You are on page 1of 19

Materi Kuliah Klimatologi Pertanian AET 103

SIKLUS HIDROLOGI PEMBENTUKAN AWAN & HUJAN


Disusun oleh: Dr. Agus Karyanto Jurusan BDP FP UNILA
1

SI KLUS HI DROLOGI
Pendahuluan
Air dapat berbentuk CAIR, UAP (GAS), dan PADAT Perubahan Air menjadi Uap membutuhkan energi. Panas laten vaporisasi = jumlah energi yang dubutuhkan untuk menguapkan 1 g air pada suhu 20oC, yaitu sebesar 586 kalori. Panas laten fusi (peleburan) = jumlah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan es (1 g es pada 0oC sebesar 80 kal). Perubahan dari uap cair disebut kondensasi, akan melepaskan energi setara dengan energi panas laten vaporisasi. Perubahan dari cair padat (membeku) juga melepaskan energi
2

Evaporasi & Transpirasi


Evaporasi = proses penguapan air dari permukaan bentangan air atau dari suatu bahan padat yang mengandung air. Sumber enrgi utama dari matahari. Laju evaporasi tgt dari masukan energi & kelembaban udara Transpirasi = penguapan air dari dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Jika tanah cukup air, sebagian besar air (95%) yang diserap akar akan ditranspirasikan tumbuhan. Evapotranspirasi = evaporasi + transpirasi Evaporasi dan transpirasi akan menyebabkan bertambahnya uap air di atmosfer.

Uap air sumber presipitasi (hujan & salju) 2% dari total volume atmosfir bentuk cair (air), gas (uap), padat (es) Siklus Hidrologi: siklus/daur air dlm berbagai bentuk; meliputi proses evaporasi (termasuk transpirasi), kondensasi, dan presipitasi air, termasuk juga proses transfer uap air, limpasan dan peresapan air tanah
4

Diagram SIKLUS HIDROLOGI


3 4 1 5 5 1. Evaporasi 2. Kondensasi 4. Presipitasi
5

3. Perpindahan awan 5. Aliran air mengikuti gravitasi

Siklus Hidrologi memerlukan energi panas & kelembaban yang cukup. Tropika basah: presipitasi (curah hujan) > evaporasi (siklus aktif) Gurun: energi berlebih tapi kelembaban kurang, evaporasi (jika ada air) >> presipitasi (siklus pasif) Pada 3 sabuk lintang bumi (40o-90o LU, 0o-10o LU dan 30o-90o LS) presipitasi > evaporasi , sedangkan di sabuk yang lain (10o-40o LU dan 0o-30o LS) presipitasi < evaporasi. Untuk mencapai keseimbangan, harus ada transfer air (uap air) dan juga energi, i.e. melaui arus laut atau arus massa udara.
6

/siklus hidrologi
Pertukaran lengas juga terjadi antara daratan dan lautan (via angin darat & angin laut). Angin laut lebih lembab & transfer massa air ke laut via aliran permukaan. 20% dari prespitasi di daratan dikembalikan ke laut & sisanya 80% kembali ke atmosfer via penguapan. Karena daratan menerima presipitasi > evaporasi, maka kelebihan ini (22 000 km3 per tahun) dikembalikan ke laut via aliran permukaan.

Pembentukan Awan & Hujan


PENGEMBUNAN Uap air hasil evapotranspirasi bergerak naik. Naiknya udara yang mengandung uap air ke lapisan atas trofosfer dapat terjadi melalui 3 cara: (1) konveksi, (2) orografis, dan (3) frontal.
Konvektif = naiknya udara yang mengandung uap air ke atas akibat proses pemuaian udara Orografis = naiknya udara yang mengandung uap air ke atas akibat adanya pegunungan atau bentangan alam yang tinggi Frontal = naiknya udara yang mengandung uap air ke atas akibat pertemuan arus udara panas dan arus udara dingin
8

Pengembunan
Suhu udara di lapisan trofosfer akan menurun dengan bertambahnya ketinggian. Jika udara didinginkan, maka kapasitas udara untuk menampung uap air berkurang. Ingat bahwa, penurunan suhu dapat menyebabkan udara tak jenuh menjadi jenuh (RH = 100% atau ? e Suhu kritis ini disebut suhu titik embun. Jika udara didinginkan di bawah titik embun, uap air berubah titik air or partikel es. Jadi pengembunan ditentukan oleh RH & suhu. Jika RH tinggi hanya perlu sedikit penurunan suhu untuk pengembunan, dan sebaliknya. 9

Cara pendinginan
Pendinginan untuk terjadinya kondensasi di alam dpt terjadi dgn beberapa cara, yaitu: 1. 2. 3. Hilangnya panas via pancaran radiasi dari massa udara akan menyebabkan udara menjadi dingin dan mengembun Rambatan/sentuhan dengan permukaan yang dingin biasanya menghasilkan embun Pencampuran dua massa udara dengan suhu & kelembaban yang berbeda. Jika campuran ini mencapai suhu titik embun akan terjadi awan atau kabut Pendinginan adiabatik mengikuti pemuaian gelembung udara yang naik. Arus udara naik ini diakibatkan oleh proses (a) KONVEKSI, (b) KONVERGENSI (FRONTAL), dan (c) OROGRAFIK. Pendinginan ini biasanya 10 menghasilkan awan.

4.

Kabut dan Awan


AWAN: kumpulan butiran air atau kristal es yang tersuspensi di udara pada ketinggian lebih dari 1 km dan dapat dilihat langsung dengan mata telanjang KABUT: kumpulan butiran air yang tersuspensi di udara dekat permukaan tanah di daerah pegunungan atau di sekitar danau pada pagi atau sore hari.

11

Bentuk pengembunan minor


Jika kondensasi terjadi di atas titik beku (0oC) pengembunan dalam status cair (embun, kabut, awan). Jika kondensasi terjadi di bawah 0oC, kondensasi terjadi dl btk kristal-kristal es (ibun putih, rime, salju dan awan dingin). KABUT 1. Kabut pancaran di daratan, dikenal sebagai kabut inversi permukaan. Prasyaratnya al: Inversi permukaan (dT/dz > 0) yg menahan kabut tidak menghilang ke atas Langit cerah tak berawan sehingga pendinginan intensif Angin lemah, yang akibatkan terjadinya pencampuran, shg kabut bisa cukup tebal, tetapi tidak menghilangkan
12

Bentuk pengembunan minor .


2. Kabut adveksi terjadi karena gerakan udara yang hangat dan lembab secara horizontal ke arah permukaan yang dingin. Kabut ini sering terjadi di dhr pantai dan dhr tepi badan berair (danau) pada sat terjadinya gradien suhu horizontal yang besar.

13

AWAN
Pembentukan awan dlm arus udara naik a. Perubahan suhu secara adiabatik.
Akibat pemanasan, kantong udara akan bergerak naik meninggalkan permukaan. Karena tekanan udara disekitarnya lebih rendah, maka kantong udara akan meregang dan mengembang dalam perjalanannya naik. Dalam sistem ini tidak ada penambahan dan pengurangan panas, tetapi mengalami penurunan suhu. Proses perubahan suhu ini akibat dari proses internal disebut ADIABATIK. Bertambahnya volume udara yang naik (karena merenggang & mengembang) maka tumbukan antar molekul berkurang shg udara menjadi dingin. Selain itu, untuk bergerak naik, massa udara membutuhkan energi. Karena tidak ada penambahan energi dari luar maka energi diambil dari sistem itu sendiri. Akibatnya suhu pada udara yang naik tersebut akan turun.

14

b. Laju penurunan suhu adiabatik


Sebelum mengalami pengembunan, laju penurunan suhu adiabtik disebut laju penurunan suhu adiabatik kering atau disingkat DALR (Dry Adiabatic Lapse Rate). Laju penurunan suhu udara ini konstan yaitu sebesar 9.8oC setiap naik 1 km. Sementara, laju penurunan suhu lingkungan (ELR = Environmental Lapse Rate) selalu berubah menurut tempat dan waktu, rata-rata sebesar 6.5oC per km. Ketinggian saat udara mulai mengembun membentuk awan disebut aras pengembunan yang merupakan dasar awan.

15

Pada proses pengembunan maka panas laten yang dikandung uap air dilepaskan, jadi meski massa udara tetap naik tetapi penurunan suhunya tidak sebesar pd DALR. Laju penurunan ini disebut penurunan suhu adiabatik jenuh atau SALR (Saturated Adiabatic Lapse Rate) yang besarnya sekitar 4.7oC per km. SALR besarnya tidak konstan. Semakin besar panas hasil kondensasi, semakin kecil laju penurunan suhunya. Setiap 1 kg embun yg dihasilkan akan melepaskan panas 4350 kJ. Di daerah tropika basah, udara yang lembab & panas yang bergerak naik, menjadi dingin lebih lambat drpd udara di daerah kutub. (Di kutub, SALR hampir sama dgn DALR)

16

Stabilitas atmosfir & pembentukan awan


C Ketinggian (km) F Z2 Z1 D B E
AB = DALR, BC = SALR AD = ELR pd kead tidak stabil mutlak AE = ELR pd kead stabil AF = ELR pd kead tidak stabil bersyarat Z1 = aras kondensasi (pengembunan) dasar awan Z2 = awal aras konveksi bebas
DALR = dry adiabatic lapse rate SALR = saturated adiabatic lapse rate ELR = environmental lapse rate

Suhu (oC)

A
17

Perubahan suhu udara menurut ketinggian (dT/dz) pada berbagai kestabilan astmosfer.

Stabilitas Atmosfer
A. Keadaan Atmosfer Tidak Stabil Mutlak Laju penurunan suhu lingkungan (ELR) > laju penurunan suhu adiabatik kering (DALR) (lihat garis AD pd kurva sebelumnya). Suhu massa udara lbh hangat drpd suhu lingkungan shg massa udara akan terus membumbung naik (awan vertikal atau KUMULI) B. Keadaan Atmosfer Stabil Mutlak Terjadi jika ELR < DALR (lihat garis AE) Suhu udara lbh dingin drpd suhu lingkungan, shg tidak terjadi gerakan naik pd kantong udara, akan menghasilkan awan bentuk STRATI.
18

C. Keadaan Atmosfer Tidak Stabil Bersyarat Laju penurunan suhu lingkungan (ELR) lbh kecil drpd laju penurunan suhu adiabatik kering (DALR) tetapi lebih besar dari laju penurunan adiabatik jenuh (SALR< ELR< DALR digambarkan pd garis AF). Massa udara naik sampai Z1 (aras kondensasi), bila terus naik sampai Z2 (aras konveksi bebas). Stlh melewati ketinggian Z2 suhu paket udara > suhu atmosfer shg lbh ringan dan terus naik. Awan STRATI terbentuk di bawah ketinggian Z2 dan di atas Z2 akan terbentuk awan KUMULI. D. Keadaan Atmosfer Netral Terjadi jika ELR = DALR. Apabila tak ada mekanisme pengangkatan paket udara, maka udara tak akan naik atau turun, karena suhu paket udara = suhu lingkungan.
19

Stable Conditions Clouds in layers Stratus type clouds Low clouds Unstable Conditions Clouds growing vertically Little or no clouds Cumulus type clouds

20

10

A. Tipe Awan menurut BENTUKNYA


1. 2. 3. Tipe STRATUS: bentuk pipih, warna abu-abu. Tipe CUMULUS berbetuk dasar yang rata & bagian atasnya mirip kubis bunga (cauliflower). Tipe CIRRUS berwarna putih, tipis, berserat, dan terdiri dari kristal es.

stratus

cumulus

cirrus

21

B. Tipe Awan menurut penyebarannya secara vertikal


1. 2. 3. 4. Awan Tinggi (> 6000 m): putih transparan, kristal es. Contoh: Cirrus, cirrostratus, cirrocumulus Awan Sedang (2000 6000 m): campuran titik air & kristal es. Contoh: altocumulus & altostratus Awan Rendah (< 2000 m), terdiri dari: stratus, stratocumulus, nimbosratus (storm clouds). Awan yang berkembang vertikal, misalnya: cumulus, cumulonimbus, & altostratus.

22

11

Awan tinggi (> 6000 m, terdiri dari kristal es, putih transparan) 1. Cirrus: halus seperti bulu, struktur berserat, sering seperti pita melengkung 2. Cirrostratus: seperti kelambu putih halus, berwarna pucat, sering menimbulkan lingkaran pada matahari dan bulan 3. Cirrocumulus: seperti kumpulan bulu domba Awan sedang (2000-6000 m, campuran titik-titik air dan kristal es) 1. Altocumulus: sekumpulan awan berbentuk bulat, tersusun dalam pola baris, grup atau gelombang. Berwarna putih, pucat terdiri dari beberapa bagian yang agak abu-abu 2. Altostratus: seperti selendang yang tebal, berserat, berwarna ke abu-abuan

23

Awan rendah ( < 2000 m dpl) 1. Stratus: melebar seperti kabut, seringkali berasal dari kabut yang naik. Hujan dari awan ini biasanya ringan (rintik-rintik) 2. Stratocumulus: berbentuk seperti gelombang lautan. Langit yang berwarna biru sering masih nampak diantara awan ini. 3. Nimbostratus: lapisan awan tebal dengan bentuk yang tidak teratur. Disebut juga storm clouds karena sering menimbulkan banyak hujan. Awan yang berkembang vertikal (dihasilkan dari massa udara yang hangat dan lembab) 1. Cumulus: seperti kubah dengan dasar vertikal. Biasa terbentuk pada siang hari dalam udara yang bergerak naik. Bagian yang berhadapan dengan matahari berwarna terang dan sebaliknya kelabu.
24

12

2.

3.

Cumulonimbus: berwarna putih, pucat dan abu-abu. Awan ini bervolume sangat besar, berbentuk seperti menara, kadang-kadang puncaknya melebar. Awan ini menghasilkan hujan disertai kilat dan guntur serta badai, kadang disertai salju dan hail (es). Altostratus: seperti selendang yang tebal, berserat, berwarna keabu-abuan.

Note: ada juga awan yang terbentuk pd lapisan atmosfer yang lebih tinggi, misalnya awan nacreous (32 km) & awan noctilucent (80 km).

25

Foto jenis Awan


stratus stratocumulus

nimbostratus

cumulus

26

13

Foto jenis Awan


altostratus altocumulus

cumulonimbus

cirrus

27

Pertumbuhan (pembentukan butir) hujan

1. Teori Bergeron (teori kristal es).


Berlaku untuk awan dingin (< 0oC) yang terdiri dari kristal es dan air sangat dingin. Butiran hujan berasal dari kristal es yang mencair. Kristal es (salju) terbentuk pada awan tinggi akibat deposisi uap air pada inti kondensasi. Perbedaan tekanan uap di sekitar butir-butir air dan di sekiltar partikel es (eair > ees) mengakibatkan butir air mengembun di sekitar partikel es. Akibat pengembunan, kristal es membesar, dan jika berat butir air ini telah melampaui daya dorong udara ke atas (arus naik) maka akan jatuh akibat adanya gaya gravitasi. Dalam perjalanan menuju permukaan bumi, kristal es akan melewati udara yang panas sehingga mencair menjadi butiran air hujan. Pembentukan butir hujan seperti ini sering terjadi pada awan cumulus yang tumbuh menjadi cumulonimbus, dengan puncak awan berada di bawah titik beku.
28

14

../Pertumbuhan (pembentukan butir) hujan

2. Teori Tumbukan & Penyatuan.


Pembentukan butir hujan ini tanpa adanya kristal es, hanya dari butir-butir air saja. Butir yang lbh besar memiliki kecepatan jatuh yg lebh besar drpd butir kecil. Tumbukan antar butir yang disertai penyatuan menyebabkan butir bertambah besar & berat shg mampu melawan daya angkat udara dan jatuh sbg hujan. Laju pertumbuhan awan melalui proses tumbukan & penyatuan ini lbh besar dari laju pertumbuhan dgn kondensasi. Proses ini tidak hanya terjadi di dhr tropika, tetapi juga di lintang menengah dengan hadirnya massa udara tropis di musim panas pada awan sedang/rendah.
29

Tipe PRESIPITASI
1. Hujan Konvektif. Dihasilkan dari naiknya udara akibat pamanasan permuakan (bukan karena paksaan menaiki bukit atau karena pertemuan dua massa udara- front atau konvergensi). Naiknya sel-sel arus lokal yang hangat dan lembab akan membentuk awan tipe cumuli atau berkembang menjadi cumulonimbus.

Hujan konvektif ditandai oleh hal-hal berikut: a. Terpencar-pencar (hujan lokal) pd luasan relatif sempt (20-50 km2). Sering menimbulkan kilat & guntur, kadang juga disertai hail (bola-bola es berdiameter 5-50 mm). b. Banyak hujan konveksi bersiklus musiman & harian yg berhub dg pemanasan radiasi surya. Terjadi pd waktu pemanasan maksimum & kondisi atmosfer tidak stabil. Air hujan banyak menjadi aliran permukaan & menimbulkan erosi.
30

15

2. Hujan Orografik
Dihasilkan dari naiknya udara lembab secara paksa oleh dataran tinggi atau pegunungan. Curah hujan tahunan di dtrn tinggi umumnya lbh tinggi drpd dtrn rendah sekitarnya, terutama pada arah hadap angin. Pengaruh dataran tinggi pd peningkatan curah hujan terutama adalah memberi dorongan (paksaan) udara naik. Pengaruh lain yang tidak langsung adalah:
a. menghasilkan turbulensi alamiah yang kuat baik mekanik maupun konvektif karena melewati permukaan kasap. b. merupakan penghalang & memperlambat gerakan depresi (badai siklon) c. menimbulkan konvergensi pd arus udara horizontal krn melewati lembah yang menyerupai cerobong. d. memicu udara naik sbg awal ketidak-stabilan.
31

Hujan Gangguan
a. Hujan siklonik. Disebabkan oleh gerakan udara naik dalam skala besar yang berasosiasi dengan sistem pusat tekanan rendah (siklon). Gerakan udara naik biasanya perlahan sehingga tersebar luas. Hujan agak lebat, waktu agak lama & pd dhr yang cukup luas. Jika arus konveksi kuat (depresi, atmosfer tidak stabil) akan terjadi hujan lebat. Hujan frontal. Hujan yang diakibatkan pertemuan front panas dan front dingin. Terjadi di lintang menengah akibat dr naiknya massa udara yang mengalami kovergensi, atmosfer menjadi tidak stabil & udara yang naik akan menghasilkan awan. Hujan tidak terlalu lebat tapi berlangsung lama (awan stratus), tp jika terbentuk awan cumulus maka dpt terjadi hujan lebat.
32

b.

16

Hujan konvektif (kiri) Hujan orografik/relief (kiri bawah) Hujan frontal (kanan bawah)

33

Pola curah hujan di Indonesia


Dipengaruhi adanya dua samudera, Pasifik & Indonesia, dan adanya dua benua, Asia & Australia. Arah angin sangat penting peranannya dalam mempengaruhi pola curah hujan. Bulan Oktober s/d Maret bertiup angin monsoon timur laut yang menyebabkan hujan karena banyak mengandung uap air (musim hujan di Indoensia). Bulan April s/d September angin dari arah tenggara, sedikit mengandung uap air tidak hujan (musim kemarau). Secara lokal, adanya pegunungan juga mempengaruhi pola curah hujan di Indonesia, adanya pegunungan Bukit Barisan menyebabkan pantai barat Sumatera lebih banyak hujan dibanding sebelah timur. Kota Bogor dikelilingi oleh gunung Salak, Gede, Pangrango, sehingga banyak hujan (dikenal sebagai kota Hujan)
34

17

Pengamatan & Pengolahan data hujan


Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan (dalam mm) yang diterima permukaan bumi sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan peresapan ke dalam tanah. Menurut BMG, jumlah hari hujan dihitung jika curah hujan 0,5 mm atau lebih. Intensitas hujan = S CH/waktu. Pengamatan data hujan meliputi CH, S hari hujan, dan intensitas hujan. Peralatan: manual samai otomatis Tipe observatorium disebut juga ombrometer; alat baku dengan mulut penakar seluas 200 cm2 dan dipasang pada ketinggian mulut penakar 1,2 m dari permukaan tanah. Data dari ombrometer adalah CH harian dan diukur secara manual. Jika tertampung air hujan sebanyak 200 cm3 maka besarnya curah hujan hari itu adalah 10 mm (200 cm3/200 cm2).
35

Jumlah presipitasi
When classified according to amount of precipitation, rain can be divided into: 1. 2. 3. 4. 5. 6. very light rain when the precipitation rate is < 0.25 mm/hour light rain when the precipitation rate is between 0.25 mm/hour - 1.0mm/hour moderate rain when the precipitation rate is between 1.0 mm/hour - 4.0mm/hour heavy rain when the precipitation rate is between 4.0 mm/hour - 16.0mm/hour very heavy rain when the precipitation rate is between 16.0 mm/hour - 50mm/hour extreme rain when the precipitation rate is > 50.0 mm/hour
36

18

Tipe pencatat Otomatis memiliki keuntungan lebih yaitu:


> waktu terjadinya hujan dapat diketahui > intensitas setiap kejadian hujan dapat dihitung > dapat disimpan secara otomatis (data logger)

Pengolahan Data CH harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan didapatkan dengan menjumlah CH harian hasil pengukuran sesuai dengan periode waktu tersebut. Untuk mengetahui rata-rata CH suatu wilayah diperlukan data CH dari beberapa stasiun yang berada pada wilayah tersebut. Data dari beberapa staisun pengamatan dirataratakan dengan rata-rata aritmatik, rata-rata berbobot (poligon Thiessen) atau rata-rata menurut isohyet (dari luasan sub wilayah). Isohyet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang menerima CH yang sama
37

19

You might also like