You are on page 1of 7

PENGARUH VARIASI STARTER TERHADAP KUALITAS

YOGHURT SUSU SAPI

Hafsah dan Astriana


Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Jl. Sultan Alauddin No 36, Samata
e-mail: hafsahbio@yahoo.com

Abstract: The Influence of Starter Variation to Quality of Cowmilk Yoghurt. This research
aims to investigate the influence of starter variation to quality of cowmilk yoghurt. This
researches is a experimental research which is conducted by a complete random plan (RAL) with
three treatments and three times repetition. The three treatments are the making of cowmilk
yoghurt by using starter: A= Lactobacillus bulgaricus; B = Streptococcus thermophillus; C =
Combination of Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus. The parameter which
observed through physical and chemical test are protein content, lipid content, and lactose content.
The researches sample was the cowmilk (Frisian Holstein) from the cattle breeding in Gunung
Perak Village, West Sinjai District. Based on the data result, it can be concluded that the giving of
variated strarter has significant influence to the quality of yoghurt in terms of protein content,
lipid content, and lactose content. Good protein content of yoghurt was produced by the starter
variation with S. thermophillus addition, good lipid content of yoghurt was produced by the starter
variation with the combination S. thermophillus dan L. bulgaricus addition, and good lactose
content of yoghurt is produced by the starter variation with S. thermophillus addition.

Abstrak: Pengaruh Variasi Starter Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Sapi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi starter terhadap kualitas yoghurt susu sapi.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Tiga perlakuan yang dimaksud adalah pembuatan
yoghurt susu sapi dengan starter: A= Lactobacillus bulgaricus; B = Streptococcus thermophillus;
C = Kombinasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Parameter yang
diamati melalui uji fisik dan kimia yaitu kadar protein, kadar lemak, dan kadar laktosa. Sampel
penelitian yang digunakan adalah susu sapi (Frisian Holstein) dari peternakan sapi di Desa
Gunung Perak Kab. Sinjai Barat. Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa
pemberian starter yang bervariasi berpengaruh sangat signifikan terhadap kualitas Yoghurt dalam
hal kadar protein, lemak dan laktosa. Kadar protein Yoghurt yang baik adalah yang dihasilkan
pada variasi starter dengan penambahan S. Thermophillus, kadar lemak yang baik terdapat pada
variasi starter kombinasi S. Thermophillus+ L. Bulgaricus dan kadar laktosa yang baik adalah
pada variasi starter dengan penambahan S. Thermophillus.

Kata kunci: variasi starter, kualitas yoghurt, susu sapi.

A. PENDAHULUAN gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan berasal dari


dua sumber yaitu hewan dan tumbuhan. Salah
Upaya peningkatan kualitas sumber daya
satu sumber protein hewani adalah susu yang
manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan
merupakan sumber nutrisi lengkap untuk
produktivitas kerja merupakan salah satu sasaran
memenuhi kebutuhan hidup pokok manusia
pembangunan di Indonesia. Salah satu upaya
(Buckle et al, 1987). Susu dapat diolah menjadi
yang mempunyai dampak yang cukup penting
aneka produk olahan misalnya Yoghurt dan
dalam peningkatan sumber daya manusia adalah
keju. Kedua produk tersebut merupakan produk
peningkatan status gizi masyarakat. Unsur gizi
fermentasi yang melibatkan jasa mikroorganisme
yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
yaitu bakteri. Fermentasi merupakan salah satu
vitamin, air dan mineral satu sama lain saling
teknologi pengawetan dan pengolahan susu.
menunjang. Protein merupakan salah satu unsur

96
Hafsah dan Astriana, Pengaruh Variasi Starter Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Sapi 97

Selain karena susu sangat mudah rusak karena kimia yaitu kadar protein, kadar lemak, kadar
mengandung bermacam-macam unsur dan laktosa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sebagian besar terdiri dari zat makanan yang Agustus sampai September 2012 di
juga diperlukan bagi pertumbuhan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
mikroorganisme, di sisi lain walaupun susu Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
merupakan makanan bergizi tinggi, tidak semua Makassar. Susu Sapi (Frisian holstein) segar
orang dapat mencerna susu dengan baik. Hal ini sebagai bahan pembuatan Yoghurt berasal dari
disebabkan oleh gangguan pencernaan yang peternakan Sapi di desa Gunung Perak kab.
timbul setelah mengkonsumsi susu karena tidak Sinjai Barat.
terpecahnya laktosa (gula susu) menjadi 1. Prosedur Penelitian
komponen-komponen sederhana yang dapat a. Alat
diserap oleh tubuh. Alat-alat yang dipergunakan pada
Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih penelitian ini adalah water bath, gelas ukur,
tinggi daripada susu segar sebagai bahan dasar neraca analitik, seperangkat alat titrasi, alat
dalam pembuatan Yoghurt, hal ini karena destilasi, wadah steril, Erlenmeyer, labu
meningkatnya total padatan sehingga kandungan Kjeldahl 100 ml, lemari es, termometer,
zat-zat gizi lainnya juga meningkat. Selain itu inkubator, pipet tetes, buret asam 50 ml,
Yoghurt memiliki kesegaran, aroma dan corong, pipet volume 25 ml, labu ukur 50 dan
teksturnya dan rasa khas yaitu asam dan manis. 100 ml, lemari asam, buret asam, pompa
Selama fermentasi akan terbentuk asam-asam pengisap, pemanas listrik, botol semprot,
organik yang menimbulkan citarasa khas pada sentrifuge, otoklaf, Ose bulat, tabung reaksi
Yoghurt (Yusmarini et al, 2004). Yoghurt kaya steril, batang pengaduk, spoit, cawan petri
akan protein (6,30%), lemak (6,73%) dan steril,biosafety cabinet (labconco), pipet
vitamin A (80 SI). Yoghurt dari susu Sapi mikro,eksikator, outplate, dan alat pemanas.
mengandung asam laktat, asam sitrat, asam b. Bahan
piruvat, asam format, asam urat, asam butirat, Bahan-bahan yang dipergunakan pada
dan asam orotat (Morr et al, 1990). penelitian ini adalah S. Thermophilus dan L.
Kualitas Yoghurt dipengaruhi oleh Bulgaricus, susu Sapi,5 gr eksrtak ragi,
beberapa faktor yaitu: kualitas susu, lama laktosa 5 gr, glukosa 5 gr, kapur 0,2 gr,
penyimpanan, suhu inkubasi dan jenis starter medium PCA, kertas alumunium foil, kapas,
yang digunakan. Pada umumnya fermentasi susu alkohol 70%, campuran selenium, 25 ml
menjadi Yoghurt dilakukan dengan bantuan H2SO4 pekat 96%, aquadest, 20 ml H3BO3 2
bakteri asam laktat diantaranya Streptococcus %, larutan indicator MO, PP, amilum dan Kon
salivarius, S. Thermophillus, Lactobacillus way, NaOH padat, HCl 0,1 N, ZnSO4 3 N,
delbrueckii, L. Bulgaricus, L. Acidophilus, L. NaOH 10%, kertas label, kertas saring, KI
Casei dan L. Bifidus (Helferich, et al, 1980). 15% , Chloromine-T 1%, Na2S2O3 0,1012 N,
Beragamnya jenis starter yang digunakan dalam dan HCl 2 N.
pegolahan Yoghurt, menjadi dasar pertimbangan 2. Tahap Pelaksanaan
dilakukannya penelitian mengenai pengaruh a. Pembuatan Medium Starter: menimbang
variasi starter terhadap kualitas Yoghurt susu dan melarutkan bahan-bahan medium
Sapi ini untuk menentukan starter unggul yang (ekstrak ragi 5 gr, laktosa 5 gr, glukosa 5
dapat direkomendasikan dalam meningkatkan gr dan kapur 0,2 gr). Menghomogenkan
produktivitas pengolahan Yoghurt. dan mensterilkan pada suhu 121oC,
tekanan 2 atm selama 15 menit (Karim, et
B. METODE al, 2000).
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan b. Pembuatan Kultur Mikroba: mengambil
Acak Lengkap (RAL) tiga perlakuan dan tiga 4 ose kultur mikroba dengan metode Mac
kali ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah Farland 0,5% = ~ 1,5 juta/ml sel L.
pembuatan Yoghurt susu sapi dengan starter: A = Bulgaricus dan S. Thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus; B = Streptococcus memasukkannya ke dalam tabung reaksi
thermophillus; C = Kombinasi Lactobacillus yang berisi 10 ml medium starter. Inkubasi
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. dilakukan pada suhu 37oc selama 24 jam
Parameter yang diamati melalui uji fisik dan (Elisabeth, 2001).
98 Jurnal Bionature, Volume 13, Nomor 2 ,Oktober 2012, hlm 96-102

c. Preparasi Susu sebagai bahan Yoghurt: dan 25 ml H2SO4 pekat. Labu Khjedhal
sebanyak 500 ml susu Sapi segar bersama isinya digoyangkan hingga semua
dipanaskan dengan cara memasukkan susu contoh terbasahi dengan H2SO. Dalam lemari
ke dalam erlenmeyer, lalu dimasukkan ke asam didekstruksi sampai jernih. Selanjutnya
dalam panci yang telah berisi air hingga membiarkannya dingin kemudian
suhunya kurang lebih 90oC sambil diaduk- menuangkannya kedalam labu ukur 100 ml
aduk dan dipertahankan suhunya selama sambil membilasnya dengan air suling.
15 menit. Susu didinginkan hingga Membiarkannya dingin kemudian
mencapai 45oC. mengimpitkan pada tanda garis dengan air
d. Tahap Fermentasi: sebanyak 10 ml suling. Menyiapkan penampungan yang
starter Lactobacillus bulgaricus dan 10 ml terdiri dari dari 20 ml H3BO3 2% + 4 tetes
Streptococcus thermophillus dipipet dan larutan indikator PP dalam erlenmeyer 100
diinokulasikan sedikit demi sedikit sambil ml. Selanjutnya menambahkan NaOH padat
diaduk agar merata dan dilakukan pada hingga berubah warna dan 100 ml air suling
tiga kelompok perlakuan yaitu: perlakuan I dan menyulingnya hingga volume
: 500 ml susu Sapi ditambahkan 10 ml penampungan 50 ml. Setelah itu membilas
starter Streptococcus thermophillus. ujung penyulingan dengan air suling
Perlakuan II: 500 ml susu Sapi kemudian penampungan beserta isinya
ditambahkan 10 ml starter Lactobacillus dititrasi dengan larutan hcl 0,1 N sebanyak
bulgaricus. Perlakuan III : 500 ml susu 9,1 ml lalu menambahkan larutan indikator
Sapi ditambahkan starter kombinasi Kon way sebanyak 2 tetes. Kadar protein
sebanyak 5 ml Streptococcus dihitung dengan rumus sebagai berikut:
thermophillus + 5 ml Lactobacillus (A-B)(N.HCl)(14,008)
bulgaricus. Diaduk merata kemudian %N = x100 ml
campuran diletakkan ke dalam wadah- ml contoh
wadah steril yang sudah disiapkan,
kemudian tutup dengan alumunium foil. Total Protein = % N x faktor konversi N
Selanjutnya diinkubasi dalam pada suhu Keterangan:
45oc selama 6 jam. Setelah inkubasi A = Titer sampel
selesai, Yoghurt yang dihasilkan segera B = Titer Blanko
didinginkan dalam lemari es agar N.HCl = Normalitas HCl
fermentasi tidak terus berlanjut.
e. Penghitungan Jumlah Sel/ml: memipet b. Kadar Lemak Yoghurt (Woodman,
secara steril 1 ml sampel dan dimasukkan 1941):
kedalam 9 ml larutan pengencer, sehingga Menimbang dengan teliti 10 ml sampel
diperoleh pengenceran 10-1. Membuat dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml
pengenceran bertingkat hingga 10-6. hingga tanda tera dengan penambahan air
Sampel diinokulasi pada medium lempeng suling. Sampel tersebut disentrifuge selama
PCA dengan metode sebar dan diinkubasi 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Lalu
pada suhu 37oC selama 24 jam. Medium dipindahkannya kedalam labu ukur 100 ml
yang ditumbuhi 30-300 koloni atau sel dengan menambahkan 1 tetes larutan
dihitung dan ditentukan jumlah sel dalam indikator MO, 10 ml HCl 0,1 N dan 10 ml
setiap ml/gr dengan rumus: larutan n-hexane dan dikocok hingga
N = n x 1/fp gumpalan-gumpalan susu tercampur.
Dimana: Selanjutnya dititrasi hingga air dan lemak
N : Jumlah sel/ml sampel terlihat terpisah. Hasil titrasi disaring dengan
N : Jumlah koloni pada cawan kertas saring dengan penambahan Natrium
Fp : Faktor pengenceran sampel sulfat padat hingga mencapai volume 50 ml.
3. Pengumpulan Data Memasukkan sampel kedalam cawan steril
a. Kadar protein kasar (Kjeldahl) yang telah ditimbang sebelumnya hingga n-
Menimbang dengan teliti 10 ml hexane menguap dengan pemanasan hingga
masing-masing Yogurt sesuai perlakuan dan terlihat lemak yang ditandai dengan warna
memasukkan ke dalam labu Khjedhal 100 ml. kuning pada cawan. Setelah itu
Menambahkan 1 gram campuran selenium memasukkannya ke dalam eksikator selama
Hafsah dan Astriana, Pengaruh Variasi Starter Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Sapi 99

beberapa menit hingga dingin. Cawan N dititrasi hingga berwarna kuning pucat.
tersebut yang telah berisi lemak ditimbang Menambahkan indikator pati (amilum) dan
dan menyatakan kadar lemak dalam berat melanjutkan titrasi hingga menjadi warna
sebagaimana rumus: abu-abu. Membuat larutan blanko dengan
mengganti 25 ml susu dengan 25 ml aquadest.
(ml HCl)(N.HCl)(BM susu) Aquadest di titrasi sebagaimana sampel.
%Lemak = x100% Menghitung kadar laktosa dalam filtrat (g/100
Bobot contoh (mg) x 1000 ml filtrat)dari rumus:
Keterangan:
ml HCl = Volume hcl yang digunakan A= (Tb-Ts) x N x 0,171 x 100/5
N.HCl = Normalitas HCl
BM = Berat molekul susu Keterangan:
c. Uji Kadar Laktosa (Luff Schoorl): A = g laktosa/100 ml filtrate
Sebanyak 25 ml sampel dipindahkan ke Tb = titrasi blanko
dalam labu ukur 50 ml dan menambahkan 5 Ts = titrasi contoh
ml reagensia ZnSO4 3 N dan mengocoknya. N = normalitas Na2S2O3
Menghomogenkan larutan NaOH 10% dan
mengencerkan aquadest sampai tanda batas. Kadar laktosa dalam 100 ml susu =
Mendiamkan suspensi selama 10 menit untuk 48 100
mengendapkan semua protein. Kemudian Ax x
menyaringnya dengan menggunakan kertas 100 25
saring dan mengumpulkan fitratnya.
Menghitung volume fitrat secara teoritis ml Na2S2O3 x N. Na2S2O3 x BM susu x100%
dengan mengurangkan volume protein yang % Laktosa=
mengendap. Mengambil 5 ml fitrat yang Bobot contoh (g/ml) x 1000
jernih dan memasukkannya kedalam
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
erlenmeyer 250 ml yang tertutup.
Menambahkan 20 ml larutan KI 15% dan Secara deskriptif perbedaan kadar
menambahkan 50 ml larutan Chloromine-T protein, kadar lemak dan kadar laktosa yoghurt
1%. Menutup dan menghomogenkan dari masing-masing perlakuan dapat ditunjukkan
erlenmeyer, kemudian mendiamkannya pada Gambar 1.
selama 90 menit. Menambahkan 10 ml
larutan HCl 2 N. 5 ml larutan Na2S2O3 0,1012

Gambar 1. Grafik kadar protein, lemak dan laktosa pada variasi starter yoghurt.
100 Jurnal Bionature, Volume 13, Nomor 2 ,Oktober 2012, hlm 96-102

Tabel 1. ANAVA Jumlah Protein Terhadap Variasi Starter Yoghurt


SK Db JK KT Fhit Ftab 5% Ftab 1%
Perlakuan 3 14,711 4,904 466,871 3,59 6,22

Galat 8 0,084 0,011

Total 11 14,795

Tabel 2. ANAVA Jumlah Lemak Terhadap Variasi Starter Yoghurt


SK Db JK KT Fhit Ftab 5% Ftab 1%
Perlakuan 3 0,123 0,041 11,485 3,59 6,22

Galat 8 0,029 0,004

Total 11 0,151

Tabel 3. ANAVA Jumlah Laktosa Terhadap Variasi Starter Yoghurt


SK Db JK KT Fhit Ftab 5% Ftab 1%
Perlakuan 3 0,005 0,002 9,467 3,59 6,22

Galat 8 0,001 0,000

Total 11 0,006

Berdasarkan data hasil analisa data kadar kualitas Yoghurt yang dihasilkan. Semakin
protein, menunjukkan adanya pengaruh variasi banyak jumlah mikrobia yang terdapat dalam
starter yang sangat signifikan terhadap kadar Yoghurt maka akan semakin tinggi kandungan
protein yoghurt susu Sapi. Kadar protein rata-rata proteinnya karena sebagian besar komponen
Yoghurt pada kontrol dengan 3 kali ulangan penyusun mikrobia adalah protein (Harastuti et
berkisar 2,48 %, sedangkan kadar protein rata- al, 1994). Namun jika dilihat dari segi fermentasi
rata dengan penambahan starter S. yang paling baik memfermentasi susu adalah L.
Thermophillus 2,87%, penambahan starter L. Bulgaricus karena rata-rata protein yang
Bulgaricus 0,0017% dan penambahan starter dihasilkan pada penambahan starter ini jauh lebih
kombinasi yaitu 2,18%. Rendahnya kadar rendah bila dibandingkan dengan starter lain
tersebut yang dibandingkan dengan SNI BBPOM yang hampir sama jumlahnya yaitu diatas 2%.
diduga karena susu yang digunakan dalam Hal tersebut disebabkan kandungan protein telah
pembuatan Yoghurt mengandung protein yang turun akibat fermentasi asam laktat yang
juga rendah yaitu 2,48% dan juga disebabkan disebabkan mikroorganisme yang aktif dalam
adanya faktor rentan waktu pengambilan sampel fermentasi.
yang agak lama sebelum dilakukan proses Analisa data kadar lemak menunjukkan
pembuatan starter hingga tahap fermentasi susu pengaruh variasi starter yang signifikan terhadap
Sapi menjadi Yoghurt. Hasil penelitian yang kualitas lemak pada yoghurt susu Sapi. Kadar
sama tersebut juga dikemukakan oleh Mahyudi lemak Yoghurt pada kontrol dengan 3 kali
pada jurnalnya tentang proses pembuatan dan ulangan berkisar 0,54 %, sedangkan kadar
analisis mutu Yoghurt. protein rata-rata dengan penambahan starter S.
Kadar protein Yoghurt ditentukan oleh Thermophillus 0,54 %, penambahan starter L.
kualitas susu segar sebagai bahan dasarnya. Bulgaricus 0,38 % dan penambahan starter
Semakin tinggi kadar protein susu semakin baik kombinasi yaitu 0,30 %. Kadar lemak Yoghurt
Hafsah dan Astriana, Pengaruh Variasi Starter Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Sapi 101

juga ditentukan oleh kualitas susu segar sebagai Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
bahan dasarnya. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa Yoghurt yang dengan
tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kadar protein yang baik dihasilkan pada variasi
kandungan lemak 0,54 % menurun hingga 0,30 starter dengan perlakuan penambahan starter S.
%. Hal ini disebabkan selama fermentasi, lemak Thermophillus, disusul perlakuan penambahan
akan dihidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang starter kombinasi dan yang terakhir adalah pada
lebih sederhana (Yusmarini et al, 1998). variasi starter dengan penambahan starter L.
Hidrolisis trigliserida oleh enzim lipase akan Bulgaricus. Kualitas lemak yang baik yaitu pada
menghasilkan asam lemak dan gliserol. variasi starter kombinasi disusul variasi starter
Hidrolisis lemak tersebut memberikan kontribusi dengan penambahan starter L. Bulgaricus dan
yang kecil terhadap produk Yoghurt. Yoghurt yang terakhir adalah pada variasi starter dengan
yang berkualitas baik adalah Yoghurt yang penambahan starter S. Thermophillus. Sedangkan
memiliki kadar lemak lebih rendah dibandingkan pada kualitas Yoghurt dengan parameter laktosa
bahan dasar pembuatannya dalam hal ini adalah yang baik adalah pada variasi starter dengan
susu Sapi. perlakuan penambahan starter S. Thermophillus,
Analisis data menunjukkan adanya disusul perlakuan penambahan starter L.
pengaruh variasi starter yang signifikan terhadap Bulgaricus dan yang terakhir adalah pada variasi
kadar laktosa pada yoghurt susu Sapi. Yoghurt starter kombinasi S. Thermophillus+ L.
yang berkualitas baik adalah Yoghurt yang Bulgaricus.
menghasilkan kadar laktosa lebih rendah Hasil analisis kualitas kimia Yoghurt pada
dibandingkan bahan dasar pembuatannya. penelitian ini menunjukkan penurunan yang
Berdasarkan analisis pada penelitian ini dapat tajam. Hal ini terjadi karena selama proses
diketahui bahwa jumlah rata-rata kadar laktosa fermentasi bakteri aktif melakukan proses
yang dihasilkan pada kontrol pembuatan Yoghurt proteolitik dan lepolitik menjadi substansi yang
adalah 1,95 % sedangkan kadar laktosa rata-rata bisa dimanfaatkan bakteri misalnya energi, pada
dengan penambahan starter S. Thermophillus mekanisme perubahan tersebut biasanya akan
1,90 %, penambahan starter L. Bulgaricus 1,93 menghasilkan air dan secara otomatis konsentrasi
% dan penambahan starter kombinasi yaitu 1,94 protein, lemak dan laktosa dalam produk
% dibawah standar kadar laktosa Yoghurt pada fermentasi akan menurun (Sayuti, 1993).
umumnya yaitu 4,6 %. Yoghurt lebih mudah
diserap oleh dinding usus manusia, sehingga D. KESIMPULAN
dapat dikonsumsi oleh golongan orang yang
Berdasarkan penelitian ini, maka dapat
tidak tahan laktosa, karena kandungan laktosa
disimpulkan bahwa pemberian starter yang
susu telah turun akibat fermentasi menjadi asam
bervariasi berpengaruh sangat signifikan
laktat dan meningkatkan nilai gizi susu itu
terhadap kualitas Yoghurt dalam hal kadar
sendiri yang disebabkan mikroorganisme yang
protein, lemak dan laktosa dan dapat diketahui
aktif dalam fermentasi (Sayuti, 1993). Laktosa
bahwa kadar protein Yoghurt yang baik adalah
yang tidak dapat dicerna oleh usus merupakan
yang dihasilkan pada variasi starter dengan
makanan yang baik bagi bakteri yang ada dalam
penambahan S. Thermophillus, kadar lemak pada
usus sehingga bakteri dapat berkembang dengan
variasi starter kombinasi S. Thermophillus+L.
baik. Pada saat pemanfaatan laktosa, bakteri
Bulgaricus dan kadar laktosa adalah pada variasi
tidak menghabiskan seluruhnya, tetapi terdapat
starter dengan penambahan S. Thermophillus.
sisa-sisa berupa asam-asam organik.

E. DAFTAR PUSTAKA
dan Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran
Akcay, B. 2009. Problem-Based Learning in Science
Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil
Education. Journal of Turkish Science Education.
Belajar Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan
Vol 6 (1): 26 -36.
Baru Riau. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang:
Allen, D.E., Duch, B.J., and Groh S.E. 2001. Strategies for
PPS Universitas Negeri Malang.
Using Groups. In Duch. B.J et. (ed). The Power of
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air
Problem Based Learning: A Practical “How To”
Susu. Yogyakarta: Andi Offset.
for Teaching Undergraduate Courses in Any
Agus, M. K. Budiyanto. 2004. Mikrobiologi Terapan.
Discipline. Sterling: Stylus Publishing.
Malang: Universitas Muhammadiyah.
Amnah, S. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS,
Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif
102 Jurnal Bionature, Volume 13, Nomor 2 ,Oktober 2012, hlm 96-102

Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. Sudarmadji, S., Haryono B. & Suhardi. 1984. Analisa
1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh H. Bahan Makanan dan Hasil Pertanian. Yogyakarta:
Purnomo dan Adiono. Jakarta: Penerbit Univesitas Liberty.
Indonesia. Hlm. 295. Sugitha, I. M., Allismawati, E. Martinelly dan Y. Heryandi.
Elisabeth, A. 2001. Prototap Pembuatan Media. Balai Besar 1999. Kandungan gizi, vitamin dan kualitas dadih
Laboratorium Kesehatan Makassar. dibuat dalam tabung plastic dengan starter
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Streptococcus lactis. Padang : Jurnal Peternakan dan
Gramedia. Lingkungan. Vol 4 No:3. Fak. Peternakan,
Helferich, W. and D. Westhoff. 1980. All About Yoghurt. UNAND.
New Jersey: Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs. Tamime, A.Y. and H.C.Deeth. 1980. Yogurt: Technology
Hidayat, Nur., Masdiana, Padaga., dan Suhartini, Sri. 2006. and Biochemistry. J. Food Protect. 43:939-977.
Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit C.V Yusmarini & Hadiwiyoto. 1998. Perubahan Oligosakarida
Andi Offset. H. 133. dan Fraksi Protein Selama Proses Pembuatan
Nuryadin I.M, 1987. Yoghurt dan Komposisi pada Yoghurt. Berkala Penelitian Pasca Sarjana (BPPS).
Beberapa level Starter (L. Bulgaricus dan S. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Thermophillus). Skripsi Sarjana. Fakultas Yusmarini, R. Efendi. 2004. Evaluasi Mutu Yoghurt yang
Peternakan. UNAND – Padang. dibuat dengan Penambahan beberapa Jenis Gula.
Sayuti, K. 1993. Mempelajari Mutu Yoghurt pada Lama Pekanbaru: Jurnal Natur Indonesia. Laboratorium
Penyimpanan dan Jenis Bambu yang Berbeda. Teknologi Hasil Pertanian, Faperta, Universitas
Padang: Thesis Pasca Sarjana Fakultas Pertanian. Riau.
UNAND. Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar
Stamer, J.R. 1979. The Lactic Acid Bacteria. Microbes of Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia..
Diversity. J. Food Technol.1: 60 – 65.).

You might also like