You are on page 1of 2

Albumin untuk Pengobatan Suportif dalam Terapi Kanker Hari Rabu, tanggal 3 Februari lalu, dalam acara KONAS

PERHOMPEDIN di Hotel Borobudur, Jakarta, PT. Dipa Pharmalab Intersains memperkenalkan dua produknya, yaitu Plasbumin 20%, USP dan Plasmanate 5%, USP. Plasbumin dan Plasmanate merupakan merek dagang cairan solutio yang berisi protein plasma. Kandungan protein plasma terbanyak dalam solutio tersebut adalah albumin, yang merupakan protein plasma darah dengan jumlah terbanyak dalam tubuh manusia. Sifatnya larut air. Albumin dibentuk oleh hati dan tidak terglikosilasi. Dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 3,4-5,4 gram albumin dalam tiap desiliter plasma darah. Dalam darah, albumin akan mengikat air, kation (Ca2+,
Na and K ), asam lemak, hormon, bilirubin, tiroksin (T4) dan obat-obatan (termasuk barbiturat), serta membantu transfer obat-obatan dan berbagai bahan tersebut. Fungsi utama dari albumin adalah mengatur tekanan osmotik koloid darah. Terdapat beberapa jenis albumin manusia, antara lain adalah -fetoprotein atau -fetoglobulin pada bayi, afamin atau -albumin, vitamin D binding proteins, dan sebagainya.
+ +

Kandungan kedua jenis solutio yang dipasarkan oleh PT. Dipa diatas adalah cairan solutio dengan fraksi protein plasma 5% yang mengandung 2,5 gram protein plasma dalam tiap 50 ml solutio (atau 5 gram protein plasma dalam tiap 100ml) dengan natrium karbonat sebagai buffer, serta natrium caprylate 0,004 M dan asetiltriptofan 0,004 M sebagai stabilizer. Fraksi protein plasma 5% tersebut terdiri dari 88% albumin manusia normal, 12% alfa dan beta globulin, serta 1% gamma globulin. Sedangkan cairan solutio dengan fraksi protein plasma 20% yang mengandung 10 gram protein plasma dalam tiap 50 ml solutio (atau 20 gram protein plasma dalam tiap 100ml) dalam dengan natrium karbonat sebagai buffer, serta natrium caprylate 0,016 M dan asetiltriptofan 0,016 M sebagai stabilizer. Kandungan elektrolit setiap 100 ml solutio adalah 145 mEq/L natrium, 0,25 mEq/L kalium, dan 100 mEq/L klorida. Keduanya tidak mengandung pengawet apapun dan merupakan larutan steril yang diberikan secara intravena. Dalam pengobatan, albumin biasanya dipakai untuk pasien-pasien dengan volume darah yang rendah seperti shock hipovolemik yang disebabkan oleh cedera berat, luka bakar berat, pembedahan, dan pendarahan berat. Pada pasien dengan kadar protein darah yang rendah (hipoproteinemia) yang disebabkan oleh gagal hati akut, sirosis hepar, kanker hati, neonatus dengan penyakit hemolitik, nefrosis akut, ARDS, pembedahan jantung, dialisis renal, terapi kanker, serta untuk mengurangi edema yang disebabkan oleh rendahnya kadar protein darah tersebut. Bagaimana cara kerjanya? Albumin yang terkandung dalam akan meningkatkan kadar protein plasma darah secara langsung. Setiap 50 ml solutio albumin 20% memberikan tekanan onkotik yang sama dengan 200 ml citrated plasma. Jika diberikan pada pasien dengan hidrasi yang baik, solutio albumin 20% akan menarik kurang lebih 125 ml hingga 140 ml cairan extravaskuler ke dalam pembuluh darah dalam waktu 15 menit karena cairan ini bersifat hiperonkotik. Solutio albumin 20% akan mengurangi edema jaringan, mengurangi viskositas darah, dan mengencerkan darah dengan relatif cepat. Selain itu, kadar serum albumin yang meningkat berarti alat transportasi obat-obatan dan nutrisi juga meningkat, sehingga akan memperbaiki keadaan umum pasien dan meningkatkan efektivitas pengobatan pasien. Pasien kanker seringkali mengalami keadaan yang disebut cachexia, dimana pasien mengalami kekurangan kalori dan nutrisi yang berat, karena tingginya metabolisme yang dialami oleh pasien

kanker serta terjadi pembentukan jaringan kanker yang baru setiap harinya. Pada pasien kanker yang mengalami cachexia ini, metabolisme obat kanker yang dikonsumsi oleh pasien akan menurun, karena kurangnya protein plasma darah, kadar albumin yang berfungsi sebagai pembawa obat-obat kanker ke hepar, sebagai tempat metabolisme obat tersebut, rendah, walaupun kadar obat dalam darah sudah mencukupi, tetapi obat tidak akan berfungsi optimal. Selain itu, karena keadaan gizinya yang buruk, imunitas pasien akan menurun, sehingga pasien akan rentan terhadap infeksi oportunistik. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya diberikan protein plasma tambahan secara intravena. Sedangkan solutio albumin 5% memiliki tekanan onkotik yang sama dengan tekanan onkotik normal plasma darah atau iso-onkotik dan isotonik, sehingga akan meningkatkan volume darah sesuai dengan volume solutio albumin yang diberikan dan diberikan sebagai terapi syok hipovolemik, dehidrasi, dan infeksi. Jangan berikan solutio albumin jika pasien memiliki nefrosis ginjal kronik, sirosis hepar kronik, malabsorpsi, protein-losing enteropathies, insufisiensi pankreas, kekurangan nutrisi, anuria renal serta post-renal. Solutio ini dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki alergi terhadapnya, gagal jantung kongestif, anemia kronik yang stabil, dan insufisiensi ginjal. Sedangkan efek samping yang dapat timbul adalah syok anafilaksis, gangguan kesadaran (confusion), sakit kepala, takikardia, bradikardia, hipertensi, flushing, dyspnea, mual, muntah, urticaria, pruritus, edema angioneurotikum, eritema, demam, mengigil, gangguan pernafasan, dan karena terbuat dari plasma albumin manusia, ada kemungkinan rendah mengandung virus (Parvovirus B19 dan virus Hepatitis A). Solutio ini termasuk kategori C untuk penggunaan dalam kehamilan. (DIPN)

You might also like