You are on page 1of 11

Formulation And Testing Of Antioxidant Activity Of Eye Cream Preparation From Ethanol Extract

Of Bit (Beta vulgaris L. ) Using Dpph Method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Eye Cream Dari Ekstrak Etanol Buah Bit (Beta
vulgaris L. ) Dengan Metode Dpph (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

ABSTRACT

Background; Beetroot (Beta vulgaris L.) is a fruit plant that contains phenolic compounds
including flavonoids and has very strong antioxidants. This study aims to determine that the flesh
of beets (Beta vulgaris L.) in the form of ethanol extract can be formulated into eye cream
preparations which at certain concentrations have antioxidant activity and are able to provide a
moisturizing effect and not cause irritation to the skin around the eyes. Methods; This research
was conducted using an experimental method, using beet (Beta vulgaris L.) test material. The
extract was obtained by maceration method using 96% ethanol solvent, plant identification and
phytochemical screening were carried out. Formulation of eye cream preparations in a
concentration of 1.5%; 2%; 2.5% and blanks. Examination of the physical quality of eye cream
preparations includes homogeneity test, measurement of pH of the preparation, viscosity test,
irritation test, emulsion type test, moisture test and antioxidant activity test of eye cream
preparations and ethanol extract of beetroot (Beta vulgaris L.). Result; Based on the results of
research on beets (Beta vulgaris L.) it can be concluded that, beets (Beta vulgaris L.) in the form
of ethanol extract can be formulated into eye cream preparations, which are homogeneous
preparations with an oil-in-water emulsion type (O/A ), has a pH range of .6.1-6.7 with a viscosity
of 12,400-17,850 cps. Eye cream preparation of beetroot ethanol extract (Beta vulgaris L.) at a
concentration of 2.5% (F3) is the best preparation which provides a moisturizing effect of 53.66%
including the "moist" category with a recovery percentage of 48.36% having an IC50 value ( 23
µg/mL) is included in the "very strong" antioxidant category. All eye cream preparations of
ethanol extract of beets (Beta vulgaris L.) do not irritate the skin around the eyes.

Keywords: Antioxidant; Beetroot; DPPH; Eye cream

ABSTRAK

Pendahuluan; Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman buah yang mengandung senyawa
fenolik termasuk flavonoid dan memiliki antioksidan sangat kuat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bahwa daging buah bit ( Beta vulgaris L.) yang dalam bentuk ekstrak etanol dapat
diformulasikan ke dalam sediaan eye cream yang pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas
antioksidan dan mampu memberikan efek melembabkan serta tidak menyebabkan iritasi pada
kulit sekitar mata. Metode; Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental,
menggunakan bahan uji buah bit ( Beta vulgaris L.). Ekstrak diperoleh dengan metode maserasi
menggunakan penyari etanol 96%, dilakukan identifikasi tumbuhan, dan skrining fitokimia.
Formulasi sediaan eye cream dalam konsentrasi 1,5%; 2%; 2,5% dan blanko. Pemeriksaan mutu
fisik sediaan eye cream meliputi uji homogenitas, pengukuran pH sediaan, uji viskositas, uji

1
iritasi, uji tipe emulsi, uji kelembaban dan uji aktivitas antioksidan terhadap sediaan eye cream
dan ekstrak etanol buah bit ( Beta vulgaris L.). Hasil; Berdasarkan hasil penelitian terhadap buah
bit (Beta vulgaris L.) dapat disimpulkan bahwa, buah bit (Beta vulgaris L.) dalam bentuk ekstrak
etanol dapat diformulasikan ke dalam sediaan eye cream, merupakan sediaan yang homogen
dengan tipe emulsi minyak dalam air (M/A), mempunyai rentang pH sebesar,6,1-6,7 dengan
viskositas 12.400-17.850 cps. Sediaan eye cream ekstrak etanol buah bit ( Beta vulgaris L.) pada
konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan terbaik yang memberikan efek melembabkan sebesar
53,66% termasuk kategori “lembab” dengan persentase pemulihan 48,36% memiliki nilai IC 50 (23
µg/mL) termasuk kategori antioksidan “sangat kuat”. Seluruh sediaan eye cream ekstrak etanol
buah bit (Beta vulgaris L.) tidak mengiritasi kulit sekitar mata.

Kata kunci: Antioksidan; Buah bit; DPPH; Eye cream;

PENDAHULUAN

Penuaan dini merupakan hal yang umum terjadi pada zaman ini dan menjadi
perbincangan yang hangat di masyarakat. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada pada kulit
terutama bagian wajah berupa garis-garis halus yang menyebabkan tidak percaya diri pada saat
bersosialisasi. Penuan dini dapat disebabkan oleh berbagai sumber seperti polusi udara, paparan
sinar matahari, dan masih banyak yang lainnya sehingga mempercepat proses oksidasi pada
kulit. Oleh karena itu kulit membutuhkan perlindungan yang baik dari faktor penyebab penuaan
dini seperti menggunakan payung, topi jaket, dan kosmetik (Mokodompit dkk., 2013).

Radikal bebas juga menjadi salah satu penyumbang yang menyebabkan penuaan dini.
Pada tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengatasi radikal bebas. Namun jumlah radikal
bebas yang sangat banyak menyebabkan tubuh tidak efektif untuk menangkalnya. Oleh karena
itu tubuh membutuhkan sumber antioksidan yang membantu tubuh untuk menghambat
penyebaran radikal bebas di dalam tubuh (Sutama dkk., 2013).

Beta vulgaris L. yang populer di masyarakat dengan nama buah bit merupakan tanaman
yang banyak ditanam di berbagai benua seperti Eropa, Asia, dan Amerika (Andarwulan, 2012).
Banyak kandungan metabolit sekunder yang terkandung didalam buah bit seperti flavonoid dan
fenol . Flavonoid dan fenol yang terkandung dalam buah tersebut merupakan sumber dari
antioksidan. Antioksidan dalam buah tersebut mampu menghambat penyebaran radikal bebas
pada tubuh. Selain penangkal radikal bebas, antioksidan juga mampu mengurangi timbulnya
penyakit degeneratif (Cahyadi, 2008; Devasagayam et al., 2004; John et al., 2014; Neldawati,
2013 ). Tingginya aktivitas antioksidan pada buah bit bisa dijadikan perawatan kulit disekitar mata
(Mutiara et al., 2016).

Eye cream merupakan sediaan semi padat berupa krim mata yang dipergunakan di area
mata untuk mengurangi garis-garis halus dan lingkaran hitam sehingga meningkatkan
kepercayaan diri pada saat bersosialisasi di masyarakat. Penuaan dini yang terlihat pada
sekitaran mata terjadi pada usia 16-25 tahun sebesar 47,57%. Sediaan tersebut aman ketika
diaplikasikan pada kulit dengan tidak menimbulkan iritasi (Lees, 2012; Sheth et al., 2014).

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian formulasi
dan Uji antioksidan eye cream ekstrak etanol buah bit (Beta vulgaris L.).

2
METODE PENELITIAN

Pembuatan Simplisia
Sampel yang masih segar diperoleh dari pemasok lokal tanpa membandingkan sampel
yang serupa dari daerah yang lain. Setelah itu sampel dikumpulkan dan dicuci dengan air
mengalir. Kemudian sampel dibelah menjadi 4 bagian lalu dikupas kulitnya. Kemudian sampel
dipotong tipis-tipis dan dikeringkan di lemari pengering. Setelah sampel sudah kering, sampel
dihaluskan menggunakan blender sehingga didapatkan serbuk simplisia. Kemudian sampel
dimasukan ke dalam wadah dan diberi etiket. Wadah tersebut disimpan di lemari penyimpanan
sampel sampai diambil untuk digunakan untuk proses ekstraksi.

Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan untuk memastikan kepastian pada tanaman yang
digunakan untuk penelitian ini sehingga perlu diidentifikasi di Herbarium Medanense (MEDA)
Universitas Sumatera Utara.

Ekstraksi
Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan ekstrak kental dari sampel yang
digunakan. Proses ini diawali dengan menimbang secara seksama sampel yang telah diblender.
Lalu simplisia tersebut dimasukan ke dalam botol coklat dan dituangkan ke dalam wadah
tersebut dengan penyari etanol 96% sebanyak 3000 mL dan diaduk hingga tercampur sempurna.
Setelah itu wadah disimpan di tempat yang terhindar dari paparan sinar matahari selama 5 x
1440 menit dan 4 sampai 5 kali digojok dalam sehari. Kemudian disaring menggunakan kertas
saring pada wadah yang lain untuk memisahkan antara filtrat dan residu sehingga diperoleh filtrat
1. Residu yang telah disaring tersebut dimasukan kembali ke dalam wadah dan dituang 2000 mL
etanol 96% dan diaduk hingga tercampur sempurna. Setelah itu wadah disimpan kembali di
tempat yang terhindar dari paparan sinar matahari selama 2 x 1440 menit dan 4 sampai 5 kali
digojok dalam sehari. Kemudian disaring menggunakan kertas saring pada wadah yang berisi
filtrat 1. Lalu filtrat tersebut dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental dari sampel.

Skrining Fitokimia
Identifikasi metabolit sekunder dilakukan untuk memastikan keberadaan metabolit
sekunder dalam simplisia yang meliputi flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, glikosida, dan
steroid/triterpenoid.

Pembuatan Sediaan Eye Cream


Pada pembuatan sediaan eye cream diawali dengan menimbang semua bahan secara
seksama. Lalu di masukan kedalam cawan bahannya yaitu asam stearat dan setil alkohol.
Digerus sampai homogen dan diperoleh massa 1 yaitu fase minyak. Setelah itu dibuat massa 2
yaitu fase air dengan memasukan bahannya yaitu trietanolamin dan nipagin ke dalam wadah
yang berisi akuades panas dan digerus sampai homogen. Setelah itu panaskan mortir dan
stamper dan dituang massa 2 ke dalam wadah tersebut dan dimasukan sedikit-sedikit massa 1
ke dalam wadah tersebut dan terus digerus hingga homogen selagi wadah tersebut masih hangat
dan diperoleh massa krim yang stabil. Setelah itu dimasukan ekstrak kental buah bit ke dalam
wadah tersebut dan digerus hingga homogen. Setelah itu masukan ke dalam wadah tertutup
baik.

3
Uji Homogenitas
Pada pengujian ini dilakukan dengan menimbang secara seksama 1 g dari setiap
sediaan yang telah dibuat dan dioleskan di atas sekeping kaca atau benda yang transparan
lainnya. Indikator keberhasilan pada uji ini adalah susunan yang homogen tanpa adanya butiran
kasar (Mardikasari dkk., 2017).

Uji Tipe Emulsi


Sediaan ditimbang sebanyak 1 g, diletakkan diatas object glass secara merata, kemudian
ditetesi dengan indikator yaitu metil biru yang diaduk dengan sediaan. Warna biru yang merata
dengan sediaan menandakan bahwa sediaan tersebut adalah tipe M/A. Jika hasil berupa bintik-
bintik biru menandakan bahwa sediaan tersebut adalah tipe A/M (Pratasik dkk., 2019).

Uji Kekentalan
Dimasukan setiap sediaan uji ke dalam masing-masing beaker glass. Kemudian
dimasukan sampai tanda batas spindle no.4 dengan kecepatan 30 rpm. Kemudian viskometer
dihidupkan dan ditunggu proses tersebut berhenti. Kemudian diamati dan dicatat nilai yang
muncul pada viskometer (Lachman dkk, 1994).

Uji pH
Pada pengujian ini menggunakan pH meter sebagai alat uji untuk menentukan nilai pH
dari setiap sediaan uji. Pengujian diawali dengan menimbang 1 g setiap sediaan uji secara
seksama dan dimasukan ke masing-masing beaker glass yang telah diberi etiket sesuai sediaan
uji. Lalu dilarutkan dengan akuades sebanyak 0,1 L dan diaduk hingga homogen sehingga setiap
sediaan uji memiliki konsentrasi sebesar 1% (b/v). Setelah itu dimasukan alat uji sampai
menunjukan nilai pH. Diulangi perlakuan tersebut pada masing-masing sediaan uji (Dominica
dkk., 2019).

Uji Iritasi
Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah uji sampel terbuka yaitu
mengoleskan setiap sediaan uji pada kulit belakang telinga yang dilakukan terhadap 15
sukarelawan. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari selama 2 x 1440 menit.
Diamati reaksi yang timbul di daerah uji tersebut berupa kemerahan. gatal-gatal, dan bengkak
(Panjaitan dkk., 2013; Tranggono dan Latifah, 2007).

Uji Kelembaban
Pengujian ini dilakukan terhadap 15 sukarelawan dengan diukur terlebih dahulu
kelembaban dari setiap sukarelawan sebelum dioleskan sediaan uji menggunakan alat uji yaitu
skin analyzer checker. Setelah itu dioleskan sediaan uji pada kulit tangan dan dibiarkan selama
20 menit. Lalu diukur kelembaban kulit setiap sukarelawan. Perlakuan dilakukan setiap 1 minggu
sekali dan diulangi selama 4 minggu dengan pemberian sediaan uji setiap hari secara rutin pagi
dan malam hari (Iskandar dkk., 2019).

Uji Aktivitas Antioksidan


Pembuatan Larutan Induk DPPH

4
Ditimbang 0,02 g serbuk DPPH dimasukan menggunakan kertas saring yang dibuat kerucut
dan dibolongkan bagian ujung kerucut tersebut ke dalam labu ukur bervolume 100 mL. Kertas
saring tersebut dibilas menggunakan metanol p.a. Lalu dicukupkan sampai garis tanda
menggunakan pelarut metanol p.a dan dihomogenkan. Maka didapatkan larutan induk baku
berkonsentrasi 200 mg/L (Sulastri dkk., 2022).

Penentuan Panjang Gelombang


Dipipet 2 mL larutan induk baku yang telah dibuat, dimasukan kedalam labu ukur bervolume
10 mL. Dicukupkan dengan metanol p.a sampai garis tanda dan dihomogenkan sehingga
didapatkan larutan berkonsentrasi 40 mg/L Panjang gelombang 400-800 nm digunakan untuk
mengukur absorbansinya, maka hasil akhir yang diperoleh adalah panjang gelombang
maksimum (Sulastri dkk., 2022).

Penentuan Operating Time


Dipipet 1 mL larutan induk baku yang telah dibuat, dimasukan kedalam labu ukur bervolume
5 mL. Dicukupkan dengan metanol p.a sampai garis tanda dan dihomogenkan sehingga
diperoleh 40 mg/L dan diukur waktu stabilnya sampai menit ke-60 dengan spektrofotometer
visible pada panjang gelombang 512-520 nm. Perlakuan tersebut dilakukan untuk mendapatkan
nilai operating time (Sulastri dkk., 2022).

Penentuan Kurva Kalibrasi DPPH Pada Sampel


Larutan uji berkonsentrasi 200 mg/L dilakukan dengan menimbang dan memasukan 0,020 g
sampel kedalam labu ukur yang bervolume 100 mL. Kemudian dicukupkan dengan metanol p.a
sampai garis tanda dan dihomogenkan. Larutan uji berkonsentrasi 200 mg/L tersebut dipipet
0,0005 L, 0,001 L, 0,0015 L, dan 0,002 L. Kemudian masing-masing dimasukkan kedalam labu
ukur bervolume 10 mL. Kemudian dicukupkan dengan metanol p.a sampai garis tanda dan
dihomogenkan sehingga diperoleh larutan uji berkonsentrasi 10-40 mg/L dengan kelipatan 10
mg/L secara berturut-turut. Setiap labu ukur tersebut ditambahkan 2 mL larutan induk baku
berkonsentrasi 200 mg/L Labu uji didiamkan ditempat gelap selama 30 menit ditempat yang
gelap. Diukur setiap labu uji tersebut pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh
(Sulastri dkk., 2022).

Penentuan Ic50
Dari data persentase aktivitas antioksidan dibuat persamaan garis regresi linear yaitu y = ax
+ b yang menandakan hubungan antara konsentrasi dengan persentase aktivitas antioksidan
untuk menentukan nilai IC₅₀ (Rahman dkk., 2014).

HASIL DAN DISKUSI

Hasil Identifikasi Sampel


Hasil identifikasi menunjukan secara baik identitas tumbuhan yang diuji yaitu buah bit
dengan spesies Beta vulgaris L.. Selanjutnya sampel tersebut dilakukan proses ekstraksi.

Hasil Ekstraksi
Dari proses ekstraksi menggunakan metode maserasi diperoleh ekstrak kental dari
simplisia sebesar 102 g.

Skrining Fitokimia

5
Bersumber dari tabel 2 dapat dilihat hasil skrining fitokimia dari buah bit (Beta vulgaris L.)
terdapat alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan glikosida yang terkandung didalam sampel uji.

Hasil Uji Homogenitas


Tabel 3 menunjukan hasil pengujian bahwa sediaan yang diformulasikan dari ekstrak
kental buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%, dan 2,5% maupun blanko memiliki susunan yang
homogen dengan tidak menunjukan hasil berupa butiran pada setiap sediaan uji.

Hasil Uji Tipe Emulsi


Bersumber dari tabel 3 dapat dilihat hasil pengujian yang dapat disimpulkan bahwa
sediaan yang diformulasikan dari ekstrak kental buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%, dan
2,5% maupun blanko memiliki tipe emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A) yang dapat diamati
dari sediaan uji dapat melarutkan metil biru dengan baik dalam berbagai konsentrasi.

Uji Kekentalan
Bersumber dari tabel 3 menunjukan hasil pengujian yang dapat disimpulkan bahwa
sediaan yang diformulasikan dari ekstrak kental buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%, dan
2,5% maupun blanko memiliki rentang nilai viskositas 22.299-27.000 cps. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa sediaan uji telah memenuhi persyaratan sesuai SNI yaitu 2.000-50.000 cps
(Hartati dkk., 2020).

Hasil Uji pH
Bersumber dari tabel 3 menunjukan hasil pengujian yang dapat disimpulkan bahwa
sediaan yang diformulasikan dari ekstrak kental buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%, dan
2,5% maupun blanko memiliki rentang pH secara berturut-turut adalah 6,4; 6,3; 6,1 dan 6,7 Hal
ini dapat disimpulkan bahwa setiap sediaan uji stabil saat diberikan tekanan yang berbeda-beda
sehingga dalam pengujian ini setiap sediaan uji memenuhi persyaratan sesuai dengan pH kulit
yaitu 4 – 7 (Tranggono dan Latifa, 2007).

Hasil Uji Iritasi


Sediaan yang diformulasikan dari ekstrak kental buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%,
dan 2,5% maupun blanko dioleskan terhadap 15 sukarelawan menunjukan tidak ada perubahan
pada kulit yang dioleskan sediaan uji berupa rasa gatal, bengkak, dan kemerahan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa sediaan uji yang digunakan tidak mengiritasi dan bisa diaplikasikan pada
kulit.

Hasil Uji Kelembaban


Sediaan yang diformulasikan dari ekstrak kental buah bit dengan konsentrasi 1,5%, 2%,
dan 2,5% maupun blanko dioleskan terhadap 15 sukarelawan menunjukan hasil uji kelembaban
yang dapat dilihat pada tabel 4. Nilai kelembaban tertinggi adalah formula 3 dengan persen
pemulihan sebesar 48,35%. Nilai terbeut paling tinggi dibandingkan dengan formulasi 0, 1, dan 2
dengan selisih persen pemulihan berturut-turut sebesar 59,09%, 49,48%, dan 37,59%

Hasil Uji Aktivitas Antioksidan


Serapan maksimum terbaca pada panjang gelombang 515,50 nm sebagai larutan DPPH
dengan pelarut metanol p.a. Menurut molyneux (2004) serapan maksimum larutan DPPH
terbaca pada panjang gelombang 515-520 nm. Kestabilan waktu untuk pengukuran didapatkan
dengan diukur operating time sehingga pengukuran absorbansi ekstrak dengan sediaan uji

6
menghasilkan serapan yang baik. Operating time larutan DPPH menunjukan pada menit ke-20
sampai menit ke-24. Lalu diukur kurva kalibrasi ekstrak kental sampel dan ekstrak dengan
sediaan. Hasil persamaan regresi dari ekstrak etanol buah bit y = 2,1948x – 9,23 dengan nilai
IC50 sebesar 18,00 mg/L yang berkategori antioksidan yang sangat kuat. Formula 3 memiliki nilai
IC50 sebesar 22,00 mg/L. Hasil tersebut didapat dari persen peredaman dengan konsentrasi. Nilai
IC50 yang diperoleh dikategorikan sebagai antioksidan yang sedang. DPPH merupakan senyawa
yang yang memiliki atom yang tidak berpasangan sehingga atom tersebut menarik atom yang
sudah stabil pada senyawa tertentu sehingga membuat senyawa tersebut menjadi tidak stabil
dan radikal. Terbentuknya larutan yang berwarna ungu pada larutan DPPH diakibatkan
delokalisasi elektron bebas sehingga terbaca 515,50 nm sebagai panjang gelombang maksimum
(Hasninal dkk., 2022).

KESIMPULAN

Formula 3 adalah formula terbaik dari semua sediaan yang diuji karena memiliki antioksidan
tertinggi sebesar 20 mg/L dan memberikan persen kelembaban sebesar 48,35%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya saya berikan kepada Fakultas farmasi Universitas


Tjut Nyak Dhien Medan yang telah memfasilitasi perlengkapan untuk menuntaskan penelitian saya
ini.

REFERENSI

Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan Edisi Ke-2. PT. Bumi Aksara.
Jakarta.

Devasagayam, T. P. A., Tilak, J. C., Boloor, K. K., Sane, K. S., Ghaskadbi, S. S., & Lele, R. D.
(2004). Free radicals and antioxidants in human health: current status and future
prospects. Japi, 52(794804), 4.

Dominica, D., dan Handayani, D. (2019). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lotion dari ekstrak
daun lengkeng (Dimocarpus longan) sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi dan ilmu
kefarmasian Indonesia. 6(1). 1-7.

Hartati, H., Husain, F., Slamet, N. S., Mohamad, F., & Sapiun, Z. (2020). Uji Aktivitas Antioksidan
Sediaan Lip Balm Rambut Jagung (Zea mays L.) dengan Metode DPPH (1, 1-Diphenyl-
2-Picrylhydrazyl). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 18(2), 220-226.

Hasninal, S., Isrul, M.,Halid,N. H. A. (2022). Uji Stabilitas Masker Gel Peel Off Ekstrak Daun
Tembelekan (Lantana camara L.) Dan uji aktivitas antioksidan. Jurnal Pharmacia
Mandala Waluya, 1(3), 117-126.
Iskandar, B., Frimayanti, N., Firmansya, F., Agustini, T. T., dan Putri, D. D. (2019). Evaluasi sifat
fisik dan uji kelembaban sediaan losion yang dijual secara online-shop. Jurnal Dunia
Farmasi. 4(1). 8-16.

7
John, B. I. J. U., Sulaiman, C. T., George, S., & Reddy, V. R. K. (2014). Total phenolics and
flavonoids in selected medicinal plants from Kerala. International Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 6(1), 406-408.

Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J. L. (1994). Teori dan praktek farmasi industri.  Edisi III.,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, 150(161), 658.

Lees, M., (2012). Skin Care Beyond The Basics. Fourth Edition. A Part of Cengage Learning.
England. Hal. 211-212.

Mardikasari, S. A., Mallarangeng, A. N. T. A., Zubaydah, W. O. S., dan Juswita, E. (2017).


Formulasi dan Uji Stabilitas Lotion dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ( Psidium guajava
L.) sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan. 3(2):28-32.

Mokodompit, A. N., Edy, H. J., & Wiyono, W. (2013). Penentuan nilai sun protective factor (SPF)
secara in vitro krim tabir surya ekstrak etanol kulit alpukat. Pharmacon, 2(3).

Molyneux, P. (2004). The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. sci. technol. 26(2):211-219.

Mutiara, S., Kusumo, E., & Supartono, S. (2016). Identifikasi betasianin dan uji antioksidan
ekstrak buah bit merah ( Beta vulgaris L). Indonesian Journal of Chemical Science , 5(3),
217-220.

Neldawati, N. (2013). Analisis nilai absorbansi dalam penentuan kadar flavonoid untuk berbagai
jenis daun tanaman obat. Pillar of Physics, 2(1).

Panjaitan, E. N., Saragih, A., & Purba, D. (2013). Formulasi gel dari ekstrak rimpang jahe merah
(Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology , 1(1), 9-20.

Pratasik., Meyla, C, M., Paulina, V, Y., dan Yamlean., Weny, I, W. (2019). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Sesewanua ( Clerodendron
squamatum Vahl.) Pharmacon 8.(2): 261-267.

Rahman, N., Bahriul, P., dan Diah, A. W. M. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Salam
(Syzygium polyanthum) dengan Menggunakan 1, 1- Difenil-2-Pikrilhidrazil. Jurnal
Akademika Kimia. 3(3):143-149

Sheth, P. B., Shah, H. A., & Dave, J. N. (2014). Periorbital hyperpigmentation: a study of its
prevalence, common causative factors and its association with personal habits and other
disorders. Indian journal of dermatology , 59(2), 151.

Sulastri, L., Rizikiyan, Y., Indryati, S., Amelia, R., danKarlina, N. (2022). Formulasi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Lotion Sari Wortel ( Daucus carota L.) dengan Metode DPPH (2, 2-
diphenyl- 1-picrylhydrazyl). Journal of Pharmacopolium. 4(3).

8
Sutarna, T. H., Ngadeni, A., & Anggiani, R. (2013). Formulasi sediaan masker gel dari ekstrak
etanol daun teh hijau (Camellia Sinensis L.) dan madu hitam (Apisdorsata) sebagai
antioksidan. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 1(1), 17-23
.
Tranggono, dan Latifah., (2007). Pengantar Kosmetologi. Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 39-40. 74-75.

9
TABEL
Tabel 1. Formula sediaan

No Jumlah yang digunakan (%)


Bahan Formula Formula Formula Formula Formula Keterangan
blanko I II III
1 EEBB - 1,5 2 2,5 Zat Aktif
2 Asam stearat 10 10 10 10 Emulgator
3 Setil alkohol 2 2 2 2 Emolien
4 Trietanolamin 2 2 2 2 Emulgator
5 Metil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 Pengawet
6 Aquadest ad 100 100 100 100 Pembawa

Keterangan:
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
ECEEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)

Tabel 2. Hasil Skrining fitokimia

Uji Fitokimia Pereaksi Hasil Uji Kesimpulan


Alkaloid Mayer + Putih kekuningan
Bouchardart + Endapan merah
Dragendorf + Endapan coklat
Flavonoid Mg(s) + HCl (p) + Kuning Jingga
Tanin FeCl3 10% + Hitam Kehijauan
Saponin Aquadest panas + HCL 2N + Berbentuk busa
Glikosida Molish + Terbentuk cincin ungu
Steroid/Triterpenoid Lieberman-Bouchardart + Warna coklat

Keterangan:
EEBB : Ekstrak Etanol Buah Bit
(-) : Tidak mengandung senyawa
(+) : Mengandung senyawa

Tabel 3 Hasil pemeriksaan mutu sediaan

No Formula Homogen Tipe emulsi Viskositas (cps) pH


1 F0 Homogen M/A 22.299 6,7
2 F1 Homogen M/A 17.850 6,4
3 F2 Homogen M/A 15.850 6,3
4 F3 Homogen M/A 12.400 6,1
5 F4 Homogen - 27.000 7

Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko

10
F1 : ECEEBB 1,5 %
F2 : ECEEBB 2 %
F3 : ECEEBB 2,5 %
F4 : Eye Cream Pembanding (ECP)

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kelembaban


Waktu Perawatan Perminggu Pemulihan (%)
Formula Sukarelawan Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 31 33 35 37 39
Blanko 2 32 35 37 39 41
3 28 31 35 35 39
Rata-rata 30,33 33,00 35,66 37,00 39,66 19,78
1 31 35 37 40 43
F1 2 31 33 36 39 41
3 29 32 35 39 43
Rata-rata 30,33 33,33 36,00 39,33 42,33 24,43
1 31 36 40 44 48
F2 2 33 37 41 45 46
3 32 35 37 43 48
Rata-rata 32,00 36,00 39,33 44,00 47,33 30,18
1 31 37 44 48 56
F3 2 29 37 45 48 54
3 32 39 41 46 51
Rata-rata 30,66 37,66 43,33 47,33 53,66 48,36
F4 1 31 41 49 51 63
2 33 44 44 56 56
3 28 50 54 58 58
Rata-rata 30,66 45 49 55 59 69,60

Keterangan:
ECEEBB : Eye Cream Ekstrak Etanol Buah Bit
F0 : Blanko
F1 : MCEEBB 1,5 %
F2 : MCEEBB 2 %
F3: MCEEBB 2,5 %
F4: Eye Cream Pembanding (ECP)

11

You might also like