You are on page 1of 29

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1

Sejarah PT. PLN ( Persero ) P3B Sumatera Perusahaan listrik di indonesia di rintis oleh perusahaan perusahaan swasta

Belanda, yaitu oleh pabrik perusahaan kelistrikan untuk umum yang mempunyai nilai keuntungan, maka berdirilah perusahaan swasta milik Belanda seperti : 1. NV. ANIEW 2. NV. GEBEO 3. NV. OGEM 4. Dan perusahaan listrik yang bersifat lokal lainnya. Jawatan tenaga membawahi perusahaan negara untuk pembangkit tenaga listrik (PANUPATEL) dan di perluas membawahi juga perusahaan negara untuk distribusi tenaga listrik (PANUDITEL). Pada tahun 1952, berdasarkan keputusan presiden NO.163 tanggal 3 oktober 1953 tentang nasionalisme perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu: jika konsei perusahaan telah berakhir, maka beberapa perusahaan swasta tersebut di ambil alih dan di gabungkan jawatan kerja tenaga. Jawatan tenaga

kerja di ubah menjadi perusahaan listrik negara melalui surat Menteri pekerjaan umum dan tenaga NO.P.25/45/17 tanggal 23 September 1958, Sedangkan P3LG di bubarkan pada tahun 1959, setelah dewan direktur membentuk Perusahaan Listrik Negara (D. D. PLN ) terbentuk berdasarkan undang undang dan peraturan pemerintah tersebut menteri pekerjaan umum dan tenaga pada saat ini menertibkan surat keputusan : Menteri PU. T. Nomor : ment 16/Mei 1961 yang arah nya sebagai berikut : 1. BPU adalah Suatu badan perusahaan negara yang di serahi tugas untuk menguasai dan mengurus perusahaan listrik negara dan tugas yang terbentuk badan hukum. 2. Organisasi BPU-PLN di pimpin oleh direksi. 3. Di daerah di bentuk daerah exploitasi yang terdiri dari: a. Sepuluh (10) daerah exploitasi umum (pembangkit dan distribusi) b. SDS dua (2) daerah exploitasi khusus distribusi listrik c. Satu (1) daerah exploitasi khusus pembangkit listrik d .Tiga belas (13) PLN exploitasi proyek proyek kelistrikan 4. Daerah exploitasi khusus pembangkit di bagi lebih lanjut menjadi cabang dan ranting. 5. Daerah exploitasi pembangkit di bagi lebih lanjut menjadi sektor.
7

Dalam kabinet pembangunan satu ,ditjen gatrik,PLN dan lembaga lembaga masalah kelembagaan (LMK) di alihkan ke departemen PUTI, LMK di tetapkan dalam pengelolaan PLN melalui peraturan menteri PUTL NO.8/PRT/1970. Tahun 1972, PLN di tetapkan sebagai perusahaan umum melalui peraturan pemerintah NO.18 pemerintah juga memberikan tugas-tugas di bidang kelistrikan kepada PLN untuk Mengatur, Membina, Mengawasi, dan melaksanakan perencanaan umum di bidang kelistrikan nasional di samping tugas tugas perusahaan. Terlihat bahwa tugas tugas pemerintah yang semula di pakai oleh PLN (secara bertahap di kembalikan ke departemen), sehingga PLN dapat lebih memuaskan fungsinya sebagai perusahaan. Berdasarkan undang undang dan peraturan pemerintah yang semula di pakai oleh PLN merupakan salah satu pemegang kekuasaan usaha kelistrikan, berhubungan dengan itu maka agar di dalam pelaksanaan operasional sebagai pemegang kuasa tenaga kelistrikan sesuai dengan makna di atas, pemerintah republik indonesia menetapkan peraturan pemerintah indonesia NO.17 tahun 1990 tentang perusahaan umum (PERUM) listrik negara. Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan perusahaan umum listrik negara sebagai pemegang tenaga kuasa usaha

ketenagalistrikan berdasarkan peraturan pemerintah NO.23 tahun 1994 status PLN di ubah dari PERUM menjadi persero atau dengan PT. PLN (persero).

2.2 Lokasi Adapun lokasi dari PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang Gardu Induk Sungai Juaro Tragi Boombaru adalah Jalan Mayor Zen Palembang.

2.3 Tugas pokok Adapun tugas pokok yang di lakukan selama kerja praktek di PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang Gardu Induk Sungai Juaro Tragi Boombaru adalah : Mencari data data tentang Pengoperasian pemisah (PMS) pada PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Sumatera Unit

Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang Gardu Induk Sungai Juaro Tragi Boombaru.

2.4

Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Struktur Organisasi Transmisi dan Gardu Induk Unit Tragi Boom Baru PT. PLN

Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.1

Gambar 2.1. Struktur Organisasi

Unit transmisi dan Gardu Induk Tragi Boom Baru membawahi lima gardu induk. Gardu induk tersebut adalag sebagai berikut : 1. Gardu Induk 70 KV di Bukit Siguntang 2. Gardu induk 70 KV di Seduduk Putih 3. Gardu Induk 70 KV di Sungai Juaro 4. Gardu Induk 70 KV di Talang Ratu 5. Gardu Induk 70 KV di Boom Baru

2.4.1

Manager TRAGI a. Mengelolah pelaksanaan rutin atau non rutin Gardu Induk dan jaringan sesuai prosedur dan instruksi kerja. b. Mengelola pelaksanaan pengoperasian Instalasi Gardu Induk sesuai System Operating Procedure (SOS). c. Mengelola pengamanan fisik instalasi sistem transmisi termasuk ROW jaringan di wilayah kerjanya. d. Melaksanakan usaha deteksi dini (predictive maintenance) sarana transmisi dan Gardu Induk serta segera melaporkan kondisi dan memberikan rekomendasi atas penyimpanan terhadap standar yang berlaku.
7

e. Membuat laporan realisasi operasi, pemeliharaan rutin, non rutin, predictive serta ketidak normalan unjuk kerja peralatan Gardu Induk dan jaringan, ke Kantor Unit Pelayanan transmisi (UPT). f. Melaksanakan penilaian unjuk kerja SMUKI secara berkala. g. Menyusun usulan Rencana Keraja Anggaran Perusahaan (RKAP) beserat RAB dan data pendukunng meliputi laporan kerusakan peralatan instalasi transmisi, gardu induk, rele proteksi dan scada. h. Mengusulkan pembinaan atau mengembangkan SDM untuk meningkatkan kompetensi susuai kebutuhan.

2.4.2

Supervisor HAR Jaringan a. Mengawasi jaringan transmisi apabila terjadi gangguan misalnya konduktor rantas dan isolator pecah. b. Mengawasi tanam tumbuh lokasi transmisi (ROW).

2.4.3

Supervisor Tata Usaha a. Melakukan kegiatan administrasi untuk mendukung kelancaran pekerjaan operasional dan pemeliharaan di Tragi.

b. Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan emulumen pegawai. c. Menyediakan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) di Tragi dan gardu induk. d. Memeriksa hasil penilaian kinerja (SMUKI) pegawai secara berkala. e. Memeriksa pertanggung jawaban keuangan kegiatan operasional

pemeliharaan secara umum. f. Memelihara dan melaksanakan inventarisasi aktiva kantor dan sarana umum. g. Mengusulkan kursus atau diklat pegawai untuk meningkatkan kompetensi sesuai kebutuhan.

2.4.4

Juru Tata Usaha a. Melaksanakan kegiatan administrasi untuk kkelancaran operasional dan pemeliharaan di Tragi. b. Menghimpun dan memeriksa kuitansi biaya pemeliharaan kesehatan dan membuat daftar pembayaran restitusinya.

c. Mendistribusikan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) di Tragi dan Gardu Induk. d. Menghimpun hasil penilaian kinerja (SMUKI) pegawai secara berkala. e. Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan.

2.4.5

Supervisor OPHAR Gardu Induk a. Menyusun jadwal kerja operator dan petugas keamanan. b. Memeriksa dan membuat rekap laporan operasi gardu induk dan transmisi. c. Memeriksa hasil monitoring peralatan gardu induk dan membuat laporan ketidak normalan peralatan gardu induk dan transmisi. d. Melaksanakan dan membuat laporan pemeliharaan mingguan, bulanan dan harian. e. Memeriksa dan mengawasi pekerjaan mandor line (ROW), cleaning service. f. Membina dan membuat penilaian SMUKI bawahan. g. Membuat data peralatan yang terpasang pada gardu induk dan transmisi.

2.4.6 Operator Gardu Induk. 1. Mengoperasikan Peralatan Gardu Induk. a.Menyiapkan peralatan yang terkait dengan pengoperasian gardu induk. b.Melaksanakan pelepasan dan penyambungan PMT dan PMS sesuai SOP, sistem SOP lokal atau Instruksi Kerja (IK). c.Mencatat penyimpangan dan kegagalan pengoperasian peralatan

(Indikasi rele dan announciator). d.Membuat laporan manuver kedalam format yang tersedia. 2. Memonitor Operasi Peralatan Gardu Induk a.Mencatat parameter operasi secara berkala ke logsheet b.Melaksanakan pemeriksaan kondisi peralatan secara visual sesuai SE 032 Suplemen dan mencatat item pemeriksaan kedalam checklist yang tersedia. c.Melaporkan ketidak normalan operasi peralatan, kondisi darurat (emergency) keatasan terkait dan UPB serta melaporkan perbuatan manusia atau masyarakat yang dapat merusak dan merugikan perusahaan kepada pihak yang berwajib.

2.5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K2 dan K3 )

2.5.1 Komitmen keselamatan ketenagalistrikan (K2 ) pada Instalasi Listrik Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi. Prosedur pelaksanaan K2 dan K3 ini sangat diperlukan disetiap pemeliharaan maupun guna mengurangi angka tingkat kecelakaan kerja yang tinggi pada gambar 2.2 menjelaskan bagan asal K2 dan K3 dibentuk :

K3
Keselamatan dan Kesehatan kerja

K2
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tenaga Kerja

Tenaga Kerja

No.1/1970 Tentang Keselamatan Kerja

- Masyarakat Umum Sekitar Instalasi - Instalasi


- Lingkungan Instalasi

UU 20/2002 Tenaga Ketenagalistrikan


(K2)

UU 15/1985 Tentang Ketenagalistrikan


Keselamatan Kerja & umum

PP 3/2005 Psl.21 Gambar 2.2 K3 dan K2

PT. PLN ( Persero ) P3B Sumatera berkomitmen dan sadar bahwa keselamatan ketenagalistrikan ( K2 ) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari bisnis perusahaan yang pelaksanaan nya merupakan tanggung jawab semua jajaran di perusahaan. Prosedur pelaksanaan K2 ini sangat di perlukan di setiap pengoperasian manapun guna mengurangi angka tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Dalam melaksanakan kegiatan penyaluran ketenagalistrikan akan

mengutamakan keselamatan ketenagalistrikan yang aman serta nyaman bagi siapapun yang berada di tempat kerja, serta masyarakat di lingkungan nya dengan memperhatikan : Melaksanakan GOVERNANCE. Menciptakan dan membudayakan safety, clean, dan green ( SCG ) di lingkungan transmisi dan gardu induk. Mematuhi seluruh keselamatan dan pengoperasianyang merupakan bagian tugas kerja, dengan di lengkapi perlengkapankeselamatan ketenagalistrikan yang sesuai dengan SOP serta mensosialisasikan keselamatan ketenagalistrikan kepada seluryh pekerja dan pihak terkait. Tidak akan melakukan pekerjaan lain di luar tugas yang di berikan perusahaan. Keberhasilan perusahaan juga tergantung pada keberhasilan kinerja keselamatan ketenagalistrikan, oleh karena itu K2 siap mempertanggung bawab kan segala resiko dan konsekuensi nya
7

pekerjaan

dengan

prinsip

GOOD

CORPORATE

jika

ada

pelanggaran

keselamatan

ketenagalistrikan.2.5.2 keselamatan kerja ( K3 )

Pernyataan

kebijaksanaan

kesehatan

dan

PT. PLN (Persero ) P3B Sumatera berkomitmen dan sadar bahwa keselamatan dan kesehatan kerja sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis perusahaan yang pelaksanaan nya merupakan tanggung jawab di semua jajaran di perusahaan, untuk mencegah dan mengurangi kerugian jiwa, cidera, dan penyakit akibat kerja,kerusakan peralatan lingkungan, serta hilang nya jam kerja. PT. PLN (Persero ) P3B Sumatera bertekad melaksanakan kegiatan ketenagalistrikan yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja yang aman dan nyaman bagi siapapun yang berada di tempat kerja dan masyarakat,lingkungan yang di laksanakan secara berkelanjutan dengan : Mencegah kecelakaan akibat kegiatan penyaluran tenaga listrik.

Mematuhi seluruh peraturan perundangan (K3) sebagai persyaratan minimum K3. Mensosialisasikan K3 kepada seluruh karyawan, rekanan, dan pihak pihak terkait. Meningkatkan kompetensi karyawan dan memenuhi kualifikasi persyaratan tugasnya. Mengkonsultasikan permasalahan K3 dengan seluruh pekerja dan pihak terkait. Melakukan evaluasi dan tinjauan terhadap kinerja dan kesesuaian K3.

Keberhasilan perusahaan sangat tergantung pada keberhasilan kinerja K3. Oleh karena itu setiap resiko harus dapat di kendalikan sehingga keterlibatan seluruh manajemen dan personil perusahaan merupakan faktor yang penting untuk selalu di dukung guna mendapatkan hasil yang baik. Pelaksanaan ini di tinjau paling lama 1 tahun sekali untuk menjamin agar tetap konsisten dan sesuai dengan perkembangan standar, peraturan, tuntutan pasar dan teknologi.

2.5.2 Maksud dan Tujuan Agar setiap pekerjaan pada instalasi listrik tegangan tinggi dapat terlaksana dengan aman dan lancar serta selamat, sehingga tercapai zero accident. Personel yang diperlukan : 1. Penanggung jawab pekerjaan 2. Pengawas K3 3. Pengawas manuver 4. Pelaksana manuver 5. Pengawas pekerjaan 6. Pelaksana pekerjaan Personil tersebut haruslah terorganisir sebaik-baiknya, sehingga menjadi sebuah team work yang solid. Pengawas manuver dan pengawas pekerjaan tidak

boleh dirangkap. Penerapan prosedur K3 pada pekerjaan yang berlaku pada instalasi listrik meliputi :

1. Manuver pembebasan tegangan. 2. Pelaksana pada instalasi dalam keadaan tidak bertegangan. 3. Manuver pemberian tegangan.

2.5.3 Peranan dan Tugas / Tanggung Jawab 1. Penanggung Jawab Pekerjaan Bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian pekerjaan yang akan dan sedang dilaksanakan. Penanggung jawab pekerjaan adalah kuasa pemilik asset yaitu manager UPT. Melakukan koordinasi dengan unit lain yang terkait. Mengelolah seluruh kegiatan meliputi: personil, peralatan kerja,

perlengkapan K3 dan material.

2. Pengawas Manuver Sebagai pengawas proses pembebasan dan pengisian tegangan. Mengawasi pelaksanaan manuver.
7

Mengawasi pemasangan tagging di panel control serta rambu pengaman lainya. Mengawasi pemasangan dan pelepasan sistem pentanahan. 3. Pelaksanaan Manuver Bertindak selaku eksekutor pada manuver peralatan instalasi. Pelaksana adalah operator gardu induk. Melakukan pemasangan dan pelepasan Pemisah (PMS) tanah. Melakukan pemasangan tagging.

4. Pengawas Pekerjaan Mengawasi pemasangan dan pelepasan pentanahan lokal. Menjelaskan metode pelaksanaan pekerjaan. Mengatur pelaksanaan pekerjaan.

5. Pelaksanaan Pekerjaan Tugas melaksanakan pekerjaan instalasi listrik tegangan tinggi (TT)/ Tegangan Ekstra tinggi. Melakukan pengesetan tegangan pada lokasi yang dipasang grounding lokal. Memasang dan melepaskan pentanahan lokal.
7

2.5.4

Alat Pelindung Diri yang Dibutuhkan Alat pemadam api ringan. Alat pemadam api ringan tradisional. Jas Hujan. Safety shoes 20 KV. Sarung tangan 20 KV. Stick ground 150 KV. Stick ground 20 KV. Stick tester. Safety belt. Police line. Tangging (Kartu Gantung). Kotak obat (P3K). Kotak sampah. Kaca mata. Master. Helmed safety. Sepatu boot. Sarung tangan kulit.
7

2.5.5

Belangko Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi / Blangko ISO Merupakan lembaran-lembaran yang wajib diisi setiap ada kegiatan

pemeliharaan dan dapat juga dijadikan sebagai tanda bukti dan tanggunng jawab atas pekerjaan yang telah dilakukan. Terdiri dari 9 formulir/butir. 1. Formulir 1 : Tentang prosedur pengamanan instalasi. 2. Formulir 2 : Berisi pemeriksaan kesiapan pelaksanaan sebelum kerja. 3. Formulir 3 : Berisi pembagian tugas dan penggunaan alat keselamatan kerja petugas pemeliharaan. 4. Formulir 4 : Berisi tentang manuver pembebasan tegangan instalasi listrik TT. 5. Formulir 5 : Pernyataan bebas tegangan 6. Formulir 6 : Serah terima pekerjaan pemeliharaan 7. Formulir 7 : Pernyataan pekerjaan selesai 8. Formulir 8 : Surat pendelegasian tugas 9. Formulir 9 : Permintaan izin kerja.

2.6

Sistem Manajemen dan Kebijakan Manajemen PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera Unit

Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang memiliki komitmen manajemen menjalankan bisnis ketenaga listrikan dengan langkah : 1. Memberikan pelayanan yang terbaik dibidang ketenaga listrikan secara berkesinambungan dengan menjamin operasi dan pemeliharaan instalasi penyaluran dan memenuhi asfek keandalan keamanan dan efisiensi. 2. Mengembangkan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi

(MSDMBK) dalam penyaluran operasionalperusahaan. 3. Menjalankan bisnis ketenaga listriakan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

2.7

Peranan dan Tugas P3B Sumatera Peranan dan tugas penyaluran dan pusat pengaturan beban Sumatera (P3BS)

sesuai Keputusan Direksi. Pembentukannya adalah mengelola operasi sistem tenaga listrik Sumatera, mengelola operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi Sumatera, serat mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara PLN

pusat selaku Single Buyer dengan perusahaan pembangkit dan unit distribusi di sistem Sumatera. 2.8 Visi dan Misi P3B Sumatera Visi Di akui sebagai pengelola penyalur dan pengatur beban sistem tenaga listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang mampu memenuhi harapan stake holders dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi Mengelola operasi sistem tenaga listrik yang handal. Melakukan usaha penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara efisien andal dan akrab lingkungan. Mengelola pasar tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik Sumatera. MOTTO Kesinambungan penyaluran listrik untuk Sumatera ( Continuity of electricity for Sumatera )

2.9

Ruang Lingkup Usaha PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Sumatera

Unit Pelayanan dan Transmisi (UPT) Palembang Transmisi dan gardu induk Sungai Juaro memiliki ruang lingkup usaha yang meliputi unit pembangkit, unit penyaluran dan pengoprasian Gardu Induk dan Unit pemeliharaan dan perawatan Gardu Induk yang mana masing-masing unit memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda. 2.9.1 Unit Pembangkit Pada unit Pembangkit PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Sumatera Unit Pelayanan dan Transmisi (UPT) Palembang taransmisi dan gardu induk Sungai Juaro digunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar solar yang menghasilkan daya sebesar 11,5KV Pembangkit ini berfungsi sebagai penambah daya apabila pada gardu induk penyulang terjadi kekurangan daya yang disalurkan melalui trafo tenaga 16 MVA dan trafo daya 20 KVA dan dihubungkan paralel dengan trafo yang ada pada gardu induk. Peralatan mesin yang ada pada Unit Pembangkit diantaranay adalah :

a. Generator dengan tegangan 115 volt dengan daya semu 1400 KW dan daya nyata sebesar 12,5 MW dan arus sebesar 1465 A dengan faktor kerja 0,8 serat memiliki kemampuan putaran sebesar 125 rfm. b. Exicter yang menggunakan tegangan sebesar 162/173/189 volt. c. Diesel Star dengan daya 400 HP dan putaran 125 rfm. d. Trafo tenaga 16 MVA dengan kemampuan daya 15,750 KVA/11,5 KV. e. Trafo pemakaian sendiri atau trafo daya dengan daya 12 KV, arus nominal 289 A menggunakan hubungan D Y N5.

2.9.2

Unit Operasional dan Pemeliharaan Gardu Induk Masuk ke unit operasional gardu inbduk dijaga oleh seorang operator yang

bertugas mengadakan pengawasan pada gardu induk, mencatat daya yang disalurkan dan melaporkan kepada pihak unit pembagian beban (UPB) yang dilakukan oleh operator, bentuk laporan yang disampaikan dapat berupa : a. Laporan pengusahaan yang berisi tentang hasil hasil usaha dan kondisi operasional peralatan dalam priode tertentu meliputi : Pembebana gardu induk (pada kondisi normal, beban puncak dan beban rendah). Neraca energi (penerimaan dan pengeluaran).

Data Operasional peralatan baik dalam kondisi normal, pemeliharaan maupun gangguan.

Lossis tenaga listrik dalam jaringan.

b. Laporan Kondisi Fisik Peralatan yaitu laporan tentang hasil pemeriksaan harian terhadap fisik peralatan selama operasi, meliputi : Kondisi komponen komponen peralatan operasi. Siap atau tidaknya peralatan operasi.

Setiap operator memiliki wewenang dan tanggung jawab, dibedakan menjadi : 1. Wewenang dan tanggung jawab operator dalam pengoprasian gardu induk. a. Bertanggung jawab atas kelangsungan operasi gardu induk dengan menjaga keadaan penampilan peralatan setiap saat. b. Bertanggug jawab atas keamanan peralatan listrik yang terpasang. c. Mencatat dan melaporkan hasil penunjukan meter ke piket system secara priodik. d. Melaksanakan perintah piket yang sesuai dengan prosedur dan melaporkan pelaksanaan ke piket sistem. e. Mencatat dan meriset alarm yang muncul, annunciater yang muncul dan dan rele yang bekerja bila terjadi gangguan.

f. Mengambil tindakan penyelamatan bila kondisi darurat tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada piket. g. Menolak perintah bila tidak sesuai dengan perosedur yang berlaku.

2. Wewenang dan tanggung jawab unit Gardu Induk dan Sistem. a. Menjamin keandalan supply daya yang kontinyu kepada konsumen. b. Mengatur sistem aliran daya dengan menjamin kapasitas kemampuan gardu induk melalui pengaturan piket sistem. c. mejaga keseimbangan atau kesetabilan sistem supply daya pada area/ daerah operasi gardu induk melalui pengaturan piket sistem. d. menjaga kondisi sistem dalam kondisi tetap baik agar tidak terjadi gangguan yang diakibatkan beban lebih, kesalahan manuver dan kesalahan intertnal lainya. Dalam pengoperasian gardu induk diperlukan suatu ketentuan atau petunjuk (SOP) tentang tata cara pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian operasi peralatan agar berfungsi dengan baik dalam kondisi normal darurat dan black out. Standar Operation Procedure (SOP) ini merupakan pedoman dan petunjuk bagi Dispatcher dan operator gardu induk untuk melaksanakan manuver dalam mengatasi gangguan listrik pada instalasi yang sedang beroperasi di gardu induk. Sebelum pengoperasian
7

gardu induk terlebih dahulu operator mengetahui konfigurasi gardu induk, nama peralatan, lokasi peralatan dan batas pengusahaannya. Pengamatan dan pemeriksaan serta pengendalian operasi gardu induk yang dilakukan operator dalam kondisi normal meliputi : 2. Pemeriksaan dan Pengaturan Tegangan. pemeriksaan dan pengaturan tegangan yang dicatat dan dilaporkan secara periodik baik pada penghantar, rel, maupun sekunder trafo. 3. Pengamatan Beban. Pengamatan Beban (I) dan daya (W), yang dicatat dan dilaporkan secara berkala atau sewaktu waktu dibutuhkan baik pada penghantar dan trafo. Melaporkan bila beban mencapai nominal lebih informasikan path UPB/ agar tidak menambah beban untuk ditindak lanjuti bila ternyata beban melebihi batas. 4. Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi. Pemeriksaan kabel tegangan tinggi dengan memeriksa manometer (tekanan minyak), tekanan gas SF pada seling and/ terminal bushing kabel. 5. Pemeriksaan Trafo Tenaga. Pemeriksaan secara visual kondisi trafo, sistem pendingin (kipas, radiator, pompa) level minyak trafo posisi tap changer, kondisi silikagel (kondisi biru, merah, putih).
7

6. Pemeriksaan PMT. Pemeriksaan tinggi minyak, tekanan gas SF6 tekanan udara dan pencatatan counter PMT. 7. Pemeriksaan Sumber DC. Pemeriksaan level indicator, level electrolit tegangannya baik untuk rele DC, Motor PMT, lampu darurat,alarm dan lain lain.

8. Pencatatan Energi Listrik. Energi listrik KWH dicatat secara berkala baik pada penghantar, sekunder trafo dan pelanggan. Prosedur Pemeliharaan Gardu Induk meliputi : 1. Koordinasi pengaturan operasi dengan rencana pemeliharaan. 2. Tata cara kerja pengaman atau pelaksanaan pemeliharaan. 3. Tata cara manuver peralatan yang akan dipelihara. Dalam mengatasi gangguan sangat tergantung pada tingkat dan lokasi gangguan, namun secara umum dapat diambil tindakan sebagai berikut : 1. Membuka PMT tertentu sesuai SOP yang berlaku tindakan ini dilakukan pada gangguan yang mengakibatkan kehilangan beban/ pemadaman beban gardu induk.
7

2. Pemeriksaan dan pencatatan kejadian gangguan. 3. Pelaporan data atau informasi kejadian gangguan. 4. Penormalan dalam mengatasi gangguan serta melaporakn hasilnya. Dalam mengatasi gangguan yang terjadi di luar daerah gardu induk yang bersifat permanent diserahkan kepada bagian pemeliharaan yang akan turun kelapangan dalam mengatasi segala bentuk gangguan yang terjadi, misalnya gangguan dahan pohon yang tumbang dan mengenai penghantar yang menyebabkan hubungan singkat antar penghantar.

You might also like