You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Siswa Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) sebagai salah satu unsur sumberdaya manusia yang potensial sangat diperlukan dalam rangka mencapai kemajuan bangsa. Para siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya demi memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat, bangsa dan negara baik masa sekarang maupun masa yang akan dating. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia (Prayitno, 13: 2004). Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian penting dari suatu pendidikan yang dijalankan di suatu sekolah. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang dialami siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meskipun pengajaran yang baik telah dilaksanakan. Pentingnya kehadiran pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah akan semakin terasa apabila pelayanan BK tersebut mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. Peranan BK di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi siswa secara optimal menuntut pelaksanaan BK di sekolah

secara efektif dan efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, dilaksanakan dalam rangka menumbuhkan pribadi siswa, maksudnya di sini adalah untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya dari segala segi. Dalam bidang bimbingan belajar misalnya, pelayanan bimbingan dan konseling dirasakan penting untuk membantu siswa mengatasi permasalahan belajarnya yang mengakibatkan ketidakefektifan kegiatan belajar peserta didik dan tidak optimalnya hasil belajarnya. Dalam proses belajar tidak selamanya berlangsung secara wajar, ada kalanya kita temukan peserta didik yang mengalami permasalahan dalam proses belajar: 1) Di ruang kelas siswa tenang mendengarkan uraian guru, 2) Hampir tidak ada siswa yang mempunyai inisiatif untuk bertanya kepada guru, 3) Sibuk menyalin apa yang ditulis dan diucapkan guru, 4) Apabila ditanya oleh guru tidak ada yang mau menjawab tetapi mereka menjawab secara bersamaan sehingga suara tidak jelas, dan 5) Siswa terkadang sibuk sendiri ketika guru menerangkan materi. Proses belajar yang ideal dan sangat baik adalah adanya interaksi yang saling timbal balik antara guru dan peserta didik, terlebih lagi dituntut keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Namun hal seperti ini tidak mudah dilaksanakan, ada banyak faktor penyebab mengapa peserta didik menjadi pasif di dalam kelas. Salah satunya adalah guru masih menggunakan teknik metode ceramah, sementara siswa hanya memperhatikan,

mendengarkan tanpa adanya umpan balik dari siswa. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton, tidak menarik dan tidak bermakna, sehingga siswa menjadi pasif.

Kepasifan siswa dapat dilihat selama proses pembelajaran. Jarang sekali ada siswa yang merespon dan berani bertanya atau berpendapat mengenai suatu materi pelajaran kepada guru yang bersangkutan, mereka lebih suka diam dan mendengar. Hal ini penulis ketahui setelah melaksanakan observasi lapangan di MTsN Sintuk selama bulan Februari-Maret 2011. Dalam proses interaksi-komunikasi antara pendidik dan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat adanya suatu aktivitas mental berfikir (kognitif), mampu menyikapi suatu peristiwa (afektif) serta berupaya menampilkannya dalam bentuk tingkah laku nyata (psikomotorik) yang dapat diwujudkan melalui keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya. Pertanyaan dan respon positif yang dirumuskan serta digunakan dengan tepat merupakan suatu alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru seyogyanya menguasai berbagai teknik bertanya yang dapat mengaktifkan tiga ranah (domain) tersebut serta guru juga hendaknya mampu mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan siswa, kemudian memberikan tanggapan positif terhadapnya. Penguasaan berbagai teknik bertanya harus disertai dengan keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan dengan baik, dilandasi sikap terbuka dan positif. Penguasaan teknik bertanya dan merespon positif merupakan suatu wahana penunjang terlaksananya cara belajar siswa aktif. Sehubungan dengan itu, tingkat pencapaian hasil belajar yang dilakukan siswa belum sepenuhnya menampakkan hasil yang mengembirakan. Hal ini didasarkan pada nilai perolehan hasil belajar siswa dalam buku legger nilai kelas VII-A di MTsN Sintuk yang peneliti peroleh dari wali kelas bersangkutan, serta pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat memberikan sejumlah materi informasi secara klasikal terdapat

sebagian siswa tidak memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh. Pada saat guru memberikan materi pembelajaran melalui pendekatan ceramah di depan kelas, masingmasing siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga mereka mengabaikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru yang bersangkutan, seperti asyik mengobrol dan berbincang dengan teman sebangku di sebelahnya. Guru perlu mengadakan perubahan metoda dan media yang digunakan pada saat memberikan materi pelajaran kepada siswa yang bersifat inovatif dan fleksibel, serta guru mampu menggunakan komunikasi secara lebih jelas dan transparan agar konsentrasi dan minat belajar siswa dapat kembali ditingkatkan selanjutnya hasil belajar siswa dapat ditunjukkan lebih baik. Penggunaan komunikasi yang efektif dalam kegiatan pembelajaran memudahkan terjadinya proses multi-interaksi antara guru ke siswa serta antara sesama siswa yang lain. Siswa dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru secara baik serta memudahkan siswa untuk menanggapi, merespon dan bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengertinya. Penggunaan komunikasi yang efektif bukan hanya diperlukan guru selama menyampaikan materi pelajaran, namun juga diperlukan siswa sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif serta dapat melatih kemampuan verbal siswa secara lebih baik lagi sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat umumnya serta di kalangan akademik khususnya. Untuk mengatasi masalah di atas, dituntut kemampuan guru terutama bagi guru pembimbing dalam memberikan layanan BK yaitu layanan informasi yang lebih baik dan kreatif dalam menciptakan kondisi yang baik dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus mampu merancang aktivitas pembelajaran yang dapat megembangkan kemampuan siswa dalam merespon dan mampu mengemukakan pendapat dan gagasan yang dimilikinya.

Dengan demikian siswa akan lebih aktif dan mampu mengkomunikasikan ide-ide dan gagasan dalam proses pembelajaran yang diikuti. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Merespon Dan Bertanya Siswa Kelas VII-A Melalui Pemberian Layanan Informasi di MTsn Sintuk Padang Pariaman.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana keaktifan siswa merespon mengenai pertanyaan guru selama proses belajar mengajar berlangsung? 2. Bagaimana keaktifan siswa bertanya mengenai pernyataan yang disampaikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung?

C. Batasan Masalah Berdasarkan keterbatasan yang peneliti miliki dan agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi penelitian ini pada: 1. Keaktifan siswa merespon terhadap setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Keaktifan siswa bertanya terhadap setiap pernyataan yang dijelaskan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

D. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk melihat keaktifan siswa merespon terhadap setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Untuk melihat keaktifan siswa bertanya terhadap setiap pernyataan yang diberikan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

E. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut : 1. Seluruh guru bidang studi terutama kelas VII-A MTsN Sintuk, sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan metode belajar yang dapat membantu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran. 2. Guru pembimbing di MTsN Sintuk, sebagai bahan masukan dalam membantu siswa agar mereka berani merespon dan berpendapat di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih aktif. 3. Peneliti sendiri sebagai bahan kajian akademik dan menambah pengetahuan lapang

BAB II KAJIAN TEORI

A. Merespon dan Bertanya Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pemberian layanan informasi adalah merespon dengn mengajukan pertanyaan (asking questio). Melalui pertanyaan-pertanyaan yang relevan, guru dapat melihat berapa jauh siswa dapat memahami apa yang telah disampaikan dan hal-hal apa saja yang masih belum dikuasai siswa. Untuk hal ini guru dapat menggunakan kata-kata kunci mengapa, bagaimana, atau dimana untuk melihat paham atau tidaknya siswa akan sesuatu yang telah diberikan sebelumnya dan berapa jauh pemahaman akan hal tersebut. Sebuah pertanyaan yang ditujukan untuk sejumlah siswa, sering kali tidak dapat dijawab oleh semua siswa. Hal ini dikarenakan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang dimiliki siswa berbeda-beda. Suherman (dalam Indra Sari, 2005: 188) mengemukakan bahwa ada beberapa

faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaian pertanyaan, adalah : a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan Diharapkan agar pertanyaan yang dikemukakan itu jelas maksudnya serta nampak benar kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lainnya. b. Kecepatan dan selang waktu (pause) Kecepatan menyampaikan pertanyaan tergantung pada jenis pertanyaan itu sendiri. c. Pembagian dan penunjukan Dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa agar diperhatikan sistem distribusinya, yaitu usahakan agar pertanyaan itu didistribusikan secara merata keseluruh ruangan kelas. Bertanya merupakan salah satu bentuk dari rasa keingintahuan seseorang atas suatu hal yang dirasa belum diketahuinya. Pertanyaan yang dirumuskan dan digunakan dengan tepat merupakan suatu alat komunikasi ampuh yang dapat digunakan oleh orang lain kepada orang lain (dalam hal ini siswa kepada guru). Karena itu, siswa seyogyanya menguasai teknik bertanya secara baik dan benar. Selain itu, guru juga hendaknya mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan siswa, kemudian memberikan tanggapan (feedback) yang positif terhadapnya. Penguasaan berbagai teknik bertanya harus disertai dengan keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan dengan baik, dilandasi sikap terbuka dan positif. Penguasaan teknik bertanya merupakan suatu wahana penunjang terlaksananya cara belajar siswa aktif.

Menurut Conny Semiawan, dkk (1992:71), beberapa fungsi pertanyaan dalam proses belajar mengajar adalah: 1. Memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa dalam berfikir untuk memecahkan suatu masalah. 2. Memberikan latihan kepada siswa untuk menggunakan informasi dan keterampilan memproseskan perolehan dalam menjelaskan atau memecahkan suatu masalah. 3. Memberikan dorongan atau mengajak siswa untuk berpikir dan memecahkan suatu masalah dengan kemampuannya sendiri. 4. Memberikan dorongan atau mengajak siswa untuk berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar. 5. Memperoleh umpan balik (feedback) dari siswa mengenai: a) Tingkat keberhasilan penyampaian bahan pelajaran b) Daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dibahas c) Ketepatan bahan pelajaran yang telah dipilih untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan (bagian-bagian dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit atau belum dipahami). 6. Merangsang rasa ingin tahu siswa. 7. Merangsang penanaman nilai-nilai tertentu. Ketika kemampuan bertanya siswa dapat terlatih dengan baik, maka akan semakin matanglah pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru. Guru pun mendapatkan umpan balik atau feedback dengan cepat dari pertanyaan siswa tersebut. Akhirnya terjadilah proses yang disebut pembelajaran aktif, dimana siswa dan guru sama-sama aktif belajar. Masing-masing saling bertanya dan menjawab sehingga suasana kelas menjadi aktif-interaktif serta

menyenangkan. Di sinilah peran guru sebagai pengarah yang mampu mengatur kelas dengan baik, memfasilitasi dan melayani kebutuhan siswa dengan sepenuh hati serta mampu menggali potensi unik yang ada pada siswa dengan optimal. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dan kepedulian yang besar terhadap pembentukan budaya bertanya kepada siswa.

Seperti yang diungkapkan oleh Eric Steven Raymond (http://Eric Steven Raymond blogspot.com), adapun cara bertanya yang baik yaitu: 1. Gunakan bahasa yang jelas dan sopan 2. Jangan asumsikan bahwa pertanyaan yang telah diberikan langsung akan mendapatkan jawaban 3. Jelaskan pertanyaan berupa masalah secara detil berikut dengan berbagai data-data yang ada 4. Buat pertanyaan secara informatif dan tidak asal panjang lebar 5. Tulis pertanyaan dengan bahasa Indonesia yang benar 6. Jangan langsung mengklaim bahwa kesalahan ada pada pihak yang lain 7. Jelaskan dan paparkan masalahnya, bukan berdasarkan tebakan 8. Buat kesimpulan setelah pertanyaan terjawab B. Layanan Informasi 1. Pengertian Layanan Informasi Layanan Informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan menerima gambaran tentang suatu permasalahan yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan suatu keputusan. Melalui layanan informasi peserta didik diberikan pemahaman tentang sesuatu hal yang berkenaan dengan pemahamannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Prayitno dan Erman Anti (1999: 266) mengatakan bahwa: Layanan informasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatau tujuan atau rencana yang dikehendaki. Pendapat yang sama diungkapkan oleh W. S. Winkel (1997: 309) Layanan informasi diadakan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan, bidang pekerjaan, bidang

perkembangan pribadi, dan sosial, supaya mereka belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa layanan informasi memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam menentukan dan merencanakan kehidupannya. Pemberian layanan informasi bagi individu semakin penting mengingat kegunaan informasi sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah laku sehari-hari, sebagai pertimbangan menetapkan arah pengembangan diri dan sebagai dasar pengambilan keputusan. Layanan informasi berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Dalam layanan ini, kepada peserta didik disampaikan berbagai informasi, informasi itu diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup dan perkembangannya. 2. Tujuan Layanan Informasi Menurut Prayitno (1997: 74) layanan informasi bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, tujuan layanan informasi adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan, bidang pekerjaan, bidang pengembangan pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang kehidupan berkeluarga, dan bidang kehidupan beragama agar peserta didik mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sehari-hari.

3. Komponen Layanan Informasi Dalam layanan informasi terlibat tiga komponen pokok. Pertama Guru BK/Konselor yaitu orang yang ahli dalam bidang pelayanan konseling. Guru BK/Konseling menguasai sepenuhnya informasi yang menjadi isi layanan, mengenal dengan baik peserta layanan dan kebutuhannya akan informasi, dan menggunakan caracara yang efektif untuk melaksanakan layanan. Kedua, peserta layanan informasi, di sekolah peserta layanan informasi adalah peserta didik. Ketiga, informasi itu sendiri. Jenis, luas, dan kedalaman informasi yang menjadi isi layanan informasi sangatlah bervariasi, tergantung pada kebutuhan para peserta layanan. (Prayitno, 2004: 4-6) 4. Asas Layanan Informasi Dalam menyelenggarakan layanan informasi diperlukan asas-asas sebagai pedoman. Pada umumnya layanan informasi merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah orang dalam suatu forum terbuka. Asas kegiatan muthlak diperlukan, didasarkan pada kesukarelaan dan keterbukaan baik dari para peserta maupun guru BK/Konselor. 5. Materi Layanan Informasi Menurut BNSP (2006: 21), materi yang diberikan dalam layanan informasi tentang perkembangan potensi, kemampuan, dan kondisi pribadi seperti: kecerdasan, bakat, dan minat. Sedangkan tentang potensi, kemampuan arah, dan kondisi karir seperti hubungan anatara minat, pekerjaan, dan pendidikan. Menurut Prayitno (1997: 76) salah satu materi yang diberikan pada siswa SMP adalah

Informasi tentang pengembangan pribadi, informasi tentang kurikulum dan proses belajar-mengajar, informasi tentang SLTA, informasi tentang jabatan, informasi tentang kehidupan keluarga, sosial-kemasyarakatan, keberagamaan, sosial-budaya, dan lingkungan. Syarat materi layanan informasi dalam bidang pengembangan kehidupan sosial yang akan diberikan kepadapeserta didik menurut Prayitno (2004: 7) adalah spesifik, jelas, rinci, mudah dipahami, sesuai dengan kebutuhan, aktual, dan bermanfaat 6. Metoda Layanan Informasi Metoda biasa dikenal dengan sebutan cara penyampaian. Dalam penyampaian layanan informasi, yang dapat digunakan menurut Heinz Kock (1995: 101) antara lain: Ceramah yaitu cara penyampaian yang dalam pelaksanaannya guru aktif atau sebagai pengendali sedangkan siswa hanya sebagai pendengar atau pasif. Tanya jawab yaitu cara penyampaian yang interaktif, guru menjadi nara sumber sedangkan siswa diperbolehkan bertanya sampai memahami apa yang disampaikan. Kerja kelompok yaitu cara penyamapaian materi pelajaran dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok mendapat tugas. Diskusi kelas yaitu cara penyampaian materi dimana siswa diberikan kebebasan untuk saling bertukar pendapat tentang materi yang akan disampaikan sedangkan guru BK/Konselor hanya berperan sebagai pengarah dan pengawas. Mengerjakan tugas sendiri yaitu cara penyampaian materi dimana peserta didik dimandirikan untuk memecahkan masalah. Menurut Prayitno dan Erman Anti (1999: 269), cara penyampaian informasi dapat dilakukan dengan ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, buku panduan dan konferensi karier. Cara penyampaian informasi yang paling biasa dipakai adalah ceramah yang diikuti dengan Tanya jawab.

C. Kerangka Konseptual Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini, maka dibuat kerangka konseptual untuk memperjelas arah dan tujuan dari suatu penelitian. Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah seperti pada gambar di samping ini:

Layanan Informasi

Siswa

Kemampuan Merespon dan Bertanya

Gambar 1. Kerangka konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, terlihat bahwa proses layanan informasi yang diberikan pada siswa sebagai salah satu jenis layanan BK yang akan membantu siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan merespon dan bertanya mereka di dalam proses belajar mengajar berlangsung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, jenis penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Wiriatmadja (2006:13) penelitian kelas adalah bagaimana guru dapat

mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas, guru mampu memperbaiki kegiatan pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Lehmann (dalam A. Muri Yusuf, 2005:83) mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Metode penelitian deskriptif ini digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan merespon dan bertanya siswa kelas VII-A melalui kegiatan bimbingan kelompok di MTsN Sintuk.

B. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTsN Sintuk. Adapun yang menjadi objek penelitian PTK ini adalah seluruh siswa kelas VII-A yang berjumlah 40 orang.

C. Karakteristik Siswa Siswa yang dijadikan subjek penelitian merupakan kumpulan individu yang unik, artinya yaitu masing-masing individu memiliki gaya belajar yang berbeda antara satu dan yang lainnya sesuai dengan kemampuan dan daya kreatifitasnya dalam belajar. Subjek penelitian dinilai memiliki kemampuan ratarata dan dikenal peribut oleh guru-guru lain yang mengajar pada saat proses belajar mengajar (PBM) berlangsung, namun dalam hal keaktifan siswa merespon dan bertanya tentang materi pelajaran yang sedang diberikan dapat dikatakan sudah baik tetapi tidak seluruh siswa yang ikut terlibat merespon dan bertanya.

D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII-A MTsN Sintuk dan waktu pelaksanaannya dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2010/2011 antara bulan Februari sampai bulan Mei 2011 selama satu jam pelajaran.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan peneliti dengan cara mempersiapkan instrumen terlebih dahulu sebelum penelitian dimulai (pra penelitian) dengan tujuan agar

peneliti dapat merancang kesesuaian instrumen berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan secara efektif dan efisien pada saat penelitian berlangsung. Adapun instrumen yang peneliti gunakan yaitu: 1. Observasi Observasi peneliti lakukan selama tiga minggu pada saat jam pelajaran BK. 2. Wawancara Wawancara peneliti lakukan untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya pada saat jam pelajaran BK berlangsung maupun suasana kegiatan belajar mengajar dengan guru lain. Wawancara dilakukan kepada sejumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian, wali kelas, guru mata pelajaran lain serta guru pembimbing kelas bersangkutan.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui cara membuat lembaran observasi siswa yang akan digunakan untuk melihat perkembangan keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya kepada guru selama proses belajar mengajar berlangsung pada saat jam pelajaran BK yang diberikan oleh guru pembimbing. Beberapa aspek yang diamati pada siswa selama siswa mengikuti proses belajar mengajar yaitu: a. Keaktifan siswa dalam merespon pertanyaan guru, meliputi: 1) Ketepatan merespon 2) Kejelasan penggunaan bahasa yang disampaikan pada saat merespon 3) Sikap dan perilaku pada saat merespon 4) Hal yang disampaikan positif

b. Keaktifan siswa dalam bertanya terhadap pernyataan guru, meliputi: 1) Ketepatan bertanya 2) Kejelasan penggunaan bahasa yang disampaikan pada saat bertanya 3) Sikap dan perilaku pada saat bertanya 4) Hal yang disampaikan positif

F. Rancangan Penelitian 1. Rancangan Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif, karena data yang akan dipaparkan adalah berbentuk data deskripsif kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam analisis data, nantinya dapat dilihat melalui perkembangan angka baik nilai hasil pembelajaran maupun persentase jumlah siswa yang telah mencapai poin tertentu. Penelitian ini dilakukan karena berhubungan dengan praktik pembelajaran, kelas VII-A merupakan kelas yang diobservasi dan dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling kelas tersebut. b. Alur Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis Mc Taggart. Penelitian tindakan kelas model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008: 45) pada hakikatmnya berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Pedoman observasi kemampuan merespon dan bertanya siswa A. Kemampuan dalam hal merespon 5. Ketepatan isi pernyataan 4. Kejelasan bahasa yang digunakan 3. 2. 1. Pendiam dan pasif

Sikap dan perilaku positif yang ditampilkan

B. Kemampuan dalam hal bertanya 5. Ketepatan isi pertanyaan 4. Kejelasan bahasa yang digunakan 3. 2. 1. Pendiam dan pasif

Sikap dan perilaku positif yang ditampilkan

G. Pelaksanaan Kegiatan 1. Siklus I


Perencanaan: Mengumpulkan informasi mengenai keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya dari guru pembimbing, membuat satlan, melakukan proses belajar mengajar secara wajar.

Refleksi: Siswa yang aktif merespon dan bertanya secara baik dan tepat pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas sebanyak 10 orang (2,5%). Kegiatan akan dilanjutkan pada siklus kedua dengan memulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan melakukan refleksi kembali melalui pemberian layanan informasi.

SIKLUS I

Pelaksanaan: Mendapatkan informasi mengenai keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya dari guru pembimbing, membuat satlan, melakukan proses belajar mengajar secara wajar.

Observasi: Melihat keaktifan siswa pada saat mencermati dan memahami materi yang diberikan oleh Siklus I Gambar 2. guru, melihat keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru.

Bertitik tolak dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada siswa kelas VII-A MTsN Sintuk secara klasikal, maka penelitian pertama belum diberikan perlakuan khusus tetapi hanya melalui kegiatan pemberian materi pelajaran BK dengan menggunakan metode ceramah sebagaimana lazimnya proses belajar mengajar berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya mengenai materi yang telah diberikan oleh guru. Berdasarkan siklus I yang tertera pada gambar 2, terdapat empat langkah kegiatan yaitu:

a) Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus I yaitu mempersiapkan: 1) Informasi mengenai keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya kepada guru pembimbing 2) Satuan layanan 3) Laporan pelaksanaan program layanan 4) Melihat kesiapan siswa untuk menerima pelajaran 5) Merumuskan tujuan instruksional khusus pada siswa b) Pelaksanaan 1) Mendapatkan informasi mengenai keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya dari guru pembimbing 2) Satuan layanan siap untuk digunakan 3) Laporan pelaksanaan program layanan menyusul kemudian

4) Siswa dirasa siap untuk menerima pelajaran 5) Tujuan instruksional khusus telah dijabarkan kepada siswa c) Observasi Pada pelaksanaan siklus pertama diperoleh hasil yang terkait dengan keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya selama mengikuti kegiatan pelajaran BK belum terlihat baik, karena sebagian siswa belum menunjukkan keaktifannya secara langsung dalam hal merespon dan bertanya yaitu hanya sebanyak sepuluh orang siswa dari 39 orang siswa (25,6%). Pada umumnya siswa hanya mampu mendengarkan penjelasan materi yang diberikan oleh guru dengan sikap mendengarkan yang cukup kondusif. d) Refleksi Berdasarkan siklus pertama yang telah dilakukan terdapat beberapa masalah, yaitu: 1) Saat pemberian materi dengan menggunakan metode ceramah, hanya beberapa orang siswa yang mampu mendengarkan dengan baik sedangkan yang lainnya melakukan kegiatan lain. 2) Hanya beberapa siswa yang mau merespon dan bertanya secara baik dan tepat seputar materi yang telah diberikan.

Dari beberapa hasil refleksi tersebut, maka akan masuk pada perencanaan siklus kedua yaitu: 1) Penggunaan tata bahasa dan kejelasaan intonasi suara peneliti ditingkatkan sehingga mudah dipahami oleh siswa

2) Akan dilakukan layanan informasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa kepada siswa guna meningkatkan keaktifan mereka dalam hal merespon dan bertanya pada saat jam pelajaran berlangsung Peneliti akan melanjutkan kembali penelitian tindakan kelas ini pada siklus kedua dengan memulai rancangan baru berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi yang didapat sebelumnya. Rancangan penelitian siklus kedua ini menggunakan metode dan cara pendekatan yang berbeda dari siklus pertama, namun tetap melalui empat tahap kegiatan yaitu (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap refleksi.

2. Siklus II

Perencanaan: Melakukan kegiatan layanan informasi, dengan pemberian chart kepada siswa membuat pedoman observasi kegiatan belajar siswa dalam hal merespon dan bertanya pada saat PBM.

Refleksi: Setelah diadakan kegiatan layanan informasi pada siswa dengan menggunakan chart, terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 25 orang (64,1%). Kegiatan akan berlanjut pada siklus ketiga dengan mengikuti tahap yang sama yaitu dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan melakukan refleksi.

SIKLUS II

Pelaksanaan: Melaksanakan layanan informasi pada siswa sebanyak dua kali dengan menggunakan chart menandai lembaran observasi keaktifan siswa dalam hal kemampuan merepon dan bertanya selama kegiatan PBM berlangsung di dalam kelas.

Observasi: Melihat keaktifan siswa pada saat mencermati dan memahami materi yang diberikan oleh guru, serta melihat keaktifan siswa dalam hal Gambar 3. Siklus II merespon dan bertanya terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru selama kegiatan PBM berlangsung.

Setelah didapatkan data mengenai keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya pada siklus I belum dirasa memuaskan, peneliti kembali melakukan penelitian pada siklus II dengan cara diberikan perlakuan khusus yaitu melalui layanan infomasi dengan menggunakan chart. Tujuan dilakukan kegiatan layanan informasi dengan menggunakan chart ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya. a) Perencanaan Perencanaan yang akan dilakukan pada siklus kedua ini yaitu: 1. Menjelaskan secara klasikal hasil sosiometri 2. Membuat chart yang menarik bagi siswa sesuai dengan hasil sosio metri tersebut yaitu cara membina hubungan baik dengan orang lain b) Pelaksanaan 1) Mendapatkan informasi mengenai keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya dari guru pembimbing 2) Satuan layanan siap untuk digunakan 3) Laporan pelaksanaan program layanan menyusul kemudian 4) Siswa dirasa siap untuk menerima pelajaran 5) Tujuan instruksional khusus telah dijabarkan kepada siswa c) Observasi Pada pelaksanaan siklus kedua diperoleh hasil yang terkait dengan keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya selama mengikuti kegiatan pelajaran BK sudah terlihat baik, karena sebagian siswa sudah menunjukkan

keaktifannya secara langsung dalam hal merespon dan bertanya yaitu hanya sebanyak 25 orang siswa dari 40 orang siswa (62,5%). Penilaian dilihat dari: 1. Bagaimana keaktifan siswa merespon terhadap materi yang sedang dibahas oleh guru 2. Bagaimana keaktifan siswa bertanya seputar materi yang telah dibahas oleh guru d) Refleksi Berdasarkan siklus kedua yang telah dilakukan terdapat beberapa masalah, yaitu: 1) Saat pemberian materi dengan menggunakan metode tanya jawab dan media pembelajaran berupa chart , sudah lebih dari setengah siswa yang merespon dan bertanya mengenai materi yang diberikan.sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kegitan lain. 2) Setengah dari siswa yang mau merespon dan bertanya secara baik dan tepat seputar materi yang telah diberikan. Berdasarkan siklus kedua yang telah dilakukan, didapatkan

peningkatan jumlah siswa yang aktif merespon dan bertanya kepada guru pada saat jam pembelajaran berlangsung, yaitu dari 10 orang siswa (25,6%) menjadi 25 orang siswa (64,1%). Hal ini merupakan peningkatan yang cukup berhasil dilakukan kepada sejumlah siswa asuh, kegiatan selanjutnya akan dilanjutkan pada siklus ketiga dengan dimulai dari sebuah perencaan awal yang baik demi tercapainya kompetensi dan tujuan yang telah dikehendaki bersama.

3. Siklus III
Perencanaan: Menempatkan siswa yang kurang aktif pada tempat duduk paling depan, memberikan reward dan reinforcement bagi siswa yang berani menunjukkan partisipasi untuk merespon dan bertanya, merangsang keaktifan siswa untuk merespon dan bertanya melalui permainan petak johari pada saat PBM.

Refleksi: Setelah diberikan reward dan reinforcement pada siswa selama kegiatan PBM serta pemberian permainan petak johari , terjadi peningkatan yang sangat baik yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) dari sebelumnya hanya 25 orang siswa (64,1%) dari 39 orang siswa dalam satu kelas.

SIKLUS III

Pelaksanaan: Melaksanakan kegiatan PBM dengan memberikan materi tentang evaluasi diri pada siswa, menempatkan siswa pada tempat duduk depan, memberikan petak johari, mengisi lembaran observasi keaktifan siswa dalam hal kemampuan merepon dan bertanya selama kegiatan PBM berlangsung.

Observasi: Melihat keaktifan siswa pada saat mencermati dan memahami materi yang diberikan oleh guru, serta melihat keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya terhadap materi dan permainan petak johari yang telah disampaikan oleh guru selama kegiatan PBM berlangsung.

Gambar 4. Siklus III Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus ketiga ini bertujuan untuk menyempurnakan hasil kegiatan sebelumnya pada siklus kedua, pelaksanaan siklus ketiga berupa pemberian penghargaan (reward) dan penguatan (reinforcement) kepada masing-masing siswa yang berani untuk memberikan respon dan bertanya pada saat jam pelajaran berlangsung tanpa memberikan tindakan hukuman (punishment) bagi siswa yang tidak menunjukkan keaktifannya dalam hal merespon dan bertanya. Diharapkan terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada siswa setelah diberikan

reward dan reinforcement, sehingga siswa dapat lebih aktif lagi untuk merespon dan bertanya pada saat jam pelajaran berlangsung.

a) Perencanaan Perencanaan yang akan dilakukan pada siklus III ini yaitu: 1. Menempatkan siswa yang kurang aktif pada tempat duduk bagian depan 2. Menyampaikan materi tentang konsep diri 3. Memberikan reward dan reinforcement pada siswa yang berani untuk merespon dan bertanya saat proses belajar mengajar berlangsung 4. Memberikan permainan petak johari dengan tujuan untuk merangsang keaktifan merespon dan bertanya siswa b) Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pada siklus III ini berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya yaitu: 1. Menempatkan siswa yang kurang aktif pada tempat duduk bagian depan 2. Menyampaikan materi tentang konsep diri 3. Memberikan reward dan reinforcement pada siswa yang berani untuk merespon dan bertanya saat proses belajar mengajar berlangsung 4. Memberikan permainan petak johari dengan tujuan untuk merangsang keaktifan merespon dan bertanya siswa c) Observasi Setelah pelaksanaan kegiatan pada siklus ketiga selesai yaitu pemberian layanan informasi tentang konsep diri, melakukan permainan petak

johari serta pemberian reward dan reinforcement kepada siswa yang mau serta aktif merespon dan bertanya. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan observasi serta mengisi lembaran observasi tersebut berdasarkan hasil pelaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini tampak antusias siswa untuk mencermati dan memahami materi pelajaran, memberikan respon dan pertanyaan kepada guru mengenai materi yang sedang dibahas, serta ikut terlibat aktif dalam permainan petak johari. Perolehan dari hasil pelaksanaan kegiatan yang telah peneliti lakukan pada siswa didapat bahwa dari semula 25 orang siswa (64,1%) yang aktif merepon dan bertanya selama siklus kedua diadakan, sekarang meningkat menjadi 35 orang siswa (89,7%) dari 39 orang siswa dalam satu kelas. d) Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus ketiga didapatkan perolehan peningkatan dari 25 orang siswa (64,1%) menjadi 35 orang siswa (89,7%) yang aktif merespon dan bertanya kepada guru. Berdasarkan hasil yang diperoleh terhadap keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap siklus (siklus I, II dan III) menunjukkan keberhasilan yang cukup mengembirakan dalam setiap pelaksanaan layanan informasi terhadap peningkatan kemampuan merespon dan bertanya siswa di dalam kelas.

H. Analisis Data Hasil penelitian terhadap kemampuan merespon dan bertanya siswa kelas VII-A MTsN Sintuk yang berjumlah 39 orang, yaitu: 1. Pada siklus pertama sebelum diberikan perlakuan khusus, jumlah siswa yang mampu menunjukkan kemampuan merespon dan bertanya sebanyak sepuluh orang (25,6%) dari 39 siswa 2. Pada siklus kedua dalm pemberian layanan informasi dengan menggunakan chart jumlah siswa yang aktif merespon dan bertanya meningkat menjadi 25 orang (64,1%) dari sepuluh orang (25,6%). 3. Pada siklus ketiga setelah diberlakukan pemberian reward dan reinforcement dan permainan petak johari, total siswa yang mampu menunjukkan kemampuan merespon dan bertanya secara baik dan positif semakin meningkat menjadi 35 orang (89,7%) yang sebelumnya hanya berjumlah 25 orang (64,1%) dari 39 orang siswa. Penilaian hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti selama tiga siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Gambaran hasil kegiatan siklus I, II dan III (jumlah siswa = 39 orang) No. 1 2 3 Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Siswa Aktif 10 orang 25 orang 35 orang Siswa tidak Aktif 29 orang 19 orang 4 orang Persentase (%) 25,6 % 64,1 % 89,7 %

Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa aktif yang mampu menunjukkan kemampuan dalam hal merespon dan bertanya sebelum diberikan perlakuan khusus pada siklus I hanya berjumlah sepuluh orang dari 39 orang siswa (25,6%), pada siklus II setelah diadakan kegiatan bimbingan kelompok sebanyak dua kali pertemuan pada setiap kelompok nampak terjadi peningkatan menjadi 25 orang dari 39 orang siswa (64,1 %) dan pada siklus III diperoleh hasil sebanyak 35 orang dari 39 orang siswa (89,7 %) yang mampu menunjukkan keaktifan merespon dan bertanya di dalam kelas setelah diberikan reward, reinforcement dan permainan petak johari

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti, maka dapat diberi kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan merespon dan bertanya dibutuhkan oleh seluruh siswa untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan serta merupakan salah satu upaya untuk melatih kemampuan perbendaharaan verbal mereka. 2. Keterampilan merespon dan bertanya melatih siswa untuk dapat berfikir secara kritis dan cermat berdasarkan pertanyaan/pernyataan mengenai seputar materi yang diberikan oleh guru. 3. Melalui penggunaan keterampilan merespon dan bertanya secara baik dan benar akan meningkatkan pengetahuan siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan lebih memahami dari apa yang telah disampaikan oleh guru. 4. Sebagai seorang pendidik, baik guru mata pelajaran maupun konselor sekolah selalu berusaha meningkatkan keaktifan siswa dalam hal merespon dan bertanya karena akan meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif siswa. 5. Kemampuan merespon dan bertanya siswa akan meningkat apabila guru mampu berusaha untuk mengajak siswa berani mengemukakan pendapatnya secara langsung serta menghargai setiap pernyataan/pertanyaan yang diberikannya tanpa adanya diskriminasi di dalam kelas.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas terdapat beberapa saran yang dirasa perlu dipertimbangkan, yaitu: 1. Pendidik khususnya konselor sekolah hendaknya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa/peserta didik untuk dapat menunjukkan kemampuannya dalam hal merespon dan bertanya secara baik dan positif. 2. Pendidik hendaknya lebih banyak memberikan penguatan (reinforcement) dan meniadakan pemberian hukuman (punishment) kepada siswa agar siswa merasa dihargai serta dapat lebih meningkatkan kemampuan belajarnya. 3. Pendidik hendaknya selalu berusaha untuk mengadakan komunikasi multiinteraksi kepada siswa baik pada saat pemberian materi pelajaran di jam pelajaran berlangsung maupun di luar jam pelajaran. 4. Instansi sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan sepenuhnya terhadap kegiatan yang dilakukan oleh konselor sekolah.
5. Pentingnya kerjasama yang dilakukan antara pihak sekolah, guru mata

pelajaran dan konselor sekolah guna meningkatkan pengembangan potensi siswa sehingga siswa memiliki kompetensi yang unggul, cerdas dan berprestasi.
6. Konselor sekolah untuk dapat memberikan sejumlah layanan yang benar-

benar tepat serta sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan siswa.

You might also like