You are on page 1of 29

MAKNA SUPERVISI

MANAJEMEN SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN


PERAN SUPERVISI DALAM SISTEM MANAJEMEN
APLIKASI SUPERVISI
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI
Tugas Akhir Semester Mata Kuliah :
SUPERVISI PENDIDIKAN
Oleh :
WAHYONO SAPUTRO
NIM. 2110103187
Dosen Pengampu :
Prof. H. Waspodo, M. Ed, Ph. D.
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2012


A. MAKNA SUPERVISI
1. Pengertian Supervisi
Pengawas atau supervisor merupakan dua istilah yang dapat dipertukarkan antara satu
sama lain jika membicarakan kepengawasan dalam pendidikan. Dalam konteks
pendidikan di Indonesia digunakan istilah pengawas, hanya saja dalam konteks keilmuan
berdasarkan literatur memakai istilah supervisor atau supervision(Rivai, 2009: 824).
Supervisi adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran
(supervision is a panned program for the improvement of instruction), (ahmad Rohani,
1991) dalam Rivai (2009: 824). Supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya untuk memperbaiki
pengajaran, mengembangkan pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan
pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan penilaian pengajaran.
Pengertian supervisi (pengawasan) menurut beberapa ahli yang terdapat dalam Ahmad
Rohani (1991) adalah sebagai berikut;
1) Menurut Alexander dan Sayrol, supervisi adalah suatu program inservice-
education dan usaha memperkembangkan kelompok (group) secara bersama.
2) Menurut Boardman, supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi
dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru sekolah, baik secara
individual maupun kolektif, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka
mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat modern.
3) Mc Nemey melihat supervisi sebagai suatu proses penilaian. Ia mengatakan,
supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis
terhadap proses pengajaran.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
2
Dari beberapa definisi tersebut, tampak adanya perbedaan pandangan anatara yang
satu dangan yang lainnya. Hal ini terjadi karena titik pandang mereka juga berbeda-beda.
Namun demikian, jika diperhatikan secara seksama, terdapat benang merah yang
sifatnya mengikat dalam meningkatkan mutu pembelajaran dengan tidak meninggalkan
unsur-unsur:
1) tujuan
2) situasi belajar-mengajar
3) supervisor.
Ketiga unsur inilah yang menjadi dasar kekuatan supervisi sebagai kegiatan
pengawasan dalam pendidikan dan pengajaran di lingkungan persekolahan. Aktivitas
supervisi atau pengawasan di lingkungan persekolahan bertujuan untuk mengefektifkan
proses administrasi pembelajaran, yang melibatkan semua unsur-unsur yang ada dalam
sekolah. Mulai dari guru-guru, kepala sekolah dan juga personel lain di sekolah yang
bertugas di lingkungan persekolahan itu.
Jane Franseth: Today supervision is generally seen as leadership that encourages
a continuos involvement of all school personnel in a cooperative attempt to
achieve the most effective school program. (Pawlash, George. E. and Olivia,
Peter F, 2008:10).
2. Signifikansi Supervisi Pendidikan dan Contoh
Kedudukan pengawas sangat strategis dan akan mempengaruhi mutu pendidikan secara
keseluruhan. Pengawas bersifat fungsional dan bertanggung jawab terhadapa terjadinya
proses pembelajaran, pendidikan, dan bimbingan di lingkungan persekolahan pada
berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Fungsinya yang strategis itu akan dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan bimbingan yang dilakukan oleh guru sehingga
proses pendidikan akan berlangsung secara efektif, terutama lingkungan pendidikan.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
3
Tugas terpenting pengawas adalah memberikan berbagai alternatif pemecahan
masalah dalam pembelajaran. Bila terjadi sesuatu yang timbul atau mencuat ke permukaan
yang dapat mengganggu konsentrasi proses belajar-mengajar, maka kehadiran pengawas
bersifat fungsional untuk melakukan perbaikan. Oleh karena itu, pemberdayaan pengawas
diperlukan untuk meningkatkan fungsinya sebagai motivator, fasilitator dan sekaligus
katalisator pengajaran.
Menurut Arikunto (1993) dalam Rivai (2009:818), pentingnya supervisi di dalam
kegiatan di sekolah karena kegiatan sekolah merupakan kegiatan penting dan mengikuti
prinsip-prinsip administrasi yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yaitu pembentukan
manusia sebagai pribadi dan sebagai individu. Kemudian Mulyasa (2003) dalam Rivai
(2009:818) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) supervisi lebih ditekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan dan
kinerja kependidikan dalam melaksanakan tugas.
Pengawasan diperlukan dalam peningkatan mutu pendidikan. Asumsi ini didasarkan
atas kenyataan bahwa setiap orang bekerja memerlukan penghargaan, dorongan dan lain
sebagainya dari orang lain. Jika saat ini seseorang malas, tetapi karena didorong orang
lain, ia termotivasi kembali untuk melakukan sesuatu. Tugas pengawas pendidikan, salah
satunya adalah memberikan dorongan agar tenaga kependidikan, baik guru, kepala dan
personel lainnya disekolah, termotivasi untuk berkinerja.
Sehubungan dengan peningkatan kinerja ini, Prof. H. Waspodo, M. Ed, Ph.D, dalam
penyampaian materi kuliahnya, mengidentifikasi tiga hal yang dapat meningkatkan
kinerja, yaitu
1
:
1) Value
2) Attitudes
3) Abilities
1
Prof.H.Waspodo,M.Ed,Ph.D, Materi Kuliah Supervisi PAI, Program Pascasarjana S2 IAIN Raden Fatah
Palembang, tanggal 30 Mei 2012.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
4
Ketiga hal tersebut merupakan suplemen yang dapat meningkatkan kinerja
(performance) yang pada akhirnya akan berimplikasi terhadap kepuasan kerja (job
satisfaction).

Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi performance/kinerja
Pada skema di atas, ketiga faktor; value (nilai), attitudes (sikap) dan abilities
(kemampuan) akan memnberikan kontribusi baik secara positif maupun negatif terhadap
performance atau kinerja yang pada akhirnya bermuara pada job satisfaction (kepuasan
kerja) guru/pendidik.
Selanjutnya berkaitan dengan kepuasan kerja (job satisfaction) guru/pendidik sangat
ditentukan oleh faktor berikut:
1) The work it self (pekerjaan itu sendiri)
2) Pay (gaji)
3) Growth and upward mobility (gerak untuk tumbuh dan maju/karir)
4) Cowokers (teman sejawat)
5) Attitude toward work (sikap terhadap pekerjaan)
6) Supervision.(supervisi)
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
5
VALUE/NILA
I
ATTITUDES
/SIKAP
PERFORMANCE
/
KINERJA
ABILITIES/
KEMAMPUA
N
JOB
SATISFACTION
/KEPUASAN
KERJA

Gambar 2. Faktor-faktor penentu job satisfaction/kepuasan kerja
Untuk memperjelas pemahaman tentang konsep supervisi, berikut disajikan beberapa
contoh yang berkaitan dengan tiga macam supervisi, yaitu Supervisi Akademik (SAK),
Supervisi Administrasi (SAD) dan Supervisi Lembaga Sekolah (SLS).
1) Untuk komponen siswa
SAK :Intensitas keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, misalnya
keterpakuan perhatian pada proses pembelajaran, frekuensi bertanya kepada
guru atau mengambil kesempatan menjawab pertanyaan siswa lain, keseriusan
mengerjakan tugas, kerajinan mencatat.
SAD :Kerajinan siswa untuk menghadiri sekolah, kesiapan siswa menjelang
pelajaran mulai, kelengkapan catatan dan kerapian buku catatan.
SLS :Banyaknya siswa yang terdaftar di sekolah yang bersangkutan, jumlah siswa
yang menghasilkan pial kemenangan untuk sekolah, kerajinan siswa mengikuti
lomba karya ilmiah atau lomba lain.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
6
Growth
and
upward
mobility
attitude
toward
work
work it
self
coworkers
JOB
SATISFACTI
ON/KEPUAS
AN KERJA
pay
supervision
2) Untuk komponen guru/ketenagaan
SAK :Perhatian guru kepada siswa yang sedang sibuk belajar, penampilan guru
dalam menjelaskan materi pelajaran, keterampilan guru dalam menggunakan
alat peraga, ketelitian guru dalam menilai hasil belajar siswa di kelas atau
menoreksi pekerjaan tes.
SAD :Beban mengajar guru, persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), buku kumpullan soal, daftar nilai, catatan prestasi siswa
yang lain.
SLS :Banyaknya guru yang memiliki kewenangan mengajar mata pelajaran yang
sesuai, banyaknya guru yang berlatar belakang pendidikan tinggi, jumlah
piagam yang diperolah guru, semangat guru untuk mengikuti jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
3) Untuk komponen materi kurikulum
SAK :Keluasan dan kedalaman materi yang disajikan di kelas, keruntutan dan urutan
penyajian materi, banyaknya dan ketepatan contoh untuk memperkuat konsep,
jumlah dan jenis sumber bahan pendukung pokok bahasan yang dibahas di
kelas.
SAD :Ketersediaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibawa guru
dan yang akan digunakan dalam pembelajaran, ketika guru memasuki ruang
kelas, penyiapan peralatan sebelum pelajaran dimulai, jadwal pelajaran, buku
kemajuan kelas.
SLS :Kelengkapan kepemilikan perangkat kurikulum, penyimpanan perangkat
kurikulum, kesempatan semua guru untuk menelaah dan mempelajari
perangkat kurikulum, upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka
sosialisasi kurikulum.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
7
4) Untuk komponen sarana dan prasarana
SAK :Ketersediaan alat peraga selama proses pembelajaran berlangsung, ketepatan
alat dengan pokok bahasan, benar tidaknya penggunaan alat peraga,
keterlibatan siswa dalam menggunakan alat peraga.
SLS :Kondisi gedung dan ruang-ruang kelas, banyaknya buku paket yang dimiliki
oleh sekolah, pemilikan ruang serbaguna, kondisi ruang-ruang pendukung
kegiatan siswa.
5) Untuk komponen pengelolaan
SAK :Pembagian siswa dalam tugas kelompok, penunjukan siswa yang disuruh
maju ke depan untuk mengerjakan soal, cara mengatur siswa yang
mengganggu temannya.
SAD :Penempatan tempat duduk siswa, menyususn jadwal penggunaan kelas
khususnya mata pelajaran, mengatur giliran penggunaan kepustakaan,
mengatur kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas.
SLS :Kepemimpinan kepala sekolah, penunjukan guru untuk mewakili kepala
sekolah menghadiri rapat kabupaten, hubungan jalinan antara sekolah dan
dengan masyarakat.
6) Untuk komponen lingkungan dan situasi umum.
SAK :Hiasan dinding kelas, kebersihan kelas, keterangan suasana, kenyamanan
udara, ventilasi, pajangan hasil pekerjaan siswa di kelas.
SAD :Ketertiban pemasangan papan pengumuman, majalah didinding, kerapian
papan absensi, kerapian dokumen pendukung pembelajaran.
SLS :Kerindangan halaman sekolah, keamanan sekolah, kebersihan halaman, dan
ruang-ruang kelas, kekeluargaan, hubungan sekolah dengan masyarakat dan
hubungan sekolah dengan sekolah lain.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
8
B. MANAJEMEN SEBAGAI KOMPONEN SUB SISTEM PENDIDIKAN
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata management yang berarti
pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Management berakar dari kata kerja to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan atau mengelola.
2
Pengertian yang sama dengan pengertian dan hakikat manajemen adalah al-tadbir
(pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak
terdapat di dalam al-Quran seperti (Ramayulius, 2008: 259-260), firman Allah SWT:
`,.`, . _. ,!..l _|| _ . _`-, ,l| _ ,, l .:'.1. l
.. !.. .`-. _
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu(QS. al-Sajadah: 5).
Firman Allah SWT:
_ _. >`, _. ,!..l _ _. ,l., _..l .., _. _>
_>l _. ,.l _> ,.l _. _>l _. `,.`, . l1,. <
_1 1`.. _
Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit
dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"(QS.
Yunus:31)
Pada kedua ayat tersebut di atas terdapat kata yudabbiru al-amra yang berarti
mengatur urusan. Ahmad al-Syawi menafsirkan sebagai berikut: Bahwa Allah adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya merupakan bukti kebesaran Allah SWT
2
John M. Echols, An English- Indonesian Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996,
hlm.372.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
9
dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah telah dijadikan
khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya
sebagaimana Allah SWT mengatur alam raya (Ramayulius, 2008: 259-260).
Apa yang dipaparkan di atas adalah pengertian manajemen dalam kajian etimologi.
Sementara pengertian manajemen secara istilah, dikutp dari beberapa pendapat para pakar
berikut:
1) menurut Stoner dalam bukunya Management (1994: 8) mengatakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (leading)
dan pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
2) Mary Parker Follet dalam Rifai (2004: 5), mendefinisikan manajemen adalah
suatu seni untuk mencapai tujuan yang dilakukan melalui orang lain (Management
is the art of getting things done through other people).
3) Herbert G. Hick dalam Rifai (2004: 5), mendefinisikan manajemen adalah suatu
proses untuk mencapai tujuan yang dilakukan melalui atau dengan orang lain
(Management is the process of getting things done through or with other peoples).
4) James H. Donelly seperti dikutip Ramayulius (2008: 260) mendefinisikan
manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk
mengatur kegiatan-kegiatan melalui orang lain sebagai upaya untuk mencapai
tujuan yang tidak mungkin dilaksanakan satu orang saja
5) Kadarman, seperti dikutip Ramayulius (2008: 260), mendefinisikan manajemen
adalah suatu rentetan langkah yang terpadu yang mengembangkan suatu organisasi
sebagai suatu sistem yang bersifat sosio ekonomi-teknik.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
10
6) Sondang P. Siagian (Ramayulius, 2008: 260) menyatakan bahwa manajemen adlah
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka
mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Dari beberapa definisi di atas, bahwa proses merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari pengertian manajemen. Proses merupakan cara yang sistematis dan
dinamis untuk melakukan pekerjaan yang meliputi tanggung jawab:
Merencanakan kegiatan dengan lebih dulu menetapkan output dari setiap kuantitas
dan kualitas dari kegiatan.
Pengorganisasian kerja yaitu menetapkan cara yang tepat untuk melaksanakan
setiap pekerjaan.
Adanya kepemimpinan serta kemampuan mempengaruhi orang lain untuk
menghasilkan perilaku kerja yang diperlukan dengan tujuan mencapai hasil yang
telah ditetapkan.
Mengendalikan kegiatan pekerjaan dengan cara, pemilihan dan pelatihan individu
yang memenuhi spesifikasi kerja, mengawasi pekerjaan nyata serta memeriksa
kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan.
Jadi dalam suatu kegiatan kerja, manajemen mempunyai cakupan yang luas dan dapat
didefinisikan secara universal, namun secara khusus manajemen tersebut dalam
pandangan ahli manapun mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu bagaimana bekerja
dan memimpin orang-orang dengan baik (berhasil), yang hakikatnya ditunjukkan
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen (Rifai, 2004: 6).
Manajemen sebagaimana diuraikan di atas, merupakan sebuah proses pemanfaatan
semua sumber daya melalui orang lain dan bekerjasama dengannya. Proses itu
dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama secara efektif, efisien dan produktif
(Ramayulius, 2008: 260).
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
11
Sementara berbagai pengertian pendidikan dapat dilihat sebagai berikut:
1) Pendidikan merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga
dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan (Wahyudin, 2007: 2.4).
2) Pendidikan merupakan proses di mana sesorang memperoleh pengetahuan
(knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (skills
developments) sikap atau mengubah sikap (attitute of change). Pendidikan adalah
suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat
proses pendidikan yang diikutinya (Rifai, 2004: 58).
3) Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta
didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Karakteristik pendidikan
dalam arti luas adalah: (1) pendidikan berlangsung sepanjang hayat, (2)
lingkungan pendidikan adalah semua yang berada di luar diri peserta didik, (3)
bentuk kegiatan mulai dari yang tidak disengaja sampai kepada yang terprogram,
dan (4) tujuan pendidikan berkaitan dengan setiap pengalaman belajar, (5) tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu (Ramayulius, 2008: 17-18).
4) Pendidikan dalam batasan sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan
di lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah). Ciri pendidikan dalam arti
sempit adalah proses: (1) masa pendidikan terbatas, (2) lingkungan pendidikan
berlangsung di sekolah/madrasah, (3) bentuk kegiatan sudah terprogram dan, (4)
tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah/madrasah) (Ramayulius,
2008: 18).
5) Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal
(sekolah) non formal (masyarakat) dan informal (keluarga) dan dilaksanakan
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
12
sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam
berbagai kehidupan (Ramayulius, 2008: 18).
Maka yang dimaksud dengan manajemen pendidikan adalah suatu proses
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan
prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya untuk
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan (Rifai, 2004: 58).
2. Komponen/Fungsi Manajemen
Dalam aplikasinya, peranan manajemen sangat ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi inilah yang menjadi inti manajemen itu sendiri. Fungsi-fungsi itu
merupakan proses yang harus dilaksanakan oleh semua fihak yang terlibat dalam sebuah
organisasi. Fungsi- fungsi ini pula yang menentukan berhasil tidaknya kinerja manajemen.

Gambar 3. Fungsi manajemen menurut beberapa ahli.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
13
G.R. Terry
1. Planning
2. Organizing
3. Actuating
4. Controlling
Louis A. Allen
1. Leading
2. Planning
3. Organizing
4. Controlling
John A. Pearce II
1. Planning
2. Organizing
3. Directing
4. Controlling
James A.F. Stoner
1. Planning
2. Organizing
3. Leading
4. Controlling
John F.Mee
1. Planning
2. Organizing
3. Motivating
4. Controlling
John D. Millet
1. Directing
2. Facilitating
Hendry Fayol
1. Planning
2. Organizing
3. Leading
4. Coordinating
5. Controlling
Harold Koonzt
1. Planning
2. Organizing
3. Staffing
4. Directing
5. Controlling
W.H. Newman
1. Planning
2. Organizing
3. Assembling
4. Directing
5. Controlling
Beberapa pendapat di atas memberikan pandangan bahwa, terdapat fungsi yang
berbeda dari para ahli. Perbedaan pendapat ini karena:
1) Adanya overlapping (tumpang tindih) antara fungsi, proses dan kegiatan pekerjaan.
2) Deskripsi fungsi-fungsi sangat subyektif
3) Tidak adanya kesamaan terminologi menyangkut konsep yang sama
4) Kompleksnya kegiatan perusahaan maupun perkembangan dunia bisnis serta adanya
organisasi yang berbeda-beda.
Walaupun adanya perbedaan, namun prakteknya pembagian fungsi-fungsi ini tidak
dapat dibedakan secara tajam, karena manajemen itu sendiri merupakan cara yang
sistematis untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan atau suatu tugas tertentu.
Para manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam tingkatan yang berbeda-
beda. Para manajer adalah mereka yang terpilih untuk mempersatukan uang (money),
bahan baku dan bahan lainnya (material) dan peralatan-peralatan (machinery) yang
diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan operasi perusahaan. Mereka harus secara
konseptual mendesain bagaimana:
1) merencanakan kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditentukan
2) membentuk rencana pengorganisasian yang efektif menopang perencanaan yang ada
3) membuat rencana bagaimana untuk mengarahkan (memimpin) orang-orang yang
terlibat dalam organisasi
4) mendesain pengendalian yang efektif sehingga segala bentuk deviasi (penyimpangan)
yang mungkin terjadi pada kegiatan operasi organisasi perusahaan dapat dikurangi.
Secara mendasar setiap fungsi manajemen harus dilaksanakan/ diproses oleh para
manajer secara berurutan dan sistematik, sehingga proses manajemen dapat dilaksanakan
secara baik.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
14
Sementara itu proses manajemen mengandung pengertian yang dinamis yaitu adanya
kegiatan manajer dalam melaksanakan (memproses) fungsi-fungsi manajemen yang telah
ditentukan. Kalau membicarakan proses maka dapat dikatakan bahwa manajemen adalah
meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Perencanaan (planing), merencanakan untuk hal yang akan datang. Menurut rumusan
UNESCO (Ramayulius, 2008: 270), perencanaan pendidikan merupakan penetapan
ramalan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya dari sebuah sistem
pendidikan dengan melihat realitas ekonomi dan politik, potensi sistem untuk
berkembang kepentingan negara dan pelayanan masyarakat yang tercakup dalam
sistem tersebut.
Dalam perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan semua
kommponen pendidikan, agar dapat terlaksana proses belajar mengajar yang baik
dalam penyelengaraan pendidikan dalam mencapai sasaran pendidikan seperti yang
diharapkan. Dalam menentukan perencanaan perlu diadakan penelitian secara seksama
dan akurat. Kesalahan dalam menentukan perencanaan, akan berakibat fatal bagi
kelangsungan pendidikan. Perencanaan tersebut harus tersusun rapi, sistematis dan
rasional, agal muncul pemahaman yang cukup mendalam terhadap perencanaan itu
sendiri. Pemahan yang demikian dapat diambil dari makna yang tersirat dari firman
Allah SWT sebagai berikut:
!!., _ `.., :| `.,. _ _,,. < `.,,. l1. _.l _.l
`,l| .l.l `.l !..`. _-.,. _s :,>l !,..l ..- <
`.!-. :,: l. .. _. `_, _. < ,ls `.,.
_| < _l !., _l.-. ,,> __
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di
jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang
yang mengucapkan "salam" kepadamu "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
15
kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di
dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan
kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka
telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS.al-Nisa:94).
2) Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian pendidikan ditujukan untuk
menghimpun semua potensi komponen pendidikan dalam suatu organisasi yang
sinergis untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
3) Penggerakan/penggiatan (actuating). Penggerakan/penggiatan adalah pelaksanaan dari
penyelenggaraan pendidikan yang telah direncanakan dan diawaki oleh organisasi
penyelenggara pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan
dalam perencanaan dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang optimal. Dalam
manajemen terdapat beberapa istilah yang mempunyai pengertian yang sama dengan
actuating. Istilah tersebut adalah motivating, yaitu usaha memberika motivasi kepada
seseorang agar mau melaksanakan pekerjaan, directing yaitu menunjukkan orang lain
agar mau melaksanakannya, staffing menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan
agar yang bersangkutan mau mengerjakan perbuatan yang menjadi tanggung
jawabnya, dan leading yaitu memberikan bimbingan dan arahan kepada seseorang
sehingga orang tersebut mau melakukan pekerjaan tertentu.
Semua istilah tersebut erat kaitanya dengan motivasi. Sedang motivasi adalah inti dari
actuating. Motivasi adalah suatu keadaan di dalam diri seseorang yang mendorong,
mengaktifkan atau menggerakkan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke
arah tujuan.
4) Pengawasan/pengendalian (controlling). Pengawasan/ pengendalian adalah
keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin
bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
(Ramayulius, 2008: 270). Pengawasan/ pengendalian dimaksudkan agar
penyelenggaraan pendidikan yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
16
direncanakan dan semua komponen pendidikan digerakkan secara sinergis dalam
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan yang dijabarkan dalam
sasaran-sasaran menghasilkan output secara optimal seperti yang telah ditetapkan
dalam perencanaan pendidikan (Rifai, 2004: 58). Pengawasan/pengendalian dalam
manajemen merupakan fungsi terakhir dari sistem manajemen.
Dalam hal kegiatan-kegiatan perencanaan hingga aktivitas pengendalian terdapat tugas
penting dari seorang manajer (kepala sekolah) selaku pimpinan pendidikan sebagai
pengambil keputusan, sebab tidak ada suatu kegiatan pun yang dapat dilaksanakan
tanpa adanya perencanaan dan pengendalian.
Seorang manajer (kepala sekolah) adalah orang yang berwewenang memimpin dan
mengatur semua unsur yang terlibat dalam organisasi. Selanjutnya timbul pertanyaan Apa
yang diatur oleh seorang manajer dalam pendidikan?.
Terdapat 5 M (lima M) unsur kegiatan perusahaan yang diatur oleh para manajer yang
disebut dengan bentuk diamond pattern.

M2 M3
Gambar 4. Diamond Pattern
Penjelasan dari gambar tersebut adalah Manajemen (merupakan unsur pengatur dalam
organisasi) yang terdiri dari para pemimpin/ manajer.
1) M1 (men) : anggota organisasi (guru/staff, tenaga pendidikan, siswa,
atasan/kepsek, bawahan dan rekan sejawat).
2) M2 (money) : keuangan termasuk harta bergerak/ tidak bergerak.
3) M3 (material) : bahan mentah, setengah jadi, bahan jadi.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
17
M1
M5
M4
Manajemen
4) M4 (machine) : alat/sarana produksi, mekanisasi, otomatisasi, komputerisasi.
5) M5 (methode) : susunan organisasi, cara kerja, prosedur dan sebagainya.
Dalam melakukan pengelolaan, seorang manajer pendidikan harus
mempertimbangkan hal sebagai berikut:
1) Apa yang diatur? Yang diatur adalah semua unsur manajemen.
2) Apa tujuan perlu diatur? Tujuan yang diatur agar lebih efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Mengapa harus diatur? Harus diatur agar bermanfaat secara optimal, terkoordinasi
dan terintegrasi dengan baik dalam menunjang terwujudnya tujuan.
4) Siapa yang mengatur? Yang mengatur adalah manajer sesuai dengan tingkat
kepemimpinannya.
5) Bagaimana cara mengaturnya? Cara mengaturnya ialah dengan melakukan
kegiatan secara sistematis dan berurutan sesuai dengan proses manajemen. Proses
tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
18
PENGENDALIAN
Biaya
Kualitas
Kuantitas
Sistem dan prosedur
PERENCANAAN
Tujuan-tujuan
Kebijaksanaan-
kebijaksanaan
Program-program
PENGORGANISASIAN
Struktur
Penyusunan
personel
Pengkoordinasian
PENGARAHAN
Menempatkan
Motivasi
Memimpin
Mengawasi
Bentuk organisasi
Orang-orang dan
output
Anggaran dan sumber-
sumber
Gambar 5. Proses Manajemen
C. PERAN SUPERVISI DALAM SISTEM MANAJEMEN
Peranan supervisor/pengawas sekolah/madrasah menurut Wiles dan Bondi (2007), The
role of supervisor is to help teacher and other education leaders understand issues and
make wise decicion affecting student education. (Peran supervisor/pengawas adalah
membantu guru dan pemimpin pendidikan lainnya dalam memahami permasalahan dan
membuat keputusan bijak yang berdampak terhadap pendidikan peserta didik/siswa).
Dari pengertian di atas, pemberian bantuan kepada guru dan pemimpin pendidikan
dalam memahami permasalahan dan membuat keputusan bijak yang berdampak terhadap
peningkatan mutu pendidikan peserta didik/siswa merupakan tugas supervisor/pengawas
yang berperan sebagai partner, konsultan dan konselor.
Untuk memahami posisi peran supervisi (role of supervision) lebih baik baik secara
makro (luas) maupun secara mikro (sempit) dalam sebuah system manajemen, berikut ini
disajikan gambar diagram.
Gambar 6. peran supervisi secara makro dan secara mikro
Dari diagram 6 di atas, dapat dijelaskan bahwa, secara mikro supervisi (baca:
controlling-pengendalian) adalah merupakan salah satu fungsi manajemen, yakni fungsi
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
19
staffing organizing planning
Controlling
directing controlling
terakhir dari manajemen dan sekaligus menjadi sistem secara makro yang memiliki
subsistem yang terdiri atas planning, organizing, staffing, directing dan controlling (Rifai,
2004: 254).
Dari gambar di atas juga menjelaskan, proses menajemen, dimulaki dari planning
(perencanaan) hingga ke kegiatan pengendalian (controlling) memerlukan pengendalian
agar tidak terjadi penyimpangan dari apa yang telah ditetapkan. Berbagai standar yang
dihasilkan realitas aktual, karakteristik standar dari berbagai tujuan yang didapat dari
realitas merupakan sasaran yang akan dituju. Karena standar yang ditetapkan adalah
diambil dari realitas yang telah dicapai. Standar adalah kriteria terhadap tindakan masa
depan, sekarang maupun masa lalu.
Dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas sekolah/madrasah hendaknya
memiliki peran khusus:
1. Partner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan
bimbingan di sekolah/madrasah binaannya,
2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan
di sekolah/madrasah binaannya,
3. Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya,
4. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah, dan
5. Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah.
Menurut Prof. H. Waspodo, M. Ed, Ph.D, dalam penyampaian materi kuliahnya yang
berkaitan dengan role of supervision (peran supervisi), mengidentifikasi empat hal yang
berkaitan dengan kepuasan kerja (job satisfaction) dan menjadi perioritas para pengawas:
3
1. Apakah personel (guru) telah merasa puas terhadap pelaksanaan supervisi yang
berkaitan dengan kepuasan kerja.
3
Prof.H.Waspodo,M.Ed,Ph.D, Materi Kuliah Supervisi PAI-Job Satisfaction, Program Pascasarjana S2
IAIN Raden Fatah Palembang, tanggal 30 Mei 2012
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
20
2. Pemimpin pendidikan yang tidak menyediakan kebutuhan pengarahan, akan
menjadi prustasi dan merasa tidak puas terhadap pekerjaan mereka.
3. Karyawan (staf, pendidik dan tenaga kependidikan) yang merasakan pelaksanaan
pengawasan/pengendalian yang berlebihan terhadap pekerjaan mereka juga akan
merasa ketidakpuasan.
4. Hubungan personel antara pemimpin pendidikan dan Karyawan (staf, pendidik dan
tenaga kependidikan) juga berdampak terhadap kepuasan kerja.
D. APLIKASI SUPERVISI
Kegiatan supervisi yang dilakukan di tempat tugas, yakni di SDN 10 Tungkal Ilir
Kabupaten Banyuasin dilakukan baik oleh pengawas akademik maupun secara khusus
oleh kepala sekolah yang melaksanakan fungsi supervisi.
Untuk melihat gambaran aplikasi/penerapan supervisi di SDN 10 Tungkal Ilir
Kabupaten Banyuasin. Berikut ini disajikan tabel fungsi supervisor/pengawas dan fungsi
supervisi kepala sekolah dalam kaitan muncul tidaknya fungsi tersebut dalam aplikasi di
lapangan.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
21
Tabel 1. Fungsi supervisor/pengawas (Aqib, 2008: 14-16)
Dimensi Supervisi Aspek Aplikasi
Ya Tidak
1. Supervisi Manajerial 1.1. Menguasai metode, teknik, dan prinsip-
prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah
1.2. Menyusun program kepengawasan
berdasarkan visi, misi, tujuan dan
program pendidikan di sekolah
1.3. Menyusuri metode kerja dan instrumen
yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan di
sekolah
1.4. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan
dan menindak lanjutinya untuk perbaikan
program pengawasan berikutnya di
sekolah
1.5 Membina kepala sekolah dalam
pengelolaan dan administrasi satuan
pendidikan berdasarkan manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
1.6. Membina kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan bimbingan konseling di
sekolah
1.7. Mendorong guru dan kepala sekolah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya
untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya di sekolah
1.8. Memantau pelaksanaan standar nasional
pendidikan dan memanfaatkan hasil-
hasilnya untuk membantu kepala sekolah
dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.

-
-

-
-

-
-
2. Supervisi Akademik 2.1. Memahami konsep, prinsip, teori
dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata
pelajaran di SD/MI
2.2. Memahami konsep, prinsip,
teori/teknologi, karakteristik dan
kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata
pelajaran di SD/MI
2.3. Membimbing guru dalam menyusun
silabus tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI
-
-

-
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
22
berlandaskan standar isi, standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dan
prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
2.4. Membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi dan metode/teknik
pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa
melalui bidang pengembangan di TK/RA
atau mata pelajaran di SD/MI
2.5. Membimbing guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
untuk setiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI
2.6. Membimbing guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran/bimbingan (di
kelas, laboraturium, dan/atau di
lapangan) untuk mengembangkan potensi
siswa pada tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI
2.7. Membimbing guru dalam mengelola,
merawat, mengembangkan dan
menggunakan media pendidikan dan
fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di SD/MI.
2.8. Memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi untuk
pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata
pelajaran di SD/MI

Tabel 2. Fungsi supervisi kepala sekolah (Aqib, 2008: 32)


Dimensi Kompetensi Aspek Aplikasi
Ya Tidak
Supervisi 1. Merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru
2. Melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat
3. Menindak lanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru

-
-
-
E. EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
23
Keberadaan pengawas pada lembaga pendidikan adalah memberikan dorongan dan
bantuan kepada guru-guru dalam menyelesaikan segala jenis dan bentuk persoalan yang
muncul dalam pelaksanaan pengajaran. Pengawas adalah mitra kerja guru dalam
pelaksanaan peningkatan mutu guru. Namun ada asumsi yang berkembang bahwa
keberadaan pengawas adalah untuk mencari kesalahan yang dilakukan guru. Asumsi ini
merupakan asumsi yang keliru dan tidak berdasar sama sekali, kalaupun terdapat perilaku
pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan tenaga kependidikan itu, bukanlah watak
seorang pengawas. Karakter atau fungsi pengawas tindakan itu terjadi bersifat individual
dari seorang pengawas, dan diyakini hanya bersifat kasuistik (Rivai, 2009: 820).
Pada saat yang bersamaan, dalam pelaksanaan tugasnya pengawas, mereka juga
berhadapan dengan kenyataan yang sulit untuk dihindari. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hal, seperti banyaknya jumlah guru yang harus diawasi, dikenali dan dibina agar
dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Rasio inilah pengawas dengan jumlah guru
sepatutnya dalam kondisi keseimbangan yang ideal, tujuannya agar sistem pengawasan
dapat berjalan secara efektif. Rasio ideal memang sulit untuk ditemukan dalam konteks
pembinaan tenaga kependidikan oleh pengawas pendidikan dan pengajaran.
Efektivitas pelaksanaan tugas merupakan indikator keberhasilan para pengawas dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, jumlah orang diawasi harus dalam batas spent
of control (rentang jumlah pengawas dengan jumlah yang diawasi) yang seimbang
(Rivai, 2009: 821). Dalam hal ini, diperlukan pengawas yang handaal dan memiliki
kompetensi dalam melakukan tugasnya sebagai pengawas, sehingga guru dapat dibina dan
melakukan tugas sebagaimana mestinya.
Efektif tidaknya pelaksanaan supervisi dalam pendidikan dapat dilihat dari kinerja
supervisor/pengawas. Kinerja tugas seorang pengawas adalah memberi bantuan atau
layanan pemecahan masalah terhadap tenaga kependidikan yang memerlukannya. Para
pengawas dalam melaksanakan tugasnya mengacu kepada tugas-tugas yang telah baku.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
24
Kinerja tugas-tugas tersebut kemudian dijabarkan secara teknis sehingga memungkinkan
terlaksana. Kinerja tugas para pengawas tersebut secara singkat sebagai berikjut:
1. Menyusun dan Melaksanakan Pedoman Kegiatan Tahunan.
Pedoman kegiatan tahunan adalah kegiatan yang dirancang sedemikian rupa
sehingga para pengawas memiliki program yang memungkinkan mereka dapat
mengontrol programnya secara berkesinambungan. Kegiatan tahunan ini bertujuan
agar setiap pengawas dapat terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan.
2. Memandu Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum merupakan inti dari kegiatan pembelajaran di setiap
sekolah. Kurikulum yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajarannya
akan menjamin terjadinya proses alih ilmu pengetahuan dari guru kepada murid.
Namun, dalam penyampaian materi bahan ajar, masih ditemukan guru yang tidak
dapat menyampaikannya secara sempurna sesuai dengan tuntutan kurikulum.
3. Membimbing Tenaga Teknis
Tenaga teknis di lingkungan sekolah adalah mereka yang tidak secara langsung
melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Namun demikian, tugas
mereka adalah untuk mendukung agar tercipta proses pembelajaran yang kondusif.
Tenaga teknis yang dimaksud di sini adalah mereka yang bertugas sebagai tenaga
administrasi, pustakawan, laboran, penjaga sekolah, dan lain sebagainya. Mereka
ini merupakan tenaga teknis yang akan mendukung situasi atau suasana yang
kondusif disetiap sekolah.
4. Membimbing Administrasi
Administrasi sekolah adalah dapur organisasi yang berperan melakukan
pengelolaan terhadap administrasi sekolah. Tata usaha ini dijalankan oleh tenaga
administrasi yang jumlahnya sangat terbatas di setiap sekolah. Keterbatasan
jumlah mereka ini mempengaruhi pengelolaan administrasi sekolah. Dengan
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
25
adanya bantuan layanan pengawas, tenaga administrasi yang bertugas sebagai tata
usaha dapat lebih efektif melaksanakan tugas-tugas ketata usahaan.
5. Memandu Penggunaan dan Merawat Aset Sekolah
Penggunaan dan pemeliharaan sarana belajar serta menjaga kuantitas sarana
sekolah adalah bagian terpenting dalam menjaga fasilitas sekolah. Fasilitas sekolah
pada umumnya merupakan materiil yang jarang dan sulit untuk diganti jika
mengalami kerusakan atau hilang. Materiil dan fasilitas sekolah sebaiknya selalu
mendapatkan perhatian khusus, dijaga dan terpelihara agar dapat digunakan untuk
waktu yang lama.
6. Memelihara Hubungan Kerjasama dengan Stakholder
Setelah reformasi pendidikan bergulir, dunia pendidikan tidak lagi dapat dikatakan
sebagai organisasi yang bekegrja secara sendirian tanpa adanya kerja sama dengan
sektor-sektor lainnya. Salah satu keluhan masyarakat terhadap dunia pendidikan
sebelum reformasi adalah sekolah cenderung menutup diri dengan masyarakatnya
sehingga masyarakat tidak memiliki akses yang luas terhadap kebijakan sekolah.
7. Penyampaian Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas.
Salah satu kinerja pengawas yang tidak boleh diabaikan dan merupakan kewajiban
dari setiap pengawas adalah memberikan laporan tertulis tentang prestasi kerjanya.
Pemberian laporan merupakan kontrol yang dilakukan oleh satuan atasan kepada
pengawas yang telah melaksanakan tugas secara periodik.
Berdasarkan deskripsi pada poin D. Aplikasi Supervisi dalam tulisan ini, aplikasi
supervisi di SDN 10 Tungkal Ilir Kabupaten Banyuasin yang dilakukan baik oleh
pengawas akademik maupun secara khusus oleh kepala sekolah yang melaksanakan
fungsi supervisi dapat disimpulkan bahwa dari delapan (8) item aspek supervisi manajerial
yang diamati enam (6) diantaranya telah muncul/ dilaksanakan oleh supervisor/pengawas,
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
26
sementara dari delapan item aspek supervisi akademik yang diamati lima (5) di antaranya
telah muncul/dilaksanakan oleh supervisor/ pengawas. Sedangkan fungsi supervisi/
pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, yakni dua (2) dari tiga (3) aspek yang
diamati, telah muncu / telah diaplikasikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
aplikasi/pelaksanaan supervisi di SDN 10 Tungkal Ilir Kabupaten Banyuasin yang
dilaksanakan oleh Supervisor/pengawas sekolah dan fungsi supervisi kepala sekolah
sudah efektif.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
27
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N (et. al), 1996. Sistem Pengendalian Manajemen (diterjemahkan oleh Agus
Maulana). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Aqib, Zainal, 2008. Standar Kualifikasi- Kompetensi- Sertifikasi Guru- Kepala Sekolah-
Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, 2004. Dasar- Dasar Supervisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dahlan, Taufi dan Adhim, Abd, 2005. Kepengawasan Pendidikan, Jakarta: DEPAG RI,
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
DEPAG RI, 2006. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Serta Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline, http://ebsoft.web.id. Versi 1.
2.
Elisna Hanah, Victoria dan Thayib BR, Amin, 2003. Standar Supervisi dan Evaluasi
Pendidikan; Supervisi Akademi dan Evaluasi Program, Jakarta: DEPAG RI, Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Hidayat, Komaruddin, 1998. TRAGEDI RAJA MIDAS, Moralitas Agama dan Krisis
Modernisme, Jakarta: PARAMADINA.
Hidayat, Komaruddi dan Nafis, Muhammad Wahyuni, 2003. Agama Masa Depan Perspektif
Filsafat Perennial, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kast, Fremont E, dan Rosenzweig, James E, 1985. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Neusner, Jacob (ed), 2006. RELIGIOUS FOUNDATIONS OF WESTERN CIVILIZATION,
Judaism, Christianity, and Islam. USA: Abingdon Press.
Pawlash, george. E. and Olivia, Peterr F, 2008. Supervision for Todays School. Danvers MA:
John and Son Inc.
Shihab, M. Quraish, 2009. TAFSIR AL-MISHBAH, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran.
Jakarta: Penerbit Lentera Hati.
Ramayulius, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, Cet. Ke-6
Rifai, Rusydy A, 2004. Manajemen. Palembang: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana, 2009. Education Management, Jakarta: Rajawali Pers.
Rohiat, 2010. Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT. Refika Aditama.
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
28
St. Vembriarto, et.al, (ed.),1994. Kamus Pendidikan, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, Cet. Ke- 1, Entri strata satu(S1)-sumber pengendali perilaku, hlm. 62.
Stoner, James A.F., 1994. Management (diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait), Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sutoyo (et. al), 2010. RELIGIOUSITAS SAINS, Meretas Jalan Menuju Peradaban Zaman.
Malang: Universitas Brawijaya Press (UBP)
Umiarso dan Gojali, Imam, 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan;
Menjual Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga
Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.
Wahyudin, Din (et. al), 2007. MATERI Pokok Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wiles, J. and Bondi, J. 1980. Supervision: a guide to practice. Columbus: Charles E. Merrill.
Badiali, Bernard J, Teaching Supervision, www.units.muohio.edu/eduleadership/
http://lunnblog-luna.blogspot.com/2012/03/definisi-dan-rasional-suoervisi.html
Bunda Smart. Definition of Supervision, http://bunda-smart.com/pendidikan/definition-of-
supervision/
Wahyono Saputro Page 8/4/2012
29

You might also like