You are on page 1of 32

REKAYASA BETON I JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

sugiharto

KONSTRUKSI BETON 1
SUGIHARTO

BAB I PENDAHULUAN

SYARAT UMUM DALAM MEMBANGUN KONSTRUKSI 1. FUNGSIONAL

Bangunan/konstruksi dapat berfungsi sesuai rencana penggunaanya


KUAT mampu menahan beban, baik

SYARAT

2. AMAN

berat sendiri maupun beban-beban lain spt , beban berguna, angin gempa dsb RASA AMAN, tidak membuat rasa takut bagi penggunanya, spt lendutan yang besar, ber goyang2 ketika ada angin, miring dsb (servicibility)

3. EKONOMIS

Pemilihan bahan konstruksi tepat, dimensi sesuai kebutuhan, pelaksanaan (erection) mudah sehingga harga kontruksi ekonomis baik dari sisi perencanaan maupun pelak sanaan

STRUKTUR DAN NON STRUKTUR 1. STRUKTUR, komponen bangunan/konstruksi yang berfungsi untuk menyalurkan dan menahan beban 2. NON STRUTUR, komponen bangunan/konstruksi yang tidak difungsikan untuk menyalurkan dan menahan beban, tetapi difungsikan lain seperti sebagai pengaku, parapet, list plang dsb 3. STRUKTUR BETON, konstruksi/elemen konstruksi yang dibuat dari bahan beton/beton bertulang yang difungsikan sebagai bahan pendukung

MATERIAL PEMBENTUK BETON BETON, bahan bangunan hasil campuran antara bahan pengikat (semen), bahan pengisi (agregat halus = pasir, agregat kasar = kerikil), dengan air
PARAMETER-PARAMETER YANG MEMPENGARUHI KUALITAS BETON 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kualitas semen Faktor air semen Kekuatan dan kebersihan agregat Adesi antara pasta semen dan agregat Cara mencapur Teknik pengecoran dan pemadatan Perawatan beton, selama proses pengeringan dan pengerasan

SEMEN/PORTLAND CEMENT (PC)


SEMEN MERUPAKAN BAHAN HIDROLIS YANG DAPAT BEREAKSI DENGAN AIR (HIDRASI) DAN MEMBENTUK MATERIAL BATU PADAT SEMEN DIKELOMPOKKAN MENJADI SEMEN TYPE YPE I, II, III, IV SEMEN TYPE I , type standart, yang umum digunakan untuk bangunan pada umumnya, yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti type lainnya SEMEN TYPE II, merupakan modifikasi type I, terutama dimanfaatkan untuk bangunan yang terletak di daerah dengan tanah berkadar sulfat rendah. SEMEN TYPE III, merupakan semen yang cepat mengeras. Kekuatan yang dicapai ketika usia 24 jam sama dengan beton dengan usia 7 hari. Kekuatannya ketika usia 3 hari sama dengan ketika usianya sudah 28 hari SEMEN TYPE IV, terutama digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap bahaya korosi air laut, air danau, air tambang dsb SEMEN TYPE LAIN, adalah smen portland pozzolan yang sering digunakan beton masif seperti bendungan

AGREGAT (1) Dalam SNI T-15-1991-03 agregat dedefinisikan sebagai material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah, yang dipakai bersama-sama dengan media pengikat untuk membuat beton. Agregat dibedakan menjadi : Agregat halus diameter 0-5 mm disebut pasir pasir halus diameter 0-1 mm pasir kasar diameter 1-5 mm Agregat kasar diameter 5 mm, biasanya berukuran antara 5 hingga 40 mm, disebut kerikil. Material ini merukan hasil disintegrasi alami batuan atau hasil industri pemecah batu

AGREGAT (2)
Syarat agregat : SII 0052-80 atau ASTM C330, tentang mutu dan cara uji agregat beton Agregat ringan, agegat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat isi 1100kg/m3 Ukuran nominal agregat : 1. 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang sampng cetakan 2. 1/3 tebal plat 3. jarak bersih minimal antarbatang tulangan, berkas batang tulangan ataupun kabel prategang atau tendom prategang

AIR
Air adalah bahan pembentuk yang sangat penting, karena dengan air akan terjadi senyawa pada semen sehingga mengeras dan menjadi bahan bangunan yang kuat Air untuk campuran beton harus tidak mengandung minyak, larutan asam, garam alkali, material organik, maupun bahanbahan lain yang dapat mengurangi kekuatan beton Kwalitas air dan perbandingan antara air dan semen (fas) sangat mempengaruhi kwalitas dan kekuatan beton Air yang sedikit akan memberikan kekuatan beton menjadi tinggi Air yang banyak, akan mengurangi kekuatan beton. Tetapi memberikan kemudahan dalam mengerjakan

KEKUATAN TEKAN BETON


Beton merupakan material hiterogen, kekuatannya dipengaruhi oleh kwalitas dan perbandingan bahan pembentuknya yaitu semen, pasir, kerikil, air dan faktor air semennya Kekuatan beton diketahui dengan uji tekan Pengujian steady loading, dilakukan dengan mengontrol pembebanan Pengujian controlled strain rate, dengan mengontrol regangannya

statistik, sebagaimana ditetapkan dalam SNI T-15-1991, dan didasarkan kekuatan beton umur 28 hari Benda uji berbentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm Kekuatan beton yang dilampaui paling sedikit 95% dari benda uji Kekuatn beton karakteristik fc dihitung dengan rumus sbb : (SNI T-15-1991-03 ps 3.4.3

Kekuatan beton karakteristik fc beton digunakan methode

Gb Definisi kekuatan karakteristik fc

Dimana :

s = standart deviasi fb = kekuatan tekan beton yang diperoleh dari masing- masing benda uji ( N/mm2) fcr= kekuatan beton rata-rata (N/mm2) N = jumlah semua benda uji yang diperiksa, minimun harus diambil 20 buah
Kuat tekan beton pada umur 28 hari, dapat dihitung dengan mengkonversi hasil uji di laboratorium

TEGANGAN-REGANGAN Berdasarkan hasil uji tekan beton menghasilkan diagram tegangan-regangan sbb Diagram tegangan (fc) dan

Daerah plastis

Daerah elastis

Fcmaks

0,4 fc 0,003

regangan () berbentuk parabola Pada awal pembebanan (0,4 fc) hub antara fc dan sebanding/proposional. Daerah ini disebut daerah elastis Tegangan mencapai maksimum, ketika regangan mencapai 0003, daerah ini disebut daerah plastis Setelah titik maksimum dilampaui, maka kurva akan turun hingga benda uji hancur

DIAGRAM TEGANGAN-REGANGAN UNTUK BERBAGAI KWALITAS BETON

daerah
elastis

1,

adalah

daerah

daerah 2, adalah daerah ultimit, tegangan ultimit tercapai ketika regangan mencapai 0,002-0035 (tergantung dari kwalitas beton Dalam perhitungan umumnya regangan diambil 0,0030,0035

ELASTISITAS (Ec=N/mm2)
adalah perbandingan antara tegangan (fc) dan regangan () Elastisitas beton (modulus sekan), dihitung dari garis miring yang melalui titik 0,5 fc Menurut PBI-71, nilai Ec untuk semua mutu beton = 200000 kg/cm2 Menurut SNI

Elastisitas

Menurut ACI

(untuk fc< 40 Mpa)

KEKUATAN TARIK BETON Beberapa methode uji tarik :


Direct tension (tarik lurus) spliting test (uji belah) Bending test (uji lentur)

hasil dari uji tari dikalikan dengan faktor 0,75 untuk beton ringan dan 0,85 untuk beton ringan berpasir Kekuatan tarik beton (fr), dihitung dengan rumus-rumus sbb menurut ACI

menurut SNI T-15-1991-03 ps 3.2.5

BAJA TULANGAN Ada dua jenis baja tulangan : lunak


Tulangan polos (plain bar), merupakan baja

Tulangan ulir (deformed bar), merupakan baja keras

TULANGAN POLOS Termasuk bajak lunak, tegangan lelehnya 240 Mpa-300Mpa


Simbol baja polos adalah BJTP24 (baja tulangan polos dengan tegangan leleh 240 Mpa) Menurut SNI, baja lunak hanya boleh digunakan untuk sengkang/begel, dan tulangan spiral (bukan berarti tidak boleh untuk tulangan pokok) Diproduksi dalam diameter 6 mm hingga 16 mm, dengan panjang 12m

TULANGAN ULIR (Deform) Termasuk baja keras, tegangan lelehnya mencapai 300Mpa400Mpa Simbul baja ulir adalah BJTD40 (baja tulangan deform dengan tegangan leleh 400Mpa) Menurut SNI T-15-1991-03 pasal 3.5, direkomendasikan untuk tulangan pokok karena mempunyai lekatan yang baik dengan beton Diproduksi dalam diameter 10mm hingga 32mm dengan panjang 12 m

PERSYARATAN UJI BAJA ULIR


Sesuai dengan SNI-0136-86 atau ekivalen JIS G3112 Baja ulir dengan tegangan leleh > 400 Mpa, boleh digunakan dengan syarat memberikan regangan 0,30% Baja anyaman harus memenuhi ASTM A184 Spesification for Fabricated Deform Steel Bar Mats for Concrete Reinforcement

DETAIL DIAGRAM TEGANGAN-REGANGAN BAJA


hubungan antara tegangan dan regangan linier, titk A merupakan batas elastis
C D

O-A merupakan daerah elastis,

A-B merupakan daerah leleh, tegangan tetap dan regangan bertambah B-C merupakan daerah penguatan, pertambahan tegangan tidak linier dengan pertambahan regangan Titik C ,titik terjadinya tegangan ultimit (tegangan maksimal) C-D daerah dimana terjadi penurunan tegangan yang diikuti bertambanya regangan secara cepat, dan pada titik D inilah baja patus

TEGANGAN REGANGAN BAJA Diperoleh dari hasil uji tarik di laboratorium


Hasil uji tarik menghasilkan diagram tegangan regangan sbb

HASIL PENGUJIAN BAJA TULANGAN

KEAMANAN STRUKTUR
aman terhadap beban/efek beban selama masa penggunaan bangunan. Faktor keamanan dimaksudkan untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar darpada beban kerja Faktor keamanan diperlukan karena adanya beberapa faktor sbb : Karena adanya ketidakpastian dalam menentukan beban-beban pada struktur, berat sendiri dapat dihitung lebih pasti daripada beban hidup. Karena adanya variabilitas kekuatan dan kekakuan beton akibat mutu materal yang tidak seragam Karena kualitas pelaksanaan yang mempengaruhi kepadatan dan gradasi kekuatan beton, Karena variasi dimensi struktur Karena geomtri struktur Karena penempatan tulangan pada setiap elemen Dsb

Tujuan utama desain struktur, untuk mendapatkan struktur yang

KONSEP FAKTOR KEAMANAN


tentang faktor keamanan.

Setiap negara dan peraturan mempunyai konsep yang berbeda

PBI-71 menggunakan faktor keamanan parsial, keamanan untuk beban luar hanya dibedakan antara beban tetap dan beban sementara, demikian juga keamanan akibat variabilitas kekuatan. SNI T-15-1991-03, menggunakan konsep LFRD (Load Faktor, Resistance Desain). Faktor beban untuk setiap jenis pembebanan berbeda-beda, beban mati mempunyai keamanan lebih kecil dibanding dengan beban hidup, demikian pula beban gempa, angin, tekanan air mempunyai faktor beban yang berbeda Sedangkan reduksi kekuatan/tegangan juga berbeda-beda, tergantung pada kompleksitas asumsi dan pola keruntuhannya, angka reduksi kekuatan lentur akan lebih kecil dibanding dengan kekuatan geger lentur, geser puntir maupun kekuatan tekan

PEMBEBANAN Beban yang bekerja pada struktur dapat digolongkan dalam tiga bagian : Beban mati : merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tetap selama usia penggunaan bangunan Beban hidup : merupakan beban yang dapat berpindah tempat, dapat bekerja penuh atau tidak ada sama sekali Beban pengaruh alam : Beban gempa Beban angin Gaya horizontal tanah Tekanan hidrostatika Beban salju Dsb Dalam menentukan beban, berpedoman pada Peraturan pembebanan Indonesia dll

FAKTOR BEBAN Provisi faktor beban, adalah kuat perlu U dari suatu struktur harus dihitung dengan beberapa kombinasi beban yang bungkin bekerja pada struktur tersebut (SNI T-15-1991-03, pasal 3.2.2) 1. Untuk kondisi beban mati D dan beban hidup L U=1,2D+1,6L 2. Kombinasi beban mati L, beban hidup L dan angin W U=0,75(1,2D+1,6L+1,6W) U=0,9D+1,3W 3. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E diperhitungkan U=1,05(D+Lr+E) U=0,9(DE) Lr=beban hidup yang telah direduksi (lihat SNI 1726-1989F. Nilai E dihitung berdasarkan persyaratan SNI ini

4. Bila tekanan horizontal H turut diperhitungkan : U=1,2D+1,6L+1,6H U=0,9D+1,6H Nilai tersebut tidak boleh lebih kecil daripada U=1,2D+1,6L 5. Bila pengaruh struktural T, seperti perbedaan penurunan, rangkak susut, atau perubahan suhu : U=0,75(1,2D+1,2T+1,6L) U=1,2(D+T)

FAKTOR REDUKSI KEKUATAN Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan dalam faktor reduksi kekuatan : 1. Variabilitas kekuatan akibat keragaman sifat material 2. Variabilitas kekuatan akibat variabilitas dimensi 3. Variabilitas kekuatan akibat penyederhanaan asumsi 4. Faktor keutamaan dari struktur

FAKTOR REDUKSI KEKUATAN (SNI T-15-1991-03) 1. Lentur, tanpa gaya aksial 2. Aksial terik, dan aksial tarik dengan lentur 3. Aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur Dengan tulangan spiral Dengan tulangan sengkang ikat 4. Geser dan torsi 5. Tumpuan pada beton (Pasal 3.11.13 SNI) 0,80 0,80 0,70 0,65 0,60 0,70

DASAR-DASAR ANALISIS DESAIN 1. Methode elastis Methode didasari oleh pemikiran bahwa tegangan yang terjadi pada titik tertentu dalam struktur tidak boleh melampaui tegangan izin materialnya Tegangan izin ditentukan dari tegangan leleh material untuk baja dan tegangan hancur untuk beton dibagi dengan nilai keamanan tertentu, biasanya 1,7 untuk baja dan 3,0 untuk beton. 2. Desain ultimit 3. Desain kekuatan batas

You might also like