You are on page 1of 7

Karakterisasi Fisis Dan Biologis Masker Organik Berbahan Dasar

Ubi Jalar Ungu


Satya Nugraha, Lazuardiansyah Ilman, Lilis Kistriyani*
Program Studi Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 55584, Indonesia
Corresponding author: 155211303@uii.ac.id, 16521014@students.uii.ac.id, 16521177@students.uii.ac.id*

Abstract

One of the ingredients in purple sweet potato is a flavonoid compound where there is antioxidant activity that is beneficial for facial
skin. This research was conducted to make edible films which later will be applied to face masks. The main ingredient in making
this edible film is purple sweet potato flour with the addition of acetobacter xylinum as a plasticizer. The purpose of this study was
to determine the effect of increasing the amount of purple sweet potato flour on the flavonoid release and the effect on the physical
and biological properties of the edible film produced. The stage of this research is making edible film, after which several analyzes
are carried out, including UV-vis spectrophotomer analysis to determine how many flavonoids can be released into facial skin,
biodegradability analysis to see how long the edible film can decompose, tensile analysis strength elongation to see the resistance
of the surface area of the edible film against a given pressure and analysis of the microscope program motic image to see the
physical image of the surface area of the edible film. The variation made from this edible film is the composition of purple sweet
potato flour, namely 40 grams, 60 grams, and 80 grams, respectively. The results of the flovanoid concentration released into the
buffer solution with 80 grams of edible film flour, namely 117.5606 Ppm were the optimum results between 60 and 40 grams of
edible film flour and the optimal ability occurred in the first 15 minutes after the edible film was tested. In the biodegradability
test, the more the composition of purple sweet potato flour was added, the slower the edible film degraded. The resistance of the
edible film showed that the edible film with variations of purple sweet potato flour was 60 grams, the average value of strength
and elongation showed the highest number than the other 2 edible films, namely 65.073 N for the strength value and 26.303% for
the elongation value. The surface area on the edible film with a variation of 80 grams of purple sweet potato flour has a more
regular contour.

Keywords: Edibe film, Flavonoid Release, Biodegrebility , Tensile Strength

Abstrak

Salah satu kandungan yang ada pada ubi jalar ungu adalah senyawa flavonoid dimana terdapat aktivitas antioksidan yang
bermanfaat untuk kulit wajah. Penelitian ini dilaksanakan untuk membuat edible film yang nantinya di aplikasikan kegunannya
untuk masker wajah. Bahan utama dalam pembuatan edible film ini adalah tepung ubi jalar ungu dengan penambahan bakteri
acetobacter xylinum sebagai plasticizer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah tepung ubi
ungu terhadap flavonoid release dan pengaruh terhadap sifat fisik maupun sifat biologis dari edible film yang dihasilkan. Tahapan
dari penelitian ini adalah pembuatan edible film,yang setelah itu dilakukan beberapa Analisa antara lain analisis spektrofotomer
uv-vis untuk mengetahui seberapa banyak flavonoid yang dapat ter-release ke dalam kulit wajah, analisis biodegrebilitas untuk
melihat seberapa lama edible film dapat terurai , analisisa tensile strength elongation untuk melihat daya tahan surface area edible
film terhadap tekanan yg di berikan dan analisisa microscope program motic image utuk melihat gambaran fisik dari area
permukaan edible film . Variasi yang dilakukan dari edible film ini adalah komposisi tepung ubi ungu yaitu masing-masing 40
gram, 60 gram, dan 80 gram. Hasil konsentrasi flovanoid yang terlepas ke larutan buffer dengan edible film tepung 80 gram yaitu
117,5606 Ppm merupakan hasil paling optimum diantara edible film tepung 60 dan 40 gram dan kemampuan optimalnya terjadi
pada 15 menit pertama setelah edible fim diuji. Pada uji biodegradabilitas semakin banyak komposisi tepung ubi ungu yang
ditambah semakin lambat edible film tersebut terdegradasi. Ketahanan edible film menunjukkan edible fim dengan variasi tepung
ubi ungu sebesar 60 gram nilai rata-rata dari kekuatan dan kemuluran menunjukkan angka yang paling tinggi daripada 2 edible film
yang lainnya yakni sebesar 65,073 N untuk nilai kekuatan dan 26,303% untuk nilai kemulurannya. Surface area pada edible film
dengan variasi tepung ubi ungu sebesar 80 gram memeliki kontur yang lebih teratur.

Kata kunci : Edibe film, Flavonoid Release, Biodegrebility , Kekuatan mulur


1. Pendahuluan

Kulit adalah bagian penting dari tubuh. Manusia memiliki tipe kulit yang masing-masing berbeda.Terutama
pada wanita , kulit wajah merupakan bagian terpenting hingga berlomba mendapatkan kulit yang sehat. Kulit wajah
yang sehat meliputi kulit yang lembab (tidak kering), bersih, kenyal, cerah dan lembut. Setiap orang memiliki tingkat
kesehatan kulit yang berbeda-beda. tergantung dari berapa hal, terutama adalah perawatan kulit.Salah satu perawatan
yang bisa di lakukan adalah dengan menggunakan masker wajah, efek yang di dapatkan dari penggunaan masker
wajah adalah kelembapan , kelembutan , serta kulit lebih sehat.Masker wajah berbahan campuran dari bahan-bahan
kimia dan alami yang di kombinasikan agar memberikan efek spesifik tergantung pada jenis kulit. Untuk saat ini
banyak di temukan masker wajah yang berbahan dasar campuran bahan kimia yang lebih banyak dari pada bahan
baku alami sehingga dapat memberikan dampak negatif pada wajah jika di gunakan dalam jangka panjang.
Cara mengatasi hal tersebut adalah dengan cara mengganti komposisi masker wajah dengan bahan dasar
alami yang akan ramah lingkungan. Contohnya adalah memakai ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu sudah pernah di
gunakan pada produk kosmetik lainnya , seperti lulur, sabun wajah, pelembab dan lotion untuk memutihkan kulit
tubuh hingga wajah. tabir surya alami untuk mencegah kulit rusak karena radikal bebas terdapat pada kandungan
vitamin C, saponin dan flavonoid. Kandungan fenolik yang terdapat pada ubi jalar ungu cukup efektif menghambat
pembentukan melanin sehingga pigmentasi akibat hormon dapat dicegah dan mineral yang memberikan kelembaban
pada kulit dan juga mempunyai sifat degradable sehingga mudah terurai ketika sudah menjadi limbah. Karakteristik
fisis dilakukan untuk melihat segala aspek dari suatu objek dalam hal ini edible film yang
dapat diukur atau dipersepsikan tanpa mengubah identitasnya. Sedangkan untuk karakteristik biologis dilakukan
karena edible film melibatkan bakteri yang dimana termasuk dalam objek kajian biologi dan dibuktikan dengan data
hasil metode ilmiah untuk menemukan kebenarannya.
Dari berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ubi ungu merupakan salah satu dari tanaman umbi-
umbian yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yang berasal dari kandungan flavonoid yang terdapat
didalamnya, salah satu jenis flavonoid yang bersal dari berbagai jenis tumbuh-tumbahan yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan ialah zat warna alami yang berasal dari tanaman tersebut, zat warna alami tersebut biasa disebut dengan
antosianin. Oleh karena itu, alasan pemilihan ubi ungu sebagai bahan baku pembuatan masker organik ini berdasarkan
kandungan antioksidan yang sangat tinggi tersebut, fungsi dari antosianin itu sendiri adalah sebagai zat yang dapat
mengurangi resiko perusakan sel-sel akibat adanya senyawa-senyawa radikal (Oki,dkk, 2008).
Pemilihan bakteri acetobacter xylinum sebagai plasticsizer dan menjadikan peran penting dalam pembuatan
masker organik yang bersal dari tepung ubi ungu ini yang di karenakan, tekstur produk yang di hasilkan akan sangat
lembut, halus, dan menyerupai gel yang akan sangat nyaman unutk permukaan kulit wajah. tujuan dari penelitian ini
adalah, untuk mengetahui komposisi ubi jalar ungu terhadap karakterfisis yang meliputi kemampuan flavonoid
release, surface area, serta kuat tarik dan elongasi, serta mengetahui komposisi ubi jalar ungu terhadap karakterristik
biologis yang berupa biodegradabillitas.

2. Metodologi

Tepung ubi ungu dan bakteri Acetobacter xylinum adalah bahan utama yang dipakai dalam pembuatan edible
film ini dimana dalam pembuatan edible film ini memiliki beberapa variasi sampel komposisi tepung ubi ungu masing-
masing sebesar 80 gram, 60 gram, dan 40 gram yang di larutkan dengan aquadest. Selanjutnya hal pertama yang
dilakukan adalah menimbang tepung ubi ungu sesuai dengan variasi sampel yang sudah di tentukan,kemudian masing-
masing sampel di larutkan dengan aquadest sebanyak 300 ml di dalam gelas beker, setelah itu tepung ubi ungu yang
sudah tercampur dengan aquadest di lakukan pengadukan dengan sendok pengaduk hingga tercampur dengan rata,lalu
melakukan penyaringan larutan tepung ubi ungu tersebut dengan menggunkan media berbahan kain dengan tujuan
memsihkan kadar padatan terhadap larutannya,sesudah lauratan tersebut di filtrasi kemudian di lakukan pemanasan
dengan kompor listrik dengan mencampurkan asam asetat sebanyak 1 ml dan pupuk za sebanyak 3,5 gr , di tunggu
hingga mendidih kemudian larutan tersebut di dingin kan dan dilanjutkan dengan penyaringan, setelah dilakukan
penyaringan, larutan tersebut dipanaskan kembali dan di tambahkan gula sebanyak 7,5 gr dan di tunggu hingga
mendidih kembali,lalu di lakukan penyaringan kembali sebelum larutan di tuangkan ke dalam wadah (cawan petri).
Dalam cawan petri dituangkan larutan yang sudah siap sebanyak 84 ml di setiap variasi sampel nya dan sekaligus
menuangkan larutan baketri Acetobacter xylinum sebanyak 16 ml di setiap variasi sampelnya.
Alat yang di gunakan
▪ Pipet tetes
▪ Pipet volume
▪ Batang pengaduk
▪ Gelas beker
▪ Gelas arloji
▪ Timbangan digital
▪ Labu ukur
▪ Gelas Erlenmeyer
▪ Gelas ukur (10ml, 50ml, 100ml)
▪ Kertas saring
▪ Kain
▪ Spektrofotometer UV-VIS
▪ Kompor listrik
Bahan yang digunakan
▪ Tepung ubi ungu
▪ Aquadest
▪ Larutan Buffer pH 5,5
▪ Etanol 96%
▪ Natrium asetat
▪ Asam asetat
▪ Bakteri Acetobacter xylinum
▪ Gula
▪ Pupuk ZA

Edible film yang sudah diberikan variasi kompposisi tepung ubi ungu serta diberikan perlakuan sesuai dengan
tahapan-tahapan penelitian sebelumnya maka di lakukan beberapa analisa terhadap masing-masing variasi edible film
yakni analisis spektrofotomer uv-vis untuk melihat seberapa banyak flavonoid yang dapat ter-release ke dalam kulit
wajah, analisis biodegrebilitas untuk mengetahui seberapa lama edible film dapat terurai ,analisis Microscope
Program Motic Image utuk melihat gambaran fisik dari area permukaan edible film dan analisa tensile strength
elongation untuk melihat daya tahan surface area edible film terhadap tekanan yg di berikan.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pengaruh komposisi tepung ubi ungu terhadap flavonoid release

Ukuran Edible film yang digunakan dalam proses release sebesar 4x1 cm, dan lama waktu yang digunakan
perendaman kedalam larutan buffer dengan pH 5,5 selama 60 menit. Adapun pH larutan buffer dengan nilai 5,5 dipilih
karena sesuai dengan pH yang di kulit wajah. Perendaman dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak asam
askorbat yang dapat ter-release dan di analisis spektrofotometer UV-VIS. Absorbansi hasil analisis spektrofotometri
kemudian dihitung dengan secara pendekatan numeris dan simulasi yang ditunjukkan dengan grafik. Untuk proses
pembacaan nilai absorbansi dilakukan selama 60 menit dengan waktu pengambilan setiap 15 menit sekali, jadi masing-
masing sampel mendapatkan uji sebanyak 4 kali.
135
117,5606
120
102,9394 104,3636
Konsentrasi Flovanoid 105 98,1061

90 76,0152
73,3485 70,3939
(Ppm)
75 65,1364
80 gr
60 47,7273 47,2727 47,6515
44,3636 60 gr
45 40 gr
30
15
0
0 15 30 45 60 75
Waktu (Menit)

Gambar 1 Grafik kurva edible film dengan tiga variasi tepung ubi ungu

Pada Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa edible film dengan variasi tepung ubi ungu sebesar 80 gram dan pada
menit ke 15 lah dapat dengan baik melepaskan flavonoid ke larutan buffer. Adanya flavonoid dalam edible film
menunjukkan bahwa edible film tersebut terdapat aktivitas antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas sehingga
berperan untuk mencegah terjadi penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif. Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
jumlah senyawa flavonoid yang ada pada ekstrak tepung ubi ungu, semakin banyak senyawa flavonoid maka aktivitas
antioksidan akan semakin meningkat Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Rohman et al. (2007) bahwa total
flavonoid berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan.
Edible fim dengan konsentrasi variasi tepung sebersar 60 dan 40 garam juga memliki kempampuan untuk
melepaskan flavonoid ke larutan buffer walaupun jumlahnya tidak sebesar dari edible film dengan variasi tepung
sebesar 80 gram, hal ini menunjukkan edible fiilm dengan variasi tepung sebesar 60 dan 40 gram tetap terdapat
aktivitas antioksidan yang bermanfaat untuk kulit wajah. Perbedaan hasil data tersebut terjadi karena pada edible film
dengan variasi tepung sebesar 40 gram dan 60 gram kurang efektif saat proses release ke dalam larutan buffer, Dan
yang terjadi senyawa flavonoid yang ada di edible film tidak terlepas secara maksimal. Hasil konsentrasi flovanoid
yang terlepas ke larutan buffer dengan edible film tepung 80 gram yaitu 117,5606 Ppm merupakan hasil paling
optimum diantara edible film tepung 60 dan 40 gram.Hal ini dikarenakan tepung tidak mempengaruhi sifat biologi
edible film namun hanya mempengaruhi sifat fisiknya saja. Sesuai dengan pernyataan Charlotte Cho yang berbunyi
bahwasanya masker wajah dengan jenis sheet mask seperti yang sedang dilakukan penelitian ini maka waktu optimal
penggunaaannya pada 15 menit awal, jadi kemampuan edible film dengan variasi 80 gram sudah sesuai dengan
peryataan tersebut. Peningkatan konsentrasi release pada edible film dengan variasi 40 gram dan 80 gram yang terjadi
diatas menit ke 60 disebabkan karena adanya kesalahan pembacaan fotometrik yang bisa di atasi dengan lebih
memberhatikan pengaturan pada konsentrasi yang menyesuaikan dengan kisaran sensitivitas alat yang dipakai, selain
itu adanya cahaya luar yang masuk saat kuvet ditembakkan dengan cahaya alat dan terdapatnya kotoran pada sisi
sampel juga bisa mempengaruhi hasil absonbansi.

3.2. Perbandingan biodegredable edible film dari variasi komposisi tepung ubi ungu

Biodegrdabilitas dari edible film yang dibuat dapat diketahui menggunakan pengujian soil burial test yakni
dilakukan dengan meletakkan sampel pada permukaan tanah yang kemudian dihitung fraksi berat residual dari setiap
sampel dalamsatuan waktu (gram/day). Sampel edible film yang dipakai berukuran 11 x 7 cm dengan variasi
komposisi tepung 40gram, 60gram dan 80gram. Pengurangan massa sampel dilihat tiap 4 hari sekali. Tujuan dari
pengujian soil burial test sendiri adalah mengetahui laju degradasi edible film dengan 3 variasi tepung ubi ungu
sehingga bisa terprediksi seberapa lama edible film tersebut akan terurai oelh mikroorganisme dalam tanah.
101

100
Fraksi Berat Residu ( % )

99

98
Sampel 40gr
97
Sampel 60gr
96 Sampel 80gr

95

94
0 2 4 6 8 10
Waktu ( Hari )

Gambar 2 Grafik hubungan waktu dan fraksi berat residual ( % )

Pada gambar 2 menunjukan biodegradabilitas dari edible film dengan variasi volume tepung ubi ungu sebesar 40
gram, 60 gram, dan 80 gram. Variasi tepung yang diberikan dengan volume 80 gram menunjukan tingkat
biodegradabilitas yang lebih rendah dari pada sampel yang di berikan volume tepung 60 gram dan 40 gram . Dari
gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa fraksi berat residual dari sampel menurun saat meningkatnya volume tepung
ubi yang di perlakukan. Karena Ubi jalar memiliki kandungan air yang tinggi sehingga bahan kering yang terkandung
relatif rendah. Kandungan rata-rata bahan kering ubi jalar sebesar 30%, maka semakin banyak tepung yang digunakan
terhadap pembuatan sampel , laju terurainya suatu sampel akan juga lebih lama.

3.3. Pengaruh komposisi tepung ubi ungu terhadap surface area edible film yang terbentuk

Secara kasat mata memang surface area edible film yang terbentuk semuanya memiliki tekstur yang halus,hal ini
dikarenakan Edible Film yang telah jadi memiliki kadar air yang relatif tinggi seperti produk-produk masker wajah
berjenis sheet mask yang beredar, untuk pengujian ini diharuskan edible film dalam keaadan kering, oleh sebab itu
dilakukan pengeringan terlebih dahulu, pengeringan dari edible film ini dilakukan selama 2 hari dimana edible film
diletakkan diatas wadah yang sudah dilapisi aluminium foil agar saaat pengangkatan edible film tidak melekat pada
wadah, selanjutnya wadah yang berisikan edible film diletakkan pada atap rumah dan dijemur mulai selama 8 jam
dimulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 5 sore dengan tujuan edible film mendapatkan panas yang cukup guna
mempercepat proses pengeringan. Setelah proses pengeringan selesai maka selanjutnya edible film yang telah kering
siap di foto area permukaannya dengan menggunakan seperangkat motic image di laboratorium evaluasi tekstile
Universitas Islam Indonesia. Potret permukaan dilakukan dengan 100 kali pembesaran yang bisa menangkap dengan
jelas bagaimana kondisi surface area edible film yang telah di keringkan. Hasil pemotretan edible film dengan 3 variasi
penambahan tepung sangat berbeda satu sama lain untuk permukaan yang dihasilan, pada edible dengan variasi
tepung sebesar 40 gram area permukaan terlihat memiliki sekat sekat, sedangkan untuk variasi tepung 60 gram sekat-
sekat yang ada lebih teratur daripada variasi tepung 40 gram, dan untuk variasi tepung 80 gram sekat sekat yang
dihasilkan jauh lebih teratur dibanding variasi yang lain, bisa dikatakan bahawasanya permeabilitas yang dihasilkan
oleh edible film variasi tepung 80 gram lebih baik dimana hal ini terbukti pada uji fllavanoid yang menyatakan bahwa
kecepatan release edible film variasi tepung 80 gram lebih cepat daripada variasi yang lain.
3.4. Pengaruh komposisi tepung ubi ungu terhadap sifat mekanik film

Edible film dengan variasi volume tepung ubi diuji kekuatannya terhadap tarikan dengan menarik film
menggunakan alat tensometer sebanyak 3 kali pengukuran untuk masing-masing variasi edible film. Edible film yang
akan diuji memiliki panjang 15 cm meneysuaikan dengan alat tensometer yang dipakai. Pengujian ini dilakukan
dengan test parameters berupa tension length 110 nm , tes speed sebesar 296,15 mm/min dan load cell 300 N.

Tabel 1 Hasil analisis tensile strength – elongation

Volume Run ke- Strenght (N) % Elongation


Tepung
1 44,145 16,727
40 gram 2 36,297 17,818
3 49,05 19,09
Rata-rata 43,164 17,878
1 49,05 20,636
60 gram 2 65,727 26,727
3 80,442 41,545
Rata-rata 65,073 26,603
1 23,544 14,545
80 gram 2 21,582 13,727
3 23,544 12,00
Rata-rata 22,890 13,424

Besar kecilnya sifat mekanik pada Edible film dipengaruhi oleh jumlah kandungan komponen penyusun
edible film itu sendiri yakni tepung ubi ungu dan bakteri acetobacter xylinum . Bakteri acetobacter xylinum sebagai
komponen yang merubah cairan menjadi edible film. Edible film berbahan tepung saja bersifat lebih elastis serta
memiliki kekuatan tarik dan persen elongasi yang rendah (Darni, dkk., 2009). Kekuatan dan persen elongasi dari data
yang diperoleh menunjukkan beberapa kesimpulan, pertama adalah pada edible film dengan variasi tepung ubi ungu
sebesar 60 gram nilai rata-rata dari kekuatan dan kemuluran menunjukkan angka yang paling tinggi daripada 2 edible
film yang lainnya yakni sebesar 65,073 N untuk nilai kekuatan dan 26,303% untuk nilaikemulurannya. Kedua adalah
meningkatnya jumlah plasticizer yang digunakan menghasilkan mobilitas yang lebih besar terhadap makromolekul
pati. Hal ini mengakibatkan kuat tarik bioplastik menurun (Tudorachi, dkk., 2000).

4. Kesimpulan

Hasil konsentrasi flovanoid yang terlepas ke larutan buffer dengan edible film tepung 80 gram yaitu 117,5606 Ppm
merupakan hasil paling optimum diantara edible film tepung 60 dan 40 gram., dan kemampuan optimalnya terjadi
pada 15 menit pertama setelah edible fim diuji. Sedangkan pada uji Surface area pada edible film dengan variasi
tepung ubi ungu sebesar 80 gram memeliki kontur yang lebih teratur daripada edible film dengan variasi tepung ubi
ungu sebesar 60gram dan 40 gram. Uji kekuatan tarik dan mulur, Edible film dengan variasi tepung 60 gram
menunjukkan nilai paling tinggi dengan rata-rata sebesar 65,073 N. Semakin besar variasi volume tepung ubi ungu
yang ditambahkan kedalam proses pembuatan edible film maka akan menyebabkan kecepatan dalam proses
Biodegradasi film melambat, oleh karena itu edible film dengan variasi tepung ubi ungu sebesar 40 gram lah yang
memiliki kecepatan biodegreable yang paling tinggi, dengan berat sampe hari ke 0 sebesar 22,22 gram turun menjadi
20,97 gram pada hari ke 8.
Referensi

Alwani Hamad, N. A. (2013). PENGARUH UMUR STARTER Acetobacter xylinum TERHADAP PRODUKSI
NATA DE COCO. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
37-49.
N, A. (2004). Institut Pertanian Bogor. Pengolahan Tepung Ubi jalar Dan Produk-Produknya, 5.
Neldawati, R. &. (2013). Analisis NIlai Absorbansi Dalam Penetuan Kadar Flavonid Untuk Beerbagai Jenis Daun
Tanaman Obat. PILLAR OF PHYSICS VOL 2, 76-83.
Olisvia dan Rahmawati. (2018). MASKER ANTIOKSIDAN DARI UBI JALAR UNGU ( IPOMEA BATATAS )
DENGAN PEWANGI ALAMI OLEUM CITRUS. Program Studi Teknik Kimia, FTI Universitas Islam
Indonesia
Retni.S.BUDIARTI. (2008). PENGARUH KONSENTRASI STARTER Acetobacter xylinum TERHADAP
KETEBALAN DAN RENDEMEN SELULOSA Nata de Soya. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
P MIPA, FKIP Universitas Jambi, 21-22.
Ummah, N. A. (2013). Uji Ketahanan Biodegrable Plastic Berbasis. Jurnal Skripsi Universitas Negri Semarang, 50.

You might also like