Dalam mengelola suatu organisasi/perkumpulan dibutuhkanlah beberapa orang (pengurus) yang mampu untuk menjalankan roda organisasi, sehingga apa yang telah menjadi tujuan berdirinya organisasi tersebut dapat tercapai semaksimal mungkin. Tentunya beberapa pengurus tersebut haruslah mempunyai satu orang yang dapat mengomandoi atau mengkoordinir pengurus yang lain dan lazimnya disebut dengan ketua, presiden, atau lain sebagainya. Pemimpin merupakan figure sentral bagi suatu organisasi, baik itu secara internal maupun eksternal. Secara internal, seorang pemimpin harus mampu organisasi tersebut di mata orang lain di luar komunitas atau anggotanya. menjalankan peran dan fungsinya semaksimal mungkin. Secara eksternal, seorang pemimpin merupakan representasi keadaan organisasi tersebut di mata orang lain di luar komunitas atau anggotanya, seperti sikap, wawasan, keteladanan, dan lain sebagainya. Ketika seseorang diangkat menjadi pemimpin oleh semua anggotanya, maka ketika saat itu terjadi suatu moment yang sakral. Yakni adanya suatu perjanjian atau persetujuan antara pemimpin dengan anggotanya, kebiasaan ini sering dinamakan sumpah jabatan ataupun baiat, untuk melaksanakan semua amanah yang telah diberikan semua anggota kepada pemimpinnya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu mengemban dan menjalankan amanah yang telah diembankan kepadanya. Amanah tersebut pada intinya ialah untuk tetap terus berusaha mengejawantahkan tujuan dari organisasi, guna mempertahankan eksistensinya. Dalam proses pengembanan amanah tersebut maka dapat mengakibatkan implikasi pada berbagai hal yang universal. Seperti perlakuan adil terhadap sesama anggota (pengurus), mengedepankan kepentingan bersama, pengorbanan materi dan imateri, mengorganisir semua kebutuhan organisasi, menjadi payung peneduh bagi pengurus dan anggotanya, dan masih banyak lagi lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah seorang pemimpin adalah orang terakhir dalam setiap menerima kenikmatan, kesenangan, dan lainnya diantara anggotanya. Dan pemimpin adalah orang pertama menerima setiap kesusahan, kemalangan, dan lainnya diantara anggotanya. Oleh karena itu, meskipun hanya sekedar mengemban amanah namun tugas pimpinan begitu beratnya. Tentunya dalam proses pengembanan amanah, seorang pemimpin tidak bisa untuk menjalankannya seorang diri. Dia memerlukan beberapa orang yang bisa dijadikan partner organisasi. Mereka ini biasanya disebut dengan staff atau pengurus, kuantitasnya tergantung dari jumlah kebutuhan dari organisasi. Tidak kalah pentingnya dengan seorang pemimpin, para pengurus lainnya juga mempunyai peranan penting tersendiri sesuai ranah kerjanya masing-masing dalam menjalankan roda organisasi. Tanpa pengurus lainnya, visi dan misi seorang pemimpin kemungkinan besar untuk terealisasi secara nyata sangat kecil adanya. Namun pengurus juga harus mampu mengejawantahkan apa yang dikehendaki (visi dan misi) seorang pemimpin. Oleh karena itu, satu prinsip yang harus dijadikan pedoman oleh pengurus yakni patuh dan taat terhadap pimpinan. Berkaitan hal tersebut maka dituntut kepatuhan dan ketaatan dari pengurus terhadap instruksi pimpinan. Patuh atau taat yang berarti tunduk ialah menerima segala sesuatu yang telah diinstruksikan pimpinan terhadap pengurus atau anggota secara tulus dan rela. Maksudnya ialah bahwa ketaatan dan kepatuhan disini bukan hanya sekedar melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pimpinan, tetapi juga harus ikut berperan aktif dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh pimpinan guna mencapai visi dan misi pimpinan yang selaras dengan tujuan organisasi. Dalam surat An Nisa ayat 59 disebutkan: Og^4C 4g~-.- W-EON44`-47 W-ONOgC -.- W-ONOgC4 4OcO- Ojq4 jO- 7Lg` .... W Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu .. Dari redaksi ayat dijelaskan, bahwa kita selaku mahluk Tuhan harus taat terhadap pemimpin-pemimpin kita. Namun yang perlu menjadi perhatian lebih dalam ialah tidak ada pemakaian kata taatilah sebelum kata pemimpin (ulil amri). Dan ini bisa dijadikan suatu pegangan bagi kita bahwa ada suatu pengecualian ketaatan anggota terhadap pemimpinnya. Yakni apabila instruksi atau komandonya ini bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka tidak dibenarkan untuk menaati perintah pimpinan. Tetapi di lain sisi, apabila komando dari pimpinan itu tidak mengakibatkan hal yang mengindikasikan suatu keburukan atau kemaksiatan, maka ia wajib ditaati, meskipun komando tersebut tidak disetujui bahkan disenangi oleh yang diperintah (pengurus). Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dll melalui Ibnu Umar): Seorang Muslim wajib memperkenankan dan taat menyangkut apa saja (yang diperintahkan ulul amr), suka tidak suka, kecuali bila ia diperintahkan berbuat maksiat, maka ketika itu tidak boleh memperkenankannya Layaknya sebuah mata uang logam, sisi yang satu mempunyai nilai dan berharga dan begitu pula dengan sisi yang lainnya, pemimpin dan pengurus merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. * Mahasiswa aktif Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Aktif di organisasi kemahasiswaan, antara lain HME FPTK UPI, HMI PTK UPI, dan ESTETIKA UPI. Diselesaikan pada tanggal 17 Juli 2012.