You are on page 1of 12

Working Paper Series No.

13 Juli 2007, First Draft

EVALUASI PENGELOLAAN KUALITAS AIR BERSIH OLEH PETUGAS SANITASI PUSKESMAS DI KABUPATEN BUNGO

Asmustawa, Agus Suwarni

Katakunci: pengelolaan pengawasan kualitas air inspeksi sanitasi

-Tidak Untuk DisitasiProgram Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Evaluation of Clean Water Quality Management by Puskesmas at Bungo


Asmustawa, Agus Suwarni

ABSTRACT
Background: Health Act No. 23, 2003 states that health development is aimed at increasing awareness, willingness and ability to live healthily for all people in order to actualize optimum health status of the community. To achieve the aim an effort has been made through water sanitation by controlling quality of water through sanitation inspection. The control of quality is followed by activities of improving water quality, guiding people on use of water and maintaining the quality of water from pollution through community's participation. Sanitation inspection is carried out by sanitation staff of community health center by checking clean water facilities monthly. Objectives: The objective of the study was to find out whether sanitation staff had implemented control management of the quality of water deriving from wells according to specified procedures. Method: This was an explorative case study which used qualitative method to evaluate the management of clean water quality control by sanitation staff of community health center. Primary data were obtained from indepth interview and observation whereas secondary data were obtained from checklist of water quality control and environmental health activity documents. Result: The result of the study showed that the implementation of clean water quality control management by sanitation staff of community health center had not been based on specified procedures. This was indicated from the fact that the staff did not use inspection form when they were doing inspection. Both head of community health center and head of the village also had similar statement about such incompliance. Besides based on the result of checklist observation to supporting documents of sanitation staff's activities, most of community health centers did not have documents on environmental health registration (100%), there was no document on sanitation staff's visit to villages (8.75%), there was no document on sanitation inspection form which indicated that staff had done inspection (75%) there was no list indicating that staff had attended outside office inspection (100%), there was no document (100%) of letter of duty issuance to indicate visits to villages (87.5%) and there was no activity planning of sanitation staff within a year (75%). Conclusion: The implementation of water quality control management had not been operated as the specified documents. Keywords: quality of water, sanitation inspection, water sanitation

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Latar Belakang Sesuai Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Air bersih yang digunakan harus mencukupi kebutuhan sehari-hari dan memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik fisik, bakteriologis maupun kimia. Persyaratan kualitas di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas telah diupayakan suatu pendekatan penyehatan air. Pendekatan penyehatan air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air melalui inspeksi sanitasi, kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air. Kegiatan ini bertujuan untuk pengamanan kualitas air dari risiko pencemaran dengan melibatkan peranserta masyarakat1. Peran petugas Sanitasi Puskesmas beserta Kepala Puskesmas sangat menentukan keberhasilan cakupan pelaksanaan inspeksi sanitasi di wilayah Puskesmas selama satu tahun. Petugas Sanitasi dan Kepala Puskesmas kurang memahami akan pentingnya inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih, maka cakupan inspeksi sanitasi tidak akan memenuhi target yang ditetapkan. Sementara pada pertemuan tiga bulanan Petugas Sanitasi Puskesmas se-Kabupaten Bungo pada awal Maret 2005, telah menetapkan target cakupan inspeksi sanitasi 75% di dalam satu wilayah Puskesmas. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui sejauh mana petugas Sanitasi telah melaksanakan pengelolaan pengawasan kualitas air bersih sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk melihat tingkat pengetahuan dan tindakan petugas Sanitasi dalam pengelolaan pengawasan kualitas air bersih, mengetahui sarana/prasarana apa saja dalam menunjang pengelolaan pengawasan kualitas air bersih di Puskesmas, mengetahui seberapa besar dukungan dana untuk pengelolaan pengawasan kualitas air bersih dan melihat peran supervisi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan untuk meningkatkan pemahaman dan tindakan petugas Sanitasi dalam pengelolaan pengawasan kualitas air bersih. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi kasus eksploratif dengan metode kualitatif menggunakan rancangan tunggal terpancang. Rancangan ini untuk mengevaluasi pengelolaan pengawasan kualitas air bersih oleh Petugas Sanitasi Puskesmas. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada Petugas Sanitasi Puskesmas, Kepala Puskesmas, Kepala Desa selaku wakil dari masyarakat, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kepala Dinas

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Kesehatan, observasi lapangan dilakukan menggunakan check list dokumen kegiatan pengawasan kualitas air di Puskesmas. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Hasil Penelitian Sumber Daya Manusia Pengetahuan petugas sanitasi terhadap pengelolaan pengawasan sarana air bersih diperoleh dari pendidikan, buku-buku pedoman masalah kualitas air, pembinaan Dinas Kesehatan melalui pertemuan evaluasi program kesehatan lingkungan, dan kunjungan petugas Dinas Kesehatan saat supervisi. Tindakan petugas Sanitasi dalam melakukan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih belum optimal, keadaan ini terlihat dari hasil inspeksi sanitasi yang telah dilakukan tidak tercatat di dalam formulir dan buku register kesehatan lingkungan. Keadaan ini dibuktikan setelah peneliti mengadakan cross check terhadap dokumen petugas Sanitasi dan menemukan bahwa 75% Puskesmas tidak memiliki arsip formulir inspeksi sanitasi dan 100% tidak memiliki buku register kesehatan lingkungan. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas menyebutkan buku register kesehatan lingkungan tidak ada di Puskesmas karena Dinas Kesehatan tidak pernah mendroping buku tersebut. Pengambilan dan pengiriman sampel air bersih di Puskesmas masih melibatkan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo, karena peralatan di Puskesmas belum tersedia. Hal ini disebabkan Puskesmas sebagai pelaksana dari Dinas Kesehatan dan keadaan ini tentu mempengaruhi perencanaan pengambilan sampel air. Perbaikan dan penyuluhan sarana air bersih dilaksanakan terhadap sarana dan petugas air bersih yang mempunyai tingkat risiko pencemaran tinggi dan amat tinggi. Penyuluhan dilaksanakan pada temu karya desa dalam rangka pemberian stimulan bahan material untuk membahas permasalahan kualitas air bila ada proyek. Penyuluhan di temu karya desa hanya dilaksanakan jika tidak ada kegiatan proyek penyuluhan kelompok di posyandu. Sarana/prasana Pengelolaan Pengawasan Kualitas Air Bersih Sebanyak 62,5% Puskesmas sudah tersedia sarana dan prasarana dalam pengelolaan pengawasan kualitas air bersih seperti buku-buku, leaflet, poster, formulir inspeksi sanitasi, dan buku petunjuk pengawasan kualitas air. Sebagian kecil masih ada kekurangan seperti Water Test Kit atau Sanitarian Kit dan kendaraan dinas bagi petugas. Keadaan tersebut tidak menjadi kendala petugas untuk melaksanakan pekerjaan karena pengambilan dan pengiriman sampel air bersih di Puskesmas masih melibatkan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Ketersediaan Dana Ketersediaan dana dalam pengawasan kualitas air bersih bagi Puskesmas sangat kurang. Sebagian besar Puskesmas yaitu 59,4% memperlihatkan adanya bukti dokumen dukungan dana dan kucuran dana dari Dinas Kesehatan, namun nilainya tidak begitu besar kemudian datangnya dana juga sering terlambat. Keterlambatan yang terjadi membuat Puskesmas kewalahan mengalokasi dananya setelah dananya cair karena kegiatan telah dilaksanakan. Sementara dana yang bersumber dari APBN, biasanya teralokasi di Dinas Kesehatan Provinsi, nantinya Dinas Kesehatan Provinsi yang mengalokasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten setelah melalui lobi-lobi di Provinsi. Manajemen Pengelolaan Pengawasan Kualitas Air Bersih Manajemen pengelolaan pengawasan kualitas air bersih oleh petugas Sanitasi di Puskesmas masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Keadaan ini dapat dibuktikan dari 71,9% Puskesmas tidak memiliki buku registrasi kesehatan lingkungan, buku kerja petugas Sanitasi, arsip formulir inspeksi sanitasi yang sudah terisi, absen dinas luar petugas Sanitasi dan rencana kerja tahunan. Terkadang prosedur kerja seperti ini dianggap sepele oleh petugas Sanitasi Puskesmas, namun pengaruhnya cukup besar dalam menunjang pelaksanaan pengawasan kualitas air bersih. Tanpa adanya prosedur kerja yang baik dalam suatu organisasi dapat mempengaruhi hasil kerja yang telah dilaksanakan. Hal tersebut maka hasil pekerjaan petugas Sanitasi yang dilaporkan setiap bulan masih diragukan kebenarannya karena tidak didukung oleh bukti-bukti administrasi yang meyakinkan, seperti adanya pencatatan hasil bukti kunjungan lapangan. Pelaksanaan Supervisi Dinas Kesehatan Pelaksanaan supervisi oleh Dinas Kesehatan kepada Petugas Sanitasi Puskesmas 65,63% menyatakan ada supervisi, dimana dalam pelaksanaannya memberikan bimbingan teknis kepada Petugas Sanitasi Puskesmas. Materi yang disampaikan kepada Petugas Sanitasi juga disampaikan kepada Kepala Puskesmas disamping itu Dinas Kesehatan juga selalu memberikan feed back kepada Puskesmas. Frekuensi pelaksanaannya tidak rutin dilaksanakan 3 bulan sekali, keadaan ini dapat dilihat bahwa 87,5% Puskesmas menyatakan pelaksanaan supervisi Dinas Kesehatan tidak dilaksanakan 3 bulan sekali. Materi supervisi yang disampaikan adalah masalah laporan bulanan dan kemajuan fisik dari kegiatan proyek yang dilaksanakan. Hasil yang diinginkan adalah proyek yang ada harus mendukung pelaksanaan program, sehingga sangat wajar bila supervisi dari Dinas Kesehatan terkesan hanya untuk menandatangani SPPD sebagai bukti pertanggungjawaban ke Pemerintah Daerah.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Pembahasan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia tenaga Sanitasi di Puskesmas meliputi pengetahuan dan tindakan dalam inspeksi sanitasi sarana air bersih, pengambilan/pengiriman sampel air bersih. Perbaikan dan penyuluhan sarana air bersih belum berjalan sebagaimana petunjuk yang diberikan oleh Dinas Kesehatan. Hampir semua Petugas PusKesmas sudah memahami tentang inspeksi sanitasi. Mereka sudah memahami dari pendidikan, buku-buku petunjuk pengawasan kualitas air, bimbingan teknis petugas Dinas Kesehatan, tetapi dalam tindakan pelaksanaan dilapangan petugas tidak menggunakan formulir inspeksi sanitasi, sebagaimana pernyataan Kepala Puskesmas KK X (HAS. 6), beliau mengatakan ; ........Petugas Sanitasi Puskesmas tidak melaksanakan pengawasan kualitas air bersih sesuai dengan petunjuk yang ada.......hal ini terlihat dari pada waktu mereka kelapangan tidak membawa formulir inspeksi sanitasi..... seharusnya formulir inspeksi sanitasi harus diisi sesuai dengan yang di inspeksi....petugas turun hanya sekedar melihat secara kasat mata saja....... Pengambilan/pengiriman sampel yang dilaksanakan oleh petugas Sanitasi Puskesmas mengikuti perintah Dinas Kesehatan, akibatnya Puskesmas tidak punya wewenang untuk menentukan besaran sampel yang diambil. Penentuan jumlah sampel harus berpedoman kepada jumlah tingkat risiko pencemaran Rendah dan Sedang, sebagaimana pernyataan Kepala Dinas Kesehatan (AM. 10) sebagai berikut : ........Fungsi Puskesmas sebagai pelaksana dari Dinas Kesehatan, maka terhadap peralatan yang ada memang masih di Dinas Kesehatan, bila kemampuan sumber daya dan kelengkapan peralatan sudah mencukupi mungkin Puskesmas bisa dilepas..... Depkes menyatakan bahwa pengambilan sampel air berdasarkan hasil inspeksi sanitasi. Sampel air yang akan diambil hanya dari sarana air bersih dengan tingkat risiko pencemaran Rendah dan Sedang. Sarana air bersih dengan tingkat risiko pencemaran Amat Tinggi dan Tinggi tidak perlu diambil sampel airnya untuk pemeriksaan laboratorium tapi langsung dilakukan tindakan2. Perbaikan/penyuluhan sarana air bersih yang dilakukan oleh petugas Sanitasi Puskesmas biasanya dilaksanakan pada waktu pelaksanaan posyandu dengan sasaran ibu-ibu pengunjung posyandu, penyuluhan ini dapat dilaksanakan secara kelompok atau individu. Secara kelompok sebelum pendaftaran dimulai dilaksanakan penyuluhan kesehatan lingkungan sedangkan secara individu yaitu setelah pengisian

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

kartu menuju sehat atau pada waktu ibu-ibu berhadapan dengan petugas kesehatan. Penyuluhan seperti ini kurang efektif karena konsentrasi ibuibu tertuju pada anak-anak yang dibawanya, bila anaknya menangis tentu apa yang disampaikan tidak akan bisa diterima. Penyuluhan pada waktu kunjungan rumah juga dapat melihat secara langsung permasalahan kesehatan misalnya pada sarana air bersih sumur gali mana yang baik mana yang kurang baik. Cara seperti ini membuat objek yang menjadi masalah dapat dilihat secara langsung, sebagaimana pernyataan Kepala Desa LL (HF.3), beliau mengatakan; .......Selama ini jarang sekali kelihatan petugas Sanitasi melakukan pengelolaan pengawasan kualitas air bersih dengan mendatangi rumah-rumah penduduk, petugas Sanitasi datang ke desa hanya pada waktu pelaksanaan posyandu..... Menurut Depkes, penyuluhan kepada keluarga-keluarga dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah. Kunjungan rumah ini bisa bersifat efektif, karena pesan-pesan yang disampaikan dapat benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan masalah kesehatan lingkungan dari masing-masing keluarga tersebut. Disamping itu ibu/keluarga tersebut bebas, mengemukakan pendapat dan bertanya3. Sebaik apapun disain dan prosedur sebuah pelayanan, akhirnya tetap para petugas pelayanan yang harus berhadapan muka secara langsung dengan para pelanggan dan merupakan saat yang berharga. Penilaian pelanggan terhadap mutu sebuah layanan sebagian besar terjadi ketika mereka bertemu muka secara langsung dengan petugas pelayanan4. Sarana/prasana Pengelolaan Pengawasan Kualitas Air Bersih Sarana/prasarana dalam pengelolaan pengawasan kualitas air di Puskesmas sebagian besar sudah dirasa cukup. Keadaan ini dapat dilihat dari tersedianya buku-buku, leaflet, poster, formulir inspeksi sanitasi dan buku petunjuk pengawasan kualitas air. Tersedianya formulir inspeksi tidak menjamin bahwa pelaksanaan inspeksi sarana air bersih di Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan prosedur, hal ini tergantung kepada petugas Sanitasi sendiri untuk melaksanakan tugasnya apakah betul-betul atau hanya sekedar melepas tanggung jawab. Tidak seluruh Puskesmas memiliki kendaraan dinas roda dua untuk petugas Sanitasi, namun tidak menjadi masalah. Peralatan pemeriksaan kualitas air di lapangan untuk pemeriksaan kimia lapangan belum semua Puskesmas memiliki, karena masih berada di Dinas Kesehatan, sebagaimana pernyataan Kepala Dinas Kesehatan (AM. 10) sebagai berikut: ........Fungsi Puskesmas sebagai pelaksana dari Dinas Kesehatan, maka terhadap peralatan yang ada memang masih di Dinas

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Kesehatan, bila kemampuan sumber daya dan kelengkapan peralatan sudah mencukupi mungkin Puskesmas bisa dilepas..... Fasilitas pendukung seperti peralatan Water Test Kit atau Sanitarian Kit untuk pemeriksaan kimia air di lapangan memang sangat dibutuhkan oleh petugas Sanitasi. Tanpa adanya fasilitas peralatan tersebut, action petugas dilapangan tidak menarik perhatian masyarakat dalam merubah sikap dan perilaku terhadap pengelolaan pengawasan kualitas air. Meskipun sarana dan prasarana pelayanan sering dijadikan ukuran mutu oleh para pelanggan, namun ukuran utama penilaian tetap sikap dan perilaku pelayanan yang ditampilkan oleh para petugas. Sikap dan perilaku yang baik oleh petugas sering dapat menutupi kekurangan dalam hal sarana dan prasarana5. Ketersediaan Dana Dana operasional untuk pengelolaan pengawasan kualitas air bersih hanya bersumber dari APBD, sementara untuk sumber lain belum tersedia. Pada tahun 2005 seksi penyehatan lingkungan mendapat 4,43% dari total APBD Dinas Kesehatan. Pada tahun 2006 mendapat 4,41% dari total APBD Daerah Dinas Kesehatan. Terlihat jelas pada tahun 2006, alokasi untuk program penyehatan lingkungan mengalami penurunan sebesar 0,02%, kondisi ini berdampak terhadap pelaksanaan kegiatan pengawasan kualitas air bersih di Puskesmas, sebagaimana pernyataan petugas Sanitasi Puskesmas MB I (NR. 5), berikut ini : .......Hambatan pendanaan memang sangat dirasakan oleh petugas Sanitasi Puskesmas, dana yang ada tidak mencukupi untuk transport melaksanakan kegiatan ke desa..... Secara umum alokasi anggaran untuk Dinas Kesehatan juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 hanya 10,17% dari total APBD Kabupaten Bungo, sementara pada tahun 2006 hanya mendapat 9,39% dari total APBD Kabupaten Bungo. Anggaran untuk sektor kesehatan seharusnya sesuai dengan kebijakan tentang pembiayaan kesehatan di daerah yaitu alokasi dana APBD sebesar 15%6. Evaluator perlu menentukan apa yang dapat dikerjakan dan apa yang tidak dapat dilakukan. Ruang lingkup evaluasi dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang praktis, biasanya karena uang. Uang biasanya diartikan sebagai waktu dalam proses evaluasi, tetapi batasan waktu juga perlu dipertimbangkan. Sering dana program menentukan jadwal untuk evaluasi dan menentukan batas akhir untuk menyelesaikannya7.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Manajemen Pengelolaan Pengawasan Kualitas Air Bersih Manajemen pengelolaan pengawasan kualitas air bersih di Puskesmas belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan fungsifungsi manajemen. Manajemen yang tidak optimal karena dalam pelaksanaan tidak adanya perencanaan tahunan pengawasan kualitas air di Puskesmas. Pengaturan pelaksanaan oleh Kepala Puskesmas belum tercatat dengan rapi seperti adanya surat perintah tugas kepada petugas dan adanya petugas melapor kepada Kepala Desa pada waktu mereka sampai di desa, sebagaimana pernyataan Kepala Kelurahan BT (MSI. 5), berikut ini : .......Kami sama sekali tidak mengetahui bagaimana pengelolaan pengawasan kualitas air yang dilaksanakan oleh petugas Sanitasi Puskesmas, hal ini disebabkan selama ini tidak adanya kerjasama antara kelurahan dan Puskesmas, maunya kami setiap melaksanakan kegiatan di wilayah kelurahan minimal melapor dan melaporkan hasil kegiatannya..... Evaluasi terhadap hasil kegiatan sendiri tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Puskesmas selaku atasan. Kepala Puskesmas tidak mengetahui berapa sasaran inspeksi sanitasi yang telah dilaksanakan oleh petugas Sanitasi dalam 1 bulan, namun baru mengetahui setelah laporan mau dikirim ke Dinas Kesehatan dikarenakan pada laporan tersebut terdapat tandatangan Kepala Puskesmas. Kemudian sebagai unit-unit yang lebih bersifat operasional fungsinya, ternyata para pimpinan masih banyak yang belum menguasai azas-azas manajemen. Demikian pula belum semua pimpinan-pimpinan memiliki orientasi di bidang public health, sehingga wajar pandangan secara public health interest dewasa ini setidak-tidaknya masih belum memuaskan8. Pelaksanaan Supervisi Dinas Kesehatan Supervisi oleh Dinas Kesehatan biasanya dilaksanakan oleh pengelola program Dinas Kesehatan, dalam pelaksanaannya masih berorientasi pada laporan bulanan dan kegiatan proyek. Biasanya kegiatan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih berasal dari proyek. Petugas Sanitasi kemudian mentargetkan jumlahnya. Sementara program kegiatan bulanan, seolah-olah Puskesmas tidak dibebani dengan target. Seharusnya dengan adanya proyek maka cakupan atau inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih akan meningkat. Hal ini karena proyek yang ada akan mendukung pelaksanaan program, sehingga terjadilah sinkronisasi dalam pelaksanaannya. Wajar saja bila supervisi dari Dinas Kesehatan seolah-olah hanya untuk menandatangani SPPD, sebagai bukti pertanggungjawaban ke Pemerintah Daerah. sebagaimana pernyataan Kepala Puskesmas TT (TB. 2), berikut ini :

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

......Supervisi yang dilakukan oleh petugas dari Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan hanya untuk mengambil SPPD saja, bimbingan teknisnya kepada petugas sanitasi tidak begitu jelas, mereka datang cuma ngobrol-ngobrol setalah itu meminta SPPD ditandatangani oleh Kepala Puskesmas...... Seharusnya supervisi yang dilaksanakan betul-betul untuk memperbaiki kinerja petugas Sanitasi dalam pengelolaan pengawasan kualitas air. Selama ini data inspeksi sanitasi yang diperoleh dari Puskesmas keberadaannya perlu dipertanyakan. Sebagai contoh data yang dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan tidak ada bukti di Puskesmas bahwa data tersebut benar-benar didapat berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi dengan memperlihat formulir inspeksi sanitasi yang telah terisi. Untuk keseragaman dan kerapian administrasi kegiatan pengawasan kualitas air di Puskesmas perlu dibuat pencacatan dalam buku register program kesehatan lingkungan9. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Tingkat pemahaman petugas sudah baik namun tindakan mereka dalam pelaksanaan inspeksi sanitasi masih belum optimal, terhadap pengambilan/pengiriman dan pemeriksaan sampel air, masih bekerjasama dengan Dinas Kesehatan karena peralatan pemeriksaan kimia air dilapangan di Puskesmas belum tersedia. Ketersediaan media penyuluhan maupun buku-buku petunjuk, bagi petugas Sanitasi sudah dirasa cukup hal ini ditandai adanya media punyuluhan berupa leaflet, poster, buku petunjuk pengawasan kualitas air dan formulir inspeksi sanitasi yang masih kosong. Sedangkan peralatan pemeriksaan kualitas air, buku registrasi kesehatan lingkungan dan buku kerja petugas, belum semua Puskesmas memiliki. Ketersediaan dana untuk program penyehatan lingkungan masih dirasa kurang oleh Puskesmas, hal ini dapat dimaklumi karena sumber dana hanya dari APBD, dengan alokasi dana tahun 2005 hanya 2,30%, dari total APBD Dinas Kesehatan. Sedangkan pada tahun 2006 mendapat 1,80%, dari total Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Dinas Kesehatan. Dana tersebut nantinya dibagi lagi menjadi beberapa bagian untuk kegiatan penyehatan lingkungan, namun biasanya masalah air bersih mendapat prioritas yang cukup besar. Manajemen pengelolaan pengawasan kualitas air bersih di Puskesmas belum dilaksanakan secara benar karena dalam pelaksanaannya tidak adanya perencanaan tahunan pengawasan kualitas air di Puskesmas, pencatatan hasil pekerjaan belum rapi, petugas melaksanakan pekerjaan atas kemauan sendiri tanpa adanya surat perintah tugas dari Kepala Puskesmas selaku atasan kemudian sesampai di desa petugas tidak melapor kepada Kepala Desa setempat.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

10

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Supervisi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo belum optimal karena dilakukan dalam 1 tahun biasanya 2 sampai 3 kali, disamping itu pelaksanaannya masih berorientasi kepada laporan bulanan dan proyek. Untuk memperlancar pengiriman laporan dari Puskesmas, setiap bulan biasanya Dinas Kesehatan mengirim surat kepada Kepala Puskesmas sebagai feed back terhadap laporan bulanan yang telah dikirimkan Puskesmas. Saran Untuk mengoptimalkan tindakan petugas dalam melaksanakan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih maka Kepala Puskesmas perlu mengevaluasi hasil kerja mingguan petugas Sanitasi, sehingga mereka merasa terdorong untuk bekerja sungguh-sungguh. Dalam melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih tidak cukup hanya dengan membawa formulir saja, untuk meyakinkan masyarakat diperlukan peralatan pemeriksaan kimia lapangan seperti peralatan Water Test Kit atau Sanitarian Kit. Untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan air bersih kepada masyarakat, kepada kader posyandu dan Bidan di desa harus dibekali dengan ilmu kesehatan lingkungan sehingga mereka nantinya dapat membantu Puskesmas untuk kunjungan rumah bersama Bidan di desa. Perencanaan tahunan hendaknya dimulai dari Puskesmas dengan mengusulkan urutan prioritas peralatan kesehatan (Alkes) yang mendesak seperti Water Test Kit atau Sanitarian Kit. Pengadaan peralatan kesehatan di Dinas Kesehatan hendaknya dikelola oleh 1 bidang sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan bidang lain dan dapat diketahuinya urutan prioritas peralatan kesehatan yang mendesak. Memanfaatkan sumber dana yang ada di Puskesmas untuk kegiatan pengawasan kualitas air, misalnya dana PKPS-BBM dengan sasaran masyarakat kurang mampu. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait di tingkat kecamatan dan desa dengan memberikan masukan-masukan permasalahan kesehatan setiap Rakorbangdes di kecamatan setiap 3 bulan. Supervisi yang dilakukan hendaknya betul-betul memberikan bimbingan, dorongan, mengarahkan dan menilai hasil pekerjaan petugas Sanitasi bukan mencari kesalahan petugas.

Daftar Pustaka
1

Departemen Kesehatan R.I, 1998. Pedoman Upaya Penyehatan Air Bagi Petugas Sanitasi Puskesmas, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta Ibid

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

11

Asmustawa, Agus Suwarni; WPS No.13 Juli 2007 1st draft

Ibid Supriyanto, E & Sugiyanti, S., 2001. Operasionalisasi Pelayanan Prima : Bahan Ajar Diklatpim Tingkat IV, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Bandung Ibid Trisnantoro, L. ed., 2005. Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi Pemerintah : 2001-2003 Apakah Merupakan Periode Uji Coba ?, Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Farida., 2000. Evaluasi Program, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta Ryadi, S., 1982. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Usaha Nasional, Surabaya Departemen Kesehatan R.I, 1993. Pedoman Pelatihan Water Test Kit Sistem Membran Filter: Modul Bagi Petugas Sanitasi Kecamatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

12

You might also like