You are on page 1of 10

J. Sains MIPA, Desember 2009, Vol. 15, No. 3, Hal.

: 167 - 176
ISSN 1978-1873
2009 FMIPA Universitas Lampung
167
FORMULASI PEMBUATAN TABLET HISAP BERBAHAN DASAR MIKROALGA
Spirulina platensis SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI

Moch. Tri Setyo Utomo
1,
* dan Adhita Sri Prabakusuma
2


Jurusan Perikanan
1
, Jurusan Budidaya Pertanian
2
, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Indonesia, 55281.
*E-mail : u2t_07@yahoo.com

Diterima 17 November 2009, disetujui untuk diterbitkan 2 Desember 2009

ABSTRACT
Spirulina platensis is one of cyanophyceae which is widely distrubet in tropical waters and can grow
well both in fresh and see waters. The phycocyanin in S. platensis is known to have effect to increase the
human body immun,containing antioxidan, anti-inflammantory and neuroprotective. S. platensis is potential to
be made as stock-ready food, and this research it is prepared as lozenges. Lozenges of S. platensis is a solid
stock obtained from the extract of algae which contains one or more active compounds with based of sweety,
dissolve in mouth and has a characteristic taste. The aim of the research is then to know the best formulation
in the preparation of of lozenges from S. platensis, chemical quality, organoleptic and physical characteristic.
The first step was preparation of S. platensis; then the preparation of lozenges with a variety of different
treatment of S. platensis addition which were 10% (P1), 7,5% (P2), 5% (P3), dan 2,5% (P4). The third step was
the analysis of lozenges in the organoleptic, antioxidant activity and physical test on the tablet. The result of
organoleptic showed that the average of panelis was in scale 2 to 3 (did not like up to little bit like). The
addition of S. platensis in the preparation of lozenges increased the antioxidan activity 6.67 to 28.67%. The
average hardness of each lozenges has matched the minimum standar, which was 10 kg and the fragility test
has also matched the fragility standart of a tablet which was <1% of weight loss, where for formula 1, 2, 3 and
4 were 0.27%, 0.29%, 0.4%, 0.2%, respectively. The result also showed that S. platensis is a potential of
material for preparation of lozenges wiith high antioxidan activity where in this researc it was found the highest
was achieved in the addition of 10% S. platensis.

Keywrods : lozenges, S. platensis, antioxidan

1. PENDAHULUAN
Mikroalga S. platensis merupakan salah satu alga hijau biru (cyanophyceae) yang banyak tersebar
di perairan tropis dan dapat tumbuh dengan baik di perairan tawar maupun perairan laut. Selama ini S.
platensis baru digunakan sebagai pakan larva ikan, udang, serta sebagai pakan untuk pembesaran moluska.
Beberapa hasil penelitian di bidang bioteknologi saat ini menyimpulkan bahwa Spirulina selain digunakan
sebagai pakan alami ikan dan udang, juga diketahui memiliki pengaruh yang baik pada sistem kekebalan.
Mengacu sejumlah publikasi ilmiah, senyawa kimia yang terkandung dalam S. platensis diantaranya adalah
phycocyanin yang telah diketahui mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengandung antioksidan,
antiinflammatory, serta neuroprotective
1)
.
Phycocyanin secara struktural mirip dengan -karoten merupakan pigmen biru alami yang berharga
dan banyak dimanfaatkan pada bidang kosmetik, obat-obatan dan farmasi. Dari hasil penelitian Arlyza dan
Silveira diketahui bahwa phycocyanin mempunyai fungsi penting sebagai antioksidan
1, 2)
.
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas
reaktif
3)
. Manusia membutuhkan antioksidan tambahan, baik alami maupun sintetis. Rehman et al.
menyatakan bahwa, antioksidan sintetis bersifat toksik dan memiliki efek karsinogen yang mengakibatkan
pembengkakan liver dan mempengaruhi aktifitas enzim liver, sehingga mengkonsumsi sumber antioksidan
alami memiliki banyak keuntungan sekaligus lebih aman dibandingkan dengan mengkonsumsi antioksidan
sintetis.
Potensi pemanfaatan S. platensis hingga saat baru terbatas sebagai pakan alami saja sehingga
pemanfaatan mikroalga ini belumlah optimal. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dibuat
suatu sediaan dari mikroalga S. platensis, dalam hal ini dipilih sediaan tablet hisap. Tablet hisap (lozenges)
M. T. S. Utomo dan A. S. Prabakusuma Formulasi Pembuatan Tablet Hisap
2009 FMIPA Universitas Lampung 168
adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar
beraroma manis dan melarut dalam mulut
5)
.
Tablet hisap memiliki keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet pada umumnya,
antara lain proses produksi mudah, praktis dalam hasil pengemasan, penyimpanan, dan transportasi, selain
itu juga adanya jaminan ketetapan dosis, pemakaiannya mudah, relatif lebih stabil dibanding sediaan oral cair,
secara fisik lebih stabil dibanding kapsul, serta lebih aman dibanding sediaan parenteral.
Keuntungan lain dari tablet hisap yakni dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki sediaan tablet
pada umumnya, seperti kesukaran menelan pada anak kecil dan orang-orang tertentu, penggunaan tablet
hisap lebih praktis karena tidak perlu ditelan, cukup dihisap dalam mulut. Kriteria mutu fisik tablet hisap
berbeda dengan tablet biasa, perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan yang lebih tinggi (>10 kg)
dan melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit)
6)
. Pemanfaatan S. platensis menjadi tablet hisap akan
membantu konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat yang menginginkan produk serba
praktis, mudah, serta mempunyai efek kesehatan bagi tubuh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pembuatan tablet hisap yang praktis, kaya
antioksidan berbahan dasar dari mikroalga S. platensis, menemukan formulasi terbaik dalam pembuatan
tablet hisap dari mikroalga S. platensis, serta mengetahui mutu kimiawi, organoleptik dan sifat fisik tablet
hisap yang dihasilkan

2. METODE PENELITIAN
2.1. Preparasi S. platensis Segar
1)

Spirulina merupakan salah satu bahan yang bersifat higroskopis, oleh karena itu dalam mengekstrak
phycocyanin dari S. platensis diperlukan pengeringan yang tepat sehingga didapatkan bobot kering dengan
tanpa mengurangi aktivitas antioksidan yang dikandungnya. Arlyza
1)
melakukan pengeringan terhadap S.
platensis dalam oven pada suhu 60C selama 24 jam sampai bobot tetap. Hal ini dimaksud untuk
mendapatkan bobot kering sel yang tetap dan biomasa sel yang aman dari perubahan komposisi warna,
khususnya untuk senyawa phycocyanin.
Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pudarnya warna biru dari pigmen phycocyanin, yang
berarti terjadinya penurunan phycocyanin yang juga diikuti dengan penurunan kandungan antioksidan dalam
phycocyanin, sedangkan suhu yang rendah akan memperlama waktu dan proses pengeringan untuk
mendapatkan bobot kering sel
7)
.
S. platensis segar dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan dengan oven suhu 60C selama 24
jam. S. platensis kemudian didinginkan pada suhu kamar dan siap digunakan pada tahapan berikutnya.
Diagram alir preparasi S. platensis dapat dilihat pada Gambar 1.
















Gambar 1. Preparasi S. platensis segar (Sumber: Arlyza)
1)


2.2. Ekstraksi Spirulina platensis
Ekstraksi S. platensis dilakukan dengan cara menghancurkan massa S. platensis menggunakan
blender sehingga menghasilkan hancuran S. platensis (alga puree). Pengekstrakan dilakukan dengan cara
memanaskan air dan hancuran S. platensis kering dengan suhu 60C selama 15 menit, kemudian disaring
Spirulina platensis segar
Pencucian
Pengovenan suhu 60
o
C, 24 jam
Pendinginan
Spirulina platensis kering
J. Sains MIPA, Desember 2009, Vol. 15, No. 3
2009 FMIPA Universitas Lampung 169
dan diambil larutan jernih atau filtratnya (Gambar 2). Filtrat S. platensis yang dihasilkan digunakan pada
proses formulas tablet hisap pada tahapan selanjutnya.


















Gambar 2. Proses Ekstraksi S. platensis
Keterangan: *0,1% (w/w) dari berat campuran air dan S. platensis

2.3. Formulasi
Formulasi dilakukan untuk mencari teknologi proses pembuatan tablet hisap yang memberikan tekstur,
penampakan dan rasa terbaik dari berbagai konsentrasi S. platensis. Formulasi dilakukan dengan cara
melakukan ekstraksi S. platensis kering pada air dengan suhu 60
0
C (tahapan ekstraksi). Konsentrasi S.
platensis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 %, 7,5 %, 5 %, dan 2,5 %.

2.4. Penyiapan Formula Tablet Hisap Ekstrak Spirulina platensis
Bahan pengisi yang digunakan pada tablet hisap adalah manitol karena memberikan hasil sifat fisik tablet
yang lebih baik dan penanganannya lebih mudah. Manitol bersifat nonhigroskopik, mempunyai
kompresibilitas dan sifat alir yang baik, bersifat inert, tidak menunjukkan perubahan warna, menimbulkan
sensasi dingin pada mulut dan tidak bersifat karsinogenik
8)
. Bahan pengikat yang baik pada pembuatan
berbagai macam tablet adalah gelatin.

2.5. Pembuatan Granul Ekstrak S. platensis Secara Granulasi Basah
Pada penelitian ini menggunakan metode granulasi basah. Keuntungan metode granulasi basah adalah
pada homogenitas campuran dan efisien dalam penggunaan bahan pengikat. Pertama yang harus dilakukan
dalam pembuatan granul adalah pencampuran bahan pengisi manitol dengan ekstrak S. Platensis.
Pencampuran dilakukan merata sehingga diperoleh campuran yang homogen. Campuran ekstrak dan manitol
kemudian ditambahkan bahan pengikat hingga terbentuk massa yang kempal, kemudian diayak dengan
ayakan basah dan dikeringkan semalam. Selanjutnya diayak kembali dengan ayakan kering.

2.6. Uji Sifat Fisik Granul Ekstrak Spirulina platensis
2.6.1. Uji kompaktibilitas
Uji kompaktibilitas dilakukan dengan cara mengatur punch atas pada skala 8 dan punch bawah pada
skala 10. Bahan yang akan diuji dimasukkan dalam ruangan cetak dan diratakan secara manual. Kemudian
mesin tablet dijalankan secara manual. Tablet yang dihasilkan diukur kekerasannya menggunakan hardness
tester
9)
.

2.6.2. Waktu alir
Granul seberat 100 gram dituang ke dalam corong alat uji sifat alir secara perlahan-lahan lewat tepi
corong. Selanjutnya corong akan terbuka dan mesin akan menghitung waktu alir secara otomatis.


Pemanasan 15 menit, suhu 60C
Penyaringan
Spirulina platensis kering
(10 %, 7,5 %, 5 %, 2.5 %)
Ekstrak S. platensis (filtrat)
Asam sitrat 0,1%*
Air
M. T. S. Utomo dan A. S. Prabakusuma Formulasi Pembuatan Tablet Hisap
2009 FMIPA Universitas Lampung 170








Gambar 3. Skema pembuatan tablet hisap ekstrak S. platensis

2.6.3. Kecepatan penyerapan terhadap air
Kecepatan penyerapan terhadap air dilakukan dengan cara menghubungkan alat uji daya serap
dengan timbangan elektrik yang diatasnya diberi ampul posisi. Ampul posisi trsebut diatur sedemikian rupa
sehingga posisi ampul dalam timbangan tidak bersentuhan dengan kapiler yang disambung ke tempat bahan
yang diuji. Ampul diisi air sehingga permukaannya rata dengan permukaan air yang ada dalam tabung pada
alat uji daya serap. Kertas saring diletakkan pada tabung kemudian diatas kertas saring diletakkan holder
untuk granul yang akan diuji. Pencatatan dilakukan setelah berkurangnya air yang terdapat pada ampul
setelah 30 menit
9)
. Kecepatan penyerapan air kemudian dihitung dengan rumus (Persamaan 1):


Diayak dengan ayakan no 14

Ditambah bahan pelicin

Dikempa dengan mesin
pencetak tablet

Uji sifat fisik granul (uji
kompaktibilitas, waktu alir,
kecepatan penyerapan
terhadap air, dan bulk
density
Ditambahkan bahan pengikat sesuai
formula masing-masing

Diayak dengan ayakan no 12

Granul Basah
Ekstrak S. platensis
Granul Kering
Tablet hisap
Uji sifat fisik tablet (uji
keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan)
Uji aktivitas antioksidan
Uji organoleptik

Manitol

J. Sains MIPA, Desember 2009, Vol. 15, No. 3
2009 FMIPA Universitas Lampung 171
Kecepatan penyerapan terhadap air = Bobot air yang diserap granul (1)
Lama penyerapan (30 menit)

2.6.4. Bulk density
Gelas ukur 100 mL ditimbang, granul dimasukkan ke dalam gelas ukur melalui tepi gelas ukur hingga
volumenya menjadi 100 mL. Gelas ukur yang telah berisi granul ditimbang. Kerapatan jenis granul dapat
dinyatakan sebagai (Persamaan 2).

= Bobot gelas ukur berisi granul + bobot gelas ukur kosong (2)
Volume gelas ukur

2.7. Pembuatan Tablet Hisap Ekstrak Spirulina platensis
Granul kering yang telah dihasilkan, diayak dengan pengayak kering kemudian ditambah dengan
magnesium stearat 0,5 % (5 mg per tablet) sebagai bahan pelicin, dan dikempa dalam mesin tablet (Gambar
3)
9)
.

2.8. Uji Sifat Fisik Tablet Hisap Ekstrak Spirulina platensis
2.8.1. Uji keseragaman bobot tablet
Pada tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut: untuk 20 tablet, dihitung bobot rata-ratanya. Tablet ditimbang satu persatu dan tidak boleh terdapat
dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya. Penyimpangan bobot rata-
ratanya tidak boleh lebih besar dari harga yang ditetapkan di kolom A dan tidak satupun yang bobot rata-
ratanya menyimpang dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet maka dapat
digunakan 10 tablet
10)
.

Tabel 1. Persentase penyimpangan bobot tablet
10)



A B
25 mg atau kurang 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7.5 15
>300 mg 5 10
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata


2.8.2. Uji kekerasan tablet
Tablet diletakkan pada ujung alat hardness tester pada posisi vertikal, sekrup pada ujung yang lain
diputar sehingga tablet tertekan. Pemutaran sekrup dihentikan ketika tablet pecah, skala pada saat tablet
pecah menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg. Kekerasan tablet hisap yang baik yakni lebih dari 10
kg
9)
.

2.8.3. Uji kerapuhan tablet
Uji kerapuhan tablet dilakukan dengan membebas debukan dua puluh tablet dan menimbangnya.
Kemudian dimasukkan dalam alat uji ( abrasive tester) selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dari alat uji, lalu
dibebas debukan lagi dan ditimbang. Kerapuhan tablet dinyatakan sebagai selisih berat sebelum dan
sesudah uji dibagi berat sebelum uji dan dikalikan 100% (Persamaan 3).
K %= (Wo-W1) / Wo x 100 % (3)

2.9. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Aktivitas antioksidan ditentukan dengam metode DPPH dengan cara berikut: Ambil 100 L ekstrak
(konsentrasi 10%, 7.5%, 5%, dan 2.5%), tambahkan dengan 4,0 mL DPPH hingga konsentrasi akhir DPPH
sebesar 0,1 mM. Campuran selanjutnya divorteks dan dibiarkan selama 30 menit. Ukur absorbansinya pada
panjang gelombang 517 nm. Lakukan pengukuran blanko. Hasil penetapan antiradikal dibandingkan dengan
M. T. S. Utomo dan A. S. Prabakusuma Formulasi Pembuatan Tablet Hisap
2009 FMIPA Universitas Lampung 172
vitamin E. Besarnya aktivitas anti radikal atau penangkapan radikal (Radical Scavenging) dihitung dengan
rumus (Persamaan 4):
% antiradikal =
blanko Abs
sampel) Abs blanko (Abs
x 100 % (4)

2.10. Pengamatan Organoleptik
11)
Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan (preference test)
11)
.

Parameter yang diuji
adalah aroma, warna dan rasa tablet hisap. Menurut Kartika et al.
12)
, uji kesukaan ini digunakan untuk
mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan berdasarkan tingkat kesukaannya. Uji kesukaan yang
dilakukan ini melibatkan 30 orang panelis dimana pengamatan dan penilaian berdasarkan atas parameter
yang berlaku yaitu terhadap warna, rasa dan aroma. Uji kesukaan ini menggunakan interval nilai 1 5, 1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, dan 5 = sangat suka sekali.
Pengujian organoleptik merupakan pengujian yang biasa dilakukan pada beberapa produk pangan.
Hal ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sifat sensorik dari pangan tersebut. Beberapa sifat bahan
pangan, seperti rasa dan aroma, akan lebih tepat hasil pengujiannya apabila diuji menggunakan biological
detector yaitu indera manusia
12)
. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi adanya pengujian organoleptik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Preparasi S. platensis Segar
Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mencari formulasi yang menghasilkan produk tablet hisap
yang memiliki kenampakan fisik paling baik. Percobaan yang kami lakukan pertama kali adalah membuat
formulasi tablet hisap dengan campuran manitol dan sukrosa. Produk yang dihasilkan memiliki tekstur yang
lengket serta memiliki aroma S. platensis yang sangat tajam. Rasa manis produk tertutupi oleh aroma S.
platensis yang kurang menyenangkan. Formulasi kedua yang kami lakukan adalah menambahkan esens
pepermint untuk mengurangi aroma S. Platensis. Produk yang dihasilkan memiliki permukaan yang lengket
tetapi memiliki aroma yang lebih baik. Aroma S. platensis dapat direduksi oleh esens pepermint dan rasa
produk menjadi lebih baik. Formulasi ketiga yang kami lakukan adalah menambahkan esens pepermint dan
mengganti manitol 100 % tanpa campuran sukrosa. Produk yang dihasilkan memiliki tekstur yang tidak
lengket dan memiliki rasa yang kurang manis. Kami melakukan percobaan formulasi terakhir yang merupakan
modifikasi perbaikan dari formulasi terakhir yaitu menambahkan esens pepermint, menggunakan manitol
100%, gelatin secukupnya dan magnesium stearat sebagai pelicin. Produk tablet hisap yang dihasilkan
bentuk granul yang lebih bagus serta tetap memiliki rasa manis dengan aroma mint. Formulasi terakhir
merupakan formulasi yang menghasilkan produk tablet hisap yang memiliki kenampakan sifat fisik paling
baik. Formulasi ini kemudian dianalisis secara organoleptik kesukaan dan secara kimiawi.
Tiap-tiap perlakuan konsentrasi S. platensis yang telah dibuat dilakukan uji sensoris berdasarkan
Soekarto
11)
. Parameter yang diamati meliputi warna, aroma, rasa dan secara keseluruhan. Pengujian
organoleptik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan S. platensis terhadap tingkat kesukaan
konsumen. Uji kesukaan ini melibatkan panelis tidak terlatih yang heterogen dalam jumlah besar, dengan
alasan supaya data yang diperoleh dapat mewakili populasi manusia pada suatu daerah. Uji kesukaan yang
dilakukan ini melibatkan 30 orang panelis dimana pengamatan dan penilaian berdasarkan atas parameter
yang berlaku yaitu terhadap warna dan rasa. Uji kesukaan ini menggunakan interval nilai 1 5. Angka 5
menunjukkan nilai tertinggi (sangat suka) dan angka 1 menunjukkan nilai terendah (sangat tidak suka).
Pengujian organoleptik dilakukan di kawasan sekitar kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran spektrum sinar.
Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya cita
rasa, warna, aroma, dan nilai gizinya. Tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor
warna tampil lebih dahulu dan mempengaruhi penilaian. Hasil uji organoleptik warna menunjukkan bahwa
rata-rata kesukaan panelis mempunyai skala 2,60 sampai 3,43 ( tidak suka sampai agak suka). Terdapat
kecenderungan bahwa semakin banyak konsentrasi S. platensis yang ditambahkan maka semakin tidak
disukai. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyaknya S. platensis yang terkandung dalam tablet
hisap sehingga produk semakin berwarna hijau tua dan tidak disukai oleh konsumen.
Aroma merupakan suatu yang dapat diamati dengan indera pembau dan pada industri pangan,
pengujian terhadap bau sangat penting. Aroma dapat dipakai sebagai indikator terjadinya kerusakan produk.
Hasil uji organoleptik aroma menunjukkan bahwa rata-rata kesukaan panelis mempunyai skala 2,23 sampai
J. Sains MIPA, Desember 2009, Vol. 15, No. 3
2009 FMIPA Universitas Lampung 173
3,30 (tidak suka sampai agak suka). Terdapat kecenderungan bahwa semakin banyak konsentrasi S.
platensis yang ditambahkan maka semakin tidak disukai. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyaknya
S. platensis yang terkandung dalam tablet hisap sehingga produk semakin beraroma S. platensis yang tidak
menyenangkan.
Rasa suatu bahan makanan merupakan faktor yang juga menentukan apakah bahan tersebut
disukai atau tidak oleh konsumen. Rasa suatu bahan makanan merupakan hasil kerjasama indra-indra yang
lain seperti indra penglihatan, pembauan, pendengaran, dan perabaan. Rasa memiliki peranan penting dalam
menentukan suatu produk diterima atau ditolak konsumen. Hasil uji organoleptik rasa menunjukkan bahwa
rata-rata kesukaan panelis mempunyai skala 2,60 sampai 3,03 (tidak suka sampai agak suka). Terdapat
kecenderungan bahwa semakin banyak konsentrasi S. platensis yang ditambahkan maka semakin tidak
disukai. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyaknya S. platensis yang terkandung dalam tablet
hisap semakin kuat juga rasa asli dari S. platensis Hasil uji organoleptik warna, aroma dan Seaweeds leather
dapat dilihat pada Gambar 4.



Gambar 4. Grafik Uji Organoleptik warna, aroma dan rasa tablet hisap

Hasil uji organoleptik secara keseluruhan antribut menunjukkan bahwa rata-rata kesukaan panelis
terhadap produk tablet hisap yang dihasilkan mempunyai skala 2,53 sampai 3,13 (tidak suka sampai agak
suka). Terdapat kecenderungan bahwa semakin banyak konsentrasi S. platensis yang ditambahkan maka
produk semakin tidak disukai. Hasil uji organoleptik keseluruhan atribut dapat dilihat pada Gambar 5.



Gambar 5. Grafik Uji Organoleptik keseluruhan atribut tablet hisap

Pengujian selanjutnya adalah pengujian aktivitas antioksidan. Antioksidan didefinisikan sebagai
senyawa yang mampu menunda, memperlambat atau menghambat reaksi oksidasi dalam tubuh. Manfaat S.
platensis adalah menangkap radikal bebas yang merusak sel dal;am tubuh. Hasil analisa penentuan aktivitas
M. T. S. Utomo dan A. S. Prabakusuma Formulasi Pembuatan Tablet Hisap
2009 FMIPA Universitas Lampung 174
antioksidan dilakukan dengan penambahan berbagai formulasi tablet hisap kontrol dengan konsentrasi 10%
dalam radikal bebas DPPH.
Pengujian dengan cara ini dilakukan dengan cara mengukur penangkapan radikal sintetik dalam
pelarut organik polar seperti metanol atau etanol pada suhu kamar. Radikal sintetik yang digunakan adalah
DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil) dan (ABTS) (2,2-azinobis(3-etil benztiazolin-asam sulfonat)). Dengan uji ini,
penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa diikuti dengan mengamati penurunan absorbansi pada 517
nm yang terjadi karena reduksi radikal tersebut oleh antioksidan (AH) atau bereaksi dengan spesies radikal
lain menurut reaksi:
DPPH
.
+ AH DPPH-H + A
.

DPPH
.
+ R
.
DPPH-R
Radikal DPPH merupakan radikal sintetik yang berwarna ungu dan larut dalam pelarut polar seperti
metanol. Adanya senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan atau mampu menangkap radikal DPPH
akan menyebabkan perubahan warna (menjadi pucat). Pemucatan radikal DPPH sebanding dengan aktivitas
antioksidan sampel uji.
Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap aktivitas antioksidan tablet hisap pada tingkat
kepercayaan 95% dan 99% menunjukkan bahwa penambahan Spirulina pada pembuatan tablet hisap
berbeda nyata. Analisis dilanjutkan dengan uji DMRT menunjukkan bahwa keseluruhan perlakuan berbeda
nyata. Aktivitas tertinggi penangkapan radikal bebas DPPH sebesar 28,67% pada penambahan S. platensis
10%, sedangkan aktivitas antioksidan terendah pada penambahan S. platensis 2,5% mempunyai
penangkapan antiradikal sebesar 6,67%. Penambahan Spirulina pada pembuatan tablet hisap meningkatkan
aktivitas antioksidan tablet hisap hingga aktivitas antioksidan 6,67% - 28,67%
13)
. Antioksidan dapat
menghambat atau memperlambat oksidasi melalui dua jalur yaitu (1) melalui penangkapan radikal bebas (free
radical scavenging). Antioksidan jenis ini disebut dengan antioksidan primer. Termasuk dalam jenis ini adalah
vitamin E dan flavonoid, dan (2) tanpa melibatkan penangkapan radikal bebas
14, 15)
. Hasil uji aktivitas
Antioksidan tablet hisap dapat dilihat pada Gambar 6.



Gambar 6. Grafik aktivitas antioksidan tablet hisap

3.2. Uji Fisik Granul Serbuk S. platensis
3.2.1. Kompaktibilitas
Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan granul untuk memadat menjadi massa
yang kompak. Uji kompaktibilitas dilakukan dengan menguji kekerasan tablet spirulina hasil pengempaan.
Kekerasan rata-rata masing-masing formula memenuhi syarat kompaktibilitas tablet hisap (10 kg).

3.2. 2.Sifat Alir
Sifat alir massa komponen tablet ataupun campurannya penting untuk keseragaman pengisian
massa tablet ke dalam ruang kompresi/ die ataupun untuk homogenitas massa tabletnya. Dalam uji coba ini
digunakan metode corong untuk mengetahui sifat alir granul. Dapat dikatakan sifat alir semua formulasi baik
karena waktu alir yang dibutuhkan kurang dari 10 detik untuk 100 gram granul. Waktu alir ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kerapatan jenis serbuk, porositas, bentuk, dan ukuran partikel serbuk
16)
.
J. Sains MIPA, Desember 2009, Vol. 15, No. 3
2009 FMIPA Universitas Lampung 175
3.2.3. Uji daya serap
Daya serap air berpengaruh pada waktu hancur tablet (disintegrasi). Disintegrasi tablet akan terjadi
dengan masuknya air ke dalam tablet. Factor yang memengaruhi masuknya air ke dalam tablet adalah
porositas tablet yang tergantung pula pada kompresi tablet serta daya serap air dari material yang dipakai.
Air akan masuk ke dalam tablet melalui pori-pori tablet karena adanya aksi kapiler (wicking) yang kemudian
memisahkan ikatan antar partikel material sehingga partikel terlepas satu-persatu dan tablet hancur. Cara
analisis uji daya serap ini adalah dengan mengamati sejumlah air yang diserap oleh granul. Air yang diserap
diukur dengan menggunakan timbangan digital dan dihitung tiap menit ke 0.5, 1,2,3,5,7,10, dan menit ke-15.
Dari percobaan didapatkan data bahwa rata-rata kecepatan penyerapan granul masing-masing formulasi
adalah 0,6g/menit, 0,2g/menit, 0,1g/menit dan 0,2g/menit.

3.3. Uji Fisik Tablet Hisap
3.3.1. Uji keseragaman bobot tablet
Tablet yang baik seharusnya memiliki bobot yang perbedaannya tidak signifikan atau seragam. Bila
bobot tablet seragam, diasumsikan zat aktif juga terdistribusi merata pada setiap tablet. Menurut farmakope
Indonesia edisi III penyimpangan bobot rata-rata 2 tablet tidak boleh lebih besar dari 5% dan tidak satupun
yang bobot rata-ratanya menyimpang dari 10% untuk tablet >300mg. Dari hasil uji keseragaman bobot
didapatkan data beberapa bobot tablet yang menyimpang dari 5% yaitu satu tablet formula 2, 2 tablet formula
3, dan 1 tablet formula 4 dan tak ada stupun tablet yang menyimpang lebih dari 10%. Dapat dikatakan bobot
tablet hisap hasil pengempaan seragam.

3.3.2. Uji kekerasan tablet
Uji dilakukan menggunakan alat hardness tester. Uji ini dilakukan dengan meletakkan tablet pada
ujung alat dengan posisi vertikal. Putar sekrup pada ujung yang lain kemudian tablet ditekan. Pemutaran
dihentikan hingga tablet pecah. Skala yang diapatkan menunjukkan parameter dengan satuan kilogram.
Secara teori, tablet hisap mempunyai kekerasan yang lebih tinggi (>10 kg) dari tablet biasa
6)
. Nilainya lebih
tinggi dari kekerasan tablet biasa karena tablet hisap harus dapat melarut lambat di rongga mulut. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa rata-rata kekerasan tablet hisap masing-masing formula memenuhi standar
yaitu lebih dari 10 kg.

3.3.3. Uji kerapuhan
Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan terlebih dahulu kemudian dilakukan penimbangan kemudian
dimasukkan dalam tablet friabilator abrasive tester. Alat ini akan menetapkan friabilitas tablet (tendensi untuk
pecah) dengan cara melepaskan tablet berputar dan jatuh dalam penggulir berputar. Waktu pengguliran 4
menit (100 putaran) kemudian ditimbang kembali beratnya. Kerapuhan tablet ini dinyatakan dalam selisih
berat tablet sebelum pengujian dengan setelah pengujian, dibagi dengan berat awal dikalikan 100%.
Percobaan ini dilakukan sebnyak 3 kali replikasi untuk masing-masing formula. Hasil menunjukkan bahwa
tablet hisap masing-masing formula yang dibuat memenuhi syarat standar kerapuhan tablet (<1% kehilangan
bobot) yaitu formula 1 =0,27%, formula 2=0,29%, formula 3=0,4%, dan formula 4=0,2%.

4. KESIMPULAN
Formulasi yang menghasilkan kenampakan fisik tablet hisap paling baik adalah formulasi dengan
menambahkan esens peppermint dan menggunakan bahan baku manitol 100 %. Banyaknya S. platensis
yang ditambahkan pada pembuatan tablet hisap berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dan tingkat
kesukaan organoleptik tablet hisap yang dihasilkan. Konsentrasi yang menghasilkan aktivitas antioksidan
tertinggi adalah penambahan S. platensis konsentrasi 10%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arlyza, I. S. 2005. Phycocyanin dari Mikroalga Bernilai Ekonomis Tinggi sebagai Produk Industri.
Oseana. XXX (3): 27 36.

2. Silveira, S.T. 2006. Optimization Of Phycocyanin Extraction From S. platensis Using Factorial Design.
Bioresour. Technol., 98: 1629-1634.

M. T. S. Utomo dan A. S. Prabakusuma Formulasi Pembuatan Tablet Hisap
2009 FMIPA Universitas Lampung 176
3. Sofia, D. 2003. Antioksidan dan Radikal Bebas. http://www.chemistry.org. Diakses 12 September 2007.

4. Rehman, Z., Salaria, A. M. and Habib, F. 2003. Antioxidant Activity of Ginger Extract in Sun Flower Oil.
J. Sci Food Agric., 83: 624-629.

5. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4, 7, 515, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

6. Banker, G.S., dan Anderson, N.R. 1986. Tablet, dalam Lachman L.,Lieberman, H.A., Kanig, J.L.,
(Eds.), The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3
th
Ed., 683-703, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.

7. Arlyza, I. S. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin Dari Mikroalga S. platensis. Oseana. 38: 79-92.

8. Peters, D. 1989. Medicated Lozenges, dalam Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, C.J., (Ed.),
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, 2
nd
Ed., Marcel Dekker Inc, New York.

9. Wibowo, T.B.A. 2008. Pengaruh Penggunaan Bahan Pengikat Pati Ketan Serta Pati Sagu Terhadap
Sifat Fisik Tablet Hisap Ekstrak Daun Sirihan (Piper aduncum L.). Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Gadjah Mada

10. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, 7, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

11. Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Perikanan. Penebar
Swadaya. Jakarta.

12. Kartika, B., Hastuti, P. dan Supartono, W. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan
dan Gizi UGM. Yogyakarta.

13. Sasaki, K., Marquez, F. J. Nishio, N. and Nagai, S. 1995. Promotive Effect of 5-aminolevulenic Acid on
the Growth and Photosynthesis of S. platensis. J. Ferment. Bioeng., 5: 453- 457.

14. Gill, M.I., Tomas, F.A.B., Pierce, B.H. and Kader, A.A. 2002. Antioxidant Capacities, Phenolic
Compounds, Carotenoids, And Vitamin C Contents Of Nectarine, Peach, And Plum Cultivars From
California. J. Agric. Food Chem., 50: 4976-4982.

15. Romay, C. 2003. C-Phycocyanin : A Biliprotein With Antioxidant, Anti-Inflammatory And Neuroprotective
Effects. Curr. Protein Pep.Sci., 4 : 207-216.

16. Voigt, R. 1994. Buku Ajar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani Noerono Soewandi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

You might also like