You are on page 1of 7

TINGKAT KEAMANAN SUSU KAMBING PASTEURISASI UD.

ATJEH LIVE STOCK FARM DITINJAU DARI ASPEK MIKROBIOLOGISNYA Security Level of Pateurizer Goats Milk UD. Atjeh Live Stock Farm, Reviewed from the Microbiological Aspect
Fauzan 1, Dr. Ir. Heru Prono Widayat. M.Sc 2, Dewi Yunita, S.TP., M.Res2
2

Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah - Banda Aceh Staff Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Unsyiah - Banda Aceh

ABSTRACT
Milk is a food that rich in nutrients, but it is suffered damage quickly / desay if not handled quickly and appropriately. The high nutritional milk value causes microorganisms growth easier and in shorter periode, milk it is unfeasible to if does not handled property. The way that can be taken to prevent damage on milk is heating (pasteurization) and storage on low temperatures. This study aims to determine the exsten of the security level of pateurizer goats milk UD. Atjeh Live Stock Farm, reviewed from the microbiological aspect. The research was conducted by taking samples of goat milk pasteurized at UD. Atjeh Live Stock Farm, for each variation type of the packaging (250 ml and 350 ml) and conducted examinations for day and twice repetitions so that obtain 28 samples. The sample obtained would isolated and enumerated. Besides the analysis of microorganisms, also performed another analysis such as turbidity test, alcohol test (70%), pH value and the acidity degree of milk. The results showed that pasteurized goat milk sold by UD. Atjeh Live Stock Farm is safe to consume until the fifth day. Milk has 3.3 x 104 total of bacteria CFU/ml to 250 ml packs and 5.1 x 10 4 CFU/ml to 350 ml packaging; Escherichia coli as many as 8 x 103 CFU/ml to 250 ml packs and 9 x 103 CFU/ml packaging 350 ml; Staphylococcus aureus as many as 1.6 x 104 CFU/ml to 250 ml packs and 6 x 103 CFU/ml to 350 ml packaging; and Salmonella typhosa 1.2 x 104 CFU/ml in 250 ml packs and 9 x 103 CFU/ml in 350 ml packs. The research has been conducted turbidity test and alcohol test is accordance to the National Standardization Agency of Indonesia. Where as the pH value of pasteurized goats milk is packaged in packaged in 250 ml pack is more stable than 350 ml. Key Word : Goats Milk, Pasteurized Milk, Security Level, Microbiologi.

ABSTRAK

Susu merupakan bahan pangan yang kaya akan gizi, namun cepat mengalami kerusakan/kebusukan bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Nilai gizi yang tinggi pada susu menyebabkan susu sangat rentan akan pertumbuhan mikroorganisme dan dalam waktu yang sangat singkat, susu menjadi tidak layak dikonsumsi apabila tidak ditangani secara benar. Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu adalah dengan pemanasan (pasteurisasi) dan penyimpanan pada suhu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keamanan susu kambing pasteurisasi UD. Atjeh Live Stock Farm ditinjau dari aspek mikrobiologinya. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel susu kambing pasteurisasi pada UD. Atjeh Live Stock Farm untuk setiap jenis variasi kemasannya (250 ml dan 350 ml) dan dilakukan pemeriksaan selama 7 hari serta dilakukan 2 kali pengulangan sehingga diperoleh 28 sampel. Sampel yang diperoleh akan diisolasi dan dienumerasi. Selain analisis mikroorganisme, juga dilakukan analisis lainnya seperti uji kekeruhan, uji alkohol (70 %), nilai pH, dan derajat keasaman susu. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa susu kambing pasteurisasi yang dijual oleh UD. Atjeh Live Stock Farm hanya aman dikonsumsi hingga Pada hari ke-5. Susu tersebut memiliki total bakteri sebanyak 3.3 x 104 CFU/ml untuk kemasan 250 ml dan 5.1 x 104 CFU/ml untuk kemasan 350 ml; Escherichia coli sebanyak 8 x 103 CFU/ml untuk kemasan 250 ml dan 9 x 103 CFU/ml untuk kemasan 350 ml; Staphylococcus aureus sebanyak 1.6 x 104 CFU/ml untuk kemasan 250 ml dan 6 x 103 CFU/ml untuk kemasan 350 ml; serta Salmonella typhosa sebanyak 1.2 x 104 CFU/ml pada kemasan 250 ml dan 9 x 103 CFU/ml pada kemasan 350 ml. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap uji kekeruhan dan uji alkohol adalah sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Sedangkan nilai pH susu kambing pasteurisasi yang dikemas dalam kemasan 350 ml lebih rendah dari kemasan 250 ml. Secara umum, nilai derajat keasaman susu kambing pasteurisasi yang dikemas dalam kemasan 250 ml lebih stabil dari kemasan 350 ml. Kata Kunci : susu kambing, susu pasteurisasi, tingkat keamanan, mikrobiologi.

I.

Pendahuluan

Kambing perah merupakan komoditas baru di Indonesia dengan prospek pengembangan yang baik. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, ada anggapan bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan, seperti asma dan Tuberkulosis telah berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, permintaan akan susu kambing cenderung semakin meningkat. Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu. Nilai gizi yang tinggi pada susu menyebabkan susu sangat rentan akan pertumbuhan mikroorganisme dan dalam waktu yang sangat singkat, susu menjadi tidak layak dikonsumsi apabila tidak ditangani secara benar. Dalam keadaan normal, susu hanya bertahan maksimal 4 jam setelah pemerahan tanpa mengalami kerusakan maupun penurunan kualitas. Mikroorganisme yang berkembang di dalam susu selain menyebabkan susu menjadi rusak, juga membahayakan kesehatan masyarakat sebagai konsumen. Disamping itu, penanganan susu yang tidak benar juga dapat menyebabkan daya simpan susu menjadi singkat, harga jual lebih murah, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan peternak sebagai produsen susu kambing. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu adalah dengan pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi

maupun suhu rendah. Dengan pemanasan ini diharapkan akan dapat membunuh bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia dan meminimalisasi perkembangan bakteri lain, baik selama pemanasan maupun pada saat penyimpanan. Salah satu tempat pemerahan susu kambing di Provinsi Aceh berada di Desa Limpok Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Peternakan kambing perah ini yaitu UD. Atjeh Live Stock Farm merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang peternakan susu kambing perah dan usaha kambing potong. Pemilik usaha ini adalah Bapak Bambang Mulya Utama, S. Pt. Peternakan Kambing Perah UD. Atjeh Live Stock Farm ini berdiri sejak tahun 2009 dan sampai sekarang terus mengalami perkembangan serta memiliki karyawan sebanyak 3 orang. Pada tahun 2010, peternakan kambing perah UD. Atjeh Live Stock Farm memiliki kambing PE sebanyak 22 ekor, dimana jumlah kambing betina yang produktif mencapai 20 ekor dan menghasilkan susu perahan rata-rata sebanyak 5 liter susu per hari. Pasteurisasi pada UD. Atjeh Live Stock Farm ini menggunakan metode Low Temperatute Long Time (LTLT) (65 oC selama 30 menit). Akan tetapi, optimalisasi tingkat pasteurisasi diduga belum tercapai, hal tersebut ditandai dengan timbulnya kerusakan-kerusakan fisik pada susu seperti bau atau gumpalan pada susu kambing setelah dipasteurisasi. Kerusakan ini

diduga masih terdapatnya mikroorganisme di dalam susu yang kemungkinan besar terkontaminasi pada saat pemerahan maupun selama proses pengolahan. Pada UD. Atjeh Live Stock Farm ini, susu hasil pasteurisasi dikemas dengan menggunakan kemasan botol plastik ukuran 250 ml dan kantong plastik ukuran 350 ml.

28 sampel. Dimana sampel yang diperoleh akan diisolasi dan dienumerasi.

2.3. Prosedur Penelitian 2.3.1 Pengambilan Sampel


Sampel susu yang diteliti adalah susu kambing pasteurisasi pada UD. Atjeh Live Stock Farm yang telah mempunyai izin dari Departemen Kesehatan dimana susu tersebut diproses secara Low Temperature Long Time (LTLT) pada suhu 65 oC selama 10 menit. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membawa susu pasteurisasi dalam kotak pendingin yang diberi es. Setelah sampai di laboratorium, sampel langsung dimasukkan ke dalam lemari pendingin yang suhunya telah diatur 4 oC. Pengujian sampel status mikrobiologis dimulai sejak sampel susu diambil dan terus dianalisis setiap harinya selama 7 hari.

II.

Metode Penelitian

2.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Industri, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala.

2.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing segar pasteurisasi yang diperoleh dari UD. Atjeh Live Stock Farm. Bahan kimia yang digunakan dalam analisis ini antara lain larutan Pepton Bacteriological (Pronadisa Cat.1616.00), ammonium sulfat kristal 4, indikator Phenolphtealin (PP), dan beberapa media agar seperti Plate Count Agar (PCA, MERCK CM0641), Violet Red Bile Agar (VRBA, OXOID CM107), Vogel Johnson Agar (VJA, OXOID CM0641), dan Brilliant Green Agar (BGA, OXOID CM0263). Alat yang dipakai adalah inkubator suhu rendah (Eyela LTI-600SD), inkubator suhu tinggi (Eyela SU-450N), penangas air, cawan petri, kulkas, autoclave (Eyela MAC-501), duran bottle, ose, mikropipet, laminar flow cabinet, mikroskop (NIKON ECLIPSE E600), colony counter (Suntex 570), needle, spreader, kaca preparat, dan cawan petri. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam analisis kimia adalah timbangan analitik, erlenmeyer 50 ml, tabung reaksi, dan pH meter.

2.3.2 Isolasi Mikroba


Isolasi dan enumerasi mikroba dilakukan dengan metode pour plating pada medium VJA dan metode spread plating pada medium PCA, VRBA, dan BGA. Inkubasi dilakukan dalam keadaan aerob dan anaerobik fakultatif sedangkan suhu yang digunakan adalah 35 - 37 o C selama 24 sampai 48 jam.

2.4 Analisis Kimia Pasteurisasi

Susu

Kambing

Selain analisis mikroorganisme, juga dilakukan analisis kimia lainnya seperti uji kekeruhan, uji alkohol (70 %) dan nilai pH.

III.

Hasil dan Pembahasan

2.3 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel susu kambing pasteurisasi pada UD. Atjeh Live Stock Farm untuk setiap jenis variasi kemasannya (250 ml dan 350 ml) dan dilakukan pemeriksaan selama 7 hari serta dilakukan 2 kali pengulangan sehingga diperoleh

3.1 Total Bakteri pada Susu Kambing Pasteurisasi


Hasil yang disajikan pada Gambar 1. menunjukkan bahwa total bakteri pada susu kambing pateurisasi dari UD. Atjeh Live Stock Farm pada hari ke-5 melebihi batas maksimum cemaran mikroba pada susu kambing pasteurisasi, seperti yang telah ditetapkan oleh SNI nomor 01-3141-1998. Total bakteri pada

susu pasteurisasi menurut SNI nomor 01-31411998 adalah kurang dari 3 x 104 CFU/ml. Sedangkan pada penelitian ini, total bakteri dari susu kambing pasteurisasi yang dijual oleh UD. Atjeh Live Stock Farm pada hari ke-5 memiliki total bakteri sebanyak 3.3 x 104 CFU/ml untuk kemasan 250 ml dan 5.1 x 104 CFU/ml untuk kemasan 350 ml.
kemasan 250 ml kemasan 350 ml

juga dapat dipengaruhi oleh volume kemasan, dimana semakin besar volume maka semakin banyak pula nutrisi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri.

3.2 Jumlah Escherichia coli pada Susu Kambing Pasteurisasi


Kehadiran Escherichia coli pada susu segar sangat tidak diharapkan karena dapat dijadikan sebagai indikator adanya pencemaran feses manusia maupun hewan ke dalam susu segar. Jumlah Escherichia coli yang terdapat dalam susu kambing pasteurisasi dapat diketahui dengan perhitungan bakteri Escherichia coli yang tumbuh pada media VRBA (Gambar 4). Jumlah Escherichia coli pada hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
kemasan 250 ml kemasan 350 ml 100000 10000 1000 100 10 1 1 2 3 4 hari

jumlah mikroba

1000000 10000 100 1

7000000 6900000 290000 33000 450000 25000 3200700013000 51000 1100023000 2700 5600

4 5 hari

Gambar 1. Laju pertumbuhan total bakteri pada susu kambing pasteurisasi

Mulai meningkatnya jumlah bakteri total hingga melebihi ambang batas cemaran mikroba pada hari ke-5 menunjukkan bahwa tidak semua bakteri patogen hilang pada saat susu dipanaskan. Dengan kata lain, pemanasan yang dilakukan tidak mampu membunuh seluruh bakteri patogen serta menginaktifkan bakteri yang dapat membentuk spora dapat tumbuh dan berkembang biak di dalam susu. Pada penelitian ini, jumlah bakteri total yang didapat mungkin disebabkan oleh daerah buangan feses yang masih berdekatan dengan kandang sehingga ketika dilakukan pemerahan, bakteri dapat masuk melalui debu yang dibawa oleh angin. Peralatan juga dapat menjadi sumber kontaminasi apabila tidak dibersihkan secara maksimal terutama bagian yang kontak langsung dengan susu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frazier dan Westhoff (1978) yang menyatakan bahwa tingkat kontaminasi berasal dari setiap sumber dan bergantung dari metode sanitasi yang dilakukan. Hal menarik juga terlihat pada hari 1, 2, 3, 4, dan 7 dimana total bakteri pada kemasan 250 ml lebih tinggi dari jumlah bakteri total pada kemasan 350 ml. Sedangkan menurut hasil penelitian Roswita dan Widaningrum (2005), semakin besar volume susu cair, maka semakin pendek umur simpan susu tersebut. Hal tersebut terjadi karena selain dipengaruhi oleh faktor suhu penyimpanan

jumlah mikroba

35000 8000 19000 38000 13000 9000

Gambar 2. Laju pertumbuhan Escherichia coli pada susu kambing pasteurisasi

Berdasarkan Gambar 2, mulai hari ke-1 sampai hari ke-4 susu kambing pasteurisasi dengan kemasan 250 ml atau 350 ml pada penyimpanan 4 oC tidak mengandung Escherichia coli. Akan tetapi pada hari ke-5, susu kambing pasteurisasi yang diproduksi oleh UD. Atjeh Live Stock Farm mengandung Escherichia coli sejumlah 8 x 103 CFU/ml untuk kemasan 250 ml dan 9 x 103 CFU/ml untuk kemasan 350 ml. Jumlah Escherichia coli bertambah untuk setiap harinya sampai pada hari ke-6, jumlah Escherichia coli pada kemasan 250 memiliki jumlah yang banyak jika dibandingkan dengan kemasan 350 ml. Sedangkan Badan Standarisasi Nasional Indonesia menetapkan kandungan Escherichia coli dalam susu pasteurisasi adalah negatif. Jumlah Escherichia coli yang tumbuh pada hari ke-5 dapat menggambarkan bahwa susu kambing pasteurisasi yang dijual oleh UD. Atjeh

Live Stock Farm tidak aman lagi untuk dikonsumsi masyarakat. Menurut Mekir (1986) sanitasi peralatan, kandang dan pemerahan akan sangat menentukan terhadap kualitas susu. Beberapa dari bakteri tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Beberapa anggota dari famili Enterobacteriaceae seperti Escherichia coli sering ditemukan dalam saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga terdapat dalam feses (Apriyanto, 1984).

3.4. Jumlah Salmonella typhosa pada Susu Kambing Pasteurisasi


Salmonella typhosa adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan atau disebut juga salmonellosis. Ciriciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8 72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. Koloni Salmonella thyposa yang tumbuh disajikan pada Gambar 4.
100000 10000 1000 100 10 1 1 2 3 4 5 6 7 93000 36000 68000 12000 23000 9000 kemasan

3.3. Jumlah Staphylococcus aureus pada Susu Kambing Pasteurisasi


100000 10000 1000 100 10 1 1 2 3 4 5 6 7

jumlah mikroba

40000 18000 16000 33000


6000 12000 kemasan 250 ml kemasan 350 ml

jumlah mikroba

250 ml

kemasan 350 ml hari

hari
Gambar 3. Laju pertumbuhan Staphylococcus aureus pada susu kambing

Gambar 4. Laju pertumbuhan Salmonella typhosa pada susu kambing pasteurisasi

Menurut Bruckler et al. (1994), peran koagulase yang dihasilkan oleh kuman digunakan sebagai penentu spesies Staphylococcus aureus, karena kuman ini mengandung koagulase yang dapat menggumpalkan plasma darah. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pada hari ke-5, susu dapat dikatakan tidak layak dikonsumsi apabila telah terdapat Staphylococcus aureus. Dengan kata lain susu kambing pasteurisasi yang digunakan pada penelitian ini baik kemasan 250 ml dan 350 ml dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi sampai pada hari ke-4. Hal tersebut dikarenakan pada hari ke-5 Staphylococcus aureus telah tumbuh sebanyak 1.6 x 104 CFU/ml untuk kemasan 250 ml dan 6 x 103 CFU/ml untuk kemasan 350 ml, dimana jumlah Staphylococcus aureus yang sudah tumbuh untuk kedua kemasan sama-sama memiliki jumlah bakteri yang melebihi batas syarat mutu susu berdasarkan SNI 01-3141-1998 untuk susu pasteurisasi adalah negatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Salmonella typhosa tumbuh pada hari ke-5. Untuk kemasan 250 ml, kandungan Salmonella typhosa pada hari ke-5 dalam susu kambing pasteurisasi adalah 1.2 x 104 CFU/ml dan 9 x 103 CFU/ml pada kemasan 350 ml. Jumlah Salmonella thyposa terus meningkat dan bertambah jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu penyimpanan. Pada susu kambing pesteurisasi pada setiap kemasan terjadi perbedaan jumlah Salmonella typhosa.

3.5. Penetapan Uji Kekeruhan Susu


Uji kekeruhan dilakukan untuk mengetahui apakah susu kambing pasteurisasi tersebut sudah melalui proses pemanasan dengan benar atau tidak. Uji tersebut ditandai dengan terjadinya kekeruhan disebabkan oleh albumin yang telah terdegradasi. Hasilnya dilihat dengan cara apabila filtrat jernih berarti albumin tidak ada dalam susu. Dengan kata lain bahwa susu tersebut tidak diolah pada suhu diatas titik didih

susu (> 100.16 oC) (Sudarwanto dan Lukman, 1993). Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap susu kambing pasteurisasi yang diproduksi oleh UD. Atjeh Live Stock Farm adalah sesuai dengan BSN, yaitu tidak adanya terdapat gumpalan atau kekeruhan setelah dilakukan pengujian uji kekeruhan dengan menggunakan ammonium sulfat Kristal. Oleh karena itu, proses pasteurisasi yang dilakukan UD. Atjeh Live Stock Farm telah mengikuti prosedur secara benar.

3.6. Penetapan Uji Alkohol


Sudarwanto dan Lukman (1993) menjelaskan bila susu dicampur dengan alkohol yang mempunyai sifat dehidrasi, maka protein akan terkoagulasi sehingga akan tampak pecahan pada susu tersebut. Semakin tinggi derajat keasaman susu yang diperiksa semakin kurang jumlah alkohol dengan kepekatan tertentu yang diperlukan untuk memecahkan susu dengan jumlah yang sama. Kolostrum dan perubahan fisiologis pada susu dapat menyebabkan susu pecah pada saat uji alkohol. Hasil dari uji alkohol pada penelitian ini sesuai dengan BSN, yaitu menunjukkan tidak adanya terdapat endapan sehingga dapat dikatakan uji alkoholnya negatif.

3.7. Nilai pH Susu Kambing Pasteurisasi


Hasil analisis menunjukkan adanya interaksi antara lama penyimpanan dan pH pada kedua jenis kemasan sangat berpengaruh walaupun berubah secara lambat. Seiring dengan lamanya penyimpanan, pH yang dicapai semakin menurun karena adanya aktifitas bakteri asam laktat tersebut lebih tinggi yang akan menurunkan pH akhir yang dicapai. Nilai pH susu kambing pasteurisasi disajikan pada Gambar 5.
14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 kemasan 250 ml kemasan 350 ml 6.38 6.47 6.55 6.52 6.51 6.49 6.45 6.38 6.47 6.4 5.49 6.19 5.57 5.57

Hasil analisis pH susu kambing pada kedua jenis kemasan tersebut terhadap lama lama penyimpanan, memperlihatkan adanya penurunan pH yang berbeda. Walaupun terjadi penurunan pH yang berbeda, akan tetapi perubahan untuk setiap kali pengamatan tergolong lambat baik kemasan 250 ml maupun 350 ml. Untuk kemasan 250 ml, nilai pH lebih stabil dibandingkan dengan kemasan 350 ml. Hal ini diduga karena bakteri pada kemasan 350 ml lebih banyak memproduksi asam laktat. Nilai pH susu kambing pasteurisasi yang dikemas dalam kemasan 350 ml lebih rendah dari kemasan 250 ml. Hal ini menunjukkan selain karena volume kemasan yang jauh lebih besar juga karena komposisi yang dikandung dalam susu kemasan 350 ml. Proses keasaman susu juga dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa phospat yang kompleks, asam sitrat, asam-asam amino dan karbon dioksida yang larut dalam susu. Rystad dan Abrahamsen (1987) menjelaskan bahwa penurunan pH hampir sama antara susu sapi dan susu kambing. Penurunan pH ini sesuai dengan yang dikatakan Buckle et al (1987) bahwa adanya kegiatan mikroorganisme yang menghasilkan asam laktat, dapat menurunkan pH susu menjadi 6.2 - 5.9. Rerata pH penelitian ini pada hari ke-5 adalah 6.51 untuk kemasan 250 ml dan 6.19 untuk kemasan 350 ml. Menurut (Winarno, 1997) susu segar umumnya mempunyai pH antara 6.5 - 6.7. Nilai pH yang lebih besar dari 6.7 biasanya menunjukkan adanya gangguan pada putting susu seperti mastitis, sebaliknya jika pH dibawah 6.5 menunjukkan kolustrum atau terjadinya pengasaman karena aktifitas bakteri. Akan tetapi efek dari pemanasan yang dilakukan pada penelitian ini tidak dapat menyebabkan pH menjadi naik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan bahwa perlakuan pemanasan dapat menurunkan pH susu.

pH susu

V. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa, dan Escherichia coli telah tumbuh pada susu kambing pasteurisasi UD.

hari

Gambar 10. Nilai pH susu kambing pasteurisasi.

Atjeh Live Stock Farm yang disimpan pada suhu 3 4 oC selama 5 hari. Hasil uji alkohol dan uji kekeruhan pada susu kambing pasteurisasi UD. Atjeh Live Stock Farm adalah negatif. Seiring dengan lamanya penyimpanan, pH yang dicapai semakin menurun. Susu kambing pasteurisasi UD. Atjeh Live Stock Farm hanya aman dikonsumsi sampai hari ke-4 dengan penyimpanan pada suhu 4 o C.

DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset, Yogyakarta. Bruckler, J., S. Schwarz, and F. Untermann. 1994. Staphylokokken-Infektionen und Enterotoxine, Band. II/1, In Blobel, H. und Schlieer (Eds.), Handbuch der bakteriellen Infektionen bei Tieren, 2. Auflage. Gustav Fischer Verl ag Jena, Stuttgart. Mekir, S. 1986. Air Susu dan Penanganannya. Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fak. Peternakan Universitas Udayana. Sunarlim, R. dan Widaningrum. 2005. Cara Pemanasan, Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Masa Simpan Susu Kambing. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Soewedo Hadiwiyoto, 1982. Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Sudarmadji, Slamet, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Sudono, A. IK. Abdulgani, H. Najib dan Ratih, A. M. 1999. Penuntun Praktikum Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah, Malang. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

You might also like