You are on page 1of 171

LAPORAN KEGIATAN LALAPORANATAN PORAN KEGI AKUNTABILITAS

KINERJA

WORKSHOP PENGEMBANGAN KUALITAS WORKSHOP PENGEMBANGAN KUALITAS

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN SDM PERENCANA (MOTIVASI BERPRESTASI) SDM PERENCANA (MOTIVASI BERPRESTASI) TAHUN 2010

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun sebagai pertanggungjawaban kinerja Kementerian Pertindustrian pada tahun 2010. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi. Dalam Rencana Stratejik Kementerian Perindustrian 2010-2014, telah dijabarkan Visi jangka menengah Kementerian, yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan. Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi, Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014. Secara umum gambaran pencapaian kinerja makro sektor industri pada tahun 2010, adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan sektor industri non migas tahun 2010 mencapai 5,09 persen; 2. Kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto untuk industri

pengolahan tahun 2010 sebesar 24,82 persen dan industri pengolahan non migas sebesar 21,55 persen. 3. Pertumbuhan Investasi PMDN hingga triwulan III Tahun 2010 di sektor industri mencapai Rp. 16,58 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 365 proyek dan PMA sebesar US$ 2,513 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 829 proyek. 4. Ekspor hasil industri non migas tahun 2010 mencapai US$ 98,02 milyar, dan impor tahun 2010 mencapai US$ 101,12 miliar. Pada tahun 2010 cabang industri yang hampir semua mengalami pertumbuhan positif, antara lain: Alat Angkut, Mesin & Peralatannya tumbuh sebesar 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet tumbuh sebesar 4,67 i

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif

persen; Barang lainnya tumbuh sebesar 2,98 persen; Makanan, Minuman dan Tembakau tumbuh sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja tumbuh sebesar 2,56 persen; Semen & Brg. Galian bukan logam tumbuh sebesar 2,16 persen; Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki tumbuh sebesar 1,74 persen; Kertas dan Barang cetakan tumbuh sebesar 1,64 persen; dan hanya industri Brg. kayu & Hasil hutan lainnya yang mengalami penurunan sebesar -3,50 persen. Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB industri non migas mencapai 21,55 persen dengan urutan distribusi per cabang industri sebagai berikut: industri makanan, minuman dan tembakau (33,60 persen); industri alat angkut, mesin dan peralatan (28,14 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari karet (12,73 persen), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (8,97 persen), industri barang kayu dan hasil hutan (5,82 persen) industri kertas dan barang cetakan (4,75 persen), industri semen dan barang galian non logam (3,29 persen), industri logam dasar, besi dan baja (1,95 persen), dan industri barang lain hanya (0,76 persen). Pertumbuhan industri pada tahun 2010 telah jauh lebih baik dibanding tahun 2009 pada saat industria terkena dampak krisis global. Tahun 2010 sektor industri dapat melampaui target pertumbuhan industri sebesar 4,99 persen. Hal ini terlihat bahwa sektor-sektor industri telah mulai pulih dari krisis global tahun 2009. Tentunya kita berharap bahwa tahun mendatang menjadi tahun titik balik bagi dunia industri untuk dapat lebih maju lagi. Langkah-langkah operasional yang telah ditempuh dalam pencapaian sasaran 2010 meliputi melalui: perumusan kebijakan; pelayanan dan fasilitasi; serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang dilakukan lewat. Dimana langkah-langkah operasional tersebut di laksanakan melalui Sembilan program, diantaranya (i) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat; (ii) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke ii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif

berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat; (iii) Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi yang bertujuan untuk

menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor; (iv) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah yang bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah; (v) Program Pengembangan Perwilayahan Industri yang bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri kabupaten/kota; (vi) Program Kerjasama Industri Internasional yang bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri internasional secara optimal; (vii) Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri yang bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri; (viii) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta iii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif

mewujudkan Good Governance dan Clean Government; (ix) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal; (x) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Hasil lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja 2010 ini. Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2010 dengan capaian rata-rata sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok sebesar 155.70 persen. Sedangkan capaia ratarata sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan (stakeholders) mencapai 83.84 persen. Seluruh sasaran yang ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum semuanya menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan pencapaian sasaran Kementerian Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan institusi terkait.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

iv

KATA PENGANTAR
Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat bentuk perwujudannya dapat dilakukan melalui pertanggungjawaban. Seperti yang telah diamanatkan dalam Tap. MPR RI No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dibutuhkan suatu bentuk pertanggungjawaban terkait pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata secara periodik. Pemerintah, melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI dan Undang-Undang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya, membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bahwa peraturan tersebut sebagai acuan setiap instansi dalam menyusun dokumen Penetapan Kinerja dan LAKIP. Sebagai gambaran keberhasilan dan ketidaktercapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama periode tahun 2010, Kementerian Perindustrian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit di masa yang akan datang, khususnya untuk tahun 2011 yang sedang berjalan ini. Jakarta, 15 Maret 2011 MENTERI PERINDUSTRIAN

MOHAMAD S. HIDAYAT v
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. BAB II : Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian Peran Stratejik Kementerian Perindustrian I-1 I-1 I-6 i v vi

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. B. C. D. Rencana Strategis 2010 - 2014 Rencana Kinerja Tahun 2010 Penetapan Kinerja Tahun 2010 Rencana Anggaran II - 1 II - 13 II 19 II - 23

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN A. B. C. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2010-2014 Analisis Capaian Kinerja Makro Sektor Industri Analisis Capaian Kinerja Sasaran Stakeholders Tahun D. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok Tahun 2010 E. F. Analisis Capaian Kinerja Pengembangan Klaster Industri Akuntabilitas Keuangan III - 57 III 92 III - 40 Strategis Perspektif III - 1 III - 10 III - 22

BAB IV

PENUTUP A. B. C. Kesimpulan Permasalahan dan Kendala Rekomendasi IV - 1 IV - 2 IV - 4

LAMPIRAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

vi

BAB I PENDAHULUAN

A.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian; 2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian; 3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah; dan 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

B.

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut tercermin

dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam komponen konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor jasa keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau perdagangan, pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-1

Pendahuluan

karena kontribusinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu industri juga dapat membuka peluang untuk menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, yang berarti meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan. Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan Pembangunan Nasional yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan memerlukan upaya penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi: 1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. 2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi. 3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia. 4. Lemahnya sektor infrastruktur. 5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi. Sementara itu, terdapat berbagai permasalahan pokok yang sedang dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama, ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok industri kecil dan menengah. Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor industri, isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan Infrastruktur; 2. Ketahanan Pangan; 3. Ketahanan Energi;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-2

Pendahuluan

4. Pengembangan UMKM; 5. Revitalisasi Industri dan Jasa; 6. Pembangunan Transportasi.

Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan sektor industri dituntut untuk mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri, tetapi juga harus mampu mengatasi permasalahan nasional. Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang sedang dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung keberhasilan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam: (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitasaktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut: 1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional. 2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah. 3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-3

Pendahuluan

4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa. 5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.

C.

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Kementerian Perindustrian terdiri atas Wakil Menteri Perindustrian, 9 (sembilan) unit eselon I dan 3 (tiga) Staf Ahli Menteri sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian

Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1. Wakil Menteri Perindustrian Mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian. Wakil Menteri diangkat pada tanggal 10 November 2009 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 111/M Tahun 2009 guna memperlancar pelaksanaan tugas Menteri yang memerlukan penanganan khusus sesuai ketentuan pasal 10 UndangUndang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-4

Pendahuluan

2. Sekretariat Jenderal Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal terdiri dari 5 (lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum. 3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu

Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam; Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan Direktorat Industri Tekstil dan Aneka. 4. Direktorat Jenderal Industri Agro Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau. 5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Direktorat mempunyai Jenderal tugas Industri Unggulan serta Berbasis Teknologi Tinggi dan

merumuskan

melaksanakan

kebijakan

standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Maritim,

Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan Telematika; dan Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-5

Pendahuluan

6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah III. 7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III. 8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; dan Direktorat Ketahanan Industri. 9. Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat Jenderal terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I; Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-6

Pendahuluan

10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri terdiri dari 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Badan; Pusat Standardisasi; Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri; Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual. 11. Staf Ahli Menteri Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli Menteri mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal. Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri; Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi.

Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian, terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu: 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Industri) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang selanjutnya disebut Pusdiklat Industri adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Industri dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-7

Pendahuluan

2. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Pusat Data dan Informasi yang selanjutnya disebut Pusdatin adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Pusdatin dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta pelayanan data dan informasi industri. 3. Pusat Komunikasi Publik Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan hubungan antar lembaga, pemberitaan, publikasi, dan informasi pelayanan publik.

Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian untuk membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif Stakeholders dibutuhkan SDM. Untuk mewujudkan SDM Industri dan aparatur yang professional maka langkahlangkah yang dilakukan adalah meningkatkan penerapan kode etik dan peningkatan disiplin dan budaya kerja pegawai, melakukan pengembangan sistem rekruitmen pegawai,peningkatan kualitas kemampuan dan pengetahuan SDM Industri (kuantitas dan kualitas). Dengan jumlah pegawai sebanyak 6271 pegawai, diharapkan dapat mencapai target yang telah di tetapkan oleh Kementerian Perindustrian. Untuk lebih jelas jumlah dan kualifikasi pegawai Kementerian Perindustrian dapat dilihat pada Lampiran1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-8

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS 2010 - 2014 1. VISI Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan: 1. Industri kelas dunia; 2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa; 3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar. Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya; 2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5. Jasa industri yang tangguh. Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 1

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni: Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan 2. MISI Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut: 1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut: 1. 2. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; Mendorong internasional; 3. 4. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; II - 2 peningkatan penguasaan pasar domestik dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

5. 6. 7.

Memfasilitasi penguatan struktur industri; Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa; Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

3. TUJUAN Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan. Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

4. SASARAN Untuk mewujudkan pencapaian tujuan di atas, maka perlu dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur keberhasilan pencapaiannya. Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan, ada keinginan kuat untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 3

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran Industri Kecil dan Menengah mulai dari tahun 2009 sampai ke tahun 2014. Target pertumbuhan setiap cabang industri yang ingin dicapai dalam peningkatan daya saing industri manufaktur pada periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 8,41 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 6,64 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,40 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 2. Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Target pertumbuhan untuk cabang industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 3,84 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,15 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,60 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 3. Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 2,94 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 1,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,90 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 4

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 4. Cabang Industri Kertas dan Barang Cetakan Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 5,04 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 4,60 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,58 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 5. Cabang Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 6,30 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 5,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 6. Cabang Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 4,19 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 3,25 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 5

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

7. Cabang Industri Logam Dasar, Besi dan Baja Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 4,03 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,50 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi diharapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 8. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 7,34 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 4,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,20 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 9. Cabang Industri Barang Lainnya Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 6,00 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 5,18 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,80 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. Untuk lebih jelasnya, target laju pertumbuhan setiap cabang industri selama periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 6

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Tabel 2.1. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 2014 (%)
Cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, barang Kulit & Alas kaki Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas & barang Cetakan Pupuk, Kimia & barang dari Karet Semen & Barang Galian bukan Logam Logam Dasar, Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Barang lainnya Total Industri 2010 6,64 2,15 1,75 4,60 5,00 3,25 2,75 4,00 5,18 4,65 2011 7,92 3,40 2,75 4,80 5,46 3,74 3,40 6,40 5,60 6,10 2012 8,15 3,75 2,90 4,90 5,75 4,05 4,00 7,78 6,00 6,75 2013 8,94 4,30 3,40 5,30 7,00 4,60 4,50 8,30 6,40 7,47 2014 10,40 5,60 3,90 5,58 8,30 5,30 5,50 10,20 6,80 8,95 Rata-rata 2010-2014 8,41 3,84 2,94 5,04 6,30 4,19 4,03 7,34 6,00 6,78

5. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun 2010-2014, telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2014 sebagaimana disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian tersaji pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 7

Visi : Indonesia m ampu m enjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Misi : Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian
Kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional Meningkatnya peran industri kecil dan 7 m enengah terhadap PDB

Tingginya Nilai tam bah industri 6 Kokohnya faktor-faktor 3 penunjang pengem bangan industri Tingginya kem am puan 4 inovasi dan penguasaan teknologi industri

na gnt ne pe K i ukgna m P e fi t ke psr e P


2 Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri Kuat, lengkap dan 5 dalam nya Struktur industri

Tersebarnya pem bangunan industri

Perumusan Kebijakan
Mempersiap kan d an/atau Menetapkan Kebijakan d an p roduk hukum Ind ustri Memf asilitasi penerap an, pengemb angan dan peng gunaan Kekayaan intelektual Memf asilitasi peng embang an ind ustri Memf asilitasi promo si ind ustri Memf asilitasi p enerapan stand ard isasi Mening katkan kualitas pelayanan p ublik Meng koo rdinasikan peningkatan kualitas lembag a pend idikan dan pelatihan serta kewirausahaan Menetapkan rencana strategis d an/atau p engemb angan ind ustri prio ritas dan industri and alan masa d epan Menetapkan peta pand uan p engemb angan industri Meng usulkan insentif yang mend ukung p engemb angan industri SDM Mengembang kan kemamp uan SD M yang kompeten Org anisasi & Ketatalaksanaan Membang un org anisasi yang Pro f esio nal d an Probisnis Meng embang kan R&D di instansi d an industri

Pelayanan & Fasilitasi

Pengawasan, Pengendalian & Evaluasi


Meng op timalkan b udaya peng awasan p ada unsur pimp inan d an staf Mengo ptimalkan evaluasi p elaksanaan kebijakan d an ef ektif itas pencap aian kinerja industri

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010


Inf ormasi Membangun sistem inf ormasi ind ustri yang terinteg rasi & hand al Perencanaan Meningkatkan kualitas perencanaan dan p elap oran Dana

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

na r e ne m K i t e k ok o PsaguT naa naska e P l ses o Pfi t ke psr e P r

naa ga b ml e K e sai sa pa K t na ak gn ne P t i fi t ke psr e P

Mening katkan Sistem Tata Kelo la Keuangan dan BMN yang pro f esional

II - 8

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sebagaimana telah disebutkan bahwa visi pembangunan industri Indonesia pada tahun 2014 adalah memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (suistainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan, maka perlu dijabarkan indikator terwujudnya visi tersebut antara lain: 1. 2. Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk hilir bernilai tambah 3. Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan industri kecil, industri menengah, dan industri besar 4. 5. Tercapai peningkatan industri penunjang komponen Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi) Dalam mewujudkan Visi tersebut, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat dirinci sebagai berikut: Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional. Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri. Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 9

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

2. Indeks iklim industri nasional. Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif; 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri. Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia); 2. Tumbuhnya permesinan; 3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri. Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional; 2. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional; 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil; 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi Out-Source Industri Besar. Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok Sasaran Strategis I: Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, Industri Komponen automotive, elektronika dan

R.Perpres/R.Keppres); 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.


Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 10

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sasaran

Strategis

II:

Menetapkan

rencana

strategis

dan/atau

pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan, dengan Indikator Kinerja Utama: Renstra 2010-2014 dan Renja. Sasaran Strategis III: Menetapkan peta panduan pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas; 2. Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi; 3. Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis IV: Mengusulkan insentif yang mendukung

pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Rekomendasi usulan insentif; 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif. Sasaran Strategis V: Mengembangkan R&D di instansi dan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: Kerjasama instansi R&D dengan industri. Sasaran Strategis VI: Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI; 2. Produk HKI yang dikomersialkan (paten). Sasaran Strategis VII: Memfasilitasi pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi; 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan; 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku; 4. Perjanjian kerjasama internasional. Sasaran Strategis VIII: Memfasilitasi promosi industri, dengan Indikator Kinerja Utama: Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi. Sasaran Strategis IX: Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Rancangan SNI yang diusulkan;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 11

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan; 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu/ISO 9001:2008 (Pedoman BSN 10 dan GKM). Sasaran Strategis X: Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan Indikator Kinerja Utama: Tingkat kepuasan pelanggan. Sasaran Strategis XI: Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Instruktur yang bersertifikat; 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi. Sasaran Strategis XII: Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat penurunan penyimpangan minimal; 2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Internal di unit kerja. Sasaran Strategis XIII: Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan; 2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri. Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Sasaran Strategis I: Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Standar kompetensi SDM aparatur; 2. SDM aparatur yang kompeten. Sasaran Strategis II: Membangun organisasi yang professional dan probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama: Penerapan sistem manajemen mutu. Sasaran Strategis III: Membangun sistem informasi yang terintegrasi dan handal, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tersedianya sistem informasi online; II - 12

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

2. Pengguna yang mengakses. Sasaran Strategis IV: Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Kesesuaian program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN); 2. Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars); 3. Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan. Sasaran Strategis V: Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat penyerapan anggaran; 2. Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP).

B. RENCANA KINERJA TAHUN 2010 Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masingmasing Program yang terinci sebagai berikut:

a. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menghasilkan rumusan dalam pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang basis industri manufaktur serta menumbuhkembangkan klaster termasuk dalam penyusunan peta panduan pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 13

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

IKU pertama: Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. b. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuh-kembangkan klaster industri Agro melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.

c. Program Tinggi

Penumbuhan

Industri

Unggulan

Berbasis

Teknologi

Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuhkembangkan klaster industri unggulan berbasis teknologi tinggi melalui
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 14

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

pelaksanaan

rencana

aksi

yang

tercantum

pada

Peraturan

Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam

industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.

d. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah Program ini bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Rasio Industri Jawa dan luar Jawa dengan target rasio industri di pulau Jawa dan luar Jawa mencapai posisi 60:40. IKU Kedua: Kontribusi PDB IKM sebesar 34 % pada tahun 2014. e. Program Pengembangan Perwilayahan Industri Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private

partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri

kabupaten/kota. Program ini juga bertujuan untuk menangani segala permasalahan aktual dalam pengembangan public-private partnership dan penyiapan penetapan peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota serta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 15

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

pengembangan kawasan industri. Selain hal tersebut juga melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan peta panduan pengembangan industri unggulan dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui

pembangunan kawasan industri dengan target pertumbuhan sebesar 10% pertahun. IKU kedua: Tersusunnya kebijakan operasional pengembangan industri didaerah melalui pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah.

f. Program Kerjasama Industri Internasional Program ini bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri internasional secara optimal, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri, menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama industri internasional, melaksanakan peningkatan kerjasama akses industri, kerjasama teknik serta promosi industri internasional baik secara bilateral, regional maupun multilateral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan penanganan hambatan kerjasama industri

internasional, melaksanakan pengamanan industri dalam negeri sebagai dampak pemberlakukan perjanjian perdagangan bebas, melaksanakan

pedoman, kriteria dan prosedur bantuan luar negeri serta melaksanakan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama industri internasional. Program ini akan diukur dengan indikator pencapaian yaitu meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara dengan konstribusi sektor industri melalui peningkatan akses pasar, teknologi dan kerjasama internasional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 16

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

g. Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Program ini bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan,

mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri. Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi sektor industri, perumusan kebijakan dan iklim serta analisa, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang penelitian dan pengembangan industri, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penelitian dan pengembangan industri. Pada dasarnya program ini memanfaatkan hasil litbang yang telah dilakukan oleh Balai-balai Penelitian dan Pengembangan dalam rangka mendukung daya saing maupun melindungi konsumen, seperti menetapkan standardisasi bagi produk hasil industri. Dengan indikator pencapaian tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik.

h. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta mewujudkan Good Governance dan Clean Government. II - 17

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sebagai alat ukur atau indikator keberhasilannya telah ditetapkan, yaitu: (a) tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, (b) tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, (c) tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan.

i. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal, dengan indikator pencapaian: (a) terkoordinasinya pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian

Perindustrian, (b) terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya serta penghubung antar lembaga dan masyarakat, (c) terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian.

j. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Sebagai indikator pencapaiannya tersedianya sarana dan prasarana kerja sesuai kebutuhan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 18

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010 Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja yang akan dicapai. Dengan telah diterbitkannya Inpres No. 5/2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja, Kementerian

Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2010 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2010 yang disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2010 yang telah ditetapkan, sehingga secara substansial Penetapan Kinerja Tahun 2010 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun 2010. Ringkasan Penetapan Kinerja Tahun 2010 selengkapnya terdapat pada Lampiran 2. Pada Bab III dokumen LAKIP Kementerian Perindustrian ini, penjelasan mengenai Analisis Capaian Kinerja bukan diukur dari ketercapaian indikator Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010, akan tetapi diukur dari ketercapaian indikator Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010. Perbedaan keduanya adalah indikator kinerja utama (IKU) yang diperoleh dari dokumen Penetapan Kinerja merupakan IKU dari masing-masing Program yang juga merupakan IKU dari masing-masing unit Eselon I Kementerian Perindustrian (sebagaimana dimaklumi bahwa satu program hanya dimiliki oleh satu unit Eselon I). Sedangkan IKU yang diperoleh dari Sasaran Strategis merupakan penjabaran langsung dari Visi, Misi, dan Tujuan Kementerian Perindustrian yang tergambar pada Peta Strategi untuk periode tahun 2010-2014, dimana target dari setiap IKU yang diukur pada Bab III merupakan target untuk tahun 2010 saja. Pada sub bab Rencana Strategis 2010-2014 di atas, dipaparkan Sasaransasaran Strategis yang merupakan penjabaran dari Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang kemudian dikelompokkan ke dalam 3 perspektif, yakni perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan. Dikarenakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 19

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

keterbatasan data yang diperoleh, Sasaran Strategis yang diukur ketercapaiannya pada Bab III hanya pada perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) serta perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis berdasarkan perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 15 indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: Tabel 2.2 Sasaran Strategis Perspektif Stakeholders
Sasaran Strategis (SS) I. Tingginya Nilai Tambah Industri Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional Satuan Persentase Target 4.99

Persentase

23.92

II. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri

Persentase

35

III. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri IV. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri

V. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri

2. Pangsa pasar produk industri Persentase 60 nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri 1. Tingkat produktivitas dan Rupiah/Tenaga 250,000 Kerja kemampuan SDM industri 2. Indeks Iklim Industri Indeks 4 Nasional 1. Jumlah hasil penelitian dan Penelitian 250 pengembangan teknologi industri terapan inovatif 2. Pemanfaatan hasil penelitian Penelitian 50 dan pengembangan oleh sektor industri 1. Tumbuhnya Industri Dasar Persentase 2.75 Hulu (Logam dan Kimia) 2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional 2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja Persentase 4

VI. Tersebarnya pembangunan industri

Persentase

27,19

Jumlah Investasi

34.178,4

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 20

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sasaran Strategis (SS)

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Satuan Presentase

Target 6,5

VII. Meningkatnya peran industri 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi kecil dan menengah terhadap nasional PDB 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi OutSource Industri Besar

Persentase

13

Perusahaan

20

Sedangkan sasaran strategis berdasarkan perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian yang terdiri dari 13 sasaran strategis dan 26 indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: Tabel 2.3 Sasaran Strategis Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok
Sasaran Strategis (SS) I. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres) 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan III. Menetapkan peta panduan pengembangan industri II. 1. Renstra 2010 -2014 & RENJA Satuan Konsep Target 2

Peraturan Paket

40 1

IV. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri V. Mengembangkan R & D di instansi dan industri VI. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual

1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas 2. Peta panduan industri unggulan provinsi 3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota 1. Rekomendasi usulan insentif 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif 1. Kerjasama R&D instansi dengan industri 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI 2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)

Klaster Provinsi Kabupaten/Kota Jenis Perusahaan Kerjasama Perusahaan Produk

32 15 16 10 300 18 1100 50

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 21

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sasaran Strategis (SS) VII. Memfasilitasi pengembangan industri

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Satuan Presentase Perusahaan Perusahaan MoU Perusahaan

Target 80 600 40 5 1032

VIII.

IX.

X. XI.

XII.

XIII.

1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku 4. Perjanjian kerjasama Internasional Memfasilitasi promosi industri 1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi Memfasilitasi penerapan 1. Rancangan SNI yang standardisasi diusulkan 2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) Meningkatkan kualitas 1. Tingkat kepuasan pelanggan pelayanan publik Mengkoordinasikan 1. Instruktur yang bersertifikat peningkatan kualitas lembaga 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan pelatihan serta pendidikan dan lembaga diklat kewirausahaan yang terakreditasi Mengoptimalkan budaya 1. Tingkat Penurunan pengawasan pada unsur penyimpangan minimal pimpinan dan staf 2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja Mengoptimalkan evaluasi 1. Laporan evaluasi pelaksanaan pelaksanaan kebijakan dan kebijakan efektifitas pencapaian kinerja 2. Tingkat penurunan industri penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

RSNI SNI Perusahaan

600 50 1000

Index Jumlah Jumlah

4 20 4

Presentase Satuan kerja

60 57

Laporan Presentase

10 40

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 22

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

D. RENCANA ANGGARAN Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2010, Kementerian Perindustrian didukung oleh dana APBN sebesar

Rp. 1.684.616.721.000,-. Anggaran

tersebut dirinci berdasarkan Unit Kerja

Eselon I. Secara lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.4.


Tabel 2.4 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2010 Menurut Unit Kerja Eselon I

(dalam Rupiah) NO. 1 2 3 4 5 6 7 Unit Kerja Eselon 1 Sekretariat Jenderal Ditjen. Industri Agro dan Kimia Ditjen. Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Ditjen. Industri Alat Transportasi dan Telematika Ditjen. Industri Kecil dan Menengah Inspektorat Jenderal Badan Penelitian dan Pengembangan Industri TOTAL Pagu Anggaran 374.769.938.000 177.188.921.000 345.276.777.000 81.567.813.000 349.240.899.000 19.908.000.000 336.664.373.000 1.684.616.721.000

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 23

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Penyusunan capaian kinerja Tahun Anggaran 2010 ini merupakan awal pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010 2014. Secara umum, uraian berikut adalah gambaran capaian Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI) yang telah ditetapkan dalam tahun 2010. Akuntabilitas ini mencakup akuntabilitas kinerja, kinerja makro sektor industri, capaian kinerja sasaran strategis, kinerja pengembangan klaster industri, dan kinerja keuangan.
A. GAMBARAN UMUM AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010

Selama tahun 2010, tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 53,88 persen terhadap PDB total, sementara pada tahun 2009 ketiga sektor utama tersebut menyumbang sedikit lebih besar yaitu sebesar 54,94 persen. Masing-masing sektor utama tersebut memberi sumbangan dengan rincian: sektor Industri Pengolahan memberi sumbangan sebesar 26,37 persen pada tahun 2009 dan 24,82 persen pada tahun 2010; sektor Pertanian sebesar 15,30 persen pada tahun 2009 dan 15,34 persen pada tahun 2010; dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,28 persen pada tahun 2009 dan 13,72 persen pada tahun 2010. Dari ketiga sektor utama di atas yang merupakan penyumbang utama bagi perekonomian nasional adalah sektor Industri Pengolahan karena merupakan penyumbang tertinggi. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan, dan yang mencapai nilai terbesar adalah dari tahun 2000 hingga tahun 2010 adalah dari sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 1.208.732,50 (dalam Milyar Rupiah). Sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun 2000 hingga tahun 2010 adalah dari sektor Bangunan yaitu sebesar 763,18 persen dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Sementara untuk kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap total nilai PDB selama periode 2000-2010 selalu menempati posisi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 1

Akuntabilitas Kinerja

teratas dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,53 persen kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,33 persen, dan yang terendah pada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu sebesar 0,84 persen. Industri telah cukup berkembang walaupun masih banyak sektor industri di Indonesi a yang masih bisa dikembangkan. Menurut catatan World Economic Forum (WEF) pada tahun 2000 posisi daya saing Indonesia masih berada pada urutan ke-47 dari 58 negara, sedangkan pada tahun 2009 posisi daya saing Indonesia berada pada posisi 54 dari 133 negara dan tahun 2010 posisi daya saing Indonesia mengalami peningkatan yaitu berada pada posisi 44 dari 139 negara. Daya saing Indonesia sudah sedikit mengalami kemajuan walaupun belum begitu signifikan. Kurang maksimalnya daya saing diakibatkan oleh berbagai pihak. Menurut tolak ukur WEF, diidentifikasi 5 faktor penting yang menonjol. Pada tataran makro terdapat tiga faktor, yaitu: 1. Kondisi ekonomi makro yang tidak kondusif; 2. Kualitas kelembagaan publik yang buruk dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan 3. Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas. Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis, dua faktor yang menonjol adalah: 1. Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan 2. Lemahnya iklim persaingan usaha. Pada tahun 2010 Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen serta tingkat pengangguran menjadi berkisar 5% 6%. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai Negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada serta merevitalisasi industri nasional telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 2

Akuntabilitas Kinerja

Guna mendukung Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menyusun 35 klaster industri prioritas yang terbagi dalam 6 kelompok klaster industri, diantaranya: I. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur: 1. Klaster Industri Baja; 2. Klaster Industri Semen; 3. Klaster Industri Petrokimia; 4. Klaster Industri Keramik; 5. Klaster Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik; 6. Klaster Industri Mesin Peralatan Umum; 7. Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil; 8. Klaster Industri Alas Kaki. II. Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro: 1. Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit; 2. Klaster Industri Karet dan Barang Karet; 3. Klaster Industri Kakao; 4. Klaster Industri Pengolahan Kelapa; 5. Klaster Industri Pengolahan Kopi; 6. Klaster Industri Gula; 7. Klaster Industri Hasil tembakau; 8. Klaster Industri Pengolahan Buah; 9. Klaster Industri Furniture; 10. Klaster Industri Pengolahan Ikan; 11. Klaster Industri Kertas; 12. Klaster Industri Pengolahan Susu. III. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut: 1. Klaster Industri Kendaraan Bermotor; 2. Klaster Industri Perkapalan; 3. Klaster Industri Kedirgantaraan; 4. Klaster Industri Perkeretaapian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 3

Akuntabilitas Kinerja

IV. Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika: 1. Klaster Industri Elektronika; 2. Klaster Industri Telekomunikasi; 3. Klaster Industri Komputer dan Peralatannya. V. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu: 1. Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 2. Klaster Industri Fashion; 3. Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni. VI. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu: 1. Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan. 2. Klaster Industri Garam 3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias; 4. Klaster Industri Minyak Atsiri; 5. Klaster Industri Makanan Ringan. Pengembangan klaster industri prioritas diatas telah dilaksanakan melalui beberapa hal, diantaranya: 1. Sosialisasi pembangunan Klaster Industri. 2. Diagnosis dan penyusunan Peta Jalan Pengembangan Klaster-klaster yang ditargetkan. 3. Pembentukan working group serta forum komunikasi kerjasama industri pada masing-masing klaster industri. 4. Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan. 5. Pengembangan kerjasama antara industri inti. 6. Industri terkait dan industri penunjang. Pada bidang Pengembangan Iklim Industri telah dilaksanakan berbagai langkah untuk mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi. Beberapa langkah penting antara lain: 1. Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik. III - 4

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

2. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. 3. Penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007. 4. Pengakomodasian usulan beberapa sektor industri (Perkapalan, Komponen Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No 1 Tahun 2007 dan PP No. 62 Tahun 2008). 5. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan propinsi untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang kompetensi inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota. 6. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik yang dapat memberikan kepastian berusaha, khususnya yang terkait dengan perbaikan infrastruktur, teknologi, permodalan dan penanganan lingkungan. Pada bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/4/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND/PER/4/2010 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, yang telah disosialisasikan untuk diterapkan di Instansi Pemerintah Pusat maupun di Daerah. Pada sektor-sektor penting tertentu tengah dilaksanakan usaha-usaha untuk: 1) Memaksimalkan pemanfaatan kemampuan industri strategis dalam pengadaan Alutsista sektor Pertahanan; 2) Memberdayakan industri Perkapalan Nasional sesuai Inpres No 5 Tahun 2005; 3) Mendorong BUMN-BUMN memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dalam rangka Program Percepatan Pembagunan PLTU Batubara dan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG; 4) Memprakarsai penyusunan RUU Peningkatan Penggunaan produksi Dalam Negeri. III - 5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

Pada

bidang

Peningkatan

Kemampuan

Teknologi,

Kementerian

Perindustrian telah melaksanakan beberapa langkah penting seperti: 1) Penetapan hasil-hasil riset unggulan untuk IKM yang diseleksi dari hasil-hasil Litbang pada 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset dan Standardisasi Industri; 2) Proyek Percontohan Coco-diesel; 3) Program Restrukturisasi Industri TPT; 4) Bantuan Mesin/Peralatan (untuk pengelasan, alsintan, fasilitas Pusat Desain Optik, fasilitas UPT Kulit Magetan, pembuatan bahan bakar nabati dari biji jarak, pabrik Biodiesel; 5) Bimbingan Teknis untuk pengelolaan limbah; 6) Penghargaan Rintisan Teknologi; 7) Penghargaan Indonesia Good Design Selection dan 8) Pembangunan Pusat Desain Industri Perkapalan. Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan diklat untuk

Peningkatan Kemampuan SDM Industri antara lain: 1) Dalam rangka peningkatan daya saing (HACCP, Corporate Social Responsibility, CEFE, Marketing, Manajemen Lingkungan, TQM) dsb; 2) Pengelasan Sertifikasi Internasional; 3) Konservasi dan Audit Energi; 4) Teknologi Produksi & Design; 5) Penanganan Zat-zat Kimia Berbahaya; dan 6) Pelatihan Asesor terintegrasi ISO 9001. Sedangkan pada Bidang Peningkatan Kemampuan SDM Aparatur, pemerintah telah melaksanakan kegiatan antara lain: 1) Diklat Sistem Industri (I, II, III, dan IV) untuk meningkatkan kapasitas aparatur Dinas Perindustrian di

Propinsi/Kabupaten/Kota dengan total peserta sebanyak 4.136 orang; 2) Diklatdiklat Struktural; 3) Diklat Teknis, Diklat Jabatan Fungsional; 4) Program beasiswa S2 dan S3; 5) Program Bea Siswa D3 Tenaga Penyuluh Lapangan Industri dengan ikatan dinas di Unit Pendidikan Tinggi di Lingkungan Kementerian Perindustrian dan 6) Pelatihan Petugas Pengawas Standar Barang dan Jasa di pabrik ( PPSP) sebanyak 8 angkatan dengan peserta sebanyak 175 orang. Industri pengolahan diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian nasional yang telah memberikan kontribusi PDB sebesar 24,82 persen pada tahun 2010. Industri Kecil Menengah (IKM) yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada akhir RPJMN telah memberikan kontribusi PDB Sektor Industri sebesar 24,95 persen. Pada tahun 2010 cabang industri non migas mengalami pertumbuhan mencapai 5,09 persen,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 6

Akuntabilitas Kinerja

sedangkan pada tahun 2009 hanya berkisar 2,56 persen. Selama periode 20042009 triwulan III terjadi peningkatan sebanyak 946.289 unit usaha, dan menyerap tenaga kerja sebesar 1.187.776 orang. Program Pengembangan IKM dalam pelaksanaan program utama dan pelaksanaan program pendukung meliputi: Pengembangan 6 Klaster IKM; Pengembangan IKM penunjang klaster industri; Pengembangan IKM Unggulan Daerah; Pengembangan IKM di daerah tertinggal, perbatasan, pasca konflik & pasca bencana; Pengembangan Promosi dan Informasi; Peningkatan SDM IKM; Peningkatan Kerjasama Industri dan Peningkatan Standardisasi dan Teknologi. Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan, secara kumulatif dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang atau rata-rata per tahun sekitar 519.137 orang (5,28 persen), yang berarti di atas yang ditargetkan pada RPJMN sebesar 500 ribu per tahun. Pada periode yang sama pula penanaman modal di sektor Industri Pengolahan terealisasi rata-rata per tahun senilai 19,14 triliun rupiah untuk Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri dan US $ 4,33 miliar untuk Proyek Penanaman Modal Asing. Dengan asumsi kurs rata-rata US $ 10.000 rupiah, maka PMA yang diserap sektor Industri Pengolahan sekitar 43,29 triliun rupiah per tahun. Bila dijumlahkan, total investasi PMA dan PMDN yang tertanam di sektor Industri Pengolahan rata-rata sebesar 62,43 triliun rupiah per tahun. Angka tersebut melebih sasaran investasi sektor Industri Pengolahan pada RPJMN yaitu antara 40-50 triliun rupiah. Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Non Migas selama 5 (lima) tahun terakhir boleh dikatakan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2005, laju pertumbuhan sektor industri sebesar 5,86 persen sedikit diatas pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,69 persen. Pada tahun 2006, 2007 dan 2008 laju pertumbuhan sektor industri selalu di bawah pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2009 ekonomi tumbuh 4,58 persen, pertumbuhan sektor industri non migas tumbuh sebesar 2,56 persen. Sedangkan pada tahun 2010 pertumbuhan industri mencapai 5,09 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,10 persen. Penurunan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir disebabkan terjadinya pertumbuhan negatif pada beberapa cabang industri, seperti Brg. kayu & Hasil III - 7

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

hutan lainnya yaitu turun mencapai 3,50 persen. Walau demikian pada tahun 2010 terdapat kelompok industri yang pertumbuhannya cukup tinggi yaitu Alat Angkut, Mesin & Peralatannya yang memberikan sumbangan pertumbuhan paling besar yaitu mencapai 10,35 persen, walau pada tahun 2009 mengalami penurunan. Menurun serta negatifnya pertumbuhan sektor-sektor industri tersebut disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti: keterbatasan

infrastruktur dan listrik, kurangnya pasokan bahan baku untuk Industri Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan lainnya, serta maraknya illegal loging dan illegal trade, kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi untuk industri pupuk, serta beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan untuk industri makanan dan minuman yang sempat meresahkan masyarakat. Dari semua cabang industri, terdapat dua cabang industri yang mendominasi, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau dan industri alat angkut, mesin dan peralatan. Peran Industri makanan, minuman dan tembakau relatif konstan sekitar 28-34 persen, tetapi industri alat angkut, mesin dan peralatan pada 15 tahun yang lalu perannya masih sekitar 12 persen, pada periode 2005-2009 meningkat secara signifikan menjadi sekitar 27-29 persen. Sedangkan pada tahun 2010 industri yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu industri alat angkut, mesin & peralatannya sebesar 10,35 persendan industri pupuk, kimia & barang dari karet sebesar 4,67 persen. Dengan kontribusi terhadap industri non migas terbesar disumbangkan oleh dua cabang industri, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 33,60 persen dan industri alat angkut, mesin & Peralatannya sebesar 28,14 persen. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pendalaman dan penguatan struktur industri ke arah produksi produk-produk yang bernilai tambah tinggi dan memiliki kandungan teknologi yang lebih tinggi bila dibandingkan periode 10 tahun yang lalu. Utilisasi industri juga menjadi isu penting karena baru sektiar 47 sub sektor industri di Indonesia yang utilisasinya di atas 80 persen, sementara 96 sub sektor dan 83 sub sektor industri utilisasinya masing-masing baru mencapai antara 61 dan 79 persen dan bahkan di bawah 60 persen. Sub sektor yang memiliki III - 8

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

utilitas di atas 80 persen didominasi oleh sub sektor Industri Kimia Hulu, dimana sektor hilir industri yang nilai tambahnya lebih tinggi, utilisasi kapasitas terpasangnya lebih rendah. Kelompok industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi dibandingkan dengan Industri Kimia seperti Industri Permesinan dan Elektronika, ternyata utilitasnya berkisar antara 61 sampai dengan 79 persen, bahkan beberapa diantaranya di bawah 60 persen seperti Industri Radio/Radio Cassette, Industri Mesin Proses Minyak Kelapa Sawit, Industri Mesin Proses Pengolahan Gula dan Mesin Proses Pengerjaan Logam. Penguatan struktur industri selama kurun waktu 2005-2010 telah terjadi pada Industri Baja, Industri Semen, Industri Petrokimia, Industri Keramik, Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik, Industri Mesin Peralatan Umum, Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Industri Alas Kaki, Industri Pengolahan Kelapa Sawit, Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet, Industri Kakao dan Coklat, Industri Pengolahan Kopi, Industri Gula, Industri Pengolahan Tembakau, Industri Pengolahan Buah, Industri Furniture, Industri Kertas, Industri Kendaraan Bermotor, Industri Perkapalan, Industri Kedirgantaraan, Industri Elektronika, Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya). Namun perkembangan tersebut dirasakan masih belum memenuhi sebagaimana yang diharapkan. Dari sisi pandang lain diharapkan struktur baru dapat segera berfungsi maksimal dan dapat segera muncul industri yang belum ada dalam struktur industri di tanah air, hal ini menunjukkan masih besarnya peluang investasi pada sektor industri tertentu, baik berupa pendirian perusahaan baru pada industri yang sudah ada maupun membuka perusahaan pada industri yang belum ada. Sebaran industri di Indonesia masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2008 persebaran Industri Manufaktur masih terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera menyerap 79,83 persen. Adapun tahun 2006 kedua pulau tersebut menyerap 79,5 persen unit usaha yang ada di Indonesia, sementara pada tahun 2004 serapannya 77,5 persen. Realisasi Investasi PMDN menunjukkan perkembangan yang makin membaik walau masih tetap di bawah periode sebelum krisis tahun 1998. Sektor III - 9

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

industri merupakan sektor utama yang paling banyak diminati oleh perusahaanperusahaan PMDN. Realisasi Investasi PMDN di sektor industri dari 2005-2009 mencapai Rp. 95,72 triliun dari Rp. 144,28 triliun PMDN secara keseluruhan. Investasi sektor industri paling besar terdapat pada industri Kertas dan Percetakan yaitu Rp. 32,15 triliun dengan 59 proyek. Sedangkan realisasi investasi PMA di sektor industri 2005-2009 mencapai US$ 20.163,6 Juta dengan Jumlah proyek sebanyak 2.057. Sedangkan hingga semester I tahun 2010 investasi PMDN sebesar Rp. 10.169,5 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 267 dan untuk investasi PMA sebesar US$ 1.189,7 dengan jumlah proyek sebanyak 507 proyek. Tahun 2010 hingga Triwulan III penyerapan tenaga kerja di sektor industri besar sedang sebanyak 4.402.686 orang, 24.626 unit usaha, Nilai Produksi sebesar Rp. 684.977.935.396.000, Nilai Output sebesar Rp. 717.655.268.995.000, Biaya Input sebesar Rp. 429.308.159.952.000, dengan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp. 288.347.109.043.000. Industri pengolahan telah meningkat rata-rata 6,34 persen pada periode tahun 2005-2009, dengan rincian pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing meningkat 14,82 persen; 20,527 persen, 22,36 persen, dan 27,49 persen dibanding tahun 2005.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI Secara kumulatif Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010 berada pada angka 6,10 persen (Tabel 3.1), lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen. Bila kita melihat Pertumbuhan PDB berdasar Lapangan Usaha maka pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,45 persen disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,69 persen; sektor bangunan atau konstruksi sebesar 6,98 persen; sektor jasa-jasa sebesar 6,01 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5,65 persen; sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 5,31 persen; sektor industri pengolahan sebesar 4,48 persen; dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 3,48 persen; sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 2,86 persen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 10

Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi (tahun dasar 2000, persen)


LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. B A N G U N A N 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 9. JASA - JASA PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS Sumber : BPS diolah Kemenperin 2005 2.72 3.20 4.60 -5.67 5.86 6.30 7.54 8.30 12.76 6.70 5.16 5.69 6.57 2006 3.36 1.70 4.59 -1.66 5.27 5.76 8.34 6.42 14.23 5.47 6.16 5.50 6.11 2007 3.47 1.93 4.67 -0.06 5.15 10.33 8.53 8.93 14.04 7.99 6.44 6.35 6.95 2008 4.83 0.71 3.66 -0.34 4.05 10.93 7.55 6.87 16.57 8.24 6.24 6.01 6.47 2009 3.98 4.44 2.16 -2.19 2.56 14.29 7.07 1.30 15.50 5.05 6.42 4.58 4.96 2010 2.86 3.48 4.48 -2.31 5.09 5.31 6.98 8.69 13.45 5.65 6.01 6.10 6.56

1. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang sekitar 24,82 persen Tabel 3.2 Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional
2006 No LAPANGAN USAHA Jumlah 1 2 3 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN a. Migas b. Non Migas 4 5 6 7 8 9 10 11 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH. JASA - JASA PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 433,223.4 366,520.8 919,539.3 172,094.9 747,444.4 30,354.8 251,132.3 501,542.4 231,523.5 269,121.4 336,258.9 3,339,216.8 2,967,040.3 % 12.97 10.98 27.54 5.15 22.38 0.91 7.52 15.02 6.93 8.06 10.07 100.00 88.85 Jumlah 541,931.5 440,609.6 1,068,653.9 182,324.3 886,329.6 34,723.8 304,996.8 592,304.1 264,263.3 305,213.5 398,196.7 3,950,893.2 3,534,406.5 % 13.72 11.15 27.05 4.61 22.43 0.88 7.72 14.99 6.69 7.73 10.08 100.00 89.46 Jumlah 716,656.2 541,334.3 1,376,441.7 237,771.6 1,138,670.1 40,888.6 419,711.9 691,487.5 312,190.2 368,129.7 481,848.3 4,948,688.4 4,427,633.5 % 14.48 10.94 27.81 4.80 23.01 0.83 8.48 13.97 6.31 7.44 9.74 100.00 89.47 Jumlah 857,241.4 591,912.7 1,477,674.3 209,973.9 1,267,700.4 47,165.9 555,201.4 744,122.2 352,423.4 404,013.4 574,116.5 5,603,871.2 5,138,955.2 % 15.30 10.56 26.37 3.75 22.62 0.84 9.91 13.28 6.29 7.21 10.24 100.00 91.70 Jumlah 985,143.6 716,391.2 1,594,330.4 210,086.4 1,384,244.0 50,042.2 660,967.5 881,108.5 417,466.0 462,788.8 654,680.0 6,422,918.2 5,924,008.2 % 15.34 11.15 24.82 3.27 21.55 0.78 10.29 13.72 6.50 7.21 10.19 100.00 92.23 2007 2008 2009 2010

Sumber : BPS diolah Kemenperin

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 11

Akuntabilitas Kinerja

Setelah terjadinya krisis finansial global tahun 2009 dan dampaknya sangat dirasakan oleh beberapa industri terutama yang melakukan ekspor dengan tujuan pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang akibat melemahnya pasar di negara tersebut. Produk yang terkena dampak cukup berarti antara lain : TPT, produk karet, produk kayu, serta pulp dan kertas, minyak sawit dan produk-produk logam. industri barang kayu dan hasil hutan, mengalami pertumbuhan negatif karena sulitnya pasokan bahan baku dan menurunnya pasar ekspor. Kondisi yang sama juga terjadi pada industri kertas & barang cetakan. industri makanan, minuman & tembakau mengalami penurunan permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi melemahnya pasar global tersebut, berakibat terganggunya rencana perluasan investasi. Pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan ekspor di 5 (lima) negara besar tujuan ekspor, dimana nilai ekspor di Negara tersebut selama 5 (lima) tahun selalu naik. Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang sekitar 24,82 persen, diikuti oleh sektor pertanian 15,34 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 13,72 persen, seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kontribusi 9 (sembilan) Sektor Ekonomi Terhadap PDB Tahun 2010
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 12

Akuntabilitas Kinerja

Secara umum semua cabang industri pengolahan non migas mengalami peningkatan, hal ini dapat kita lihat dari nilai pertumbuhan non migas yang mencapai 5,09 yaitu dua kali lebih besar dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya. Dari sembilan cabang industri yang mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2010 sebanyak 8 (delapan) cabang industri dan hanya satu cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu cabang industri Barang kayu & Hasil hutan lainnya. Sedangkan pertumbuhan terbesar disumbangkan dari cabang industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya

sebesar 10,35 persen. Kemudian diikuti dengan cabang industri Pupuk, Kimia & Barang dari karet sebesar 4,67 persen, barang lainnya 2,98 persen,

Makanan. Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen, dan Logam Dasar Besi & Baja 2,56 persen, Semen & Brg. Galian bukan logam sebesar 2,16 persen, Tekstil, Barang kulit & Alas kaki sebesar 1,74 persen, Kertas dan Barang cetakan sebesar 1,64 persen. Tabel 3.3 Pertumbuhan PDB: tradables (persen)
No 1 LAPANGAN USAHA PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. K e h u t a n a n e. P e r i k a n a n 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan Bukan Migas. c. Penggalian. 3 INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri M i g a s 1). Pengilangan Minyak Bumi 2). Gas Alam Cair b. Industri bukan Migas 1). Makanan. Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 4). Kertas dan Barang cetakan 2.72 2.60 2.48 2.13 -1.47 5.87 3.20 -1.77 12.24 7.69 4.60 -5.67 -5.00 -6.19 5.86 2.75 1.31 -0.92 2.39 3.36 2.98 3.79 3.35 -2.85 6.90 1.70 -1.07 4.84 8.33 4.59 -1.66 -1.89 -1.48 5.27 7.21 1.23 -0.66 2.09 3.47 3.35 4.55 2.36 -0.83 5.39 1.93 -1.15 5.27 8.53 4.67 -0.06 -0.13 -0.01 5.15 5.05 -3.68 -1.74 5.79 4.83 6.06 3.67 3.52 -0.03 5.07 0.71 0.44 -1.00 7.50 3.66 -0.34 0.92 -1.30 4.05 2.34 -3.64 3.45 -1.48 3.98 4.97 1.84 3.45 1.82 4.16 4.44 0.07 10.79 7.04 2.16 -2.19 0.51 -4.32 2.56 11.22 0.60 -1.38 6.34 2.86 1.81 2.51 4.06 2.07 5.87 3.48 0.40 7.08 6.54 4.48 -2.31 1.21 -5.22 5.09 2.73 1.74 -3.50 1.64 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 13

Akuntabilitas Kinerja

No

LAPANGAN USAHA 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 7). Logam Dasar Besi & Baja 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya

2005 8.77 3.81 -3.70 12.38 2.61 6.30 6.68 6.48 4.53 7.54 8.30 8.82 6.23 5.88 12.76 6.25 -2.98 4.84 8.75 3.94 10.42 5.56 24.58 6.70 4.50 8.35 6.66 8.17 9.28 5.16 1.90 1.81 2.06 8.09 7.22 6.52 8.62 5.69 6.57

2006 4.48 0.53 4.73 7.55 3.62 5.76 6.36 5.33 3.57 8.34 6.42 6.60 5.18 5.75 14.23 6.61 6.44 4.93 7.24 3.81 10.65 7.06 26.03 5.47 1.55 7.15 7.55 8.47 9.49 6.16 3.96 3.74 4.34 8.02 6.96 7.95 8.45 5.50 6.11

2007 5.69 3.40 1.69 9.73 -2.82 10.33 7.64 30.16 3.28 8.53 8.93 9.41 5.37 7.08 14.04 2.82 1.28 3.71 -2.30 3.31 8.02 0.60 28.74 7.99 7.96 8.14 9.68 7.85 8.15 6.44 5.43 5.15 5.92 7.27 6.62 6.97 7.56 6.35 6.95

2008 4.46 -1.49 -2.05 9.79 -0.96 10.93 6.66 33.21 3.74 7.55 6.87 7.03 4.51 6.58 16.57 2.74 14.31 4.93 -5.05 4.75 5.32 0.43 31.04 8.24 7.41 9.03 3.40 8.88 8.97 6.24 4.46 4.07 5.12 7.67 7.30 7.65 7.82 6.01 6.47

2009 1.64 -0.51 -4.26 -2.87 3.19 14.29 7.74 41.03 3.91 7.07 1.30 0.06 6.59 7.60 15.50 5.62 9.83 5.67 -2.50 4.90 11.65 5.05 23.61 5.05 2.40 7.91 3.51 5.24 9.66 6.42 5.10 4.91 5.43 7.44 7.34 7.85 7.42 4.58 4.96

2010 4.67 2.16 2.56 10.35 2.98 5.31 5.43 4.87 5.67 6.98 8.69 9.70 7.07 3.21 13.45 6.83 5.02 5.11 -1.80 7.29 18.99 4.41 18.10 5.65 4.78 6.35 5.89 5.53 7.43 6.01 4.58 4.50 4.71 7.10 6.41 7.46 7.32 6.10 6.56

LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH a. L i s t r i k b. Gas Kota c. Air bersih

5 6

KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan Besar dan Eceran b. H o t e l c. R e s t o r a n

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. P e n g a n g k u t a n 1). Angkutan Rel 2). Angkutan Jalan raya 3). Angkutan laut 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 5). Angkutan Udara 6). Jasa Penunjang Angkutan b. K o m u n i k a s i

KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH. a. B a n k b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estate e. Jasa Perusahaan

JASA JASA a. Pemerintahan Umum 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2). Jasa Pemerintahan lainnya b. S w a s t a 1). Sosial Kemasyarakatan 2). Hiburan dan Rekreasi 3). Perorangan dan Rumah tangga PRODUK DOMESTIK BRUTO

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS Sumber : BPS, diolah Kemenperin * Angka sementara

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 14

Akuntabilitas Kinerja

Industri Non Migas terus mengalami penurunan sejak tahun 2005 sebagaimana dilihat pada Tabel 3.4. Dari tabel tersebut terdapat empat industri yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 hanya terdapat satu industri yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu industri barang kayu & hasil hutan lainnya sebesar -3,50 persen. Sedangkan cabang industri yang menunjukkan pertumbuhan positif ada delapan yakni Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet sebesar 4,67 persen; Barang lainnya sebesar 2,98 persen; Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja sebesar 2,56 persen; Semen & Barang Galian bukan logam 2,16 persen; Tekstil, Barang kulit & Alas kaki sebesar 1,74 persen serta Kertas dan Barang Cetakan sebesar 1,64 persen. Kondisi cabang-cabang industri pada tahun 2010mulai menunjukkan kondisi yang baik dengan naiknya pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas sebesar 5,09 sebesar dimana pada tahun 2009 hanya sebesar 2,56 persen. Terdapat dua industri yang mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup tinggi, untuk kenaikan terbesar terjadi pada Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya sebesar 10,35 persen dan penurunan terbesar terjadi pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen.
Tabel 3.4 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cabang Industri 2005


Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya Total Industri Pengolahan Non Migas 2.75 1.31 -0.92 2.39 8.77 3.81 -3.70 12.38 2.61 5.86

2006
7.21 1.23 -0.66 2.09 4.48 0.53 4.73 7.55 3.62 5.27

Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009


5.05 -3.68 -1.74 5.79 5.69 3.40 1.69 9.73 -2.82 5.15 2.34 -3.64 3.45 -1.48 4.46 -1.49 -2.05 9.79 -0.96 4.05 11.22 0.60 -1.38 6.34 1.64 -0.51 -4.26 -2.87 3.19 2.56

2010
2.73 1.74 -3.50 1.64 4.67 2.16 2.56 10.35 2.98 5.09

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Ditinjau dari realisasi investasi dalam negeri (PMDN), total realisasi industri manufaktur mengalami peningkatan pada tahun 2009 dibanding tahun 2008, dengan nilai realisasi tertinggi pada cabang Industri Kimia dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 15

Akuntabilitas Kinerja

Farmasi sebesar 5.850,1 miliar rupiah diikuti dengan Industi Makanan, sebesar 5.768, miliar rupiah. Nilai realisasi Industri Kimia dan Farmasi mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun 2009 sebesar lebih dari 10 kali realisasi dibanding tahun sebelumnya (Tabel 3.5). Realisasi tahun 2008 sebesar 503,8 miliar rupiah sedangkan pada tahun 2009 sebesar 5.850,1 miliar rupiah. Apabila ditinjau dari jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan, maka tahun 2009 mengalami penurunan pengajuan izin usaha jika di bandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 triwulan III realisasi investasi mencapai 16.581,92 miliar rupiah dengan jumlah proyek sebanyak 365. Realisasi semester IV atau akhir tahun 2010 belum bisa kita dapatkan dikarenakan belum di publikasikan oleh pihak BKPM. Tabel 3.5 Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SEKTOR Industri Makanan Industri Tekstil Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Ind. Kertas dan Percetakan Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Karet dan Plastik Ind. Mineral Non Logam Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah P 19,0 7,0 1,0 9,0 9,0 10,0 11,0 4,0 22,0 0,0 4,0 0,0 96,0 2006 I 3.175,3 81,7 4,0 709,0 1.871,2 3.248,9 253,6 218,2 3.334,2 0,0 116,6 0,0 13.012,7 P 27,0 8,0 2,0 3,0 8,0 14,0 10,0 2,0 17,0 0,0 8,0 2,0 101,0 2007 I 5.371,7 228,2 58,5 38,8 14.548,2 1.168,2 564,5 124,2 3.541,6 0,0 609,4 36,5 26.289,8 P 49,0 20,0 2,0 4,0 14,0 23,0 26,0 7,0 31,0 2,0 6,0 4,0 188,0 2008 I 8.192,7 719,7 10,1 306,6 1.797,7 503,8 794,2 845,3 2.381,3 7,0 314,7 38,4 15.911,5 P 34,0 23,0 1,0 2,0 8,0 15,0 31,0 4,0 31,0 0,0 3,0 6,0 158,0 2009 I 5.768,5 2.645,7 4,0 33,5 1.000,8 5.850,1 1.532,8 786,1 1.466,8 0,0 66,5 279,5 19.434,5 10 1 365 P 153 24 1 3 22 60 38 15 38 2010** I 10.647,49 344,33 0 0 423,01 1.999,94 426,63 1684,96 760,63 0 294,93 0 16.581,92

CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp. Milyar 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 30 September 2010 Sumber : BKPM (2010)

Ditinjau dari realisasi Nilai investasi PMA pada tahun 2009 menunjukkan penurunan dibanding tahun 2008 yakni dari sebesar US$ 4.515,3 Juta menjadi US$ 3.831,1 Juta . Dari sejumlah tersebut, kontribusi investasi 3 besar pada tahun 2009 berada pada sub sektor industri kimia dan farmasi dengan nilai US$
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 16

Akuntabilitas Kinerja

1.183,1 juta, kemudian diikuti industri logam, mesin dan elektronik sebesar US$ 654,9 juta dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar US$ 583,4 juta (Tabel 3.6). Jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan untuk investasi PMA rata-rata mengalami penurunan pada tahun 2009. Total izin yang dikeluarkan adalah sejumlah 474 izin pada tahun 2009 dibandingkan 495 izin pada tahun 2008, atau terjadi penurunan sebesar 4,24 persen. Pada

tahun 2010 triwulan III realisasi investasi mencapai 2.513 miliar rupiah dengan jumlah proyek sebanyak 829. Realisasi semester IV atau akhir tahun 2010 belum bisa kita dapatkan dikarenakan belum di publikasikan oleh pihak BKPM. Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Investasi (PMA)
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SEKTOR P Industri Makanan Industri Tekstil Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Ind. Kertas dan Percetakan Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Karet dan Plastik Ind. Mineral Non Logam Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah 2006 I P 2007 I P 2008 I 2009 2010** I 552,1 251,4 122,6 62,1 68,7 1183,1 208,1 19,5 654,9 5,1 583,4 120,1 P 8 3 130 19 19 24 70 202 66 30 173 85 829 I 27,7 1,4 781,3 63,3 15,5 15,2 112,5 383,6 73,43 0,9 758.0 280,2 2,513 P 49 66 21 18 18 41 42 8 121 5 52 33

45,0 61,0 11,0 18,0 16,0 32,0 33,0 7,0 86,0 1,0 28,0 25,0 363,0

354,4 424,0 51,8 58,9 747,0 264,6 112,7 94,8 955,2 0,2 438,5 117,1 3.619,2

53,0 63,0 10,0 17,0 11,0 32,0 36,0 6,0 99,0 1,0 38,0 24,0 390,0

704,1 131,7 95,9 127,9 672,5 1.611,7 157,9 27,8 714,1 10,9 412,3 30,2 4.697,0

42,0 67,0 20,0 19,0 15,0 42,0 51,0 11,0 140,0 7,0 47,0 34,0 495,0

491,3 210,3 145,8 119,6 294,8 627,7 272,1 266,5 1.280,9 15,7 756,1 34,8 4.515,3

474

3831,1

CATATAN :
1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam US$ Juta 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 30 September 2010 Sumber : BKPM (2010)

Ditinjau dari peranan cabang industri, cabang-cabang industri pengolahan non migas yang memberikan kontribusi tinggi terhadap PDB adalah cabang industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 33,60 persen, cabang industri alat angkut, mesin dan peralatannya 28,14 persen, industri pupuk, kimia dan barang dari karet 12,73 persen, serta cabang industri lainnya memiliki peran di bawah 10 persen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 17

Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.7 Peranan Cabang Industri terhadap Total Sektor Industri


CABANG INDUSTRI 2005 28,58 12,40 5,67 5,45 12,25 3,95 2,96 27,81 0,93 100,00 2006 28,46 12,06 5,97 5,30 12,59 3,88 2,77 28,02 0,95 100,00 2007 29,80 10,56 6,19 5,12 12,50 3,70 2,58 28,69 0,85 100,00 2008 30,40 9,21 6,43 4,56 13,53 3,53 2,57 28,97 0,80 100,00 2009 33.16 9.19 6.33 4.82 12.85 3.43 2.11 27.33 0.77 100,00 2010 33.60 8.97 5.82 4.75 12.73 3.29 1.95 28.14 0.76 100,00

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 4). Kertas dan Barang cetakan 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 7). Logam Dasar Besi & Baja 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya
Industri tanpa Migas
Sumber: BPS Diolah Kemenperin

2. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Perkembangan ekspor total industri nasional selama tahun 2005 hingga tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 84,19 persen. Pertumbuhan ini disumbang oleh 12 industri yang tumbuh selama empat tahun terakhir sebesar 62,12 persen. Total nilai sumbangan ekspor 12 besar sektor industri tahun 2010 sebesar US$ 87.691,77 juta dibandingkan tahun 2005 sebesar US$ 49.757,71 juta. Industri Pengolahan kelapa/kelapa Sawit masih menjadi penyumbang paling tinggi dengan nilai US$ 17.253,8 juta diikuti dengan Industri Tekstil sebesar US$ 11.205,50 juta. Serta Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 10.840,00 juta. Adapun penyumbang terkecil adalah industri kulit, barang kulit dan sepatu/alas kaki sebesar US$ 2.665,60 juta. Total ekspor non migas tahun 2010 mencapai US$ 129.739,50 juta serta ekspor migas sebesar US$ 28.039,60 juta (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas


Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 18

Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.8 Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 s/d 2010 (juta US $)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 URAIAN Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif Tekstil Pengolahan Karet Elektronika Pengolahan Tembaga, Timah dll. Pulp dan Kertas Pengolahan Kayu Kimia Dasar Makanan dan Minuman Alat-alat Listrik Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki Total 12 Besar Industri Total Industri Non Migas Non migas Migas Total Ekspor Nasional 2005 5.419,19 5.949,69 8.584,85 3.545,82 7.853,03 3.133,52 3.257,48 4.476,25 2.750,22 1.647,92 1.456,03 1.683,69 2006 6.407,27 7.712,68 9.422,75 5.465,16 7.200,19 4.133,97 3.983,27 4.757,59 3.521,44 1.866,00 1.770,93 1.913,17 2007 10.476,83 9.606,92 9.790,09 6.179,87 6.359,73 6.156,04 4.440,49 4.485,14 4.492,50 2.374,83 2.148,88 2.006,60 2008 16.168,07 11.814,98 10.116,35 7.579,66 6.806,70 5.660,67 5.219,62 4.206,12 3.738,35 3.104,85 2.390,24 2.260,46 79.066,08 88.351,70 2009 13.249,46 10.720,08 9.974,69 6.974,25 6.656,97 5.731,40 4.859,58 4.372,99 4.019,17 2.736,36 2.259,58 2.148,35 65.376,60 73.435,84 97.491,73 19.018,30 116,510.03 2010 17.253,8 10.840,00 11.205,50 9.522,60 9.254,60 6.506,00 5.708,20 4.280,30 4.568,60 3.228,60 2,657.90 2.665,60 87.691,77 98.015,08 129.739,50 28.039,60 157,779.10 Pertumbuhan (%) 2005-2010 218.38 82.19 30.53 168.56 17.85 107.63 75.23 -4.38 66.12 95.92 82.54 58.32 76.24 76.39 95.31 45.80 84.19

49.757,71 58.154,42 68.517,92 55.566,99 64.990,33 76.429,60

66.428,36 79.589,15 92.012,32 107.894,15 19.231,60 21.209,48 22.088,57 29.126,27

85,659.96 100,798.63 114,100.89 137,020.42

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

Total nilai impor Nasional tahun 2010 sebesar US$ 135.663,28 juta, nilai tersebut jauh lebih bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar US$ 96.829,24 juta (Tabel 3.9). Nilai industri non migas sebesar US$ 101.115,40 juta. Total nilai impor tersebut terserap pada 9 industri sebesar US$ 87.954,80 juta. Industri yang menyerap impor paling tinggi adalah industri besi baja, mesin-mesin dan otomotif sebesar US$ 43.218,60 juta pada tahun 2010. Nilai ini naik sebesar 36,41 persen dibandingkan tahun 2009. Industri elektronika tahun 2010 menyerap nilai impor sebesar US$ 14.176,20 juta dan industri kimia dasar sebesar US$ 11.431,50 juta. Total impor non migas tahun 2010 mencapai US$ 108,25 Miliar serta ekspor migas sebesar US$ 27,41 Miliar (Gambar 3.3).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 19

Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.3 Perkembangan Impor Migas dan Non Migas Secara rinci, perkembangan impor per cabang industri selama tahun 2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini. Tabel 3.9 Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2005 s/d 2010 (US $ Juta)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 URAIAN Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif Elektronika Kimia Dasar Tekstil Makanan dan Minuman Pulp dan Kertas Alat-alat Listrik Pupuk Barang-barang Kimia lainnya Total 9 Besar Industri Total Industri Non Migas Non Migas Gas Total Impor Nasional 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan (%) 2005-2010*

17.531,04 2.413,48 5.935,32 1.026,87 1.914,52 1.298,95 877,79 518,87 1.167,23 32.684,07 37.300,34 40.243,21 17.457,68 57,700.88

17.031,41 2.488,31 6.315,39 1.085,68 2.178,23 1.392,04 852,98 624,65 1.170,03 33.138,71 38.624,63 42.102,59 18.962,87 61,065.47

20.539,04 4.035,98 7.115,75 1.192,00 3.616,14 1.692,60 1.118,31 761,78 1.293,82 41.365,42 48.084,08 52.540,61 21.932,82 74,473.43

39.978,69 13.444,71 10.716,70 3.901,78 3.157,97 2.518,49 2.470,79 2.337,64 1.845,64 80.372,42 91.800,67 98.644,41 30.552,90 129,197.31

31,683.82 10,496.71 8,095.12 3,396.92 2,810.63 1,883.21 2,105.82 929.14 1,661.88 63,063.25 72,398.09 77,848.50 18,980.75 96,829.24

43,218.60 14,176.20 11,431.50 5,031.20 4,514.20 2,731.80 3,142.80 1,509.20 2,199.30 87,954.80 101,115.40 108,250.60 27,412.70 135,663.28

146.53 487.38 92.60 389.95 135.79 110.31 258.04 190.86 88.42 169.11 171.08 168.99 57.02 135.11

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 20

Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan penggunaan, impor barang dibagi menurut barang konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong dan impor barang modal pada periode yang sama juga mengalami peningkatan yang cukup tajam. Peran impor bahan baku mengambil persentase paling besar yakni 72,16 persen diikuti barang modal 19,84 persen dan barang konsumsi 8,00 persen. Pada tahun 2009, impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 6,52 persen dibanding tahun 2008, bahan baku menurun 13.34 persen dan barang modal sebesar 13.85 persen. Tahun 2008 impor barang konsumsi naik 35,46 persen dibandingkan tahun sebelumnya, impor bahan baku sebesar 75,88 persen dan barang modal sebesar 85,39 persen. Tabel 3.10 Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan
Golongan Barang Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Total Impor 2005 4.752,32 44.658,23 8.290,33 57.700,88 2006 5.314,84 46.592,24 9.158,39 61.065,47 Persen Perub. 11,84 4,33 10,47 5,83 2007 7.121,56 55.885,14 11.466,72 74.473,43 Persen Perub. 33,99 19,95 25,20 21,96 2008 9.647,11 98.291,74 21.258,46 129.197,31 Persen Perub. 35,46 75,88 85,39 73,48 2009 9.017,71 85.183,92 18.313,26 112.514,35 Persen Perub. -6.52 -13.34 -13.85 -6.52 2010* 10,853.44 97,893.23 26,916.61 35,663.28 Peran (%) terhadap total impor 8.00 72.16 19.84 100.00

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

Neraca perdagangan non migas sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 selalu mengalami surplus. Surplus neraca perdagangan non migas tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan surplus sebesar US$ 39.471,71. Secara rinci, neraca perdagangan non migas dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini.

Gambar 3.4 Neraca Perdagangan Non Migas


Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 21

Akuntabilitas Kinerja

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN STAKEHOLDERS TAHUN 2010

STRATEGIS PERSPEKTIF

Penilaian atas pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian dilakukan melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kementerian Perindustrian. Pengukuran kinerja sasaran strategis

perspektif stakeholders mempunyai 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 13 indikator kinerja utama, yaitu: C.1. Tingginya Nilai Tambah Industri. Seperti tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian Perindustrian dalam rangka pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan adalah tingginya nilai tambah industri yang akan diukur melalui indikator kinerja yaitu: 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah dicari melalui pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan ratarata sektor industri sesuai data dari BPS. Untuk setiap sektor akan mengikuti dengan mencantumkan nilai pertumbuhan dalam persentase masing-masing jenis industri dan data diperoleh dari BPS dengan target 4,99 persen. 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dicari melalui besaran persentase kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dengan target 23,92 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.11.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 22

Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.11 Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri.


Sasaran Strategis Tingginya Nilai Tambah Industri IKU Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional Target Realisasi Capaian

4.99

5.09

102

23.92

21.55

90.09

Nilai Capaian Tingginya Nilai Tambah Industri

96.05

Nilai capaian tingginya nilai tambah industri mencapai 96,05 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya nilai tambah industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Salah satu upaya yang dilakukan guna meningkatkan laju pertumbuhan industri adalah melalui pengembangan Iklim usaha, diantaranya telah dilakukan sosialisasi pengawasan produk, 5 (lima) workshop kebijakan tarif dan non tariff serta 2 (dua) sosialisasi peraturan terbaru; usulan kebijakan harmonisasi tarif, penyempurnaan tata niaga pajak ekspor, Evaluasi Non Tariff Measure (NMT) dan Non tariff Barrier (NTB) dan penetapan Rule of Origin;. Hal ini dilakukan agar dunia usaha baik dalam dan luar negeri tetap mempertahankan investasi industri yang ada dan mengembangkan atau menarik investasi baru untuk ditanam pada industri manufaktur di Indonesia sehinggga terjadi pertumbuhan industri. Penurunan/Penghapusan Tarif dan PPnBM merupakan salah satu cara pemerintah dalam memberikan insentif untuk peningkatan daya saing industri melalui kebijakan fiskal, yang mana kebijakan ini memiliki tujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama dari kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Kebijakan insentif Bea Masuk perlu dilakukan dalam rangka memperkuat daya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 23

Akuntabilitas Kinerja

saing industri nasional dalam menghadapi persaingan dari luar. Dalam skema CEPT, 80% lebih tarifnya sudah 0% dan tahun 2010 untuk normal tarif bea masuknya semuanya 0%, selain itu untuk di ketahui dibawah payung ASEAN melakukan FTA dengan Korea, China, serta tahun 2008 telah dilakukan bilateral FTA dengan Jepang (IJ-EPA). Diperkirakan tahun 2011 dibawah payung

ASEAN melakukan FTA dengan ANZ (Australia New Zealand), India, dan kemungkinan Eropa. Kebijakan BMDTP baru pertama kali dilaksanakan di tahun 2008 dan penerapan kebijakan ini dan sistem anggaran Nasional adalah hybrid antara anggaran dan kepabeanan. Dengan pemberdayaan produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri/impor merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan investasi yang sudah ada maupun untuk menumbuhkan investasi baru melalui pelaksaan pameran atau promosi. Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi dan Telematika tahun 2010 terhadap 2009 adalah sebesar 10,35 %. Kontribusi Industri manufaktur untuk tahun 2010 adalah sebesar 28,14 % meningkat dibandingkan tahun 2009 dimana pada tahun tersebut kontribusinya sebesar 27,33%. Pada tahun 2010 dilakukan beberapa restrukturisasi permesinan salah satunya restrukturisasi pabrik gula, restrukturisasi permesinan industri alas kaki dan penyamakan kulit. Bantuan modal investasi bagi pembelian mesin-mesin pabrik tersebut menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan laju pertumbuhan industri mesin nasional menjadi sebesar 7 persen pada tahun 2010, serta tercapainya kontribusi industri mesin terhadap PDB sebesar 4,29 persen dari target sebesar 1,4 persen. Restrukturisasi tersebut dilaksanakan dengan mekanisme bantuan modal investasi dan bantuan tersebut berhasil diserap oleh 24 perusahaan alas kaki dan penyamakan kulit dari 29 perusahaan yang dialokasikan. Restrukturisasi permesinan industri alas kaki dan penyamakan kulit tersebut berhasil menarik investasi barang modal sebesar Rp. 183 Milyar disamping itu, laju pertumbuhan industri aneka meningkat sebesar 5,32 persen dan utilisasi kapasitas produksi sebesar 65,46 persen. Restrukturisasi permesinan industri TPT, pabrik gula, alas kaki dan penyamakan kulit realisasinya melebihi target dari yang telah ditetapkan, dari yang semula target sebanyak 136 perusahaan terealisasi menjadi 174 perusahaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 24

Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan data dari laju pertumbuhan PDB pada tahun 2010 sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,48 persen. Hasil tersebut naik jika dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya mencapai 2,16 persen. Angka tersebut disumbangkan oleh industri bukan migas sebesar 5,09 persen dan industri migas yang menurun sebesar 2,31 persen seperti terlihat pada tabel 3.12. Tabel 3.12 Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Komulatif
LAPANGAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri M i g a s b. Industri bukan Migas 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 4). Kertas dan Barang cetakan 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 7). Logam Dasar Besi & Baja 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 2009* I 1.50 -2.20 1.85 13.79 -2.16 3.12 3.23 3.23 -4.69 -9.88 -5.97 8.70 4.60 5.01 II 1.51 -1.86 1.83 15.34 -2.50 -0.96 3.35 2.84 -3.72 -8.99 -6.34 4.21 4.37 4.77 III 1.43 -1.78 1.73 13.39 -0.75 -1.97 4.60 1.17 -2.92 -7.10 -5.41 3.87 4.31 4.69 IV 2.16 -2.19 2.56 11.22 0.60 -1.38 6.34 1.64 -0.51 -4.26 -2.87 3.19 4.58 4.96 I 3.87 -1.01 4.31 0.60 0.13 -2.73 -0.84 4.45 8.03 -0.06 10.67 -1.39 5.59 6.09 II 4.18 -1.73 4.72 1.22 -0.01 -2.81 -0.50 4.05 5.52 -0.03 11.64 2.25 5.86 6.31 2010** III 4.21 -2.07 4.78 2.16 0.05 -2.83 0.48 4.50 3.46 -0.13 10.67 2.82 5.84 6.28 IV 4.48 -2.31 5.09 2.73 1.74 -3.50 1.64 4.67 2.16 2.56 10.35 2.98 6.10 6.56

Sumber: BPS, diolah Depperin. * Angka sementara, ** Angka sangat sementara

PDB atas dasar harga berlaku tahun 2010, sektor ekonomi

yang

menunjukkan nilai tambah terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp. 1,594,330.4 miliar atau (24.82 persen) terhadap total PDB, kemudian sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar Rp. 985,143.6 milliar (15.34 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp. 881,108.5 milliar (13.72 persen), sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp

716,391.2 miliar (11.15 persen), sektor konstruksi/bangunan sebesar Rp 660,967.5 miliar (10.29 persen), sektor jasa-jasa sebesar Rp 654,680 miliar (10.19 persen), sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan Rp 462,788.8 miliar (7.21 persen), sektor pengangkutan-komunikasi sebesar Rp 417,466 miliar (6.50 persen) dan terakhir paling kecil sektor listrik-gas-air bersih sebesar Rp 50,042.2 miliar (0.78 persen) (Gambar 3.5). III - 25

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.5 PDB 9 (sembilan) Sektor Ekonomi Tahun 2010

Secara rinci, Produk Domestik Bruto sektor ekonomi mulai dari tahun 2008 berdasarkan jenis lapangan usaha dapat dilihat pada tabel 3.13 dibawah ini. Tabel 3.13 PDB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Milliar Rupiah)
Nilai PDB Harga Berlaku LAPANGAN USAHA 2008 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. INDUSTRI MIGAS b. INDUSTRI NON MIGAS 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. B A N G U N A N 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTATE & JASA PERSH. 9. JASA - JASA PDB PDB NON MIGAS 716,656.2 541,334.3 1,376,441.7 237,771.6 1,138,670.1 40,888.6 419,711.9 691,487.5 312,190.2 368,129.7 481,848.3 4,948,688.4 4,427,633.5 2009* 857,241.4 591,912.7 1,477,674.3 209,973.9 1,267,700.4 47,165.9 555,201.4 744,122.2 352,423.4 404,013.4 574,116.5 5,603,871.2 5,138,955.2 2010** 985,143.6 716,391.2 1,594,330.4 210,086.4 1,384,244.0 50,042.2 660,967.5 881,108.5 417,466.0 462,788.8 654,680.0 6,422,918.2 5,924,008.2

Sumber : BPS * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 26

Akuntabilitas Kinerja

C.2. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri. Tingginya penguasaan pangsa pasar adalah tingginya penjualan produk dalam negeri dibanding seluruh pangsa pasar, sedangkan penguasaan pangsa pasar luar negeri adalah tingginya nilai ekspor produk industri sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor keseluruhan. Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri adalah: 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri

nasional dicapai melalui penghitungan peningkatan nilai ekspor produk industri, sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor produk industri saja (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara tujuan (AS, Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel) dengan target 35 persen. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri dicapai melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk industri nasional di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam negeri dengan target 60 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.14. Tabel. 3.14 Capaian IKU Dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri.
Sasaran Strategis Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri IKU Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional Target Realisasi Capaian

35

21.72

62.06

Nilai Capaian Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri

62.06

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 27

Akuntabilitas Kinerja

Nilai capaian tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri mencapai 62.06 persen. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri melalui perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator kinerja utama pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat memperoleh data, sehingga perlu dievaluasi kembali untuk penetapan kinerja tahun 2011. Secara garis besar pengembangan pangsa pasar dalam dan luar negeri ditujukan kepada Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan telah di bentuk tim nasional P3DN yang diketuai oleh Menteri Perindustrian. Hasil-hasil yang telah dicapai diantaranya pencetakan dan distribusi buku daftar inventarisasi TKDN barang/jasa produksi dalam negeri sebanyak 2000 buku, Evaluasi 2 (dua) Kebijakan P3DN, Sosialisasi dan Fasilitasi Pembentukan Tim P3DN sebanyak 26 daerah dari 24 daerah yang menjadi target, Promosi Kebijakan P3DN Melalui TV, Penganugerahan Penghargaan P3DN. Selain melalui program P3DN juga dilakukan bantuan sarana produksi bagi sentra IKM pangan di 5 provinsi sebanyak 9 paket, Jumlah IKM pangan yang ikut serta pada pameran di dalam dan luar negeri sebanyak 11 IKM, berpartisipasi pada eventevent pameran bertaraf internasional di dalam negeri dan luar negeri, pameran produk pangan unggulan daerah di Jawa Tengah, program OVOP melalui PSA (Public Service Advertisement) yang telah dibuat kepada masyarakat maupun talkshow di media TV. Pameran dilaksanakan untuk menyediakan ruang promosi bagi industri mesin, tekstil dan produk tekstil, serta aneka dimana pada tahun 2010 mampu memfasilitasi sebanyak 632 perusahaan. C.3. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri. Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri adalah:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 28

Akuntabilitas Kinerja

1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri dihitung melalui Persentase pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri ybs, secara ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati dengan peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis industri (data dari BPS) dengan target 250.000 Rupiah/Tenaga Kerja. 2. Indeks Iklim Industri Nasional dicapai melalui nilai hasil pengukuran dengan menggunakan kuesioner. Dijalankan dengan sampling pada masing-masing industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey dilakukan masing-masing Dirjen pada perusahaan secara sampling) dengan target indeks 4 (dari skala 1-5). Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.15. Tabel. 3.15 Capaian IKU Dari Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri.
Sasaran Strategis Kokohnya faktorfaktor penunjang pengembangan industri IKU Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri Target 250,000 Realisasi 212,378 Capaian 84.95

Nilai Capaian Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri

84.95

Nilai capaian kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri mencapai 84.95 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Untuk indikator kinerja utama indeks iklim industri Nasional belum bisa diukur karena alat ukur (kuesioner) belum disebarkan dikarenakan adanya perubahan struktur dan penyesuaian tupoksi, sehingga baru akan dilaksanakan pada tahun 2011. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 29

Akuntabilitas Kinerja

Salah satu upaya yang dilakukan guna kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri adalah tingkat produktifitas SDM industri sebesar 212,378 Rp/Tenaker, kebijakan dan produk hukum basis industri manufaktur yang ditetapkan Menteri berupa 3 (tiga) peraturan, rekomendasi usulan insentif 12 jenis, perusahaan industri yang memperoleh insentif terdapat 8 perusahaan, tingkat kepuasan pelanggan menggunakan indeks dari 0-4 realisasi mencapai 3.6, tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri sebesar 65 persen, Perjanjian kerjasama internasional di bidang industri manufaktur sebanyak 7 MoU, Perusahaan yang mendapatkan HKI sejumlah 46 perusahaan, Pertumbuhan investasi di industri hulu dan antara basis industri manufaktur sebanyak 184, Peta panduan pengembangan klaster industri prioritas untuk 4 (empat) klaster, perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber pembiayaan sebanyak 184 perusahaan, Perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber bahan baku sebanyak 2 (dua) perusahaan. Realisasi target kinerja tersebut dicapai melalui penyelenggaraan kegiatan prioritas kementerian/lembaga, yaitu berupa fasilitasi konservasi energi, pembinaan pengembangan SDM industri, diseminasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), fasilitasi investasi melalui penyusunan profil industri, dan partisipasi dalam kerjasama internasional. Tahun 2010, basis industri manufaktur memberikan bantuan mesin peralatan sebanyak 34 unit bagi sentra-sentra pengembangan basis industri manufaktur, penyelenggaraan pelatihan peningkatan kemampuan SDM industri sebanyak 47 kegiatan dengan jumlah peserta sebanyak 1.030 Orang, memberikan bantuan mesin peralatan sebanyak 34 unit bagi sentra-sentra pengembangan basis industri manufaktur melalui pemberian bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat utilisasi kapasitas produksi. Guna meningkatkan produktivitas diperlukan iklim industri nasional yang sehat diantaranya kelompok/bidang industri yang mendapatkan insentif fiskal berupa bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) pada tahun 2010 sebanyak 13 sektor industri, kelompok/bidang

industri yang mendapatkan insentif fiskal berupa pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) sebanyak 1 sektor industri. Kementerian Perindustrian mempunyai pegawai sebanyak 6271 pegawai dengan spesifikasi dan tingkatan yang berbeda (Lampiran 2). III - 30

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

C.4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri. Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri adalah: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif dihitung dari Jumlah hasil penelitian (khusus yang dikerjakan oleh BPPI) dengan target 250 penelitian. 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri dihitung dari jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik dengan target 50 penelitian. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.16. Tabel. 3.16 Capaian IKU Dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri.
Sasaran Strategis Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri IKU Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri Target Realisasi Capaian

250

157

62.80

50

99

198.00

Nilai Capaian Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri

130.40

Nilai capaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri mencapai 100 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri III - 31

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri merupakan kemampuan dan kreativitas untuk menciptakan produk baru sebagai hasil penelitian dan pengembangan teknologi terapan dan penelitian dari berbagai sektor. Pada tahun 2010 dilakukan penyempurnaan sebanyak 31 rancangan SNI (RSNI), dikeluarkan 15 Peraturan Menteri Perindustrian tentang SNI wajib, Pemodelan dan analisis industri sejumlah 3 model. Telah dilakukan

kajian mengenai Inkubator Teknologi pada litbang Balai Besar serta Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri serta Perguruan Tinggi.

Pengembangan inkubator teknologi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi nasional di bidang pengembangan teknologi industri, baik hasil litbang, sumber daya manusia (peneliti, tenaga ahli), bahan baku maupun peralatan. Kajian ini merupakan kegiatan rencana pendirian Inkubator Teknik Produksi Mesin di ITB dan Inkubator Nanosilika di BBK Bandung. Selain itu telah disurvei 33 industri untuk pemetaan potensi kesiapan penguasaan nanoteknologi terutama ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersebar di perusahaan-perusahaan tersebut sebesar 200 orang, Survei dilakukan berdasarkan pembagian jenis industri yaitu industri polimer dan pengemas 39%, konstruksi 3%, elektronik dan telekomunikasi 9%, energi 9%, ketahanan 3%, pulp dan kertas 12%, kimia dan farmasi 15%, tekstil 9%. Untuk industri polimer terbagi menjadi produksi, bahan baku, bahan pendukung dan proses. Terdapat 4 hasil litbang dari Balai Besar Keramik dan Baristand Palembang yang telah mengajukan permohonan Paten. Telah dilakukan implementasi kegiatan litbang teknologi nano Precipitated Calcium Carbonat (PCC) untuk industri makanan dan keramik pada 2 lokasi Pilot Project , telah dibentuk 2 inkubator yaitu inkubator teknik produksi mesin serta inkubator nanosilika. Selain itu juga dibentuk Aliansi Strategis Mikro dan Nanoteknologi (ASMINOTEK) yang

keanggotaannya bersifat terbuka dan terdiri atas para peneliti, industri dan akademisi. Pembentukan Aliansi Strategis Mikro dan Nanoteknologi (ASMINOTEK) merupakan salah satu strategi dalam mengembangkan dan III - 32

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

mempercepat penerapan nanoteknologi pada industri nasional yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Jumlah hasil litbang teknologi pada Tahun 2010 sejumlah 157 yang dihasilkan oleh Balai Besar sejumlah 109 dan Baristand Industri sejumlah 48. C.5. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri. Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Sasaran strategis tersebut sangat berpengaruh pada peningkatan daya saing Industri Nasional, hal ini dikarenakan daya saing industri nasional masih rendah dan masih bergantung dari industri-industri pendukung dari Negara lain. Indikator dari pencapaian sasaran kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri adalah: 1. Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia) dapat dihitung melalui perbandingan nilai industri dasar hulu (Logam dan Kimia) tahun 2010 dengan tahun 2009 dengan target 2,75 persen. 2. Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan yang dihitung melalui perbandingan nilai industri komponen automotive, elektronika dan permesinan tahun 2010 dengan data tahun 2009 dengan target 4 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.17. Tabel. 3.17 Capaian IKU Dari Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri.
Sasaran Strategis Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri IKU Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia) Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan Target Realisasi Capaian

2.75

3.74

136

3.05

76.25

Nilai Capaian Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri


Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

106.13

III - 33

Akuntabilitas Kinerja

Nilai capaian kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri mencapai 106.13 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengembangan suatu industri. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan pertumbuhan investasi di industri hulu dan antara guna menumbuhkan industri-industri baru yang dapat memperkuat dan memperlengkap struktur industri yang telah ada. Sehingga Salah satu upaya yang dilakukan guna mencapai sasaran tersebut antara lain IKM Juwana sebagai kelompok klaster IKM produk pompa air saat ini telah mampu menyuplay komponen Impeler Finish Goods dan Cashing Cover untuk mesin pompa air 100 watt dan cetakan dengan menggunakan bahan pasir alam yang sudah biasa digunakan di Industri Pengecoran Kuningan, dan Komponen tersebut akan disuplay ke PT Panasonic Mfg, bantuan peralatan untuk pembuatan komponen impeller yaitu peralatan mesin Press dengan kapasitas 40 ton, Peralatan Tungku yang berkapsitas 500 Amper dan 300 Amper. Pada saat ini PT Panasonic telah melakukan kerjasama dengan perusahaan di daerah Soekarno Hatta Bandung yang memproduksi Injection Plastic. Telah ditetapkannya Model pengembangan Klaster Industri LHE dengan pola Private Sector Driven dan Donor of Government-Driven. Adapun Skema yang diharapkan adalah terjadinya kolaborasi kerja yang optimal antara Industri LHE (PT.Panasonic Lighting Indonesia) sebagai roda utama yang dikokohkan oleh IKM penunjang dan LPPM-ITS serta didukung secara komprehensif oleh pemerintah dalam hal ini tidak hanya Kementerian Perindustrian tetapi juga Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan, serta lembaga lain yang berperan penting dalam penumbuhan industri dalam negeri. Dalam kemitraan kedepan potensi yang diharapkan adalah pemenuhan QCDS (Quality, Cost, Delivery and Service ) oleh IKM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 34

Akuntabilitas Kinerja

C.6. Tersebarnya pembangunan industri. Tersebarnya pembangunan industri merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran tersebarnya pembangunan industri adalah: 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional dilakukan dengan cara menghitung PDB manufaktur diluar pulau jawa serta kontribusinya terhadap PDB Nasional dengan target 27,19 persen. 2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja dilakukan dengan menghitung jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja dengan target Rp 34.178,4 Miliar. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.18. Tabel. 3.18 Capaian IKU Dari Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri.
Sasaran Strategis Tersebarnya pembangunan industri IKU Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja Target 34.178,4 Realisasi 29,256.03 Capaian 85.60

Nilai Capaian Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri

85.60

Nilai capaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri mencapai 85.60 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 35

Akuntabilitas Kinerja

utama meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat memperoleh data dimaksud, sehingga akan dievaluasi kembali untuk penetapan kinerja tahun 2011. Salah satu upaya yang dilakukan guna menyebarnya pembangunan industri dilakukan melalui kebijakan top-down dan bottom up. Dimana pengembangan 35 klaster industri prioritas disebut sebagai kebijakan top-down yang merupakan kebijakan langsung dari pemerintah pusat Sedangkan peta panduan industri unggulan propinsi serta pengembangan kompetensi inti daerah merupakan kebijakan bottom-up yang munculnya merupakan masukan dari daerah maupun propinsi sesuai dengan potensi yang ada di daerah dan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan propinsi untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang kompetensi inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota, tumbuhnya wirausaha baru garam beryodium di sentra garam rakyat, tersedianya dokumen peta lahan dan potensi lahan pegaraman serta rencana kebutuhan infrastruktur untuk menyusun profil investasi industri garam industri, pengembangan kawasan industri terpadu berbasis kompetensi inti industri daerah dengan fasilitasi penyusunan kebijakan teknis sejumlah 4 kebijakan teknis di 4 (empat) daerah ( Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Kegiatan promosi merupakan langkah yang konkrit yang dapat dilakukan bersama dunia usaha dan asosiasi dalam upaya meningkatkan promosi dan informasi tentang kemampuan industri dalam negeri sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing produk tersebut dan akhirnya menciptakan iklim usaha industri yang kondusif yang akhirnya memberikan daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya. Fasilitasi investasi dilaksanakan untuk memberikan dukungan secara riil bagi upaya peningkatan utilisasi dan upaya penyediaan bahan baku yang stabil. Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi melalui pengusulan pemberian fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang tertentu dalam rangka menarik investasi terutama investor asing sebagaimana PP No. 62 Tahun 2008 yang merupakan revisi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 36

Akuntabilitas Kinerja

dari PP No. 1 Tahun 2007 serta pemberian fasilitas insentif fiskal berupa subsidi pajak dan bea masuk yang masih memerlikan barang-barang impor seperti: barang modal, bahan baku, pendukung dan komponen yang belum dapat di produksi di dalam negeri. C.7. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator capaian sasarannya adalah: 1. Tumbuhnya peran industri kecil terhadap PDB adalah tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu persentase pertumbuhan industri kecil selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional dengan target sebesar 6,5 persen. 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil adalah persentase pertumbuhan industri menengah akan mencapai dua kali lipat diatas pertumbuhan industri kecil dengan target 13 persen. 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi Out-Source Industri, adalah persentase jumlah output IKM yang di outsource oleh industri besar dengan target sebesar 20 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.19. Tabel. 3.19 Capaian IKU Dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap PDB.
Sasaran Strategis Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB IKU Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil Target 6,5 Realisasi 2,09 Capaian

32,15

13

1,46

11.23

Nilai Capaian Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap PDB

21.69

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 37

Akuntabilitas Kinerja

Nilai capaian meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB mencapai 21.69 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator kinerja utama meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi Out-Source industri besar belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat memperoleh data, sehingga akan dievaluasi kembali untuk penetapan kinerja tahun 2011. Sasaran ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Inpres No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil & Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 78 tahun 2007 tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk OVOP. Pencapaian sasaran ini digambarkan dari hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun ini, yaitu monitoring dan evaluasi program dan pemanfaatan bantuan mesin peralatan pada IKM Kerajinan yang telah dilakukan berdasarkan kuesioner yang diberikan serta pelaksanaan monitoring secara langsung ke 18 (delapan belas) daerah yang dikunjungi dan 26 (dua puluh enam) propinsi daerah yang diberikan bantuan untuk pelaksanaan pelabelan Bantuan Mesin peralatan IKM Kerajinan Tahun 2009/2010 terlihat semakin berkembangnya pengembangan klaster IKM IKM Kerajinan Unggulan di daerah, menguatnya berbasis

Kerajinan

daerah

yang

kompetensi inti daerah dengan pendekatan sentra/OVOP serta pelabelan revitalisasi/restrukturisasi mesin/peralatan UPT/KUB, Terkoordinasinya program kerjasama antara DJ-IKM, Tim Tenaga Ahli desain Jetro-Jepang, Kadin Daerah, DDO, dalam menseleksi produk IKM Kerajinan di Jawa Barat (Batik Katura), di Bali Kerajinan Kayu , di Mataram (Tenun dan Ketak), terpilih untuk diikut sertakan pada Pemeran Japan Gift Show di
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 38

Akuntabilitas Kinerja

bulan Pebruari 2011, Terselenggaranya workshop kerjasama dengan lembaga donor dalam meningkatkan daya saing IKM Kerajinan yang menghasilkan informasi : Solusi alternatif pembinaan IKM Kerajinan di daerah melalui bantuan lembaga donor (khususnya Jetro). Informasi pasar berupa peluang dengan karakteristik pasar Jepang (peserta 25 orang

instansi terkait dan perajin di daerah), Workshop diselenggarakan di NTB dan Bali dengan peserta sebanyak 25 orang, terdiri dari Aparat Pembina: Pemda, Dekranas, Perajin dan Pembina IKM Kerajinan terkait lainnya, Bimbingan Teknis kepada 33 provinsi penerima dana dekonsentrasi, 72 Kabupaten/Kota penerima dana tugas pembantuan dan satker pusat Ditjen industri kecil dan Menengah dengan jumlah peserta 163 orang. Penyelenggaraan penganugerahan penghargaan upakarti sebanyak 25 pemenang dari 245 calon yang diajukan dari daerah ke pusat untuk 5 (lima) kategori (Lampiran 3). Secara keseluruhan meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB ditujukan kepada pembinaan industri kecil menengah dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sasaran tersebut diwujudkan melalui pelatihan bagi 30 orang pelaku usaha IKM di bidang Diversifikasi Produk IKM Logam dan Elektronika, Pelatihan Teknik Pencelupan dengan Zat Warna Alam bagi IKM Batik dan Tenun Tradisional di 3 Provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang, Pelatihan Peningkatan Mutu IKM TPT di 3 Provinsi yaitu dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang, Pendampingan Tenaga Ahli/Desainer di 3 Provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang. Berdasarkan 7 sasaran strategis perspektif stakeholders Kementerian Perindustrian yang telah dijelaskan, maka di dapatkan rata-rata capaian sasaran strategis sebesar 83.84 persen (Lampiran 4). Hasil yang telah dicapai diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam peningkatan kemajuan ekonomi dan pembangunan bangsa.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 39

Akuntabilitas Kinerja

D. ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK TAHUN 2010 Penilaian atas pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian dilakukan melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kementerian Perindustrian. Pengukuran kinerja sasaran strategis

perspektif pelaksanaan tugas pokok mempunyai 13 sasaran strategis dengan 26 indikator kinerja utama, yaitu: D1. Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri Sesuai dengan presprektif proses tugas pokok yang terdapat dalam peta strategis, Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi Tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri dengan cara menghitung jumlah kebijakan industri yang dihasilkan Kementerian Kementerian. Sasaran strategis mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu: 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres) adalah jumlah konsep kebijakan dan produk hukum yang direncanakan akan dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU, Rancangan PP dan lainnya dengan target 9 (sembilan) konsep selama 5 (lima) tahun. 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri adalah Jumlah penyiapan kebijakan dan telah disyahkan sebagai produk Hukum untuk pengaturan pelaksanaan tugas setiap sektor dengan target 40 peraturan. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.20.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perindustrian

untuk

tujuan

dan

keberhasilan

tugas

III - 40

Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.20 Capaian IKU dari Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
Sasaran Strategis Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri IKU Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/ R.Keppres) Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri Target Realisasi Capaian

250

40

52

130

Nilai Capaian

190

Nilai capaian mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri mencapai 190 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.. Salah satu upaya yang dilakukan guna mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri salah satunya adalah tersusunnya RUU perindustrian, RUU Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), RPP Informasi Industri, Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Kementerian Perindustrian juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49 Tahun 2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang kemudian diikuti terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian RI nomor 50 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kelompok Kerja dan Sekretariat pada Tim Nasional Peningkatan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada tahun 2010 Kementerian Perindustrian bertanggung jawab mendukung pelaksanaan program kerja Tim Nasional P3DN tersebut di atas melalui dukungan anggaran dan manajemen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 41

Akuntabilitas Kinerja

D2. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan. Sesuai dengan presprektif proses pelaksanaan tugas pokok

Kementerian yang terdapat dalam peta strategis, Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan dengan cara membuat rencana strategis untuk industri prioritas dan industri andalan setiap tahunnya. Sasaran strategis menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu: 1. Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja dengan terselesaikannya rencana strategis dan rencana kerja per-tahun di tiap sektor industri (terselesaikan hingga 100 %) dengan target 1 paket. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.21. Tabel. 3.21 Capaian IKU dari Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Sasaran Strategis Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan IKU Rencana Strategis 2010-2014 dan Rencana Kerja Target 1 Realisasi 1 Capaian 100

Nilai Capaian

100

Nilai capaian menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan mencapai 100 persen. Nilai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 42

Akuntabilitas Kinerja

capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Salah satu upaya yang dilakukan guna menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan adalah melalui tersusunnya Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 2014 serta telah terselesaikan dan tersusunnya Rencana Kerja Kementerian Perindustrian tahun 2010. Dokumendokumen tersebut memuat arah kebijakan pembangunan industri nasional dan program pengembangan serta pokok-pokok rencana kerja dari setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian yang telah dilengkapi dengan kerangka pendanaannya. D3. Menetapkan peta panduan pengembangan industri Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan menetapkan peta panduan pengembangan industri dengan cara membuat peta tentang kondisi dan situasi industri nasional sebagai panduan untuk pengembangan selanjutnya. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja utama yaitu: 1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas adalah jumlah klaster pengembangan industri prioritas untuk setiap bidang sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam setahun dengan target 32 klaster. 2. Peta panduan industri unggulan provinsi adalah tersedianya peta panduan industri unggulan di provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah provinsi yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 33 propinsi dalam 5 (lima) tahun. 3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota adalah tersedianya peta panduan industri unggulan di setiap kabupaten dalam provinsi (jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 43

Akuntabilitas Kinerja

peta yang dihitung berdasarkan jumlah kabupaten yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 480 kab/kota dalam 5 (lima) tahun. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.22. Tabel. 3.22 Capaian IKU dari Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Sasaran Strategis Menetapkan peta panduan pengembangan industri IKU Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota Target 32 15 16 Realisasi 35 18 16 Capaian 109.38 120 100 109.79

Nilai Capaian

Nilai capaian menetapkan peta panduan pengembangan industri mencapai 109.79 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Kementerian Perindustrian telah menetapkan Peta Panduan 35 Klaster Industri Prioritas yang tertuang pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 103 s/d 137 tahun 2009. Sedangkan pengembangan industri secara bottom-up, dilaksanakan melalui penetapaan Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian sampai tahun 2010 sebanyak 18 Peraturan. Selain peta panduan industri unggulan provinsi, juga ditetapkan Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota dalam Peraturan Menteri Perindustrian sebanyak 5 (lima) peraturan, sedangkan yang telah dalam bentuk kajian akan tetapi belum ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian sebanyak 204 kajian di Kabupaten/Kota. Sehingga diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai arah pengembangan industri baik itu secara Top-Down maupun Bottom-Up.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 44

Akuntabilitas Kinerja

D4. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri dengan cara membuat usulan dalam bentuk insentif yang dibuat guna mendukung pengembangan industri di masa yang akan datang. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu: 1. Rekomendasi usulan insentif adalah Jumlah usulan insentif per kelompok industri yang disetujui per-tahunnya dengan target 10 jenis usulan. 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif adalah jumlah perusahaan yang mendapat insentif atas fasilitasi dari Kementerian Perindustrian dengan target 1500 perusahaan dalam 5 (lima) tahun. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.23. Tabel. 3.23 Capaian IKU dari Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Sasaran Strategis Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri IKU Rekomendasi usulan insentif Perusahaan industri yang memperoleh insentif Target 10 300 Realisasi 14 92 Capaian 140 30.67

Nilai Capaian

85.34

Nilai capaian mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri mencapai 85.34 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja

Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Guna meningkatkan daya saing industri nasional adalah dengan mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri. Insentif yang diberikan berupa insentif fiskal terhadap perusahaan-perusahaan dalam meningkatkan daya saing khususnya industri prioritas. Pemberian insentif fiskal dinilai masih sangat menarik bagi para investor. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain: menyetujui usulan insentif per kelompok industri tahun 2010
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 45

Akuntabilitas Kinerja

sebanyak 14 jenis usulan serta memberikan insentif kepada perusahaan sebanyak 92 di tahun 2010. D5. Mengembangkan R & D di instansi dan industri Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan Mengembangkan R & D di instansi dan industri dalam bentuk riset dan pengembangan industri sesuai dengan bidangnya. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu: 1. Kerjasama R&D instansi dengan industri adalah Jumlah MOU untuk kerjasama yang difasilitasi oleh sektor industri atau yang dilakukan oleh BPPI dengan target 18 kerjasama. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.24. Tabel. 3.24 Capaian IKU dari mengembangkan R & D di instansi dan industri.
Sasaran Strategis Mengembangkan R & D di instansi dan industri IKU Kerjasama R&D instansi dengan industri Target Realisasi Capaian

18

18

100
100

Nilai Capaian

Nilai capaian mengembangkan R & D di instansi dan industri mencapai 100 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Pengembangan R&D guna mendukung peningkatan daya saing industri nasional. Minimnya R&D yang dilakukan Industri Kecil dan Menengah menyebabkan lemahnya daya saing IKM terhadap produk-produk luar negeri yang masuk ke Indonesia. Untuk itu Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi pengembangan R&D guna mendukung daya saing IKM di dalam negeri. Tahun 2010 telah melakukan kerjasama dengan sektor industri sebanyak 18 MoU.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 46

Akuntabilitas Kinerja

D6. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual dengan cara penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam lingkup industri. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu: 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI adalah jumlah perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi HKI dengan target 1100 perusahaan dalam 5 (lima) tahun. 2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) adalah jumlah produk industri yang sudah dipatenkan sebagai produk nasional dengan target 50 produk dalam 5 (lima) tahun. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.25. Tabel. 3.25 Capaian IKU dari Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual.
Sasaran Strategis Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual IKU Perusahaan yang mendapatkan HKI Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) Target 220 10 Realisasi 207 6 Capaian 94.09 60.00

Nilai Capaian

77.05

Nilai

capaian

memfasilitasi

penerapan,

pengembangan

dan

penggunaan Kekayaan intelektual

mencapai 77.05 persen. Nilai capaian

tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Sebagai bentuk pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian dalam pelayanan dan fasilitasi, salah satu sasaran strategis yang akan dicapai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 47

Akuntabilitas Kinerja

adalah memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual. Penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam lingkup industri sangat diperlukan dalam rangka melindungi dan meningkatkan inovasi baru melalui penetapan jumlah perusahaan yang mendapat sertifikasi HKI pada tahun 2010 sebanyak 207 perusahaan dengan capaian 94.09 persen serta jumlah produk HKI yang dikomersialisasikan (paten) pada tahun 2010 sebanyak 6 produk dengan capaian 60.00 persen. D7. Memfasilitasi pengembangan industri Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan memfasilitasi pengembangan industri dengan cara fasilitasi untuk tujuan pengembangan industri dalam berbagai hal yang mendukung seperti akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan lainnya. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 4 (empat) indikator kinerja utama yaitu: 1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi adalah besar persentase penggunaan kapasitas terpasang dalam industri masing-masing (sesuai dengan jenis industrinya) dengan target sebesar 80 persen. 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan adalah jumlah jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk membantu industri mendapat akses dan bantuan lainnya ke sumber pembiayaan dengan target 3000 perusahaan dalam 5 (lima) tahun. 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku adalah jumlah perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi jaminan pasokan bahan baku atas fasilitasi yang dilakukan oleh masing-masing level organisasi dengan target 200 perusahaan dalam 5 (lima) tahun. 4. Perjanjian kerjasama Internasional adalah jumlah kerjasama yang sudah dilaksanakan dalam bentuk project kerjasama internasional yang terkait dengan fasilitasi di bidang capacity building (misalnya : Kemenperin dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 48

Akuntabilitas Kinerja

donor (bentuk G to G) atau Kemenperin sebagai witness untuk kerjasama B to B dengan target 25 MoU selama 5 (lima) tahun. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.26. Tabel. 3.26 Capaian IKU dari Memfasilitasi pengembangan industri
Sasaran Strategis Memfasilitasi pengembangan industri IKU Tingkat utilisasi kapasitas produksi Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku Perjanjian kerjasama Internasional Target 80 600 40 5 Realisasi 71.56 1184 2 13 Capaian 89.45 197.33 5 260

Nilai Capaian

137.95

Nilai capaian memfasilitasi pengembangan industri mencapai 137.95 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Fasilitasi yang dilakukan Kementerian Perindustrian dalam

pengembangan industri dilakukan melalui peningkatan utilisasi kapasitas produksi dengan capaian indikator kinerja utama sebesar 89,45 persen. Fasilitas pengembangan industri juga dilaksanakan dengan memfasilitasi perusahaan untuk mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan realisasi pada tahun 2010 sebanyak 1184 perusahaan dan nilai capaian indikator sebesar 197,33 persen, kemudahan akses untuk memperoleh bahan baku dalam rangka pengembangan industri yang terealisasi sebanyak 2 (dua) perusahaan. Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi baik antar Kementerian/Lembaga maupun dengan Pemerintah Daerah serta peningkatan capacity building melalui kerjasama internasional baik dalam bentuk G to G maupun B to B dengan realisasi sebanyak 13 MoU sehingga capaian indikator kinerja utamanya sebesar 260 persen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 49

Akuntabilitas Kinerja

D8. Memfasilitasi promosi industri Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan memfasilitasi promosi industri dengan hasil kerja berbentuk fasilitasi untuk mengadakan promosi dalam bidang-bidang industri yang ada. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu: 1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi adalah jumlah perusahaan yang diikutsertakan dalam seminar, konferensi dan berbagai kegiatan yang dikelola Kementerian per-tahun dengan target 5160 perusahaan. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.27. Tabel. 3.27 Capaian IKU dari Memfasilitasi Promosi Industri.
Sasaran Strategis Memfasilitasi promosi industri IKU Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi Target 5160 Realisasi 2074 Capaian 40.19

Nilai Capaian

40.19

Nilai capaian memfasilitasi promosi industri mencapai 40.19 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Indikator Kinerja Utama dalam mencapai sasaran strategis fasilitasi promosi industri adalah jumlah perusahaan yang mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi pada tahun 2010 adalah sebanyak 1032 perusahaan dengan realisasi 830 perusahaan sehingga realisasi capaian indikator sebesar 80,43 persen. Fasilitasi promosi diharapkan dapat meningkatkan pasar baik di dalam maupun luar negeri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 50

Akuntabilitas Kinerja

D9. Memfasilitasi Penerapan Standarisasi Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan memfasilitasi penerapan standarisasi dengan mendukung industri dalam penerapan standar. Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja utama yaitu: 1. Rancangan SNI yang diusulkan adalah jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk bidang industri dengan target sebanyak 600 RSNI dalam 5 (lima) tahun. 2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan adalah penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan dengan target sebanyak 50 SNI dalam 5 (lima) tahun. 3. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) adalah jumlah perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu dengan target sebanyak 1000 perusahaan dalam 5 (lima) tahun. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.28. Tabel. 3.28 Capaian IKU dari Memfasilitasi Penerapan Standarisasi
Sasaran Strategis Memfasilitasi penerapan standardisasi IKU Rancangan SNI yang diusulkan Penambahan SNI wajib yang diterapkan Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) Target 120 10 200 Realisasi 101 38 421 Capaian 84.17 380.00 210.50

Nilai Capaian

224.89

Nilai capaian Memfasilitasi promosi industri mencapai 224.89 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 51

Akuntabilitas Kinerja

Salah satu upaya yang dilakukan guna memfasilitasi penerapan standarisasi adalah melalui jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk bidang industri sebanyak 120 RSNI dengan capaian sebesar 84.17 persen, penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan sebanyak 10 SNI dengan capaian sebesar 380 persen, serta jumlah perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu sebanyak 200 perusahaan dengan capaian sebesar 210.50 persen. D10. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan melihat sejauh mana kualitas layanan kementerian terhadap publik pengguna jasa Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis meningkatkan kualitas pelayanan publik mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu: 1. Tingkat kepuasan pelanggan dilihat dengan melakukan hasil penilaian kepuasan pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara sampling dengan nilai indeks 1 sampai 5 dengan target hasil survey nilai indeks 4. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.29. Tabel. 3.29 Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Meningkatkan Tingkat kepuasan 4 3.6 Kualitas pelanggan Pelayanan Publik Nilai Capaian Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Capaian

90 90

Nilai capaian sasaran meningkatkan kualitas pelayanan publik sebesar 90 persen. Seperti halnya pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai melalui hasil penilaian kepuasan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 52

Akuntabilitas Kinerja

pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara sampling dengan nilai indeks 1 sampai 5 dengan capaian mencapai indeks ke-4 yang dapat kita simpulkan pelanggan telah puas terhadap pelayanan yang diberikan. Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis. D11. Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan dengan meningkatkan hasil koordinasi dari berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang disediakan Kementerian Perindustrian untuk pengembangan berbagai kebutuhan industri misalnya sertifikasi dan akreditasi Sasaran strategis mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu: 1. Instruktur yang bersertifikat dihitung dengan cara jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang industri kementerian dengan target sebanyak 20 instruktur yang bersertifikat. 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi dihitung dengan cara jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM industri dengan target sebanyak 24 selama 5 (lima) tahun. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.30.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 53

Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.30 Capaian IKU dari Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan
Sasaran Strategis Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan IKU Target Realisasi Instruktur yang bersertifikat 20 23 Jurusan pada lembaga 4 5 pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi Nilai Capaian Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan Capaian 115 125

120

Nilai capaian sasaran mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan sebesar 120 persen. Seperti halnya pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai melalui jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang industri kementerian dengan capaian sebesar 115 persen serta jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM industri dengan capaian sebesar 125 persen. Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis. D12. Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu pengawasan, pengendalian dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf dengan hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan budaya pengawasan yang dilaksanakan bagian pengawasan di lingkungan Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu: 1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal adalah persentase penurunan sebagai standar minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan target sebesar 60 persen. III - 54

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja adalah jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern dengan target sebanyak 57 satuan kerja. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.31. Tabel. 3.31 Capaian IKU dari Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf
Sasaran Strategis Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf IKU Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan Target 60 Realisasi 75.59 Capaian 125.98 100 112.99

Tingkat penurunan penyimpangan 57 57 pelaksanaan kebijakan industri Nilai Capaian Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf

Nilai capaian sasaran mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf sebesar 112.99 Persen. Seperti halnya pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai melalui persentase penurunan sebagai standar minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan capaian sebesar 125.98 persen serta jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern dengan capaian sebesar 100 persen. D13. Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas Pencapaian Kinerja Industri Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu pengawasan, pengendalian dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri dengan evaluasi pembuatan kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk menjamin tercapainya tujuan Kementerian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 55

Akuntabilitas Kinerja

Sasaran strategis menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu: 1. Laporan evaluasi pelaksanaan adalah jumlah hasil laporan evaluasi pelaksanaan tugas dengan target sebanyak 10 laporan. 2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri adalah persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing level organisasi sesuai dengan hasil laporan Itjen dengan target sebesar 40 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.32. Tabel. 3.32 Capaian IKU dari Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas Pencapaian Kinerja Industri
Sasaran Strategis Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas Pencapaian Kinerja Industri IKU Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri Target Realisasi Capaian

10

10

100

40

38.52

96.30 98.15

Nilai Capaian

Nilai capaian sasaran mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri sebesar 98.15 Persen. Seperti halnya pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai melalui penyusunan 10 (sepuluh) laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri serta persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing level organisasi sesuai dengan hasil laporan Inspektorat Jenderal sebesar 40 persen. Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran III - 56

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

strategis dari perspektif pemangku kepentingan yang terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis. Berdasarkan 13 sasaran strategis perspektif tugas pokok Kementerian Perindustrian yang telah dijelaskan diatas, maka di dapatkan rata-rata capaian sasaran strategis sebesar 155.70 persen (Lampiran 5). Hasil yang telah dicapai diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam pencapaian 7 (tujuh) sasaran strategis perspektif stakeholders sebagaimana yang tergambarkan dalam peta strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014.

E. ANALISIS INDUSTRI

CAPAIAN

KINERJA

PENGEMBANGAN

KLASTER

1. Industri Baja Pengembangan industri baja melalui konsep klaster telah dilaksanakan sejak tahun 2006 yang dimulai dengan lternat klaster industri baja. Konsep

klaster ini dikembangkan dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Tujuan pengembangan industri baja melalui pendekatan klaster adalah mewujudkan industri baja nasional yang tangguh dan mampu memenuhi kebutuhan pipa baja pada industri migas, mengurangi ketergantungan bahan baku dari pihak luar negeri, dan meningkatkan kompetensi bersama dan daya saing industri baja di pasar global yang berkelanjutan. Keberhasilan pengembangan industri baja nasional dengan pendekatan klaster disamping ditentukan oleh komitmen seluruh stakeholder dalam pelaksanaannya, juga ditentukan oleh ketersediaan sarana pendukung serta pengelolaannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program pengembangan klaster industri baja, antara lain : a. Penguatan kelembagaan klaster industri baja; - Evaluasi perkembangan struktur industri baja - Evaluasi kelembagaan klaster industri baja - Sosialisasi evaluasi kelembagaan klaster industri baja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 57

Akuntabilitas Kinerja

b. Monitoring dan evaluasi: monitoring dan evaluasi implementasi klaster industri baja; c. Peningkatan kapasitas dan pengembangan produk: sosialisasi

implementasi klaster industri baja. 2. Industri Semen Produksi semen pada tahun 2008 sebesar 38,53 juta ton atau naik 10% dibandingkan produksinya tahun 2007, sementara produksi tahun 2009 sebesar 38,00 juta ton atau turun 1,38% dari tahun 2008, dan tahun 2010 untuk sementara 38,76 juta ton atau naik 2,00% dari tahun 2009. Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Memberdayakan forum komunikasi pengembangan klaster industri semen yang telah dibentuk, yang terdiri dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), instansi terkait, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) serta Lembaga/Balai Penelitian seperti B4T, ISBI dan Perguruan Tinggi. b. Melakukan diversifikasi produk selain Portland Tipe I menjadi semen Portland Campur, semen Portland Komposit, semen Masonry dan semen Fly Ash yang cukup kuat untuk pembangunan rumah tinggal tingkat). Terhadap kenaikan kebutuhan semen, diantisipasi melalui : Jangka pendek : Pengendalian ekspor semen yang pada tahun 2007 sebesar 2,5 juta ton. Optimalisasi kemampuan produksi klin dan cement mill (< 3

Jangka panjang : Perluasan/pembangunan pabrik baru khususnya di luar Pulau Jawa. Telah dilakukan kajian dan fasilitasi pengembangan pabrik semen di Manokwari, Papua Barat dan sampai saat ini baru ada minat dari PT. Semen Tonasa untuk membangun unit pengantongan semen yang dampaknya cukup signifikan untuk menekan harga semen di Papua. Penerapan SNI Wajib terhadap berbagai jenis semen atas pertimbangan faktor kualitas dan menghindari terjadinya persaingan harga yang tidak sehat, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No.35/M-IND/PER/4 /2007.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 58

Akuntabilitas Kinerja

Peningkatan kerjasama (kemitraan) antara produsen semen dengan produsen batubara. Penggunaan batubara kalori rendah (nilai kalor 5.000 kkal/kg) untuk mengganti batubara kalori tinggi (> 6.300 kkal/kg). Penggunaan bahan bakar alternatif seperti ban bekas namun masih terkendala oleh jaminan pasokan ban secara kontinu. Penerapan Clean Development Mechanism (CDM), melalui penggunaan boiler penyimpan panas (Waste Heat Recovery Boiler) pada PT. Semen Padang bekerjasama dengan New Energy Development Organization (NEDO).

Hasil yang telah dicapai antara lain: a. Terpenuhinya pengamanan pasokan kebutuhan semen dalam negeri. b. Tersusunnya proyeksi kebutuhan energi industri semen jangka menengah dan jangka panjang. c. Terjalinnya kemitraan antara produsen batubara dengan produsen semen dalam pengamanan kebutuhan batubara untuk pabrik semen. d. Tersusunnya standar kompetensi operator di pabrik semen. e. Tersosialisasinya penerapan SNI Wajib Semen, dengan mulai

diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 35/tahun 2007, di tingkat produsen, instansi terkait dan masyarakat pengguna. f. Fasilitasi implementasi pembangunan pabrik semen di Papua Barat (KTI). 3. Industri Petrokimia Langkah-langkah yang telah dilakukan antara lain: a. Menyusun strategi pengembangan industri prioritas, serta melakukan kajian-kajian untuk pengembangan industri petrokimia. b. Melakukan inisiasi pembentukan klaster industri petrokimia melalui sosialisasi pada komunitas industri petrokimia di lingkungan wilayah Banten, Surabaya dan Balikpapan. c. Menyusun draft Nota Kesepahaman Bersama tentang Kerjasama Pengembangan Klaster Industri Petrokimia di Banten.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 59

Akuntabilitas Kinerja

Hasil yang telah dicapai antara lain: a. Pemberdayaan working group yang telah dibentuk pada tahun 2009 yaitu working group petrokimia berbasis olefin di Banten, berbasis Jawa Timur dan berbasis methane di Kalimantan Timur. b. Pemanfaatan pusat informasi pengembangan klaster industri petrokimia di Banten yang telah dibentuk pada tahun 2009. c. Tersusunnya harmonisasi Petrokimia. d. Tersusunnya identifikasi mesin-mesin peralatan dan pemeliharaannya yang mampu dikembangkan di dalam negeri pada industri petrokimia. 4. Industri Keramik Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Pembentukan Forum Komunikasi Industri Keramik yang terdiri dari Asosiasi Aneka Keramik Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan (Balai Besar Keramik, Perguruan Tinggi, Litbang Desain), Pemerintah Pusat (Kementerian Perindustrian, ESDM, PGN, dll) serta Pemerintah Daerah yang mempunyai potensi SDA bahan galian non logam. b. Koordinasi dengan Kementerian ESDM dalam rangka pengamanan pasokan gas pada industri keramik untuk jangka menengah maupun jangka panjang yaitu 119 MMSCFD (2009), 161 MMSCFD (2015) dan 206 MMSCFD (2020). c. Penyusunan dan revisi SNI untuk produk keramik (SNI Wajib Keramik Ubin dan Dinding). d. Promosi dan kerjasama dalam pemilihan dan pengembangan teknologi proses produksi. e. Program pengembangan pengolahan bahan baku keramik di Sambas, Kalimantan Barat melalui dana dekonsentrasi Klaster Keramik. Hasil yang telah dicapai, antara lain: a. Tercapainya pengamanan kebutuhan gas untuk keperluan industri keramik di Jawa dengan PT. Perusahaan Gas Negara.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

lternat di

ltern beberapa komoditi pada Industri

III - 60

Akuntabilitas Kinerja

b. Tersusunnya data dan informasi tentang proyeksi kebutuhan energi untuk kebutuhan industri keramik jangka menengah dan panjang. c. Teridentifikasinya potensi bahan baku keramik secara nasional. d. Lokus klaster keramik yang akan mengembangkan pengolahan bahan baku di Kalimantan Barat. 5. Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik Pengembangan klaster peralatan listrik ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nasional akan infrastruktur ketenagalistrikan sebagai konsekuensi dari pencanangan pembangkitan listrik 10 Ribu Mega Watt. Kegiatan pengembangan ketenagalistrikan ini hingga saat ini telah didukung dengan perangkat hukum berupa disahkannya Peraturan Menteri Perindustrian nomor 58 Tahun 2010 tentang Penggunaan produk Dalam Negeri dalam Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dilakukan kegiatan : a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri mesin melalui pendekatan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dan agar pelaksanaan program Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dapat berjalan dengan baik b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik. Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya. Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pengembangan klaster Industri Mesin Peralatan Listrik, antara lain membangun kolaborasi antara industri mesin peralatan listrik dengan EPC nasional untuk mendukung pembangunan PLTU Batubara 10.000 MW di luar Jawa-Bali.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 61

Akuntabilitas Kinerja

Hasil yang telah dicapai, diantaranya: a. 21 lokasi (9 lokasi sudah tanda tangan kontrak) dari 25 lokasi pembangunan PLTU Batubara di luar Jawa-Bali yang ditenderkan oleh PT. PLN akan dibangun oleh Engineering Procurement and Construction (EPC) nasional sebagai main contractor sebagai hasil kolaborasi dengan industri manufaktur dalam negeri. b. Bobot nilai TKDN yang berkisar antara 45 persen hingga 68 persen menggambarkan kemampuan industri manufaktur nasional untuk

mensuplai mesin peralatan listrik dalam pembangunan PLTU Batubara seperti boiler, transformer, switch gear, electrical motor, power distribution panel, water treatment plant, cool handling & ash handling system, steel structure, dan instrument control. c. Dalam rangka perkuatan klaster, Pemerintah melalui PT. Nusantara Turbin dan Propulsi mengembangkan reverse engineering turbin, saat ini sedang tahap awal untuk turbin 3 MW. 6. Industri Mesin Peralatan Umum Pengembangan/penguatan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum merupakan lternative pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun

keunggulan daya saing industri. Pendekatan klaster industri Mesin Peralatan Umum membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan dan pengembangan jaringan bisnis yang luas. Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Mesin Peralatan Umum dilakukan kegiatan : a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri mesin melalui pendekatan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum dan agar pelaksanaan program Klaster Industri Mesin Peralatan Umum dapat berjalan dengan baik. b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 62

Akuntabilitas Kinerja

Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya. 7. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Pengembangan/penguatan Klaster ITPT merupakan alternatif

pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya saing industri. Komoditas TPT merupakan komoditas andalan ekspor dimana lebih dari 90 persen produknya diminati pasar internasional karena berkualitas baik. Namun, disisi lain, kebutuhan komoditas TPT dalam negeri dipenuhi oleh pasokan impor. Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan penyerapan TPT dalam negeri, Kementerian Perindustrian berfokus pada penguatan

kelembagaan klaster TPT, melalui : a. Penguatan dan Pengembangan Klaster ITPT Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri tekstil dan produk tekstil melalui pendekatan Klaster ITPT dan agar pelaksanaan program Klaster ITPT dapat berjalan dengan baik. Penguatan dan pengembangan klaster ITPT dilakukan melalui: 1) Program restrukturisasi permesinan/peralatan ITPT yaitu dengan cara memberikan kemudahan kepada industri TPT untuk melakukan peremajaan mesin dengan 2 skema kemudahan, yaitu Skim 1 (potongan harga mesin peralatan) dan Skim 2 (memberikan pinjaman/kredit dengan suku bunga rendah). Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M-IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Dalam Rangka Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil Dan Produk Tekstil, kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 36/M-IND/PER/4/2007. Peraturan ini dibuat mengingat industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang potensial untuk dikembangkan, sedangkan kondisi permesinan industri TPT nasional telah relatif tua dan penggunaannya tidak efisien, sehingga perlu dilakukan peremajaan untuk mendukung peningkatan daya saing. Kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Direktur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 63

Akuntabilitas Kinerja

Jenderal

Industri

Logam

Mesin

Tekstil

dan

Aneka

Nomor

84/ILMTA/PER/5/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Dirjen ILMTA Nomor 81/ILMTA/PER/3/2007 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil sebagaimana telah Diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Nomor 82/ILMTA/PER/5/2007 sebagai tindak lanjut atas dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/MIND/PER/3/2007 tersebut di atas. 2) Mengkoordinasikan dalam penanganan limbah batubara dengan memberikan bantuan peralatan pengolah limbah batubara. 3) Melakukan rekondisi mesin beberapa klaster industri. 4) Mengembangkan bahan baku alternatif. 5) Meningkatkan teknologi bagi Klaster Industri dengan memberikan bantuan mesin/peralatan. 6) Meningkatkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garmen di Semarang dengan memberikan bantuan mesin/peralatan. 7) Mengadakan International Business Forum on Textile Product, pameran mesin peralatan tekstil dan pameran produk tekstil baik di dalam maupun di luar negeri. b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster ITPT. Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap

diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), digunakan sebagai bahan dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya. Hasil yang telah dicapai diantaranya: a. Restrukturisasi Mesin Produksi TPT. Dalam rangka restrukturisasi mesin peralatan pabrik yang telah tua, pada tahun 2007 telah diluncurkan Program Peningkatan Teknologi ITPT

melalui restrukturisasi dengan jumlah dana sebesar Rp. 255 miliar yang terbagi menjadi 2 skim, yaitu: Skim 1 merupakan bantuan potongan harga terhadap industri yang melakukan restrukturisasi mesin, dan Skim 2 merupakan pemberian kredit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 64

Akuntabilitas Kinerja

berbunga rendah dengan sistem modal padanan. Realisasi penyaluran dana tersebut mencapai Rp. 153,31 miliar (untuk SKIM-1 sebesar Rp. 128,31 miliar yang digunakan pada 78 perusahaan dan SKIM-2 sebesar Rp. 25,00 miliar yang digunakan pada 14 perusahaan). Pada tahun 2008 program restrukturisasi dilanjutkan dengan alokasi dana sebesar Rp. 330 miliar dengan jumlah peserta meningkat menjadi 175 perusahaan dengan nilai alokasi bantuan Rp 181,7 M yang menstimulus investasi pembelian

mesin/peralatan oleh dunia usaha sebesar Rp 1,77 Trilyun. Sementara pada tahun 2009 program dilanjutkan dengan alokasi dana Rp 220 Miliar yang terbagi atas Skim 1 Rp 213 M dan Skim 2 Rp. 27 M. Posisi pada tanggal 20 Agustus 2009 untuk Skim 1 telah terdaftar sebanyak 166 perusahaan dengan nilai potongan sebesar Rp. 161,29 miliar (total investasi sebesar Rp. 1,7 triliun) dari pagu Rp. 190 miliar, dan untuk Skim 2 telah terdaftar 20 nasabah dengan nilai pembiayaan sebesar Rp. 48 miliar dan perkiraan nilai kredit porsi Kemenperin Rp. 40,1 miliar. b. Terbangunnya Pusat Pengembangan Rami di Kabupaten Wonosobo mulai dari penanaman sehingga menjadi serat rami. c. Memberikan bantuan mesin dan peralatan ke beberapa klaster industri seperti Cipondoh (Tangerang), Sukabumi, Bandung, Pekalongan,

Semarang, DI Yogyakarta, Bali dan Sumatera Barat. d. Terbangunnya pusat pengolahan limbah batu bara di Majalaya. 8. Industri Alas Kaki Pengembangan/penguatan Klaster Industri Alas Kaki merupakan alternatif pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya saing industri. Pendekatan klaster Industri Alas Kaki membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan dan pengembangan jaringan bisnis yang luas. Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Alas Kaki dilakukan kegiatan : a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 65

Akuntabilitas Kinerja

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri mesin melalui pendekatan Klaster Industri Alas Kaki dan agar pelaksanaan program Klaster Industri Alas Kaki dapat berjalan dengan baik. Langkahlangkah yang dilakukan antara lain: 1) Promosi investasi industri alas kaki di dalam negeri dan luar negeri. Pada tahun 2006 dan tahun 2007, 17 perusahaan ikut serta dalam Pameran Alas Kaki Internasional Dusseldorf (GDS/GLS) Jerman dengan menampilkan pavilyun Indonesia. Kepesertaan pada Pameran Produk Ekspor (PPE) tahun 2006 dan 2007 oleh 6 perusahaan alas kaki yang telah mampu ekspor. Pada tahun 2006, 50 perusahaan berpartisipasi pada Pameran Indo Leather & Footwear (ILF) di Jakarta Fair Kemayoran Jakarta, dan pada tahun 2007 berpartisipasi sebanyak 200 perusahaan industri kulit dan alas kaki. 2) Fasilitasi pelatihan SDM industri alas kaki bidang teknologi produksi, manajemen keuangan dan pemasaran serta entrepreneurship motivation. Pada tahun 2005-2007 telah dilatih 200 peserta berasal dari IKM dan Industri Besar alas kaki di Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan adanya peningkatan keterampilan diharapkan daya saingnya. 3) Fasilitasi kerjasama dengan sumber pembiayaan dalam rangka peningkatan akses pembiayaan. Telah terjalin kerjasama antara IKM alas kaki Jawa Barat dan Jawa Timur dengan lembaga perbankan antara lain Bank BRI dan Bank Jatim. 4) Fasilitasi kerjasama aliansi strategis antara perusahaan champion dengan mitranya baik sebagai pemasok bahan baku maupun bahan penolong dan subcontracting serta lembaga penelitian dan pengujian. Di Jawa Timur telah terjalin kerja sama antara 3 perusahaan champion, 5 perusahaan industri pendukung, 8 perusahaan industri terkait, 13 kelompok UKM industri subcontracting, 3 lembaga diklat dan 3 perbankan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

industri dapat meningkatkan

III - 66

Akuntabilitas Kinerja

Di Jawa Barat telah terjalin kerja sama antara 3 perusahaan champion 16 perusahaan industri pendukung, 8 perusahaan industri terkait, 52 kelompok UKM subcontracting, 3 lembaga diklat, 2 lembaga perbankan dan 2 lembaga R&D. 5) Peningkatan kemampuan perusahaan dalam manajemen mutu melalui fasilitasi penerapan ISO 9001-2000. Pada tahun 2006 di Jawa Barat telah disertifikasi 2 perusahaan alas kaki yaitu CV. Mitra Batant Stride dan CV. Clarion. Pada tahun 2007 di Jawa Timur telah disertifikasi 3 perusahaan alas kaki yaitu: PT. Rajapaksi Adyaperkasa Industri, PT. Gemilang Jaya Abadi dan PT. Kitidragon Suryatama. b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki. Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap

diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), digunakan sebagai bahan dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya. Hasil yang telah dicapai diantaranya: a. Utilisasi industri alas kaki nasional rata-rata 72,3 persen per tahun, dimana pada tahun 2004 utilisasi sebesar 71,50 persen dan pada tahun 2006 sebesar 73,65 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh tumbuhnya investasi baru dan meningkatnya permintaan untuk ekspor. b. Adanya tambahan investasi berupa investasi baru dan perluasan sebesar Rp. 790 miliar oleh 9 perusahaan alas kaki PMA pada tahun 2007 yang berorientasi ekspor dan menyerap 16.500 tenaga kerja baru. c. Ekspor alas kaki rata-rata naik 10,6 persen per tahun dan pada tahun 2007 nilai ekspornya sebesar US$ 1,6 miliar dari sebelumnya tahun 2004 US$ 1,3 miliar.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 67

Akuntabilitas Kinerja

9. Industri Pengolahan Kelapa Sawit Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Mengadakan pertemuan secara intensif antara pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah dan industri CPO serta industri hilirnya. b. Memberdayakan working group melalui FGD. c. Melakukan kajian pengembangan infrastruktur untuk mendukung

pengembangan klaster industri CPO di Sumatera Utara. d. Menyusun blueprint pengembangan industri oleokimia. e. Mendorong pengembangan industri permesinan dalam rangka

pengembangan klaster industri CPO. f. Meningkatkan pasokan CPO/PKO melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal perkebunan sawit dan mengutamakan pasokan industri dalam negeri. g. Secara aktif berpartisipasi dalam Roundtable on Suistanable Palm Oil, suatu forum yang bertujuan untuk mendorong pengembangan industri kelapa sawit yang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan

berkelanjutan. 1) Menetapkan produk prioritas oleokimia yang prospektif dikembangkan di masa mendatang. 2) Mengenakan pungutan ekspor untuk CPO, CPKO dan beberapa produk turunannya. 3) Sosialisasi, identifikasi dan forum komunikasi dengan stakeholder klaster CPO terutama di daerah pengembangan klaster yaitu di Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Timur. Hasil yang telah dicapai diantaranya: a. Tersusunnya Business Plan Nasional Industri Hilir Kelapa Sawit. b. Tersusunnya AMDAL, FS dan Business Plan Industri Hilir Kelapa Sawit di Sei Mangke (Sumut), Kuala Enok dan Dumai (Riau) serta Maloy (Kalimantan Timur).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 68

Akuntabilitas Kinerja

c. Pemberian bantuan peralatan pilot project pengolahan produk turunan minyak sawit. 10. Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan produsen karet dan industri turunan karet. b. Memberdayakan Discussions). c. Memfasilitasi peningkatan pasokan gas bumi untuk industri sarung tangan. d. Upaya untuk memasukkan perizinan industri crumb rubber dengan persyaratan khusus. e. Menerapkan SNI Wajib Selang Karet untuk kompor gas, beberapa jenis ban yaitu: ban mobil penumpang, ban kendaraan untuk truk dan bus, ban truk ringan dan ban dalam kendaraan bermotor. f. Mengirim Surat Edaran kepada seluruh Gubernur produsen bahan olahan karet untuk membina petani/industri agar memenuhi SNI crumb rubber. g. Bantuan alat dalam rangka pengembangan klaster industri barang karet di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. h. Fasilitasi pengembangan klaster industri barang karet di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Hasil yang telah dicapai, diantaranya : a. Tersusun roadmap Industri Pengolahan Karet. b. Berfungsinya Tim Klaster Industri Karet dan Pengolahan Karet di Pusat dan Daerah (Sumatera Utara). c. Pemetaan potensi pasar dalam negeri dan industri permesinan dalam mendukung pengembangan industri barang karet. working group melalui FGD (Focused Group

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 69

Akuntabilitas Kinerja

11. Industri Kakao dan Coklat Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Memfasilitasi pembentukan kelembagaan/working group industri

pengolahan kakao melalui forum komunikasi industri pengolahan kakao dengan melibatkan instansi terkait seperti pelaku usaha dan petani kakao, asosiasi AIKI, Puslitkoka Jember, Kementerian Pertanian, Perguruan Tinggi dan Perbankan. b. Memfasilitasi kerjasama dalam penyediaan bahan baku industri

pengolahan kakao. c. Melaksanakan koordinasi mengenai dampak positif pemberlakuan kebijakan Bea Keluar (BK) dalam pengembangan industri kakao. d. Promosi dan fasilitas pengembangan industri pengolahan kakao dan coklat. e. Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan kakao dalam rangka mendukung kompetensi inti industri. f. Kajian pengembangan kawasan industri kakao di wilayah Luwuk Raya. Hasil yang telah dicapai, antara lain: a. Terjalinnya kemitraan sinergis antara pemerintah, pengusaha dan petani untuk meningkatkan nilai tambah ekonomis industri pengolahan kakao di Palu Propinsi Sulawesi Tengah. b. Terwujudnya rumusan rencana aksi penguatan dan pengembangan klaster industri pengolahan kakao. c. Meningkatnya nilai tambah produk olahan kakao sesuai SNI untuk memacu peningkatan utilisasi produksi kakao nasional. 12. Industri Pengolahan Kopi Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani kopi, produsen dan pedagang kopi/eksportir. b. Meningkatkan mutu bahan baku kopi melalui bantuan unit peralatan pengolahan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 70

Akuntabilitas Kinerja

c. Membentuk dan memberdayakan working group di Lampung. d. Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD. e. Mensosialisasikan roadmap Industri Pengolahan Kopi. f. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan kopi. g. Partisipasi pada International Coffee Organization (ICO) dan Common Fund for Commodities (CFC). Hasil yang telah dicapai, antara lain: a. Meningkatnya mutu produk industri kopi olahan melalui bantuan mesin/peralatan pengolahan kopi. b. Telah terbentuk Forum Komunikasi yang beranggotakan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Kementerian Pertanian, Balai Besar Industri Agro-Bogor, Perguruan Tinggi, PP Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, GAPMMI, Dunia Usaha yang senantiasa mengadakan pertemuanpertemuan periodik guna meningkatkan kerjasama dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. c. Meningkatnya koordinasi dan sinergi antara pengembangan industri pengolahan kopi. d. Partisipasi pada International Coffee Organization (ICO) dan Common Fund for Commodities (CFC). 13. Industri Gula Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Peremajaan permesinan PT. Barata Indonesia dan PT. Boma Bisma Indra (BBI) guna mendukung pengadaan mesin peralatan untuk revitalisasi pabrik gula yang diharapkan akan meningkatkan kapasitas foundry sehingga mampu mendukung permintaan peningkatan kapasitas pabrik gula melebihi 10.000 TCD dan 4 furnace siap dioperasikan bersamaan. Boiler Pabrik Gula dapat dipabrikasi di PT. Barata Indonesia dimana sebelumnya pabrikasi sebagian besar dilakukan di luar negeri dan instalasi dilakukan di lokasi. Sementara itu, bantuan mesin peralatan kepada PT. BBI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengecoran dari besi tuang ke baja tuang, meningkatkan

stakeholders dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 71

Akuntabilitas Kinerja

kemampuan produksi peralatan pabrik gula dari molen roll ke peralatan lainnya; b. Pelaksanaan pilot project di 8 pabrik gula dalam rangka peningkatan kemampuan proses produksi gula dan efisiensi penggunaan energi; c. Pelaksanaan program stimulus berupa bantuan peremajaan mesin dan

peralatan pabrik gula dengan subsidi bunga melalui potongan harga sebesar 10% dari harga mesin dan peralatan produksi dalam negeri; d. Penyusunan mesin dan peralatan dalam rangka optimalisasi dan amalgamasi pabrik gula existing khususnya pada PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT. RNI melalui penggantian mesin dan peralatan (untuk optimalisasi) dan pembangunan PG baru (untuk amalgamasi); e. Inventarisasi 56 calon investor yang berminat untuk pembangunan perkebunan tebu dan pabrik gula baru; f. Penyusunan business plan pendirian industri gula baru pada 4 (empat) wilayah/provinsi; g. Penyusunan daftar komponen mesin dan peralatan yang dapat diproduksi di dalam negeri untuk mendukung revitalisasi pabrik gula.

Beberapa permasalahan pokok dalam pengembangan industri gula, antara lain adalah: a. Pabrik Gula (PG) yang berada di Pulau Jawa, berumur relatif tua, sehingga kapasitas giling dan rendemen rendah. b. Kemampuan PG untuk melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan sangat terbatas, mengingat terbatasnya struktur permodalan. c. Hampir semua PG di Pulau Jawa sangat tergantung pada petani tebu dengan lahan dan produktivitas yang terbatas. d. Pabrik gula rafinasi yang ada (5 pabrik) seluruhnya masih menggunakan bahan baku (raw sugar) impor. e. Industri gula rafinasi juga belum berproduksi secara optimal (utilisasi kapasitas sekitar 70% pada tahun 2009). f. Pangsa pasar industri kecil dan industri rumah tangga merupakan grey area yang sering kali menyebabkan industri gula putih mendapat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 72

Akuntabilitas Kinerja

kesulitan dalam menjual produknya karena kalah bersaing dengan gula rafinasi. 14. Industri Pengolahan Tembakau Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Meningkatkan mutu bahan baku tembakau dan meningkatkan efisiensi proses pengolahan bahan baku. b. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan tembakau melalui pemberdayaan working group dan FGD. c. Sosialisasi roadmap Industri Tembakau. Roadmap ini kemudian telah diacu oleh Kementerian Pertanian untuk membuat roadmap

pengembangan Tembakau, roadmap pengembangan cengkeh, dan oleh Kementerian Keuangan dalam perumusan dan penetapan kebijakan pengenaan cukai. Lebih lanjut roadmap ini menjadi rujukan baik dari kalangan pemerintah maupun dunia usaha sehingga tahapan

pengembangan industri rokok ke depan lebih jelas dan pasti. d. Inisiasi penyusunan RUU Pengendalian Dampak Tembakau yang komprehensif dan integratif. e. Meningkatkan pengendalian produk rokok ilegal di beberapa lokasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Sumatera Utara melalui penyuluhan dan pembinaan industri kecil rokok dan kelompok petani tembakau. f. Peningkatan efesiensi pengolahan tembakau virginia flue cured dengan bahan bakar selain minyak tanah melalui bantuan mesin/peralatan di Kabupaten Lombok Propinsi NTB. g. Koordinasi pelaksanaan verifikasi dan sertifikasi mesin pelinting sigaret rokok. Hasil yang telah dicapai, antara lain: a. Tersedianya/terealisasinya peralatan tungku flue cured dengan bahan bakar selain minyak tanah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 73

Akuntabilitas Kinerja

b. Kemitraan telah berjalan baik melalui pola kemitraan langsung mulai dari penyiapan benih, pembibitan, penanaman, perawatan panen,

pengomprongan (pemanas flue cured), sortasi sampai dengan jaminan pembelian. c. Telah terjalinnya kemitraan antara produsen tembakau dengan Industri rokok. Industri rokok yang telah melakukan kemitraan diantaranya adalah: PT. Gudang Garam, PT. H.M. Sampoerna, PT. Djarum, PT. BAT Indonesia, PT. Philip Morris Indonesia dan PT. STTC (Sumatera Tobacco Trading Company). d. Meningkatnya pengendalian produk rokok ilegal dan pengendalian penggunaan cukai ilegal baik melalui penyuluhan dan pembinaan industri kecil rokok dan kelompok petani tembakau maupun penindakan secara hukum. e. Tersedianya data perusahaan industri rokok yang sudah mendaftarkan mesin pelinting rokok yang dimiliki. 15. Industri Pengolahan Buah Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan buah. b. Revisi/penyusunan SNI dan pengawasan SNI wajib industri pengolahan buah. c. Memberdayakan working group industri pengolahan buah di Jawa Barat. d. Memberdayakan Forum Komunikasi melalui FGD. e. Melakukan sosialisasi dan rapat koordinasi dengan para stakeholder baik di pusat maupun di daerah (Bandung, Kuningan, Cirebon, Makasar dan Mamuju). Hasil yang telah dicapai, diantaranya : a. Tercapainya peningkatan koordinasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah dengan para stakeholder. b. Tersusunnya konsep revisi SNI buah olahan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 74

Akuntabilitas Kinerja

16. Industri Furniture Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Fasilitasi pusat desain furniture kayu di Jepara dan furniture rotan di Cirebon. b. Evaluasi Permendag No. 36/M-DAG/PER/8/2008 tentang ketentuan ekspor rotan yang menyatakan bahwa rotan W/S dari jenis rotan taman/sega (calamus caesius) dan irit (calamus trachycoleus). c. Evaluasi Permenkeu No. 616/PMK.03/2004 tentang pengenaan PPN sebesar 10% dan PPN BM sebesar 35% untuk impor barang contoh produk mebel, melibatkan isntansi terkait seperti Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai dan ASMINDO. d. Sosialisasi atas pemberlakuan Permendag No. 20/M-DAG/PER/5/2008 tentang ketentuan ekspor produk industri kehutanan. e. Harmonisasi tarif BM tahap II tahun 2005-2010 produk hasil hutan dan perkebunan. f. Penyusunan/penyempurnaan standar produk industri hasil hutan dan perkebunan meliputi Panitia Teknis Furniture dan Teknologi Kertas. g. Bekerjasama denga Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengkaji berbagai komposisi furniture yang mampu menghasilkan papan furniture berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. h. Fasilitasi/dukungan pembangunan terminal bahan baku kayu/rotan di Bitung Sulawesi Utara berupa bantuan alat mesin sawmil dan alat pengering kayu. i. Kajian master plan pembangunan terminal bahan baku kayu di Jawa Timur. j. Penyusunan rules of origin (ROO) produk industri furniture kayu dan rotan. Hasil yang telah dicapai, antara lain: a. Terbitnya PMK No. 241/PMK.011/2010 tentang perubahan ke empat atas peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.01/2006 tentang penetapan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 75

Akuntabilitas Kinerja

sistem klasifikasi barang dab pembebanan tarif bea masuk atas barang impor. b. Tersedianya buku pedoman pembuatan laminat yang ramah lingkungan dari kertas dekoratif untuk industri furniture. c. Pemanfaatan kayu alternatif sebagai bahan baku industri pengolahan kayu (asal limbah hasil perkebunan) telah dimanfaatkan. d. Dimanfaatkannya preferensi tarif yang telah disepakati dalam rangka meningkatkan ekspor Indonesia ke negara-negara yang bekerjasama dengan Indonesia. 17. Industri Kertas Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Terlaksananya pertemuan fasilitasi dan koordinasi pengembangan industri pulp, kertas dan percetakan. b. Memfasilitasi dilakukan kerjasama pengembangan kemitraan usaha dan jaringan kerja industri kertas dengan industri barang-barang dari kertas (publikasi, percetakan, industri grafika lainnya). c. Pengumpulan data dengan melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui potensi pengembangan industri pulp dan kertas. d. Peningkatan kompetensi SDM industri kemasan karton. e. Pelatihan manajemen energi pada industri pulp dan kertas. f. Pemetaan industri kemasan karton (kotak karton gelombang). g. Penyusunan pedoman pembuatan laminat yang ramah lingkungan dari kertas dekoratif. Hasil yang telah dicapai, antara lain: a. Terciptanya iklim industri yang kondusif yang dapat mendorong berkembangya industri pulp, kertas dan percetakan. b. Terbaharuinya data industri pulp dan kertas. c. Terlatihnya SDM industri kemasan karton di Medan Sumatera Utara sebanyak 30 orang dan di Bogor Jawa Barat sebanyak 30 orang peserta. d. Meningkatnya mutu dan nilai tambah produk industri kemasan karton.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 76

Akuntabilitas Kinerja

e. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan terhadap sistem manajemen energi di industri pulp dan kertas. f. Tersedianya informasi industri kemasan karton yang lengkap dan akurat. g. Meningkatnya penggunaan laminat yang ramah lingkungan dari kertas dekoratif. 18. Industri Kendaraan Bermotor Perkembangan industri kendaraan bermotor di Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat baik sehingga memberikan rasa optimis untuk dapat melangkah lebih jauh. Perkembangan ini diperkirakan akan bergerak terus dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini telah terdapat 20 perusahaan industri perakit kendaraan bermotor roda empat, 40 perusahaan perakit kendaraan bermotor roda dua, yang didukung oleh sekitar 345 perusahaan industri komponen yang memproduksi berbagai jenis komponen mulai dari komponen universal sampai komponen utama seperti mesin dan transmisi. Produksi kendaraan bermotor roda empat pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 700.000 unit, mengalami peningkatan sebesar 50,5% bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 464.816 unit. Namun untuk nilai ekspor sampai dengan bulan April mengalami penurunan sebesar US$ 407.272,3 atau 59,6% dibanding tahun 2009 dan nilai impor sampai dengan bulan April mengalami penurunan 41,6% dari US$ 2,206 juta menjadi sebesar US$ 1,287 juta. Pertumbuhan pasar domestik produk industri otomotif khususnya untuk kendaraan bermotor roda-4 pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup tajam. Selama tahun 2010 hingga bulan Agustus penjualan mencapai 422.757 unit, atau terjadi peningkatan sebesar 60,12 persen dibanding penjualan pada periode yang sama tahun 2009 yakni sebesar 304.453 unit. Sejalan dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang cukup menggembirakan, kegiatan ekspor produk industri otomotif juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai ekspor produk komponen otomotif tahun 2010 sampai dengan bulan Maret mencapai US$ 777,1 juta, naik sebesar 36,5 persen dibanding tahun 2009. Beberapa produk kendaraan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 77

Akuntabilitas Kinerja

bermotor utuh (CBU) yang telah masuk ke pasar global diantaranya adalah Toyota (Avanza dan Innova), dan Daihatsu, dengan perkiraan volume ekspor sebesar 60.000 unit/tahun. Sedangkan untuk kendaraan bermotor roda dua pada tahun 2010 produksi mencapai 7.000.000 unit, meningkat sebesar 1.115.979 unit atau sebesar 18,9% dibanding tahun 2009, nilai ekspor sampai dengan bulan April mengalami penurunan US$ 31.111,7 atau 66,6% dan nilai impor untuk bulan yang sama mengalami penurunan sebesar US$ 25.585,9 atau 61,4% dibandingkan tahun 2009. Dengan memanfaatkan pasar domestik sebagai Base Load diharapkan industri otomotif nasional dapat lebih berperan sebagai salah satu basis produksi otomotif di ASEAN, khususnya untuk kendaraan MPV dan menjadi produsen ke-3 terbesar kendaraan bermotor roda dua di dunia setelah China dan India. Berbagai upaya telah dilakukan agar industri kendaraan bermotor dalam negeri lebih kompetitif diantaranya melalui pemberian fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku pembuatan komponen dalam negeri, penurunan PPn-BM, pemberian bantuan bimbingan peningkatan produktivitas kepada industri-industri komponen dengan

memanfaatkan bantuan asing maupun dengan menggunakan tenaga-tenaga dari dalam negeri. Dari sisi penguasaan teknologi, industri kendaraan bermotor dalam negeri khususnya kendaraan bermotor roda dua telah mampu menghasilkan produk sepeda motor yang benar-benar dirancang dan direkayasa sepenuhnya oleh perusahaan dan tenaga ahli Indonesia, yaitu oleh PT. Kanzen Motor Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Secara umum pengembangan industri kendaraan bermotor nasional masih mengalami berbagai kendala diantaranya lemahnya dukungan industri pendukung seperti industri bahan baku dan komponen dalam negeri keterbatasan kemampuan design & engineering serta lemahnya infrastruktur penunjang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 78

Akuntabilitas Kinerja

19. Industri Perkapalan Industri perkapalan atau galangan kapal merupakan industri yang memiliki keterkaitan yang sangat luas baik ke industri hulunya maupun ke industri hilirnya sehingga dikategorikan sebagai industri strategis dan merupakan industri masa depan yang mempunyai prospek yang cerah. Saat ini terdapat sekitar 250 perusahaan industri perkapalan/galangan kapal yang

mampu memproduksi kapal baru dan memperbaiki/reparasi kapal. Meskipun jumlah perusahaan cukup banyak, namun sebagian besar hanya mampu membangun dan mereparasi kapal-kapal berukuran kecil atau kurang dari 10.000 DWT serta mesin/peralatan produksinya relatif sudah tua. Industri galangan kapal dalam negeri memiliki fasilitas produksi terbesar berupa dok gali (graving dock) dengan kapasitas 150.000 DWT yang dapat dipergunakan untuk membangun kapal baru maupun untuk

memperbaiki/reparasi kapal. Pengalaman industri galangan kapal dalam negeri membangun kapal baru berbagai jenis, tipe dan ukuran sampai dengan ukuran/kapasitas 50.000 DWT. Dalam empat tahun terakhir industri galangan kapal mengalami perkembangan yang menggembirakan dimana terjadi pertumbuhan investasi yang sangat pesat khususnya di Kep Riau dan Batam yang sampai saat ini telah mencapai sekitar 87 perusahaan. Hal ini disebabkan karena iklim investasi (insentif fiskal dan tata niaga) yang dikembangkan di Pulau Batam, Bintan, dan Karimun (Bonded Zone / Kawasan Berikat, dan KEK / Kawasan Ekonomi Khusus) menarik minat investor asing, juga karena pulau Batam dekat dengan sumber bahan baku/perdagangan, yaitu Singapura. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan investasi industri galangan kapal cukup besar adalah dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional yang intinya adalah penerapan azas, yang didalamnya juga diamanatkan pengembangan industri perkapalan nasional untuk mendukung pelaksanaan pemberdayaan industri pelayaran nasional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 79

Akuntabilitas Kinerja

Dalam rangka mendorong pengembangan industri perkapalan nasional untuk mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2005, Kementerian Perindustrian telah mengambil langkah-langkah kebijakan antara lain: Pengembangan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional/ PDRKN (National Ship Design and Engineering Centre-NASDEC) yang merupakan hasil kerjasama antara Departemen Perindustrian dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember / ITS, dan telah diluncurkan pada tanggal 24 April 2006 di Surabaya. Pada tahun 2009, PDRKN / NASDEC sudah dilengkapi peralatan hardware dan software dan telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mendesain kapal. Memfasilitasi pengembangan kawasan khusus industri perkapalan berlokasi di kabupaten Karimun dan kajian potensi kawasan industri galangan kapal di Jawa Tengah. Sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 2 tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah ditandatangani MOU antara Dep.Perindustrian dengan BP Migas pada tanggal 21 Agustus 2009 tentang Penggunaan Kapal dan Bangunan Lepas Pantai Produksi Dalam Negeri untuk menunjuk kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 20. Industri Kedirgantaraan Secara umum saat ini kinerja PT. Dirgantara (PT. DI) mengalami perkembangan yang relatif lebih baik. Perkembangan kinerja yang baik ini merupakan hasil dari pelaksanaan program restrukturisasi perusahaan yang meliputi : a. Perubahan visi dan misi perusahaan yang semula Agent of Technology berubah menjadi Business Oriented. b. Restrukturisasi Tenaga Kerja. c. Restrukturisasi Keuangan antara lain: stop bleding, menyelesaikan program-program terkontrak. d. Peningkatan efisiensi dan produktifitas. e. Refocusing lini usaha perusahaan dari semula 28 unit usaha menjadi 5 unit usaha, sehingga diperlukan penyesuaian bentuk organisasi perusahaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 80

Akuntabilitas Kinerja

Dengan berhasilnya pelaksanaan program restrukturisasi tersebut, maka bangun dasar perusahaan akan lebih kokoh sehingga dapat melakukan kegiatan usahanya secara komersial sepenuhnya. Saat ini kondisi keuangan PT. DI secara umum telah jauh lebih baik, ditandai oleh adanya Cash Flow perusahaan yang positif, terjadinya penghematan diberbagai sektor sebesar kurang lebih 60% total kewajiban pembiayaan/pengeluaran sebelum dilakukan restrukturisasi. Program restrukturisasi PT. DI dibidang tenaga kerja yang dilaksanakan secara konsisten telah berhasil mengurangi jumlah tenaga kerja disamping sekaligus menerapkan program-program dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktifitas. Jumlah tenaga kerja yang semula sekitar 9.600 orang berkurang hingga saat ini totalnya menjadi 3.400 orang. Dengan dukungan fasilitas produksi yang meliputi 232 unit mesin peralatan termasuk beberapa unit Machining Centre, CNC Machine dan lainlain mesin peralatan canggih, PT. DI sejauh ini telah berhasil memenuhi berbagai pesanan antara lain dari Pakistan, Airbus, Boeing, disamping untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri. Saat ini produksi PT. DI, meliputi : Pesawat Terbang: CN-235, dan N-250 sedangkan N- 2130 saat ini baru mencapai tahap perancangan. Helicopter: NBO-105 (lisensi MBB-Jerman), NAS-332 (AerospatialeJerman), dan NBELL-412 (lisensi Bell-USA). Peralatan Hankam: berbagai macam produk senjata ternasuk Roket, Torpedo, masing-masing dengan lisensi dari Belgia dan Jerman. Serta jasa-jasa perawatan dan perbaikan. Kemampuan Engineering, dan keberhasilan Quality dalam penguasaan Design and

Manufacturing,

Assurance,

Product

Support,

Maintenance dan Overhaul yang merupakan State of The Art of Technology dari PT. DI telah mendapat pengakuan atau approval dari dalam dan luar negeri, antara lain, Engineering Aproval : JAA European untuk Aircraft CN-235 Kementerian Perhubungan III - 81

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

IMAA untuk CN-235, N-212, NAS-232, NBO-105 Quality Assurance Approval Military Equipment dari General Dynamic-USA Fabrication Approval Aircraft Services Approval dan Engine Maintenance Approval 21. Industri Elektronika Industri elektronika adalah Industri yang menghasilkan barang-barang/ peralatan elektronika dan komponennya untuk memenuhi kebutuhan hiburan, rumah tangga, perangkat/peralatan elektronika profesional, industrial, dan bisnis. Pada saat ini industri elektronika berjumlah 260 perusahaan dengan nilai investasi sebesar US$ 515 juta, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 284.000 orang. Industri elektronika merupakan penyumbang devisa terbesar no 2 (dua) setelah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Adapun pelaku ekspor produk elektronika tersebut adalah perusahaan-perusahaan Panasonics, Sanyo, LG,

multinasional dari Jepang dan Korea seperti Samsung, Toshiba, Sharp dan JVC.

Sejalan dengan perkembangan teknologi maka perusahaan-perusahaan elektronika telah mengarahkan produknya kearah digitalisasi, seperti TV

LCD / Plasma, Mesin Cuci Automatic, AC diatas 2 PK dan Kulkas diatas 230 liter. Demikian juga dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan telah diproduksi produk-produk ramah lingkungan seperti AC, mesin cuci, lampu LHE dan lemari pendingin. Disamping itu dalam rangka pengembangan teknologi juga telah dilakukan kerjasama antara Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi. Industri komponen elektronika di Indonesia kebanyakan berlokasi di Pulau Jawa (Jabotabek, JawaTengah, Jawa Barat, Jawa Timur) dan sebagian di P. Batam. Namun demikian sebagian besar industri komponen elektronika yang berorientasi ekspor, seperti LCD, cell phone, computer driver, semi conductor dan IC berlokasi di Batam. III - 82

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

22. Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya) Kondisi Industri Telematika saat ini sudah cukup menggembirakan dimana lingkup industri telematika (TIK) itu sendiri terdiri dari: hardware (komputer, peripheral, peralatan telekomunikasi, transmisi, terminal, hub, switches dll), software, dan content multimedia. Sedangkan Teknologi telekomunikasi sudah dikuasai oleh industri dalam negeri seperti perangkat terminal, peralatan transmisi dan switching dan produk-produk yang bermigrasi dari nomadic ke digital, selain itu kemampuan teknologi industri pendukung seperti pembuatan solar cell, antena, repeater dan tower telekomunikasi juga telah dikuasai oleh industri dalam negeri, begitu juga untuk Wifi dan Wimax merupakan potensi terbaru yang mampu dibuat oleh beberapa pabrikan dalam negeri. Sedangkan Industri pendukung

telekomunikasi, seperti industri kabel optik sebanyak 7 perusahaan dengan kapasitas terpasang 930.000 fiber-km pertahun dengan TKDN mencapai 80%. Pelaku software di Indonesia mencapai lebih dari 250 komunitas dengan software developer lebih dari 63.000. Produk-produk aplikasi yang dihasilkan: financial management, geographical information system, inventory, office animation, multimedia presentation, executive information system, internet, intranet dll. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, bahwa Industri Kreatif Informasi dan Komunikasi (industri software, animasi dan konten) telah ditetapkan sebagai basis industri manufaktur untuk dikembangakan dalam pengembangan klaster industri prioritas. Dan telah ditetapkan panduan pengembangannya melalui roadmap industri kreatif. Untuk mendukung industri kreatif tersebut, khususnya industri animasi saat ini sedang dikembangkan pusat pengembangan industri animasi di Cimahi bekerjasama dengan Pemkot Cimahi. Diharapkan pilot project tersebut dapat mendukung pengembangan industri animasi Nasional. Ada beberapa tantangan di dalam pengembangan industri telematika yang dihadapi antari lain: Lingkungan usaha belum kondusif (kepastian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 83

Akuntabilitas Kinerja

hukum, konsistensi kebijakan dan masalah ketenagakerjaan), Dukungan R&D dan transfer teknologi masih lemah, karena terbatasnya pembiayaan, belum tersedianya SNI untuk sistem keamanan bagi produk telematika, pasar ekspor masih terbatas, Ketergantungan barang modal, komponen dan bahan baku impor masih tinggi, terbatasnya SDM yang professional, berbasis teknologi informasi belum dikembangkan Potensi usaha secara optimal

(misal: Industri Animasi) dan tingginya tingkat pembajakan produk piranti lunak. Industri Telekomunikasi dalam negeri akan terus ditingkatkan kompetensinya di bidang R&D, Manufacturing & Engineering Services,

antara lain dengan akan dibangunannya pusat desain produk telekomunikasi. Untuk 5 tahun kedepan nilai belanja modal (Capex) peralatan Telekomunikasi dalam negeri mencapai sekitar Rp. 150 triliun. Namun peluang pasar yang sangat potensial tersebut, baru 3 persen nya saja dibelanjakan untuk produk industri telekomunikasi dalam negeri. Adapun pertumbuhan Industri Telematika tahun 2010 sebesar 12,5% naik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2009 sebesar 10,10% (Sumber: BPS diolah Kemenperin). Untuk Nilai Ekspor yang pada tahun 2009 senilai US$. 1,412 miliar mengalami kenaikan menjadi 1,44 miliar pada tahun 2010. Nilai Produksi Industri Telematika yang pada tahun 2009 sebesar Rp. 3,6 Triliun, naik menjadi menjadi Rp. 7,28 Triliun pada tahun 2010. Penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008 tercatat 65 ribu orang, mengalami penurunan menjadi 11.601 orang pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan jumlah penyerapan menjadi 12.107 orang pada tahun 2010. Adapun Utilisasi di tahun 2008 sebesar 68,4%, mengalami penurunan ditahun 2009 menjadi 65,1% dan naik kembali menjadi 72% di tahun 2010. 23. Industri Fashion Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Menyusun buku Tren Fashion Tahun 2009 2010 dan 2010 2011. b. Melakukan pelatihan pengembangan Industri Kreatif Fashion di 2 (dua) wilayah (Bandung dan Yogyakarta) pada tahun 2009 dan 7 (tujuh) wilayah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 84

Akuntabilitas Kinerja

(NTB, Bali, Makasar, Semarang, Yogyakarta, Banten, Surabaya) pada tahun 2010. c. Mengadakan Fashion Show di Yogyakarta pada tahun 2009, Fashion Show di PRJ Kemayoran dan Fashion Show di Shanghai, China, pada tahun 2010. d. Ikut serta dalam berbagai pameran produk fashion dan kerajinan di dalam dan luar negeri.

Hasil yang telah dicapai, diantaranya: a. Terselesaikannya buku Trend Fashion Tahun 2009 2010 dan 2010 2011 sebagai panduan tren mode para pelaku fashion sekaligus media promosi/publikasi produk fashion khas Indonesia. Buku tersebut juga dibagikan kepada para peserta di setiap pelatihan yang diadakan di tahun 2009 dan 2010. b. Terlatihnya 30 perajin barang-barang fashion di Bandung dan Yogyakarta pada tahun 2009. c. Terlatihnya 140 perajin barang-barang fashion yang tersebar di NTB, Bali, Makasar, Semarang, Yogyakarta, Banten, Surabaya pada tahun 2010. d. Meningkatnya promosi dan pemasaran para perajin produk fashion yang mengikuti Fashion Show di Yogyakarta pada tahun 2009, Fashion Show di PRJ Kemayoran dan Fashion Show di Shanghai, China, pada tahun 2010. e. Menguatnya jalinan kerjasama para perajin produk fashion yang mengikuti pameran di dalam negeri (Yogyakarta, Jakarta) dan di luar negeri (Dubai, Malaysia, Hongkong, China, dan Jepang). 24. Industri Kerajinan dan Barang Seni a. Lokus : Pekalongan, Kudus dan Pasuruan (Baru) Langkah-langkah yang telah dilakukan: Melakukan Diagnosis Klaster Bordir dan Sulaman

Hasil yang telah dicapai : Hasil pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Pengembangan Klaster Kerajinan Bordir dan Sulaman untuk 3 Lokus Pekalongan, Kudus dan Pasuruan dapat dilihat pada table 3.33. III - 85

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.33 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Pengembangan Klaster Kerajinan Bordir dan Sulaman untuk Lokus Pekalongan, Kudus, dan Pasuruan Elemen Kunci Aglomerasi Nilai Tambah dan Rantai Nilai Jaringan Pemasok Infrastruktur Ekonomi Rata-rata (%) Pekalongan (%) 70 85 50 90 73,75 Kudus (%) 65 80 30 80 63,75 Pasuruan (%) 60 90 32 85 66,75

Kesimpulan: 50 80 Termasuk Kategori layak untuk dilaksanakan pembinaan melalui Pengembangan Klaster Industri. b. Lokus : Tasikmalaya Langkah-langkah yang telah dilakukan: 1) Focus Group Discussion (FGD) I a) Promosi Produk Bordir b) Pelatihan desain kreatif c) Fashionshow 2) Focus Group Discussion (FGD) II a) Pelatihan teknis desain bordir b) Fasilitasi promosi melalui event event pameran c) Meningkatkan mutu produk bordir dan sulaman d) Memperkuat jaringan usaha 3) Focus Group Discussion (FGD) III a) Pengembangan desain b) Workshop Etika bisnis c) Fashionshow dan pameran khusus bordir d) Pendampingan Akses Pendanaan P3M e) Pembangunan Rest Area Urug di Kecamatan Kawalu

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 86

Akuntabilitas Kinerja

Hasil yang telah dicapai : 1) Focus Group Discussion (FGD) I a) Kegiatan pagelaran bordir terpanjang di dunia ditunda sampai tahun 2011, b) Kewajiban pakai bordir bagi pekerja pada hari tertentu, telah disampaikan pula pada SKPDPEMDA Tasikmalaya, c) Telah dilaksanakan pelatihan desain kreatif untuk 20 pengusaha bordir anggota Klaster, merupakan realisasi rencana aksi yang disepakati pada FGD III, tahun 2009 (APBD), d) Hasil kerajinan bordir peserta pelatihan desain kreatif di tampilkan pada fashionshow di Kota Tasikmalaya, tahun 2010 2) Focus Group Discussion (FGD) II a) Perancangan Desain Bordir 5 Desain Pakaian Pria dan 5 Desain Pakaian Wanita & Cendramata b) Event Pameran dan Promosi yang telah diikuti : OTDW di Taman Mini, Festival Bordir di Taman Mini, Sapeuting Tasikmalaya di

Taman Mini, Pameran di Pekanbaru. Pasang Giri Tari Payung, Kelompok Penggerak Pariwisata Bordir, Pengiriman Misi

Kesenian ke TMII, Heleran Jempana, Tasikmalaya Trade & Culture Festival (TTCF). c) Penerapan GKM (Gugus Kendali Mutu) dimulai sejak bulan April 2010 d) Pembuatan website : Program KREASIK (Kreatif Tasik) sudah online website www.kreasik.com, Trading House Kampung Tasik sudah online website www.lacedress-indonesia.com. 3) Focus Group Discussion (FGD) III a) Menyiapkan tenaga ahli desainer untuk membantu pengusaha /perajin bordir untuk menyediakan desain-desain dengan berbagai fitur-fitur yang dibutuhkan pengusaha bordir dan sulaman Kota Tasimalaya b) Pelaksanaan Woorkshoop Etika Bisnis di Tasikmalaya

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 87

Akuntabilitas Kinerja

c) Festival dan Pameran khusus bordir dilaksanakan pada tanggal 2425 April 2010 pada Tasikmalaya Trade & Culture Festival (TTCF) d) Pada Worshop di Kota Tasikmalaya pada akhir Nopember 2009 telah disepakati, pihak P3UKM ikut berperan dalam penyediaan bantuan pembiayaan /kreditkepada pengusaha kerajinan bordir KotaTasimalaya. e) Pembangunan Rest Area Urug di Kecamatan Kawalu melibatkan instansi Dinas Kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga, bagian ekonomi Setda Kota Tasikmalaya, Perhutani, Tjiwulan Bordir. c. Lokus : Bukittinggi Langkah-langkah yang telah dilakukan 1) Focus Group Discussion (FGD) I a) Penguatan Kelembagaan b) Pengembangan jaringan Pasar c) Pengembangan desain dan produk d) Pelatihan Teknis 2) Focus Group Discussion (FGD) II a) Pengembangan Sarana dan Legalitas b) Perluasan Jaringan Pemasaran c) Penguatan Kelembagaan dan Teknologi d) Pengembagan Desain dan Produksi 3) Focus Group Discussion (FGD) II a) Pelatihan teknis desain bordir b) Fasilitasi promosi melalui event event pameran. 25. Industri Garam Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Melakukan diagnosis dan sosialisasi di 3 provinsi : Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2006. b. Sosialisasi, kolaborasi, dan implementasi di 3 provinsi : Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2007. III - 88

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

c. Melakukan kegiatan bimbingan dan sertifikasi SNI di Jawa Tengah, Jawa Timur pada tahun 2008. d. Melakukan kegiatan bimbingan dan sertifikasi SNI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2009. e. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan) pada tahun 2006. f. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan) pada tahun 2007. g. Memberikan bantuan mesin peralatan di Jawa Tengah (Kabupaten Rembang) pada tahun 2008. h. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Sampang (Jawa Timur), Kabupaten Rembang (Jawa Tengah), Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan) pada tahun 2009. i. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Rembang (Jawa Tengah), Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan) pada tahun 2010 j. Melakukan Focus Group Discussion/FGD di Bandung pada tahun 2010 dengan peserta: Disperindag Prov. Jawa Barat, Disperindag Prov. Jawa Tengah, Disperindag Prov. Jawa Timur, Disperindag Prov. Sulawesi Selatan, Disperindag Prov. NAD, Disperindag Prov. NTB, dan Disperindag Prov. NTT k. Pelatihan Teknis Pengolahan Garam di 3 Provinsi, Jawa Tengah - Kab. Pati, Jawa Timur - Kab. Sampang, Sulawesi Selatan - Kab. Jeneponto pada tahun 2010. Hasil yang telah dicapai, diantaranya : a. Hasil diagnosis yang telah dilakukan pada tahun 2006 terpilih tiga lokus untuk dijadikan klaster (Kab. Rembang, Kab. Sampang, dan Kab. Jeneponto). b. Adanya program kerjasama antar instansi pembina di 3 daerah tersebut di atas (tahun 2007). c. Bantuan bimbingan dan sertifikasi SNI pada tahun 2008 untuk Prov. Jawa Tengah (Kab. Rembang : PT Apel Merah, dan Kab. Pati : UD Garam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 89

Akuntabilitas Kinerja

Nasional,

UD.

Tito

Jaya

Manunggal).

Provinsi

Jawa

Timur

( Kab Sampang : PT Jaya Makmur Utama dan UD. Rotma Abadi). d. Bantuan bimbingan dan sertifikasi SNI pada tahun 2009 untuk Prov. Jawa Timur ( Kab Sampang : CV. Yuga Perkasa dan UD. Garda Madura). Provinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang : PT. Garam Mas dan UD. Tirto Samudra). Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto : Gunung Silanu dan Karya Hasram). e. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2006 untuk Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto : KSU Mekar Jaya dan KSU Halimun Jaya). f. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2007 untuk Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto : KSU Karya Bersama). g. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2008 untuk Provinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang : Kelompok Petani Tambak Garam Rakyat Suka Maju). h. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2009 untuk Provinsi Jawa Timur (Kab. Sampang: CV. Yuga Perkasa). Provinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang : UD. Apel Merah). Provinsi Kalimantan Selatan (Kab. Jeneponto: Gunung Silanu). i. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2010 untuk Provinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang : Kelompok Petani Tambak Garam Rakyat Lancar Jaya, Sidodadi Maju, Tani Bumi Mulyo, Mentari, Bugar Lestari, Sidomukti I, Sidomukti II, Sridadi, Sukamaju, Rezeki Abadi). Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto : KSU Halimun Jaya). j. Terciptanya koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan dan pengembangan garam antara aparat pembina baik di Pusat maupun di Daerah. Bertambahnya pengetahuan produsen garam terkait dengan ketentuan SNI Garam, peningkatan kualitas dan produksi garam melalui manajemen mutu lahan penggaraman serta sistem panen yang tepat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 90

Akuntabilitas Kinerja

26. Industri Minyak Atsiri Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Pelaksanaan Kegiatan Forum Penguatan Klaster Minyak Atsiri di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Klaster yang dikuatkan adalah klaster Pakpak Barat, Garut dan Banyumas. b. Workshop Penerapan Cultiva Minyak Atsiri di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat dan NAD. c. Pelaksanaan Konferensi Internasional Minyak Atsiri (IFEAT) di Shanghai, China. d. Pendampingan Tenaga Ahli pada lokasi klaster di Jawa Barat (Kab. Garut, Kab. Kuningan), Jawa Tengah (Kab. Banyumas), Jawa Timur (Kab. Blitar), Aceh (Kab. Aceh Besar), dan di Sumatera Utara (Pakpak Barat). e. Pelatihan Prosedur Ekspor bagi pelaku IKM Minyak Atsiri di Kab Garut. f. Pendirian Pilot Project Minyak Atsiri (akar wangi) melalui pengadaan dan pengoperasian boiler di Kab. Garut. g. Studi Banding ke Jerman dalam rangka pengembangan industri flavor dan fragrance di Indonesia. h. Berpartisipasi pada Konferensi Minyak Atsiri (IFEAT) di Maroko, Afrika Utara. Hasil yang telah dicapai, diantaranya: a. IFF pada tahun 2010 membeli 10 ton minyak nilam dari daerah cultiva Pasaman Barat. b. Terjalinnya kerjasama antara China-Indonesia-India Essential China dalam pengembangan Minyak Atsiri. dan Asosiasi

c. Terlatihnya 24 (dua puluh empat) petani dan penyuling IKM Minyak Atsiri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 91

Akuntabilitas Kinerja

F. AKUNTABILITAS KEUANGAN Anggaran DIPA yang disediakan untuk mendukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Perindustrian Tahun 2010 sebesar Rp 1.684.616.721.000 Sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2010, anggaran DIPA yang terserap sebesar Rp 1.422.216.526.000 atau 84,42 persen. Tidak tercapainya target realisasi anggaran sesuai yang ditetapkan disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut : 1. Adanya Penghematan anggaran kegiatan-kegiatan kementerian yang

dilaksanakan melalui lelang pengadaan barang dan jasa. 2. Adanya belanja pegawai yang belum terealisasi. 3. Ada beberapa anggaran belanja tambahan yang tidak terlaksana Alokasi DIPA dan realisasi penyerapan anggaran pada unit-unit kerja Eselon I, terlihat pada Tabel 3.34. Tabel 3.34 Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2010 Menurut Unit Kerja Eselon I NO Unit Kerja Eselon I 1 2 3 4 5 6 7 SETJEN DITJEN IAK DITJEN ILMTA DITJEN IATT DITJEN IKM ITJEN BPPI TOTAL Anggaran 374.769.938 177.188.921 345.276.777 81.567.813 349.240.899 19.908.000 336.664.373 1.684.616.721 Realisasi 325.567.777 155.262.267 288.493.638 74.748.744 258.895.238 19.807.020 299.441.842 1.422.216.526 Capaian 86,87 87,63 83,55 91,64 75,86 99,49 88,94 84,78

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 92

Akuntabilitas Kinerja

Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2010 berdasarkan program dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.35 Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2010 Menurut Program Jumlah Program Pagu Realisasi PROGRAM POKOK 1.439.736.054 1.211.345.351 693.100.350 PROGRAM PENATAAN STRUKTUR INDUSTRI 619.745.800 PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN 434.142.655 TEKNOLOGI INDUSTRI 359.864.684 PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL 312.493.049 DAN MENENGAH 231.734.867 PROGRAM PENUNJANG 216.910.002 244.880.667 PROGRAM PEMBENTUKAN HUKUM 6.338.188 8.000.000 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR NEGARA 6.778.601 8.162.600 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 88.325.536 105.310.095 PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR NEGARA 19.807.020 19.908.000 PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH 36.575.154 37.205.106 PROGRAM PENDIDIKAN TINGGI 59.085.503 66.294.866 JUMLAH 1.684.616.721 1.428.255.354

Kode 04.07.04 04.07.03 04.07.02 03.03.02 01.01.17 01.01.13 01.01.10 10.03.01 10.06.01

% 84,14 89,42 82,89 74,16 88,58 79,23 83,04 83,87 99,49 98,31 89,13 84,78

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 93

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Kementerian Perindustrian secara garis besar telah berhasil

melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tahun 2010. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi serta hasil sasaran strategis perspektif stakeholder yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut: 1. Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder berhasil dicapai

Kementerian Perindustrian dengan nilai rata-rata capaian sebesar 83,84 persen. Nilai ini belum sepenuhnya menggambarkan keberhasilan yang dicapai sebab masih terdapat beberapa indikator kinerja utama yang belum dapat diukur ketercapaiannya dikarenakan tidak tersedianya data. 2. Sasaran-sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi telah berhasil dicapai dengan nilai rata-rata capaian sebesar 155,70 persen. Seluruh sasaran yang ditetapkan sebagian besar dapat dicapai, bahkan beberapa diantaranya melampaui target, meskipun masih terdapat beberapa sasaran yang hasilnya belum sesuai dengan yang ditargetkan. 3. Belum seluruh sasaran strategis menunjukkan nilai capaian seperti yang diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap proses perencanaan program dan penganggaran dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 4. Dari sudut perspektif tugas pokok dan fungsi, Kementerian Perindustrian telah berhasil mencapai sasaran-sasarannya (155,70 persen), akan tetapi keberhasilan ini tidak serta merta berdampak pada tercapainya seluruh
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

IV - 1

Penutup

sasaran strategis perspektif stakeholder (tercapai 83,84 persen). Hal ini dapat saja disebabkan oleh 3 hal berikut: pertama, penetapan sasaran strategis perspektif stakeholder dan indikatornya terlalu tinggi sehingga terlalu sulit untuk dicapai. Kedua, penentuan sasaran strategis perspektif tupoksi beserta indikatornya justru yang kurang mendukung ketercapaian sasaran strategis perspektif stakeholder. Kemungkinan ketiga dan merupakan kemungkinan paling kuat adalah ketercapaian sasaran strategis perspektif stakeholder sangat tergantung dari dukungan institusi/lembaga terkait sehingga pelaksanaan tupoksi Kementerian Perindustrian saja belum cukup untuk menjadikan realisasi capaian sasaran-sasaran tersebut sesuai atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Untuk itu, ke depan Kementerian Perindustrian akan memperkuat koordinasi dan kerjasama pelaksanaan tugas dengan institusi/lembaga terkait lainnya. 5. Perubahan struktur organisasi Kementerian Perindustrian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, serta Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010 yang baru ditetapkan pada bulan Oktober mengakibatkan terdapat sasaran-sasaran yang belum tercapai secara maksimal pada tahun 2010. Kedepan, dengan struktur organisasi yang baru ini diharapkan dapat lebih optimal untuk mencapai sasaransasaran strategis dalam rangka memperkokoh basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. 6. Penetapan Kinerja diharapkan lebih berfokus pada sasaran-sasaran strategis yang berorientasi outcome, bukan hanya fokus pada kegiatan.

B. PERMASALAHAN DAN KENDALA Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan, khususnya bila dibandingkan dengan kinerja industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

IV - 2

Penutup

pada masa sebelum krisis multi dimensi pada tahun 1998. Berbagai masalah baik yang secara umum menghambat pertumbuhan industri, maupun yang secara khusus dihadapi oleh beberapa industri (penting) tertentu dipaparkan pada uraian di bawah ini. 1. Masalah Internal Industri a) Struktur industri masih belum kuat dan lengkap. b) Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan sama halnya dengan kemampuan produksi barang setengah jadi dan komponen, sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi. c) Masih terbatasnya populasi industri berteknologi tinggi. d) Kapasitas produksi masih kurang optimal. e) Penurunan kinerja di beberapa cabang industri akibat terpaan krisis global. f) Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan. g) Lemahnya penguasaan desain dan rancang bangun untuk

pembangunan industri. h) Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk industri untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri. i) Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia di pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, sehingga menyulitkan dalam proses fabrikasi dan manufacturing. j) Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah. 2. Masalah Eksternal Industri a) Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik, pasokan gas). b) Birokrasi yang belum pro-bisnis. c) Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan), walau pada tahun ini sudah menunjukkan perbaikan yang berarti. d) Masalah perburuhan (pesangon, premi jamsostek, UMR dan lainlain).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

IV - 3

Penutup

e) Masalah kepastian hukum. f) Insentif fiskal yang belum bersaing dibanding dengan yang ditawarkan oleh negara tetangga. g) Suku bunga perbankan yang masih tinggi. h) Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lainlain) yang sering kali menyulitkan dunia usaha. i) Kurangnya keberpihakan serta kesadaran masyarakat untuk

menggunakan produk dalam negeri. j) Belum tersedianya perbankan yang khusus ditunjuk pemerintah untuk pembangunan industri per sektor (misalnya: bank khusus untuk agro, untuk industri, untuk migas, untuk IKM, dan lain sebagainya), dengan tingkat bunga kompetitif. k) Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri lokal.

C. REKOMENDASI Agar kinerja yang dicapai dapat berkelanjutan, diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak untuk mewujudkan misi Kementerian Perindustrian. Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke depan, antara lain: 1. Peningkatan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pemantapan program pembangunan industri antar wilayah dalam penumbuhan klaster industri; 2. Menyelesaikan segera permasalahan-permasalahan yang menghambat investasi, diantaranya penanganan penyelundupan, rencana penerapan cukai produk, PPN produk primer, infrastruktur, ketersediaan gas, pemanfaatan bahan bakar, penyelesaian masalah lingkungan hidup, kenaikan BBM, konversi energi dan tarif listrik, pengaruh tarif dasar listrik terhadap industri, dan sebagainya. 3. Mendorong investasi baru dan perluasan industri melalui perbaikan iklim investasi, Sinkronisai Peraturan yang dikeluarkan oleh Pusat maupun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

IV - 4

Penutup

Daerah, perbaikan aturan kepabeanan, perpajakan dan ketenagakerjaan serta insentif investasi. 4. Mengembangkan kemampuan Industri Kecil dan Menengah yang berbasis SDA lokal. 5. Terus meningkatkan disiplin, tata kerja, kerjasama, koordinasi dengan berbagai pihak, profesionalisme dan good governance dalam rangka meningkatkan kinerja. 6. LAKIP digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan implementasi pada Rencana Kerja (Operational Plan), Rencana Kinerja (Performance Plan), Rencana Anggaran (Financial Plan), dan Rencana Strategis (Strategic Plan) pada masa-masa mendatang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

IV - 5

LAMPIRAN

Lampiran 1 DATA PEGAWAI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

REKAP DATA PEGAWAI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

NO. I

URAIAN Menurut Golongan Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I Jumlah Menurut Pendidikan S3 S2 S1 Sarmud/D3 SLTA SLTP SD Jumlah Menurut Umur >=56 51-55 46-50 41-45 36-40 31-35 26-30 <=25 Jumlah

Jumlah

968 4180 1019 104 6271

II

34 863 2460 582 1978 170 184 6271

III

184 1818 1402 529 355 704 881 398 6271

Lampiran 2 PENETAPAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Indikator Kinerja Output NO (1) I. Program Utama Sasaran Uraian (5) Target (6) Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Pulihnya Kinerja Industri Manufaktur setelah terkena imbas Krisis Global dan tumbuhnya kluster-kluster Industri manufaktur dan penggunaan produk dalam negeri Target (8) Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 324,013,233

(2) (4) Revitalisasi Penumbuhan dan Basis Industri Manufaktur

Lengkap dan menguatnya struktur a. industri b. c.

Berkembangnya klaster industri baja Berkembangnya klaster industri peralatan listrik Berkembangnya klaster industri mesin dan peralatan umum Peremajaan permesinan industri Terciptanya iklim usaha yang kondusif Berkembangnya kerjasama dan investasi industri material dasar dan permesinan

18 Entitas Laju pertumbuhan industri 21 Entitas Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional 38 Entitas

8.00 6.00

900,000 1,390,740 1,590,000

d. e. f.

158 Perusahaan 5 Usulan Kebijakan 5 Perusahaan

225,000,000 1,450,000 3,350,000

g.

Meningkatnya mutu produk industri material dasar dan permesinan h. Tumbuh dan berkembangnya industri alsintan i. Berkembangnya inkubator industri alsintan j. Fasilitasi pembangunan restrukturisasi 1 pabrik, 5 pabrik urea baru dan 5 pabrik pupuk NPK k. Berkembangnya klaster industri berbasis migas dan petrokimia

37 RSNI

2,435,000

3 Lokasi 1 Inkubator 20% Kemajuan

500,000 7,000,000

2 Lokasi

4,000,000

l.

Berkembangnya klaster industri petrokimia m. Penyusunan dan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia Hulu n. Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar o. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim usaha untuk industri kimia dan hulu

152 Entitas 6 SNI

2,400,000 500,000

640,000

Sinkronisasi Kebijakan

Page 1 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) p. Uraian (5) Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia Penyusunan Draf RUU Tentang Bahan Kimia Berkembangnya klaster industri semen Berkembangnya klaster industri keramik Berkembangnya klaster industri TPT Berkembangnya klaster industri Alas Kaki Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Basis Industri manufaktur Target (6) Terlaksananya Otoritas Nasional Draft UU 30 Klaster 12 Klaster 46 Klaster 46 Klaster Peningkatan 15% Pengguna Produk Dalam Negeri Peningkatan 30% penggunaan untuk Pemerintah dan BUMN Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri teknologi Logam, mesin, kulit, karet, plastik, kimia, kemasan dan tekstil a. - Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi Logam dan Mesin

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 500,000

q. r. s. t. u. v.

800,000 2,150,000 3,500,000 2,500,000 2,000,000 13,457,000

6,543,000

a. Terwujudnya hasil litbang di bidang logam, mesin, kulit, karet, plastik, kimia, kemasan dan tekstil yang aplikatif

81%

22,497,952

II.

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

Pulih dan tumbuhnya Kinerja Industri Agro setelah terkena imbas Krisis Global dan tumbuhnya kluster-kluster Industri Agro a. Fasilitasi Terbentuknya Kawasan Industri Berbasis CPO di 3 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Riau Berkembangnya klaster industri karet 40 Perusahaan Laju pertumbuhan industri 8.00

143,145,707

Pulihnya pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan

1,400,000

b.

30 Perusahaan Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional Mesin peralatan Perusahaan 30

6.00

500,000 3,850,000 1,400,000

c.

Berkembangnya klaster industri pengolahan kelapa sawit Berkembangnya klaster industri furniture

d.

Perusahaan 50 2 Terminal Kayu dan Rotan

400,000 13,000,000 400,000

e.

Berkembangnya klaster industri kertas

Perusahaan 30

Page 2 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Uraian (5) Target (6) Peralatan persortir kertas bekas 4 Unit Peralatan Tersusunnya 65 RSNI produk IHHP 50 perusahaan

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

f. g. Pulihnya pertumbuhan industri hasil laut dan meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil peternakan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan a.

Teknologi dan pemanfaatan bahan bakar nabati Meningkatnya kualitas dan daya saing IHHP Berkembangnya klaster industri pengolahan ikan

16,000,000 900,000 500,000

a. b. c. d.

Peralatan pengolahan Ikan Berkembangnya industri berbasis rumput laut Berkembangnya klaster industri pengolahan garam Terlaksananya kegiatan fasilitasi dan dukungan pengembangan industri pengolahan hasil laut dan menghasilkan rencana aksi penguatan dan pengembangan klaster industri hasil laut Bantuan Peralatan Produksi Garam Beryodium di NTT Meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil peternakan (1) Restrukturisasi 3 industri permesinan untuk pendukung PG (2) Otomatisasi 19 PG (3) Perpres tentang kebijakan terpadu revitalisasi PG, koordinator kelembagaan

1 Peralatan 3 Wilayah 6 Daerah dan 6 peralatan pengolahan 1 Paket

3,650,000

3,650,000

e.

4 Peralatan

1,000,000

f.

a. Pulihnya pertumbuhan industri makanan, minuman dan tembakau

20% Kemajuan

1,000,000

10 Pabrik

b. c. d. e. f. g.

Berkembangnya klaster industri pengolahan kelapa Berkembangnya klaster industri pengolahan kakao Berkembangnya klaster industri gula Berkembangnya klaster industri pengolahan tembakau Berkembangnya klaster industri pengolahan buah Berkembangnya klaster industri kopi
Page 3 of 24

50 Perusahaan 1 Unit peralatan 50 Perusahaan 1 Unit peralatan 50 Perusahaan 50 Perusahaan 40 Unit peralatan 50 Perusahaan 2 Unit peralatan 50 Perusahaan 2 Unit peralatan

500,000 500,000 500,000 1,000,000 500,000 1,600,000 800,000 900,000 1,300,000 400,000 2,000,000

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) h. i. Uraian (5) Berkembangnya klaster industri Susu Tersedianya SDM pada industri makanan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan ISO 22000:2005 Terealisasinya Buku panduan SNI Wajib Gula Rafinasi Meningkatnya nilai tambah produk pertanian primer Tersusunnya SNI/revisi SNI dan pengawasan SNI Wajib AMDK - Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri argo - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu - Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan di Industri Agro 3 SNI Target (6) 50 Perusahaan 5 Unit peralatan 60 Orang

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 900,000 1,800,000 800,000

j.

1 Paket

500,000

k. l.

700,000

Menigkatnya penggunaan produk DN industri agro dan kimia

341 Jumlah Perusahaan

500,000

Meningkatnya kemampuan penguasaan teknologi Industri Agro, hasil perkebunan,Teknologi Pulp dan Kertas

- Peningkatan kualitas Terwujudnya hasil litbang di bidang Agro, hasil litbang 20% perkebunan,Teknologi Pulp dan Kertas yang -Pengembangan aplikatif Kerjasama 30%

50%

17,726,382

III.

Penumbuhan industri unggulan berbasis Teknologi Tinggi

Tumbuhnya dan berkembangnya industri berbasis teknologi tinggi dan berpeluang untuk menguasai pasar ekspor serta tumbuhnya kluster-kluster Industri berbasis teknologi tinggi a. Terlaksananya bimbingan teknis peningkatan produktivitas industri komponen kapal di Jateng Peningkatan kemampuan klaster industri kapal di Surabaya dan Jakarta melalui pelatihan dan sertifikasi Fasilitasi peningkatan penggunaan produksi dalam negeri untuk industri galangan kapal 5 Perusahaan Laju pertumbuhan industri 8.00

115,386,354

Meningkatnya nilai tambah industri

2,911,643

b.

2 Pelatihan Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional

6.00

c.

1 Workshop Nilai tambah industri

Page 4 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) d. Uraian (5) Lokakarya pengelolaan limbah industri galangan kapal Jumlah peserta workshop Jumlah peserta pelatihan Tersedianya bantuan peralatan Tersedianya kajian pola kemitraan dalam pengembangan klaster LHE Terlaksananya Pameran Jumlah Peserta Seminar Jumlah Peserta Workshop Tersedianya Kajian Posisi Produk Otomotif Indonesia Terfasilitasinya Indonesia pada forum-forum internasional Jumlah Peserta Sidang Integrasi Terfasilitasinya Indonesia pada forum-forum TF-ROO khususnya di ASEAN Menghadiri forum kerjasama internasional bidang pengembangan teknologi, produksi, investasi, dan pasar untuk industri maritim di luar negeri Pameran dan promosi investasi produk industri maritim ke negara-negara Asia dan Eropa Jumlah Peserta Pameran Tersedianya fasilitas pameran dan jasa desain pameran Target (6) 1 Lokakarya

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

e. f. g. h. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri a. b. c. d. e.

160 orang Laju pertumbuhan industri elektronika 40 orang Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional 1 paket Nilai tambah industri 1 paket

9% 1,02%

1,818,796

3 Daerah Jumlah Perusahaan yang mengaplikasikan komponen lokal pada produknya 150 Orang 150 Orang Jumlah Masukan Mengenai Strategi promosi int'l 1 paket Jumlah Forum internasional yang dihadiri 19 OT Jumlah Kehadiran Delegasi Indonesia dalam pembahasan TF-ROO 60 Orang 8 OT

20 perusahaan

1,891,901

1 usulan 4 Forum 4 kali

f.

g.

3 Fora Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar DN

8.00

642,020

h.

i.

3 Event Pertumbuhan ekspor produk dan jasa industri nasional

8.00

j.

k. Kokohnya faktor-faktor penunjang a. pengembangan industri b.

10 perusahaan Pangsa Pasar Produk Industri Nasional terhadap total permintaan di Pasar DN 11 booth Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar DN

6 15%

700,000 450,000

Jumlah Peserta Diklat Karoseri

30 Orang Jumlah Peserta Diklat Karoseri yang mampu implementasi 20 Orang Jumlah peserta Diklat Kereta Api mampu implementasi

20 orang

3,004,457

Jumlah peserta Diklat Kereta Api


Page 5 of 24

5 orang

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Uraian (5) Jumlah peserta workshop pengembangan Industri KA d. Jumlah Paket Bimbingan Peningkatan SDM e. Jumlah Perusahaan peserta bimbingan Jumlah peserta seminar basic f. technology Jumlah Rapat-rapat Working g. group Jumlah peserta training for h. trainers Jumlah Peserta Sosialisasi i. BMDTP Jumlah Peserta Konsinyering j. Harmonisasi Tarrif Jumlah Peserta sosialisasi k. QSEAL Jumlah Perusahaan memperoleh bantuan l. produktivitas Jumlah perusahaan m. memperoleh fasilitasi sertifikasi QSEAL n. Pelatihan tenaga mekanik bengkel KBM Roda 2 di Sorong, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan o. Pelatihan tenaga mekanik bengkel KBM Roda 4 di Riau dan Sulawesi Utara p. Pelatihan SDM reparasi produk elektronik konsumsi di NAD dan Bali q. Pelatihan dan sertifikasi operator pengelasan untuk industri galangan kapal r. Pelatihan dan sertifikasi operator pengelasan bawah air untuk industri galangan kapal c. s. t. u. v. w. x. Pengadaan alat pengelasan Monitoring dan Evaluasi Terlatih dan tersertifikasinya operator & inspektur Coating Pelatihan untuk SDM desain kapal Fibreglass Usulan revisi kebijakan iklim usaha dan P3DN IMJK Usulan BMDTP 2010 dan evaluasi implementasi BMDTP 2009 Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian Target (8) 10 perusahaan 10 orang

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

(6) (7) 30 Orang Jumlah perusahaan yang mengalami peningkatan produktivitas 7 Paket Jumlah Peserta Training for trainers yang mampu menjadi instruktur 10 Perusahaan 60 Orang Peningkatan pos tarif yang dapat diharmoniskan 4 Kali 15 Orang Tingkat penyerapan alokasi BMDTP 60 Orang Jumlah perusahaan mengalami peningkatan produktivitas 60 Orang 90 Orang Peningkatan jumlah komponen otomotif yang tersertifikasi QSEAL 10 Perusahaan

10 pos tarif

50% 10 perusahaan

20 komponen

7 perusahaan

60 Orang Tingkat produktifitas SDM industri

1,000

5,927,323

40 Orang Index iklim industri nasional

40 Orang

40 Orang

20 Orang

1 Paket 1 Laporan 60 Orang 15 Orang 1 Konsinyiring 1 Konsinyiring

Page 6 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) y. Uraian (5) Pengkajian ulang pelaksanaan sertifikasi dan klasifikasi bengkel KBM R4 dalamrangka UU No.22 Tahun 2009 Kajian penerapan industri galangan kapal diluar zona ekonomi khusus Tersedianya kajian kebijakan tarif yang menghambat Tersedianya kajian pengembangan iklim usaha Kehadiran dalam forum kerjasama elektronika (bilateral, Kajian daya saing produk elektronika nasional terhadap produk China Tersedianya peralatan uji kalibrasi Jumlah perusahaan yang mendapat bimbingan teknis Tersedianya peralatan uji produk elektronika konsumsi Tersedianya buku kawasan industri potensial untuk Jumlah Peserta Workshop Mould and Dies Jumlah Peserta Diklat Mould and Dies Penyusunan Masterplan P. Mould and Dies Fasilitasi Sekretariat Jumlah Peserta Workshop PDE Tersedianya fasilitas Design Fasilitasi Sekretariat Jumlah kajian mengenai kebijakan KBM Hemat Energi Jumlah kajian mengenai tingkat keteruraian IKD Target (6) 1 Laporan & Sosialisasi

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

z.

1 Laporan Tingkat produktivitas SDM industri

2,000

4,200,000

aa. bb. cc. dd.

1 paket Tingkat produktifitas SDM industri 1 paket Index iklim industri nasional 4 negara 1 paket

800 4

3,685,000

ee. ff. gg. hh Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri a.

paket1 2 perusahaan 1 paket 1 paket 50 Orang Terwujudnya embrio pengembangan Pusat Mould and Dies untuk memenuhi kebutuhan industri otomotif nasional 40 Orang 1 Paket 11 Bulan Diperolehnya masukan pengembangan pusat 100 Orang desain 1 Paket Perkembangan Pusat Desain yang direncanakan 11 Bulan 1 Paket Jumlah Rancangan Kebijakan untuk mendorong pengembangan industri KBM Hemat energi dan ramah lingkungan 1 Paket Usulan Peta Jalan Pengembangan Kendaraan Mikro 180 Orang 60 Orang 180 Paket 1 Kajian Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif 1,264,605 1 usulan 10 persen 5,193,107

b. c. d. e. f. g. h.

20 persen

i. j. k.

Jumlah peserta Workshop Jumlah peserta workshop KBM mikro l. Jumlah peserta Sosialisasi KBM mikro m. Tersedianya studi pengembangan prototipe desain kapal fery

Page 7 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) n. Uraian (5) Tersosialisasi dan terimplementasinya regulasi teknis internasional pada galangan kapal nasional Jumlah peserta workshop Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian (6) (7) #REF! Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri Target (8) 3.00

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

o.

200 orang Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri Jumlah perusahaan yang memanfaatkan hasil penelitian

350,000

1 perusahaan 10 daerah 1,974,250

Lengkap dan menguatnya struktur a. industri b. c. d. e.

Jumlah Peserta Workshop Jumlah Klaster terfasilitasi Jumlah peserta Diklat Jumlah Peserta Sosialisasi Jumlah Peserta Business Gathering Tersedianya pedoman dan kriteria kawasan khusus industri galangan kapal Tersedianya kajian pengembangan kawasan khusus industri galangan di 2 propinsi Jumlah technopark yang berdiri Formula TKDN Jumlah peserta rapat koordinasi Tersedianya bahan promosi investasi dan ekspor industri elektronika dan komponen Terlaksananya promosi investasi di luar negeri Jumlah Rapat Prakonsensus yang dilaksanakan Jumlah Rapat Panitia Teknis yang dilaksanakan Jumlah RSNI disusun Jumlah SNI di Review Jumlah Peserta Sosialisasi Jumlah Peserta Diklat Kajian kemampuan Industri otomotif nasional dalam rangka implementasi SNI wajib Jumlah Peserta Rapat Standarisasi dan sertifikasi

180 Orang Jumlah peserta Bisnis Gath yang menyatakan minat 3 Klaster 80 Orang Jumlah Anggota Klaster yang difasilitasi 120 Orang 60 Orang 1 Laporan Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan Antara 2 Laporan Tingkat kandungan lokal

30 perusahaan

2.00

1,323,074

f.

52.00

g.

h. i.

Pertumbuhan Investasi di Industri Hulu dan Antara Tingkat kandungan Lokal 60 Orang 1 Paket Tingkat kandungan lokal

15 40 5 60%

1,271,802 200,000 420,000

j.

k. Memfasilitasi penerapan standardisasi a.

4 negara 2 Kali Jumlah Usulan RSNI yang ditetapkan menjadi SNI 2 kali Jumlah SNI yang dimanfaatkan oleh Industri Jumlah Industri Nasional yang menerapkan 5 RSNI SNI Wajib 50 SNI Terfasilitasinya forum internasional standar 120 Orang Jumlah masukan strategi penerapan standar 60 orang 1 Paket 4 SNI 2,106,264

b. c. d e. f. g.

25 SNI 20 perusahaan 2 forum 1 usulan

h.

60 orang

Page 8 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) i. Uraian (5) Jumlah Peserta Expert Meeting Target (6) 60 orang

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

j.

Jumlah Kajian mengenai Cost and Benefit Ratifikasi UNECE

1 Paket

k.

Jumlah Orang yang terfasilitasi dalam forum standar m. Tersusunnya RSKKNI KBM R4 n. o. Sosialisasi SNI komponen kapal Persiapan infrastruktur penerapan SNI wajib alat apung personal Jumlah RSNI Jumlah peserta rapat prakon Tersediannya peralatan lab uji performance Jumlah lampu yang diuji Produk Hukum

11 OT Standar Rancangan SNI yang diusulkan 4 Kegiatan Penambahan SNI wajib yang diterapkan 25.00 2.00 1,302,641

p. q. r. s. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijkan Industri Meningkatkan Kualitas a.

Rancangan SNI yang diusulkan 150 orang Rancangan SNI yang diusulkan 1 paket Penambahan SNI wajib yang diterapkan 20 buah Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan menteri Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri

20 10 . 1 peraturan 1

900,000 1,900,003

800,000

a. b. c.

Tersusunnya Program & Rencana Kegiatan Ditjen IATT tahun 2011 Tersusunnya Laporan Ditjen. IATT Tersedianya Laporan Pengembangan potensi IATT di Luar pulau Jawa Daerah yang di monitoring Jumlah peserta konsinyering Jumlah peserta workshop

Kesesuaian Program dengan KIN Tingkat Persetujuan rencana kegiatan (zero stars) Tingkat ketepatan Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1 Paket Kesesuaian Program dengan KIN

95% 100% 95% 100%

450,000 250,000 186,866

Meningkatnya kualitas perencanaan program dan pelaporan

a.

b. c.

5 laporan 1 laporan Daerah yang berpotensi untuk pengembangan IATT 15 daerah Rekomendasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan 50 Orang Presentasi kegiatan yang dibintangi 100 Orang Kesesuaian Program dengan KIN Renstra 2010-2014 dan Renja Ketepatan waktu pelaporan 2 Daerah

d. e. f.

10 Rekomendasi 0,5% 100% 1 paket 100% 80% 80% 5 Perusahaan 1,271,866

Terwujudnya SDM aparatur yang profesional dan kompeten Meningkatnya fasilitasi iklim industri yang kondusif

a. b. c.

Peserta pelatihan Jumlah peserta yang mengikuti sosialisasi Terfasilitasinya para pengusaha IATT dalam temu bisnis
Page 9 of 24

150 Orang Tingkat Keahlian SDM Aparatur 150 peserta Terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan IATT 3 negara Perusahaan yang melakukan Kontak bisnis

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) d. Uraian (5) Tercapainya perkembangan industri melalui bantuan BMDTP. Jumlah peserta sosialisasi tingkat kandungan lokal produk IATT Terfasilitasi pameran hasil sektor IATT Jumlah peserta yang mengikuti workshop/seminar dan pelatihan Jumlah peserta pelatihan SIM Tersusunnya program reformasi birokrasi Ditjen IATT Tersedianya peralatan kantor dan rumah tangga untuk pegawai Terlaksananya pembinaan/koordinasi dan konsultasi Jumlah Profil Jumlah Peserta Sosialisasi Profil Industri Jumlah Peserta Konsinyering Lakip jumlah peserta konsinyering persiapan kegiatan Terlaksananya maintenance jaringan secara teratur Terbelinya fasilitas kebutuhan direktorat IATDK jumlah peserta konsinyering Penyusunan Program jumlah peserta workshop program pengembangan IATDK Jumlah Roadmap Tersedianya profil jasa perbaikan bengkel KBM Tersusunnya direktori industri kapal Workshop penyusunan peluang investasi industri maritim Tersusunnya program dan rencana kerja Dit. IMJK tahun 2011 Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian (6) (7) 4 laporan Termanfaatkannya bantuan BMDTP Target (8) 500 Miliar

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

e.

150 peserta Meningkatnya pemahaman tentang TKDN produk IATT 50 perusahaan Jumlah Pengunjung 160 Orang Meningkatnya pengetahuan dunia usaha mengenai konsep HKI 20 peserta Meningkatnya kemudahan akses data dan informasi kebijakan IATT 1 paket Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan modern 224 pegawai Produktivitas pegawai meningkat 12 bulan Meningkatnya pelayanan publik Ditjen IATT

80%

f. g.

800 Orang 80%

Mengoptimalkan sistem informasi a. Melaksanakan Reformasi Birokrasi a.

90% 90%

b. c.

80% 90%

Kelancaran pelaksanaan Tupoksi

a. b. c. d. e. f. g. h.

1 Paket Data Industri Komponen Otomotif yang up to date sehingga dapat dimafaatkan sebagai 30 Orang pertimbangan industri otomotif nasional. 60 Orang 30 Orang Program yang sesuai dengan Renstra K/L dan KPI 11 Bulan Tingkat kesesuaian Program dengan Roadmap 1 Paket 50 Orang 50 Orang

1 paket

1,799,074

90 persen 95 persen

i. j. k l

3 Roadmap 1 laporan 1 laporan 1 kegiatan 2,050,479

1 Paket

Page 10 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) n o. IV. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah Uraian (5) Terlaksananya pengadaan barang dan jasa Tersusunnya 1 laporan LAKIP Dit. IMJK tahun 2010 Target (6) 1 Paket 1 laporan

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

Tumbuh dan berkembangnya Industri Kecil dan Menengah yang berlandaskan kepada potensi daerah - Meningkatnya rasio industri di luar pulau Jawa terhadap industri di Pulau Jawa - Terlaksananya roadmap pengembangan kompetensi inti industri daerah di kawasan barat Indonesia Tumbuh dan berkembangnya Industri Kecil dan Menengah yang berlandaskan kepada potensi daerah jumlah unit usaha 3.9 juta jumlah tenaga kerja 8 juta orang jumlah nilai ekspor 13.6 juta US$ nilai tambah IKM 251.752 milyar - Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. - Meningkatnya kemampuan teknik dan manajemen perajin. - Terjadinya kerjasama terpadu antara stakeholder - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggarakannya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi Industri kreatif. Terlaksana dengan 140 peserta - Terbentuknya jaringan kerjasama bisnis di 3 wilayah. - Meningkatnya kemampuan teknik casting & desain produk perajin batumulia & perhiasan. - Meningkatnya pengetahuan IKM perhiasan tentang pasar ekspor. Terlaksana di 3 Lokasi Meningkatnya kemampuan masyarakat/perajin anyaman di daerah tertinggal. Meningkatnya perekonomian di daerah tertinggal. Jaringan kerjasama dan kelembagaan klaster semakin baik. Kemampuan desain perajin meningkat. Adanya rekomendasi program selanjutnya.

387,160,163

Berkembangnya IKM di Kawasan barat Indonesia melalui pengembangan klaster industri prioritas, industri unggulan provinsi, kompetensi inti industri Kab/Kota dan OVOP

a.

Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni

1,155,000

b.

Pengembangan Klaster Industri Fashion dan Batik

Terlaksananya kegiatan partisipasi pameran Singapore Fashion Week, Hongkong Fashion Week, Bali Fashion Week, pameran Batik Internasional di Jakarta dan Gelar Nusantara di Jakarta serta penyusunan katalog IKM Sandang.

1,000,000

c.

Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan

Jaringan kerjasama kemitraan antara stakeholder dan pemangku kepentingan berjalan lancar. Para perajin mampu melakukan casting & desain Pengetahuan perajin tentang pasar ekspor meningkat.

3 wilayah

1,000,000

Page 11 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) d. Uraian (5) Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias Target (6) - Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. - Dikatahuinya efektifitas dan permasalahan pelaksanaan klaster. Terlaksana di 3 Lokasi Terciptanya iklim usaha IKM Minyak Atsiri yang kondusif sehingga IKM Minyak Atsiri dapat berkembang secara optimal. Terlaksana di 7 Lokasi Menguatnya jaringan klaster IKM makanan ringan yang dikembangkan di 3 wilayah Meningkatnya Unit Usaha dan Tenaga Kerja di bidang Industri Kecil dan Menengah. Target 32 Kabupaten Kota

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Jaringan kerjasama antar stake holder semakin baik Kemampuan teknik dan desain perajin meningkat. Pemasaran produk gerabah/keramik hias meningkat. Diketahuinya efektifitas dan permasalahan pelaksanaan klaster. Meningkatknya kemampuan usaha IKM minyak atsiri melalui kerjasama antara stakholder minyak atsiri sehingga IKM minyak atsiri dapat berkembang secara optimal Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 1,100,000

e.

Terlaksananya kegiatan pembinaan IKM Minyak Atsiri melalui pendekatan klaster

1,415,000

f.

Semakin kuat dan berkembangnya sentra-sentra klaster IKM Makanan Ringan

1,959,000

g.

Terbinanya Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Unggulan Daerah Propinsi

Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk IKM Pangan

15,564,189

h.

i.

Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan IKM pangan Tersusunnya data unggulan IKM dan Peta komoditi unggulan. Terbinanya Pengembangan Meningkatnya Unit Usaha Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk IKM sesuai dengan Kompetensi dan Tenaga Kerja di IKM Pangan di Sumbar dan NAD. Inti Industri Kabupaten/Kota bidang Industri Kecil dan Menengah Pengembangan IKM melalui Terbinanya Produk IKM IKM di Indonesia dapat berkembang lebih pendekatan OVOP di Kawasan Pangan, Sandang, KBB pesat dan memiliki kontribusi pertumbuhan Barat Indonesia dan Kerajinan melalui industri, termasuk industri kecil dan menengah pendekatan OVOP Meningkatnya daya saing produk-produk IKM 25 Sentra dan 20 UPT meningkatnya nilai produksi dan kualitas produksi dari masing-masing sentra dan UPT meningkatnya pelayanan kualitas UPT - Meningkatnya rasio industri di luar pulau Jawa terhadap industri di Pulau Jawa - Terlaksananya roadmap pengembangan kompetensi inti industri daerah di kawasan tengah Indonesia 10 wilayah barat, 60 wilayah tengah, 16 wilayah timur

9,405,380

38,567,981

j.

14,117,400

Berkembangnya IKM di Kawasan tengah Indonesia melalui pengembangan klaster industri prioritas, industri unggulan provinsi, kompetensi inti industri Kab/Kota dan OVOP

a.

Pengembangan Klaster Industri - Terlaksananya Kerajinan dan Barang Seni implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. - Meningkatnya kemampuan teknik dan manajemen perajin. - Terjadinya kerjasama terpadu antara stakeholder
Page 12 of 24

3,155,000

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) b. Uraian (5) Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan Target (6) Menguatnya jaringan klaster IKM makanan ringan yang dikembangkan di 3 wilayah

Indikator Kinerja Outcome Uraian Target (8) 60 pengusaha IKM makanan ringan di jabar, jateng, jatim

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 1,959,000

c.

Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias

(7) Meningkatnya pengetahuan 60 pengusaha IKM makanan ringan di bidang bisnis, manajemen dan teknis. IKM Pangan binaan memperoleh Piagam Bintang, dan Legalitas lainnya (PIRT) - Terlaksananya Jaringan kerjasama antar stake holder semakin implementasi kolaborasi baik dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Kemampuan teknik dan desain perajin Pemasaran - Dikatahuinya efektifitas meningkat. produk gerabah/keramik hias dan permasalahan meningkat. pelaksanaan klaster. Diketahuinya efektifitas dan permasalahan Terlaksana di 3 Lokasi pelaksanaan klaster. Meningkatnya Unit Usaha dan Tenaga Kerja di bidang Industri Kecil dan Menengah di 12 Propinsi Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk IKM Pangan Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan IKM pangan data unggulan IKM dan Peta Tersusunnya Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk IKM Pangan di Bali Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan IKM pangan Terlaksananya Bantuan/Pendampingan Tenaga Ahli/Desainer pembinaan antar - Meningkatnya sinergi instansi/Dinas terkait di Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung pengembangan IKM Pangan dengan Meningkatnya akses pemasaran dan jaringan bisnis IKM Pangan Terlaksananya kegiatan PengembanganSentra IKM Sandang potensial di 3 sentra (Sentra Sepatu Mojokerto, Sentra Sepatu Cibaduyut dan Sentra Penyamakan Kulit Magetan)

3 wilayah

1,100,000

d.

Pengembangan Industri Unggulan Propinsi di Kawasan Tengah Indonesia

20,095,041

e.

f.

g.

Pengembangan Kompetensi Inti Meningkatnya Unit Usaha Industri Kabupaten/Kota di dan Tenaga Kerja di Kawasan Tengah Indonesia bidang Industri Kecil dan Menengah di 28 Kabupaten/Kota Pengembangan IKM melalui - Terbinanya Produk IKM pendekatan OVOP di Kawasan Pangan, Sandang, KBB Tengah Indonesia dan Kerajinan melalui pendekatan OVOP di 12 Kabupaten kota di 17 Propinsi Terlaksananya Revitalisasi Meningkatnya daya saing sentra-sentra IKM dan Fasilitasi produk-produk IKM Layanan UPT dengan 15 Sentra dan 20 UPT - Meningkatnya rasio industri di luar pulau Jawa terhadap industri di Pulau Jawa - Terlaksananya roadmap pengembangan kompetensi inti industri daerah di kawasan timur Indonesia Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni

21,289,240

25,711,987

2 (dua) sentra. 14,117,400

Berkembangnya IKM di Kawasan timur Indonesia melalui pengembangan klaster industri prioritas, industri unggulan provinsi, kompetensi inti industri Kab/Kota dan OVOP a.

- Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. - Meningkatnya kemampuan teknik dan manajemen perajin. - Terjadinya kerjasama terpadu antara stakeholder

Meningkatnya kemampuan masyarakat/perajin anyaman di daerah tertinggal. Meningkatnya perekonomian di daerah tertinggal. Jaringan kerjasama dan kelembagaan klaster semakin baik. Kemampuan desain perajin meningkat. Adanya rekomendasi program selanjutnya.

3,155,000

Page 13 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) b. Uraian (5) Pengembangan Klaster Industri Minyak Atsiri Target (6) Terciptanya iklim usaha IKM Minyak Atsiri yang kondusif sehingga IKM Minyak Atsiri dapat berkembang secara optimal Menguatnya jaringan klaster IKM makanan ringan yang dikembangkan di 3 wilayah

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Meningkatknya kemampuan usaha IKM minyak atsiri melalui kerjasama antara stakholder minyak atsiri sehingga IKM minyak atsiri dapat berkembang secara optimal Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 2,415,000

c.

Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan

1,959,000

d.

Pengembangan Klaster Industri Menguatnya jaringan Terkoordinasinya sinergi program dalam suatu Garam klaster IKM Garam Rakyat kesepakatan serta meningkatnya kolaborasi yang dikembangkan di 3 wilayah antara IKM garam rakyat/konsumsi dengan Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan - Terbentuknya jaringan kerjasama bisnis di 3 wilayah. - Meningkatnya kemampuan teknik casting & desain produk perajin batumulia & perhiasan. - Meningkatnya pengetahuan IKM perhiasan tentang pasar ekspor. Terlaksana di 3 wilayah instansi terkait dan stakeholder Jaringan kerjasama kemitraan antara stakeholder dan pemangku kepentingan berjalan lancar.

1,000,000

e.

1,000,000

Para perajin mampu melakukan casting & desain Pengetahuan perajin tentang pasar ekspor

f.

Pengembangan Industri Unggulan Propinsi di Kawasan Timur Indonesia

meningkat. Meningkatnya Unit Usaha Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk dan Tenaga Kerja di IKM Pangan bidang Industri Kecil dan Menengah di 5 propinsi Tersusunnya data unggulan IKM dan Peta komoditi unggulan. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan IKM pangan Terlaksananya Bantuan/Pendampingan Tenaga Ahli/Desainer Terlaksananya Pelatihan Pengelolaan Dan

6,102,240

g.

Pengembangan Kompetensi Inti Meningkatnya Unit Usaha Industri Kabupaten/Kota di dan Tenaga Kerja di Kawasan Timur Indonesia bidang Industri Kecil dan Menengah di 8 Kabupaten Kota Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Timur Indonesia

24,242,355

h.

Peningkatan Mutu TPT - Terbinanya Produk IKM IKM di Indonesia dapat berkembang lebih Pangan, Sandang, KBB pesat dan memiliki kontribusi pertumbuhan dan Kerajinan melalui industri, termasuk industri kecil dan menengah pendekatan OVOP 10 sentra IKM

i.

Terlaksananya Revitalisasi Meningkatnya daya saing sentra-sentra IKM dan Fasilitasi produk-produk IKM meningkatnya pelayanan kualitas UPT Layanan UPT

9,411,600

Page 14 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan Industri Uraian (5) - Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan IKM - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu a. Berkembangnya IKM Agro pedesaan Target (6)

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Terealisasinya kegiatan penyusunan dan pembahasan program pembinaan dan pengembangan IKM Pangan. Terlaksananya partisipasi rakor regional Ditjen IKM di 3 (tiga) provinsi dan raker Depperind di 3(tiga) provinsi. Teridentifikasinya potensi daerah sebagai masukan penyusunan program Dit. Industri Pangan tahun 2011. Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

meningkatnya daya saing Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan IKM Agro pedesaan di 10 Kabupaten Kota keterampilan IKM/fasilitator tentang manajemen dan teknis pengelolaan usaha. 1 IGDS Grand Award, 25 Pengusaha industri nasional mampu IGDS Gold Award dan 75 mengembangkan IGDS Nominasi Award produk berbasis desain dalam rangka peningkatan daya saing dan perluasan pasar - Tersusunnya buku pedoman sebanyak 4 jenis - Tersedianya piala Upakarti - Adanya usulan calon penerima upakarti dari daerah dan pusat Tersusunnya buku pedoman sebanyak 4 jenis Tersedianya piala upakarti Adanya usulan calon penerima upakarti dari daerah dan pusat Terseleksinya calon nominasi penerima upakarti Terpilihnya penerima upakarti tahun 2010

Terlatihnya 30 orang

10,000,000

IKM/fasilitator. 1,131,627

b.

Pengusaha industri nasional mampu mengembangkan Design Prioduk Industri Nasional Penyelenggaraan Penganugrahan Penghargaan UPAKARTI

c.

20 orang dan 5 perusahaan 245 calon 50 calon

1,330,527

Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri

- Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan di Industri kerajinan dan batik

- Peningkatan kualitas Terwujudnya hasil litbang di bidang Teknologi litbang 20% kerajinan dan batik yang aplikatif -Pengembangan Kerjasama 30%

1 Laporan

4,239,625

Memfasilitasi Pengembangan Industri

- Jumlah riset yang dihasilkan - Jumlah standard yang dihasilkan - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan

- Peningkatan kualitas Terwujudnya hasil litbang yang aplikatif dalam litbang yang terkait mendorong Kompetensi Inti Industri Daerah Kompetensi Inti Daerah 20% -Pengembangan Kerjasama 30%

29,406,334

Page 15 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) V. Program Utama (2) Perwilayahan Industri Sasaran (4) Uraian (5) Target (6)

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Terlaksananya Public Private Partnership dan pengembangan kawasan industri Meningkatnya investasi dan skema pengembangan perencanaan public private partnership, dan pengembangan kawasan industri Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 197,193,394

Tersebarnya pembangunan industri

- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di kawasan barat Indonesia - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan kompetensi Inti industri daerah - Terwujudnya pemerataan pembangunan Industri di Kab/Kota a. Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di 3 KEK

b.

Terealisasinya kajian pengembangan kawasan garam bahan baku di Madura dan KTI Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan barat Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah Barat - Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di kawasan tengah Indonesia - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan kompetensi Inti industri daerah - Terwujudnya pemerataan pembangunan Industri di Kab/Kota

Dokumentasi fasilitasi Paket perencanaan pengembangan KEK (AMDAL, Engineering Design/DED, dan kelembagaan) di 3 Kawasan 1 Paket kajian Paket perencanaan pengembangan kawasan garam, bahan baku di Madura dan KTI

3 Paket Kajian Perencanaan

3,840,000

1 Paket Kajian Perencanaan

6,000,000

c.

d.

5 Dokumen Master Plan, Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan AMDAL, DED, dan Industustri Kelembagaan KI 1 Peta Panduan Paket Perencanaan Pengembangan fasilitas

8 Paket Kajian Perencanaan 1 Paket Panduan

8,800,000

1,500,000

e.

1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private Partnership Wilayah Barat

1 Paket Pelaksanaan

1,500,000

Meningkatnya investasi dan skema pengembangan perencanaan public private partnership, dan pengembangan kawasan industri

Page 16 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) a. Uraian (5) Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di 1 KEK Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian Target (8) 3 Paket Kajian Perencanaan

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 1,280,000

(6) (7) Dokumentasi fasilitasi Paket perencanaan pengembangan KEK (AMDAL, Engineering Design/DED, dan kelembagaan) di 1 Kawasan 5 Dokumen Master Plan, Paket perencanaan pengembangan kawasan AMDAL, DED, dan garam, bahan baku di Madura dan KTI Kelembagaan KI 1 Peta Panduan Paket Perencanaan Pengembangan fasilitas

b.

c.

Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan tengah Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah Tengah - Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di kawasan timur Indonesia - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan kompetensi Inti industri daerah - Terwujudnya pemerataan pembangunan Industri di Kab/Kota Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di 1 KEK

8 Paket Kajian Perencanaan

8,800,000

1 Paket Panduan

3,600,000

d.

1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private Partnership Wilayah Tengah Meningkatnya investasi dan skema pengembangan perencanaan public private partnership, dan pengembangan kawasan industri

1 Paket Pelaksanaan

8,800,000

a.

b.

c.

d.

Terealisasinya kajian pengembangan kawasan industri pengolahan kakao di Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan timur

1 Dokumentasi fasilitasi Paket perencanaan pengembangan KEK (AMDAL, Engineering Design/DED, dan kelembagaan) di 1 Kawasan 1 Paket kajian Paket perencanaan pengembangan kawasan industri pengolahan kakao di Luwuk Raya 5 Dokumen Master Plan, Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan AMDAL, DED, dan Industri berbasis kompetensi inti Kelembagaan KI 1 Peta Panduan Paket perencanaan Pengembangan fasilitas kawasan timur

3 Paket Kajian Perencanaan

1,280,000

1 Paket Kajian Perencanaan 8 Paket Kajian Perencanaan

1,000,000

8,800,000

1 Paket Panduan

1,500,000

e.

Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah timur

1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private Partnership Wilayah Timur

1 Paket Pelaksanaan

1,500,000

Page 17 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri Uraian (5) - Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri di kawasan barat, tengah, dan timur Indonesia - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu Target (6)

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri Mengkoordinasikan peningkatan Terlaksananya pendidikan dan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan industri di Regional I Medan, Regional II Padang, pelatihan serta kewirausahaan Regional III Jakarta, Regional IV Jogjakarta, Regional V Surabaya, Regional VI Denpasar, Regional VII Makassar - Jumlah aparat yang Instruktur yang bersertifikat kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi 100 orang

24 Jurusan

VI.

Kerjasama Industri Internasional Termonitornya implementasi kesepakatan kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Termonitornya perkembangan perundingan kerjasama akses pasar dan investasi produk industri Termonitornya implementasi kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri Termonitornya perkembangan perundingan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri Tersusunnya program dan terlaksananya promosi investasi, promosi pemasaran produk dan jasa industri a. Laporan evaluasi implementasi kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan Posisi runding untuk pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan evaluasi implementasi kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan Posisi runding untuk pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Paket promosi investasi dan promosi pemasaran produk & jasa industri Seminar Promosi Investasi di sektor industri Pameran Produk dan jasa industri
Page 18 of 24

Teroptimalkannya hubungan Kerjasama Industri Internasional dan meningkatnya penguasaan pasar luar negeri 1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi produk industri 1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang akses pasar dan investasi produk industri sesuai kepentingan sektor 1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri 1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang akses pasar dan investasi jasa industri sesuai kepentingan sektor 2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi pemasaran produk & jasa industri 75%

30,765,051

300,000

a.

1 paket

650,000

a.

75%

300,000

a.

1 paket

300,000

a.

2 Paket Laporan

400,000

b. c.

2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di sektor industri 2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra dagang

2% 5%

450,000 450,000

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Teridentifikasinya kebutuhan dan peluang kerjasama teknik & proyek LN Termonitornya perkembangan kerjasama industri terkait isu Automotive Dialog, Chemical Dialog, Non Ferrous Dialog, Standard and Conformace Termonitornya perkembangan kerjasama industri terkait isu Market Access Goods, Services, IPR, SMEs, E-commerce, Investment Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerjasama industri internasional Wilayah III dan ASEAN Termonitornya implementasi kesepakatan kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Termonitornya perkembangan perundingan kerjasama akses pasar dan investasi produk industri Termonitornya implementasi kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri Termonitornya perkembangan perundingan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri Tersusunnya program dan terlaksananya promosi investasi, promosi pemasaran produk dan jasa industri Uraian a. (5) Paket database kebutuhan dan peluang kerjasama teknik & Proyek LNdi sektor industri Laporan Perkembangan Kerjasama industri dalam Forum APEC Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian (6) (7) 2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama Teknik & Proyek LN 1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama industri sesuai kepentingan sektor Target (8) 2 Paket Laporan

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 450,000

a.

1 paket

500,000

a.

Laporan Perkembangan Kerjasama akses pasar dan investasi dalam Forum APEC

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi sesuai kepentingan sektor

1 paket

500,000

a.

Persentase kelancaran kegiatan Direktorat Kerjasama Industri Wilayah I dan APEC Laporan evaluasi implementasi kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan Posisi runding untuk pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan evaluasi implementasi kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan Posisi runding untuk pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Paket promosi investasi dan promosi pemasaran produk & jasa industri Seminar Promosi Investasi di sektor industri Pameran Produk dan jasa industri Paket database kebutuhan dan peluang kerjasama teknik & Proyek LNdi sektor industri Laporan Perkembangan Kerjasama industri dalam Forum Kerjasama ASEAN Laporan Perkembangan Kerjasama industri dalam Forum Kerjasama ASEAN Mitra Dialog

100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Kerjasama Industri Wilayah I dan APEC 1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi produk industri 1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang akses pasar dan investasi produk industri sesuai kepentingan sektor 1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri 1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang akses pasar dan investasi jasa industri sesuai kepentingan sektor 2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi pemasaran produk & jasa industri

75%

500,000

75%

400,000

a.

1 paket

550,000

a.

75%

300,000

a.

1 paket

400,000

a.

2 Paket Laporan

300,000

b. c. Teridentifikasinya kebutuhan dan peluang kerjasama teknik & proyek LN Termonitornya perkembangan kerjasama industri dalam kerjasama ASEAN Termonitornya perkembangan kerjasama industri dalam kerjasama ASEAN- Mitra Dialog a.

2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di sektor industri 2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra dagang 2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama Teknik & Proyek LN 1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama industri dalam Kerjasama ASEAN sesuai kepentingan sektor 1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama industri dalam Kerjasama ASEAN-Mitra Dialog sesuai kepentingan sektor

2% 5% 2 Paket Laporan

300,000 450,000 350,000

a.

1 paket

500,000

a.

1 paket

500,000

Page 19 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) a. Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerjasama industri internasional Wilayah III dan ASEAN a. Termonitornya implementasi kesepakatan kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri a. Termonitornya perkembangan perundingan kerjasama akses pasar dan investasi produk industri Termonitornya implementasi kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri Termonitornya perkembangan perundingan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri Tersusunnya program dan terlaksananya promosi investasi, promosi pemasaran produk dan jasa industri a. Uraian (5) Persentase kelancaran kegiatan Direktorat Kerjasama Industri Wilayah II dan ASEAN Laporan evaluasi implementasi kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan Posisi runding untuk pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan evaluasi implementasi kerjasama pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Laporan Posisi runding untuk pembukaan akses pasar dan investasi produk industri Paket promosi investasi dan promosi pemasaran produk & jasa industri Seminar Promosi Investasi di sektor industri Pameran Produk dan jasa industri Paket database kebutuhan dan peluang kerjasama teknik & Proyek LNdi sektor industri Laporan Perkembangan Kerjasama industri dalam Forum Kerjasama WTO Laporan Perkembangan Kerjasama industri dalam Forum D-8, OKI dan UN Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian (6) (7) 100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Kerjasama Industri Wilayah II dan ASEAN 1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi produk industri 1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang akses pasar dan investasi produk industri sesuai kepentingan sektor 1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan kerjasama akses pasar dan investasi jasa industri 1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang akses pasar dan investasi jasa industri sesuai kepentingan sektor 2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi pemasaran produk & jasa industri 2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di sektor industri 2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra dagang 2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama Teknik & Proyek LN 1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama industri dalam Forum Kerjasama WTO sesuai kepentingan sektor 1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama industri dalam Forum D-8, OKI dan UN sesuai kepentingan sektor Target (8) 75%

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 500,000

75%

300,000

1 paket

600,000

75%

350,000

a.

1 paket

400,000

a.

2 Paket Laporan

400,000

b. c.

2% 5% 2 Paket Laporan

500,000 500,000 400,000

Teridentifikasinya kebutuhan dan a. peluang kerjasama teknik & proyek LN a. Termonitornya perkembangan kerjasama industri terkait isu Non Agriculture, Jasa, NTBs, dll dalam Forum Kerjasama WTO a. Termonitornya perkembangan kerjasama industri terkait isu Akses Pasar, Kerjasama Industri, Climate Changes, GSTP, Komoditi a. Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerjasama industri internasional Wilayah III dan Multilateral a. Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerjasama industri internasional oleh Ditjen

1 paket

600,000

1 paket

600,000

Terciptanya kelancaran administrasi program bantuan Teknik LN

a.

Persentase kelancaran kegiatan Direktorat Kerjasama Industri Wilayah III dan Multilateral - Persentase pembayaran gaji tepat waktu - Persentase ketersediaan sarana prasarana kerja - Program Kerjasama Industri Internasional Database pemanfaatan Bantuan Teknik Luar Negeri di sektor industri
Page 20 of 24

100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Kerjasama Industri Wilayah III dan Multilateral - 100% - % Kesejahteraan pegawai -100% - % Produktifitas (jam kerja normal) kerja badan kerjasama industri internasional - 1 Renja - % Ketepatan Perencanaan dan kegiatan

75%

500,000

- 100% - 75% - 80%

15,500,000

1 paket Database Persentase efisiensi waktu pengurusan administrasi bantuan Teknik LN

75% 380,000

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Terciptanya kelancaran administrasi program bantuan Proyek LN Uraian a. (5) Database pemanfaatan Bantuan Proyek Luar Negeri di sektor industri Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian Target (8) 75%

Anggaran (Ribu Rupiah) (9)

(6) (7) 1 paket Database Persentase efisiensi waktu pengurusan administrasi bantuan Proyek LN Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dan standarisasi mutu yang optimal

VII.

Kebijakan, Iklim Usaha dan Mutu Memfasilitasi penerapan standardisasi a. Pengembangan Lingkungan Industri

385,051 96,203,350 600 RSNI 9,958,031

1 Dokumen Rancangan SNI yang diusulkan Kebijakan/Peraturan dan berkurangnya tingkat emisi 2%/tahun 100 RSNI Penambahan SNI wajib yang diterapkan 5 Permen SNI wajib Perusahaan yang menerapkan Sistem 5 Hasil litbang yang Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman dipatenkan 1 paket laporan Paket koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif

b. c. d. Mengembangkan R & D di Instansi dan Industri

Peningkatan Standardisasi Industri Meningkatnya pemberlakuan SNI wajib Meningkatnya hasil litbang yang dipatenkan Tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat, iklim untuk mendorong ekspor hasil industri, serta penelitian dan pengembangan permode Membaiknya iklim usaha di sektor industri Meningkatnya investasi di sektor industri Efektifitas dan efisiensi produksi cabang industri tertentu untuk meningkatkan daya saing Meningkatnya pembangunan sistem informasi yang terintegrasi - Perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi dan diversifikasi hasil riset - Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri - Terlaksananya penelitian dan pengembangan

50 SNI 1000 Perusahaan

8,000,000

1 paket laporan

14,430,755

a. b. c.

30 Kelompok/bidang Meningkatnya investasi di sektor industri Industri 10 Paket rumusan Meningkatnya ekspor terhadap industri kebijakan 3 Model sistem pasok, Meningkatnya daya saing industri tertentu produksi dan pemasaran

60% 60% 60%

d.

150 Unit Pengguna Meningkatnya kompetensi SDM

100%

Mengembangkan R & D di Instansi dan Industri

- Tercapainya tingkat pengurangan emisi CO2 di sektor industri

6,869,500

Page 21 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) a. Uraian (5) Tersedianya konsep kelayakan pengembangan kawasan ekonomi khusus Meningkatnya pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti Meningkatnya industri berwawasan lingkungan Meningkatnya efisiensi energi di industri Terwujudnya pilot project, pusat inkubator nano teknologi dan aliansi strategis serta terpilihnya hasil litbang teknologi industri bagi dunia usaha - Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu - Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian Target (8) 1 Paket Laporan

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 1,000,000

(6) (7) 1 Rekomendasi usulan Paket Pengembangan Kawasan Ekonomi penetapan Khusus

b.

5 Kebijakan teknis Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri berbasis kompetensi inti 1 Dokumen konsep Green Industry 2 road map konservasi dan diversifikasi energi 9 Teknologi Paket Pelaksanaan dan Kriteria Green Industry di kawasan Paket persentase pelaksanaan roadmap dan konservasi dan diversifikasi energi

5 Paket Kebijakan Teknis 1 Paket Pedoman 80%

8,800,000

c. d. e.

8,000,000 1,200,000

Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri

Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

Terlaksananya pelayanan teknis sertifikasi industri

5 Perusahaan Meningkatnya jumlah pelayanan teknis dan kerjasama dengan dunia industri. Persentase pelaksanaan pelayanan teknis dan kerja sama

75%

VIII. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian Meningkatnya kualitas perencanaan a. tercapainya peningkatan kualitas pelaporan tercapainya peningkatan kualitas perencanaan persentase kenaikan pangkat/golongan yang tepat waktu rekruitmen pegawai unit status WTP

Terlaksanannya Tugas,Pokok dan Fungsi di Internal Kementerian Perindustrian secara optimal 5% Terkoordinasininya penyusunan program pengembangan sektor industri 5% Meningkatnya pengembangan ekonomi industri 90%

343,178,869

26,701,693

b.

90%

Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten

a.

80% Standar kompetensi SDM aparatur (index)

7,360,728

b. Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional a.

453 orang SDM aparatur yang kompeten 57 unit status WTP Tingkat penyerapan anggaran Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP)

90% 95 % 100 % 30,769,712

Page 22 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri Uraian a. (5) Konsep RUU P3DN, advokasi perkara hukum, jumlah peraturan menteri perindustrian,tersusunya revisi Konsep Revisi UU Perindustrian Advokasi Perkara hukum Peraturan Menteri Perindustrian Target

Indikator Kinerja Outcome Uraian Target (8) 9 konsep

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 8,994,330

(6) (7) 1 Konsep RUU P3DN, Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, jumlah peraturan menteri RPP, R.Perpres/R.Keppres) perindustrian,tersusunya revisi 1 Konsep Revisi UU Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Perindustrian Menteri Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 50 Peraturan Menteri Tingkat penurunan penyimpangan Perindustrian pelaksanaan kebijakan industri 4000 jumlah data Membantu dalam penentuan kebijakan industri perusahaan yang tepat sasaran Meningkatnya utilisasi produksi persektor

b. Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri Membangun sistem informasi yang terintegrasi & handal c. d.

200 peraturan 10% 40%

a.

jumlah data perusahaan

20%

22,698,571

20%

b.

jumlah produk yang telah terverifikasi (perusahaan)

390 perusahaan Meningkatnya penyerapan APBN terhadap belanja barang produksi dalam Negeri

6,000,000.00

Meningkatkan kualitas pelayanan publik

a.

Jumlah pertemuan lintas sektor 13 pertemuan lintas Tingkat kepuasan pelanggan (index) / institusi / lembaga sektor / institusi / lembaga

30,062,368

b. Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri a.

Jumlah pameran Strategic map dan KPI unit eselon III Bertambahnya jejaring kerja antar unit kerja dan instansi lainnya (MoU) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku SDM Industri Pendidikan untuk mendukung pengembangan kompetensi inti daerah Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan

11 pameran 40 Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 10 Laporan

b.

10 Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri 14330 orang SDM Instruktur yang bersertifikat industrial telah mengikuti diklat 9 unit penyelenggaraan Jurusan pada lembaga pendidikan dan pendidikan sesuai lembaga diklat yang terakreditasi kompetensi inti daerah Peningkatan sarana dan prasarana lembaga diklat dan tata kelola manajemen yang baik 7150 orang ulusan SDM terampil 7670 orang Lulusan SDM ahli madya

40 Presentase

Mengkoordinasikan peningkatan a. kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan b.

100

16,899,715

24

600,000

c.

19,162,663

d. e.

Terciptanya SDM industri terampil siap kerja Terciptanya SDM industri ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri

37,205,106 66,294,866

Page 23 of 24

Indikator Kinerja Output NO (1) Program Utama (2) Sasaran (4) f. Uraian (5) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku SDM aparatur Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri Meningkatnya produktivitas SDM Jumlah Atase Target (6) 13260 orang SDM aparatur telah mengikuti diklat Indek kepuasan pelanggan meningkat (skala 1 - 5) SDM aparatur yang meningkat produktivitasnya 4

Indikator Kinerja Outcome Uraian (7) Target (8)

Anggaran (Ribu Rupiah) (9) 21,079,708

g.

41,605,309

h.

149,100

Peningkatan Kemampuan Intelejen a. Industri dan Teknologi di Lingkup Internasional IX. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

5,300,000

Tersedianya dan terpeliharanya sarana dan prasarana di lingkungan Kementerian Perindustrian secara baik.

8,162,600

Terkelolanya sarana prasarana kerja a.

Terkelolanya sarana prasarana kerja Tersedianya peralatan maintenance

b. X. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian Tercapainya efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal, Dekonsentrasi dan tugas pembantuan di Wilayah-Wilayah Tersebut a.

Tersedianya sarana Sarana prasarana kerja terkelola dengan baik prasarana kerja yang memadai Jumlah peralatan maintenance Terkawalnya jalannya tugas,pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian agar sesuai dengan perencanaan Efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal, Dekonsentrasi dan tugas pembantuan di Wilayah-Wilayah Tersebut dapat tercapai

8,162,600

19,908,000

Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN dan Pemeriksaan Khusus oleh Inspektorat I, II, III, dan IV

Pengawasan Kinerja terhadap 167 unit kerja/satker, Monev Pengembangan Industri terhadap 33 satker, reviu Lap Keuangan/BMN terhadap 47 unit kerja/satker dan terselesaikannya Pemeriksaan Khusus oleh Inspektorat I, II, III, dan IV

100%

19,908,000

Memfasilitasi Kegiatan Pengawasan dan Dukungan Teknis Inspektorat Jenderal

b.

Terfasilitasinya kegiatan pengawasan dan dukungan teknis Inspektorat Jenderal.

Terselenggaranya Kegiatan Pengawasan dan Dukungan Teknis kegiatan pengawasan dan Inspektorat Jenderal dapat terfasilitasi dukungan teknis Inspektorat Jenderal.

100%

1,665,116,721

Page 24 of 24

Lampiran 3 PENERIMA PENGHARGAAN UPAKARTI TAHUN 2010

PENERIMA UPAKARTI TAHUN 2010

NO. I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 1. 2. 3. 4. 5. III. 1. 2. 3. 4. 5. IV. 1. 2. 3. 4. 5. V. 1. 2. 3. 4. 5.

NAMA KATEGORI JASA PENGABDIAN

LOKASI / PERUSAHAAN

Hj. Sjarifah Rosemawatie Daria


I. N. Widiartha Mahayasa Gusti Kade Djaya Wirata, SE Pastor Jacques Maessen, SMM. Hj. Sendy Yusuf, ST KATEGORI JASA PELESTARIAN Mateus Ala Uswatun Chasanah M. RivaI Navis Sandiyo, SE Santoso Hartono KATEGORI JASA KEPELOPORAN PT. SUWASTAMA BEST LADY ASKARA ART GALLERY H. Ade Hikmat Nugraha UD. BINTANG SORAYA KATEGORI JASA KEPEDULIAN Drs. H. Deddy Soepardi, MM. Ir. H. Darmansyah Husein Drs. H. Burhanuddin Husin, MM. Dr. H. Lukman Abunawas, SH, M.Si. Drs. H. Longki Djanggola, M.Si KATEGORI IKM MODERN PT. SARANDI KARYA NUGRAHA PD. MITRA SUKSES ENGINEERING INDONESIA CV. KARYA BARU PT. MANGKUPALAS MITRA MAKMUR PT. WIEDA SEJAHTERA

Kab. Lingga, Kepulauan Riau Kupang, Nusa Tenggara Timur Kabupaten Tabanan, Bali Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat Bandung, Jawa Barat

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat Kabupaten Tuban, Jawa Timur Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

Kota Surakarta, Jawa Tengah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah Bengkulu Kota Sukabumi, Jawa Barat Kota Palu, Sulawesi Tengah

Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Kabupaten Belitung, Bangka Belitung Kabupaten Kampar, Riau Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara Kabupaten Parigi Muotong, Sulawesi Tengah

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Kota Pasuruan, Jawa Timur Kabupaten Lampung Timur, Lampung Kel. Mesjid Samarinda, Kalimantan Timur Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta

Lampiran 4 PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF STAKEHOLDERS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

PENGUKURAN KINERJA PERSPEKTIF STAKEHOLDERS


KEMENTERIAN : PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN : 2010

Sasaran Strategis Tingginya nilai tambah industri

Indikator Kinerja 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional

Target 4.99 23.92 35 250,000 250 50 2.75 4.00 34,178.4 6.5 13

Realisasi 5.09 21.55 21.72 212,378 157 99 3.74 3.05 29,256.03 2.09 1.46

% 102.00 90.09 62.06 84.95 62.80 198.00 136.00 76.25 85.60 32.15 11.23

Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri

1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional 1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri

Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri 1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia) 2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan Tersebarnya pembangunan industri Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB 1. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.684.616.721 Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.422.216.526

Lampiran 5 PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

PENGUKURAN KINERJA PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK


KEMENTERIAN : PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN : 2010

Sasaran Strategis Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri

Indikator Kinerja 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres) 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri

Target 2
40 1 32 15 35 10

Realisasi
5 52 1 35 18 35 30

% 250.00 130.00 100.00 109.38 120.00 100.00 300.00 57.33 544.44 94.09 60.00 89.45 197.33

Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan Menetapkan peta panduan pengembangan industri

1. Renstra 2010 -2014 & RENJA 1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas 2. Peta panduan industri unggulan provinsi 3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota

Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri

1. Rekomendasi usulan insentif 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif

300

172

Mengembangkan R & D di instansi dan industri Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual

1. Kerjasama R&D instansi dengan industri 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI 2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)

18

98

220

207

10

Memfasilitasi pengembangan industri

1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan

80

71.56

600

1184

Sasaran Strategis Memfasilitasi pengembangan industri

Indikator Kinerja 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku 4. Perjanjian kerjasama Internasional

Target
40

Realisasi
2

% 5.00 260.00 40.19 84.17 380.00 210.50 90.00 115.00 125.00 125.98 100.00 100.00 96.30

13

Memfasilitasi promosi industri Memfasilitasi penerapan standardisasi

1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi 1. Rancangan SNI yang diusulkan 2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)

5160

2074

120

101

10

38

200

421

Meningkatkan kualitas pelayanan publik Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

1. Tingkat kepuasan pelanggan 1. Instruktur yang bersertifikat 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi

4 20 4 60 57 10 40

3.6 23 5 75.59 57 10 38.52

Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri

1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal 2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja 1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.684.616.721 Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.422.216.526

You might also like