Professional Documents
Culture Documents
SI KLUS HI DROLOGI
Pendahuluan
Air dapat berbentuk CAIR, UAP (GAS), dan PADAT Perubahan Air menjadi Uap membutuhkan energi. Panas laten vaporisasi = jumlah energi yang dubutuhkan untuk menguapkan 1 g air pada suhu 20oC, yaitu sebesar 586 kalori. Panas laten fusi (peleburan) = jumlah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan es (1 g es pada 0oC sebesar 80 kal). Perubahan dari uap cair disebut kondensasi, akan melepaskan energi setara dengan energi panas laten vaporisasi. Perubahan dari cair padat (membeku) juga melepaskan energi
2
Uap air sumber presipitasi (hujan & salju) 2% dari total volume atmosfir bentuk cair (air), gas (uap), padat (es) Siklus Hidrologi: siklus/daur air dlm berbagai bentuk; meliputi proses evaporasi (termasuk transpirasi), kondensasi, dan presipitasi air, termasuk juga proses transfer uap air, limpasan dan peresapan air tanah
4
Siklus Hidrologi memerlukan energi panas & kelembaban yang cukup. Tropika basah: presipitasi (curah hujan) > evaporasi (siklus aktif) Gurun: energi berlebih tapi kelembaban kurang, evaporasi (jika ada air) >> presipitasi (siklus pasif) Pada 3 sabuk lintang bumi (40o-90o LU, 0o-10o LU dan 30o-90o LS) presipitasi > evaporasi , sedangkan di sabuk yang lain (10o-40o LU dan 0o-30o LS) presipitasi < evaporasi. Untuk mencapai keseimbangan, harus ada transfer air (uap air) dan juga energi, i.e. melaui arus laut atau arus massa udara.
6
/siklus hidrologi
Pertukaran lengas juga terjadi antara daratan dan lautan (via angin darat & angin laut). Angin laut lebih lembab & transfer massa air ke laut via aliran permukaan. 20% dari prespitasi di daratan dikembalikan ke laut & sisanya 80% kembali ke atmosfer via penguapan. Karena daratan menerima presipitasi > evaporasi, maka kelebihan ini (22 000 km3 per tahun) dikembalikan ke laut via aliran permukaan.
Pengembunan
Suhu udara di lapisan trofosfer akan menurun dengan bertambahnya ketinggian. Jika udara didinginkan, maka kapasitas udara untuk menampung uap air berkurang. Ingat bahwa, penurunan suhu dapat menyebabkan udara tak jenuh menjadi jenuh (RH = 100% atau ? e Suhu kritis ini disebut suhu titik embun. Jika udara didinginkan di bawah titik embun, uap air berubah titik air or partikel es. Jadi pengembunan ditentukan oleh RH & suhu. Jika RH tinggi hanya perlu sedikit penurunan suhu untuk pengembunan, dan sebaliknya. 9
Cara pendinginan
Pendinginan untuk terjadinya kondensasi di alam dpt terjadi dgn beberapa cara, yaitu: 1. 2. 3. Hilangnya panas via pancaran radiasi dari massa udara akan menyebabkan udara menjadi dingin dan mengembun Rambatan/sentuhan dengan permukaan yang dingin biasanya menghasilkan embun Pencampuran dua massa udara dengan suhu & kelembaban yang berbeda. Jika campuran ini mencapai suhu titik embun akan terjadi awan atau kabut Pendinginan adiabatik mengikuti pemuaian gelembung udara yang naik. Arus udara naik ini diakibatkan oleh proses (a) KONVEKSI, (b) KONVERGENSI (FRONTAL), dan (c) OROGRAFIK. Pendinginan ini biasanya 10 menghasilkan awan.
4.
11
13
AWAN
Pembentukan awan dlm arus udara naik a. Perubahan suhu secara adiabatik.
Akibat pemanasan, kantong udara akan bergerak naik meninggalkan permukaan. Karena tekanan udara disekitarnya lebih rendah, maka kantong udara akan meregang dan mengembang dalam perjalanannya naik. Dalam sistem ini tidak ada penambahan dan pengurangan panas, tetapi mengalami penurunan suhu. Proses perubahan suhu ini akibat dari proses internal disebut ADIABATIK. Bertambahnya volume udara yang naik (karena merenggang & mengembang) maka tumbukan antar molekul berkurang shg udara menjadi dingin. Selain itu, untuk bergerak naik, massa udara membutuhkan energi. Karena tidak ada penambahan energi dari luar maka energi diambil dari sistem itu sendiri. Akibatnya suhu pada udara yang naik tersebut akan turun.
14
15
Pada proses pengembunan maka panas laten yang dikandung uap air dilepaskan, jadi meski massa udara tetap naik tetapi penurunan suhunya tidak sebesar pd DALR. Laju penurunan ini disebut penurunan suhu adiabatik jenuh atau SALR (Saturated Adiabatic Lapse Rate) yang besarnya sekitar 4.7oC per km. SALR besarnya tidak konstan. Semakin besar panas hasil kondensasi, semakin kecil laju penurunan suhunya. Setiap 1 kg embun yg dihasilkan akan melepaskan panas 4350 kJ. Di daerah tropika basah, udara yang lembab & panas yang bergerak naik, menjadi dingin lebih lambat drpd udara di daerah kutub. (Di kutub, SALR hampir sama dgn DALR)
16
Suhu (oC)
A
17
Perubahan suhu udara menurut ketinggian (dT/dz) pada berbagai kestabilan astmosfer.
Stabilitas Atmosfer
A. Keadaan Atmosfer Tidak Stabil Mutlak Laju penurunan suhu lingkungan (ELR) > laju penurunan suhu adiabatik kering (DALR) (lihat garis AD pd kurva sebelumnya). Suhu massa udara lbh hangat drpd suhu lingkungan shg massa udara akan terus membumbung naik (awan vertikal atau KUMULI) B. Keadaan Atmosfer Stabil Mutlak Terjadi jika ELR < DALR (lihat garis AE) Suhu udara lbh dingin drpd suhu lingkungan, shg tidak terjadi gerakan naik pd kantong udara, akan menghasilkan awan bentuk STRATI.
18
C. Keadaan Atmosfer Tidak Stabil Bersyarat Laju penurunan suhu lingkungan (ELR) lbh kecil drpd laju penurunan suhu adiabatik kering (DALR) tetapi lebih besar dari laju penurunan adiabatik jenuh (SALR< ELR< DALR digambarkan pd garis AF). Massa udara naik sampai Z1 (aras kondensasi), bila terus naik sampai Z2 (aras konveksi bebas). Stlh melewati ketinggian Z2 suhu paket udara > suhu atmosfer shg lbh ringan dan terus naik. Awan STRATI terbentuk di bawah ketinggian Z2 dan di atas Z2 akan terbentuk awan KUMULI. D. Keadaan Atmosfer Netral Terjadi jika ELR = DALR. Apabila tak ada mekanisme pengangkatan paket udara, maka udara tak akan naik atau turun, karena suhu paket udara = suhu lingkungan.
19
Stable Conditions Clouds in layers Stratus type clouds Low clouds Unstable Conditions Clouds growing vertically Little or no clouds Cumulus type clouds
20
10
stratus
cumulus
cirrus
21
22
11
Awan tinggi (> 6000 m, terdiri dari kristal es, putih transparan) 1. Cirrus: halus seperti bulu, struktur berserat, sering seperti pita melengkung 2. Cirrostratus: seperti kelambu putih halus, berwarna pucat, sering menimbulkan lingkaran pada matahari dan bulan 3. Cirrocumulus: seperti kumpulan bulu domba Awan sedang (2000-6000 m, campuran titik-titik air dan kristal es) 1. Altocumulus: sekumpulan awan berbentuk bulat, tersusun dalam pola baris, grup atau gelombang. Berwarna putih, pucat terdiri dari beberapa bagian yang agak abu-abu 2. Altostratus: seperti selendang yang tebal, berserat, berwarna ke abu-abuan
23
Awan rendah ( < 2000 m dpl) 1. Stratus: melebar seperti kabut, seringkali berasal dari kabut yang naik. Hujan dari awan ini biasanya ringan (rintik-rintik) 2. Stratocumulus: berbentuk seperti gelombang lautan. Langit yang berwarna biru sering masih nampak diantara awan ini. 3. Nimbostratus: lapisan awan tebal dengan bentuk yang tidak teratur. Disebut juga storm clouds karena sering menimbulkan banyak hujan. Awan yang berkembang vertikal (dihasilkan dari massa udara yang hangat dan lembab) 1. Cumulus: seperti kubah dengan dasar vertikal. Biasa terbentuk pada siang hari dalam udara yang bergerak naik. Bagian yang berhadapan dengan matahari berwarna terang dan sebaliknya kelabu.
24
12
2.
3.
Cumulonimbus: berwarna putih, pucat dan abu-abu. Awan ini bervolume sangat besar, berbentuk seperti menara, kadang-kadang puncaknya melebar. Awan ini menghasilkan hujan disertai kilat dan guntur serta badai, kadang disertai salju dan hail (es). Altostratus: seperti selendang yang tebal, berserat, berwarna keabu-abuan.
Note: ada juga awan yang terbentuk pd lapisan atmosfer yang lebih tinggi, misalnya awan nacreous (32 km) & awan noctilucent (80 km).
25
nimbostratus
cumulus
26
13
cumulonimbus
cirrus
27
14
Tipe PRESIPITASI
1. Hujan Konvektif. Dihasilkan dari naiknya udara akibat pamanasan permuakan (bukan karena paksaan menaiki bukit atau karena pertemuan dua massa udara- front atau konvergensi). Naiknya sel-sel arus lokal yang hangat dan lembab akan membentuk awan tipe cumuli atau berkembang menjadi cumulonimbus.
Hujan konvektif ditandai oleh hal-hal berikut: a. Terpencar-pencar (hujan lokal) pd luasan relatif sempt (20-50 km2). Sering menimbulkan kilat & guntur, kadang juga disertai hail (bola-bola es berdiameter 5-50 mm). b. Banyak hujan konveksi bersiklus musiman & harian yg berhub dg pemanasan radiasi surya. Terjadi pd waktu pemanasan maksimum & kondisi atmosfer tidak stabil. Air hujan banyak menjadi aliran permukaan & menimbulkan erosi.
30
15
2. Hujan Orografik
Dihasilkan dari naiknya udara lembab secara paksa oleh dataran tinggi atau pegunungan. Curah hujan tahunan di dtrn tinggi umumnya lbh tinggi drpd dtrn rendah sekitarnya, terutama pada arah hadap angin. Pengaruh dataran tinggi pd peningkatan curah hujan terutama adalah memberi dorongan (paksaan) udara naik. Pengaruh lain yang tidak langsung adalah:
a. menghasilkan turbulensi alamiah yang kuat baik mekanik maupun konvektif karena melewati permukaan kasap. b. merupakan penghalang & memperlambat gerakan depresi (badai siklon) c. menimbulkan konvergensi pd arus udara horizontal krn melewati lembah yang menyerupai cerobong. d. memicu udara naik sbg awal ketidak-stabilan.
31
Hujan Gangguan
a. Hujan siklonik. Disebabkan oleh gerakan udara naik dalam skala besar yang berasosiasi dengan sistem pusat tekanan rendah (siklon). Gerakan udara naik biasanya perlahan sehingga tersebar luas. Hujan agak lebat, waktu agak lama & pd dhr yang cukup luas. Jika arus konveksi kuat (depresi, atmosfer tidak stabil) akan terjadi hujan lebat. Hujan frontal. Hujan yang diakibatkan pertemuan front panas dan front dingin. Terjadi di lintang menengah akibat dr naiknya massa udara yang mengalami kovergensi, atmosfer menjadi tidak stabil & udara yang naik akan menghasilkan awan. Hujan tidak terlalu lebat tapi berlangsung lama (awan stratus), tp jika terbentuk awan cumulus maka dpt terjadi hujan lebat.
32
b.
16
Hujan konvektif (kiri) Hujan orografik/relief (kiri bawah) Hujan frontal (kanan bawah)
33
17
Jumlah presipitasi
When classified according to amount of precipitation, rain can be divided into: 1. 2. 3. 4. 5. 6. very light rain when the precipitation rate is < 0.25 mm/hour light rain when the precipitation rate is between 0.25 mm/hour - 1.0mm/hour moderate rain when the precipitation rate is between 1.0 mm/hour - 4.0mm/hour heavy rain when the precipitation rate is between 4.0 mm/hour - 16.0mm/hour very heavy rain when the precipitation rate is between 16.0 mm/hour - 50mm/hour extreme rain when the precipitation rate is > 50.0 mm/hour
36
18
Pengolahan Data CH harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan didapatkan dengan menjumlah CH harian hasil pengukuran sesuai dengan periode waktu tersebut. Untuk mengetahui rata-rata CH suatu wilayah diperlukan data CH dari beberapa stasiun yang berada pada wilayah tersebut. Data dari beberapa staisun pengamatan dirataratakan dengan rata-rata aritmatik, rata-rata berbobot (poligon Thiessen) atau rata-rata menurut isohyet (dari luasan sub wilayah). Isohyet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang menerima CH yang sama
37
19