You are on page 1of 17

February 15

ERITRASMA

2011
www.doktermuda.co.cc

Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang ditandai dengan suatu peradangan superfisial ringan yang terlokalisasi pada kulit dan menahun, yang disebabkan oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteria Coryneform aerobic, yang biasanya diketahui sebagai Corynebacterium minutissimum.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

....................................................................................................... . i

PENDAHULUAN..................................................................................................... . 1 EPIDEMIOLOGI ....................................................................................................... 1 ETIOLOGI .................................................................................................................. 2 PATOGENESIS ......................................................................................................... 2 GEJALA KLINIS ....................................................................................................... 2 PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................................. 3 DIAGNOSIS............................................................................................................... 4 DIAGNOSIS BANDING .......................................................................................... 4 PENATALAKSANAAN ........................................................................................... 5 PROGNOSIS ............................................................................................................. . 5 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 6 LAMPIRAN ............................................................................................................... 7

ERITRASMA

I. PENDAHULUAN Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang ditandai dengan suatu peradangan superfisial ringan yang terlokalisasi pada kulit dan menahun, yang disebabkan oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteria Coryneform aerobic, yang biasanya diketahui sebagai Corynebacterium minutissimum.(1,2,3) Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100 tahun lamanya dianggap sebagai penyakit jamur. Kondisi ini pertama kali digambarkan oleh Burchard yang menyatakan bahwa penyakit ini sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh Actinomycetes, Nocardia minitussima berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung dengan ditemukan susunan struktur semacam hifa halus pada tahun 1859. Istilah eritrasma digunakan pada tahun 1862 oleh Von Barensprung yang dinamakan organisme kausatif Microsporum minutissimum. (1,3,4,5,6) Baru pada tahun 1962, Sarkani dan kawan-kawan menemukan

Corynebacterium sebagai etiologi berdasarkan penelitian pada biakan. Pada penelitian yang dilakukan sebesar 22 % dari 107 subjek yang diseleksi secara acak menunjukkan bukti dari adanya infeksi dalam sela-sela jari kaki pasien. Sering ditemukan pada daerah lipatan kulit, misalnya di bawah payudara dan ketiak, sela-sela jari kaki dan kelamin (terutama pada pria, dimana scrotum menyentuh paha). Infeksi menyebabkan terbentuknya bercak-bercak merah muda dengan bentuk yang tidak beraturan, yang kemudian akan berubah menjadi sisik halus berwarna cokelat. (1,4)

II. EPIDEMIOLOGI Walaupun eritrasma cukup sering ditemukan, tetapi epidemiologinya belum banyak yang diungkapkan. Sebelumnya eritrasma digolongkan pada kelompok penyakit jamur, tapi dalam dalam perkembangan selanjutnya ditemukan bakteri kelompok Coryneform aerobic. Masih terdapat keraguan apakah bakteri ini merupakan flora normal pada sela-sela jari kaki. (2,3) Eritrasma dapat dilihat di seluruh belahan dunia, tetapi lingkungan yang panas dan lembab, hiperhidrosis, diabetes mellitus, obesitas, higiene yang kurang, imunitas yang menurun merupakan faktor predisposisi terjadinya eritrasma. Infeksi dari bakteri ini umumnya banyak ditemukan pada iklim tropis dan subtropis. Dari penelitian pada iklim tersebut ada 20% subjek yang dipilih secara acak ditemukan adanya eritrasma dengan menggunakan lampu wood.(4,6,7,8) Secara klinis, penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda daripada anak-anak. Frekuensinya sama antara pria dan wanita. Namun pada pria biasanya bentuknya asimptomatik pada area genitalia. (2,3,9) Somerville dan kawan-kawan, menemukan insiden 30% pada sela-sela jari kaki, 18% pada bokong dan 4% pada ketiak. Pada orang yang gemuk eritrasma dapat ditemukan di daerah intertriginosa seperti ketiak, lipat paha dan daerah di bawah payudara. Namun demikian, tempat yang paling sering diserang organisme ini adalah daerah sela-sela jari kaki, yang memberikan gambaran seperti skuama yang mengalami maserasi, mirip yang disebabkan oleh infeksi jamur.(2,3,7,9,10)

III. ETIOPATOGENESIS Cukup lama kelompok jamur Acynomycetes, yaitu Nocardia minutissima, diduga sebagai penyebab. Saat ini kuman batang gram positif yang ditemukan

pada

pemeriksaan
(2,3,6)

eritrasma

diketahui

sebagai

Corynebacterium

minutissimum.

Corynebacterium minutissimum merupakan bakteri batang gram positif yang berdiameter 1 sampai 2 dengan granul-granul substernal. Terkadang terdapat penambahan granul yang terletak di sentral. Perubahan ini disertai oleh kurangnya fluoresensi pada koloni. (3,9) Bakteri ini bersifat lipofilik, tidak memiliki spora, aerobik dan katalase positif. Organisme lipofilik ini berkolonisasi pada daerah yang kaya akan lipid atau sebum seperti axilla. Bakteri memfermentasikan glukosa, dextrose, sukrosa, maltose dan mannitol. Corynebacterium minutissimum dalam siklus hidupnya tidak membutuhkan inang, jadi penularannya langsung dari manusia ke manusia. Berkembang biak dalam darah dengan baik pada suhu 35-37C, dan bisa juga dikembangkan dari contoh kulit terinfeksi. Kemungkinan terdapat lebih dari satu jenis bakteri Coryneform sebagai penyebabnya. (2,11,8) Corynebacterium minutissimum berada pada lapisan superfisial stratum korneum dan tidak berpenetrasi ke lapisan epitelium yang masih baik atau jaringan ikat dalam keadaan normal. Bakteri ini menginvasi bagian superfisial stratum korneum pada kondisi yang cenderung turun seperti panas dan kelembaban, organisme-organisme ini berkembang biak akibat gangguan pada flora normal yang diikuti oleh kerusakan pada barrier kulit sehingga menyebabkan stratum korneum menjadi lebih tebal. Bakteri ini dapat dilihat di rongga antarsel seperti juga di dalam sel-sel, menghancurkan fibril-fibril keratin. Bakteri ini menghasilkan porfirin seperti pada hampir seluruh Corynebacteria. Substansi floresensi adalah senyawa porfirin yang larut air sehingga tidak dapat terlihat pada daerah yang baru saja dicuci.(8,12)

IV.

GAMBARAN KLINIS Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi

eritroskuamosa berbatas tegas, memiliki bentuk yang tidak teratur. Mulanya berwarna merah dan lama-kelamaan terlihat merah kecoklat-coklatan. Lesi-lesi yang baru biasanya licin dan lesi yang lama memberikan gambaran kasar dan berskuama halus serta terkadang erosif. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Pada keadaan tertentu, lesi dapat meluas ke badan dan paha.(1,2,7) Khusus di daerah tropik, iritasi lesi pada lipatan paha dapat mengakibatkan terjadi garukan dan terjadi likenifikasi di sela jari-jari kaki dan dapat menimbulkan plak maserasi dengan hiperkeratotik putih, khususnya di antara jari keempat dan kelima. Infeksi dari penyakit ini biasanya asimptomatik. Eritrasma timbul di daerah intertriginosa yaitu axilla, lipat paha, daerah di bawah payudara, genitocrural. (1,2,9)

Gambar 1. Eritrasma di daerah Axilla Dikutip dari kepustakaan 9

Gambar 2. Eritrasma di daerah Genitalia Dikutip dari kepustakaan 9

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang terdiri atas pemeriksaan dengan lampu wood dan sediaan langsung. 1. Fluoresensi Lampu Wood (lampu ultra violet gelombang panjang, Black Lights) adalah suatu gelas wood yang terdiri dari barium silikat yang mengandung 9% nikel oksida, bersifat opak terhadap sinar ultra violet kecuali berkas cahaya dari panjang gelombang 320400 nm. Jika sinar ultra violet disodorkan melalui filter ini maka sinar dengan panjang gelombang 365 nm yang akan diteruskan. Bola lampu yang fluoresen (sinar hitam) yang memancarkan sinar serupa, meskipun dengan spektrum lebih luas juga tersedia. Karena salep, eksudat, kosmetik, deodorant dan sabun dapat berfluoresensi sebagai warna biru atau ungu, maka kulit harus dibersihkan betul-betul sebelum pemeriksaan.(12,13) Pada pemeriksaan dengan lampu wood, lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coralred) karena adanya coproporphyrin III yang dihasilkan organisme penyebabnya.(10,13,14,15)

Gambar 3. a. Eritrasma yang berada di daerah genitocrural; b. Di bawah lampu wood menunjukkan fluoresensi bakteri dengan coralred
Dikutip dari Kepustakaan 8

2. Sediaan Langsung Bahan untuk sediaan langsung dengan cara mengerok. Lesi dikerok dengan skalpel tumpul atau pinggir gelas objek. Bahan kerokan kulit ditambah satu tetes eter, dibiarkan menguap. Bahan tersebut yang lemaknya sudah dilarutkan dan kering ditambah biru metilen atau biru laktofenol, ditutup dengan gelas penutup dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 100. Bila sudah ditambah biru laktofenol, susunan benang halus belum terlihat nyata, sediaan dapat dipanaskan sebentar di atas api kecil dan gelas penutup ditekan, sehingga preparat menjadi tipis. 1 Organisme terlihat sebagai batang pendek halus, bercabang,

berdiameter 1 atau kurang, yang mudah putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid. Pemeriksaan harus teliti untuk melihat bentuk terakhir ini. Kultur biasanya tidak diperlukan.1 Karena organisme ini adalah bakteri, pemeriksaan KOH jarang dilakukan. Pewarnaan gram menunjukkan adanya organisme berbentuk batang filamen, gram positif dalam jumlah yang banyak di beberapa area tertentu. Dengan mikroskop didapatkan gambaran mikroorganisme yang telah berpenetrasi dan merusak sel-sel tanduk.4 VI. DIAGNOSIS Diagnosis eritrasma ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis,

laboratorium, dan pemeriksaan lainnya. Gambaran klinis yang khas dengan pemeriksaan lampu wood yang positif seperti didapatkannya warna coral red fluorescence serta pemeriksaan gram dan giemsa tampak gambaran batang halus. Pembiakan tidak memiliki arti penting, apalagi kalau pemeriksaan dengan lampu wood positif. Adanya lesi kulit pada daerah yang memiliki gambaran effluoresensi seperti adanya eritema luas berbatas tegas dengan skuama halus dan terkadang erosif. Pada keadaan tertentu, bila lesi terdapat

pada

badan dan paha, eritrasma


(1,2,3,7)

harus dibedakan dengan Ptiriasis

versikolor.

VII.

DIAGNOSIS BANDING 1. Ptiriasis versicolor Penyakit yang umumnya paling banyak memberi kesan hampir sama dan dapat membingungkan dengan erythrasma, tetapi penyakit ini terjadi utamanya pada daerah badan atas dan memiliki lesi individu yang kecil dan tidak eritematous. Lesi yang mula-mula muncul berbentuk miliar yang berbatas tegas dan makin lama makin membesar tanpa disertai peninggian di tepinya. Timbul bercak putih atau kecokelatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Tempat predileksi penyakit ini terutama pada daerah yang tertutup pakaian seperti dada, punggung, lengan atas paha, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut. (1,7,16)

Gambar 3. Ptiriasis Versicolor didaerah badan Dikutip dari kepustakaan 7

2.

Tinea cruris Penyakit ini biasanya gatal dengan papula-papula eritematosa, tepi lesi aktif ditutupi skuama dan kadang-kadang disertai dengan banyak vesikel kecil-kecil. Lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri. Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya elemen jamur pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10-20%.(2,3,7)

Gambar 4. Tinea Cruris didaerah Genitalia Dikutip dari kepustakaan 7

3.

Tinea pedis Pada bentuk intertrigenosa, manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Pada bentuk vesikular akut, ditandai dengan terbentuknya vesikel-vesikel dan bulla yang terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. (1,2,16) Pada seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritema biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Lesi tinea pedis sering dimulai dari sela jari III, IV dan V. Biasanya penderita merasa gatal.16

10

Gambar 5. Tinea Pedis pada Daerah Dorsal Pedis Dikutip dari Kepustakaan 8 4. Kandidiasis Daerah eritematosa yang dikelilingi lesi-lesi satelit, erosif , kadangkadang dengan papula dan bersisik dan gatal hebat disertai panas seperti terbakar.pada daerah sela jari kaki tampak erosi dengan maserasi berwarna keputihan ditengahnya.2,7

Gambar 5. Kandidiasis didaerah sela jari kaki Dikutip dari kepustakaan 7

11

5.

Dermatitis seboroik Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Bentuk yang ringan hanya mengenai kulit kepala yang berupa skuama-skuama halus, mulai sebagai bercak kecil. Bentuk berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal.1 Dermatitis seboroik biasa terdapat pada daerah kepala, dahi, glabella, telinga post auricular, leher, supraorbital, liang telinga luar, lipatan nasolabialis, areola mammae, lipat paha dan anogenital.1

Gambar 5. Dermatitis seboroik pada daerah genital

VIII. PENATALAKSANAAN Adapun cara untuk mencegah eritrasma atau tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko eritrasma, yaitu : 2,7 1. Menjaga kebersihan badan. 2. Manjaga agar kulit tetap kering. 3. Menggunakan pakaian yang bersih dengan bahan yang menyerap keringat. 4. Menghindari panas atau kelembaban yang berlebih.

12

Penularan

Corynebacterium

minutissimum

(eritrasma)

yaitu

melalui

sentuhan secara langsung, sentuhan dengan kulit antara penderita dengan manusia lainnya. Pengobatan eritrasma bisa melalui 2 cara, yaitu : 1. Lokal dan Topikal a. Imidazoles atau sodium fusidate17 b. Benzoyl peroxide gel 7 hari.8,9 2. Sistemik : Eritromisin merupakan obat pilihan. Satu gram sehari (4x250 mg) untuk 2-3 minggu. Obat topical, misalnya salep tetrasiklin 3% juga bermanfaat. Demikian pula obat antijamur yang baru yang berspektrum luas. Hanya pengobatan penderita.(1,2,8) Untuk lokasi eritrasma terutama pada sela jari kaki cuci dengan benzoyl peroxidase dan 5% gel terbukti efektif pada sebagian besar kasus. Clindamicin 2% atau cream azole efektik untuk agen topical. Jika meluas sangat efektif diberikan eritromicin. (2,8,15,17,18) topical memerlukan lebih ketekunan dan kepatuhan

IX. PROGNOSIS Prognosis cukup baik, bila semua lesi diobati dengan tekun dan menyeluruh. Penyakit ini mungkin saja meninggalkan sisa yang asymptomatis untuk beberapa tahun atau mungkin dapat mengalami pariode exaserbasi. Kambuh kadang-kabdang dapat terjadi tepat setelah pemberian terapi antibiotik berhasil.(1,8,9) X. KESIMPULAN Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang ditandai dengan suatu peradangan superfisial ringan yang terlokalisasi pada kulit dan menahun, yang disebabkan oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteria

13

Coryneform aerobic, yang biasanya diketahui sebagai Corynebacterium minutissimum. Secara klinis, penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda daripada anak-anak. Frekuensinya sama antara pria dan wanita. Namun pada pria biasanya bentuknya asimptomatik pada area genitalia. tempat yang paling sering diserang organisme ini adalah daerah sela-sela jari kaki, yang memberikan gambaran seperti skuama yang mengalami maserasi, mirip yang disebabkan oleh infeksi jamur. Gambaran klinis yang khas dengan pemeriksaan lampu wood yang positif seperti didapatkannya warna coral red fluorescence serta pemeriksaan gram dan giemsa tampak gambaran batang halus. Cara untuk mencegah eritrasma atau tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko eritrasma yaitu : menjaga kebersihan badan, manjaga agar kulit tetap kering, menggunakan pakaian yang bersih dengan bahan yang menyerap keringat, menghindari panas atau kelembaban yang berlebih.

14

DAFTAR PUSTAKA

1.

Budimulja, Unandar. Eritrasma. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 334-35

2.

Warouw, Winsy F. Infeksi Bakteri Lain. Dalam: Harahap Marwali, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 2000. h. 61-2

3.

Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7th Edition. United States of America: Blackwell Publishing Company; 2004. p. 27.37-27.39

4. 5.

Sarkany, Imrich. The Etiology and Treatment of Erythrasma. Marks R, Narain NDR, Bhogal, Moore NT. The Erythrasma Microorganism In Situ: Studies Using The Skin Surface Biopsy Technique. J Clin Path [serial online] 1972 Mar [ cited 2010 March 2]; 25: 799-803. Available from :URL: http://jcp.bmj.com/.

6.

Maibach HI, Aly R. Bacterial Infection. In : Moschella SL, Hurley HJ, editors. Dermatology. 3rd Edition. Philadelphia: WB Saunders; 1992. p. 733-4

7.

Siregar R.S. Eritrasma. Dalam: Hartanto H, editor. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. h. 56-7

8.

Ghani Kibbi, Abdul. Erythrasma. [online]. 2009 Aug 11 [cited 2010 Feb 21]; Available from: URL: http://www.emedicine.com/Dermatology/topic187.htm

15

9.

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7 th Edition. United States of America: MC Graw Hill; 2008. p. 1708-709

10. Brown, R.G and Burns, Tony, editors. Lecture Notes Dermatologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2005. h. 21-22 11. Alexander B. Granok,1 Patti Benjamin,2 and Lee S. Garrett. Corynebacterium minutissimum Bacteremia in an Immunocompetent Host with Cellulitis. [online] [2007][ cited 2010 March 2]. Available from:

URL:http://briefreport.com/?expert.html. 12. Amiruddin, D. Ptiriasis Versikolor. In: Amiruddin, D, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jogjakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNHAS; 2003. p. 68-9 13. Gupta LK, Singhi MK. Wood's lamp. Department of Dermatology, Venereology & Leprology, Dr. S. N. Medical College, Jodhpur [Serial online] 2004 [cited 2010 march 2]; Volume 70. p. 131-135. Available from :URL:

http://jcp.bmj.com/. 14. Grant, Jane M, editor. Color Atlas of Dermatopathology. United States of America: Informa Healthcare; 2007. p. 11 15. Arnold HL, Odom RB, James WD, editors. Andrews Diseases Of The Skin Clinical Dermatology. 8th Edition. p. 284-85

16

16. Trelia Boel. Mikosis Superfisial. [serial online] [ cited 2010 March 2]; p. 1-14. Available from :URL: http://healthcare.com/. 17. Gawkrodger, David. Dermatology An Ilustrated Colour Text. Churchill Livingstone. 2003 18. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology. Volume 1. London: Mosby; 2003. p. 1128

17

You might also like