Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
2 weeks before, Cinta and her mother went to a family meeting at her grandmother’s house,
at the time her cousin had just recovered from measles infection. Her mother suspect that
cinta infected by measles virus although she had been vaccinated measles at the age of 9
month.
The general practitioner at the primary health care gives her physical examination and finds
the patient look moderately ill, cranky, weak, and her body temperature is 37,6 oC. Rash is
found in macula and papula shape at her face, neck, body, arm and legs. Small white spots
(koplik spot) are also found at inner part of her mouth (buccal mucous).
The doctor diagnoses her of having measles infection in a good condition and need only a
home care. The doctor prescribes symptomatic drugs such as antypiretic, vitamins, and
antipruritic powder. Cinta’s mother is taught how to care of cinta at home. Cinta is also
suggest to have MMR immunization after recovery.
After taking medication and a well home care, so in two days later Cinta is looked happy, her
body temperature is normal, complains have gone, and the rahs is fading.
Terminology
(Viny Octofiad)
Common cold : lebih dikenal dengan nasofaringitis yaitu gangguan saluran pernapasan
disebabkan oleh virus influenza
Measles infection : infeksi virus yang sangat menular, biasanya pada anak-anak, terutama
menyerang saluran pernapasan dan jaringan retikuloendoterial.
Papula : tonjolan lesi pada kulit yang kecil , berbatas tegas dan padat.
Koplik spot : bercak kecil berwarna merah tidak beraturan pada mukosa bucal dan
lingual dengan bercak putih terang kecil pada setiap bagian tengahnya, terletak pada stadium
prodromal campak disebut juga komplik sign.
Symptomatic drug : obat yang diarahkan pada pengurangan gejala penyakit tertentu
MMR immunization : vaksin kombinasi antara vaksin campak, parotis dan rubella.
Definisi
Agen penyebab infeksi yang berukuran paling kecil (diameter berkisar dari sekitar 20 nm sampai
sekitar 300 nm). Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring
dengan penyaring bakteri. Umumnya tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, dengan
menggunakan mikrokop elektron, kecuali poxfirus.
Sejarah Penemuan
o Lalu beberapa penemuan bersejarah lain memberikan landasan yang kokoh dalam
virulogi hingga menjadi lebih pesat.
Struktur
Informasi struktural diperlukan untuk klasifikasi virus dan menentukan hubungan fungsi-
struktur protein virus.
1. Asam Nukleat
Terdiri dari RNA atau DNA, namun tidak terdiri dari keduanya sekaligus.
2. Nukleoprotein
Asam nukleat yang bergabung dengan protein (inti virion).
3. Kapsid
Selubung protein yang melindungi asam nukleat dari pengaruh ekstraseluler,
mempermudah proses penempelan dan mungkin pula proses penembusan ke dalam sel.
4. Kapsomer
Sekelompok polipeptida yang menyusun kapsid, terikat satu sama lain dengan ikatan
nonkovalen.
5. Protein virus
Bagian terbesar, mempunyai fungsi :
- RNA polimerase
RNA polimerase yang dibawa oleh virus memilik genom RNA negative-sense
(pada rhabdovirus) yang diperlukan untuk menyalin mRNA pertama, dan reverse
transcriptase, untuk membuat salinan DNA dari RNA virus (pada retrovirus),
penting dalam replikasi dan transformasi.
- Nuklease
Bekerja pada asam nukleat. Contohnya pada adenovirus, poxvirus, dan
retrovirus.
7. Selubung Virus
Terdapat pada virus yang berselubung, mengandung lipid netral, protein, dan
glikoprotein (peplomer) yang menempel pada selubungnya.
Morfologi
o Berdasarkan selubungnya
a. Virus telanjang
Tidak memiliki selubung (membran) yang menyelubungi kapsid.
- picornavirus - reovirus
- adenovirus - papovavirus
- parvovirus
b. Virus berselubung
a. Simetri heliks
Subunit protein terikat secara berkala ke asam nukleat virus, melilitkannya
menjadi suatu heliks (spiral).
- myxovirus - rhabdovirus
Penyusunan subunit protein dalam selubung yang tertutup, dalam bentuk tata
ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi.
- picornavirus - papilomavirus
c. Struktur kompleks
- poxvirus, berbentuk batu bata, dengan tonjolan pada permukaan luar dan
sebuah inti serta badan lateral di bagian dalam
simetri heliks simetri ikosahedral struktur kompleks
Istilah-Istilah Penting Dalam Virologi
(Rosiana Afida)
1) Sel Hospes : Sel yang telah terinfeksi oleh virus (sel pejamu).
4) Anti serum : Serum yang mengandung satu atau beberapa antibody. Dapat
diperoleh dari binatang yang telah di imunisasi baik dengan
menyuntik antigen atau infeksi mikroorganisme yang
mengandung antigen tersebut.
5) Mikrofag : Alat untuk merakam gerakan yang sangat halus. Alat ini
bekerja dengan membuat rekaman gerakan suatu diafragma
yang sangat halus, tetapidiperbesar pada film fotografik.
13) Efek Sitopatogenik : Perubahan morfologis yang terjadi akibat oleh virus
sitopatogenik.
14) Budding out : Metode pelepasan virus dari suatu sel, setelah terjadi replikasi
Klasifikasi Virus
(henny hasyyati)
1. Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk jenis simetris, ada atau tidaknya peplomer,
dan ada atau tidaknya membrane.
2. Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat (DNA atau RNA), ukuran genom dalam
kilobasa(kb) atau pasangan kilobasa (kbp), rantainya; tunggal atau ganda, linear atau
sirkular,
3. Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molecular, densitas ringan, stapilitas pH,
stabilitas termal, dan kerentanan terhadap agen-agen fisik dan kimia, terutama eter dan
detergen.
4. Sifat protein virus, adalah jumlah ukuran dan aktivitas fungsional protein-protein
structural dan non structural, sekuens asam amino, modifikasi (glikosilasi, fosforilasi,
miristilasi), dan aktivitas fungsional khusus (transcriptase, reverse transcriptase ,
neuraminidase, aktivitas fusi).
5. Susunan dan replikasi genom, adalah ordo gen, jumlah dan posisi pola pembacaan
terbuka, strategi replikasi (pola transkripsi, translasi), dan tempat selular (akumulasi
protein, asembli virion, pelepasan virion).
6. Sifat antigenic.
7. Sifat biologic, termasuk kisaran pejamu alami, cara transmisi, hubungan vector,
pathogenesis, tropisme jaringan, dan patologi.
(Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical
Microbiology, Twenty-Fourth Edition)
Penggolongan virus meliputi pembagian atas family, subfamily (hanya pada beberapa family),
genus dan spesies.
Nama family virus ditandai dengan akhiran viridae. Anggota family merupakan virus yang
mempunyai sifat umum sama dan tidak banyak berubah. Anggota family tertentu mempunyai
morfologi virion, struktur dan replikasi genom khas. Dan juga memiliki kemungkinan
mempunyai filogenitas yang sama. Ada empat family, yaitu herpesviridae, poxviridae,
papovaviridae dan retroviridae dibagi lagi menjadi subfamily. Nama subfamily diberi akhiran
virinae.
Nama genus virus ditandai dengan akhiran virus. Anggota genus merupakan spesies yang
mempunyai sifat sama. Criteria genus berupa sifat fisikokimia dan/atau serologi.
Sifat yang dipakai sebagai criteria penentuan spesies dapat berupa sifat fisikokimia, sifat
serologic ataupun sifat biologic lain.
Berdasarkan genomnya virus dibagi menjadi virus RNA dan virus DNA
Virus DNA
No Virus Sifat
1 prion sangat tahan terhadap pengaruh lingungan fisik dan kimiawi.
setelah melewati masa inkubasi yang sangat lama penyakit berlangsung
progresif disertai kerusakan histologi dan faal jaringan saraf
2 virus RNA rantai tunggal,
hepatitis terdiri dari selubung HBsAg dan antigen delta serta genom RNA,
delta infeksi pada manusi merupakan ko-infeksi hepatitis B
3 virus RNA rantai tunggal, polaritas positif
hepatitis virion berselubung
C
4 virus blm bisa dibiakan in vitro, penyebab diare
norwalk
5 atrovirus RNA rantai tunggal, tidak bersegmentasi.
bentuk sferis dan tersusun atas 4 jenis protein
PERKEMBANGBIAKAN VIRUS
(Oki Fahmi A. N)
Ciri-ciri khusus perkembangbiakan virus adalah begitu berinteraksi dengan sel inang, virion
penyebab infeksi pecah dan kemampuan infeksi yang yang dapat di ukur hilang. Fase siklus
pertumbuhan ini disebut periode eklips.1)
REPRODUKSI VIRUS
Merupakan proses pelepasan asam nukleat dari pembungkus luar. Pada tahap ini kemampuan
infeksi virus induk menghilang.
4). Replikasi Asam Nukleat dan Sintesis Komponen Virus
Bagian utama dalam replikasi virus adalah mRNA harus ditraskripsikan dari asam nukleat virus
demi keberhasilan ekspresi dan duplikasi informasi genetik. Berbagai kelompok virus
menggunakan jalur yang berbeda dalam mensintesis mRNA, bergantung pada struktur asam
nukleat virus.
Kebanyakan virus DNA berkembangbiak di dalam inti sel, dan tergantung RNA polymerase sel,
kecuali poxvirus yang berkembangbiak di dalam sitoplasma dan memiliki enzim transkripsi
sendiri.
Pada tahap awal biasanya biasanya hanya sebagian gen virus saja yang mengalami transkripsi,
yaitu terutama gen yang berhubungan dengan pembentukan enzim dan protein awal.
Transkripsi selanjutnya berhubungan dengan pembentukan struktur virus.
Setelah proses transkripsi, RNA ditranslasikan menjadi protein pada poliribosom sitoplasma.
Protein yang merupakan produk ini antara lain:
3). Enzim yang tidak bersifat structural dan berhubungan dengan transkripsi atau translasi DNA
4). Protein yang mengatur supresi transkripsi atau translasi oleh sel
Jika konsentrasi enzim yang diperlukan telah mencukupi, DNA mulai mengadakan replikasi.
Virion yang telah lengkap bergerak menuju membran sel. Virus yang berselubung akan
mendapatkan selubungnya di membran sel.
Perkembangbiakan virus RNA berbeda dengan virus DNA, yaitu bahwa genomnya berupa RNA
yang proses traskripsi, translasi dan replikasinya berbeda dengan DNA, jumlah informasi
genetik yang dibawanya lebih sedikit dan akhirnya proses pematangannya yang hampir
seluruhnya melalui proses budding dari membran sitoplasma.
PEMBEBASAN VIRUS
(Oki Fahmi A. N)
Cara penularan yang digunakan oleh virus bergantung pada sifat interaksi antara virus dengan
inangnya.
Cara utama penularan dapat dengan infeksi droplet atau aerosol (misalnya influenza, campak,
cacar); melalui fekal-oral (misalnya enterovirus, rotavirus, hepatitis menular); melalui kontak
seksual (misalnya hepatitis B, herpes simpleks tipe 2, HIV); melalui kontak tangan-mulut,
tangan-mata, atau mulut-mulut (misalnya herpes simpleks, rinovirus, virus Epstein-Barr); atau
melalui pertukaran darah yang terkontaminasi (misalnya hepatitis B, HIV).
2). Penularan dari hewan ke hewan, dengan manusia sebagai inang tak tetap.
Penyebaran dapat melalui gigitan (misalnya rabies) atau melalui infeksi droplet atau aerosol
dari tempat tinggal yang terkontaminasi hewan pengerat (misalnya arenavirus, hantavirus).
Misalnya penyakit demam kuning dan demam berdarah dengue dengan vektornya adalah
Aedes aegypti.
(Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 1996.)
SISTEM IMUNITAS
( Risdi Pramesta )
Pengantar Immunologi
Imunologi adalah Ilmu yang mempelajari reaksi atau perubahan yang terjadi dalam
tubuh sebagai akibat masuknya benda asing [antigen]
Respon imun = usaha menetralisir, mengeliminir dan mematabolisme zat asing atau
produknya yang masuk kedalam tubuh ( fungsi pertahanan )
Mekanisme reaksi kekebalan terjadi melalui sistim yang sangat kompleks sistim
imun, terlibat komponen-komponen sistim imun non spesifik dan spesifik.
Jenis imunitas:
Memperlihatkan mekanisme pertahanan yang sudah ada sebelum terpajan agen asing,
reaksi bersifat non spesifik, meliputi:
FK UI Edisi Revisi
Imunitas pasif reaksi imunitas spesifik didapat melalui perpindahan sel atau
serum orang lain yang sudah imun
Kelas imunitas spesifik
Imunitas yang diperantarai sel imunitas pasif didapat melalui pemindahan sel
limfosit T ( berdiferensiasi di kelenjar timus )
SISTEM IMUN
1. Resistensi
2. Spesifitas
NON SPESIFIK
SPESIFIK
3. Sel B
Edisi Ke-8
Mekanisme fisiologik imunitas non-spesifik berupa komponen normal tubuh yang selalu
ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat
menyingkirkan mikroba tersebut. Mekanismenya tidak menunjukan spesifitas terhadap benda
asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial.
Imunologi Dasar FK UI
Edisi Ke-8
Mekanisme Imunitas Non spesifik Terhadap Bakteri Pada Tingkat Sawar Fisik
Seperti Kulit / Permukaan Mukosa
Sistem pertahanan ini meliputi kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin
merupakan garis pertahanan terhadap infeksi.
2. Pertahanan Humoral
a. Komplemen
• Berperan meningkatkan fagositosis [opsonisasi] dan mempermudah destruksi
bakteri dan parasit
• Dapat menghancurkan sel membran bakteri lisis
• Melepas bahan kemotaktik yang mengerahkan makrofag ketempat bakteri
• Pengendapan komplemen pada permukaan bakteri memudahkan makrofag
mengenal/opsonisasi dan memakannya
• Terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.
Komplemen
Bakteri Bakteri
Fagosit
CATATAN :
• LISIS : adalah antibodi yang menyebabkan lisis sel
• KEMOTAKSIS : adalah gerakan fagosit ke tempat terinfeksi sebagai respons
terhadap berbagai faktor sebagai produk bakteri dan faktor
seperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas
pada aktivitasi komplemen.
• OPSONISASI : adalah antibodi yang setelah melekat pada kuman atau partikel
lainnya, merangsang dan memudahkan fagositosis.
Imunologi Dasar FK UI
Edisi Ke-8
b. Interferon / IFN
– Glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus
dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus
– Menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten
– Mengaktifkan Natural Killer cell [sen NK] membunuh sel yang terinfeksi
Sel jaringan
Membunuh
Sel terinfeksi Sel resisten terhadap
virus
Interferon
C-Reactive Protein/CRP
– CRP salah satu protein fase akut, protein yang kadarnya dalam darah
meningkat pada infeksi akut
– Meningkat 100x/>, berperan pada imunitas nonspesifik dengan bantuan Ca++
– Mampu mengikat malekul fosforilkolin yang terdapat pada permukaan bakteri &
jamur
– Merupakan opsonin yang memudahkan fagositosis
– CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten
FK UI Edisi Revisi
Dan
Imunologi Dasar FK UI
Edisi Ke-8
3. Pertahana Selular
a. Fagosit
Sel utama dalam pertahanan non spesifik sel mononukleir [monosit dan
makrofag], serta sel polimorfonukleir atau granulosit
Granula berisi enzim hidrolitik, laktoferin bersifat bakterisidal.
Sel fagosit berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik
Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat:
kemotaksis,menelan,memakan, membunuh dan mencerna.
Fagositosis yang efektif pada invasi kuman dini akan dapat mencegah timbulnya
infeksi
Kemotaksis adalah gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap
bebagai faktor seperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada
aktivasi komplemen.
b. Makrofag
LGL ditemukan sekitar 2-6% dari lekosit perifer, dengan ciri mengandung banyak
sekali sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus
eksentris
Sasaran utama LGL sel kanker & virus
Sebagian besar menunjukkan sifat sel NK dan Antibody Dependent Cellular
Cytotoxin [ADCC]
d. Sel Mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu,
jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada
imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri.
Bebagai faktor nonimun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas dan
dingin dapat pula mengaktifkan dan degranulasi sel mast.
Imunologi Dasar FK UI
Edisi Ke-8
4. Pertahanan Biokimia
Imunologi Dasar FK UI
Edisi Ke-8
SISTEM IMUN SPESIFIK
Berbeda dengan sistem imun nonspesifik,sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun
nonspesifik . Pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit
dan antara sel T-makrofag.
1. Humoral
Terdapat sintesa dan masuknya cairan antibodi ke dalam aliran darah dan cairan badan
lainnya (antibodi humoral) antibodi ini akan mengikat dan menetralisir antigen. Di
dalam humoral terdapat sel B/ limfosit-B, yang mempunyai ketergantungan dari bursa (
sebuah alat yang membuat sel B berdiferensiasi menjadi sel B yang matang. Fungsi sel B
bagi tubuh kita , yaitu pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus, dan bakteri serta
menetralisasi toksinnya
2. Selular
IgG
Mampu menembus jaringan plasenta, memberikan proteksi utama pada
bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah lahir. IgG
yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus
bayi dan menambah kekebalan .
IgA
Terdapat di dalam serum, tetapi cenderung membentuk polimer dengan
perantaraan polipeptida yang disebut rantai – J . Fungsinya untuk
mematikan kuman koliform dan untuk reaksi komplemen melalui jalannya
metabolisme alternatif.
IgM
Terdapat dalam bentuk polimer terdiri dari 5 subunit molekul 4-peptida,
dihubungkan dengan rantai J seperti pada IgA.
Polimer IgM dalam bentuk bebas seperti bintang, akan tetapi bila terikat
pada permulaan sel ia akan berbentuk seperti kepiting.
IgD
Sebagai antibodi terhadap inti sel. IgD terdapat pada permukaan tali pusat.
IgE
Terdapat di dalam serum tetapi konsentrasinya kecil , IgE bila disuntukan
dalam kuit membentuk sel Mast.
FK UI Edisi Revis
Isolasi, Uji Kultur Dan Identifikasi
(Hendra leofirsta)
A. Isolasi
2. Pemisahan fisik suatu bagian ,misalnya melalui biakan jaringan atau interposisi
bahan inert
Tujuan: Untuk mendapatkan virus murni yang selanjutkan akan dilakukan untuk proses
pembiakan, analisis komponen kimia,pembuatan vaksin , antibiotic ,penggolongan virus dan
lain-lain.
Langkah-langkah:
1. Langkah pertama ialah proses pemekatan virus dengan cara presipitasi dengan
ammonium sulfat,etanol atau polietilen glikol atau dengan ultrafiltrasi.Khusus untuk
pemekatan orthomyxovirus digunakan hemaglutinasi dan elusi.
2. Setelah terjadi pemekatan, virus pun dapat dipisahakan dari bahan pejamu dengan
tekhnik sentrifugasi diferensial , sentrifugasi gradien densitas , kromatografi kolom dan
elektroforesis.
Untuk mendapatkan pemurnian yang adekuat,biasanya dilakukan lebih dari satu kali langkah
,semakin sering pengulangan langkah akan semakin besar kemungkinan mendapatkan
pemurnian yang adekuat.
Pemurnian awal akan membuang sebagian besar bahan nonvirus.langkah pertama
tersebut dapat meliputi sentrifugasi rate-zonal,suatu sampel virus yang dipekatkan dilapis
pada gradient densitas linear yang telah dibuat dari sukrosa atau gliserol , dan selama
sentrifugasi , virus mengendap sebagai suatu pita pada kecepatan yang ditentukan terutama
oleh ukuran dan berat partikel virus.
Virus juga dapat dimurnikan dengan sentrifugasi kecepatan tinggi pada gradien densitas
sesium klorida, kalium tartrat, kalium sitrat atau sukrosa.Bahan gradien pilihan adalah bahan
yang kurang toksik terhadap virus . Partikel virus bermigrasi ke posisi setimbang yang densitas
larutannya setara dengan densitasnya ringan dan membentuk pita yang dapat dilihat.
Metode tambahan pemurnian didasarkan pada sifat kimiawi permukaan virus . Pada
kromatografi kolom , virus terikat pada suatu zat seperti dietilaminoetil atau fosfoselulosa dan
kemudian dielusi dengan merubah konsentrasi garam dan pH.Elektroforesis zona
memungkinkan pemisahan partikel virus dari kontaminan berdasarkan muatan.Antiserum
spesifik juga dapat digunakan untuk memindahkan partikel virus dari bahan-bahan pejamu.
Sangat sulit untuk mendapatkan virus yang benar-benar murni . sedikit bahan seluler
cenderung menempel pada partikel dan ikut termurnikan.Kriteria minimal untuk partikel dan
ikut termurnikan.Kriteria minimal untuk kemurnian adalah gambaran homogeny pada
mikrograf electron dan kegagalan prosedur pemurnian tambahan untuk membuang “
kontaminan” tanpa mengurangi infektivitas.{1}
B.Uji Kultur
Uji kultur adalah perkembangan mikroorganisme atau sel jaringan hidup di dalam media
yang kondusif bagi pertumbuhannya.
1. Untuk isolasi
2. Untuk memperbanyak virus
3. Untuk menghitung jumlah virus
4. Untuk identifikas virus
1. Medium alamiah/substrat, terdiri dari bahan alam seperti sari buah,wortel, nasi,
jagung.
2. Medium semi alamiah/semi sintetis, terdiri dari bahan alamiah ditambah dengan
senyawa kimia, misalnya Potato Dextrose Agar (PDA), Tauge Ekstrak Agar (TEA)
3. Medium buatan/sintetis, terdiri dari senyawa kimia yg jumlah & komposisinya sudah
ditentukan, misalnya Sabaroud Dextrose Agar (SDA)
1. Media padat. Semua media menggunakan media agar, contoh : Mc-Conkey Agar
(MCA),Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Agar (TCBS), Mannitol Salt Agar (MSA)
2. Media semi padat. Kandungannya ± 3-5% agar, contoh : Sucrose Indol Motility (SIM)
3. Media cair. Media yang berbentuk cair tanpa penambahan agar, contoh : Brain Heart
Infusion (BHI)
Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya tidak dapat berkembangbiak didalam medium
mati.
1. In Vitro
2. In Ovo
3. In Vivo
In Vitro , ditanam pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan
organ),potongan kecil jaringan (biakan jaringan),sel-sel yang telah dilepaskan dari pengikatnya
(biakan sel).Biakan organ dan biakan jaringan dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa
minggu, sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa hari sampai waktu yang tak terbatas
tergantung pada jenis biakan.Karenanya biakan sel dapat dibagi atas :
a.Biakan sel primer :Sel yang mampu membelah namun terbatas dan selanjutnya mati . Sel
diambil dalam keadaan segar dalam binatang ,misalnya ginjal monyet, embrio ayam dan
sebagainya.Proses dimulai dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh dengan
mengocok sepotong jaringan di dalam larutan tripsin. Sel-sel yang di dapat dari suspensi ini
kemudian di biakkan dalam larutan perbenihan tertentu.Sel-sel akan melekat pada dinding
tabung sampai membentuk selapis jaringan sel yannng siap di gunakan untuk pembiakkan virus.
Virus yang dibiakkan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan efek
sitopatogenik,seperti perubahan morfologis sel ,perubahan inti sel,terbentuk sel sinsitia dan
juga sel-sel akan melepas dari dinding tabung.
b.Biakan sel diploid : Merupakan kumpulan 1 jenis sel yang mampu membelah kira-kira
100 kali sebelum mati.
c.Biakan sel terusan : Sel yang mampu membelah tak terbatas.Kromosomnya bersifat
polipoid atau aneuploid.Dapat berasal dari sel tumor ganas atau sel diploid yang mengalami
transformasi. Contoh: Sel Hela ,Hep-2 ,KB dari manusia,BHK-21 dari hamster ,LLC-MK dari ginjal
monyet,J-III dari leukemia manusia,dll
Cara pembiakan virus in vitro bermanfaat untuk :
1. isolasi primer virus dari bahan klinis, dipilih sel yang peka terhadap efek sitopatogenik.
2. Pembuatan vaksin,dipilih sel yang mampu menghasilkan virus dalam jumlah banyak.
3. Penyelidikan biokimiawi,dipilih biakan sel terusan dalam bentuk suspense.
In Ovo , pembenihan dengan menggunakan media telur , karena telur tidak menimbulkan zat
anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus.
Cara pertama : Menggunakan lapisan luar atau lapisan ekstoderm selaput korioalantosis telur
berumur 10 hari ( untuk isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit , variola,herpes
dan vaccinia ).Setiap virion yang infektif akan menyebabkan inflamasi pada sel dengan tanda-
tanda muncul bercak putih yang disebut pock.
Cara kedua : Dengan menyuntikkan bahan keruang amnion telur berembrio umur 10-15 hari.
Cara ini terutama berguna untuk isolasi virus influenza dan virus parotis karena virus tumbuh
di sel-sel epitel paru-paru embrio yang sedang tumbuh.
Cara ketiga : Dengan menyuntikkan bahan pada kantung kuning telur berembrio 9-12 hari ,
dengan cara penyuntikkan langsung dari lubang kecil di permukaan kulit telur.Dipakai untuk
isolasi mikroorganisme golongan bedsonia dan rickettsia.
In Vivo , pembenihan dengan cara virus diinfeksikan pada binatang percobaan yang
cocok.Hemster biasa digunakan untuk golongan herpesvirus,mencit baru lahir digunakan untuk
virus golongan arbovirus , coxsackie virus.{3}
C.Identifikasi virus
Bila sifat-sifat fisik pertikel yang khas telah diperoleh, kriteria berikut harus dipenuhi
sebelum di indentifikasi sebagai partikel virus :
1. Partikel dapat diperoleh hanya dari sel atau jaringan yang terinfeksi.
2. Partikel yang diperoleh dari berbagai sumber identik tanpa memandang asal sel tempat
virus tumbuh.
3. Tingkat aktivitas infektif dari sediaan bervariasi sebanding jumlah partikel yang ada.
4. Destruksi partikel fisik yang disebabkan oleh tindakan fisis atau kimiawi disertai
hilangnya aktivitas virus.
5. Sifat tertentu partikel dan infektivitas harus terbukti identik , misal , perilaku
sedimentasinya pada ultrasentrifugasi dan kurva stabilitas pHnya.
6. Spectrum absobsi partikel fisik yang dimurnikan pada rentang ultraviolet harus
bertepatan dengan spectrum inaktivasi ultraviolet virus.
7. Antiserum yang disediakan terhadap virus infeksius harus bereaksi dengan partikel yang
dimaksudkan dan sebaliknya.Observasi langsung virus yang tidak dikenal dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop electron dari agregat yang terbentuk dari
campuran antiserum dan suspense virus kasar.
8. Partikel harus mampu menyebabkan penyakit yang khas secara in vivo
9. Masuknya partikel dalam biakan jaringan harus menyebabkan produksi progeni dengan
sifat biologi dan antigenic virus. [4}
(laras indri p)
Parvovirus B19
Sebenarnya penyakit ini adalah penyakit ringan yang sembuh dengan sendirinya untuk
anak-anak dan orang dewasa yang sehat
Tetapi akan berbahaya jika mengenai orang dengan penyakit sel
sabit,leukemia,HIV,kanker menimbulkan anemia kronik
Adenovirus
Herpes virus
Varisela-zoster virus
Poxvirus
Orthomixo virus
Korona virus
Virus rabies
Flavivirus
Paramiksovirus
Virus gondong
Anamnesis:nyeri kepala,anoreksia,malaise
Pemeriksaan fisik:kelenjar liur membengkak
Pemeriksaan tambahan:mengisolasi virus dari kelenjar liur pasie
A. Pencegahan
Pencegahan penyakit virus yang bisa kita lakukan diantaranya:
Melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).[1]
-> Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal.
-> Membersihkan kandang hewan peliharaan (mencegah flu burung).
-> Vaksinasi hewan peliharaan (mencegah rhabdovirus, flu burung, flu babi).
-> Biasakan mencuci tangan.
-> Tidak melakukan free sex (mencegah AIDS).
-> Tidak memakai narkoba/jarum suntik dipakai bergantian (mencegah AIDS).
-> Memakai masker (mencegah virus yang ditularkan melalui udara).
Hindari radiasi sinar matahari (mencegah papillomavirus dan herpes).
Hindari stress.
Memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Vaksinasi atau Imunisasi.[2]
Vaksin dibuat dengan cara melemahkan atau menginaktifkan virus liar atau
menyeleksi mutan avirulen. Dapat juga dibuat melalui rekayasa genetika, rekayasa
protein maupun sintetik.
Pada umumnya vaksin yang digunakan saat ini ialah vaksin virus hidup yang telah
dilemahkan, kecuali vaksin influenza, herpes simplex, rabies, dan hepatitis B. Beberapa
vaksin virus mati yang dulu digunakan sekarang mulai ditinggalkan karena pada
Beberapa penyakit yang menggunakan vaksin virus mati (contohnya pada morbilli), jika
setelah divaksin kemudian terpapar virus yang sama, akan mengakibatkan penyakit yang
lebih parah.
Walaupun efektif, terdapat Beberapa masalah yang berhubungan dengan vaksin
virus hidup, yaitu:
Ketidakstabilan genetis virus: kemungkinan vaksin untuk berubah kembali
menjadi virus liar virulen.
Kemungkinan kontaminasi oleh virus berbahaya: Sel sebelum digunakan untk
mengembangbiakkan virus untuk vaksin , terlebih dahulu terpapar virus lain
seperti paramyxovirus, togavirus, dll.
Interferensi dengan virus liar: biasa terdapat pada negara berkembang,
contohnya interferensi enterovirus dengan vaksin poliovirus pada anak-anak.
Labilitas terhadap panas: virus hidup biasanya peka terhadapa panas. Masalah
ini dihadapi khususnya di negara tropis yang sistem pelayanan kesehatannya
belum baik, karena setelah direhidrasi vaksin harus segera dipakai.
Beberapa jenis dan asal vaksin virus:
Virus Vaksin Asal
Variola Vaccinia Kulit sapi
Demam kuning 17 D Embrio ayam
Poliomyelitis Sabin 1,2,3 Sel WI 38
Morbilli Schwarz Fibroblas ayam
RA 227/3 Sel WI 38
Rubella
Cendehill Ginjal monyet
Parotitis Jeryl Lynn Fibroblas ayam
Rabies Pitman-Moore Sel WI 38
Influenza A2 (H3N2) Embrio ayam
Adenovirus Strain 4,7 Sel WI 38
Antigen Plasma
Hepatitis B
Permukaan Rekombinan
B. Pengobatan[2]
Pada mulanya diduga bahwa seluruh metabolisme sel diperlukan untuk
perkembangbiakan virus. Dengan berkembangnya virology molekuler diketahui ada
bagian proses biokimia yang mutlak bagi virus dan tidak tergantung pada sel.
Pengetahuan diatas menjadi landasan untuk menemukan zat-zat anti virus yang
mempunyai indeks kemoterapeutika tinggi untuk mengobati penyakit virus.
Zat-zat antivirus yang telah ditemukan antara lain:
1. Isatin beta-thiosemikarbason (IBT)
IBT merupakan zat kimia yang kuat menghambat reproduksi poxvirus dengan
cara menghambat formasi salah satu protein inti sehingga DNA menjadi hancur.
Selain poxvirus, IBT juga menghambat reproduksi adenovirus, Beberapa
turunannya dapat menghambat reproduksi enterovirus tertentu.
3. Rifampisin
Merupakan hasil peragian oleh Streptomyces mediterranei. Rifampisin dan
turunannya dapat bereaksi dengan polimerasa RNA kuman dan menghambta
proses transkripsi. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menghambat
reproduksi poxvirus dan adenovirus.
4. Cytarabine
Cytarabine (1-beta-D-arabinofuranosylcytosine monochloride, Ara-C, Cytosine
arabinoside) suatu analog pirimidin yang dapat menghambat sintesis DNA virus
dan sel dengan cara bergabung dengan DNA dan menghambat DNA polymerase.
Jika dipakai secara sistemik obat ini bersifat toksik. Pada percobaan pengobatan
infeksi herpes dan vaccinia obat ini paling tidak sama efektifnya dengan IDU.
5. Dactinomycin (Actinomycin)
Dapat menghambat sintesis RNA yang bergantung pada DNA, jadi menghambat
reproduksi sebagian kecil virus DNA. Dactinomycin juga menghambat reproduksi
beberapa myxovirus.
6. Asam fosfonoasetat
Dapat menghambat replikasi virus herpes simplex. Zat ini merupakan
penghambat polymerase DNA virus herpes simplex dan tidak mempunyai
pengaruh yang bermakna pada polymerase DNA seluler. Merupakan obat
kemoterapeutika yang khas bagi infeksi herpes virus.
8. Vidarabine
Vidarabine (adenine arabinoside, ara-A, 9beta-D arabinofuranosyl adenine)
adalah analog purin yang aktif terhadapa virus herpes manusia. Aktivitasnya
lebih baik terhadapa virus herpes simplex dan varicella zoster daripada
terhadapa virus Epstein-Barr atau cytomegalovirus. Juga aktif terhadap poxvirus,
rhabdovirus, dan retrovirus. Vidarabine bekerja dengan cara menghambat
sintesis DNA virus dengan dosis jauh lebih rendah daripada untuk menghambat
sintesis DNA sel. Vidarabine tidak bersifat imunosupresif dan mempunyai indeks
terapeutik lebih tinggi dibandingkan IDU atau ara-C untk virus herpes.
9. Acyclovir
Acyclovir (2-hydroxy ethoximethyl guanine) adalah analog guanosin. Aktivitas
antivralnya terbentuk setelah mengalami fosforilasi menjadi acyclovir
monofosfat dengan bantuan enzim thymidine kinase virus. Fosforilasi lanjutan
menjadi acyclovir trifosfat terjadi dengan bantuan enzim kinase sel. Setelah
menjadi acyclovir trifosfat, ia bekerja secara kompetitif dengan d-guanosin
trifosfat sehingga mengakibatkan sintesis DNA virus terganggu. Aktivitasnya
terutama terhadap virus herpes simplex dan varicella-zoster tetapi masih bisa
aktif terhadap cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus walaupun efek obat lebih
lemah.
10. Ganciclovir
Ganciclovir atau 9-(1-3 dihidroxy-2-propoxy) methyl guanine adalah analog
guanosin. Ganciclovir juga bekerja mengganggu sintesis DNA oleh DNA
polymerase. Aktivitasnya terhadap cytomegalovirus lebih besar daripada
terhadap herpes simplex serta memiliki rasio terapetik-toksis yang lebih sempit.
11. Zidovudine
Zidovudine (retrovir, azidothimidine atau AZT) adalah analog pirimidin yang
bekerja pada enzim reverse transcriptase. Setelah difosforilasi oleh enzim sel,
AZT akan diinkorporasi pada molekul DNA virus dan menyebabkan sintesis DNA
virus terhenti. Zidovudine aktif terhadap anggota retrovirus, termasuk HTLV1,
HIV1, dan HIV2.
13. Fosfonoformat
Bukan merupakan analog basa DNA tetapi mampu menghambat kerja DNA
polymerase virus herpes simplex, cytomegalovirus, dan hepatitis B, juga mampu
menghambat reverse transcriptase retrovirus.
Interferon-β dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua
sel di dalam tubuh manusia.
Interferon-γ dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada
sel-sel tertentu, seperti makrofag, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik,
dan limfosit B.
Sifat IFN Alfa (α) IFN Beta (β) IFN Gamma (γ)
Nama lain Leukosit IFN atau Tipe I Fibroblas IFN atau Tipe I Imun IFN atau tipe II
Gen >20 1 1
Stabilitas pH Stabil Stabil Labil
Induser (pengimbas) Viruses (RNA>DNA), dsRNA Viruses (RNA>DNA), dsRNA Antigen, Mitogen
Sumber utama Leukosit, Epitelium Fibroblas Limfosit
Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C.
Interferon ada yang diberikan melalui suntikan. Efek samping interferon timbul
beberapa jam setelah injeksi diberikan. Efek samping dari pemberian interferon
diantaranya adalah rasa seperti gejala flu, demam, mengigil, nyeri kepala, nyeri
otot dan sendi. Setelah beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda
dan hilang. Efek samping jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan
pembentukan sel darah yaitu menurunnya jumlah sel granulosit
(granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia),
mengantuk bahkan rasa bingung.
Imunisasi MMR
MMR adalah sebuah kombinasi dari tiga jenis vaksin, yaitu vaksin
Measles (campak), Mumps (gondok), dan Rubella. Meskipun ketiga jenis penyakit ini
biasa terjadi pada diri kita dan bisa sembuh dalam waktu yang relatif singkat, akan
tetapi pada orang-orang tertentu (biasanya anak-anak), ketiga penyakit ini bisa
berdampak serius. Apalagi jika dibiarkan tanpa pengobatan.
Dampak serius yang diakibatkan oleh penyakit Measles (campak) dan Rubella di
antaranya adalah infeksi telinga, pneumonia, infeksi mata,encephalitis (radang otak).
Adapun dampak serius dari penyakit Mumps (gondok=pembengkakan kelenjar ludah di
leher) adalah meningitis, tuli (tidak mampu mendengar), dan radang pankreas. Pada
anak laki-laki, Mumps bisa menyebabkan kerusakan testis yang berpengaruh pada
kesuburan sedangkan pada anak wanita bisa mengakibatkan pembengkakan ovarium.
Imunisasi MMR adalah sebuah imunisasi yang bisa mencegah timbulnya penyakit-
penyakit yang ditimbulkan oleh ketiga jenis virus tadi. Imunisasi MMR ini sudah
dilakukan sejak 30 tahun di lebih dari 30 negara. Pada umumnya, imunisasi ini mampu
mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh virus-virus terkait.
Imunisasi MMR pertama biasanya diberikan saat anak berusia 13 bulan. Imunisasi kedua
diberikan saat anak menginjak umur 3 hingga 5 tahun, atau sebelum anak
masuk sekolah.
Bayi yang berusia 6 bulan tetapi sering terpapar dengan anak atau orang dewasa yang
mengalami campak bisa mulai mendapatkan imunisasi ini. Tentu saja hal ini dilakukan
agar vaksin bisa mencegah terjadinya campak pada tubuh bayi tersebut. Dalam kasus
ini, vaksin harus diberikan dalam waktu 3 hari setelah bayi mengalami kontak dengan
anak yang sedang menderita campak. Imunisasi MMR kedua dilakukan setelah bayi
menginjak usia 18 bulan. Adapun imunisasi ketiga dilakukan normal seperti anak
lainnya, yaitu saat berusia 3 hingga 5 tahun.
Efektivitas MMR
Sekitar 90% anak yang menerima imunisasi MMR pertama akan mampu terlindung dari
campak dan gondok (measles, mumps) dan 97% mampu terlindung dari Rubella. Ini
berarti bahwa pada 100 orang yang diberi imunisasi MMR, sekitar 90 orang imun
terhadap measles danmumps dan sekitar 97 orang kebal terhadap Rubella. Berarti 99
orang dari 100 orang akan kebal terhadap ketiga jenis penyakit ini pada imunisasi kedua.
Perkecualian
Hampir semua anak wajib mendapatkan imunisasi MMR. Akan tetapi, ada beberapa
golongan anak tertentu yang justru tidak diperbolehkan. Misalnya, anak yang
mempunyai daya tahan tubuh lemah (seperti penderita HIV/AIDS atau penderita
kanker); anak yang mempunyai reaksi anaphylactic (hipersensitif) terhadap gelatin atau
antibiotik kanamisin dan neomisin; anak yang baru diberi imunisasi yang lain; anak yang
sedang demam; dan ibu hamil.
Semua vaksin tidak ada yang aman mutlak. Setiap vaksin pasti mempunyai efek
samping. Begitu pula dengan vaksin MMR. Pada imunisasi pertama, vaksin MMR akan
sedikit memberi efek samping. Adapun imunisasi kedua, efek sampingnya lebih sedikit.
Barulah pada imunisasi ketiga, vaksin MMR biasanya menimbulkan efek yang nyata.
Efek samping yang ditimbulkan dari vaksin MMR biasanya terlihat setelah 6 sampai 10
hari setelah imunisasi. Pada saat ini, kulit anak-anak biasanya dimunculi oleh bintik-
bintik merah seperti campak. Mereka juga akan merasakan demam yang disebut
sebagai febrile compulsion. Jika mereka demam, dosis parasetamol anak bisa menjadi
pilihan sebagai obat pereda. Akan tetapi jika sakit berlanjut harus segera menghubungi
dokter.
(Dionissa Shabira)
Seperti diketahui,virus berbeda dengan mikroba/parasit lain, karena virus hanya berkembang
biak pada sel hidup dan tidak pada lingkungan ekstraseluler. Dengan demikian harus kita
ketahui proses patogenesis infeksi virus.
Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus infeksi pada reseptor yang ada
dipermukaan sel. Selanjutnya virus atau genomnya masuk ke dalam sel. Dengan bantuan
organel-organel sel, genom virus membentuk komponen –komponen. Setelah komponen-
komponen stuktural dirakit virus dilepaskan dari dalam sel. Proses kembangbiak virus terjadi
pada sitoplasma,inti sel,ataupun membran sel,tergantung pada jenis virusnya. Kemudian terjadi
interaksi antara sel dan virus, interaksi ini digolongkan menjadi : (i) virus yang akibat efek
sitisidalnya atau efek toksisnya menimbulkan kematian sel. (ii) virus yang proses
kembangbiaknya tidak menimbulkan kematian sel,tetapi menimbulkan kelainan kecil. (iii) virus
yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel,sehingga sel tumbuh berlebihan.
Kemudian virus masuk (port d’entee), yang terdiri dari saluran pernafasan,saluran
pencernaan,kulit dan mukosa genitalia.
infeksi pernafasan virus
Virus masuk dalam saluran pernafasan terutama dalam bentuk droplet,aerosol atau
saliva.penyakit yang ditimbulkan dpat bersifat setempat seperti pada
influenza,parainflueza,virus rubeola,virus varicella,dan yang bersifat tumorigenik virus
papilloma.
Banyak virus yang memulai infeksi melalui saluran pencernaan.virus herpes simpleks dan virus
Epstein-barr,menginfeksi sel dalam mulut.gastroenteritis akut adalah penyakit gastrointestinal
jangka pendek dengan gejala diare berair smpai demam tinggi dn muntah-muntah.disebabkan
oleh virus rotavirus dan Norwalk agent.ada juga yang menyebar ke tempat lain seperti virus
hepatitis dan imunodefisiensi manusia.
PEMASUKAN VIRUS
REPLIKASI VIRUS
Penyebaran virus
Banyak faktor tak spesifik berperan dalam patogenesis penyakit infeksi viral. Diantaranya
adalah : fogositosis,umur,genetik,hormon,gizi,suhu tubuh,stres,reaksi radang.
Respon imun
Respon imun humoral ataupun respon imun selular adalah respon yg berperan dalam
pengendalian virus.Respon yg diberikan virus terhadap jaringan berbeda dengan bakteri.
Contohnya,jika leukosit polimorfonuklir merupakan respons utama sel terhadap radang akut yg
disebabkan bakteri piogenik, maka infiltrasi sel berinti satu dan limfosit merupakan ciri reaksi
lesi virus yg sederhana.Protein yg disandikan oleh virus,biasanya protein kapsid,merupakan
sasaran dari respons imun. Ciri khusus virus tertentu dapat sangat mempengaruhi respons imun
inang.Sel yg terinfeksi oleh virus dapat menjadi lisis limfosit T sitotoksik yg mengenali
polipeptida2 virus pd permukaan sel.disinalh peran dari imun humoral,yaitu melindungi inang
terhadap infeksi ulang oleh virus yg sama.Respons ini yg mendasari program vaksin virus.
Dengan cara antibody netralisasi yg ada berperan menahan dimulainya infeksi oleh virus,baik
pada tahap pelekatan atau pelepasan selubung.Antibodi yang berperan adalah antibodi igA
sekretorik. Ciri-ciri khusus virus tertentu dapat sangat mempengaruhi respons imun
inang.Beberapa virus menginfeksi dan merusak sel sistem imun.Contoh yg paling hebat adalah
pada penyakit AIDS dimana virus menginfeksi dan merusak fungsi limfosit T.
Sifat penyakit
Setelah proses infeksi berhasil, vius di lepas sehingga menimbulkan penyakit, penyakit yang
ditimbulkannya dapat menimbulkan gejala klinis ataupun tidak.
Paramixovirus
(Mentari)
Virion : sferis, pleomorfik, diameter 15o nm/ lebih nukleokapsid berbentuk heliks (13-
18 nm) Partikel virus mempunyai selubung ( peplos) yang penuh dengan
tonjolan-tonjolan serta mudah seklai rusak karena pengaruh
penyimpanan,pembekuan dan pencarian atau pengolahan untuk pembuatan
preparat mikroskop electron, sehingga virus virus dapat mengalami distorsi.
Karena genom ini tidak bersegmen , tidak ada kemungkinan penyusunan ulang
genetic yang sering terjadi, menyebabkan fakta baru bahwa semua anggota
kelompok paramiksovirus stabil secara antigen.
Klasifikasi:
paramyxoviridae
paramyxovirinae pneumovirinae
Replikasi paramiksovirus.
c. maturasi.
Virus matang dengan membentuk tonjolan dari permukaan sel. Nukleokapsid progeny terbetuk
di dalam sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Mereka ditarik ke suatu tempat di
membrane plasma yang beratbur duri glikoprotein HN dn f0 virus. Protein M penting untuk
pembentukan partikel , mungkin membentuk hubungan antara selubung virus dan
nukleokapsid . saat penonjolan sebagian besar protein pejamu dikeluarkan dari membrane.
Aktivitas neraminidasa protein HN virus parainfluenza dan virus gondong tampaknya berfungsi
untuk mencegah agregasi sendiri oleh partikel virus . paramiksovirus lain tidak mempunyai
aktivitas neuraminidase.
Jika terdapat protein orotease sel pejamu yang sesuai, protein Fo di dalam membrane plasma
akan di aktivasi oleh pembelahan. Protein fusi yang teraktivasi kemudian akan menimbulkan
fusi membrane sel disekitarnya, dan menghasilkan pembentukan sensitium yang besar.
Pembentukan sensitium adalah respon yang umum terhadap infeksi paramiksovirus. Inklusi
sitoplasma asidofili secara teratur dibentuk. Inklusi diyakini menggambarkan tempat sintesis
virus dan ditemukan mengandung protein virus dan nukleokapsid yang dapat dikenali. Virus
campak juga mengahsilkan inklusi intranukleus.
Daftar Pustaka
[1]http://www.ilunifk83.com/kesehatan-dan-ilmu-kedokteran-f8/influenza-
penyakit-virus-lain-t179-30.htm
[2] Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994.
[3] http://www.penyakithepatitis.com/Interferon.htm
[4] Kamus Kedokteran Dorland Edisi 33
[5] ( Zeinser Mikrobiology & Clinical Microbiology)
[6] (Buku ajar mikrobiologi FKUI Edisi Revisi 2002)
[7] (www.news-medical.net/health/virus-origins-(indonesian).aspx)
[8] (Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology, Twenty-Fourth Edition)
[9] (Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC;
1996.)