You are on page 1of 3

Mulailah Matikan Ponsel Anda!

Melly Febrida

10/05/2011 13:05 | Gaya Hidup

Liputan6.con, London: "Matikan ponsel Anda dan hidupkan waktu dengan keluarga". Itulah pesan untuk orangtua yang melek teknologi di tengah-tengah kekhawatiran akibat kesibukan mereka dengan gadget yang selalu mendampingi mereka. Terkadang orangtua secara tak sadar mengabaikan anak-anak mereka karena asyik bermain dengan telepon seluler (ponsel) sambil ber-SMS, buka Twitter, surfing internet maupun bercakap-cakap di telepon. Kini demi perkembangan anak, orangtua didesak mengalokasikan waktu untuk bebas dari teknolog setiap harinya, seiring dengan bangkitnya smartphone yang memakan waktu dalam keluarga, Selasa (10/5) Kirim SMS sambil mendorong ayunan, berbicara di telepon saat jalan-jalan dengan anak atau membuka Facebook di taman merupakan bentuk gangguan saat orangtua bersama keluarga. Ahli Keselamatan telah memperingatkan kurangnya perhatian orangtua bisa menempatkan anak-anak mereka dalam bahaya. Psikolog anak, Sally-Anne McCormack mengatakan teknologi semakin berdampak pada keluarga. "Kadang-kadang orangtua perlu untuk mencabut dan memasang kembali diri mereka lebih banyak untuk keluarga. Sisihkan waktu yang berkualitas," katanya. "Beberapa orangtua mungkin berpikir karena mereka berada di taman bermain, mereka menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak-anak mereka. Tetapi jika mereka bermain game di ponsel mereka atau melakukan beberapa pekerjaan, mereka sebenarnya tidak ada di sana," ujarnya. "Anak-anak bisa merasakan mereka dianggap tidak penting oleh orangtuanya jika mereka merasa terus-menerus diganggu," tegasnya. Ahli parenting Kathy Walker, mengatakan orangtua tidak harus selalu menanggapi SMS atau panggilan telepon sesegera mungkin. "Orangtua tidak selalu sadar akan hal itu, tapi mereka bertugas untuk bekerja dan bersosial 24/7 (24 jam dalam 7 hari)," katanya.

"Kami telah menjadi lebih dan lebih jauh dari anak-anak kami ... Alat-alat seperti iPhone dan laptop membiarkan orangtua menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka," ujarnya.(CourirMail/MEL)

Astaga! Ada Payudara Berbobot 25 Kg


Desliana Carolina

(www.fanpix.net) 13/05/2011 12:13 | Gaya Hidup Liputan6.com, Minnesota: Seorang wanita asal Minnesota, Amerika Serikat, memiliki payudara yang kabarnya menjadi yang terbesar di dunia. Dengan berat 25 kilogram dan ukuran mencapai 164 XXX, payudaranya itu membuatnya mendadak tenar. Chelsea Charms, merupakan model dan penari telanjang yang memiliki payudara berukuran super jumbo. Charms yang memang terlahir dengan ukuran payudara yang tidak biasa. Ia mengaku aset terpentingnya itu telah mendatangkan banyak perhatian dan ia mencintainya. Charms bahkan menamai payudaranya dengan nama "Itsy dan Bitsy". Payudara Charms tidak serta-merta besar dengan sendirinya. Proses implan yang dikenal dengan sebutan polypropylene membantunya untuk mendapatkan ukuran payudara yang diinginkannya. "Aku tidak pernah merencanakan jadi sebesar ini. Aku membesarkan payudaraku karena aku ingin menjadi penari fitur. Penari fitur di mata orang awam adalah seorang penari eksotik profesional dan ukuran payudara merupakan salah satu kualifikasi. Sebelumnya aku berukuran D dan malu untuk mengakuinya semasa sekolah. Setelah lulus aku belajar untuk menghargai bentuk tubuhku," aku Charms. Meski senang karena mendapatkan banyak perhatian, Charms mengaku sedih karena kesulitan melakukan hal-hal tertentu. "Aku kesulitan untuk menggunakan toilet pesawat. Makan juga menjadi masalah karena aku harus duduk begitu jauh dari makananku," imbuhnya.(TheSun/MEL)

Body Language Menentukan Status Ekonomi?


Desika Pemita

(www.biojobblog.com) 12/05/2011 22:09 | Gaya


Hidup

Liputan6.com, California: Dari "Body Language" biasanya sifat dasar seseorang akan terlihat. Namun, siapa sangka jika gerak tubuh orang itu juga bisa menentukan status ekonomi. Newslite mewartakan, Rabu (11/5), para peneliti di Universitas California, Amerika Serikat, mengungkapkan gaya berjalan atau berjabat tangan juga bisa mengetahui tingkat kekayaan, pendidikan, dan pekerjaan seseorang. Penelitian tersebut berdasarkan satu kali wawancara dengan para responden. Hasilnya, orang kelas menengah ke bawah biasanya kurang "pede" saat berhadapan dengan orang lain. Orang berasal dari tingkat ekonomi ini bisanya cenderung lebih gelisah, sehingga memainkan benda-benda pribadi di sekitar mereka saat sesi tanya-jawab. Sementara itu, orang kelas atas biasanya lebih mandiri dengan kepercayaan diri yang tinggi. "Orang-prang kelas atas yang memiliki akses ke lembaga-lembaga bergengsi cenderung tidak bergantung kepada orang lain. Kurangnya ketergantungan biasanya ditampilkan dalam perilaku nonverbal mereka selama interaksi sosial," kata Michael Kraus, psikolog dari Universitas California, Amerika Serikat.(newslite/ULF)

You might also like