You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Pengobatan tradisional tidak dapat dipisahkan dari pengobatan modern karena pengobatan tradisional khususnya dari bahan alam dipercayai mampu menyembuhkan penyakit. Penggunaan bahan alam ( herbal ) sebagai obat tradisional telah diterima secara luas di hampir seluruh dunia karena dinilai memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern. Salah satu bahan alam yang bisa dijadikan alternatif dalam pengobatan adalah pare (Momordica charantia). Di Indonesia, pare sudah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional atau jamu. Pare merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis seperti kawasan Asia, Afrika Timur, dan Amerika Selatan. Tanaman mengandung zat antihiperglikemik (menurunkan kadar glukosa darah) yaitu saponin, vicine, glikosida, charantin, dan polipeptida P (P-Insulin) yang dapat memberikan efek yang dapat menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes melitus sehingga kadar glukosa darah pada penderita DM dalam batas normal dan dapat dikontrol. Oleh sebab itu, tanaman pare mempunyai potensi efek hipoglikemik (antihiperglikemik) yang tinggi dibanding tanaman-tanaman yang sudah umum diteliti seperti Allium cepa (bawang merah), Apium graveolens dan lain-lain. Diabetes melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan karena menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh sel-sel beta kelenjar pancreas yang tidak dapat di sembuhkan tapi komplikasi dari diabetes melitus ini dapat dicegah sehingga tidak menimbulkan kondisi yang makin parah. Menurut WHO, Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India, China, Uni Soviyet, Jepang dan Brasil. Karena banyaknya kandungan pare yang berguna untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit maka hal tersebut yang mendorong saya untuk

mengangkat tema ini untuk mempopulerkan manfaat dari buah pare dalam hal kesehatan khususnya manfaat buah pare dalam menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus dan sebagai pengobatan alternatif yang diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mengurangi morbilitas dan mortalitas yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes melitus. Sehingga di harapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang penulisan di atas, ada tiga masalah pokok yang akan dicari pemecahannya antara lain: 1. 2. 3. Mengapa buah pare dapat menurunkan kadar glukosa darah atau Apakah kandungan zat yang terdapat pada buah pare aman untuk Bagaimana cara pengolahan buah pare agar dapat secara efektif dapat berefek antihiperglikemik? dikonsumsi? menurunkan kadar glukosa darah? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: 1. 2. 3. Untuk mengetahui mengapa buah pare dapat menurunkan kadar Untuk memastikan keamanan mengkonsumsi kandungan zat yang Untuk mengetahui cara pengolahan buah pare agar dapat secara glukosa darah atau mempunyai efek antihiperglikemik. terkandung dalam buah pare. efektif menurunkan kadar glukosa darah.

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Bagi Penulis 1. 2. Bertambahnya pengetahuan penulis dalam bidang kesehatan. Secara tidak langsung, penulis sudah memberikan informasi

bahwa pengobatan tradisional masih bermanfaat disamping pengobatan modern. 1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat 1. Masyarakat mengetahui manfaat zat-zat yang terkandung dalam buah pare. 2. Masyarakat mengetahui obat alami yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan dari bahan-bahan alami sebagai obat alternatif dan mengetahui manfaat dari buah pare selain sebagai sayur juga bisa dijadikan sebagai obat alternatif.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes Penyakit Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif tertua pada manusia. Diabetes Melitus atau kencing penyakit atau manis merupakan suatu

gangguan kesehatan yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah yang disebabkan karena glukosa darah tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tubuh sebagai sumber energi karena kurangnya hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap glukosa sehingga glukosa tidak dapat atau sukar masuk ke dalam sel yang disebabkan karena kelenjar pankreas memproduksi insulin kurang dari yang dibutuhkan atau juga bisa disebabkan karena aktivitas reseptor insulin menurun sehingga sel tidak dapat memberikan respon yang baik terhadap insulin walaupun insulinnya berkecukupan sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.5,8 Diabetes Melitus Tipe 1 penyebab utamanya adalah malfungsi kelenjar beta pankreas dalam memproduksi hormon insulin, sedangkan pada Diabetes Melitus Tipe 2 produktifitas hormon insulin bekerja dengan baik tapi gangguan utamanya terjadi pada kuantitas reseptor (penerima) dari hormon insulin yang tidak cukup sehingga efektivitas dari insulin untuk mengangkut glukosa ke dalam sel tubuh berkurang keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin atau diabetes melitus yang tidak tergantung insulin. Sekitar 90-95% penderita diabetes termasuk dalam Diabetes Melitus Tipe 2. Beberapa faktorfaktor yang memiliki peran penting terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 ( Resistensi Insulin ) yaitu

Obesitas, terutama yang besifat sentral (bentuk tubuh apel) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

Kurang gerak badan (olahraga) Faktor keturunan (herediter)

Pada umumnya penyakit diabetes ini dianggap penyakit yang disebabkan dari keturunan padahal dari sejumlah penderita diabetes melitus ini sangat sedikit yang disebabkan oleh faktor keturunan tapi kebanyakan disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obat tertentu. Gejala dari diabetes melitus merupakan efek dari kadar glukosa darah yang tinggi yang akan mempengaruhi ginjal menghasilkan urine dalam jumlah yang berlebihan sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak (poliuri) dan akibat poliuri ini maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang atau di buang melalui urine, penderita mengalami penurunan berat badan sehingga untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala awal dari DM ini tidak begitu berbahaya asalkan kontrol terhadap glukosa darah dapat di lakukan dengan menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi untuk mencapai kadar normal ( kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dL atau kadar glukosa sesudah makan 145-180 mg/dL) dengan menggunakan pengobatan modern (obat anti diabetik/OAD) juga di sertai dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan herbal.8 2.2 Pare (Momordica charantia)

Tanaman pare (Momordica charantia) berasal dari kawasan Asia Tropis, dan banyak terdapat di daerah tropika sudah khususnya dibudidayakan di Indonesia. Tanaman pare berbagai daerah di wilayah Nusantara. Pare ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi.7 Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak lembab atau terlindung oleh sinar matahari. Pare tergolong tanaman semak semusim yang hidupnya menjalar atau merambat dengan sulur berbentuk spiral dan berbau tidak enak. Daunnya tunggal, berbulu, bertangkai helaian bentuk membulat dengan pangkal berbentuk jantung, berbintik-bintik tembus cahaya, taju bergerigi kasar hingga berlekuk menyirip dan bertangkai sepanjang 10 cm. Bunganya berwarna kuning-muda, bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon. Batangnya masif mempunyai rusuk lima, berbulu agak kasar ketika masih muda, namun setelah tua tidak ada bulu (gundul). Buahnya seperti mentimun memanjang, berjerawat tidak teratur, warna hijau, kuning sampai jingga, dan rasanya pahit. Bijinya keras, warna cokelat kekuningan pucat memanjang.1,2,3,7 Buah pare dikenal memiliki rasa yang sangat pahit dan sering digunakan sebagai sayur. Tapi dibalik rasa pahit dari buah pare itu ternyata tersimpan banyak manfaat untuk kesehatan. Pada bagian buah pare mengandung albiminoid, alkaloid (sedikit), asam amino bebas, karbohidrat, saponin, karantin, momordisin, momordikosid, asam oksalat, asamoleat, pectin, polipeptida P ( P- insulin ), asam stearat, stigmasterol, rubixantin, 5hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C serta zat pahit kukurbitasin. Daunnya mengandung momordisin, momordin, karantina, resin, asam trikosanik, asam resinat, saponin, vitamin A dan C serta minyak lemak terdiri dari asam oleat, 6

asam linoleat, asam stearat dan L.oleostearat. Akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat.

Bijinya

mengandung saponin,

kukurbitasin,

alkaloid,

triterprenoid dan

asam momordial serta pada biji umumnya mengandung 20-40% protein dan 30-50% minyak lemak dengan komponen utama asam oleat, asam linoleat ( 70-90% ), dan visin. Banyaknya kandungan yang terdapat pada buah pare yang berguna untuk kesehatan sehingga penggunaan buah pare (Momordica charantia) dimasyarakat selain sebagai sayuran juga dipercaya sebagai obat alternatif untuk menyembuhkan berbagai penyakit khususnya sebagai obat antidiabetik yang mampu menurunkan kadar glukosa darah khususnya pada penderita diabetes melitus tipe 2 karena pada buah pare terdapat kandungan saponin, vicine, glikosida, charantin, dan polipeptida P (P-Insulin) yang dapat bertindak sebagai antihiperglikemik.7,9

2.3

Mekanisme Buah Pare dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah1,2,3,4,6,10 Efek pare dalam menurunkan glukosa darah dengan mencegah penyerapan glukosa pada makanan saat berada di usus. Selain itu diduga pare memiliki komponen zat yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai) yaitu polipeptida P (P-insulin) yang merangsang sel beta kelenjar pankreas memproduksi hormon insulin lebih banyak dan meningkatkan simpanan cadangan glikogen di dalam hati. Dampaknya, glukosa yang beredar dalam darah dapat dikontrol sehingga kadar glukosa darah terkendali. Selain itu pare mengandung saponin (triterpenoid) yang berefek dalam menurunkan glukosa darah dengan mengaktifkan enzim AMPK ( Adenosin 5Monophosphate activate Protein Kinase ) yang memfasilitasi pemasukan dari glukosa dan saponin memiliki mekanisme yang serupa dengan

mekanisme insulin, sehingga dapat memasukkan glukosa dalam darah ke dalam sel. Tanaman pare juga mengandung charantin ( glikosida ), komponen yang dapat menurunkan gejala penyakit glukosa darah bekerja dengan menurunkan resistensi sel-sel terhadap insulin, mengurangi penyerapan glukosa dari usus halus, meningkatkan glukosa uptake, mengurangi pembentukan glukosa di hati dan meningkatkan glikogen dalam hati, menurunkan glukoneogenesis di hati serta meningkatkan penyerapan dan penggunaan glukosa dalam lemak maupun sel-sel otot di seluruh tubuh. Selain itu, pada pare juga terdapat kandungan vicine di dalam pare juga berperan bagus dalam menangani diabetes dengan meningkatkan produksi sel-sel beta kelenjar pankreas sehingga memicu perbaikan produksi insulin di dalam tubuh.

2.4

Tingkat Keamanan Mengkonsumsi Buah Pare Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern jika digunakan secara tepat yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, dan ketepatan cara penggunaan. Pare memiliki kandungan yang sangat berguna untuk mengobati penyakit misalnya pare yang muda digunakan sebagai obat diabetes, gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar, dan perangsang muntah. Pare mengandung kadar betakaroten dua kali lipat lebih banyak dari brokoli yang sangat bagus untuk membasmi sel kanker, menghambat serangan jantung, dan mengatasi infeksi karena virus. Kadar kalsium pare juga tergolong tinggi, sehingga mampu menaikkan produksi sel-sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin. Bila insulin dalam tubuh mencukupi maka kemungkinan kadar glukosa yang tinggi dapat dicegah, sehingga kadar glukosa darah menjadi normal atau terkontrol. Selain sebagai antihiperglikemik tanaman pare mempunyai efek sebagai antilipidemik. Kandungan vitamin B, vitamin C, dan serat pada pare diperkirakan dapat menurunkan kadar serum trigliserida (TG). Kandungan lain dalam pare yang diduga berperan dalam menurunkan resiko aterosklerosis adalah vitamin A dan E berperan sebagai antioksidan, vitamin C berperan dalam menguatkan dinding pembuluh darah, dan vitamin B3 dapat menurunkan produksi very low density lipoprotein (VLDL) sehingga dapat menghambat terjadinya aterosklerosis.2,4 Meskipun pare bergizi tinggi dan efek racun yang ditimbulkan oleh pare relatif sedikit tapi pada wanita hamil sebaiknya konsumsi dari buah pare ini di batasi karena dapat mengakibatkan keguguran dan pada anak-anak juga dibatasi karena anak-anak masih rentan terhadap pare, dikhawatirkan kadar glukosa anak akan turun drastis dan pada orang yang alergi pada pare. Bila mengonsumsi pare secara terus menerus dan berlebihan dapat terjadi gangguan seksual terutama pada pria yang dapat mematikan sperma hingga

10

tidak ada sperma sama sekali, mengakibatkan impoten, merusak testis selain itu pare juga berpotensi merusak liver. Selain efek samping diatas, konsumsi pare secara terus-menerus juga dapat menyebabkan hipoglikemik, bila terjadi hal tersebut terjadi dapat dilakukan penanganan dengan langkah-angkah di bawah ini.

Meskipun menimbulkan efek samping bila di makan terlalu berlebihan, tanaman pare mengandung banyak zat-zat yang bergizi dan berguna bagi kesehatan serta dapat mencukupi nutrisi dan vitamin yang di perlukan oleh tubuh. 2.5 Cara Pengolahan Buah Pare Umumnya buah pare dikonsumsi sebagai sayur. Jika dikonsumsi dalam keadaan mentah sebagai lalapan, biasanya buah pare dicuci terlebih dahulu dan dipotong atau bijinya di buang, kemudian dimakan. Biasanya, pare mentah ini dipadukan dengan sambal sesuai dengan selera. Selain itu buah pare juga di jadikan jus dan direbus untuk diambil air rebusan pare.3,9 11

Dalam keadaan matang, pare biasanya dibuat menjadi berbagai jenis panganan. Contoh penganan popular dari pare diantaranya bakso tahu, tumis, sambal goreng, dan bentuk penganan lainnya. Rasa pahitnya dapat di kurangi dengan cara buah pare mentah dipotong-potong, kemudian dicuci bersih menggunakan air garam lalu diamkan selama 10 menit, lalu dibilas dan dimasak sesuai selera. Pare jangan terlalu lama dipanaskan atau dipanaskan dengan suhu tinggi, sebab zat berguna seperti saponin yang terkandung dalam pare bisa rusak dan hilang. Sebaiknya konsumsi buah pare yang masih hijau, kulitnya mengkilat pertanda subur, dan jangan ada cacat atau busuk karena pare yang sudah rusak akan berkurang khasiatnya.1,4 Cara pemanfaatan pare untuk mengatasi Diabetes Melitus, yaitu dengan cara a. Pada penderita diabetes disarankan pare mentah sekitar 3 gram setiap hari yang sebaiknya dilakukan saat perut masih dalam keadaan kosong biasanya pada pagi hari. b. Sediakan 2 buah pare lalu dicuci dan dihaluskan lalu tambahkan setengah gelas air bersih aduk dan peras. Air perasan tersebut diminum 1x dalam 2 minggu. c. Untuk penggunaan biji pare yaitu dengan cara sediakan 200 gram biji pare, kemudian biji pare disangrai sampai kering dan ditumbuk halus. Setelah dingin disimpan dalam toples. Seduh 10 gram bubuk biji pare dengan air matang dan diminum 3 kali sehari. d. 200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan 3 gelas (600cc) air bersih sampai tersisa 1 gelas (200cc). Setelah dingin disaring, diminum setiap hari.

12

BAB III KESIMPULAN

3.1

Simpulan Diabetes Melitus Tipe 2 produktifitas hormon insulin bekerja dengan baik tapi gangguan utamanya terjadi pada kuantitas reseptor (penerima) dari hormon insulin yang tidak cukup sehingga efektivitas dari insulin untuk mengangkut glukosa ke dalam sel tubuh berkurang keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin atau diabetes melitus yang tidak tergantung insulin. Sekitar 90-95% penderita diabetes termasuk dalam Diabetes Melitus Tipe 2. Salah satu bahan alam yang bisa dijadikan alternatif dalam pengobatan adalah pare (Momordica charantia). Tanaman pare (Momordica charabtia) berasal dari kawasan Asia Tropis, dan banyak terdapat di daerah tropika khususnya Indonesia. Buah pare dikenal memiliki rasa yang sangat pahit dan sering digunakan sebagai sayur. Tapi dibalik rasa pahit dari buah pare itu ternyata tersimpan banyak manfaat untuk kesehatan. Zat antihiperglikemik ( menurunkan kadar glukosa darah ) yang terdapat dalam buah pare adalah saponin, flavonoid, polifenol (antioxidant kuat), glikosida, cucurbitacin, momordicin, dan charantin, dan polipeptida P( P-Insulin ) yang dapat memberikan efek yang dapat menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes melitus sehingga kadar glukosa darah pada penderita DM dalam batas normal dan dapat dikontrol. Bila minum pare secara terus menerus dan berlebihan dapat terjadi gangguan seksual terutama pada pria yang dapat mematikan sperma hingga tidak ada sperma sama sekali, mengakibatkan impoten, merusak testis selain itu pare juga berpotensi merusak liver. Meskipun menimbulkan efek samping bila di makan terlalu berlebihan, namum tanaman pare mengandung banyak zat-zat yang bergizi dan berguna bagi kesehatan serta dapat mencukupi nutrisi dan vitamin yang di perlukan oleh tubuh.

13

3.2

Saran Dalam hal ini, penulis dapat memberikan beberapa saran yang mungkin akan cukup berguna dalam hal pemanfaatan buah pare sagai antihyperglikemik, diantaranya: 1.Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masyarakat dalam berbagai hal, seperti penyediaan dana dan penyuluhan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam secara maksimal. 2.Bagi masyarakat agar lebih memanfaatkan pare dalam menurunkan kadar glukosa darah sehingga kadar glukosa darah dalam keadaan normal. 3.Bagi para peneliti agar terus melakukan berbagai macam penelitian sehingga nantinya diperoleh berbagai temuan baru khususnya di bidang kesehatan yang dapat membantu masyarakat secara luas.

14

You might also like