You are on page 1of 4

Prinsip Ketua dan Pengurus dalam Berorganisasi

Oleh Handi Agus H.


Dalam mengelola suatu organisasi/perkumpulan dibutuhkanlah beberapa
orang (pengurus) yang mampu untuk menjalankan roda organisasi, sehingga apa
yang telah menjadi tujuan berdirinya organisasi tersebut dapat tercapai semaksimal
mungkin. Tentunya beberapa pengurus tersebut haruslah mempunyai satu orang yang
dapat mengomandoi atau mengkoordinir pengurus yang lain dan lazimnya disebut
dengan ketua, presiden, atau lain sebagainya.
Pemimpin merupakan figure sentral bagi suatu organisasi, baik itu secara
internal maupun eksternal. Secara internal, seorang pemimpin harus mampu
organisasi tersebut di mata orang lain di luar komunitas atau anggotanya.
menjalankan peran dan fungsinya semaksimal mungkin. Secara eksternal, seorang
pemimpin merupakan representasi keadaan organisasi tersebut di mata orang lain di
luar komunitas atau anggotanya, seperti sikap, wawasan, keteladanan, dan lain
sebagainya.
Ketika seseorang diangkat menjadi pemimpin oleh semua anggotanya, maka
ketika saat itu terjadi suatu moment yang sakral. Yakni adanya suatu perjanjian atau
persetujuan antara pemimpin dengan anggotanya, kebiasaan ini sering dinamakan
sumpah jabatan ataupun baiat, untuk melaksanakan semua amanah yang telah
diberikan semua anggota kepada pemimpinnya. Oleh karena itu, seorang pemimpin
harus mampu mengemban dan menjalankan amanah yang telah diembankan
kepadanya.
Amanah tersebut pada intinya ialah untuk tetap terus berusaha
mengejawantahkan tujuan dari organisasi, guna mempertahankan eksistensinya.
Dalam proses pengembanan amanah tersebut maka dapat mengakibatkan implikasi
pada berbagai hal yang universal. Seperti perlakuan adil terhadap sesama anggota
(pengurus), mengedepankan kepentingan bersama, pengorbanan materi dan imateri,
mengorganisir semua kebutuhan organisasi, menjadi payung peneduh bagi
pengurus dan anggotanya, dan masih banyak lagi lainnya.
Dan yang tidak kalah pentingnya ialah seorang pemimpin adalah orang
terakhir dalam setiap menerima kenikmatan, kesenangan, dan lainnya diantara
anggotanya. Dan pemimpin adalah orang pertama menerima setiap kesusahan,
kemalangan, dan lainnya diantara anggotanya. Oleh karena itu, meskipun hanya
sekedar mengemban amanah namun tugas pimpinan begitu beratnya.
Tentunya dalam proses pengembanan amanah, seorang pemimpin tidak bisa
untuk menjalankannya seorang diri. Dia memerlukan beberapa orang yang bisa
dijadikan partner organisasi. Mereka ini biasanya disebut dengan staff atau
pengurus, kuantitasnya tergantung dari jumlah kebutuhan dari organisasi.
Tidak kalah pentingnya dengan seorang pemimpin, para pengurus lainnya
juga mempunyai peranan penting tersendiri sesuai ranah kerjanya masing-masing
dalam menjalankan roda organisasi. Tanpa pengurus lainnya, visi dan misi seorang
pemimpin kemungkinan besar untuk terealisasi secara nyata sangat kecil adanya.
Namun pengurus juga harus mampu mengejawantahkan apa yang dikehendaki (visi
dan misi) seorang pemimpin. Oleh karena itu, satu prinsip yang harus dijadikan
pedoman oleh pengurus yakni patuh dan taat terhadap pimpinan.
Berkaitan hal tersebut maka dituntut kepatuhan dan ketaatan dari pengurus
terhadap instruksi pimpinan. Patuh atau taat yang berarti tunduk ialah menerima
segala sesuatu yang telah diinstruksikan pimpinan terhadap pengurus atau anggota
secara tulus dan rela. Maksudnya ialah bahwa ketaatan dan kepatuhan disini bukan
hanya sekedar melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pimpinan, tetapi juga
harus ikut berperan aktif dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh pimpinan guna
mencapai visi dan misi pimpinan yang selaras dengan tujuan organisasi.
Dalam surat An Nisa ayat 59 disebutkan:
Og^4C 4g~-.-
W-EON44`-47 W-ONOgC -.-
W-ONOgC4 4OcO-
Ojq4 jO- 7Lg` .... W
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu ..
Dari redaksi ayat dijelaskan, bahwa kita selaku mahluk Tuhan harus taat
terhadap pemimpin-pemimpin kita. Namun yang perlu menjadi perhatian lebih dalam
ialah tidak ada pemakaian kata taatilah sebelum kata pemimpin (ulil amri). Dan ini
bisa dijadikan suatu pegangan bagi kita bahwa ada suatu pengecualian ketaatan
anggota terhadap pemimpinnya. Yakni apabila instruksi atau komandonya ini
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka tidak dibenarkan
untuk menaati perintah pimpinan.
Tetapi di lain sisi, apabila komando dari pimpinan itu tidak mengakibatkan
hal yang mengindikasikan suatu keburukan atau kemaksiatan, maka ia wajib ditaati,
meskipun komando tersebut tidak disetujui bahkan disenangi oleh yang diperintah
(pengurus). Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari
Muslim dll melalui Ibnu Umar):
Seorang Muslim wajib memperkenankan dan taat menyangkut apa saja
(yang diperintahkan ulul amr), suka tidak suka, kecuali bila ia diperintahkan berbuat
maksiat, maka ketika itu tidak boleh memperkenankannya
Layaknya sebuah mata uang logam, sisi yang satu mempunyai nilai dan
berharga dan begitu pula dengan sisi yang lainnya, pemimpin dan pengurus
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
* Mahasiswa aktif Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Aktif di organisasi
kemahasiswaan, antara lain HME FPTK UPI, HMI PTK UPI, dan ESTETIKA UPI.
Diselesaikan pada tanggal 17 Juli 2012.

You might also like