You are on page 1of 2

Hukum Maulid Nabi

Posted Juli 12, 2007 Filed under: Al-Atsary, As-Salaf, As-Salafi, As-Salafy, As-Sunnah, Darus Salaf, Darus Salafi, Darus Salafy, Darus Sunnah, Kajian Salaf, Kajian Salafy, Manhaj Salaf, Manhaj Salafi, Manhaj Salafy, Ngaji Fiqih, Ngaji Salaf, Ngaji Salafy, NgajiSalaf.Net, Salaf, Salaf Indonesia, Salaf Online, Salafi, Salafi Indonesia, Salafi Online, Salafiyun, Salafy, Salafy Indonesia, Salafy Online, Salafyon, Sunnah, Sunni | Hari Senin, 12 Rabiul awwal 1422 H atau 4 Juni 2001 pada umumnya kalender yang terbitan (percetakan) Indonesia ditandai dengan warna merahumumnya warna merah pada kalender ini banyak orang yang senang dibuatnyayang menandakan telah terjadinya suatu peristiwa bersejarah. bagi kaum Muslimin peristiwa itu tidak asing lagi, yakni hari dan bulan dilahirkannya seorang yang terpilih, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Terdapat banyak ungkapan/ekspresi dalam mensikapi hari bersejarah tersebut. ada yang biasa-biasa saja, sebagaimana mensikapi hari-hari lainnya, ada yang mempunyai perasaan tertentu, ada yang bergembiramungkin karena hari itu liburbahkan ada yang mengadakan semacam upacara ritual ibadah tertentu, ala kulli hal semuanya tidak terlepas dari tiga sikap yakni sikap berlebih-lebihan, meremehkannya (dua sikap ghuluw di atas merupakan perangkap syetan, bagi syetan tidak perduli kemanakah manusia condongnya dampaknya akan sama saja) dan yang bersikap wasath pertengahan. kita sebagai seorang muslim yang baik, salafiyun, tentunya mempunyai sikap dan pendirian yang berdasarkan tuntunan syariat dalam suatu perkara, sehingga tidak terjebak dalam perangkap syetan itu ketika mensikapi suatu masalah. sebaik-baik urusan adalah yang pertengahanyang sesuai syari tentunyaatau orang istilahkan moderat. Sebenarnya bagaimana sih tuntunan salaf dalam hal ini?, terutama yang kita soroti adalah mereka yang terjebak dalam sikap berlebih-lebihan dalam memperingati maulid Nabi shalallahu alaihi wa sallamyang dominan di kalangan kaum Muslimin Indonesia. Jika kita melihat ke belakang, yakni pada jaman keemasannya Islam, pada jaman di mana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam masih hidup, jamannya para shahabat ridhwanullah alaihim jaamian, atau jamannya para tabiin atau juga jamannya para tabiut-tabiin (itulah jaman keemasannya Islam, sebaik-baiknya jaman) maka tidak akan kita jumpai peringatan mengenai Maulid Nabi shalallahu alaihi wa sallam semacam yang terjadi di negeri kita ini, apakah mereka lupa ataukah bagaimana, sehingga tidak terdapat nukilan dari mereka mengenai peringatan maulid Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Sebenarnya, peringatan maulid Nabi shalallahu alaihi wa sallam bagaimanapun bentuknya memang tidak ada tuntunannya dalam syariat, tidak ada nash atau dalil yang mendukung perbuatan tersebut. Tapi juga kan tidak ada nash atau dalil yang melarang untuk melakukan perbuatan tersebut jadi sah-sah saja, bahkan ini menunjukkan syiar islam, menunjukkan kecintaan kita kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, apakah anda ini tidak cinta pada Rasulullah shalallahu alaihi wa

sallam dengan melarang perbuatan kami ini Mungkin itudan semacamnyabantahan (baca: syubhat) yang muncul ketika kita menjelaskan pada mereka tentang tidak adanya dalam syariat Islam mengenai peringatan maulid Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Jawabannya, bahkan (harus) kita sangat mencintai beliau shalallahu alaihi wa sallam, cinta kita kepada beliau shalallahu alaihi wa sallam melebihi cinta kita kepada kedua orang tua kita, bahkan kepada diri kita sendiri, setiap nama beliau shalallahu alaihi wa sallam disebut kita mengucapkan shalawat kepada beliau shalallahu alaihi wa sallam kita mengerjakan sunnah-sunnah (tradisi, kebiasaan)nya yang tentunya dengan cara yang benar sesuai dengan syariat, tidak ngawur atau mengarang sendiri lalu dicarikan pembenarannya lewat Al-Quran dan As-Sunnah yang dipaksakan. Adalah keliru jika dikatakan tidak ada larangan dalam melakukan perbuatan tersebut, karena perbuatan tersebut termasuk ibadah, yang di mana ada suatu kaidah yang menyatakan Semua perbuatan ibadah terlarang untuk dikerjakan hingga didapatkan dalil yang memerintahkannya, perlu diketahui kaidah ini tidak asal dibuat namun diambil dari Al-Quran dan As-Sunnahkalau ada kesempatan akan dijelaskan insya Allah. Kesimpulannya perbuatan memperingati maulid Nabi shalallahu alaihi wa sallam adalah bidah, bukan termasuk dari syiar-syiar Islam, tidak ada tuntunannya dalam syariat, sunnahnya kita hindari atau tinggalkan perbuatan tersebut. hendaknya kita mencukupkan diri dengan sunnah yang ada, sunnah-sunnah yang dikerjakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat yang lurus lagi terbimbing Kalau antum perhatikan maka mereka yang melakukan ritual tersebutmaulid Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallamkebanyakan kualitas keislamannya kurang dari segi ilmu dan amal shaleh, bahkan banyak di antara mereka yang meninggalkan shalat berjamaah di masjidyang itu merupakan kewajiban bagi seorang laki-laki muslimpadahal itu adalah syiar-syiar Islam yang sangat jelas dan agung. tambahan pula maulid Nabi shalallahu alaihi wa sallam mirip dengan natalnya orang nasharamemperingati kelahiran, padahal kita dilarang untuk tasyabbuh menyerupai mereka dan dianjurkan untuk menyelisihi mereka. masih banyak lagi bantahan mengenai peringatan ini yang kalau dijelaskan akan berlembar-lembar halaman, bagusnya antum baca buku di antaranya yang bagus yaitu Kitab Tauhid III tulisannya Syaikh Fauzan bin Al-Fauzan yang diterbitkan oleh penerbit Darul Haq. Demikianlah sedikit catatan mengenai peringatan Maulid Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk memberi peringatan mengenai bidahnya peringatan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam kepada saudara antum untuk meninggalkannya yang mungkin begitu bersemangat sekali dalam menyongsong/mensikapi ritual ini dengan cara yang hikmah, lemah-lembut tentunya. Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat

You might also like