

,perdarahan

pada

Pemeriksaan fisik:mata&kulit kuning Pemeriksaan tambahan:tes darah melihat antibody IgM Penyebab demam dengue Anamnesis:demam tinggi,nyeri otot&sendi,nyri kepala,mual,anoreksia Pemeriksaan fisik:ruam kulit Pemeriksaan tambahan:uji darah melihat penurunan trombosit

Paramiksovirus Virus gondong Anamnesis:nyeri kepala,anoreksia,malaise Pemeriksaan fisik:kelenjar liur membengkak Pemeriksaan tambahan:mengisolasi virus dari kelenjar liur pasie

Virus rubeola penyebab penyakit campak Anamnesis:demam ,batuk Pemeriksaan fisik:mata merah ,hidung berair,bercak koplik di mukosa bukal,ruam di tubuh dan wajah

Pemeriksaan tambahan:mengisolasi DNA virus dari sample darah,deteksi antigen dari sel epitel sekkret hidung

Literature : mikrobiologi jawets&jurnal cdc

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Virus (Hasyati dwi kinasih)

A. Pencegahan Pencegahan penyakit virus yang bisa kita lakukan diantaranya: Melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).[1] -> Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal. -> Membersihkan kandang hewan peliharaan (mencegah flu burung). -> Vaksinasi hewan peliharaan (mencegah rhabdovirus, flu burung, flu babi). -> Biasakan mencuci tangan. -> Tidak melakukan free sex (mencegah AIDS). -> Tidak memakai narkoba/jarum suntik dipakai bergantian (mencegah AIDS). -> Memakai masker (mencegah virus yang ditularkan melalui udara). Hindari radiasi sinar matahari (mencegah papillomavirus dan herpes). Hindari stress. Memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Vaksinasi atau Imunisasi.[2] Vaksin dibuat dengan cara melemahkan atau menginaktifkan virus liar atau menyeleksi mutan avirulen. Dapat juga dibuat melalui rekayasa genetika, rekayasa protein maupun sintetik.

Pada umumnya vaksin yang digunakan saat ini ialah vaksin virus hidup yang telah dilemahkan, kecuali vaksin influenza, herpes simplex, rabies, dan hepatitis B. Beberapa vaksin virus mati yang dulu digunakan sekarang mulai ditinggalkan karena pada Beberapa penyakit yang menggunakan vaksin virus mati (contohnya pada morbilli), jika setelah divaksin kemudian terpapar virus yang sama, akan mengakibatkan penyakit yang lebih parah. Walaupun efektif, terdapat Beberapa masalah yang berhubungan dengan vaksin virus hidup, yaitu: Ketidakstabilan genetis virus: kemungkinan vaksin untuk berubah kembali menjadi virus liar virulen. Kemungkinan kontaminasi oleh virus berbahaya: Sel sebelum digunakan untk mengembangbiakkan virus untuk vaksin , terlebih dahulu terpapar virus lain seperti paramyxovirus, togavirus, dll. Interferensi dengan virus liar: biasa terdapat pada negara berkembang, contohnya interferensi enterovirus dengan vaksin poliovirus pada anak-anak. Labilitas terhadap panas: virus hidup biasanya peka terhadapa panas. Masalah ini dihadapi khususnya di negara tropis yang sistem pelayanan kesehatannya belum baik, karena setelah direhidrasi vaksin harus segera dipakai. Beberapa jenis dan asal vaksin virus: Virus Variola Demam kuning Poliomyelitis Morbilli Rubella Parotitis Rabies Influenza Vaksin Vaccinia 17 D Sabin 1,2,3 Schwarz RA 227/3 Cendehill Jeryl Lynn Pitman-Moore A2 (H3N2) Asal Kulit sapi Embrio ayam Sel WI 38 Fibroblas ayam Sel WI 38 Ginjal monyet Fibroblas ayam Sel WI 38 Embrio ayam

Adenovirus Hepatitis B

Strain 4,7 Antigen Permukaan

Sel WI 38 Plasma Rekombinan

B. Pengobatan[2] Pada mulanya diduga bahwa seluruh metabolisme sel diperlukan untuk perkembangbiakan virus. Dengan berkembangnya virology molekuler diketahui ada bagian proses biokimia yang mutlak bagi virus dan tidak tergantung pada sel. Pengetahuan diatas menjadi landasan untuk menemukan zat-zat anti virus yang mempunyai indeks kemoterapeutika tinggi untuk mengobati penyakit virus. Zat-zat antivirus yang telah ditemukan antara lain: 1. Isatin beta-thiosemikarbason (IBT) IBT merupakan zat kimia yang kuat menghambat reproduksi poxvirus dengan cara menghambat formasi salah satu protein inti sehingga DNA menjadi hancur. Selain poxvirus, IBT juga menghambat reproduksi adenovirus, Beberapa turunannya dapat menghambat reproduksi enterovirus tertentu.

2. 2-Hidroksibensilbensimidasol (HBB) dan Guanidin HBB dan guanidine secara in vitro dapat menghambat banyak enterovirus termasuk poliovirus. Zat ini menghambat proses replikasi RNA serat tunggal.

3. Rifampisin Merupakan hasil peragian oleh Streptomyces mediterranei. Rifampisin dan turunannya dapat bereaksi dengan polimerasa RNA kuman dan menghambta proses transkripsi. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menghambat reproduksi poxvirus dan adenovirus.

4. Cytarabine

Cytarabine (1-beta-D-arabinofuranosylcytosine monochloride, Ara-C, Cytosine arabinoside) suatu analog pirimidin yang dapat menghambat sintesis DNA virus dan sel dengan cara bergabung dengan DNA dan menghambat DNA polymerase. Jika dipakai secara sistemik obat ini bersifat toksik. Pada percobaan pengobatan infeksi herpes dan vaccinia obat ini paling tidak sama efektifnya dengan IDU.

5. Dactinomycin (Actinomycin) Dapat menghambat sintesis RNA yang bergantung pada DNA, jadi menghambat reproduksi sebagian kecil virus DNA. Dactinomycin juga menghambat reproduksi beberapa myxovirus.

6. Asam fosfonoasetat Dapat menghambat replikasi virus herpes simplex. Zat ini merupakan penghambat polymerase DNA virus herpes simplex dan tidak mempunyai pengaruh yang bermakna pada polymerase DNA seluler. Merupakan obat kemoterapeutika yang khas bagi infeksi herpes virus.

7. Amantadine dan Rimantadine Amantadine adalah derivate 1 amino dari adamantine sedangkan rimantadine adalah derivate alfa metil dari adamantine. Amantadine dan rimantadine bekerja menghambat proses awal infeksi atau morfogenesis virus, bergantung pada dosis dan jenis virus. Dapat menghambat interaksi protein M virus influenza A dengan membrane sel, tetapi tidak berpengaruh pada virus influenza B. Pada dosis tinggi yang toksis bagi manusia, kedua obat juga menghambat perkembangbiakan virus rubella dan arenavirus tertentu. Untuk dipakai dalam pengobatan kasus infeksi influenza A, kedua obat memberikan hasil baik jika diberikan 48 jam pertama setelah timbul gejala klinis.

8. Vidarabine

Vidarabine (adenine arabinoside, ara-A, 9beta-D arabinofuranosyl adenine) adalah analog purin yang aktif terhadapa virus herpes manusia. Aktivitasnya lebih baik terhadapa virus herpes simplex dan varicella zoster daripada terhadapa virus Epstein-Barr atau cytomegalovirus. Juga aktif terhadap poxvirus, rhabdovirus, dan retrovirus. Vidarabine bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA virus dengan dosis jauh lebih rendah daripada untuk menghambat sintesis DNA sel. Vidarabine tidak bersifat imunosupresif dan mempunyai indeks terapeutik lebih tinggi dibandingkan IDU atau ara-C untk virus herpes.

9. Acyclovir Acyclovir (2-hydroxy ethoximethyl guanine) adalah analog guanosin. Aktivitas antivralnya terbentuk setelah mengalami fosforilasi menjadi acyclovir

monofosfat dengan bantuan enzim thymidine kinase virus. Fosforilasi lanjutan menjadi acyclovir trifosfat terjadi dengan bantuan enzim kinase sel. Setelah menjadi acyclovir trifosfat, ia bekerja secara kompetitif dengan d-guanosin trifosfat sehingga mengakibatkan sintesis DNA virus terganggu. Aktivitasnya terutama terhadap virus herpes simplex dan varicella-zoster tetapi masih bisa aktif terhadap cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus walaupun efek obat lebih lemah.

10. Ganciclovir Ganciclovir atau 9-(1-3 dihidroxy-2-propoxy) methyl guanine adalah analog guanosin. Ganciclovir juga bekerja mengganggu sintesis DNA oleh DNA polymerase. Aktivitasnya terhadap cytomegalovirus lebih besar daripada terhadap herpes simplex serta memiliki rasio terapetik-toksis yang lebih sempit.

11. Zidovudine Zidovudine (retrovir, azidothimidine atau AZT) adalah analog pirimidin yang bekerja pada enzim reverse transcriptase. Setelah difosforilasi oleh enzim sel,

AZT akan diinkorporasi pada molekul DNA virus dan menyebabkan sintesis DNA virus terhenti. Zidovudine aktif terhadap anggota retrovirus, termasuk HTLV1, HIV1, dan HIV2.

12. Ribavirin (virazole) adalah analog guanosin sintetik. In vitro, ia aktif terhadap macam-macam virus RNA dan DNA, diantaranya: virus influenza A dan B, parainfluenza 1, virus demam Lassa, virus rubeola, bunyavirus, hepatitis A, dan HIV.

13. Fosfonoformat Bukan merupakan analog basa DNA tetapi mampu menghambat kerja DNA polymerase virus herpes simplex, cytomegalovirus, dan hepatitis B, juga mampu menghambat reverse transcriptase retrovirus.

14. Analog Timidin Analog timidn yang mempunyai aktivitas antiviral diantaranya adalah: 5-iodo-2deoksiuridin (IDU), triflorotimidin (TFT), bromovinil deoksi uridin (BVDU). Mekanisme kerjanya terjadi melalui inkorporasi obat ke dalam DNA virus sehingga proses transkripsi dan translasi genom terganggu. IDU dan TFT aktif terhadap virus herpes simplex dan cytomegalovirus. Sementara BVDU aktif terhadap virus herpes simplex tipe 1 dan varicella-zoster.

15. Penghambat sintesis protein Puromisin, sikloheksamida, dan p-fluronilalanin dapat menghambat sintesis protein virus dan sel. Berguna untuk menghambat siklus replikasi virus pada berbagai tingkatan.

16. Interferon[3] Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker. Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma.

Interferon- dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul anti-viral. Penggunaan interferon- untuk perawatan penderita hepatitis B dan hepatitis C dapat menginduksi hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tiroiditis maupun disfungsi kelenjar tiroid.

Interferon- dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua sel di dalam tubuh manusia.

Interferon- dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofag, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.
Sifat Nama lain Gen IFN Alfa () Leukosit IFN atau Tipe I >20 Stabil Viruses (RNA>DNA), dsRNA Leukosit, Epitelium IFN Beta () Fibroblas IFN atau Tipe I 1 Stabil Viruses (RNA>DNA), dsRNA Fibroblas IFN Gamma () Imun IFN atau tipe II 1 Labil Antigen, Mitogen Limfosit

Stabilitas pH Induser (pengimbas) Sumber utama

Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Interferon ada yang diberikan melalui suntikan. Efek samping interferon timbul beberapa jam setelah injeksi diberikan. Efek samping dari pemberian interferon diantaranya adalah rasa seperti gejala flu, demam, mengigil, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi. Setelah beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu menurunnya jumlah sel granulosit

(granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia), mengantuk bahkan rasa bingung.

17. Obat-obatan lain[2] Obat-obat antivirus lain untuk binatang dan manusia ialah levamisol dan isoprinosin (inosiplex) yang bekerja bukan sebagai antimetabolit, tetapi sebagai suatu imunostimultan. Obat-obat ini efektiv terhadap virus RNA dan DNA. Ammonium 21 Tungsto 9 antimonate (HPA), merupakan penghambat enzim reverse transcriptase yang telah dicobakan untuk pengobatan penderita AIDS. Zat warna tertentu dapat pula dipakai dalam pengobatan terhadap infeksi virus yang daya mematikannya berdasarkan fenomena inaktivasi fotodinamik.

Imunisasi MMR MMR adalah sebuah kombinasi dari tiga jenis vaksin, yaitu vaksin

Measles (campak), Mumps (gondok), dan Rubella. Meskipun ketiga jenis penyakit ini biasa terjadi pada diri kita dan bisa sembuh dalam waktu yang relatif singkat, akan tetapi pada orang-orang tertentu (biasanya anak-anak), ketiga penyakit ini bisa berdampak serius. Apalagi jika dibiarkan tanpa pengobatan. Dampak serius yang diakibatkan oleh penyakit Measles (campak) dan Rubella di antaranya adalah infeksi telinga, pneumonia, infeksi mata,encephalitis (radang otak). Adapun dampak serius dari penyakit Mumps (gondok=pembengkakan kelenjar ludah di leher) adalah meningitis, tuli (tidak mampu mendengar), dan radang pankreas. Pada anak laki-laki, Mumps bisa menyebabkan kerusakan testis yang berpengaruh pada kesuburan sedangkan pada anak wanita bisa mengakibatkan pembengkakan ovarium.

Imunisasi MMR adalah sebuah imunisasi yang bisa mencegah timbulnya penyakitpenyakit yang ditimbulkan oleh ketiga jenis virus tadi. Imunisasi MMR ini sudah dilakukan sejak 30 tahun di lebih dari 30 negara. Pada umumnya, imunisasi ini mampu mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh virus-virus terkait.

Waktu pemberian vaksin MMR Imunisasi MMR pertama biasanya diberikan saat anak berusia 13 bulan. Imunisasi kedua diberikan saat anak menginjak umur 3 hingga 5 tahun, atau sebelum anak masuk sekolah. Bayi yang berusia 6 bulan tetapi sering terpapar dengan anak atau orang dewasa yang mengalami campak bisa mulai mendapatkan imunisasi ini. Tentu saja hal ini dilakukan agar vaksin bisa mencegah terjadinya campak pada tubuh bayi tersebut. Dalam kasus ini, vaksin harus diberikan dalam waktu 3 hari setelah bayi mengalami kontak dengan anak yang sedang menderita campak. Imunisasi MMR kedua dilakukan setelah bayi menginjak usia 18 bulan. Adapun imunisasi ketiga dilakukan normal seperti anak lainnya, yaitu saat berusia 3 hingga 5 tahun. Efektivitas MMR Sekitar 90% anak yang menerima imunisasi MMR pertama akan mampu terlindung dari campak dan gondok (measles, mumps) dan 97% mampu terlindung dari Rubella. Ini berarti bahwa pada 100 orang yang diberi imunisasi MMR, sekitar 90 orang imun terhadap measles danmumps dan sekitar 97 orang kebal terhadap Rubella. Berarti 99 orang dari 100 orang akan kebal terhadap ketiga jenis penyakit ini pada imunisasi kedua.

Perkecualian Hampir semua anak wajib mendapatkan imunisasi MMR. Akan tetapi, ada beberapa golongan anak tertentu yang justru tidak diperbolehkan. Misalnya, anak yang mempunyai daya tahan tubuh lemah (seperti penderita HIV/AIDS atau penderita kanker); anak yang mempunyai reaksi anaphylactic (hipersensitif) terhadap gelatin atau antibiotik kanamisin dan neomisin; anak yang baru diberi imunisasi yang lain; anak yang sedang demam; dan ibu hamil. Efek samping dan keamanan vaksin MMR Semua vaksin tidak ada yang aman mutlak. Setiap vaksin pasti mempunyai efek samping. Begitu pula dengan vaksin MMR. Pada imunisasi pertama, vaksin MMR akan sedikit memberi efek samping. Adapun imunisasi kedua, efek sampingnya lebih sedikit. Barulah pada imunisasi ketiga, vaksin MMR biasanya menimbulkan efek yang nyata. Efek samping yang ditimbulkan dari vaksin MMR biasanya terlihat setelah 6 sampai 10 hari setelah imunisasi. Pada saat ini, kulit anak-anak biasanya dimunculi oleh bintikbintik merah seperti campak. Mereka juga akan merasakan demam yang disebut sebagai febrile compulsion. Jika mereka demam, dosis parasetamol anak bisa menjadi pilihan sebagai obat pereda. Akan tetapi jika sakit berlanjut harus segera menghubungi dokter.

Patogenesis infeksi virus (Dionissa Shabira)

Seperti diketahui,virus berbeda dengan mikroba/parasit lain, karena virus hanya berkembang biak pada sel hidup dan tidak pada lingkungan ekstraseluler. Dengan demikian harus kita ketahui proses patogenesis infeksi virus.

Proses patogenesis virus

Virus masuk ke dalam sel ( replikasi dan port dentree) Penyebaran virus dalam badan Proses tanggap kebal Faktor faktor yang mempengaruhi Kegagalan tanggap kebal Respon imun Jenis infeksi Sifat penyakit

Virus masuk ke dalam sel Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus infeksi pada reseptor yang ada dipermukaan sel. Selanjutnya virus atau genomnya masuk ke dalam sel. Dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen komponen. Setelah komponenkomponen stuktural dirakit virus dilepaskan dari dalam sel. Proses kembangbiak virus terjadi pada sitoplasma,inti sel,ataupun membran sel,tergantung pada jenis virusnya. Kemudian terjadi interaksi antara sel dan virus, interaksi ini digolongkan menjadi : (i) virus yang akibat efek sitisidalnya atau efek toksisnya menimbulkan kematian sel. (ii) virus yang proses kembangbiaknya tidak menimbulkan kematian sel,tetapi menimbulkan kelainan kecil. (iii) virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel,sehingga sel tumbuh berlebihan. Kemudian virus masuk (port dentee), yang terdiri dari saluran pernafasan,saluran pencernaan,kulit dan mukosa genitalia.

infeksi pernafasan virus Virus masuk dalam saluran pernafasan terutama dalam bentuk droplet,aerosol atau saliva.penyakit yang ditimbulkan dpat bersifat setempat seperti pada

influenza,parainflueza,virus rubeola,virus varicella,dan yang bersifat tumorigenik virus papilloma. infeksi pencernaan virus Banyak virus yang memulai infeksi melalui saluran pencernaan.virus herpes simpleks dan virus Epstein-barr,menginfeksi sel dalam mulut.gastroenteritis akut adalah penyakit gastrointestinal jangka pendek dengan gejala diare berair smpai demam tinggi dn muntah-muntah.disebabkan oleh virus rotavirus dan Norwalk agent.ada juga yang menyebar ke tempat lain seperti virus hepatitis dan imunodefisiensi manusia. infeksi virus kulit & mukosa genitalia Virus masuk kedalam sel-sel mukosa melaaui lesi(poxvirus,ppillomavirus,herpes simpleks) dan juga pada gigitan arthopoda ( virus rabies,herpes B).banyak ruam kulit generalis yang

disebabkan oleh infeksi virus ,timbul karena virus menyebar ke kulit melalui aliran darah setelah bereplikasi di berbagai tempat lain.lesi pada ruam kulit disebut macula,papula,vesikel atau pustule.disebabkan oleh dilatasi local pembuluh darah dermis,berkembang menjadi papula jika terdapat edema dan infiltrsi seluler di area tersebut.vesikel terjadi jika epidermis terkena,dan menjadi pustule jika reaksi radang membawa leukkosit polimorfonuklear ke lesi sebagai akibat timbul ulserasi.

PEMASUKAN VIRUS

REPLIKASI VIRUS

Penyebaran virus Setelah selesai berleplikasi,virus kemudian menyebar pada tubuh inang. Mekanisme penyebaran virus beragam yaitu : (i) penyebaran dekat,virus menginfeksi sel tetangga melalui ruang antar sel atau kontak langsung.pla demikian terjadi pada infeksi kulit oleh papilloma. Pola lain terjadi melalui aliran sekret dalam rongga badan biasanya terjadi pada infeksi saluran pernafasan dan pencernaan.(ii) penyebaran jauh, pores penyebaran biasanya melalui beberapa tahap ,setelah melewati centarl focus virus menyebar mencapai organ sasaran,penyebaran terjadi melalui aliran darah,getah bening ataupun susunan saraf.

Proses tanggap kebal Mekanisme tanggap kebal merupakan fenomena komplek yang melibatkan banyak komponen.peran komponen dalam membatasi infeksi berbeda-beda tergantung dari faktornya. Proses tanggap kebal humoral biasanya didahuli oleh naiknya titer igM diikuti IgG dan IgA. Selain menimbulkan tanggap kebal humoral, infeksi virus juga merangsang tanggap kebal seluler. Sel-sel yang terangsang akan melisiskan sel terinfeksi dengan cara mengikat antigen virus yang terpapar di membran plasma

Faktor-faktor yang mempengaruhi Banyak faktor tak spesifik berperan dalam patogenesis penyakit infeksi viral. Diantaranya adalah : fogositosis,umur,genetik,hormon,gizi,suhu tubuh,stres,reaksi radang.

Kegagalan tanggap kebal

Proses tanggap kebal merupakan usaha tubuh untuk menghilangkan virus dalam tubuh. Usaha ini tidak selamanya berjalan sempurna. Beberapa jenis virus menyerang sel-sel yang berperan dalam proses tanggap kebal . sebab lain dari ketidakberhasilan tanggap kebal dalam mengatasi virus adalah terjadinya imunotoleransi akibat beban antigen masif.

Respon imun Respon imun humoral ataupun respon imun selular adalah respon yg berperan dalam pengendalian virus.Respon yg diberikan virus terhadap jaringan berbeda dengan bakteri. Contohnya,jika leukosit polimorfonuklir merupakan respons utama sel terhadap radang akut yg disebabkan bakteri piogenik, maka infiltrasi sel berinti satu dan limfosit merupakan ciri reaksi lesi virus yg sederhana.Protein yg disandikan oleh virus,biasanya protein kapsid,merupakan sasaran dari respons imun. Ciri khusus virus tertentu dapat sangat mempengaruhi respons imun inang.Sel yg terinfeksi oleh virus dapat menjadi lisis limfosit T sitotoksik yg mengenali polipeptida2 virus pd permukaan sel.disinalh peran dari imun humoral,yaitu melindungi inang terhadap infeksi ulang oleh virus yg sama.Respons ini yg mendasari program vaksin virus. Dengan cara antibody netralisasi yg ada berperan menahan dimulainya infeksi oleh virus,baik pada tahap pelekatan atau pelepasan selubung.Antibodi yang berperan adalah antibodi igA sekretorik. Ciri-ciri khusus virus tertentu dapat sangat mempengaruhi respons imun inang.Beberapa virus menginfeksi dan merusak sel sistem imun.Contoh yg paling hebat adalah pada penyakit AIDS dimana virus menginfeksi dan merusak fungsi limfosit T.

Sifat penyakit Setelah proses infeksi berhasil, vius di lepas sehingga menimbulkan penyakit, penyakit yang ditimbulkannya dapat menimbulkan gejala klinis ataupun tidak.

Paramixovirus (Mentari)

Paramixovirus: suatu genus virus subfamily paramyxovirinae (family paramyxoviridae) yang menyebabkan infeksi saluran pernafasanpada berbagai pejamu vertebrata. (Dorland edisi 31)

Struktur dan komposisi Virion : sferis, pleomorfik, diameter 15o nm/ lebih nukleokapsid berbentuk heliks (1318 nm) Partikel virus mempunyai selubung ( peplos) yang penuh dengan tonjolan-tonjolan serta mudah seklai rusak karena pengaruh

penyimpanan,pembekuan dan pencarian atau pengolahan untuk pembuatan preparat mikroskop electron, sehingga virus virus dapat mengalami distorsi. Genom : RNA untai tunggal linier,tidak bersegmen,sense negative,noninfeksius, sektar 15 kb. Karena genom ini tidak bersegmen , tidak ada kemungkinan penyusunan ulang genetic yang sering terjadi, menyebabkan fakta baru bahwa semua anggota kelompok paramiksovirus stabil secara antigen.

Protein

: enam hingga delapan protein structural.tiga protein membentuk kompleks dengan RNA virus nukleoprotein (NP atau N) yang membentuk nukleokapsid berbentuk heliks dan mewakilinprotein internal utama dan dua protein lain yang besar ( disebut p dan l) yang terlibat dalam aktifitas polymerase virus yang berfungsi dalam transkripsi dan replikasi RNA. Tiga protein berpartisipasi dalam pembentukan selubung virus.protein matriks M mendasari selubung virus ; protein tersebut memiliki afinitas terhadap NP dan glikoprotein permukaan virus, dan penting dalam perakitan vrion. : mengandung glikoprotein hemaglutinin virus HN (kadang-kadang melakukan aktifitas euraminidase) dan glikoprotein fusi (f) sangat rentan aktifitas glikoprotein permukaan ini membantu dalam membedakan bebragai genus family paramiksoviridae. Tonjolan glikoprotein menempel pada reseptor nucleoprotein yang terdapat pada eritrosit. Glikoprotein virus kecil terlibat

Selubung

dalam fusi sel oleh virus-virus ini dan mungkin dalam masuknya virus kedalam sel.( kebanyakan anggota paramyxovirus mampunyai hemolisis yaitu suatu zat yang dapat melisiskan eritrosit. Replikasi : sitoplasma , tonjolan partikel dari membrane plasma.

Karakteristik : stabil secara antigen partikel labil tetapi sangat infeksius.

Klasifikasi:

paramyxoviridae

paramyxovirinae

pneumovirinae

respirofirus

rubulavirus

morbilivirus

Henipavirus

pneumovirus

metapneumovirus

parainfluenza 1,3

gondong,parain fluenza 2,4a,4b

campak

hendra, nipah

sensitium respirasi

metapneumovirus

Replikasi paramiksovirus. A. Pelekatan ,penetrasi, dan pelepasan selubung virus. Paramyxovirus melekap pada sel penjamu melalui glikoprotein hemaglutinin (protein HN atau H) . pada kasus virus campak , respetornya adalaha molekul mmbran CD46. Lalu selubung virion berfusi dengan membrane sel melalui kerja produk pembelahan glikprotein fusi f1. Jika perkursor F0 tidak di belah, perkursor ini tidak memiliki aktivitas fusi tidak terjadi penetrsi virion da partikel virus tidak dapat melakukan infeksi. Fusi pada f1 tekadinpada lingkungan ekstraselular dengan ph netral, memungkinkan pelepasan nukleokapsid virus secara langsung keda;lam sel. Dengan demikian paramiksovirus dapat melewati internalisasi melalui endosom.

B. Transkripsi,translasi, serta replikasi RNA Paramiksovirus mengandung untai RNA Negatif yang tidak bersegmen. Transkrim messenger RNA dibuat didalam sitoplasma sel oleh RNA POLIMERASE VIRUS. Mrna jauh lebih kecil dari pada ukuran genom masing-masing memiliki gen tunggal protein virus disintesis di sitoplasma dengan jumlah masing-masing mewakili gen tunggal gen berikatan dengan kadar transkrip Mrna dari gen tersebut. Glikoprotein virus disintesis dan mengalami glikosilasi didalam jalur sekresi kompleks protein polymerase virus ( p &l) juga bereperan dalam replikasi genom virus.untuk berhasil mensintesis cetakan antigenom rantai positif intermedia , kompleks polymerase harus mengabaikan sinyal terminasi yang tersebar pada perbatasan gen . seluruh panjang genom progeny kemudian dikopi dari cetakan antigenom. Hamper semua asam amino didalam struktur primer glikoptrotein paramiksovirus terlibat dalam pembentukan /funsional. c. maturasi. Virus matang dengan membentuk tonjolan dari permukaan sel. Nukleokapsid progeny terbetuk di dalam sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Mereka ditarik ke suatu tempat di membrane plasma yang beratbur duri glikoprotein HN dn f0 virus. Protein M penting untuk pembentukan partikel , mungkin membentuk hubungan antara selubung virus dan nukleokapsid . saat penonjolan sebagian besar protein pejamu dikeluarkan dari membrane. Aktivitas neraminidasa protein HN virus parainfluenza dan virus gondong tampaknya berfungsi untuk mencegah agregasi sendiri oleh partikel virus . paramiksovirus lain tidak mempunyai aktivitas neuraminidase. Jika terdapat protein orotease sel pejamu yang sesuai, protein Fo di dalam membrane plasma akan di aktivasi oleh pembelahan. Protein fusi yang teraktivasi kemudian akan menimbulkan fusi membrane sel disekitarnya, dan menghasilkan pembentukan sensitium yang besar. Pembentukan sensitium adalah respon yang umum terhadap infeksi paramiksovirus. Inklusi sitoplasma asidofili secara teratur dibentuk. Inklusi diyakini menggambarkan tempat sintesis virus dan ditemukan mengandung protein virus dan nukleokapsid yang dapat dikenali. Virus campak juga mengahsilkan inklusi intranukleus.

Daftar Pustaka
[1]http://www.ilunifk83.com/kesehatan-dan-ilmu-kedokteran-f8/influenzapenyakit-virus-lain-t179-30.htm [2] Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994. [3] http://www.penyakithepatitis.com/Interferon.htm [4] Kamus Kedokteran Dorland Edisi 33 [5] ( Zeinser Mikrobiology & Clinical Microbiology) [6] (Buku ajar mikrobiologi FKUI Edisi Revisi 2002) [7] (www.news-medical.net/health/virus-origins-(indonesian).aspx) [8] (Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology, Twenty-Fourth Edition) [9] (Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 1996.)

You might also like