You are on page 1of 208

i

i i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayah-NYA lah sehingga tugas Laporan hasil survey lapangan kami berjalan
dengan baik dan terselesaikan sehingga kami dapat mewujudkannya dalam bentuk
laporan Perencanaan dengan judul PERENCANAAN KAWASAN
AGROPOLITAN KECAMATAN SINJAI BORONG 2012.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak hambatan
yang dihadapi, namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak
Alhamdulilah laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak pihak yang telah banyak
membantu khususnya Pembimbing Institusi dan Jurusan.
Sebagai penulis laporan ini kami juga menyadari bahwa dalam laporan ini
masih banyak kekurangan kekurangan, saran dan kritik dari semua pihak sangat
kami harapkan sehingga penulisan selanjutnya bisa lebih baik.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan petunjuk-Nya dan
semoga amal kita bernilai ibadah. Amin
Sungguminasa, 17 Agustus 2012

Penulis







i i i
Daftar Isi

Kata Pengantar .... ii
Daftar Isi .... iii
Dafrar Tabel .. v
Dafrat Gambar .. vii
Lembar Pengesahan .. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .. 1
1.2. Rumusan Masalah .. 3
1.3. Tujuan dan Sasaran ... 3
1.4. Lingkup Keluaran . 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Agribisnis ..... 8
2.2. Agropolitan ... 12
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
3.1. Gambaran Umum Kabupaten Sinjai .. 24
3.2. Gambaran Umum Kecamatan Sinjai Borong ... 43
3.3. Kegiatan Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan / Holtikultura /
Perkebunan/Peternakan/Perikanan/Wisata ... 73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Kondisi Fisik Wilayah ..... 79
4.2. Analisis Fungsi Kawasan .. 87
4.3. Analisis Sumber Daya dan Penggunaan Lahan . 90
4.4. Analisis Penentuan Komoditas Unggulan . 94
4.5. Analisis Kependudukan . 102

i v
4.6. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana 105
4.7. Analisis Pusat Pertumbuhan Wilayah .. 130
4.8. Analisis Aksesibilitas Wilayah .. 138
4.9. Analisis Keterkaitan Fungsi .. 140
4.10. Analisis Kelembagaan . 141
4.11. Analisis Sosial Budaya 142
4.12. Analisis SWOT 144

BAB V RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
5.1. Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Agropolitan ...... 154
5.2. Penetapan Zona Pengembangan 155
5.3. Penetapan Pusat-Pusat Pengembangan .. 157
5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan 158
5.5. Rencana Pengembangan Agroindustri .. 166
5.6. Rencana Pengembangan Komoditas Unggulan 169
5.7. Rencana Pengembangan Pelaku Bisnis . 171
5.8. Rencana Pengembangan Prasarana Kawasan 173
5.9. Rencana Pengembangan Sarana Kawasan 181
5.10. Rencana Pengembangan Aksesibilitas Wilayah .. 188

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
6.1. Strategi Pengembangan 191
6.2. Strategi Pengendalian dan Pengawasan ... 194

DAFTAR PUSTAKA




v
Daftar Tabel
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
3.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Sinjai Tahun 2010 . 24
3.2. Tabel Kondisi Topografi Kabupaten Sinjai 2010 .... 26
3.3. Tabel Jenis Tanah Kabupaten Sinjai Tahun 2010 27
3.4. Tabel Curah Hujan Kabupaten Sinjai Tahun 2010 .. 28
3.5. Tabel Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun 2010 . 32
3.6. Tabel PDRB Kabupaten Sinjai Tahun 2010 .... 34
3.7. Tabel Sarana Pendidikan Kabupaten Sinjai Tahun 2010 .... 37
3.8. Tabel Sarana Kesehatan Kabupaten Sinjai Tahun 2010 ..... 38
3.9. Tabel Sarana Peribadatan Kabupaten Sinjai Tahun 2010 ... 39
3.10. Tabel Jenis Jalan Kecamatan Sinjai Borong 2010 .. 40
3.11. Tabel Luas Wilayah Kecamatan Sinjai Borong 2010 .. 43
3.12. Tabel Kondisi Topografi Kecamatan Sinjai Borong 2010 .. 44
3.13. Tabel Klasifikasi Jenis Tanah Kecamatan Sinjai Borong 2010 .. 46
3.14. Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Sinjai Borong 2006-2010 . 49
3.15. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kec.Sinjai Borong . 50
3.16. Tabel Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kec. Sinjai Borong 2010 51
3.17. Tabel Penduduk Menurut Agama Kec. Sinjai Borong 2010 .. 52
3.18. Tabel Potensi Pengembanagn Pertanian Kec. Sinjai Borong 2010 . 54
3.19. Tabel Potensi Pengembangan Perkebunan Kec. Sinjai Borong 2010 50
3.20. Tabel Objek Wisata dan Rekreasi Kec. Sinjai Borong 2010 .. 55
3.21. Tabel Jumlah Sarana Peribadatan Kec. Sinjai Borong 2010 .. 57
3.22. Tabel Jumlah Sarana Kesehatan Kec. Sinjai Borong 2010 . 58
3.23. Tabel Jumlah Sarana Olahraga Kecamatan Sinjai Borong .. 59
3.24. Tabel Jumlah Sarana Pendidikan Kec. Sinjai Borong 2010 .. 61
3.25. Tabel Jumlah Sarana Perdagangan Kec. Sinjai Borong 2010 62
3.26. Tabel Prasarana Jalan Kecamatan Sinjai Borong ... 64
3.27. Tabel Prasarana Jenis Drainase Kecamatan Sinjai Borong . 66
3.28. Tabel Prasarana Kondisi Drainase Kecamatan Sinjai Borong 66

vi
3.29. Tabel Prasarana Listrik Kecamatan Sinjai Borong 2010 62
3.30. Tabel Prasarana Komunikasi Kecamatan Sinjai Borong 2010 71
3.31. Tabel Prasarana Persampahan Kecamatan Sinjai Borong 2010 .... 72
3.32. Produksi Komoditas Pertanian Kec. Sinjai Borong ... 73
3.33. Produksi Komoditas Pertanian Sektor Buah-Buahan Kec. Sinjai Birong . 75
3.34. Produksi Komoditas Perkebunan Kecaamatan Sinjai Borong .. 76
3.35. Data Jenis Ternak Besar di Kecamatan Sinjai Borong 2010 .. 77
3.36. Data Jenis Ternak Unggas di Kecamatan Sinjai Borong 2010 78

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

4.1 Tabel Klasifikasi Kemiringan Lereng Kec. Sinjai Borong 2012 .. 79
4.2 Tabel Klasifikasi dan Nilai Kelas Lereng Lapangan 80
4.3 Tabel Pembobotan Kemiringan lereng Kecamatan Sinjai Borong . 81
4.4 Tabel Klasifikasi Jenis Tanah Kecamatan Sinjai Borong 2012 82
4.5 Tabel Klasifikasi dan Nilai Skor Jenis Tanah .. 83
4.6 Tabel Pembobotan Jenis Tanah Kecamatan Sinjai Borong 84
4.7 Tabel Intensitas Curah Hujan Keccamatan Sinjai Borong . 85
4.8 Tabel Klasifikasi dan Nilai Skor Intensitas Curah Hujan Kec.Sinjai Borong 86
4.9 Tabel Pembobotan Intensitas Curah Hujan Kec. Sinjai Borong 87
4.10 Tabel Analisis Kesesuaian Lahan Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 88
4.11 Tabel Penggunaan Lahan Kecamatan Sinjai Borong 2011 90
4.12 Tabel Tanam, Luas Panen dan Produksi
Tanaman Pangan Kecamatan Sinjai Borong . 91
4.13 Tabel Jumlah Penduduk Optimal Kecamatan Sinjai Borong ... 92
4.14 Tabel Produksi Pertanian Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010 95
4.15 Tabel Analisis LQ Sektor Pertanian Tanaman Pangan
Kecamatan Sinjai Borong 2012 .... 95
4.16 Tabel Produksi Perkebunan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010 96
4.17 Tabel Analisis LQ Sektor Perkebunan Rakyat
Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 97

vi i
4.18 Tabel Produksi Sektor Ternak Besar
Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010 . 98
4.19 Tabel Analisis LQ Sektor Ternak Besar
Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 99
4.20 Tabel Produksi Ternak Unggas Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010 100
4.21 Tabel Analisis LQ Sektor Ternak Unggas
Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 101
4.22 Tabel Perkembangan Penduduk Kecamatan Sinjai Borong .. 102
4.23 Tabel Proyeksi Penduduk 20 Tahun Kedepan Kec. Sinjai Borong .. 103
4.24 Tabel Proyeksi Kepadatan Penduduk Tahun 2030 Kec.Sinjai Borong 104
4.25 Tabel Kebutuhan Sarana Pendidikan Kec.Sinjai Borong Tahun 2030 . 108
4.26 Tabel Kebutuhan Sarana Pendidikan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Persesa Tahun 2030 108
4.27 Tabel Kebutuhan Sarana Peribadatan Kec.Sinjai Borong Tahun 2030 110
4.28 Tabel Kebutuhan Sarana Peribadatan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Persesa Tahun 2030 110
4.29 Tabel Kebutuhan Sarana Kesehatan Kec.Sinjai Borong Tahun 2030 .. 113
4.30 Tabel Kebutuhan Sarana Kesehatan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Persesa Tahun 2030 113
4.31 Tabel Standar Kebutuhan Sarana Persampahan 114
4.32 Tabel Kebutuhan Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong 115
4.33 Tabel Kebutuhan Sarana Perdagangan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Persesa Tahun 2030 115
4.34 Tabel Kebutuhan Air Bersih Sarana Pendidikan
Untuk Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030 .. 118
4.35 Tabel Kebutuhan Air Bersih Sarana Kesehatan
Untuk Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030 .. 118
4.36 Tabel Kebutuhan Air Bersih Sarana Peribadatan
Untuk Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030 .. 119
4.37 Tabel Kebutuhan Prasarana Drainase 121
4.38 Tabel Kebutuhan Energi Listrik Kecamatan Sinjai Borong 2030 .. 122

vi i i
4.39 Tabel Kebutuhan Prasarana Komunikasi Kec. Sinjai Borong 2030 .. 123
4.40 Tabel Standar Kebutuhan Persampahan . 125
4.41 Tabel Kebutuhan Prasarana Persampahan Kecamatan Sinjai Borong ... 126
4.42 Tabel Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Persesa Tahun 2030 126
4.43 Tabel Analisis Skalogram Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012 .. 131
4.44 Tabel Analisis Skalogram Yang Telah Diolah
Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012 .. 132
4.45 Tabel Indeks Sentralitas Terbobot Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 134
4.46 Tabel Hasil Olahan Data Analisis Indeks Sentralitas Terbobot
Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 135
4.47 Tabel Rencana Hirarki Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 136
4.48 Tabel Tingkat Aksesibilitas Kecamatan Sinjai Borong 2012 138
4.49 Tabel Analisis Tingkat Aksesibilitas Sinjai Borong 2012 . 139
4.50 Tabel Matriks Keterkaitan Fungsi Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 140
4.51 Tabel Banyaknya Kelembagaan Kecamatan Sinjai Borong 2011 . 142
4.52 Tabel Faktor dan Strategi Internal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 147
4.53 Tabel Faktor dan Strategi Internal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 148
4.54 Tabel Faktor dan Strategi Eksternal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 149
4.55 Tabel Faktor dan Strategi Ekternal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 150
4.56 Tabel Matriks Analisis SWOT Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 151





BAB V RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

i x

5.1 Tabel Karakteristik Penentu Tipologi Kawasan Agropolitan .... 156
5.2 Tabel Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan Unggulan .. 158
5.3 Tabel Hasil Produksi Perternakan Kecamatan Sinjai Borong 163
5.4 Tabel Rencana Pemenuhan Air Bersih Untuk Sarana Pendidikan
Kecamatan Sinjai Borong 2030 . 175
5.5 Tabel Rencana Pemenuhan Air Bersih Untuk Sarana Kesehatan
Kecamatan Sinjai Borong 2030 . 176
5.6 Tabel Rencana Pemenuhan Air Bersih Untuk Sarana Peribadatan
Kecamatan Sinjai Borong 2030 . 176
5.7 Tabel Rencana Prasarana Persampahan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa 177
5.8 Tabel Rencana Prasarana Persampahan Kecamatan Sinjai Borong .. 177
5.9 Tabel Rencana Prasarana Drainase Keccamatan Sinjai Borong ... 178
5.10 Tabel Pemenuhan Energi Listrik Kec.Sinjai Borong 179
5.11 Tabel Prasarana Komunikasi Kecamatan Sinjai Borong .. 181
5.12 Tabel Rencana Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong 2030 .. 182
5.13 Tabel Rencana Sarana Perdagangan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa Tahun 2030 182
5.14 Tabel Rencana Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong 2030 .. 183
5.15 Tabel Rencana Sarana Pendidikan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa Tahun 2030 184
5.16 Tabel Rencana Sarana Kesehatan Kecamatan Sinjai Borong 2030 ... 185
5.17 Tabel Rencana Sarana Kesehatan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa Tahun 2030 185
5.18 Tabel Rencana Sarana Peribadatan Kecamatan Sinjai Borong 2030 .... 186
5.19 Tabel Rencana Sarana Peribadatan
Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa Tahun 2030 186


Daftar Gambar

x

3.1 Gambar Kondisi Topografi Kabupaten Sinjai 2012 . 27
3.2 Gambar Kondisi Topografi Kecamatan Sinjai Borong 2012 45
3.3 Gambar Kondisi Aliran Sungai Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 47
3.4 Gambar Sarana Peribadatan Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 57
3.5 Gambar Sarana Kesehatan Kecamatan Sinjai Borong 2012 .. 59
3.6 Gambar Sarana Olahraga Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 60
3.7 Gambar Sarana Pendidikan Kecamatan Sinjai Borong 2012 .... 61
3.8 Gambar Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong 2012 .. 63
3.9 Gambar Prasarana Jalan Kecamatan Sinjai Borong 2012 . 64
3.10 Gambar Prasarana Drainase Kecamatan Sinjai Borong 2012 ... 67
3.11 Gambar Prasarana Air Bersih Kecamatan Sinjai Borong 2012 .... 68
3.12 Gambar Prasarana Telekomunikasi Kec.Sinjai Borong 2012 ... 72

















HALAMAN PENGESAHAN

xi

JUDUL : Laporan Perencanaan Kawasan Agropolitan Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai

ATAS NAMA : KELOMPOK IV
1. KHAIRUL SANI USMAN
2. NOVRIANSYAH EKA PUTRA
3. SRI IRNA MULANA SABIR
4. BAYU ANGGAREKSA
5. SYAMSUL BAHRI


Setelah diperiksa dan diperbaiki, laporan hasil survey ini dinyatakan
diterima.
Sungguminasa 17 Agustus 2012

Mengetahui

Dosen Mata Kuliah Asisten

Ir. Syafri, M.si Firdaus, ST

1



1.1 Latar Belakang
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta
kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di
kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan
kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini
telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan
kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan
kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya
yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber
daya manusia, sumber daya alam, bahkan modal (Douglas, 1986).
Proses urbanisasi yang terjadi seringkali mendesak sektor pertanian
ditandai dengan konversi lahan kawasan pertanian menjadi kawasan
perkotaan, seperti halnya pada Kabupaten Sinjai yang proses urbanisasinya
semakin semakin meningkat Konsekuensi logis dari kondisi ini adalah
menurunnya produktifitas pertanian.
walaupun demikian tidak berarti pembangunan perdesaan menjadi
tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban bias.
Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi
dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan
perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi
yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi
pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui beberapa pendekatan
dan konsep perencanaan dan pengembangan kawasan agropolitan maka
produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di
pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih
luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan.

2
Meskipun demikian, pengembangan kawasan agropolitan sebagai bagian
dari pengembangan wilayah nasional tidak bisa terlepas dari Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang merupakan matra spasial yang
menjadi kesepakatan bersama. RTRWN penting untuk dijadikan alat untuk
mengarahkan pengembangan kawasan agropolitan sehingga
pengembangan ruang nasional yang terpadu dan sistematis dapat
dilaksanakan. Sosialisasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan
pengembangan kawasan agropolitan,
Pada umumnya hampir seluruh kota-kota, mulai kota-kota kecil,
menengah sampai kota-kota sbesar sudah mempunyai konsep tata
ruangnya. Namun demikian kebanyakan konsep tata ruang yang ada sangat
bagus, indah, sistematik, terstruktur dalam tampilannya dalam studio.
Kenyataan di lapangan merumuskan konsepnya sendiri tanpa berkonsultasi
dengan rumusan konsep yang telah ada dalam studio. Kesenjangan inilah
yang memunculkan konsep anmaged growth.
Dengan melihat penomena yang terjadi dan berdasarkan pealita yang
terjadi dimasyarakat perkotaan dan perdesaan, maka perlu dibuatkan
rencana kota/kabuapaten dengan mangacu pada potensi perdesaan serta
mengarah kepada perencanaan kawasan agropolitan dengan melihat
potensi desa yang ada, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan terutama
yang menyangkut masalah pertumbuhan dan perkembangan
kota/kabupaten sedapat mungkin dapat dihindari.
Penyusunan laporan perencananaan kawasan agropolitan pada
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, dalam rangka mewujudkan
pemanfaatan ruang secara efektif pedesaan yang efisien dan optimal serta
berwawasan lingkungan yang diharapkan dapat memberikan arahan
rencana pada kawasan agropolitan yang lebih baik.




3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang di atas maka dapat di paparkan rumusan
masalahnya yaitu:
a. Bagaimanakah potensi wilayah kecamatan Sinjai Borong untuk
dikembangkan sebagai kawasan agropolitan di Kabupaten Sinjai ?
b. Bagaimanakah ketersediaan infrastrutur wilayah kecamatan Sinjai
Borong yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah
agropolitan?
c. Bagaimana konsep pengembangan kecamtan Sinjai Borong sebagai
kawasan Agropolitan ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari laporan perencanaan kawasan
agropolitan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui potensi wilayah kecamatan Sinjai Borong yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan agropolitan di Kabupaten
Sinjai sesuai dengan potensi yang dimiliki tiap wilayah
2. Untuk mengetahui ketersediaan infrastrutur wilayah kecamatan Sinjai
Borong yang dapat berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah
agropolitan
3. Untuk mengetahui konsep pengembangan kecamtan Sinjai Borong
sebagai kawasan Agropolitan

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan
Penyusunan rencana pengembangan kawasan agropolitan yang
mengidentifikasi potensi dan kemampuan lokasi dengan pengembangan
potensi utama untuk memacu pengembangan kawsan aggropolitan. Ruang
lingkup penelitian penyusunan rencana pengembangan kawasan
agropolitan dipusatakan di:



4
a. Lingkup Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Penyusunan perencanaan pengembangan kawasan agropolitan
yang di pusatkan di Kecamatan Sinjai Borong yang dalam rencana
pengembangan permukiman ditetapkan sebagai daerah pengembangan
agropolitan. Untuk mengembangkan kawasan agropolitan di
kecamatan Sinjai Borong, kabupaten Sinjai, provinsi Sulawesi
Selatan.

b. Lingkup Kajian
1. Persiapan Survey, meliputi:
a. Persiapan dasar
Kegiatan awal untuk merumuskan tujuan dan sasaran.
Mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul.
b. Persiapan Teknis
Persuratan ke berbagai instansi terkait.
Persiapan peta dasar.
Penyusunan list data.
Persiapan organisasi kerja termasuk pembagian tugas tiap
anggota.
2. Survey Data, meliputi :
a. Data Primer
Data primer terdiri dari:
Observasi Lapangan.
Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data
yang lebih akurat dan sekaligus membandingkan atau
mencocokkan data dari instansi terkait dengan data yang
sebenarnya di lapangan.



5
Survey Wawancara.
Hal ini dilakukan dengan maksud mendengarkan
tanggapan ataupun informasi-informasi penting tentang
daerah atau wilayah survey.
b. Data Sekunder
Data Sekunder terdiri dari:
Survey Data Instansi
Survey data instansi dilakukan untuk mengumpulkan data
dari beberapa instansi terkait. Data tersebut dapat berupa
uraian, data tabulasi angka, ataupun peta yang
menggambarkan daerah atau wilayah survey pada
umumnya dan bahkan lebih spesifik.
Kepustakaan
Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan
berbagai data-data penting tentang daerah atau wilayah
survey dari berbagai rujukan buku atau literatur.
3. Kompilasi Data
Kompilasi data adalah langlah menggabungkan semua data-
data yang didapatkan dari hasil survey dan baik itu berupa data
primer atau hasil dari survey lapangan maupun data sekunder
yang didapatkan dari instansi-instansi terkait kemudian
dituangkan atau dikonsep ke dalam suatu bentuk laporan yang
sistematis.
Data yang berhasil dikumpulkan dari survey termasuk di
dalamnya penelaahan data sekunder, penelaahan pustaka dan
dokumen dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa agar mudah
dibaca, mudah dilihat kaitannya satu dengan yang lain, dan
informatif. Usaha penyusunan demikian disebut pula dengan
kompilasi data.
Tahap kompilasi data ini harus mempunyai bobot pra
analisis. Artinya, dari kompilasi data ini sudah dapat terbaca

6
segala kecenderungan di masa mendatang yang akan sangat
penting peranannya dalam proses peramalan.
Kompilasi data mempengaruhi oleh sistem analisis yang
akan digunakan yang juga menentukan volume data yang
dibutuhkan. Oleh karena itu pencatatan data harus dibuat
sedemikian rupa agar dapat berguna bagi analisis apapun yang
terkait. Dengan kata lain, pencatatan data harus dibuat selengkap
mungkin dan terperinci.
Kompilasi data ini dapat disajikan dengan berbagai cara
antara lain dalam bentuk verbalisasi, tabulasi, grafik dan diagram,
serta visualisasi dan pemetaan.
4. Penggambaran Peta
Penggambaran peta merupakan suatu langkah untuk
memvisualisasikan atau menggambarkan hasil survey yang telah
didapat agar lebih jelas. Adapun penggambaran peta tersebut
terdiri dari penggambaran peta dasar, peta tata guna lahan, peta
penyebaran fasilitas, peta jaringan jalan dan lain-lain sebagainya

1.4 Lingkup Keluaran
1. Pendapatan Masyarakat
Terjadi peningkatan pendapatan masyarakat tetapi masih di
bawah garis kemiskinan. Peningkatan pendapatan terjadi karena
efisiensi dan turunnya biaya transportasi setelah terbangunnya jalan
desa dan pasar desa. Perlu mengkaji faktor-faktor yang menghambat
pencapaian target peningkatan pendapatan masyarakat dan menelusuri
apakah sistem, jenis usaha pasar, atau sumber daya manusia yang
masih menjadi kendala peningkatan ekonomi masyarakat. Disamping
itu pemerintah daerah diharapkan terus mencari terobosan baru untuk
membangun kemitraan bisnis antara produsen dengan perusahaan
pengelola berskala menengah atau besar.


7
2. Perekonomian Perdesaan
Perlu dikaji faktor determinan yang menyebabkan para petani
dan peternak kurang memanfaatkan lembaga keuangan yang ada dan
masih berharap bantuan pemerintah langsung. Fenomena seperti ini
menunjukkan bahwa jiwa wirausahanya masih rendah dan hal ini
tentunya merupakan ancaman terhadap keberlanjutan agropolitan di
daerah ini. Program kerja diharapkan menyusun program-program
pemberdayaan masyarakat yang putputnya mampu meningkatkan
semangat kemandirian usaha. Orientasi usaha yang hanya sebatas
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga seharusnya sudah dirubah
paradigmanya menjadi suatu sistem yang produktiv dan inivatif.


















8


2.1 Agribisnis
2.1.1. Pengertian Agribisnis
Pendekatan untuk memahami pengertian agribisnis dapat dilakukan
dengan menelusuri asal kata agribisnis itu sendiri. Soekartawi (1993)
mengemukakan bahwa agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri
berasal darai bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha
komersial dalam dunia perdagangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1991).
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004):
Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi
pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan
produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi
bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis
mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek
budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga
tahap pemasaran.
Selanjutnya, pertanian mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian
dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas (Mubyarto, 1994). Dalam arti
sempit, pertanian menunjuk pada kegiatan pertanian rakyat yang biasanya
hanya bercocok tanam atau melakukan budidaya tanaman pangan seperti
padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan sebagainya.
Pertanian dalam arti luas meliputi:
Pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit;
Perkebunan, yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar yang
melakukan budidaya tanaman perkebunan seperti kopi, lada, cengkeh,
kelapa, kelapa sawit, teh, dan sebagainya;
Kehutanan yang menghasilkan produk hutan seperti kayu dan rotan;

9
Peternakan, yaitu budidaya ternak baik ternak kecil seperti ayam dan
kambing, atau ternak besar seperti sapi dan kerbau; dan
Perikanan yang meliputi perikanan darat dan laut.

2.1.2. Sistem Agribisnis
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan
seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari
berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan
interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan
pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan,
pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar
penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat
waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan
usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian.
Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi,
komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan
produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan
sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal
mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah
pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga
ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang

10
subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di
tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari
penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan
lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari
produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan,
pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan,
dan peningkatan mutu.
Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani
dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan
utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi
pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca
panen yang meliputi :
a) Sarana Tataniaga
b) Perbankan/perkreditan
c) Penyuluhan Agribisnis
d) Kelompok tani
e) Infrastruktur agribisnis
f) Koperasi Agribisnis
g) BUMN
h) Swasta
i) Penelitian dan Pengembangan
j) Pendidikan dan Pelatihan
k) Transportasi

11
l) Kebijakan Pemerintah

2.1.3. Pengembangan Agribisnis
Untuk pengembangan sektor ekonomi pedesaan yang berorentasi
agribisnis pada pengembangan agribisnis diperlukan strategi dan dukungan.
Menururt Suprapto (2000) strategi pengembangan agribisnis antara lain: 1)
mengembangkan komoditas unggulan; 2) menumbuhkembangkan kawasan
industri pertanian pada sentra-sentra pengembangan agribisnis komoditas
unggulan; 3) meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi dan penanganan mutu
produk serta kemasannya; 4) menumbuhkembangkan wira usaha dibidang
agribisnis; 5) menumbuhkembangkan teknologi tepat guna berwawasan
lingkungan; 6) menumbuhkembangkan industri-industri pendukung
agribisnis; dan 7) menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah untuk
menjadi motor penggerak agribinsis.
Untuk memaksimalkan strategi tersebut diperlukan dukungan antara
lain: 1) kebijakan pemerintah yang konsisten melalui perbaikan iklim usaha
sehingga pelaku agribisnis dapat mengembangkan usahanya; 2) peningkatan

12
kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana seperti angkutan dan jalan desa,
peningkatan fasilitas pergudangan yang memadahi; 3) peranan teknologi.
Setidak-tidaknya ada empat strata teknologi yaitu: 1) teknologi
biologis (benih, varitas dll); 2) teknologi pengolahan disektor hilir; 3)
teknologi pengepakan, kemasan dan distribusi untuk menjamin produk tetap
segar sampai ke konsumen akhir; 4) teknologi maju bagi pengembangan
komoditas unggulan (biotekologi);
Kualitas sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan
agribisnis dalam memasuki persaingan global. Untuk itu perlu pengembangan
kualitas dan kuantitas menejer profesional yang berwawasan global baik
untuk skala kecil maupun menengah dan peningkatan kemampuan
kelembagaan petani-nelayan seperti Kelompok Usaha Bersama Agribisnis
(KUBA), Koperasi Agribisnis Komoditas Unggulan (KOPAKU), kemitraana
antara petani-nelayan dengan pengusaha penyedia modal, pemasaran dan
pengolahan.
Dengan pengembangan agribisnis diera globalisasi ini, juga
memerlukan dukungan kelembagaan keuangan yang fully dedicated terhadap
sektor pertanian yang berorentasi agribisnis dipedesaan sehingga kedepan
dapat tercapai dengan baik. (Sutrisno, Peneliti pada Kantor Penelitian dan
Pengembangan Kabupaten Pati).

2.2 Agropolitan
2.2.1. Pengertian Agropolitan
Agropolitan terdiri dari kata agro dan kata politan (polis). Agro
berarti pertanian dan politan berarti kota, sehinggah agropolitan dapat
diartikan sebagai kota pertanian atau kota didaerah lahan pertanian atau
pertanian di daerah kota. Kabupaten Barru ini yang dimaksud dengan
agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembangkarena
berjalannya system dan usaha agribisnis serta mampu melayani,

13
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Kawasan agropolitan merupakan system fungsional desa-desa
dengan hirarki keruangan desa, yakni adanya pusat agropolitan dan desa-
desa lainnya(hinterland). Berdasarkan hasil keputusan Bupati Kabupaten
Barru no. 195 tahun 2002 telah ditetapkan kawasan agropolitan di
Kabupaten Barru. System Agribisnis adalah pembangunan pertanian yang
dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya tetapi juga
meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian),
agribisnis hilir (prossesing dan pemasaran haasil pertanian) dan jasa-jasa
pendukungnya. Inti dari system agribisnis adalah usaha yang dilakukan
oleh masyarakat terutama petani dan pengusaha (swasta dan BUMN) baik
pengusaha pelaku penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran
maupun penyediaan jasa.
Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kota kecil atau
kotaKecamatan atau kota Perdesaan atau kota Nagari yang berfungsi
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan
pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya
melalui pengembangan ekonomi yang tidak terbatas sebagai pusat
pelayanan usaha sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor lain,
secara luas seperti usaha industry kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan
lain-lain.
2.2.2. Sejarah Konsep Pengembangan
Secara konseptual pengembangan agropolitan merupakan sebuah
pendekatan pengembangan suatu kawasan pertanian perdesaan yang
mampu memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di kawasan produksi pertanian di sekitarnya, baik pelayanan
yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun
pelayanan social ekonomi lainnya sehingga masyarakat setempat tidak
harus menuju ke kota untuk mendapatkan pelayanan Yng dibutuhkan.
Dengan kata lain, pengembangan agropolitan merupakan suatu upaya

14
memperpendek jarak antara masyarakat di kawasan sentra pertanian
dengan pusat-pusat pelayanan konvensional (yang berkembang tanpa
orientasi kuat pada pusat pelayanan kegiatan pertanian). Dengan demikian
pusat-pusat pelayanan baru ini (agropolitan) adalah pusat pelayanan
dengan cakupan pelayanan terbatas dan lebih berorientasi pada pelayanan
kebutuhan masyarakat pertanian.
Dalam pengembangan agropolitan, beberapa hal yang perlu
dideskripsikan secara jelas adalah antara lain:
Pusat-pusat kegiatan utama
Sebaran kegiatan permukiman dan pertanian
Keterkaitan pusat-pusat kegiatan produksi (hulu dan hilir
produksi onput, produksi pertanian, dan pengolahan hasil
pertanian)
Orientasi pusat-pusat permukiman
Orientasi hubungan keluar kawasan (pemasaran produk pertanian)
Pengembangan agropolitan di wilayah yang sudah berkembang
seperti di Pulau Jawa relative lebih mudah dilakukan, karena pada
umumnya desa telah mampu menjalankan sebagian fungsi pelayanan
kepada masyarakat. Hal ini sangat berbeda dengan wilayah yang belum
berkembang atau remote. Di wilayah yang belum berkembang, desa pada
umumnya tidak dilengkapi dengan saran dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan masyarakat. Oleh seba itu pengembanggan
agropolitan di wilayah yang belum berkembang membutuhkan investasi
awal yang relative besar.
Sedangkan menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang disebutkan bahwa kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

15
2.2.3. Prinsip Kawasan Gropolitan
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang teridiri dari satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirakhi keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agribisnis ( Pasal 1, Ayat 24). Untuk itu
agropolitan merupakan suatu pendekatan pembangunan melalui gerakan
masyarakat dalam membangun ekonomi berbasis pertanian (agribisnis)
secara terpadu dan berkelanjutan pada kawasan terpilih melalui
pengembangan infrastruktur perdesaan yang mampu melayani,
mendorong, dan memacu pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya.
Prinsip dasar pengembangan kawasan agropolitan adalah : (1)
Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan
berbasis agribisnis (Kimbun, Kunak, Kawasan TP dan Kawasan Sayur dan
Buah-Buahan); (2) Pengembangan agropolitan merupakan program utama
dan kegiatan terpadu lintas sektor dengan pendekatan bottom up; (3)
Penetapan kawasan agropolitan dimulai dengan penataan detail kawasan
dalam bentuk cetak (blue print); (4) Perencanaan disusun secara bersama
antara instansi pemerintah, masyarakat tani, dan swasta/dunia usaha dan
dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah di Pusat dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah di Provinsi,
Kabupaten/Kota; dan (5) Pengembangan kawasan agropolitan harus
berdasarkan Master Plan yang disepakati oleh seluruh pemangku
kepentingan.
Pengembangan Kawasan Agrpolitan bertujuan untuk : (1)
Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis
pertanian (agribisnis) di perdesaan; (2) Membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat perdesaan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi berbasis
agribisnis; (3) Menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ekonomi di
perdesaan; (4) Meningkatkan pendapatan masyarakat; dan (5)

16
Mewujudkan tata ruang ideal antara kota dengan desa yang saling
mendukung melengkapi dan memperkuat.
Untuk kriteria kawasan, pengembangan kawasan agropolitan harus
memiliki : (1) Daya dukung sumberdaya alam dan potensi fisik yang
memungkinkan (kesesuaian lahan, agroklimat, dan agroekologi) untuk
dapat dikembangkan sistem dan usaha agribisnis berbasis komoditas
unggulan; (2) Komoditas pertanian unggulan yang dapat menggerakkan
ekonomi kawasan; (3) Perbandingan luas kawasan dengan jumlah
penduduk, ideal untuk membangun sistem dan usaha agribisnis dalam
skala ekonomu dan jenis usaha tertentu; (4) Tersedia prasarana
(infrastruktur) dan sarana produksi dasar yang memadai seperti pengairan,
listrik, transportasi, pasar lokal dan kios sarana produksi; dan (5) Memiliki
suatu lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat
pelayanan, penghubung dengan daerah/kawasan sekitarnya yang
terintegrasi secara fungsional.

2.2.4. Strategi dan tujuan Pengembangan Kawasan Agropolitan
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada
Pasal 48, dinyatakan bahwa penataan ruang kawasan perdesaan pada
dasarnya ditujukan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan,
pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah didukungnya,
konservasi sumber daya alam, pelestarian warisan budaya lokal,
pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan
pangan, dan penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.
Keenam arah yang dituju dalam penataan ruang kawasan perdesaan
tersebut, berkaitan erat dengan pengembangan kawasan agropolitan karena
kawasan agropolitan merupakan salah satu wujud dari penataan kawasan
perdesaan.

17
Dalam undang-undang yang sama, pasal 51 (ayat 1) disebutkan
bahwa rencana tata ruang kawasan agropolitan merupakan rencana rinci
tata ruang atau beberapa wilayah kabupaten.
Ayat 2 menyatakan rencana tata ruang kawasan agropolitan
memuat:
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan agropolitan
Rencana struktur ruang kawasan agropolitan yang meliputi sistem
pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan
Rencana pola ruang kawasan agropolitan yang meliputi kawasan
lindung dan kawasan budi daya
Arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi indikasi
program utama yang bersifat interdependen antar desa dan
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang
berisi arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan, arahan ketentuan
perizinan, arahan ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi.
Lebih lanjut pada pasal 54, ayat 2, disebutkan bahwa Ketentuan
lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk kawasan agropolitan yang berada dalam satu
kabupaten diatur dengan peraturan daerah kabupaten, untuk kawasan
agropolitan yang berada pada dua atau lebih wilayah kabupaten diatur
dengan peraturan daerah provinsi, dan untuk kawasan agropolitan yang
berada pada dua atau kebih wilayah provinsi diatur dengan peraturan
pemerintah. Dan pasal 54, ayat 4, menyebutkan bahwa penataan ruang
kawasan agropolitan diselenggarakan dalam keterpaduan sistem perkotaan,
wilayah dan nasional.
Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang
tersebut, mengatur pula penataan ruang untuk kawasan perdesaan. Prinsip-
prinsip penataan ruang kawasan perdesaan sudah selayaknya
memperhatikan amanat undang-undang ini, setidaknya dapat menjadi

18
acuan umum dalam pengembangan kawasan perdesaan, termasuk dalam
hal ini pengembangan kawasan agropolitan ke depan.
Dalam perspektif jangka panjang, pengembangan kawasan
agropolitan diorientasikan sebagai embrio kawasan perkotaan dengan
focus kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, baik budidaya maupun
sektor penunjang dan pengolah hasil budidaya pertanian. Ini dicapai
melalui multiplier effect dimana sektor utama kota agropolitan, yaitu
pertanian, mendorong investasi di sektor hulu maupun hilir sehingga
terciptanya off-farm employment opportunities yang akan mendorong
tumbuhnya kegiatan-kegiatan ekonomi lain.
Kawasan agropolitan pada dasarnya terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan yang dapat direpresentasikan sebagai kota tani atau kota
kecil yang terletak di wilayah perdesaan, dengan fungsi utama melayani
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Inilah aspek
keruangan dari kawasan agropolitan, dimana adanya sistem produksi
pertanian tersebut, menjadi sumbu atau simpul perekonomian kawasan
agropolitan. Selain itu, aspek keruangan yang penting adalah adanya
keterkaitan antara satuan sistem permukiman dengan sistem agribisnis,
dimana pusat kegiatan menjadi pengikat dari kedua sistem ini, sebagai
pusat pelayanan fungsi kota serta pusat pengumpul dan distribusi hasil dan
faktor produksi pertanian.
Menata ruang kawasan agropolitan harus secara terintegrasi dengan
perencanaan kawasan perkotaan sebagai satu kesatuan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten/kota. Keterkaitan desa-kota dalam sistem
pengembangan wilayah menjadi bagian dari strategi pengembangan
sistem-sistem perkotaan wilayah dan nasional yang terpadu yang
mencakup diantaranya keterpaduan sistem permukiman, prasarana, sistem
ruang terbuka, baikruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non-hijau.




19
2.2.5. Dampak Pengembangan Kawasan Gropolitan
Pembangunan agropolitan tahun 2002-2007 dapat dianggap sebagai
fase pertama pembangunan. Sedangkan fase lanjutannya, yaitu, ketika
pada tahun 2007 setelah ditetapkannya UU No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang serta pasca konsolidasi lintas sektor di pemerintahan dan
pembaruan agrarian. Pengembangan agropolitan tahan pertama dapat
dievaluasi menurut proses pembentukannya sampai denagn dampaknya
bagi ekonomi wilayah secara makro.
Rustiadi (2007) menyebutkan beberapa permasalahan umum pada
pengembangan agropolitan tahap pertama, yaitu:
1. Belum berimbangnya pengembangan antara sumber daya manusia
(SDM), sumber daya alam (SDA), sumber daya sosial (SDS), dan
sumber daya alam (SDA). Dalam tahap 1 sumber daya buatan (sarana
dan prasarana) masih dominan sebagai tolak ukur proyek agropolitan.
2. Pengaturan akses terhadap sumber daya (acces right) masih lama,
terutama penguatan penguasaan masyarakat lokal terhadap sumber
daya utama (tanah). Kebijakan agrarian belum dijalankan secara
efektif.
3. Masalah keberimbangan kebijakan pemerintah, antara perencanaan
dari atas dan perencanaan dari bawah. Perencanaan kawasan
agropolitan, umumnya masih terkesan merupakan proyek pusat
sehingga melemahkan common ownership di kalangan lembaga,
sektor, pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan antara
pemerintah dengan masyarakat.
4. Lemahnya keterkaitan Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah dan
Rencana Agropolitan
5. Belum optimalnya pengembangan kelembagaan masyarakat lokal
(Kelompok Produksi)
6. Belum terdapat integrasi lintas sektoral dalam pengembangan
kawasan.

20
7. Belum berkembangnya sektor-sektor off-farm (sekunder dan tersier)
Desa-desa yang tumbuh maupun yang ditetapkan menjadi kawasan
pengembangan agropolitan kemudian membentuk agropolis-agropolis,
sedangkan desa-desa lain disekitarnya berkembang menjadi daerah sentra-
sentra produksi. Pada umumnya, desa-desa yang ditetapkan sebagai
kawasan agropolitan paling tidak memiliki satu komoditas unggulan dalam
stadia marketable surplus dan beberapa komoditas pendukung lainnya
untuk dapat dipasarkan ke luar kawasan.

2.2.6. Pengelolaan Kawasan Agropolitan
Peranan pemerintah untuk memfasilitasi pengembangan dan
pengelolaan kawasan agropolitan ini harus didasarkan pada UU No. 4
Tahun 1992, UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000, dengan
peta kewenangan masing-masing sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat
a. Tugas pemerintah pusat adalah membantu pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota dalam pengembangan kawasan sentra
produksi pangan (agropolitan) serta kewenangan dalam bidang
pemerintahan yang menyangkut lintas provinsi dan koordinasi lintas
departemen. Dalam pengembangan kawasan agropolitan peranan
pemerintah pusat adalah:
b. Penyusunan rencana, program dan kebijakan pengembangan
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) dalam bentuk
peraturan pemerintah dan pedoman umum pengembangan kawasan
sentra produksi pangan (agropolitan) serta pedoman lainnya dari
departemen teknis terkait.
c. Pelayanan informasi dan dukungan pengembangan jaringan
informasi serta memfasilitasi kerjasama lintas provinsi dan lintas
sektoral.

21
d. Penyelenggaraan studi, penelitian dan kajian untuk pengembangan
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).
e. Pembangunan sarana dan prasarana publik yang bersifat strategis
dalam skala nasional dan lintas wilayah/provinsi.

2. Pemerintah Provinsi / Daerah Tingkat I
Kewenangan pemerintah provinsi adalah membantu/memfasilitasi
pemerintah kota/kabuparen dalam pengembangan kawasan sentra produksi
pangan (agropolitan) serta bertanggungjawab dalam pengembangan
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) di tingkat provinsi serta
kegiatan pemerintah yang bersifat lintas kabupaten/kota serta
melaksanakan kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota. Dalam program pengembangan kawasan sentra produksi
pangan (agropolitan) ini peranan pemerintah provinsi adalah:
a. Mengkoordinasikan rencana program dan kebijakan pengembangan
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) di wilayah provinsi.
b. Memberikan pelayanan informasi tentang rencana pengembangan
wilayah dan tata ruang kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan).
c. Memfasilitasi kerjasama lintas kabupaten dan lintas
departemen/instansi terkait dalam penyusunan rencana dan
pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).
d. Menyelenggarakan pengkajian teknologi tepat guna ramah
lingkungan sesuai kebutuhan petani dan pengembangan wilayah.
e. Membangun prasarana dan sarana publik yang bersifat strategis dan
mendukung perkembangan kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) di dalam wilayah provinsi.

3. Pemerintah kabupaten/kota
Sesuai dengan titik berat otonomi daerah pada kabupaten/kota,
maka penanggungjawab di tingkat pemeritah tingkat II adalah

22
Bupati/Walikota. Oleh karena itu peranan utama dari pemerintah daerah
tingkat II adalah:
a. Merumuskan program, kebijakan operasional dan koordinasi
perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kawasan sentra
produksi pangan (agropolitan).
b. Mendorong partisipasi dan swadaya masyarakat dalam
mempersiapkan master plan, program dan melaksanakan program
pengawasan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).
c. Menumbuhkembangkan kelembagaan, sarana dan prasarana
pendukung program pengembangan kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan).

4. Peran Masyarakat
a. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi sebagai center of excellence akan menjadi
mitra pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah dalam
pengembangan riset dibidang budidaya pertanian, peternakan,
perikanan. Perguruan tinggi diharapkan akan menjadi soko guru bagi
pengembangan pendidikan dan pelatihan agribisnis kepada
masyarakat petani dan dunia usaha.
b. Lembaga Swadaya Masyarakat
Sebagai mitra pemerintah untuk mewujudkan good governance,
serta pemerintahan yang bersih, dan berwibawa akan selalu bersikap
kooperatif dan kritis, sehingga diharapkan:
Akan terjadi mekanisme kontrol atas program-program
pemerintah khususnya tata ruang kawasan sentra produksi
pangan (agropolitan).
LSM akan memberikan masukan, kritik dan saran atas
pedoman atau ruang kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) yang ada dan sedang berjalan, sehingga

23
diharapkan akan memberikan feed back yang baik untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
c. Masyarakat dan dunia usaha:
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang
perlu terus didorong keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dengan
pendekatan community driven planning, dengan pendekatan ini
diharapkan:
Terciptanya kesadaran, kesepakatan dan ketaatan masyarakat
dan dunia usaha terhadap aturan tata ruang kawasan sentra
produksi pangan nasional dan daerah (agropolitan).
Masyarakat dan dunia usaha ikut merencanakan,
menggerakkan, melaksanakan dan juga mengontrol
pelaksanaan program agropolitan dan penataan ruang
kawasannya
















24


3.1 Gambaran Umum Kabupaten Sinjai
Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak di jazirah timur bagian
Selatan Sulawesi Selatan, dan secara astronomis terletak antara 5 19 50 -
5 36 47 Lintang Selatan dan antara 119 48 30 - 120 10 00 Bujur Timur .
Kabupaten Sinjai memiliki luas wilayah 819,96 Km
2
.
Secara administrasi Kabupaten Sinjai terdiri dari 9 Kecamatan, yang
meliputi 67 desa dan 13 Kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Kab. Bone
- Sebelah Barat : Kab. Gowa
- Sebelah Timur : Teluk Bone
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bulukumba
Kecamatan Sinjai Borong terbagi atas 8 kelurahan/Desa, yaitu :

Tabel 3.1
Luas Wilayah Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Kecamatan Luas (km
2
)
Jumlah Desa/
Kelurahan
Persentase
(100%)
1 Sinjai Utara 30,54 6 3,50
2 Sinjai Selatan 147,01 11 16,85
3 Sinjai Timur 81,37 13 9,33
4 Tellulimpoe 145,41 11 16,67
5 Sinjai Borong 50,94 8 5,84
6 Sinjai Barat 186,89 9 21,43
7 Bulupoddo 100,67 7 11,54
8 Sinjai Tengah 126,80 10 14,54
9 Pulau Sembilan 2,64 4 0,30
Jumlah 872,26 79 100
Sumber : Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2011



25
Diagram 3.1
Luas Wilayah Kabupaten Sinjai Berdasarkan Kecamatan (km
2
)



2.1.1. Kondisi Fisik Dasar
a) Topografi
Topografi wilayah di Kabupaten Sinjai berupa kawasan lereng. Wilayah
Kabupaten Sinjai sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian
rata-rata sekitar 100 - 500 meter di atas permukaan laut. Ada 5 wilayah
kecamatan yang merupakan dataran tinggi yaitu Sinjai Barat, Sinjai
Borong, Sinjai Selatan, Telulimpoe, dan Bulupoddo. Sedangkan 4 wilayah
kecamatan lainnya merupakan kawasan pantai, yaitu kecamatan Sinjai
Utara, Sinjai Timur, sebagian Tellulimpoe dan Pulau Sembilan.








Si nj ai
Ut ar a, 30.54
Si nj ai
Sel at an, 147.01
Si nj ai
Ti mur , 81.37
Tel l ul i mpoe, 145.
41
Si nj ai
Bor ong, 50.94
Si nj ai
Bar at , 186.89
Bul upoddo, 100.
67
Si nj ai
Tengah, 126.8
Pul au
Sembi l an, 2.64
Si nj ai Ut ar a
Si nj ai Sel at an
Si nj ai Ti mur
Tel l ul i mpoe
Si nj ai Bor ong
Si nj ai Bar at
Bul upoddo
Si nj ai Tengah
Pul au Sembi l an

26
Tabel 3.2
Kondisi Topografi Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Kecamatan Topografi (mdpl)
Persentase terhadap
Luas Kabupaten
(100%)
1 Kec. Sinjai Utara
0 25 2,10
25 100 1,40
2 Kec. Sinjai Selatan
25 100 2,89
100 500 12,43
500 1000 1,54
>1000 0,00
3 Kec. Sinjai Timur
0 25 3,07
25 100 0,73
100 500 5,53
4 Kec. Tellulimpoe
0 25 1,16
25 100 4,76
100 500 10,73
>1000 0,02
5 Kec. Sinjai Borong
100 500 0,17
500 1000 5,35
>1000 0,33
6 Kec. Sinjai Barat
100 500 2,27
500 1000 8,76
>1000 10,40
7 Kec. Bulupoddo
0 25 0,33
25 100 2,33
100 500 7,19
500 1000 1,65
>1000 0,05
8 Kec. Sinjai Tengah
0 25 0,09
25 100 0,48
100 500 11,05
500 1000 2,91
9 Kec. Pulau Sembilan
0 25 0,22
25 100 0,07
100 500 0,01
Jumlah 100
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai 2011



27
Gambar 3.1
Kondisi Topografi Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010


Gambar 3.1. Menunjukkan bahwa Kabupaten Sinjai Terdiri dari Kawasan
Pantai dan Dataran Tinggi dengan ketinggian rata-rata sekitar 100 - 500
meter di atas permukaan laut.
b) Jenis Tanah
Berdasarkan hasil identifikasi di Kabupaten Sinjai terdapat empat jenis
tanah yang tersebar di setiap desa seperti jenis tanah Aluvium muda, berasal
dari endapan sungai, Aluvium, endapan kipas alluvial, Basalt, andesit, Tufit,
batu lumpur, batu pasir.
Tabel 3.3
Jenis Tanah Kabupaten Sinjai
No. Jenis Tanah Luas (km
2
)
Persentase
(%)
1.
Aluvium muda, berasal dari
endapan sungai
2,65 3,26
2.
Aluvium, endapan kipas
aluvial
31,05 38,16
3. Basalt; andesit 0,91 1,11
4. Tufit; batu lumpur; batu pasir 46,76 57,46
Jumlah 81,37 100
Sumber : RTRW Kab. Sinjai Tahun 2011

28
c) Hidrologi
Keadaan hidrologi merupakan keadaan fisik suatu wilayah yang
mencakup dari keberadaan sungai, danau ataupun genangan air lainnya.
Adapun keadaan hidrologi di daerah Kabupaten Sinjai yaitu terdapat
beberapa sungai. Adapun letak dari masing-masing sungai ini tersebar di
seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Sinjai.

d) Curah Hujan
Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Sinjai
hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September,
sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret.
Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati
masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember
Tabel 3.4
Curah Hujan Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Kecamatan Curah Hujan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kec. Sinjai Utara
Kec. Sinjai Selatan
Kec. Sinjai Timur
Kec. Tellulimpoe
Kec. Sinjai Borong
Kec. Sinjai Barat
Kec. Bulupoddo
Kec. Sinjai Tengah
Kec. Pulau Sembilan
2000 2500
2000 4000
2000 3000
2500 3500
3000 4000
2000 4000
2000 2500
2000 3500
2000 4000
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai 2011



29
3.1.2. Sumber Daya Alam
Penatagunaan tanah, air dan hutan tetap memperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh yaitu penduduk, klimatologi, geofisika dan meteorologi
sehingga pemanfaatannya harus berazaskan :
- Kepentingan cecara terpadu, berdaya guna, berhasil guna, serasi,
selaras, seimbang dan berkelanjutan.
- Keterbukaan, persamaan, keadialan dan perlindungan hokum

a) Penatagunaan Tanah Dan Lahan
Perencanaan penatagunaan lahan/tanah terdapat dua kepentingan
kegiatan yaitu non budidaya dan budidaya Karena lahan merupakan
sumberdaya yang terbatas, maka penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatannya harus berwujud konsolidasi pemanfaatan melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait.
Pola pengelolaan atau penata gunaan diusulkan sebagai berikut :
- Memanfaatkan lahan/tanah sesuai dengan peruntukan yang tertuang
dalam struktur dan pola pemanfaatan ruang yang telah direncanakan
- Penguasaan atas lahan/tanah harus berdasarkan atas peraturan
perundang - undangan dan peraturan-peraturan lain yang berakitan
dengan pemanfaatan lain.
- Pemanfatan lahan harus disesuaikan dengan fungsi kawasan baik
kawasan budidaya maupun non budidayua.
- Pengendalian dan pengawasan penggunaan dan pemanfaatan
lahan/tanah dilakukan oleh lembaga yang telah ditunjuk oleh
pemerintah daerah.
- Pengaturan pemanfaatan lahan/tanah dengan wujud intensif harus
memberikan kemudahan tertentu :
Dibidang Ekonomi, melalui tata cara pemberian konvensasi,
imbalan dan tata cara penyelenggaraan sewa

30
lahan/tanah dan urusan saham
Dibidang fisik, melalui pembangunan serta pengadaan sarana
dan prasarana untuk melayani pengembangan kawasan sesuai
dengan rencana tata ruang
- Pengaturan dengan perangkat disinsentif bertujuan membatasi
pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang, dapat dilakukan dalam bentuk :
Pengenaan pajak yang tinggi
Ketidaktersediaan saran dan prasarana
- Melaksanakan insentif dan disinsentif tidak boleh mengurangi hak
masyarakat, meliputi pengaturan atas harkat dan martabat yang
sama, hak memperoleh dan memnpertahankan ruang hidupnya.

b) Penatagunaan Air
Pola pengelolaan tata guna air diusulkan :
- Konservasi sumber-sumber air
- Pemanfaatan air sungai sebagai kegiatan kelistrikan, irigasi,
parawisata, air bersih dan lain sebagainya.
- Pengaturan pemanfaatan sumber daya air dengan wujud insentif
harus memberikan kemudahan :
Di bidang ekonomi, melalui tata cara pemberian konpensasi,
imbalan dan tata cara penyelenggaraan sewa ruang dan urusan
saham.
Di bidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan saran dan
prasaran untuk melayani pemgembangan kawasan sesuai dengan
rencana tata ruang.
- Pengaturan dengan perangkat disinsentif bertujuan membatasi
pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang, dapat dilakukan dalam bentuk :
Pengenaan pajak atau retribusi yang tinggi

31
Ketidak tersediaan sarana dan prasarana
- Pelaksanaan insetif dan disinsentif tidak boleh mengurangi hak
penduduk, meliputi pengaturan atas harkat dan martabat yang sama,
hak memperolaeh dan mempertahankan kebutuhan sumber daya air.
- Kewenangan pengelolaan sumberdaya untuk hajad hidup orang
banyak dilakukan oleh pemerintah atau lembaga yang ditunjuk
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c) Penatagunaan Hutan
Pemanfaatan ruang hutan harus sesuai dengan daya dukung serta lokasi
yang ditetapkan sebagai kawasan hutan. Pola pengelolaan hutan akan
disesuaikan dengan fungsi masing-masing jenis hutan, meliputi :
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Wisata

3.1.3. Sosial dan Kependudukan
Dengan luas wilayah Kabupaten Sinjai sekitar 819,96 km
2
yang
didiami oleh 228.936 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Sinjai adalah sebanyak 279 orang/km
2
. Kecamatan yang
paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sinjai
Utara yakni sebanyak 1.471 orang/km
2
dan Pulau Sembilan sebesar 981
orang/km
2
sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Sinjai Barat
sebanyak 170 orang/km
2
dan Bulupoddo sebanyak 158 orang/km
2










32
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Desa/ Kelurahan
Luas
W ilayah(Km
2
)
Jumlah
Penduduk
( Jiw a )
Kepadat an
Penduduk
( jiw a/ Ha)
1 Sinjai Utara 29,57 22.987 170
2 Sinjai Timur 71,88 15.901 237
3 Sinjai Tengah 129,70 37.036 281
4 Sinjai Barat 135,53 31.468 214
5 Sinjai Selatan 131,99 28.963 403
6 Sinjai Borong 66,97 25.987 200
7 Bulupoddo 99,47 43.503 1471
8 Tellulimpoe 147,30 15.687 158
9 Pulau Sembilan 7,55 7.404 981
Jumlah 819,96 228. 936 279
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Diagram 3.2
Kepadatan Penduduk Kabupaten Sinjai Berdasarkan Kecamatan
(Jiwa/km
2
)




1471, 35%
403, 10%
200, 5% 170, 4%
281, 7%
237, 6%
158, 4%
214, 5% 981, 24%
Si nj ai Ut ar a
Si nj ai Ti mur
Si nj ai Tengah
Si nj ai Bar at
Si nj ai Sel at an
Si nj ai Bor ong
Bul upoddo

33
3.1.4. Perekonomian
Dalam pengembangan sektor ekonomi kabupaten sinjai memiliki sifat
yang potensial untuk tetap dan terus dikembangkan untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi daerah adalah sektor perikanan, pertanian lahan basah,
perkebunan, pariwisata dan transportasi. Sektor ini menjadi prioritas dan
dijadikan sektor strategis untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Sinjai dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Sulawesi Selatan
Dalam RTRW Propinsi, Kabupaten Sinjai merupakan salah satu
kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan komuditas kakao,
cengkeh dan lada.
untuk itu dalam RTRW kabupaten Sinjai telah buat beberapa kebijakan-
kebijakan yang mengatur fungsi kawasan budidaya dalam Mempertahankan
(melestarikan) kawasan budidaya dalam rangka mendorong perpercepatan
pertumbuhan ekonomi wilayah dan pendapatan masyarakat yang bermuara
pada kesejahteraan masyarakat.













34
3.1.5. Perekonomian Lainnya
PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Sarana ekonomi yang ada di Kabupaten Sinjai adalah Koperasi, Pasar,
toko barangkelontong, dan sembako. Aktifitas pemasaran lokal hasil bumi di
Sinjai, dilakukan dengan upaya penataan dan pengembangan sarana
pendukung yang salah satu diantaranya adalahPasar Sentral yang berlokasi di
Bongki. Pasar merupakan sarana yang menjadi sentralpembangunan ekonomi
sekaligus pembangunan kota. Dalam mendukungpengembangannya,
pemerintah juga telah melibatkan warga dan pihak swasta mendirikanrumah
toko (ruko) di sekitar kawasan. Dampak yang dirasakan saat ini adalah
semakin ramainya pasar, serta bertambahnya pemukiman dan perkantoran di
sekitar lokasi.Selain itu, juga dilakukan upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan meningkatkan peran serta koperasi yang dapat membantu
petani dalam melakukan pemasaran hasil bumi di Sinjai. Sebanyak 110 unit
koperasi yang berada di Sinjai, yang terdiri atas 97 unitmerupakan koperasi
non KUD dan 13 unit koperasi unit desa. PDRB Kabupaten Sinjai dapat
dilihat pada table 3.6. berikut :
Tabel 3.6
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sinjai Tahun 2010
No Lapangan Usaha
PDRB
Nilai (Juta Rupiah) %
1 Pertanian
1.297.377,57 53,2
2 Pertambangan dan Penggalian
10.032,35 0,4
3 Industri Tanpa Migas
36.741,22 1,5
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
5.014,38 0,2
5 Bangunan
115.033,67 4,7
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
266.255,88 10,9
7 Angkutan dan Komunikasi
66.340,05 2,7
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
110.457,99 4,5
9 Jasa Pemerintahan Umum
527.313,05 21,6
10 Jasa Swasta
6.036,29 0,2
Jumlah
2.440.572,45 100
Sumber : Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2011

35
Tabel 3.6. menunjukkan bahwa PDRB yang paling berpengaruh besar
terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Sinjai berada pada lapangan
usaha Pertanian yaitu 1.297.377,57 Juta rupiah. Sedangkan pendapatan
terendah berada pada lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Bersih.

3.1.6. Produk Aglikultur
a) Pertanian dan Tanaman Pangan
Jumlah produksi padi di Kabupaten Sinjai tahun 2010 adalah 128.212 ton
dari 23.007 hektar panen bersih, dibanding tahun 2009 sekitar 100.450 ton,
produksi tersebut mengalami peningkatan 27%, dimana rata-rata produksinya
mengalami peningkatan yaitu dari 48,49 kwintal perhektar tahun 2009
menjadi 56,26 kwintal per hektar di tahun 2010.
b) Perikanan
Volume produksi perikanan Kabupaten Sinjai yang terbesar adalah dari
bidang kegiatan penangkapan ikan di laut, dimana tercatat volume pendaratan
ikan pada TPI Lappa yaitu 3.051.056 Kg, mengalami peningkatan sebesar
11,4 % dari tahun 2009.

c) Peternakan
Jumlah ternak besar di Kabupaten Sinjai Tahun 2010 adalah 39.658 ekor
sapi potong, 3.062 ekor kerbau, 3.211 ekor kuda

3.1.7. Transportasi
Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang mempunyai peranan
untuk . selain sarana transportsi yang menjadi pokok penting dari kelancaran
transportasi yaitu jalan.
Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Sinjai tahun 2010 adalah
sepanjang 1.317,97 Km dimana kondisi rusak sepanjang 197,37 Km,

36
sedangkan jalan propinsi di Kabupaten Sinjai mencapai 71,80 km dengan
kondisi rusak sepanjang 4,00 Km.
Jumlah kendaraan bermotor di tahun 2010 adalah terdiri dari 93 buah
Bus, 11.407 buah sepeda motor, 158 buah mini bus dan 186.

3.1.8. Sarana dan Prasarana
a) Sarana
Sarana Pemerintahan
Fasilitas pemerintahan merupakan fasilitas penunjang untuk
membantu masyarakat dalam melayani kebutuhan dan permasalahan
yang Berkaitan dengan kemaslahatan orang banyak. Fasilitas
pemerintahan yang terdapat di Kabupaten Sinjai adalah 1 unit Kantor
Bupati Sinjai, 9 Unit Kantor Kecamatan, 1 Unit Kantor KORAMIL,
POLRES, Kantor Pos & Giro, Kantor Pengadilan Negeri serta kantor
kantor dinas pemerintah lainnya berikut kantor kelurahan dan kantor
desa yang tersebar di seluruh wilayah administratif Kabupaten Sinjai.

Sarana Pendidikan
Untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar di Kabupaten
Sinjai, maka pemerintah setempat menyediakan beberapa fasilitas
pendidikan bagi warga Kabupaten Sinjai sebagaimana tertera pada
tabel :










37
Tabel 3.7
Sarana Pendidikan
di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
Kecamatan
Sarana Pendidikan
TK SD/MI SLTP/MTS SLTA/SMK PT
Sinjai Barat
Sinjai Borong
Sinjai Selatan
Tellu Limpoe
Sinjai Timur
Sinjai Tengah
Sinjai Utara
Bulupoddo
P.Sembilan
18
11
21
11
25
21
17
11
4
27
25
36
32
27
31
30
24
10
6
2
8
4
5
5
6
4
3
1
1
2
1
2
2
7
1
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
Sinjai 139 242 43 17 2
Sumber : Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2011

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan yang terdapat di
Kabupaten Sinjai adalah sekolah dengan jenjang pendidikan TK,
SD/MI, SLTP/MTS, SLTA/SMK, & PT yang kesemuanya berjumlah
443 unit.

Sarana Kesehatan
Untuk menunjang pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan
masyarakat Kabupaten Sinjai maka telah tersedia beberapa fasilitas
kesehatan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Sinjai adalah
Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas/Pustu, Posyandu,
Klinik/ Balai Kesehatan, Praktek Dokter, dan Apotek yang berjumlah
412 unit yang berada di seantero wilayah administrasif Kabupaten
Sinjai.


38
Tabel 3.8
Sarana Kesehatan
di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No
Kecamatan
Rumah
Sakit
Puskesmas Pustu
Puskesmas
Keliling
Posyandu
Rumah
Bersalin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sinjai Barat
Sinjai Borong
Sinjai Selatan
Tellu Limpoe
Sinjai Timur
Sinjai Tengah
Sinjai Utara
Bulupoddo
P.Sembilan
-
-
-
-
-
-
1
-
-
2
1
2
2
3
2
1
1
1
7
7
9
9
9
9
4
6
3
2
1
2
2
3
2
1
1
-
44
26
41
50
45
41
29
29
13
-
-
-
-
-
-
1
-
-
Jumlah 1 15 63 14 318 1
Sumber : Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2011

Sarana Peribadatan
Selain fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan fasilitas
lainnya, pemerintah setempat juga menyediakan fasilitas peribadatan
bagi masyarakat Kabupaten Sinjai, hal ini memudahkan masyarakat
yang ingin melakukan aktifitas ibadah. Penduduk Kabupaten Sinjai
mayoritas beragama islam sehingga sarana peribadatan yang
mendominasi adalah Masjid dan Mushalla/Langgar yang berjumlah
551 Masjid dan 41 Mushalla yang terdapat di seluruh pelosok wilayah
administrasi Kabupaten Sinjai.











39
Tabel 3.9
Sarana Peribadatan
di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010

No Kecamatan Masjid Mushalla/Langgar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sinjai Barat
Sinjai Borong
Sinjai Selatan
Tellu Limpoe
Sinjai Timur
Sinjai Tengah
Sinjai Utara
Bulupoddo
P.Sembilan
62
29
96
94
74
64
60
50
12
2
-
-
-
5
7
25
2
-
Sinjai 522 41
Sumber : Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2011


b) Prasarana
Aspek utilitas merupakan aspek yang berfungsi untuk memberikan
kemudahan masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
Aspek utilitas berupa jalan, air bersih, telepon, listrik, drainase, limbah
serta persampahan.

Prasarana Jalan
Panjang keseluruhan jaringan jalan di Kabupaten Sinjai tahun 2010
adalah sepanjang 1.317,97 Km dimana kondisi rusak sepanjang 197,37
Km, sedangkan jalan propinsi di Kabupaten Sinjai mencapai 71,80 km
dengan kondisi rusak sepanjang 4,00 Km.




40
Tabel 3.10
Jenis Jalan Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010

Sinjai
Jalan Negara
(km)
Jalan Propinsi
(km)
Jalan Kabupaten
(km)
- 71,80 1.317,97
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai 2012

Pada tabel 3.9 menjelaskan bahwa jenis jaringan jalan di Kabupaten
Sinjai terbagi atas dua jenis yaitu jalan propinsi, dan jalan kabupaten,
disebabkan tidak adanya jalan negara.

Prasarana Telekomunikasi
Telepon merupakan alat komuniikasi yang dapat menghubungkan
kita dengan orang lain walaupun dengan jarak yang cukup jauh.
Telepon juga sekarang digunakan dengan kecanggihan teknologi
sehingga kita dapat menggunakan telepon setiap saat dengan
membawanya kapan saja dan dimana saja. Di Kabupaten Sinjai untuk
jaringan telepon sudah terlayani atau tersedia yang dibuktikan oleh
sudah adanya jaringan telpon rumah yang pelayannanya sudah hampir
ke seantero pelosok wilayah administrasi Kabupaten Sinjai dan selain
itu, terdapat pula jaringan telepon selular yaitu jaringan Telkom,
Telkomsel, Excekindo, dan Indosat.

Prasarana Listrik
Listrik merupakan salah satu sistem yang sangat berpengaruh pada
aktivitas perekonomian sehari-hari. Listrik merupakan prasarana yang
menjadi alat pemberi kemudahan yang membantu untuk melakukan
segala aktifitas keseharian kita. Tanpa adanya listrik maka aktifitas kita
seakan lumpuh. Seperti pada umumnya, Kabupaten Sinjai telah
memiliki jaringan listrik yang memadai dan telah menjangkau

41
masyarakat sekitar 95%. Jaringan listrik telah mampu menjangkau
hampir semua lapisan masyarakat.

Prasarana Drainase
Drainase adalah suatu system pembuangan air yang ada baik untuk
air hujan dan air limbah, namun di Kabupaten Sinjai terdapat saluran
drainase berupa jaringan drainase primer yaitu sungai, jaringan drainase
sekunder berupa parit yang sebagian besar hanya terdapat di sebagian
wilayah Kecamatan Sinjai Selatan dan Sinjai Utara dan pada umumnya
berbentuk permanen.

3.1.9. Kebijakan RPJP dan RPJMD Kabupaten Sinjai
Berdasar pada kebijaksanaan pembangunan nasional, kebijaksanaan
pembangunan propinsi dan Garis-Garis Besar Haluan Daerah (GBHD)
Kabupaten Sinjai serta penyelarasan dengan Rencana Strategi Pembangunan
Daerah Propinsi dan Kabupaten Sinjai, maka dirumuskan tujuan
pengembangan dan pembangunan wilayah Kabupaten Sinjai sebagai berikut :
a) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka lapangan
kerja seluas-luasnya yang berbasis pada potensi wilayah.
b) Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada
kemandirian lokal.
c) Menciptakan pemerataan pembangunan disegala sektor dan wilayah
dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat
tatanan sosial masyarakat.
d) Meningkatnya kapasitas masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara
langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pembangunan.
e) Mewujudkan keseimbangan antara pembangunan, ketersediaan sumber
daya alam dan pelestarian lingkungan.

42
f) Mewujukan keselarasan pembangunan fisik, ekonomi dan pembangunan
spiritual
g) Menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam rangka
pendistribusian kegiatan ekonomi antar kawasan dalam wilayah
kabupaten.
h) Memperkuat kelembagaan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan
kemampuan mengelola sumber daya yang dimiliki secara optimal dan
terkendali.
i) Meningkatkan kesadaran hukum bagi setiap masyarakat dalam rangka
mewujudkan keadilan, keamanan dan kesejahteraan bersama.
j) Mendorong terciptanya pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya
buatan dan sumber daya manusia secara optimal berdasarkan prinsip-
prinsip transparansi, akuntabilitas, terpadu, terkoordinasi dan terkendali,
dalam kerangka kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

3.1.8. Kebijakan RTRW Kabupaten Sinjai
a) Meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan secara optimal
potensi lahan baik sawah maupun lahan kering.
b) Meningkatkan sumber daya manusia petani dengan meningkatkan
keterampilan dan juga pengolahan pemasaran yang baik dengan
didukung oleh pengelolaan usaha tani yang berorientasi pasar.
c) Meningkatkan nilai tukar hasil panen agar dapat meningkatkan tingkat
pendapatan petani didukung dengan usaha peningkatan hasil produksi.
d) Meningkatkan kesadaran petani dan memantapkan petani sehingga
pemanfaatan areal persawahan secara optimal dapat terlaksana dengan
baik.
e) Pengendalian masalah tata air dengan lebih memperhatikan dampak
yang diakibatkan oleh penggundulan hutan sehingga akan berpengaruh
terhadap turunnya debit air pada musim kemarau, terjadi banjir pada
musim penghujan yang mengakibatkan bencana alam.

43
f) Peningkatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang kurang
memadai.
g) Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber air untuk kepentingan
berbagai sektor pembangunan.

3.2. Gambaran Umum Kecamatan Sinjai Borong
3.2.1. Administrasi Kecamatan Sinjai Borong
Kecamatan Sinjai Borong, merupakan salah satu dari 8 kecamatan di
Kabupaten Sinjai. Luas daerahnya 50.94 km
2
dengan ketinggian dari
permukaan air laut 750-1000.
Kecamatan Sinjai Borong berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan Kecamatan Sinjai Selatan
Sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Bulukumba
Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Sinjai Selatan
Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Sinjai Barat
Kecamatan Sinjai Borong terbagi atas 8 kelurahan/Desa, yaitu :

Tabel 3.11
Luas Wilayah Di Kecamatan Sinjai Borong,
Kabupaten Sinjai Tahun 2010
No Desa/Kelurahan Luas (KM
2
) Persentase (%)
1 Batu Belerang 9.05 13.51
2 Kassi Buleng 5.30 7.91
3 Pasir Putih 10.12 15.11
4 Bonto Sinala 3.09 4.61
5 Biji Nangka 3.00 4.48
6 Barambang 14.03 20.95
7 Bonto Katute 15.63 23.34
8 Bonto Tengnga 6.75 10.08
Jumlah 50.94 100
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011


44
3.2.2. Kondisi Fisik Dasar
a) Topografi
Topografi wilayah di Kecamatan Sinjai Borong berupa kawasan lereng.
Selain itu, semua wilayah di Kecamatan Sinjai Borong berada didataran
tinggi. Mengenai kondisi geografis (Topografi) Kelurahan/Desa di-
Kecamatan Sinjai Borong dalam angka tahun 2011.
Kondisi topografi wilayah di Kecamatan Sinjai Borong adalah berupa
dataran tinggi. Dimana semua wilayah Kecamatan Sinjai Borong berada
pada ketinggian rata-rata sekitar 750-1000 meter di atas permukaan air laut.
Wilayah di Kecamatan Sinjai Borong berada dikawasan lereng yang
merupakan kawasan bukan pantai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.11
Tabel 3.12
Kondisi Topografi di Kecamatan Sinjai Borong,
Kabupaten Sinjai Tahun 2010
No. Desa/Kelurahan
Ketinggian dari
Permukaan Laut
(mdpl)
Persentase (%)
1 Batu Belerang 500-1000 35.36
2 Kassi Buleng
500-1000 1.61
>1000 0.36
3 Pasir Putih 500-1000 1.43
4 Bonto Sinala 500-1000 2.68
5 Biji Nangka 500-1000 7.32
6 Barambang 500-1000 38.04
7 Bonto Katute
100-500 0.18
500-1000 10.18
8 Bonto Tengnga
500-1000 2.68
>1000 0.18
Jumlah 100
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai 20111


45
Gambar 3.2
Kondisi Topografi Di Kabupaten Sinjai
Tahun 2010


Gambar 3.2. Menunjukkan bahwa Kecamatan Sinjai Borong sebagian
besar terdiri dari Dataran Tinggi dengan ketinggian rata-rata sekitar 100 -
500 meter di atas permukaan laut.

b) Jenis Tanah
Berdasarkan hasil identifikasi di Kecamatan Sinjai Borong jenis tanah
yang dimiliki oleh Kecamatan Sinjai Borong meliputi : Andesit; basalt,
tephra;berbutir halus kondisi jenis tanah Andesit:tephra terbentuk dari batu
endapan, batuan beku dari pegununngan, jenis tanah ini mempunyai sifat
beraneka ragam dan sangat baik untuk tanah pertanian dan perkebunan.
Jenis tanah ini terdapat di daerah berbukit sampai bergunung
Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut. Untuk lebih
jelasnya sebagaimana tertera pada tabel dibawah :







46
Tabel 3.13
Klasifikasi Jenis Tanah
Kecamatan Sinjai Borong
No Nama Desa Jenis Tanah
1
Batu Belerang
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
2
Kassi Buleng
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
3
Pasir Putih
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
4
Bonto Sinala
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
5
Biji Nangka
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
6
Barambang
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
7
Bonto Katute
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
8
Bonto Tengnga
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011


c) Hidrologi
Keadaan hidrologi merupakan keadaan fisik suatu wilayah yang
mencakup dari keberadaan sungai, danau ataupun genangan air lainnya.
Adapun keadaan hidrologi di daerah Kecamatan Sinjai Borong yaitu
terdapat beberapa sungai diantaranya yaitu Sungai Barambang dan Sungai
Batu Belerang Adapun letak dari masing-masing sungai ini tersebar di
seluruh Desa yang ada di Kecamatan Sinjai Borong.


47
Gambar 3.3
Kondisi Aliran Sungai
Kecamatan Sinjai Borong





Gambar 3.3 merupakan Aliran Sungai Barambang, yang berada di Desa
Barambang, Kecamatan Sinjai Borong

d) Curah Hujan
Iklim disuatu wilayah berbeda-beda,dengan kondisi iklim tersebut dapat
mempengaruhi berbagai hal,seperti :
- Musim
- Suhu Udara
- Curah Hujan.

Wilayah Kecamatan Sinjai Borong merupakan daratan tinggi,sehingga
mempengaruhi suhu udara di daerah tersebut. Kecamatan Sinjai Borong
memiliki suhu udara yang rendah, selain dipengaruhi oleh keadaan topografi
juga dipengaruhi oleh iklim.
Selain dipengaruhi musim dan suhu udara, iklim pun mempengaruhi
curah hujan disuatu wilayah, seperti halnya di wilayah Sinjai Borong. Selain
itu, curah hujan juga dipengaruhi oleh keadaan geografi dan
perputaran/pertemuan arus udara.


48
3.2.3 Sosial dan Kependudukan
Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada
komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas tidak
hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin,dll akan tetapi juga klasifikasi
tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri social, dan
angka statistic lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi, selain itu
komposisi penduduk juga menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan
perubahan status penduduk.
Perubahan ini tidak hanya melalui pertambahan secara alam tetapi juga
melalui berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Sebelum lebih jauh berbicara
tentang penduduk terkhusus pada laporan ini kami membahas tentang
penduduk secara garis besarnya saja seperti jumlah penduduk, jumlah
penduduk menurut jenis kelamin, agama, kewarganegaraan,dll. Untuk lebih
jelasnya lihat pemaparan kami dibawah ini mengenai penduduk di Kecamatan
Sinjai Borong.

a) Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Data Penduduk selama 5 (Lima) tahun terakhir yaitu tahun 2006-
2011, mengalami perkembangan dan pengurangan penduduk yang tidak
terlalu menonjol.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:














49
Tabel 3.14
Jumlah Penduduk Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2006-2010
No Desa/Kelurahan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Batu Belerang 1889 1775 1894 1940 1759
2 Kassi Buleng 2405 1977 2045 2080 1932
3 Pasir Putih 2349 2345 2369 2400 2252
4 Bonto Sinala 1518 1370 1421 1487 1334
5 Biji Nangka 2095 2107 2169 2224 2004
6 Barambang 2506 2276 2320 2388 2461
7 Bonto Katute 2491 2637 2650 2735 2746
8 Bonto Tengnga 1655 1608 1635 1680 1413
Jumlah 16918 16095 16503 16934 15901
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa Kecamatan Sinjai Borong
jumlah penduduk dari tahun 2006-2007 mengalami penurunan penduduk
sedangkan pada tahun 2007-2009 mengalami pertambahan jumlah
penduduk dari 16095 menjadi 16934 jiwa dan kemudian pada tahun 2010
mengalami kembali penurunan jumlah penduduk.












50
Grafik 3.1
Perkembangan Penduduk Di Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai Tahun 2006-2010

b) Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Salah satu klasifikasi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat
memperlihatkan jumlah fasilitas-fasilitas umum yang didominasi oleh
pria dan wanita. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari data
instansi bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 3.15
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Desa/ Kelurahan
Jenis Kelamin Jumlah
( Jiw a ) Laki-laki Perempuan
1 Bat u Bel er ang 899 860 1759
2 Kassi Bul eng 895 1037 1932
3 Pasi r Put i h 1095 1157 2252
4 Bont o Si nal a 635 699 1334
5 Bi j i Nangka 981 1023 2004
6 Bar ambang 1240 1221 2461
7 Bont o Kat ut e 1447 1299 2746
8 Bont o Tengnga 691 721 1412
Jumlah 7884 8017 15901
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011
15000
16000
17000
Kecamat an Si nj ai Bor ong
16918
16095
16503
16934
15901
2006 2007 2008 2009 2010

51
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk perempuan di
Kecamatn Sinjai Borong lebih banyak bila dibandingkan penduduk
laki-laki dengan jumlah penduduk terbesar di Desa Bonto Katute
2.746 Jiwa dan jumlah penduduk terkecil di Desa Bonto Sinala
Dengan 1.334 Jiwa.

c) Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Tahun
2010
Adapun jumlah penduduk, rumah tangga dan kepadatan penduduk
Kecamatan Sinjai Borong dapat dilihat pada diagram dan tabel
berikut:
Tabel 3.16
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Desa/ Kelurahan
Luas
W ilayah(Km
2
)
Jumlah
Rumah
Tangga (KK)
Jumlah
Penduduk
( Jiw a )
Kepadat an
Penduduk
( jiw a/ Ha)
1 Bat u Bel er ang 9.05 471 1759 194
2 Kassi Bul eng 5.30 570 1932 365
3 Pasi r Put i h 10.12 630 2252 223
4 Bont o Si nal a 3.09 441 1334 432
5 Bi j i Nangka 3.00 533 2004 668
6 Bar ambang 14.03 625 2461 175
7 Bont o Kat ut e 15.63 783 2746 176
8 Bont o Tengnga 6.75 417 1412 209
Jumlah 50. 94 4470 15901 237
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011,
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
Kecamatan Sinjai Borong sebanyak 15.901 jiwa dengan jumlah kepala

52
keluarga sebanyak 4470 kk dengan melihat luas wilayah kecamatan
Sinjai Borong adalah 66,97 dengan kepadatan penduduk 237.
Data diatas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak adalah di
Desa Bonto Katute dengan jumlah penduduk 2.746 jiwa dengan Luas
wilayah 15,63 Km
2
.

d) Komposisi Penduduk Menurut Agama
Penduduk di Kecamatan Sinjai Borong masing-masing menganut
agama menurut keyakinan yang mereka anut. Hal ini mencerminkan
sikap toleransi antara umat beragama yang tinggal dan mendiami suatu
wilayah, untuk lebih jelasnya sebagaimana yang tertera pada table
berikut:
Tabel 3.17
Penduduk Menurut Agama
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai Tahun 2010
No Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
( jiw a )
Jenis Agama
I slam
Krist en
Prot est an
Krist en
Kat holik
Hindu Budha
1 Bat u Bel er ang 1759 1759 - - - -
2 Kassi Bul eng 1932 1932 - - - -
3 Pasi r Put i h 2252 2252 - - - -
4 Bont o Si nal a 1334 1334 - - - -
5 Bi j i Nangka 2004 2004 - - - -
6 Bar ambang 2461 2461 - - - -
7 Bont o Kat ut e 2746 2746 - - - -
8 Bont o Tengnga 1412 1412 - - - -
Jumlah 15901 15901 - - -
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kepercayaan atau agama yang
dianut oleh penduduk yang ada di Kecamatan Sinjai Borong hanya

53
agama Islam yang merupakan agama yang mayoritas dianut oleh
penduduk Kecamatan Sinjai Borong dengan 15.901 jiwa

3.2.4 Lingkup Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara
khirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata
ruang. Wujud struktural pemanfaatan ruang meliputi hirarki pusat-pusat
pelayanan, khirarki prasarana wilayah dan rancang bangun kota .
Atas pengertian tersebut diatas, maka substansi materi dalam
penyususunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sinjai akan selalu
menitik beratkan pada pendekatan wilayah (regions approach) secara
menyeluruh dengan kata lain bahwa semua unsur yang terkait dalam
perencanaan merupakan bahagian yang tak terpisahkan dalam penetapan
rencana.
Dengan demikian, struktur tata ruang Kabupaten Sinjai akan
menggambarkan kawasan lindung, kawasan budidaya dan pusat-pusat
pengembangan kabupaten.

3.2.5 Lingkup Berdasarkan Karakteristik Kawasan
Pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang
menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam. Wujud pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi dan sebaran
kegiatan pemukiman, tempat kerja, industri dan pergudangan, kegiatan
pertanian dan perkebunan, hutan, fasilitas sosial budaya dan sosial ekonomi,
perangkutan (transportasi).
Pemanfaatan ruang wilayah sampai akhir tahun 2014 Kabupaten Sinjai
masih dominan lahan tidak terbangun dalam bentuk penggunaan hutan dan
kegiatan pertanian. Kondisi ini disebabkan oleh keberadaan hutan lindung yang
sangat luas dan dominasi kegiatan tanaman pangan dan perkebunan. Kawasan

54
tidak terbangun ini juga pemanfaatannya lahannya oleh obyek-obyek wisata
alam/air dan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu
sektor yang cukup prospek bersama sektor pertanian tanaman pangan.
Dalam satuan pembagian kawasan, Kecamatan Sinjai Borong fungsi
utamanya diarahkan pada kegiatan perkebunan, permukiman, pertanaian
tanaman pangan dataran tinggi, hutan lindung, hutan produksi terbatas dan
parawisata. Sementara fungsi penunjangnya adalah perdagangan, jasa-jasa
sosial, industri kecil, dan peternakan.

3.2.6 Potensi Lahan Pertanian , Perkebunan dan Wisata
Kecamatan Sinjai Borong memiliki beberapa potensi lahan yang dapat
dikembangkan dalam meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya yaitu
Lahan Pertanian, Perkebunan dan Wisata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.18
Potensi Pengembangan Pertanian di Kabupaten Sinjai Borong
No. Jenis Perkebunan Lokasi ( Desa)
1
2
Padi Saw ah
Jagung
Desa Bar ambang,
Pasi r Put i h dan
Bi j i Nangka
Sumber : - Sinjai Borong Dalam Angka 2011
- Hasil Survei









55
Tabel 3.19
Potensi Pengembangan Perkebunan di Kabupaten Sinjai Borong
No. Jenis Perkebunan Lokasi ( Desa)
1
2
3
4
Kopi
Cengkeh
Kakao
Tembakau
Desa Bat u Bel er ang,
Bar ambang, dan Kassi
Bul eng
Sumber : - Sinjai Borong Dalam Angka 2011
- Hasil Survei


Tabel 3.20
Potensi Obyek Wisata dan Rekreasi di Kecamatan Sinjai Borong
No.
Klasif ikasi W isat a
dan Rekreasi
Nama
Obyek
Lokasi
( Desa /
Kelurahan)
1
Wi sat a dan Rekr easi
Ai r Ter j un
Ai r Ter j un Desa Bar ambang
3

Wi sat a dan Rekr easi
Agr o dan Penel i t i an
Per t ani an

Taman Raya
Desa Bat u
Bel er ang
Sumber : - Kantor Pariwisata Kabupaten Sinjai
- Hasil Survei

3.2.7 Transportasi
Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang mempunyai peranan
untuk . selain sarana transportsi yang menjadi pokok penting dari kelancaran
transportasi yaitu jalan.

56
Kecamatan Sinjai Borong merupakan salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten Sinjai yang letaknya cukup dan termasuk jauh dari ibu kota
Kabupaten ini sendiri, sehingga sarana transportasi masih kurang memadai.
Adapun jenis sarana transportasi yang ada di sana yaitu mini bus, mobil yang
keluar kota yang berjarak jauh. Selain itu untuk menghubungkan daerah daerah
lain yang lebih kecil di Kecamatan Sinjai Borong yaitu Motor dan bentor.

3.2.8 Sarana dan Prasarana
a) Sarana
Sarana Peribadatan
Sebagian besar penduduk Kec. Sinjai Borong merupakan penganut
agama Islam dan minoritas agama Kristen maka berimplikasi terhadap
keberadaan fasilitas penunjang kegiatan keagamaannya.
Berkaitan dengan jenis konstruksi umumnya fasilitas peribadatan di
Kec. Sinjai Borong memiliki konstruksi permanen, dimana sebagian
besar diantaranya mampu menampung jumlah yang cukup banyak,
sehingga dapat disimpulakan bahwa mesjid, musholah telah mampu
melayani kebutuhan rohani penduduk setempat.
Sementara itu jika di tinjau dari skala atau jangkauan pelayanan
fasilitas peribadatan, terlihat bahwa sebagian besar, berskala lokal
utamanya mesjid. Sedangkan untuk musholah berskala lingkungan,
meskipun demikian penentuan skala pelayanan fasilitas peribadatan
relatif sulit, namun penentuan skala pelayanan seperti itu sangat
dipengaruhi oleh aspek letak peribadatan terhadap kawasan lain.
Di Kec. Sinjai Borong sebagian besar penduduknya beragama Islam,
untuk persebaran sarana peribadatan yang terdapat di Kec. Sinjai
Borong data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:







57
Tabel 3.21
Sarana Peribadatan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
No Desa/ Kelurahan
Fasilit as Peribadat an (Unit )
Jumlah
M esjid
M ushal
lah
Gereja Pura W ihara
1 Bat u Bel er ang 3 - - - -
2 Kassi Bul eng 5 - - - - -
3 Pasi r Put i h 5 - - - - -
4 Bont o Si nal a 3 - - - - -
5 Bi j i Nangka 4 - - - - -
6 Bar ambang 4 - - - - -
7 Bont o Kat ut e 3 - - - - -
8 Bont o Tengnga 2 - - - - -
Jumlah 29 - - - - -
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Sinjai 2012
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis sarana peribadatan
yang ada di Kecamatan Sinjai Borong hanya ada 1 jenis Sarana
peribadatan, yaitu Mesjid. Dimana jumlah Mesjid di Kecamatan Sinjai
pada tahun 2010 adalah 29 buah bangunan Mesjid.

Gambar 3.4
Sarana Peribadatan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011







Gambar 3.4 merupakan visualisasi kondisi fasilitas peribadatan yang ada di
Desa Bonto Tengnga (kiri) dan Desa Batu Belerang (kanan), kecamatan Sinjai
Borong

58
Sarana Kesahatan
Desentralisasi permasalahan kesehatan di tingkat daerah merupakan
inovasi yang patut disambut dengan baik untuk menanggulangi
berbagai masalah kesehatan seperti rendahnya kualitas kesehatan
penduduk miskin, rendahnya kondisi kesehatan lingkungan,
birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya kesadaran
masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan visi Masyarakat Sehat
2010, dibutuhkan strategi pengorganisasian komunitas yang terpadu
pada setiap daerah khususnya Kecamatan Sinjai Borong. Untuk data
mengenai fasilitas kesehatan di Kecamatan Sinjai Borong lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.22
Sarana Kesehatan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2010
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Sinjai 2012

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kecamatan Sinjai Borong
terdapat 1 unit puskesmas yang terletak di Desa Pasir Putih yang
merupakan ibukota kecamatan. Sedangkan terdapat 1 unit Pustu di
No Desa/ Kelurahan
FASI LI TAS KESEHATAN (UNI T)
BKI A
Polik
linik
Puskes
mas
Pust u
B. Pengo
bat an
Polin
des
Posya
ndu
Tk.
Obat
1 Bat u Bel er ang - - - 1 - - 4 -
2 Kassi Bul eng - - - 1 - 1 3 -
3 Pasi r Put i h - - 1 - - - 3 -
4 Bont o Si nal a - - - 1 - 1 3 -
5 Bi j i Nangka - - - 1 - - 3 -
6 Bar ambang - - - 1 - - 4 -
7 Bont o Kat ut e - - - 1 - 1 4 -
8 Bont o Tengnga - - - 1 - 1 4 -
Jumlah - - 1 7 - 4 28 -

59
masig-masing Desa Batu Belerang, Kassi Buleng, Bonto Sinala, Biji
Nangka, Barambang, Bonto Katute, dan Bonto Tengnga.

Gambar 3.5
Sarana Kesehatan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011







Gambar 3.5 merupakan visualisasi kondisi fasilitas Kesehatan yang ada
di Desa Pasir Putih (kiri) dan Desa Biji Nangka (kanan), kecamatan Sinjai
Borong

Sarana Olahraga
Di Kecamatan Sinjai Borong memiliki banyak fasilitas olah raga
diantaranya yaitu Lapangan Bulu Tangkis, Lapangan Voli, lapangan
sepak Bola, dan Tenis Meja Berikut tabel mengenai jenis dan jumlah
fasilitas olahraga yang ada di Kecamatan Sinjai Borong :
Tabel 3.23
Sarana Olahraga
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai Tahun 2011









Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011
No Jenis Fasilit as Jumlah Fasilit as (unit )
1 Lapangan Sepak Bol a 6
2 Lapangan Vol y Bal l 19
3 Lapangan Teni s -
4 Lapangan Bul u Tangki s 4
5 Lapangan Teni s M ej a 25
6 Lapangan Takr ow 35
Jumlah 89

60

Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa jenis fasilitas olah raga
yang ada di Kecamatan Sinjai Borong adalah lapangan sepak bola,
volley ball, bulutangkis, tennis meja, takrow dan lain-lain. Adapun
jumlah lapangan sepak bola yaitu 6 buah, volley ball berjumlah 19,
bulutangkis berjumlah 4 buah, tennis meja berjumlah 25 buah dan
takrow berjumlah 35 buah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis fasilitas olah raga yang
terbanyak adalah tennis meja dan takrow.

Gambar 3.6
Sarana Olahraga
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011









Gambar 3.6 merupakan visualisasi kondisi fasilitas Olahraga yang ada
di Desa Barambang (kanan) dan Desa Biji Nangka (kiri), kecamatan Sinjai
Borong


Sarana Pendidikan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa skala pelayanan fasilitas
pendidikan di Kecamatan Sinjai Borong meliputi skala lokal kota dan
skala pelayanan regional kecamatan dimana penentuan skala pelayanan
ini dilandasi oleh data-data.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan klasifiksi pendidikan
yang ada di Kecamatan Sinjai Borong tertera pada tabel di bawah ini:

61
Tabel 3.24
Sarana Pendidikan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011
NO Desa/ Kelurahan
FASI LI TAS PENDI DI KAN
TK SD M I SLTP M TSn SM U M A
1 Bat u Bel er ang 1 - - - - 1 -
2 Kassi Bul eng 2 3 - 1 - - -
3 Pasi r Put i h 2 4 1 - 1 - 1
4 Bont o Si nal a 2 3 - - - - -
5 Bi j i Nangka 3 3 - - 1 - -
6 Bar ambang 2 3 1 - 1 - 1
7 Bont o Kat ut e - 2 - - - - -
8 Bont o Tengnga - 3 - - - - -
Jumlah 12 21 2 1 3 1 2
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Sinjai 2012

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah sarana TK yang ada
di Kecamatan Sinjai Borong pada tahun 2010 adalah 12 unit, SD
berjumlah 8 unit, SLTP Negeri berjumlah 1 unit, SMU 1 unit,
Madrasah Ibtidaiyah berjumlah 2 unit, Madrasah Tsanawiyah berjumlah
3 unit dan Madrasah Aliyah berjumlah 2 unit.

Gambar 3.7
Sarana Pendidikan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai Tahun 2011











Gambar 3.7 merupakan visualisasi kondisi fasilitas Pendidikan yang ada di Desa
Pasir Putih ,kecamatan Sinjai Borong

62
Sarana Perdagangan
Fasilitas perdagangan berupa pasar dan toko merupakan wadah
dalam rangka melangsungkan proses jual beli baik kebutuhan pokok
(primer) maupun kebutuhan penunjang (sekunder) penduduk.
Berikut adalah jumlah fasilitas perdagangan di Kecamatan Sinjai
Borong :
Tabel 3.25
Sarana Perdagangan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011

No Desa/ Kelurahan
JENI S FASI LI TAS (UNI T)
Pasar
Toko/
W arung
Rumah
M akan
KUD
NON
KUD
Hot el/
Pengina
pan
1. Bat u Bel er ang 1 42 4 - - -
2. Kassi Bul eng - 18 2 - - -
3. Pasi r Put i h 1 112 14 1 - -
4. Bont o Si nal a - 8 - - - -
5. Bi j i Nangka 1 28 2 - - -
6. Bar ambang 1 62 7 - - -
7 Bont o Kat ut e 1 20 - - -- -
8 Bont o Tengnga - 13 - - - -
Jumlah 5 303 29 1 - -
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Jumlah pasar di Kecamatan Sinjai Borong yang ada saat ini 5 unit
yang tersebar di beberapa Desa. Selain pasar sarana penunjang lain
dalam kegiatan perdagangan yaitu berupa pasar 4 unit, toko 303 unit,
Koperasi Unit Desa (KUD) 1 unit.









63
Gambar 3.8
Sarana Perdagangan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011







Gambar 3.8 merupakan visualisasi kondisi fasilitas Perdagangan yang ada
di Desa Barambang (kiri) dan Desa Biji Nangka (kanan), kecamatan Sinjai
Borong

b) Prasana
Prasarana adalah sistem bangunan yang diperlukan terlebih dahulu
agar sistem transportasi, teknik penyehatan, perairan, telekomunikasi dapat
berfungsi. Adapun prasarana yang ada di kelurahan Sinjai Borong, yaitu
sebagai berikut.
Prasarana Jalan
Transportasi sebagai suatu proses pemindahan orang/barang dari
suatu tempat ke tempat yang lain, yang berkembang sejalan dengan
aktifitas pengangkutan, sistem jaringan dan potensi penggunaan
lahannya. Sarana transportasi yang ada di Kecamatan Sinjai Borong
berupa jaringan jalan. Prasarana jalan merupakan prasarana yang sangat
penting untuk menunjang kelancaran perhubungan darat dan akan
menentukan dalam pengembangan struktur kecamatan.
Jaringan jalan merupakan suatu bagian dari kesatuan sistem
jaringan yang terdiri dari jaringan jalan primer, kolektor dan sekunder
dalam suatu hubungan hirarki. Jalan pada Kecamatan Sinjai Borong
memiliki fungsi pelayanan sebagai penghubung antara kecamatan Sinjai
Borong dengan daerah lain yang berada atau berdampingan dengannya.

64
Di Kecamatan Sinjai Borong jalan lokal primer merupakan poros utama
di lingkungan permukiman dan beberapa jalan keluar kelurahan lainnya
dengan Lebar badan jalan yang ada di Kecamatan Sinjai Borong 4 5
meter dan panjang keseluruhan jaringan jalan yaitu 97 Km. Kondisi
jaringan jalan berupa aspal dan pengerasan.

Tabel 3.26
Prasarana Jalan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011
No Desa/ Kelurahan
jenis dan panjang jalan (m)
Aspal Pengerasan Tanah Bet on
1 Bat u Bel er ang 5159 2621 371 -
2 Kassi Bul eng 9456 6255 - -
3 Pasi r Put i h 9609 4715 - -
4 Bont o Si nal a 5476 3479 - -
5 Bi j i Nangka 9960 1573 - -
6 Bar ambang 11612 1086 1280 -
7 Bont o Kat ut e 7351 8833 652 -
8 Bont o Tengnga 5890 2046 - -
Jumlah 64513 30608 2303 -
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Sinjai 2012

Gambar 3.9
Prasarana Jalan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai Tahun 2011








Gambar 3.10 merupakan visualisasi kondisi Prasarana Jalan dengan
permukaan Aspal yang terdapat di Desa Pasir Putih, kecamatan Sinjai Borong

65
Prasarana Drainase
Drainase adalah suatu system pembuangan air yang ada baik untuk
air hujan dan air limbah. Berdasarkan status pengalirannya, sistem
drainase dapat dirinci sebagai berikut :
Drainase primer adalah drainase utama yang berfungsi sebagai
daerah lumpahan air dari drainase sekunder dan drainase tersier
sebelum ke badan air.
Drainase sekunder adalah wadah pengaliran dari drainase tersier
sebelum ke drainase primer. Drainase sekunder tersebut dapat
berupa anak-anak sungai dari drainase primer.
Drainase tersier adalah drainase yang merupakan wadah yang
umumnya merupakan saluran pembuangan limbah rumah tangga
yang berada di lingkungan pemukiman maupum perkotaan.

Adapun kondisi drainase di Kecamatan Sinjai Borong tergolong
buatan. Sedangkan drainase buatan terdiri dari drainse sekunder
(Lebar: 50 cm, Tinggi: 80 cm) dan tersier selain itu terdapat kanal yang
terletak di sekitar sungai. Kondisi drainase di Kecamatan Sinjai Borong
sebagian besar dalam kondisi baik, sehingga dapat berfungsi secara
maksimal dan berfungsi sebagaimana mestinya yaitu dapat mengalirkan
air hujan dan limbah rumah tangga.













66
Tabel 3.27
Prasarana Jenis Drainase
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011

No Desa/ Kelurahan
Panjang saluran drainase (M )
Primer Sekunder Tersier
1 Bat u Bel er ang - 7471 2776
2 Kassi Bul eng - 2527 8914
3 Pasi r Put i h - 7846 14277
4 Bont o Si nal a - 4667 1993
5 Bi j i Nangka - 9536 992
6 Bar ambang - 3675 1217
7 Bont o Kat ut e - 5914 2157
8 Bont o Tengnga - 3154 -
Jumlah 44790 32326
Sumber : Survey Lapangan 2012

Tabel 3.28
Prasarana Kondisi Drainase
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011

No Desa/ Kelurahan
Panjang Konst ruksi Saluran Drainase (M )
Permanen Semi Per manen Tanah
1 Bat u Bel er ang 8568 - 1679
2 Kassi Bul eng 2527 5945 3419
3 Pasi r Put i h 7846 7846 6467
4 Bont o Si nal a - 4667 1993
5 Bi j i Nangka 8294 1242 -
6 Bar ambang 3675 1217 -
7 Bont o Kat ut e - 5914 2157
8 Bont o Tengnga 1335 1817 383
Jumlah 32245 28648 16098
Sumber : Survey Lapangan 2012




67
Gambar 3.10
Prasarana Drainase
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011










Gambar 3.12 merupakan visualisasi kondisi Prasarana Drainase dengan
terdapat di Desa Barambang, kecamatan Sinjai Borong

Prasarana Air Bersih
Jaringan air bersih adalah jaringan pipa saluran air yang
mengalirkan air bersih ke rumah-rumah yang dilayaninya. Selain itu air
merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk
memajukan kesejahteraan umum dan berperan juga sebagai faktor
utama pembangunan. Untuk itu air perlu dilindungi agar dapat tetap
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa air memiliki peran yang
sangat strategis dan harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu
mendukung kehidupan dan pelaksanaan pembangunan di masa kini
maupun di masa mendatang. Kawasan perkotaan dengan tingkat
pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, air
bersih merupakan barang yang langka dan mahal. Karena selain
disebabkan oleh semakain tingginya kebutuhan akan air, juga terjadi
penurunan kualitas dan kuantitas air. Penggunaan air di kawasan

68
perkotaan antara lain adalah untuk air minum (pemukiman), industri,
usaha perkotaan (perdagangan atau pertokoan), transportasi dan
lainnya. Melihat besarnya peran dan fungsi air bersih serta untuk
mengantisipasi semakin tingginya kebutuhan air maka perencanaan
sistem air bersih harus mendapat perhatian yang serius.
Penyediaan air bersih di Kecamatan Sinjai Borong, dilakukan
dengan beberapa cara yaitu melalui sistem perpipaan dan non
perpipaaan. Untuk sistem perpipaan diantaranya terdiri dari :
Sumur dalam dengan pompa
Sedangkan untuk sistem non perpipaan terdiri dari :
Sumur gali
Penyediaan air bersih untuk sistem nonperpipaan digunakan
penduduk setempat sebagai alternatif pengganti yang sewaktu-waktu
dapat digunakan jika terjadi kerusakan pada pipa saluran air bersih.

Gambar 3.11
Prasarana Drainase
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011







Gambar 3.13 merupakan visualisasi kondisi bak penampungan air bersih dan
saluran pipa air bersih yang digunakan oleh masyarakat yang terdapat di Desa
Bonto Sinala, kecamatan Sinjai Borong





69
Prasarana Listrik
Listrik merupakan salah satu system yang sangat berpengaruh pada
aktivitas perekonomian sehari-hari. Listrik merupakan prasarana yang
menjadi alat pemberi kemudahan yang membantu untuk melakukan
segala aktifitas keseharian kita. Tanpa adanya listrik maka aktifitas kita
seakan lumpuh. Jaringan listrik telah mampu menjangkau hampir
semua lapisan masyarakat yang ada di Kecamatan Sinjai Borong.
Bentuk penyediaan energi listrik dimaksudakan untuk pemenuhan
kebutuhan yang mencakup kapasitas energi dan distribusinya.
Pelayanan system kelistrikan yang diperlukan di Kecamatan Sinjai
Borong adalah peningkatan daya listrik dan perluasan jaringan
distribusinya serta pengadaan penerangan jalan, kebutuhan listrik
adalah :
Rumah golongan rendah 450 VA
Rumah golongan menengah 450 s/d 900 VA
Rumah golongan tinggi dan bangunan penting 1.300 s/d 6.600 VA.
Penerangan jalan dengan pemakaian lampu berkekuatan 60 VA
berjarak tiap 25 meter atau sesuai dengan satu tiang jaringan.

Warga di Kecamatan Sinjai Borong sebagian besar sudah terlayani
listrik, kebutuhan pengembangan pelayanan jaringan listrik mutlak
dilakukan seiring dengan berkembangnya penduduk di Kecamatan
Sinjai Borong dengan segala aktivitas sosial dan ekonominya.
Untuk lebih jelasnya penggunaan Jaringan Listrik di Kecamatan
Sinjai Borong dapat dilihat pada tabel :






70
Tabel 3.29
Prasarana Listrik
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011
No Desa/ Kelurahan
Jumlah Sambungan (kk)
(%)
PLN Generat or Dll
1 Bat u Bel er ang 350 3 25
2 Kassi Bul eng 400 - -
3 Pasi r Put i h 410 - -
4 Bont o Si nal a 130 5 5
5 Bi j i Nangka 350 - -
6 Bar ambang 100 35 22
7 Bont o Kat ut e - 35 23
8 Bont o Tengnga 200 7 1
Jumlah 1940 87 76
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Sinjai 2012

Prasarana Telekomunikasi
Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian
infomasi, dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kaitannya dengan
'telekomunikasi' bentuk komunikasi jarak jauh dapat dibedakan atas tiga
macam:
Komunikasi Satu Arah (Simplex). Dalam komunikasi satu arah
(Simplex) pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin
komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama.
Contoh :Pager, televisi, dan radio.
Komunikasi Dua Arah (Duplex). Dalam komunikasi dua arah
(Duplex) pengirim dan penerima informasi dapat menjalin
komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama.
Contoh : Telepon dan VOIP.
Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Dalam komunikasi
semi dua arah (Half Duplex)pengirim dan penerima informsi

71
berkomunikasi secara bergantian namun tetap
berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX, dan Chat Room
Telepon juga sekarang digunakan dengan kecanggihan teknologi
sehingga kita dapat menggunakan telepon setiap saat dengan
membawanya kapan saja dan dimana saja. Di Kecamatan Sinjai Borong
untuk jaringan telepon sudah terlayani atau tersedia yang dibuktikan
oleh sudah adanya jaringan telpon rumah yang pelayannanya sudah
hampir ke seantero pelosok wilayah administrasi Kecamatan Sinjai
Borong dan selain itu, terdapat pula jaringan telepon selular yaitu
jaringan Telkom, Telkomsel, Excekindo, dan Indosat


Tabel 3.30
Prasarana Telekomunikasi
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Sinjai 2012







No Desa/ Kelurahan
Jumlah sambungan (Unit )
Pelanggan
Telepon
W art el
1 Bat u Bel er ang - -
2 Kassi Bul eng - -
3 Pasi r Put i h 25 1
4 Bont o Si nal a - -
5 Bi j i Nangka - -
6 Bar ambang - -
7 Bont o Kat ut e - -
8 Bont o Tengnga - -
Jumlah 25 1

72
Gambar 3.12
Prasarana Telekomunikasi
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2011







Gambar 3.14 merupakan visualisasi Prasarana Telekomunikas yang
berupa warung telepon yang terdapat di Desa Pasir Putih, kecamatan
Sinjai Borong

Prasarana Persampahan
Besarnya persentase sampah yang tidak terangkut setiap harinya
menjadi suatu nilai tersendiri yang harus diperhatikan dengan baik oleh
pemerintah dan masyarakat Kecamatan Sinjai Borong maupun pihak
Dinas Kebersihan Kabupaten Sinjai. Sumber sampah di Kecamatan
Sinjai Borong di dominasi oleh sampah rumah tangga.
Untuk prasarana persampahan yang tersedia di Kecamatan Sinjai
Borong, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.31
Prasarana Persampahan
Di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai Tahun 2011
No Tempat Sampah Jumlah Unit
1
2
3
4

Kontainer
Bak Sampah
Tong Sampah
Gerobak Sampah

2
-
-
3
Sumber : Kec. Sinjai Borong Dalam Angka 2011

73
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyediaan prasarana
persampahan masih sangat minim di wilayah tersebut. Dari hasil survei
yang dilakukan, kebanyakan masyarakat yang ada di Kecamatan Sinjai
Borong menangani sampah hasil aktifitas mereka dengan cara Sistem
Individual yaitu di bakar ataupun dibuang langsung di belakang rumah.

3.3. Kegiatan Pengembangan Pertanian Tanaman
Pangan/Holtikultura/Perkebunan/Peternakan/ Perikanan darat/
Perikanan Tangkap/Wisata

Pemanfaatan ruang wilayah sampai akhir tahun 2014 Kabupaten Sinjai
masih dominan lahan tidak terbangun dalam bentuk penggunaan hutan dan
kegiatan pertanian. Kondisi ini disebabkan oleh keberadaan hutan lindung yang
sangat luas dan dominasi kegiatan tanaman pangan dan perkebunan
Kecamatan Sinjai Borong fungsi utamanya diarahkan pada kegiatan
perkebunan, permukiman, pertanaian tanaman pangan dataran tinggi, hutan
lindung, hutan produksi terbatas dan parawisata. Sementara fungsi
penunjangnya adalah perdagangan, jasa-jasa sosial, industri kecil, dan
peternakan.
Untuk produksi komuditas pertanian tanaman pangan, perkebunan,
perternakan dijelaskan pada tabel berikut :











74
Tabel 3.32
Produksi Masing-Masing Komoditas Pertanian Sub Sektor
Tanaman Pangan di Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010
No

Desa / Kelurahan
Pert anian (dalam t on)
Padi
Saw ah
Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar
Kacang
Tanah
1 Bat u Bel er ang 956,59 1,24 73,17 10,65 -
2 Kassi Bul eng 547,48 - 123,31 7,40 -
3 Pasi r Put i h 715,93 0,93 13,55 9,67 -
4 Bont o Si nal a 324,88 0,42 215,45 4,39 -
5 Bi j i Nangka 1046,83 1,76 235,77 14,15 -
6 Bar ambang 758,05 1,69 170,73 12,93 -
7 Bont o Kat ut e 60,16 0,08 161,25 0,81 -
8 Bont o Tengnga 30,08 - 6,78 - -
Jumlah 4. 440 5,75 1. 000 60 -
Sumber: Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Pada Tabel 3.33. diatas menunjukkan Produksi tertinggi untuk komuditas
pertanian tanaman pangan adalah komuditi Padi Sawah dimana produksi
tertingginya berada pada Desa Biji Nangka yaitu 1046,83 ton. Sedangkan
untuk Produksi yang terendah berada pada Desa Bonto Tengnga yaitu 30,08
ton.













75
Tabel 3.33
Produksi Masing-Masing Komoditas Pertanian Sub Sektor Buah-Buahan
di Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010
No.
Desa /
Kelurahan
Pertanian (ton/ha)
Batu
Belerang
Kassi
Buleng
Pasir
Putih
Bonto
Sinala
Biji
Nangka
Baram-
bang
Bonto
Katute
Bonto
Tengnga
Jmlh
1 Jeruk Besar 722,88 1208,06 224,68 501,46 931,28 2077,48 449,36 670,79 6.786
2 Jambu 2130,52 2744,72 662,19 1477,93 6122,84 3560,46 1324,38 1976,97 20.000
3 Alpukat 1361,40 1753,88 3912,50 944,40 423,14 2275,13 846,28 1263,28 12.780
4 Mangga 53262,96 16554,70 33109,40 36948,18 49424,18 89011,52 153071,02 68618,04 500. 000
5 Durian 1065,26 1372,36 3061,42 738,96 331,09 1780,23 662,19 988,48 10. 000
6 Nenas 639,16 823,42 1836,85 443,38 198,66 1068,14 397,31 593,09 6. 000
7 Langsat 798,94 1029,27 2296,07 554,22 248,32 1335,17 496,64 741,36 7. 500
8 Pisang 183685,22 82341,65 19865,64 44337,81 39731,29 63915,55 106813,82 59309,02 600. 000
9 Pepaya 3408,83 3163,15 9796,55 2364,68 1059,50 5696,74 2119,00 4391,55 32. 000
10 Rambutan 15978,89 20585,41 45921,31 11084,45 4966,41 26703,45 9932,82 14827,26 150. 000
11 Nangka 17735,12 32936,66 23723,61 73474,09 7946,26 42725,53 15892,51 25566,22 240. 000
Sumber: Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Pada Tabel 3.34. diatas menunjukkan Produksi tertinggi untuk komuditas
perkebunan adalah pada komuditi Pisang dimana produksi tertingginya berada
pada Desa Batu Belerang yaitu 183685,22 ton. Sedangkan produksi terendah
berada pada Desa Bonto Katute yaitu 106812,82 ton.









76
Tabel 3.34
Produksi Masing-Masing Komoditas Perkebunan Rakyat
di Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010
No

Desa /
Kelurahan
Perkebunan (dalam t on)
Kelapa
Dalam
Kopi
Arabika
Cengkeh Kakao Kapok Panili
Temba-
kau
Lada
Kayu
M anis
1 Bat u Bel er ang 3,94 84,16 54,19 23,44 0,86 16,84 231,14 3,92 0,96
2 Kassi Bul eng 5,08 108,42 24,29 30,19 0,55 7,55 103,61 3,02 1,24
3 Pasi r Put i h 2,73 26,16 11,72 14,57 - 5,86 25,00 1,63 2,76
4 Bont o Si nal a 11,33 58,38 13,08 16,26 - 4,06 55,79 6,74 0,67
5 Bi j i Nangka 1,23 241,85 5,86 7,28 1,82 1,82 50,00 0,73 0,30
6 Bar ambang 6,59 140,64 31,51 39,17 - 9,79 134,41 2,34 1,60
7 Bont o Kat ut e 2,45 52,31 18,86 67,35 1,71 3,64 80,43 1,46 0,60
8 Bont o Tengnga 3,66 78,09 17,50 21,75 2,06 5,44 74,63 2,17 0,89
Jumlah 37 780 177 220 7 55 755 22 9
Sumber: Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Pada Tabel 3.35. diatas menunjukkan Produksi tertinggi untuk komuditas
perkebunan rakyat adalah pada komuditi Kopi Arabika dimana produksi
tertingginya berada pada Desa Biji Nangka yaitu 241,85 ton. Sedangkan
produksi terendah berada pada Desa Pasir Putih yaitu 26,16 ton.






77
Tabel 3.35
Data Jenis Ternak Besar Di Kecamatan Sinjai Borong
Dirinci Menurut Desa / Kelurahan Tahun 2010
No. Desa/ Kelurahan
Jenis Ternak Kecil
Kerbau Sapi Kuda Kambing
1
Bat u Bel er ang
- 194 - 101
2
Kassi Bul eng
- 196 - 253
3
Pasi r Put i h
- 375 8 214
4
Bont o Si nal a
- 177 - 213
5
Bi j i Nangka
- 417 6 126
6
Bar ambang
- 349 13 65
7
Bont o Kat ut e
- 265 14 60
8
Bont o Tengnga
- 149 1 138
Jumlah - 2. 122 42 1. 170
Sumber: Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Pada Tabel 3.36. diatas menunjukkan Produksi tertinggi untuk jenis ternak
kecil berada pada jenis ternak Sapi yang produksi tertingginya berada pada
Desa Biji Nangka yaitu 417 ekor.










78
Tabel 3.36
Data Jenis Ternak Unggas Di Kecamatan Sinjai Borong
Dirinci Menurut Desa / Kelurahan Tahun 2010
No. Desa/ Kelurahan
Jenis Ternak Kecil
Ayam I t ik I t ik M anila Angsa
1
Bat u Bel er ang
7.951 210 209 7.852
2
Kassi Bul eng
6.470 307 23 5.479
3
Pasi r Put i h
7.984 301 72 7.981
4
Bont o Si nal a
5.610 197 - 5.921
5
Bi j i Nangka
6.693 330 15 6.699
6
Bar ambang
5.118 210 70 5.333
7
Bont o Kat ut e
5.227 276 - 5.117
8
Bont o Tengnga
6.764 141 20 6.529
Jumlah 51. 817 1. 972 409 50. 911
Sumber: Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Pada Tabel 3.37. diatas menunjukkan Produksi tertinggi untuk jenis ternak
Unggas berada pada jenis ternak Ayam yang produksi tertingginya berada pada
Desa Pasir Putih yaitu 7.984 ekor.











79



4.1 Analisis Kondisi Fisik Wilayah
4.1.1 Analisis Topografi dan Kemiringan Lereng
Topografi dan kemiringan lerengan wilayah Kecamatan Sinjai Borong
berada pada ketinggian 500 - >1000 meter dari permukaan air laut,
kemiringan lereng dengan kisaran 0-40%. Kemiringan lereng tersebut
menjadi dasar dalam menetapkan dan mengalokasikan berbagai fasilitas,
pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan.

Tabel 4.1
Klasifikasi Kemiringan Lereng
Tahun 2012 (dalam ha)
No. Desa/Kelurahan
Kemiringan
Lereng (%)
Persentase (%)
1 Batu Belerang
0-2% 1.69
2-15% 3.22
2 Kassi Buleng
2-15% 12.45
15-40% 15.40
>40% 0.72
3 Pasir Putih
2-15% 11.44
15-40% 4.27
>40% 0.70
4 Bonto Sinala
0-2% 0.27
2-15% 4.34
15-40% 4.67
>40% 0.65
5 Biji Nangka
0-2% 3.55
2-15% 5.76
15-40% 3.93
6 Barambang
0-2% 1.04
2-15% 5.09
1.68 15-40%
7 Bonto Katute 2-15% 7.00

80
No. Desa/Kelurahan
Kemiringan
Lereng (%)
Persentase (%)
15-40% 4.88
>40% 12.45
8 Bonto Tengnga
0-2% 0.422
2-15% 5.80
15-40% 1.26
Jumlah 100
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai 2011
Dapat dilihat pada tabel di atas, Kecamatan Sinjai Borong memiliki
kemiringan lereng yang beragam, wilayah dengan kemiringan lereng 25-40 %
merupakan daerah yang dominan dengan perbandingan persentase 99,3 %,
Kecamatan Sinjai Borong dengan kemiringan lereng 25-40 % merupakan
daerah yang dominan dengan khas luas wilayah 66,501 km
2
atau sebesar
99,3% sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada
kemiringan 15-25% dengan luas wilayah 0,120 km
2
atau sebesar 0,18 % dari
luas total wilayah perencanaan.
Berdasarkan data dari kemiringan lereng diatas maka dapat dilakukan
pembobotan sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan
No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan
lindung dan hutan produksi :
Tabel 4.2
Klasifikasi dan Nilai Kelas Lerengan Lapangan
Nilai Kelas
Lereng
Kemiringan
Lereng (%)
Kategori Nilai Skor
1
2
3
4
5
0 8
8 15
15 25
25 40
>40
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
20
40
60
80
100
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai Tahun 2011

81
Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas lereng diatas, maka
dapat dilakukakn pembobotan untuk kelerengan di Kecamatan Sinjai Borong:
Tabel 4.3
Pembobotan Kemiringan Lereng Kecamatan Sinjai Borong
No. Desa/Kelurahan
Kemiringan
Lereng (%)
Nilai Skor (%)
1 Batu Belerang
0-2% 20
2-15%
40
2 Kassi Buleng
2-15% 20
15-40% 80
>40% 100
3 Pasir Putih
2-15% 40
15-40% 80
>40%
100
4 Bonto Sinala
0-2%
20
2-15% 40
15-40% 80
>40%
100
5 Biji Nangka
0-2% 20
2-15% 40
15-40% 80
6 Barambang
0-2% 20
2-15%
40
15-40% 80
7 Bonto Katute
2-15% 40
15-40% 80
>40% 100
8 Bonto Tengnga
0-2% 20
2-15% 40
15-40% 80
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV tahun 2012






82
4.1.2 Analisis Geologi Dan Jenis Tanah
Berdasarkan jenis struktur batuan (geologi) yang dimiliki oleh
Kecamatan Sinjai Borong ialah berupa batu bara, batu pasir, lava, breksi, batu
gamping, dan batu sedimen.
Tanah yang dimiliki oleh Kecamatan Sinjai Borong meliputi : Andesit;
basalt, tephra;berbutir halus kondisi jenis tanah Andesit:tephra terbentuk dari
batu endapan, batuan beku dari pegununngan, jenis tanah ini mempunyai sifat
beraneka ragam dan sangat baik untuk tanah pertanian dan perkebunan. Jenis
tanah ini terdapat di daerah berbukit sampai bergunung.
Untuk kegiatan permukiman, tidak terlalu dipengaruhi oleh jenis tanah
yang ada, sedangkan perdagangan dan budidaya lainnya masih berpengaruh
terhadap jenis tanah yang ada. Sedangkan untuk jenis batuan yang ada di
Kecamatan Sinjai Borong dapat dikatakan bahwa pada daerah tersebut
mempunyai daya dukung yang cukup untuk melakukan kegiatan
pembangunan dan perdagangan, karena memiliki struktur batuan geologi
yang berupa batu sedimen yang kuat untuk menahan beban yang ada di
atasnya.
Tabel 4.4
Klasifikasi Jenis Tanah
Kecamatan Sinjai Borong
No Nama Desa Jenis Tanah
1
Batu Belerang
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
2
Kassi Buleng
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
3
Pasir Putih
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
4
Bonto Sinala
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
5
Biji Nangka
Andesit; basalt

83
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
6
Barambang
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
7
Bonto Katute
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
8
Bonto Tengnga
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai 2011

Berdasarkan data dari Jenis Tanah diatas maka dapat dilakukan
pembobotan sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan
No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan
lindung dan hutan produksi :

Tabel 4.5
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah
Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi
Nilai
Kelas
Tanah
Jenis Tanah Kategori Nilai Skor
1 Aluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf
Kelabu, Latereite Air Tanah
Tidak Peka
15
2
Latosol
Agak Peka 30
3 Brown Forest Soil, Non Calcic Brown,
Mediteran
Kurang Peka
45
4 Andesit, Laterite, Grumusol, Podsol,
Podsolit
Peka
60
5
Pegosol, Litosol, Organosol, Rensina
Sangat Peka 75
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012


84
Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas Tanah diatas, maka
dapat dilakukakn pembobotan untuk Jenis Tanah di Kecamatan Sinjai
Borong:
Tabel 4.6
Pembobotan Jenis Tanah Kecamatan Sinjai Borong
No Nama Desa Jenis Tanah
Nilai
Skor
1
Batu
Belerang
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
60
2
Kassi Buleng
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
60
3
Pasir Putih
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
60
4
Bonto Sinala
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
60
5
Biji Nangka
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
60
6
Barambang
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
60
7
Bonto Katute
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
60
8
Bonto
Tengnga
Andesit; basalt
Andesit; basalt; tephra berbutir halus
Basalt; andesilt
60
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
4.1.3 Analisis Curah Hujan
Curah hujan tahunan rata rata 347 mm/bulan dengan rata-rata hari
hujan sekitar 16 hari. Temperatur udara rata rata 29 derajat celsius.
Kecepatan angin rata rata 2 3 knot/ jam. Daerah Kecamatan Sinjai Borong
pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah hujan
yakni:
Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret
Musim kemarau pada bulan April sampai September

85
Di Kecamatan Sinjai Borong terdapat dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Kreteria yang digunakan dalam menentukan tipe iklim
menurut Oldeman adalah berdasarkan banyaknya jumlah bulan basah yang
secara berturut-turut mencapai curah hujan yang lebih 200 mm perbulan dan
bulan kering lebih 100mm perbulan.
Menurut kriteria tersebut Kecamatan Sinjai Borong mempunyai tipe
iklim B2 yaitu jumlah bulan basah 7-9 bulan dan bulan kering 2-4 bulan, tipe
iklim C2 yaitu jumlah bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering 2-3 bulan, tipe
iklim C3 yaitu jumlah bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering sampai 3-5
bulan, tipe iklim D2 yaitu jumlah bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 2-3
bulan. Iklim merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi daerah
Kecamatan Sinjai Borong karena iklim dapat berpengaruh pada tingkat
produksi hasil pertanian dan perkebunan Kecamatan Sinjai Borong.

Tabel 4.7
Intenseitas Curah Hujan Kecamatan Sinjai Borong
No Nama Desa
Intensitas Curah Hujan
(mm/hari)
1
Batu Belerang
19,44 22,2
16,66 19,44
2
Kassi Buleng
19,44 22,2
3
Pasir Putih
19,44 22,2
4
Bonto Sinala
19,44 22,2
5
Biji Nangka
19,44 22,2
16,66 19,44
6
Barambang
19,44 22,2
16,66 19,44
7
Bonto Katute
19,44 22,2
16,66 19,44
8
Bonto Tengnga
19,44 22,2
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai Tahun 2011

86
Berdasarkan data dari Jenis Tanah diatas maka dapat dilakukan
pembobotan sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan
No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan
lindung dan hutan produksi :

Tabel 4.8
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Curah Hujan
Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi
Nilai
Kelas
Tanah
Intensitas Hujan (mm/hari) Kategori Nilai Skor
1
0 -13,6
Sangat Rendah 10
2
13,6 20,7
Rendah 20
3
20,7 27,7
Sedang 30
4
27,7 34,8
Tinggi 40
5
>34,8
Sangat Tinggi 50
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas Tanah diatas, maka
dapat dilakukakn pembobotan untuk Jenis Tanah di Kecamatan Sinjai
Borong:











87
Tabel 4.9
Pembobotan Intensitas Curah Hujan Kecamatan Sinjai Borong
No Nama Desa
Intensitas Curah
Hujan (mm/hari)
Nilai Skor
1
Batu Belerang
19,44 22,2 30
16,66 19,44
20
2
Kassi Buleng
19,44 22,2 30
3
Pasir Putih
19,44 22,2 30
4
Bonto Sinala
19,44 22,2 30
5
Biji Nangka
19,44 22,2 30
16,66 19,44 20
6
Barambang
19,44 22,2 30
16,66 19,44 20
7
Bonto Katute
19,44 22,2 30
16,66 19,44 20
8
Bonto Tengnga
19,44 22,2 30
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

4.2. Analisis Fungsi Kawasan
Untuk lebih mengoptimalkan penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai
Borong perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan. Dengan pertimbangan
keadaan topografi dan kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas curah
hujan diharapkan pemanfaatan lahan dan arahan perencanaan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kecocokan lahan untuk pengembangan
Kecamatan Sinjai Borong.






88
Tabel 4.10
Analisis Kesesuaian Lahan Kecamatan Sinjai Borong 2012
Keterangan Skor
Lereng
Skor
Tanah
Skor
Hujan
Skor
Akhir
Fungsi Kawasan
Kassi Buleng 40 60 40 140 Kawasan Penyangga
80 60 40 180 Kawasan Lindung
100 60 40 200 Kawasan Lindung
Pasir Putih 40 60 40 140 Kawasan Penyangga
80 60 40 180 Kawasan Lindung
100 60 40 200 Kawasan Lindung
Batu Belerang 20 60 30 110 Kawasan Budidaya
40 60 30 130 Kawasan Penyangga
Bonto Sinala 20 60 40 120 Kawasan Budidaya
40 60 40 140 Kawasan Penyangga
80 60 40 180 Kawasan Lindung
100 60 40 200 Kawasan Lindung
Biji Nangka 20 60 30 110 Kawasan Budidaya
40 60 40 140 Kawasan Penyangga
80 60 30 170 Kawasan Penyangga
Barambang 20 60 30 110 Kawasan Budidaya
80 60 30 170 Kawasan Penyangga
40 60 30 130 Kawasan Penyangga
Bonto Katute 40 60 30 130 Kawasan Penyangga
80 60 40 180 Kawasan Lindung
100 60 30 190 Kawasan Lindung
Bonto Tengnga 20 60 40 120 Kawasan Budidaya
40 60 40 140 Kawasan Penyangga
80 60 40 180 Kawasan Lindung
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012


89
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Sinjai
Borong merupakan wilayah yang dapat digolongkan sebagai Kawasan
Lindung dan Kawasan Penyangga
Maka Kecamatan Sinjai Borong sangat cocok digunakan bagi kegiatan-
kegiatan pertanian, wisata, peternakan, perikanan. Dan secara umum,
Kecamatan Sinjai Borong merupakan wilayah potensial untuk pengembangan
kawasan agropolitan dan wisata.

4.2.1 Kawasan Lindung
Memperhatikan Kepres. No. 32 Tahun 1990 dan Undang-Undang
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yang di dalamnya menyebutkan bahwa
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsinya
utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, nilai sejarah budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Lokasi kawasan Hutan
lindung di wilayah Kecamatan Sinjai Borong terletak di Desa Batu Belerang,
Bonto Tenggnga, dan Kassi Buleng.

4.2.2 Kawasan Penyangga
Menurut Beckman (2004) kawasan penyangga berfungsi untuk
melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan dari luar dan melindungi
kawasan konservasi terhadap gangguan kawasan pemukiman.
Taman Nasional yang terancam perubahan oleh tata guna lahan atau
gangguan lainnya, maka dibentuk zona penyangga (buffer zone) merupakan
zona untuk melindungi Taman Nasional dari gangguan yang berasal dari luar
maupun dari dalam Taman Nasional (Wiratno,1994).
Lokasi kawasan penyangga di wilayah Kecamatan Sinjai Borong terletak
di Desa Biji Nangka, Bonto Sinala, Bonto Katute, Pasir Putih dan
Barambang.


90
4.3.Analisis Sumber Daya dan Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan di Kecamatan Sinjai Borong berdasarkan hasil
identifikasi data pada peta terdiri dari lahan pertanian dan non pertanian. Jenis
penggunaan Lahan yang dijumpai antara lain penggunaan lahan hutan
sekunder, pertanian kering campuran, sawah dan permukiman.
Penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan lahan pertanian kering
campuran sekitar 78,32 % dan Sawah sekitar 18,59% dari luas lahan.

Tabel 4.11
Penggunaan Lahan
Kecamatan Sinjai Borong

No Jenis Penggunaan Lahan
Luas Lahan
(Km
2
)
Persentase (%)
1
2
3
4
Hutan Sekunder
Permukiman
Pertanian Kering Campuran
Sawah
1,01
0,58
39,90
9,47
1,98
1,13
78,32
18,59
Jumlah 50,94 100
Sumber : RTRW Kab. Sinjai 2011

4.3.1 Analisis Kemampuan Lahan Pertanian
Pembangunan pertanian tanaman pangan pada prinsipnya bertujuan
untuk meningkatkan produksi tanaman pangan guna menetapkan
pendapatan petani dan upaya pemerataan pembangunan pedesaan.
Produksi tanaman padi sawah dalam bentuk gabah kering giling pada
tahun 2010 di Kecamatan Sinjai Borong mencapai 4.440 ton. Dengan
luas panen 740 Ha. Untuk produksi tanaman Ubi kayu pada tahun 2010
produksinya mencapai 1000 ton dengan luas panen 50 Ha. Untuk lebih
jelasnya ditunjukkan pada tabel :


91
Tabel 4.12
Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Jenis Tanaman Pangan
Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ha)
Padi Sawah
Jagung
Ubi Kayu
Ubi Jalar
742
2152
50
15
740
2130
50
15
4440
5,75
1000
60
Sumber : Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011

Untuk menentukan tingkat daya dukung lahan pertanian digunakan
rumus matematika dari konsep gabungan atas teori Odum, Chirteller,
Ebenezer Howard dan Issard dalam Soehardjo dan Tukiran, 1990 yaitu :
= X
K
Dimana : = Tingkat daya dukung lahan pertanian
X = Luas panen tanaman pangan per kapita
K = Luas lahan untuk swasembada pangan
Dengan :
X = Luas Panen (Ha).
Jumlah Penduduk (jiwa)

K = Kebutuhan Fisik Minimum (KFM)..
Produksi tanaman pangan/ha/tahun

Wilayah yang mampu swasembada pangan adalah wilayah yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduk sebesar 1600
kalori/orang/hari atau setara 265 kilogram/beras/orang. Berdasarkan
nilai-nilai tersebut maka klasifikasi yang ditetapkan adalah :
Kelas I > 2,47 : Wilayah yang mampu swasembada pangan
dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi
penduduknya

92
Kelas II 1 2,7 : wilayah yang mampu swasembada
pangan tetapi belum mampu memberikan kehidupan yang layak
bagi penduduknya
Kelas III < 1 : Wilayah yang belum mampu swasembada
pangan

Berdasarkan Asumsi di atas maka dapat dihitung tingkat daya dukung
lahan untuk pertanian Kecamatan Sinjai Borong :

X = Luas Panen (Ha). = 740 Ha = 0,04
Jumlah Penduduk (jiwa) 15901 Jiwa

K = Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).. = 421,37 = 0,09
Produksi tanaman pangan/ton/tahun 4440 ton

Maka = X
K

= 0,04 = 0,49
0,09

Dari angka daya dukung lahan pertanian tersebut dapat dihitung jumlah
penduduk optimal yang dapat didukung oleh lahan Kecamatan Sinjai
Borong :
Tabel 4.13
Jumlah Penduduk Optimal Kecamatan Sinjai Borong
Jenis
Tanaman
Jumlah
Penduduk
Daya Dukung
Lahan
Jumlah
Penduduk
Oprtimal
Padi Sawah
Jagung
Ubi Kayu
Ubi Jalar
15901
15901
15901
15901
0,49
0,00
0,07
0,00
7792
-
1113
-
Sumber : Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011

93
Dari tabel hasil analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat
diketahui daya dukung untuk lahan Pertanian di Kecamatan Sinjai
Borong belum mampu untuk melakukan swasembada pangan.

4.3.2 Analisis Daya Dukung Sumber Daya Air
Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber
daya air. Pada dasarnya pendayagunaan sumber daya air, dapat
dimanfaatkan secara optimal bila, daya dukung dan daya tampung
terpelihara dengan baik, pendayagunaan sumber air air dapat optimal
bagi memenuhi kebutuhan pengguna air.
Ketersediaan air sangat tergantung pada luas wilayah sungai
(DAS), kondisi lingkungan permukaan DAS, jenis geo hidrologis,
iklim, dan saat kini setelah global warming siklus hidrologi
mempengaruhi ketersediaan air dalam sumber air. Adapun Yang
dimaksud dengan total kebutuhan air adalah volume air yang
dibutuhkan dari seluruh kegiatan sektoral dan domestic di wilayah
sungai. Ketersediaan air baku terutama air bersih bagi pengembangan
wilayah Kecamatan Sinjai Borong dengan semua aktivitasnya
merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian utama.
Fenomena kelangkaan air baku. yang telah mulai dirasakan di beberapa
kota, skalanya akan lebih besar dan bisa berdampak ke Kecamatan
Sinjai Borong apabila aspek pemanfaatan dan rehabilitasi sumber-
sumber air tidak segera dilakukan.
Ketersediaan air sangat tergantung pada luas wilayah sungai
(DAS), kondisi lingkungan permukaan DAS, jenis geo hidrologis,
iklim, dan saat kini setelah global warming siklus hidrologi
mempengaruhi ketersediaan air dalam sumber air. Adapun Yang
dimaksud dengan total kebutuhan air adalah volume air yang
dibutuhkan dari seluruh kegiatan sektoral dan domestic di wilayah
sungai.

94
Dari sisi zonasi pemanfaatan air tanah tersebut tampak bahwa
sudah saatnya dilakukan penertiban dan pengaturan ulang terhadap
pemanfaatan air tanah, sehingga untuk masa mendatang ( tahun 2030 )
aktivitas kegiatan yang secara intensif memanfaatkan air tanah dalam,
terutama industri, yang berada pada zona rawan kritis, harus dilarang.
Penurunan daya dukung air tidak terlepas dari penurunan daya dukung
lahan, khususnya kawasan kawasan konservasi yang berfungsi untuk
daur hidrologi pada satu sistem DAS.

4.4.Analisis Penentuan Komoditas Unggulan
Dalam penetuan Komoditas Unggulan di berbagai sektor pertanian,
perkebunan, dan peternakan di Kecamatan Sinjai Borong dilakukan dengan
menggunakan Analisis LQ (Location Question).

Nila LQ memberikan indikasi :
LQ > 1 Sub daerah mempunyai potensi ekspor
LQ < 1 Sub daerah mempunyai kecendrungan impor
LQ = 1 Daerah bersangkutan telah mencukupi untuk kegiatan tertentu

Formulasi untuk LQ :
LQ =
S/ N
S/ N


Keterangan :
Si : Jumlah Produksi i di Sub-Daerah
Ni : Jumlah Produksi i di Seluruh Daerah
S : Seluruh Produksi Suatu di Daerah
N : Seluruh Produksi di Seluruh Daerah


95
Tabel 4.14
Produksi Sektor Pertanian Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010
No. Jenis Komuditi
Jumlah Produksi
Kabupaten (ton)
Jumlah Produksi
Kecamatan (ton)
1 Padi Sawah 100450,53 4.440
2 Jagung 40411,8 5,75
3 Ubi Kayu 10799,39 1.000
4 Ubi Jalar 2015,06 160

Jumlah 153676,78 5505,75
Sumber : Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2011

Berdasarkan data pada tabel Produksi Sektor Pertanian Kecamatan Sinjai
Borong diatas, maka dapat dilakukan analisis Location Qoutient (LQ) untuk
menentukan komuditas unggulan pada tiap daerah di Sinjai Borong. Dengan
menggunakan aturan umum dari perhitungan Location Qoutient (LQ) :
LQ > 1 Sub daerah mempunyai potensi ekspor
LQ < 1 Sub daerah mempunyai kecendrungan impor
LQ = 1 Daerah bersangkutan telah mencukupi untuk kegiatan tertentu

Tabel 4.15
Analisis LQ Untuk Sektor Pertanian Tanaman Pangan
Kecamatan Sinjai Borong 2012
No. Jenis Komuditi
Jumlah Produksi
Kabupaten (ton)
Jumlah Produksi
Kecamatan (ton)
Nilai LQ
1 Padi Sawah 100450,53 4.440 1,23
2 Jagung 40411,8 5,75 0,003
3 Ubi Kayu 10799,39 1.000 2,58
4 Ubi Jalar 2015,06 160 0,83

Jumlah 153676,78 5505,75
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012


96
Kesimpulan :
Setelah melakukan Analisis Location Quotient pada Sektor Pertanian
Tanaman Pangan di Kecamatan Sinjai Borong, dapat diketahui bahwa
Kecamatan Sinjai Borong memiliki potensi untuk melakukan ekspor untuk
jenis komoditi padi sawah dengan nilai LQ 1,23 dan ubi kayu dengan nilai
LQ 2,58.

Tabel 4.16
Produksi Sektor Perkebunan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010
No. Jenis Komuditi
Jumlah Produksi
Kabupaten (ton)
Jumlah Produksi
Kecamatan (ton)
1 Kelapa dalam 5285 46
2 Kopi Arabika 4533,75 1114
3 Cengkeh 2218 286
4 Kakao 2896 220
5 Kapok 1810 65
6 Vanili 1490,13 130
7 Tembakau 672 755
8 Lada 2659 152
9 Kayu Manis 300 16

Jumlah 21863,88 2787

Berdasarkan data pada table Produksi Sektor Perkebunan Kecamatan
Sinjai Borong diatas, maka dapat dilakukan analisis Location Qoutient (LQ)
untuk menentukan komuditas unggulan pada tiap daerah di Sinjai Borong.
Dengan menggunakan aturan umum dari perhitungan Location Qoutient
(LQ) :
LQ > 1 Sub daerah mempunyai potensi ekspor
LQ < 1 Sub daerah mempunyai kecendrungan impor
LQ = 1 Daerah bersangkutan telah mencukupi untuk kegiatan tertentu

97
Tabel 4.17
Analisis LQ Untuk Sektor Perkebunan Rakyat
Kecamatan Sinjai Borong 2012
No. Jenis Komuditi
Jumlah Produksi
Kabupaten (ton)
Jumlah Produksi
Kecamatan (ton)
Nilai LQ
1 Kelapa dalam 5285 46 0,06
2 Kopi Arabika 4533,75 1114 1,92
3 Cengkeh 2218 286 1,02
4 Kakao 2896 220 0,59
5 Kapok 1810 65 0,28
6 Vanili 1490,13 130 0,68
7 Tembakau 672 755 8,81
8 Lada 2659 152 0,44
9 Kayu Manis 300 16 0,41

Jumlah 21863,88 2787
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Kesimpulan :
Setelah melakukan Analisis Location Quotient pada Sektor Perkebunan
Rakyat di Kecamatan Sinjai Borong, dapat diketahui bahwa Kecamatan Sinjai
Borong memiliki potensi untuk melakukan ekspor Kopi Arabika dengan Nilai
LQ 1,92 dan tembakau dengan Nilai LQ 8,81. Sedangkan untuk komoditi
cengkeh dengan Nilai LQ 1,02 sudah mampu mencukupi untuk kebutuhan
Kecamatan Sinjai Borong.


98
Tabel 4.18
Produksi Sektor Ternak Besar Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2010
No. Jenis Komuditi
Jumlah Produksi
Kabupaten (ton)
Jumlah Produksi
Kecamatan (ton)
1 Sapi 50067 2122
2 Kuda 2111 42
3 Kambing 12885 1170

Jumlah 65063 3334

Berdasarkan data pada table Produksi Sektor Ternak Besar Kecamatan
Sinjai Borong diatas, maka dapat dilakukan analisis Location Qoutient (LQ)
untuk menentukan komuditas unggulan pada tiap daerah di Sinjai Borong.
Dengan menggunakan aturan umum dari perhitungan Location Qoutient (LQ)
:
LQ > 1 Sub daerah mempunyai potensi ekspor
LQ < 1 Sub daerah mempunyai kecendrungan impor
LQ = 1 Daerah bersangkutan telah mencukupi untuk kegiatan tertentu














99
Tabel 4.19
Analisis LQ Untuk Sektor Ternak Besar
Kecamatan Sinjai Borong 2012
No. Jenis Komuditi
Jumlah Produksi
Kabupaten (ton)
Jumlah Produksi
Kecamatan (ton)
Nilai LQ
1 Sapi 50067 2122 0,82
2 Kuda 2111 42 0,38
3 Kambing 12885 1170 1,77

Jumlah 65063 3334
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012


Kesimpulan :
Setelah melakukan Analisis Location Quotient pada Sektor Ternak
Besar di Kecamatan Sinjai Borong, dapat diketahui bahwa di Kecamatan
Sinjai Borong memiliki potensi ekspor jenis ternak Kambing, dengan nilai
LQ tertinggi 1,77.


100
Tabel 4.20
Produksi Sektor Ternak Unggas Kecamatan Sinjai Borong
Tahun 2010
No. Jenis Komuditi
Jumlah
Produksi
Kabupaten
(ton)
Jumlah
Produksi
Kecamatan
(ton)
1 Ayam 620.035 51.817
2 Itik 24.713 1677

Jumlah 644.748 53.494

Berdasarkan data pada table Produksi Sektor Ternak Unggas Kecamatan
Sinjai Borong diatas, maka dapat dilakukan analisis Location Qoutient (LQ)
untuk menentukan komuditas unggulan pada tiap daerah di Sinjai Borong.
Dengan menggunakan aturan umum dari perhitungan Location Qoutient (LQ)
:
LQ > 1 Sub daerah mempunyai potensi ekspor
LQ < 1 Sub daerah mempunyai kecendrungan impor
LQ = 1 Daerah bersangkutan telah mencukupi untuk kegiatan tertentu


101
Tabel 4.21
Analisis LQ Untuk Sektor Ternak Unggas
Kecamatan Sinjai Borong 2012
No. Jenis Komuditi
Jumlah
Produksi
Kabupaten
(ton)
Jumlah
Produksi
Kecamatan
(ton)
Nilai LQ
1 Ayam 620.035 51.817 1,00
2 Itik 24.713 1677 1,22

Jumlah 644.748 53.494
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Kesimpulan :
Setelah melakukan Analisis Location Quotient pada Sektor Ternak
Unggas di Kecamatan Sinjai Borong, dapat diketahui bahwa Kecamatan
Sinjai Borong memiliki sudah mampu mencukupi untuk kebutuhan
wilayahnya sendiri dengan nilai LQ pada tenak Ayam 1,00 dan ternak itik
1,22.

102
4.5. Analisis Kependudukan
4.5.1. Proyeksi Penduduk
Berdasarkan hasil perhitungan perkembangan jumlah penduduk di
Kecamatan Sinjai Borong, dengan jumlah penduduk tahun dasar (2010)
sebesar 15.901 jiwa, maka untuk memproyeksikan penduduk hingga 20 tahun
yang akan datang yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2030, digunakan
metode Regresi Linier :

Tabel 4.22
Perkembangan Penduduk Kecamatan Sinjai Borong
No Desa/Kelurahan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Batu Belerang 1889 1775 1894 1940 1759
2 Kassi Buleng 2405 1977 2045 2080 1932
3 Pasir Putih 2349 2345 2369 2400 2252
4 Bonto Sinala 1518 1370 1421 1487 1334
5 Biji Nangka 2095 2107 2169 2224 2004
6 Barambang 2506 2276 2320 2388 2461
7 Bonto Katute 2491 2637 2650 2735 2746
8 Bonto Tengnga 1655 1608 1635 1680 1413
Jumlah 16918 16095 16503 16934 15901
Sumber : Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Rumus : Pt = a + bX

Nilai a dan b dicari dengan metode selisih kuadrat minimum yaitu :
a =
( x
2
) - x.x
Nx
2
- ( x)
2

b =
N ( xy ) X .Y
Nx
2
( x)
2



103
Keterangan :
P
t
: Penduduk daerah yang diselidiki pada tahun terakhir
X : Nilai yang diambil dari variabel bebas
a, b : Konstanta


Tabel 4.23
Proyeksi Penduduk Kecamatan Sinjai Borong 20 Tahun Ke Depan
No Desa/Kelurahan 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025 2030
1 Batu Belerang 1889 1775 1894 1940 1759 1927 1832 1971 2014
2 Kassi Buleng 2405 1977 2045 2080 1932 2782 1918 2762 3568
3 Pasir Putih 2349 2345 2369 2400 2252 2454 2315 2517 2581
4 Bonto Sinala 1518 1370 1421 1487 1334 1627 1378 1746 1864
5 Biji Nangka 2095 2107 2169 2224 2004 2172 2107 2201 2231
6 Barambang 2506 2276 2320 2388 2461 2373 2395 2834 3097
7 Bonto Katute 2491 2637 2650 2735 2746 2165 2773 1889 1613
8 Bonto Tengnga 1655 1608 1635 1680 1413 1928 1516 2115 2302
Jumlah 16918 16095 16503 16934 15901 17428 16234 18035 19270
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

4.5.2. Proyeksi Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Sinjai
Borong 20 Tahun Mendatang

Untuk mengetahui kepadatan penduduk Sinjai Borong maka dilakukan
perhitungan dengan cara membagi proyeksi jumlah penduduk 20 tahun ke
depan dengan luas lahan Sinjai Borong sehingga didapatkan kepadatan
penduduk sebagai berikut





104
Tabel 4.24
Proyeksi Kepadatan Penduduk Kecamatan Sinjai Borong
20 Tahun ke Depan

No Desa/Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
( Jiwa )
Luas
Wilayah(Km
2
)
Kepadatan
Penduduk
( jiwa/Km
2
)
1 Batu Belerang 2014 2.51 802.39
2 Kassi Buleng 3568 9.21 387.40
3 Pasir Putih 2581 8.38 308.00
4 Bonto Sinala 1864 5.07 367.65
5 Biji Nangka 2231 6.76 330.03
6 Barambang 3097 3.95 784.05
7 Bonto Katute 1613 11.25 143.38
8 Bonto Tengnga 2302 3.82 602.62
Jumlah 19270 50.94 3725.52
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Setelah melihat hasil proyeksi kepadatan penduduk pada tabel di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan yang terjadi di Kecamatan Sinjai
Borong pada 20 tahun mendatang akan meningkat dimana pertumbuhannya
bertambah, mungkin proyeksi kepadatan penduduk ini akan sesuai pada tahun
2030 nanti.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa akan terdapat kemungkinan-
kemungkinan lain yang menyebabkan perubahan kepadatan penduduk
Kecamatan Sinjai Borong berubah menjadi sangat signifikan selama 20 tahun
tersebut, seperti kemungkinan terciptanya titik pertumbuhan ekonomi baru
yang dapat merangsang pergerakan penduduk dari berbagai wilayah menuju
ke Kecamatan Sinjai Borong. Sehingga untuk menanggulangi kemungkinan
yang terjadi maka perlu dilakukan upaya pembangunan sarana dan prasarana
secara cepat dan tepat agar memadai kebutuhan penduduk di wilayah tersebut
yang mungkin akan mengalami pertumbuhan kepadatan penduduk yang
signifikan nantinya.

105
4.6 Analisis Kebutuhan Sarana Dan Prasarana
4.6.1 Sarana Kawasan
Analisis ketersediaan fasilitas adalah memperhitungkan ketersediaan
fasilitas yang ada pada kondisi eksistig (tahun sekarang) dengan memprediksi
kubutuhan dimasa yang akan datang sesuai tahun perecanaan dengan
indicator jumlah penduduk tahun eksisting dengan hasil proyeksi tahun
perencanaan. Analisis ini bertujuan agar ketersediaan fasilitas dimasa sekarang
dan akan datang sampai dengan tahun perencanaan dapat terpenuhi secara
maksimal sehingga pemenuhan akan fasilitas dapat dinikmati dengan baik.
Oleh karenanya berikut ini disajikan secara rinci menurut variabel-
variabel diantaranya : pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta perdagangan
dan jasa.

a) Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk membangun individu yang
merupakan suatu faktor penting bagi peningkatan derajat sosial seseorang
dan merupakan peningkatan kecerdasan, ketempilan, budi pekerti.
Penyediaan sarana pendidikan bagi masyarakat Kecamatan Sinjai Borong
sangat penting. Untuk mengetahui tingkat perkembangan pendidikan suatu
wilayah atau daerah maka perlu dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan
yang ada pada daerah atau wilayah tersebut. Sehubungan dengan hal
tersebut, pemerintah mengupayakan program pendidikan bagi masyarakat
Kecamatan Sinjai Borong baik pendidikan secara formal maupun
pendidikan informal, yang mana pendidikan formal dapat di tempuh
melaui kursus, pelatihan dan pembinaan. Sedangkan untuk pendidikan
formal pemerintah telah menyediakan jenjang pendidikan yang di mulai
dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Menengah(SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Ketersediaan akan fasilitas pendidikan dipengaruhi oleh jumlah
penduduk yang ada di wilayah tersebut.

106
Sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 Tentang
Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimum (SPM)tingkat
kebutuhan Rencana Tata Ruang maka fasilitas pendidikan yang termuat
adalah sebagai berikut :
Taman Kanak-Kanak
Penduduk pendukung minimal 1000 jiwa dengan luas lahan 1.200
m
2
sedangkan lokasi sebaiknya di tengah-tengah kelompok keluarga,
jumlah murid dengan standar 3 ruang kelas terdiri dari 35-40 murid di
setiap kelas bangunan TK dapat bergabung dengan sarana lain yang
tidak saling mengganggu seperti taman bermain, radius pencapaian
maksimal 300 meter dari pusat permukiman, ratio 1 unit TK (2
lokal)/1000 penduduk.

Sekolah Dasar
Dibutuhkan sebuah SD dengan penduduk minimum 6.000 jiwa
dengan luas lahan 1.500 m
2
ratio jumlah penduduk 12,5 % sedangkan
lokasi sebaiknya ditengah-tengah permukiman dengan radius
pencapaian dari daerah yang dilayani maksimal 1.000 m. Standar
jumlah murid 40 murid/kelas. Untuk SD type A terdiri dari 12 kelas
ruang belajar, luas ruang 1.000 m
2
dan luas lahan minimal 3.000 m
2
.
untuk SD type B terdiri dari 6 kelas ruang belajar, luas ruang 6.33 m
2

dan luas lahan minimal 2.000 m
2
. Untuk SD type C terdiri dari 3 kelas
ruang belajar, luas ruang 251 m
2
dan luas lahan minimal 1.200 m
2
.
Ratio 1 unit SD (12 lokal)/1.600 penduduk. Bangunan SD dapat
bergabung dengan sarana pendidikan lainnya seperti TK, SLTP,
SLTA lahan yang dapat dimanfaatkan bersama sehingga dapat
menghemat luas lahan, radius pencapaian maksimal 750 m dari pusat
permukiman.




107
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Minimal penduduknya adalah 25.000 untuk sebuah SLTP,
sedangkan luasnya 10.000 m
2
. Lokasi digabungkan/kelompokan
dengan taman dan lapangan olahraga. Standar jumlah siswa adalah
untuk SMP type A terdiri dari 27 kelas, luas ruangan 3.077 m
2
dengan
luas lahan minimal 9.000 m
2
. Untuk SMP type B terdiri dari 18 kelas,
luas ruangan 2.282 m
2
dengan luas lahan minimal 9.000 m
2
. Untuk
SMP type C terdiri dari 9 kelas, luas ruangan 1.502 m
2
dengan luas
lahan minimal 6.000 m
2
. Perencanaan kebutuhan sarana pendidikan
SLTP dengan jumlah penduduk asal SMP 6,5 %. Radius pencapaian
maksimal 1.500 m dari pusat permukiman. Ratio 1 unit SMP (7
RKB)/4.800 penduduk.

Sekolah Menengah Akhir (SMA)
Penduduk minimal 30.000 orang dengan 1 unit SMA, sedangkan
luas lahan 20.000 m
2
, kriteria lokasi digabungkan/dikelompokkan
dengan taman dan lapangan olahraga. Standar 30 siswa dengan 14
kelas (pagi/sore) untuk sebuah SMA. Radius pencapaian maksimal
1500 m
2
dari pusat permukiman.

Analisis pengembangan sarana pendidikan didasarkan tingkat
kemampuan pelayanan eksisting dan potensi peningkatan pertambahan
penduduk. Penambahan fasilitas dapat dilakukan dengan pengamatan
kesenjangan fasilitas eksisting dengan kebutuhan yang akan datang,
sehingga proses pemenuhan dan pengalokasian secara bertahap.
Berdasarkan hasil analisis pengembangan fasilitas pendidikan tingkat
kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:





108
Tabel 4.25
Kebutuhan Sarana Pendidikan Kecamatan Sinjai Borong
Tahun 2030
NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Pendidikan Tahun
2010
Penambahan Fasilit as
Pendidikan Tahun 2030
TK SD SM P SM A TK SD SM P SM A
1 Si nj ai Bor ong 15901 19270 12 21 4 3 7 - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012


Tabel 4.26
Kebutuhan Sarana Pendidikan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Pendidikan Tahun
2010
Penambahan Fasilit as
Pendidikan Tahun 2030
TK SD SM P SM A TK SD SM P SM A
1 Bat u Bel er ang 1759 2014 1 - - 1 1 - - -
2 Kassi Bul eng 1932 3568 2 3 1 - 1 - - -
3 Pasi r Put i h 2252 2581 2 5 1 1 - - - -
4 Bont o Sinal a 1334 1864 2 3 - - - - - -
5 Bi j i Nangka 2004 2231 3 3 1 - - - - -
6 Bar ambang 2461 3097 2 3 1 1 1 - - -
7 Bont o Kat ut e 2746 1613 - 2 - - 1 - - -
8 Bont o Tengnga 1413 2302 - 3 - - 2 - - -
Jumlah 15901 19270 12 21 4 3 6 - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Untuk sarana pendidikan 20 tahun kedepan tahun 2010 hingga pada
tahun 2030 hanya dibutuhkan sedikit penambahan dan pengurangan pada
sarana TK sedangkan untuk Sarana SD, SMP, dan SMA tidak diperlukan
penambahan dan pengurangan. Maka kedepan perbaikan sekolah terus
dilakukan baik juga perbaikan aksesibilitas ke sarana pendidikan, prsarana
jalan serta rute angkutan sekolah.



109
b) Sarana Peribadatan
Peribadatan adalah merupakan sarana untuk membangun kehidupan
rohani warga,dalam kawasan suatu permukiman, dan juga disediakan
sarana peribadatan. Demi terciptanya keseimbangan dalam menjalankan
roda kehidupan termasuk sarana permohonan dan rasa ucapan terima
kasih seorang manusia terhadap sang penciptanya maka di perlukan
sebuah ritual keagamaan berupa ibadah, baik shalat, doa maupun yang
lainnya. Dalam melakukan ritual peribadatan berupa shalat khususnya
umat muslim maka di perlukan sarana pendukungnya berupa masjid dan
mushalah. Sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001
Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimum (SPM) maka
fasilitas peribadatan,
Masjid
Untuk sebuah masjid di perlukan penduduk pendukung sebanyak
2.500 jiwa dengan radius maksimal 1.000 m.

Mushallah
Keberadaan sebuah mushalah merupakan cadangan akan
keberadaan sebuah masjid. Disini maksudnya adalah daerah yang
yang tidak memenuhi standar untuk keberadaan sebuah masjid namun
memiliki penduduk muslim maka hanya cukup diadakan sebuah
mushalah.

Gereja
Sedangkan untuk fasilitas peribadatan bagi pemeluk agama
Budha dan Hindu dikawasan Maros tidak tersedia oleh karena jumlah
masyarakat yang pemeluk agama tersebut belum memenuhi standar
jumlah penduduk pendukung.

Proporsi penduduk terhadap ketersediaan fasilitas peribadatan
ditentukan komposisi penduduk menurut pemeluk agama. Layanan

110
fasilitas peribadatan diindikasikan oleh faktor ketersediaan sarana yang
secara kuantitas sudah sangat memadai dapat dijangkau dengan mudah
oleh penduduk di kawasan tersebut.
Pengembangan fasilitas peribadatan selain berdasarkan dukungan
penduduk, faktor kemudahan jangkauan dan kemampuan pengadaan
menjadi alternatif pembangunan sarana. Secara eksisting pelayanan sarana
sudah dapat melayani keseluruhan wilayah, akan tetapi pengembangan
kedepan sebagai kawasan prioritas sudah tentu akan terdapat alokasi
sarana peribadatan lainnya. dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.27
Kebutuhan Sarana Peribadatan Kecamatan Sinjai Borong
Tahun 2030
NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Peribadat an
Tahun 2010
Penambahan Fasilit as
Peribadat an Tahun 2030
M esj id M ushollah Gerej a M esj id M ushollah Gerej a
1 Si nj ai Bor ong 15901 19270 29 - - - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Tabel 4.28
Kebutuhan Sarana Peribadatan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Peribadat an
Tahun 2010
Penambahan Fasilit as
Peribadat an Tahun 2030
M esj id M ushollah Gerej a M esj id M ushollah Gerej a
1 Bat u Bel er ang 1759 2014 3 - - - - -
2 Kassi Bul eng 1932 3568 5 - - - - -
3 Pasi r Put i h 2252 2581 5 - - - - -
4 Bont o Sinal a 1334 1864 3 - - - - -
5 Bi j i Nangka 2004 2231 4 - - - - -
6 Bar ambang 2461 3097 4 - - - - -
7 Bont o Kat ut e 2746 1613 3 - - - - -
8 Bont o Tengnga 1413 2302 2 - - - - -
Jumlah 15901 19270 29 - - - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

111
Untuk sarana peribadatan 20 tahun kedepan tahun 2010 hingga pada
tahun 2030 tidak diperlukan penambahan untuk sarana peribadatan. Maka
kedepan hanya diperlukan perbaikan masjid dan juga perbaikan
aksesibilitas ke sarana peribadatan, prasarana jalan, serta pedestrian untuk
pejalan kaki yang ingin ke sarana peribadatan.

c) Sarana Kesehatan
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang sehat, diperlukan
peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, salah
satu indikator penting dalam pemenuhan kesehatan masyarakat dalam
suatu wilayah adalah pemenuhan kuantitas dan kualitan akan saran
pelayanan kesehatan pada wilayah tersebut.
Sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 Tentang
Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimum (SPM), Adapun jenis
sarana kesehatan tersebut diantaranya; balai pengobatan, pustu, BKIA/RS
Bersalin, puskesmas, rumah sakit, apotek, dan lain-lain. Secara spesifik
sarana kesehatan tersebut diatas akan di bahas dan dianalisis masing-
masing berikut ini.

Balai Pengobatan
Untuk sebuah balai pengobatan harus di dukung oleh penduduk
minimal 3.000 jiwa dengan luas lahan 300 m
2
. Lokasinya terletak di
tengah-tengah lingkungan permukiman

Pustu
Penduduk pendukung minimal sebesar 6.000 jiwa dengan luas
lahan yang di perlukan seluas 50 m
2
. Lokasi di tengah-tengah
permukiman dengan radus minimal 1.500 m.




112
BKIA / RS. Bersalin
Penduduk minimal untuk pengadaan sebuah BKIA/RS. Bersalin
adalah 10.000 jiwa dengan luas lahan sebesar 6.500 m
2
dengan radius
pencapaian maksimal 2.000 m

Puskesmas
Untuk sebuah puskesmas di perlukan penduduk pendukun
minimal sebesar 30.000 jiwa dengan luas lahan 6.500 m
2
. Lokasi
sebaiknya berada pada pusat linkungan bersama dengan pelayanan
pemerintah yang memiliki radius maksimal 2.000 m.

Rumah Sakit
Untuk mengadakan sebuah rumah sakit di perlukan penduduk
pendukung minimal 240.000 jiwa dengan luas lahan 84.400 m
2
.
Lokasi di pilih pada daerah yang agak tenang dengan radius merata
dengan daerah yang di layaninya.

Apotek
Untuk sebuah apotek penduduk minimal sebesar 10.000 jiwa
dengan radius jarak pencapaian dari rumah tempat tinggal atau
permukiman mencapai 1.500 m
2
.
Analisis ketersediaan fasilitas kesehatan dikaji untuk melihat besaran
layanan saat ini dan perkembangan ke depan dengan faktor pertambahan
penduduk dan laju pertumbuhan kabupaten. Ketersediaan layanan
kesehatan (eksisting) sangat terbatas untuk pelayanan lokal,
Pengembangan ke depan terhadap analisis perhitungan kebutuhan
pelayanan kesehatan menurut laju pertumbuhan penduduk meliputi tempat,
rumah sakit, puskesmas dan Pustu.




113
Tabel 4.29
Kebutuhan Sarana Kesehatan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Kesehat an Tahun 2010 Penambahan Fasilit as
Kesehat an Tahun 2030
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
1 Si nj ai Bor ong 15901 19270 1 7 4 28 - - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Tabel 4.30
Kebutuhan Sarana Kesehatan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Kesehat an Tahun 2010 Penambahan Fasilit as
Kesehat an Tahun 2030
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
1 Bat u Bel er ang 1759 2014 - 1 - 4 - - - -
2 Kassi Bul eng 1932 3568 - 1 1 3 - - - -
3 Pasi r Put i h 2252 2581 1 - - 3 - - - -
4 Bont o Sinal a 1334 1864 - 1 1 3 - - - -
5 Bi j i Nangka 2004 2231 - 1 - 3 - - - -
6 Bar ambang 2461 3097 - 1 - 4 - - - -
7 Bont o Kat ut e 2746 1613 - 1 1 4 - - - -
8 Bont o Tengnga 1413 2302 - 1 1 4 - - - -
Jumlah 15901 19270 1 7 4 28 - - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012
Untuk sarana kesehatan 20 tahun kedepan tahun 2010 hingga pada
tahun 2030 tidak diperlukan penambahan untuk sarana Kesehatan. Maka
kedepan hanya diperlukan perbaikan untuk sarana sarana kesehatan,
seperti perbaikan pada puskesmas, pustu, polindes, posyandu dan juga
perbaikan aksesibilitas ke sarana kesehatan, prasarana jalan, serta
pedestrian untuk pejalan kaki yang ingin ke sarana kesehatan.




114
d) Sarana Perdagangan
Dasar penyediaan sarana adalah jumlah penduduk terlayani, radius
area layanan terkait dengan kebutuhan pelayanan yang harus dipenuhi.
Identifikasi sebaran sarana prasarana niaga dan dianalisis berdasarkan
data sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan per kecamatan dan
peta tematik sarana prasarana niaga dan perdagangan. Standar kebutuhan
dan pelayanan sarana prasarana niaga dan perdagangan mengacu kepada
(SNI-03-1733-2004). Di jelaskan pada table berikut :
Tabel 4.31
Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan

No

Jenis Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(Jiwa)
Kebutuhan Persatuan
Sarana
Standard
(m
2
/Jiwa)
Kriteria
Luas Lantai
Min (m
2
)
Luas
Lahan
Min (m
2
)
Radius
Pecapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
1 Toko/Warung 250
50
(termasuk
gudamg)
100 (bila
berdiri
sendiri)
0,4 300 m
Di tengah
kelompok
tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
sarana lain
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m
Di pusat kegiatan
sub lingkungan.
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D
3 Pusat
Pertokoan +
Pasar
Lingkungan
30.000 13.500 10.000 0,33
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
4 Pusat
Perbelanjaan
dan niaga
(toko + pasar
+ bank +
kantor
120.000 36.000 36.000 0,3
Terletak dijalan
utama Termasuk
sarana partkir
sesuai ketentuan
setempat
Sumber : (SNI-03-1733-2004)

115
Tabel 4.32
Kebutuhan Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong
Tahun 2030
NO Kecamatan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilitas Perdagangan
Tahun 2010
Penambahan Fasilitas
Perdagangan Tahun 2030
Pasar Toko/Warung Pasar Toko/Warung
1 Sinjai Borong 15901 19270 5 303 - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Tabel 4.33
Kebutuhan Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilitas Perdagangan
Tahun 2010
Penambahan Fasilitas
Perdagangan Tahun 2030
Pasar Toko/Warung Pasar Toko/Warung
1 Batu Belerang 1759 2014 1 42 - -
2 Kassi Buleng 1932 3568 - 18 - -
3 Pasir Putih 2252 2581 1 112 - -
4 Bonto Sinala 1334 1864 - 8 - -
5 Biji Nangka 2004 2231 1 28 - -
6 Barambang 2461 3097 1 62 - -
7 Bonto Katute 2746 1613 1 20 - -
8 Bonto Tengnga 1413 2302 - 13 - -
Jumlah 15901 19270 5 303 - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis sarana perdagangan kecamatan sinjai
borong untuk tahun 2030, dapat diketahui bahwa untuk kebutuhan sarana
perdaganagn di kecamatan sinjai borong untuk 20 tahun kedepan tidak
diperlukan adanya penambahan pada sarana perdagangan. Untuk itu hanya
diperlukan adanya perbaikan sarana-sarana perdagangan untuk lebih
mengoptimalkan pelayanannya.




116
4.6.2 Prasarana Kawasan
Infrastruktur merupakan komponen utama dalam pengembangan suatu
perkotaan begitupula dengan kawasan pegunungan maupun tepian kota.
Pengembangan komponen ini tergantung pada tingkat pelayanan
pendukungnya, seperti jumlah penduduk, tingkat dan skala pelayanan,
sumberdaya alam/fisik yang tersedia, sistem jaringan dan distribusi. Sistem
infrastruktur yang akan direncanakan pengembangannya adalah : (1) sistem air
bersih, (2) sistem jaringan jalan, (3) sistem drainase dan pembuangan air
limbah, (4) sistem energi listrik, (5) sistem komunikasi dan (6) sistem
persampahan. Kriteria pengembangan tiap komponen infrastruktur tersebut
antara lain

a) Sistem Air Bersih
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, sumber air
dapat diperoleh dari air permukaan maupun air tanah dalam. Standar
Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Penentuan
Standar Pelayanan Minimum (SPM), kebutuhan air bersih yang menjadi
pedoman estimasi adalah :
Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga adalah 60 liter/hari/jiwa
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan (STK, TK, SD, SMP,
dan SMU) adalah 10 liter/hari/jiwa
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas kesehatan menurut jenisnya
adalah rumah sakit bersalin 5.000 liter/unit/jiwa, puskesmas 3.000
liter/unit/jiwa, PUSTU 1.500 liter/unit/jiwa, balai pengobatan 8.000
liter/unit/jiwa, tempat praktek dokter 300 liter/ unit/hari, dan apotik 30
liter/ unit/hari.
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas olah raga dan rekreasi adalah
Balai Pertemuan 1.000 liter/ unit/hari, Gedung Serba guna 10.000
liter/unit/jiwa, Taman untuk 250 jiwa membutuhkan 1.000 liter/
unit/hari, Taman untuk 2.500 jiwa memgutuhkan 5.000 liter/ unit/hari,
dan lapangan olah raga 10.000 liter/ unit/hari.

117
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perekonomian menurut jenisnya
adalah warung 250 liter/ unit/hari, pertokoan 10.000 liter/ unit/hari,
dan pusat perbelanjaan 86 M
3
/ Ha/hari
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas peribadatan adalah mesjid 10.000
liter/unit/hari, dan mushallah/langgar 2.000 liter/unit/hari.
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pelayanan umum adalah parkir
dan MCK membutuhkan air sebanyak 1.000 liter/unit/hari.

Untuk mengetahui kebutuhan air pada Kecamatan Sinjai Borong di
Tahun 2030 maka dilakukan Asumsi jumlah penduduk pada tahun 2030
adalah 16.468 orang dengan standar penghuni 5 orang untuk tiap 1 rumah
maka, 16.468 : 5 = 3.293,6 KK. Asumsi tiap air bersih untuk rumah
tangga adalah 60 liter/hari/jiwa jadi 3.293,6 x 60 = 197.616 liter/hari/jiwa.
Dari standar-standar diatas maka dapat diketahui kebutuhan prasarana
air bersih untuk Kecamatan Sinjai Borong dengan berbagai fasilitas adalah
sebagai berikut :
Fasilitas Pendidikan
Asumsi untuk jumlah siswa TK dalam sekelas 25 siswa, dan
jumlah kelas dalam 1 TK adalah 3 maka untuk 1 Taman Kanak kanak
memiliki jumlah siswa sebanyak 75 siswa. Asumsi untuk jumlah
siswa SD dalam sekelas 40 siswa, dan jumlah kelas dalan 1 SD adalah
6 maka untuk 1 sekolah dasar memiliki jumlah siswa sebanyak 240
siswa. Sedangkan asumsi untuk jumlah siswa SMP dalam sekelas 30
orang dan dalam SMP memiliki 24 kelas sehingga dalam 1 SMP
memiliki jumlah siswa 720 siswa. Sedangkan asumsi untuk jumlah
siswa SMU dalam sekelas 35 orang dan dalam SMU 24 kelas
sehingga dalam memiliki jumlah siswa 840 siswa. Jadi kebutuhan air
untuk fasilitas pendidikan untuk tahun 2030 adalah :




118
Tabel 4.34
Kebutuhan Air Bersih Untuk Sarana Pendidikan
Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Pendidikan Tahun 2030 Kebut uhan Air Ber sih Tahun 2030
TK SD SM P SM A TK SD SM P SM A
1 Bat u Beler ang 1759 2014 2 - - 1 1.500 - - 8.400
2 Kassi Buleng 1932 3568 3 3 1 - 2.250 7200 7.200 -
3 Pasi r Put i h 2252 2581 2 5 1 1 1.500 12.000 7.200 8.400
4 Bont o Sinal a 1334 1864 2 3 - - 1.500 7200 - -
5 Bi j i Nangka 2004 2231 2 3 1 - 1.500 7200 7.200 -
6 Bar ambang 2461 3097 3 3 1 1 2.250 7200 7.200 8.400
7 Bont o Kat ut e 2746 1613 1 2 - - 750 4800 - -
8 Bont o Tengnga 1413 2302 2 3 - - 1.500 7200 - -
Jumlah 15901 19270 18 21 4 3 12. 750 52. 800 28. 800 25. 200
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012
Fasilitas Kesehatan
Untuk kebutuhan Air Bersih untuk sarana kesehatan dapat dilihat pada
table berikut :

Tabel 4.35
Kebutuhan Air Bersih Untuk Sarana Kesehatan
Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030

NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Kesehat an Tahun 2010 Kebut uhan Air Ber sih Tahun 2030
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
1 Bat u Beler ang 1759 2014 - 1 - 4 - 1.500 - 2.000
2 Kassi Buleng 1932 3568 - 1 1 3 - 1.500 800 1.500
3 Pasi r Put i h 2252 2581 1 - - 3 3.000 - - 1.500
4 Bont o Sinal a 1334 1864 - 1 1 3 - 1.500 800 1.500
5 Bi j i Nangka 2004 2231 - 1 - 3 - 1.500 - 1.500
6 Bar ambang 2461 3097 - 1 - 4 - 1.500 - 2.000
7 Bont o Kat ut e 2746 1613 - 1 1 4 - 1.500 800 2.000
8 Bont o Tengnga 1413 2302 - 1 1 4 - 1.500 800 2.000
Jumlah 15901 19270 1 7 4 28 3. 000 10. 500 3. 200 14. 000
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

119
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kebutuhan air
bersih untuk puskesmas tidak mengalami peningkatan dikarenakan jumlah
penduduk yang tidak begitu mengalami peningkatan yang drastis sehigga
kebutuhan air bersih untuk puskesmas, pustu, polindes dan posyandu
masih tetap sama dari tahun ketahun.

Fasilitas Peribadatan
Untuk kebutuhan Air Bersih untuk sarana kesehatan dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 4.36
Kebutuhan Air Bersih Untuk Sarana Peribadatan
Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Per ibadat an Tahun 2010 Kebut uhan Air Besih Tahun 2030
M esj id M ushollah Ger eja M esj id M ushollah Ger eja
1 Bat u Beler ang 1759 2014 3 - - 30.000 - -
2 Kassi Buleng 1932 3568 5 - - 50.000 - -
3 Pasi r Put i h 2252 2581 5 - - 50.000 - -
4 Bont o Sinal a 1334 1864 3 - - 30.000 - -
5 Bi j i Nangka 2004 2231 4 - - 40.000 - -
6 Bar ambang 2461 3097 4 - - 40.000 - -
7 Bont o Kat ut e 2746 1613 3 - - 30.000 - -
8 Bont o Tengnga 1413 2302 2 - - 20.000 - -
Jumlah 15901 19270 29 - - 290. 000 - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kebutuhan air
bersih untuk puskesmas tidak mengalami peningkatan dikarenakan jumlah
penduduk yang tidak begitu mengalami peningkatan yang drastis sehigga
kebutuhan air bersih untuk Mesjid masih tetap sama dari tahun ketahun.


b) Sistem Drainase dan Pembuangan Air Limbah
Dalam suatu perencanaan wilayah maupun kawasan drainase
merupakan salah satu hal yang penting di perhatikan, Kondisi prasarana
drainase Sekunder di Kecamatan Sinjai Utara sudah cukup baik tapi

120
pemanfaatannya belum maksimal dikarenakan drainase tersebut digunakan
tidak sesuai dengan fungsinya. Sehingga perlu sosialisasi kepada
masyarakat agar memanfaatkan prasarana drainase sesuai dengan
fungsinya.
Jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Sinjai Borong terdiri
dari jaringan sekunder, dan tersier. Adapun ukuran drainase rata-rata debit
dan luas penampangnya dapat diketahui sebagai berikut :
Jaringan Drainase Sekunder yang ada di jalan
- Lebar Atas : 80 cm
- Lebar Bawah : 60 cm
- Tinggi : 80 cm

80 cm

80 m
60 cm
Luas penampung
A = tinggi x
bawah lebar atas lebar
2


=
0.8+0.6
2
x 0.8 = 0,56 m
2
V = ik m
t
s
det / 66 , 0
5 , 1
1


Maka debit airnya adalah
Q = VxA
= 0,66 m x 0,56 m
2
= 0,369 m
3
/detik

121
Jadi rata-rata debit air pada jaringan sekunder
adalah 0,369 m
3
/detik.
Diasumsikan bahwa jumlah Kebutuhan Air Bersih pada tahun 2030
adalah :
Pt = Pt + ) ( dimana = 197
Kebutuhan Air bersih 2030, Pt = Pt + ) (
Jaringan Drainase Sekunder
Luas penampung Drainase Sekunder yang di peruntuhkan pada
Tahun 2030,
Pt = Pt + ) (
= 0,369 + 197(20)
= 3940,37 m
3
/detik
Tabel 4.37
Kebutuhan Prasarana Drainase
Pusat Kegiatan Jenis Kebutuhan Drainase
Pusat Kegiatan Primer Primer
Pusat Kegiatan Sekunder Sekunder
Pusat Kegiatan Tersier Tersier

c) Sistem Energi Listrik
Kebutuhan sistem energi listrik dimaksudkan adalah kebutuhan sistem
yang meliputi jaringan dan distribusinya. Pelayanan listrik di kawasan
perencanaan dibutuhkan peningkatan daya listrik serta jaringan yang relatif
mencukupi termasuk penerangan jalan.
Perkiraan kebutuhan listrik untuk masa yang akan datang akan
menggunakan standar yang dikeluarkan dari Kimpraswil (SK Menteri
Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001), yaitu dengan
asumsi sebagai berikut:
1. Kebutuhan listrik rumah tangga adalah 150 VA/Jiwa atau 0,15
KVA/Jiwa.

122
2. Kebutuhan listrik non-rumah tangga adalah 41,5% yang terbagi
untuk:
a. Penerangan jalan : 1.5 %.
b. Komersial : 15 %.
c. Pemerintah dan pelayanan umum : 15 %.
d. Cadangan : 10 %

Tabel 4.38
Kebutuhan Energi Listrik Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Kebut uhan LI st r ik Tahun 2030
Rumah
Tangga
( KVA)
Pener angan
Jalan (KVA)
Pemer int ah dan
pelayanan umum
( KVA)
Komer sial
( KVA)
Cadangan
( KVA)
1 Bat u Beler ang 2014 302,1 4,53 45,31 45,31 30.21
2 Kassi Buleng 3568 535,2 8,02 80,28 80,28 53.52
3 Pasi r Put i h 2581 347,15 5.21 52,07 52,07 34.715
4 Bont o Sinal a 1864 279,6 4.19 41,94 41,94 27.96
5 Bi j i Nangka 2231 334,65 5.02 50,20 50,20 33.465
6 Bar ambang 3097 464,55 6.97 69,68 69,68 46.455
7 Bont o Kat ut e 1613 241,95 3.63 36,29 36,29 24.195
8 Bont o Tengnga 2302 345,3 5.18 51,80 51,80 34.53
Jumlah 19270 2850, 5 42, 76 427, 58 427, 58 285, 05
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Berdasarkan Tabel .. Analisis Kebutuhan Energi Listrik Kecamatan
Sinjai Borong Tahun 2030 diatas dapat dilihat besaran kebutuhan Energi
Listrik Kecamatan Sinjai Borong untuk 20 tahun kedepan yaitu kebutuhan
Rumah Tangga sebesar 2850,5 KVA, untuk penerangan jalan sebesar
42,76 KVA, pelayanan umum dan komersial masing-masing sebesar
427,58 KVA, dan cadangan sebesar 285,05 KVA.

e) Sistem Komunikasi
Salah satu sarana untuk berinteraksi dan berkomunikasi yang saat ini
tersedia di kawasan perencanaan adalah berupa saluran telepon dan
jaringan telepon seluler, dengan skala pelayanan yang cukup luas sehingga

123
dapat dikatakan bahwa sarana komunikasi pada kawasan perencanaan
sudah cukup memadai. Standar rasio tingkat layanan kebutuhan telepon
baik pribadi maupun umum adalah masing masing 1 : 14 dan 1 : 250.
Kebutuhan akan sarana telekomunikasi juga merupakan kebutuhan
yang tidak kala pentingnya. Telpon adalah sebagai titik awal yang
menghubungkan antar lokasi yang berjauhan pada waktu bersamaam .
dalam penyediaan terlpon juga sering di hubungkan dengan prasarat proses
transformasi wilayah sehingga di perlukan adanya suatu penanganan.
Dengan menggunakan standar sebagaimana SK Menteri
Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001, asumsi yang dipakai
adalah sebagai berikut:
Telepon Sambungan Rumah Tangga : 7 sst/1000 penduduk.
Telepon Kebutuhan Sosial : 3% dari sambungan RT.
Telepon Umum Koin : 2% dari sambungan RT.
Telepon Umum Kartu : 1% dari sambungan RT.
Dengan menggunakan standar kebutuhan tersebut maka dapat
diperkirakan kebutuhan untuk jaringan telepon 20 tahun kedepan di
Kecamatan Sinjai Borong, untuk lebih jelasnya pada tabel .. :
Tabel 4.39
Kebutuhan Prasarana Komunikasi
Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Kebut uhan Tahun 2030
Rumah
Tangga
( SST)
Telepon
Kebut uhan
Sosial
Telepon
Umum Koin
Telepon
Umum Kar t u
1 Bat u Beler ang 2014 14 0.42 0.28 0.14
2 Kassi Buleng 3568 21 0.63 0.42 0.21
3 Pasi r Put i h 2581 21 0.63 0.42 0.21
4 Bont o Sinal a 1864 14 0.42 0.28 0.14
5 Bi j i Nangka 2231 14 0.42 0.28 0.14
6 Bar ambang 3097 21 0.63 0.42 0.21
7 Bont o Kat ut e 1613 7 0.21 0.14 0.07
8 Bont o Tengnga 2302 14 0.42 0.28 0.14
Jumlah 19270 126 3. 78 2. 52 1. 26
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

124
Namun demikian, kondisi wilayah Kecamatan Sinjai Borong yang
khas, dinilai lebih dimungkinkan untuk pengembangan jaringan
komunikasi sistem nirkabel seperti telepon seluler dan telepon satelit.
Hal ini dikarenakan teknologi pemasangan telepon konvensional
(home based) masih menggunakan sistem tanam kabel, sehingga
dibutuhkan sangat banyak bahan baku, tenaga kerja dan waktu untuk
pemasangannya.
Oleh karena itu, maka pengembangan jaringan telepon yang lebih
cocok untuk wilayah Kecamatan Sinjai Borong adalah pengembangan
jaringan telepon seluler ataupun satelit.

f) Sistem Persampahan
Penggolongan jenis sampah dan intensitas penanganannya antar
kawasan dalam satu daerah sangat berbeda termasuk jumlah sampah yang
dihasilkan. Untuk mengestimasikan jumlah sampah yang akan dihasilkan
di masa datang dianggap bahwa jumlahnya tergantung jumlah penduduk
kawasan tersebut. Mengingat untuk mengkuantitaskan jumlah sampah
yang dihasilkan sangat sulit maka digunakan standar umum yakni 2
liter/orang/hari.
Sistem pengelolaan persampahan di Kecamatan Sinjai Borong yang
dikenal adalah cara konvensional/tradisional. Sistem konvensional relatif
banyak digunakan dengan pembakaran dan penimbunan.
Keterbatasan pengelolaan persampahan untuk Kecamatan Sinjai
Borong dengan produksi yang beragam yang seharusnya memerlukan
penanganan secara dini, sebab semakin tinggi intensitas perkotaan akan
semakin banyak pula buangan sampah yang dihasilkan. Intensitas
penanganan sampah di Kecamatan Sinjai Borong harus dilakukan
peningkatan dengan penambahan TPS, container dan kelengkapan
kendaraan angkut sampah.

125
Standar kebutuhan Prasarana Persampahan berdasarkan
(SNI-03-1733-2004) disajikan dalam table berikut :

Tabel 4.40
Standar Untuk Kebutuhan Persampahan

Lingkup Prasarana
Prasarana
Keterangan
Sarana Lengkap Status Dimensi
Rumah (5 Jiwa) Tong Sampah Pribadi - -
RW (2.500 Jiwa)
Gerobak Sampah
TPS
2 m
3

Jarak Bebas
TPS dengan
lingkungan
hunian
minimal
30m
Gerobak
mengangkut 3x
seminggu
Bak Sampah Kecil 6 m
3

Kelurahan
(30.000 Jiwa)
Gerobak Sampah
TPS
2 m
3

Gerobak
mengangkut 3x
seminggu
Bak Sampah Besar 12 m
3

Kecamatan
(120.000 Jiwa)
Mobil Sampah
TPS/TPA
Lokal
-
Mobil
mengangkut 3x
seminggu
Bak Sampah Besar 25 m
3

Kota
(>480.000 Jiwa)
Bak Sampah Akhir
TPA
-
- Tempat Daur Ulang
Sampang
-
Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah
Berdasarkan Standar untuk kebutuhan Prasarana Persampahan, maka
dapat diketahui kebutuhan prasarana persampahan di kecamatan sinjai
borong untuk 20 tahun kedepan berdasarkan proyeksi penduduk yang telah
dilakukan sebelumnya :






126
Tabel 4.41
Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kecamtan Sinjai Borong Dirinci Perdesa Tahun 2030
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Lingkup Prasar an
Rumah ( 5 j iwa)
Lingkup Prasar ana RW ( 2. 500 Jiw a)
Bak Sampah
TPS
2 m
3

TPA
6 m
3

1 Bat u Beler ang 19270 3854 8 2


Tabel 4.42
Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kecamtan Sinjai Borong Dirinci Perdesa Tahun 2030
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Lingkup Prasar an
Rumah ( 5 j iwa)
Lingkup Prasar ana RW ( 2. 500 Jiw a)
Bak Sampah
TPS
2 m
3

TPA
6 m
3

1 Bat u Beler ang 2014 403 1 -
2 Kassi Buleng 3568 714 1 -
3 Pasi r Put i h 2581 516 1 -
4 Bont o Sinal a 1864 374 - 1
5 Bi j i Nangka 2231 446 1 -
6 Bar ambang 3097 619 1 -
7 Bont o Kat ut e 1613 322 - 1
8 Bont o Tengnga 2302 460 1 -
Jumlah 19270 3854 6 2
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Berdasarkan table analisis kebutuhan Prasarana Persampahan diatas,
maka dapat dilihat kebutuhan Prasarana Persampahan Kecamatan Sinjai
Borong pada tahun 2030 yaitu , Tong Sampah sebanyak 3.854 buah,
Gerobak Sampah sebanyak 6 buah dan Bak Sampah Sebanyak 2 buah.





127
g) Jalan
Jalan merupakan salah satu penunjang utama fungsi fungsi sistem,
baik itu sistem sosial, ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, dan
penunjang bagi berjalannya transportasi dengan baik namun apabila jalan
rusak maka transportasi pun akan terganggu. Jalan yang mengalami
kerusakan diakibatkan oleh tidak sesuainya volume kendaraan dengan
kapasitas jalan. Jalan yang ada di Kecamatan Sinjai Borong sebagian besar
berkondisi cukup baik dan beraspal sehingga segala kegiatan yang
berhubungan dengan jalan berlangsung dengan baik. Adapun analisis
untuk prasarana jalan, yaitu :

Analisis Untuk Kondisi Eksisting
Hubungan antar wilayah di Kecamatan Sinjai Borong masih sangat
dominan dilakukan dengan menggunakan sistem transportasi darat,
yang ditunjang ketersediaan jaringan jalan.
Kondisi jalan baik dan sedang dalam dua tahun (2009-2010)
sebesar 66,22 % dan 2,36 %. Dimana kondisi baik dengan panjang
jalan 64.153 M dan kondisi sedang sepanjang 2.303 M. Kondisi jalan
rusak sebesar 31,42 % dengan panjang 30.608 M.
Kondisi Jalan yang rusak yang jumlahnya ,masih sangat besar ini
bisa berdampak pada akses kawasan dalam lingkup internal dan
eksternal akan mengalami hambatan dan berakibat pada
perkembangan sektor ekonomi lainnya.

Pengembangan Prasarana Transportasi Darat
Pengembangan jaringan jalan untuk masa yang akan datang di
Kecamatan Sinjai Borong dikembangkan berdasarkan hirarki jalan
menurut sistem jaringan jalan primer dan sekunder sesuai fungsinya
(arteri, kolektor dan lokal). Untuk itu konsepsi dan strategi serta
besaran ruang untuk pengembangan jaringan jalan di Kecamatan
Sinjai Borong, Kedudukan Kecamatan Sinjai Borong sebagai salah

128
satu kawasan pemasih hasil-hasil pertanian dan perkebunan dalam
skala regional untuk pusat distribusi dan koleksi yang ditunjang
dengan pengembangan wilayah. Prospek pengembangannya diarahkan
untuk memacu percepatan pembangunan dalam wilayah Kecamatan
Sinjai Borong secara keseluruhan dan utamanya pada kawasan-
kawasan potensial.
Hasil analisis kondisi eksisting jaringan jalan di Kecamatan Sinjai
Borong dalam pengembangannya diarahkan untuk peningkatan dan
pembangunan jalan baru sehingga aksesibilitas antar kawasan/wilayah
dapat dilakukan dengan mudah tercipta sistem sinergi antar ruang.
Pengembangannya mengacu pada skala prioritas sehingga pada
kondisi jalan rusak lebih diutamakan untuk tidak memperparah
kondisinya. Pembangunan jalan baru dikembangkan untuk membuka
hubungan antar wilayah dan kawasan serta pemerataan pembangunan
sehingga disparitas antar wilayah tidak ada lagi.

h) Analisis Prasarana Irigasi dan Air Hujan
Analisis Kondisi Eksisting
Sistem pembuangan air hujan di Kecamatan Sinjai Borong yang
teridentifikasi menunjukkan penyatuan sistem pematusan dengan
buangan limbah rumah tangga (limbah). Sistem drainase yang lebih
lengkap dapat dijumpai pada kawasan ibukota kecamatan, Dengan
sistem jaringan sekunder dan tersier yang berada di sepanjang jalan
berkonstruksi batu, disamping masih adanya jaringan tanah.
Fenomena sistem drainase pada kawasan perkotaan adalah
berfungsinya saluran sebagai tempat pembuangan sementara sampah
yang akhirnya pola pengaliran air terhambat dan terjadinya kerusakan.
Pola aliran air hujan/limbah harus memperhatikan hirarki
pengembangan sistem drainase disamping memperhatikan kondisi
topografi permukaan tanah untuk memudahkan pengaliran air hujan

129
yang dapat bergerak cepat dan mencegah terjadinya genangan. Selain
itu sistem drainase berhubungan pula dengan jaringan irigasi yang ada
karena fungsi sebagai pengaliran air ke areal persawahan dan
pengendali air hujan.

Arahan Pengembangan Prasarana Air Hujan dan Irigasi
Pengembangan prasarana air hujan dan limbah harus
memperhatikan beberapa hal yaitu (1) kondisi topografi lahan, (2)
daerah genangan air, dan (3) hirarki jaringan drainase, ini dilakukan
untuk memenuhi syarat optimal fungsi drainase.
Sistem pembuangan drainase diarahkan pengembangannya pada
konsentrasi permukiman di perkotaan dan perdesaaan sehingga
kualitas lingkungan permukiman tetap terjamin. Arahan
pengembangan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas konstruksi
jaringan drainase dan pembangunan/perluasan jaringan drainase.
Pengembangan drainase dimaksudkan untuk menghindari luapan
air hujan, sehingga resiko genangan dapat dihindari dan kerusakan
jaringan jalan tidak terjadi. Usaha pengembangan drainase sebaiknya
diadakan pemisahan dengan buangan air limbah industri sehingga
tidak terjadi kerusakan ekosistem akibat pelepasan limbah langsung ke
badan air.
Fungsi saluran irigasi dikembangkan untuk meningkatkan
produksi pertanian, utamanya meningkatkan konstruksi saluran dan
penambahan panjang salurang irigasi sehingga luasan sawah yang
teraliri bertambah. Selain fungsi tersebut maka dikembangkan pula
fungsi sebagai pengaliran air hujan yang tetap berorientasi pada
kepentingan pertanian.





130
4.7 Analisis Pusat Pertumbuhan Wilayah Kecamatan Sinjai Borong
Analisis Struktur Tata Ruang digunakan untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan untuk mengarahkan atau membentuk jenjang pusat
pelayanan wilayah dan jaringan transportasi serta jaringan sarana prasarana
lainnya yang mendukung pusat-pusat pelayanan tersebut, sehingga
membentuk sebuah sistem terpadu yang mampu memanfaatkan potensi
wilayah tersebut, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing
wilayah.
a) Metode Skalogram dan Indeks Sentralisasi
Pola Permukiman
Pemukiman yang baik adalah pemukiman dengan lingkungan
yang sehat serta ketersediaan sarana dan prasarana permukiman,
sehingga penataan pemukiman di Kecamatan Sinjai Borong perlu
dilakukan dengan memenuhi syarat tersebut.
Pola pemukiman juga mempengaruhi perencanaan suatu
kawasan. Melihat pola pemukiman di Kecamatan Sinjai Borong yang
masih menggunakan pola campuran, artinya terbentuk secara alami
mengikuti pola jaringan jalan dan melihat keadaan alam yang ada di
Kecamatan Sinjai Borong yang umumnya berupa persawahan dan
perkebunan campuran maka konsep pemukiman yang cocok adalah
konsep pemukiman dengan pola campuran.

Skalogram
Metode skalogram digunakan untuk menjawab pertanyaan
mendasar tentang bagaimana pola fungsi fasilitas pelayanan sosial
ekonomi yang terdapat pada tingkatan wilayah, kawasan, dan daerah
pedesaan. Skalogram fungsi permukiman di Kecamatan Sinjai Borong
dapat dilihat pada Tabel berikut:




131
Tabel 4.43
Analisis Skalogram
Di Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

No Nama Kelurahan
FasilitasPelayanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1. Batu Belerang - x x x - - - x - - x x - X x x - - x x - x x - - - x x
2. Kassi Buleng - x x x - x - - - - x x x - x x - - x x x x x x x x - -
3. Pasir Putih x x x x x - x - x x - x - X x x x x x x x x x x x x - -
4. Bonto Sinala - x x x - - - - - - x x x - x - - - x x x - x x - x - -
5. Biji Nangka - x x x - - x - - - x x - X x x - - x x x - x x - x - -
6. Barambang - x x x x - x - x - x x - X x x - - x x x - x x - x - -
7. Bonto Katute - x - x - - - - - - x x x X x - - - x x x - - x - x - -
8. Bonto Tangnga - x - x - - - - - - x x x - x - - - x x - - - - - - - -
Keterangan:
X = Sarana tersedia
- = Sarana tidak tersedia
1. Kantor Kecamatan 9. MA 17. KUD 25. Lap. Tenis Meja
2. Kantor Kelurahan 10. Puskesmas 18. Bank 26. Terminal
3. TK 11. Pustu 19. Masjid 27. Wisata Alam
4. SD 12. Posyandu 20. Lap. Sepak Bola 28. Penginapan
5. MI 13. Polindes 21. Lap. Volly
6. SMP 14. Pasar 22. Lap. Tenis
7. MTSn 15. Toko/Warung 23. Lap. Bulutangkis
8. SMA 16. Rumah Makan 24. Lap. Takrow

132
Tabel 4.44
Analisis Skalogram Yang Telah Diolah
Di Kecamatan Sinjai Borong
Tahun 2012

No
Nama
Kelurahan
FasilitasPelayanan
2 4 12 15 19 20 11 3 21 23 24 26 14 16 13 7 5 22 9 25 1 6 8 10 17 18 27 28
1. Batu Belerang x x x X x x x x - x - - X x - - - x - - - - x - - - x x
2. Kassi Buleng x x x X x x x x x x x x - x x - - x - x - x - - - - - -
3. Pasir Putih x x x X x x - x x x x x X x - x x x x x x - - x x x - -
4. Bonto Sinala x x x X x x x x x x x x - - x - - - - - - - - - - - - -
5. Biji Nangka x x x X x x x x x x x x X x - x - - - - - - - - - - - -
6. Barambang x x x X x x x x x x x x X x - x x - x - - - - - - - - -
7. Bonto Katute x x x X x x x - x - x x X - x - - - - - - - - - - - - -
8. Bonto Tangnga x x x X x x x - - - - - - - x - - - - - - - - - - - - -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

133
Setelah melakukan analisis skalogram di Kelurahan Batu
Belerang, Kelurahan Kassi Buleng, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan
Bonto Sinala, Kelurahan Biji Nangka, Kelurahan Barambang,
Kelurahan Bonto Katute, dan Kelurahan Bonto Tengnga Kita dapat
mengetahui pola fungsi atau fasilitas pelayananan sosial ekonomi
yang terdapat pada berbagai pusat pelayanan dan bagaimana pola
tersebut melayani kebutuhan penduduk wilayah yang ditinjau. Maka
dapat dikelompokkan satuan permukiman berdasarkan tingkat
kompleksitas fungsi pelayanan yang dimilikinya serta menentukan
jenis dan keragaman pelayanan dan fasilitas yang terdapat pada pusat-
pusat pelayanan khususunya di di Kelurahan Batu Belerang,
Kelurahan Kassi Buleng, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan Bonto
Sinala, Kelurahan Biji Nangka, Kelurahan Barambang, Kelurahan
Bonto Katute, dan Kelurahan Bonto. Jadi, Kita dapat mengetahui
wilayah yang perlu dikembangkan di Kecamatan Sinjai Borong adalah
Kelurahan Pasir Putih, karena di Kelurahan Pasir Putih merupakan
pusat pengembangan wilayah di Kecamatan Sinjai Borong.

Distribusi Pusat Pelayanan
Salah satu analisis yang dapat di pakai dalam menentukan pusat-
pusat pelayanan adalah analisis sentralitas terbobot. Analisis indeks
sentralitas terbobot dipakai untuk menentukan tingkat sentralitas suatu
satuan permukiman. Metode ini mengukur sentralitas satuan
permukiman tidak hanya dapat berdasarkan jumlah fungsi atau
fasilitas pelayanan yang ada pada satuan permukiman tetapi juga
berdasarkan frekuensi keberadaan fungsi atau fasilitas tersebut pada
wilayah yang ditinjau.
Suatu fungsi akan diberikan bobot yang berbanding terbalik
dengan frekuensi keberadaannya.


134
Tabel 4.45
Analisis Indeks Sentralitas Terbobot Kecamatan Sinjai Borong 2012
Nama
Kelurahan
Fasil it as Pel ayanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Bat u Belerang 0 1 1 1
0 0 0
1
0 0
1 1 0 1 1 1
0 0
1 1 0 1 1
0 0 0
1 1
Kassi Buleng 0
1 1 1
0 1
0 0 0 0 1 1 1
0
1
1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Pasir Put ih
1 1 1 1 1
0 1 0
1 1
0
1
0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Bont o Sinala
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0
1
0
0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
Biji N angka
0 1 1 1 0 0 1 0
0
0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
Barambang
0 1 1 1
1 0
1 0
1
0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
Bont o Kat ut e
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
0
1 0 1 0 0
Bont o Tangnga
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1
0
1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Fungsi 1 8 6 8 2 1 3 1 2 1 7 8 4 5 8 5 1 1 8 8 6 2 6 6 2 6 1 1
Cent ral it as
Tot al
100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
Bobot 100 12.5
16.7 12.5 50 100 33.3 100 50 100 14.3 12.5 25 20 12.5 20 100 100 12.5 12.5 16.7 50 16.7 16.7 50 16.7 100
100
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
Keterangan :




135
Tabel 4.46
Hasil Olahan Data Analisis Indeks Sentralitas Terbobot Kecamatan Sinjai Borong 2012
Nama
Kelurahan
Fasil it as Pel ayanan
Tot al
2 4 12 15 19 20 11 3 21 23 24 26 16 14 13 7 5 9 22 25 1 6 8 10 17 18 27 28
B. Belerang 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3
16.7 16.7

20 20

33.3



100

100 100 496
K. Buleng 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3
16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 20
25


33.3 50 100
401. 1
Pasir Put ih 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 20
20
0 33.3 50 50 33.3 50
100

100 100 100 815. 1
B. Sinala 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3
16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 25
197. 8
Biji N angka 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3
16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 20 20

33.3


246. 1
Barambang 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3
16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 20 20

33.3 50 50


346. 1
B. Kat u t e 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3 16.7
16.7 16.7
0
20 25
184. 4
B. Tangnga 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
14.3
25
114. 3
Cent . Tot al 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
100 100 100 100 100 100
100 2800. 9
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Adapun analisis indeks sentralitas terbobot untuk Kecamatan Sinjai Borong adalah sebagai berikut:
C =
t
T

Keterangan:
C = bobot fungsi
t = nilai sentralitas total, diambil sama dengan 100
T = jumlah total fungsi dalam wilayah yang ditinjau


136
Distribusi Pusat Sistem Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan
Dari hasil analisis sentralitas terbobot mengenai kepadatan
penduduk, kelengkapan fasilitas, selanjutnya dianalisis lebih lanjut
mengenai tingkat kekotaannya, maka dapat ditentukan orde-orde
pelayanan. Rencana struktur tata ruang pada Kecamatan Sinjai Borong
dan sekitarnya, yaitu dengan menentukan hirarki dan fungsi pusat
pusat pelayanan. Berdasarkan hasil analisis tingkat kekotaan dengan
memakai teknik skalogram, maka rencana hirarki kota dalam pada
Kecamatan Sinjai Borong adalah sebagai berikut;
Tabel 4.47
Rencana Hirarki Kecamatan Sinjai Borong
Tahun 2011 - 2030
No. Hirarki Desa/Kelurahan Fungsi
1
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) Atau
Agropolis
Desa Pasir Putih
Pusat Kegiatan
Primer
2
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) I Atau
Outlite
Desa Kassi
Buleng, Biji
Nangka dan
Bonto Tengnga
Pusat Kegiatan
Sekunder
3
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) II Atau
Pusat Komoditi
Desa Batu
Belerang, Bonto
Sinala,
Barambang, dan
Bonto Katute
Pusat Kegiatan
Tersier
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012
Berdasarkan rencana hirarki kawasan tersebut diatas, maka dapat
ditentukan pola pemanfaatan ruangnya. Pola Pemanfaatan Ruang Kecamatan
Sinjai Borong dibagi ke dalam 3 (tiga) hirarki/orde dengan fungsi fungsi
yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu :


137
Agropolis ( Pusat Pelayanan Lokal ) terdapat pada Desa Pasir Putih
dengan fungsi sebagai Sentral Kegiatan Primer artinya bahwa pada Desa
ini diarahkan sebagai pusat kegiatan pemerintahan pada Kecamatan
Sinjai Borong dan sekitarnya dengan dukungan oleh fasilitas pendidikan,
kesehatan dan permukiman. Sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai
salah satu generator guna mendukung pengembangan pada Kecamatan
Sinjai Borong.
Outlite (Pusat Pelayanan Lokal I) terdapat pada Desa Kassi Buleng, Biji
Nangka, Bonto Tengnga dengan fungsi sebagai Sentral Kegiatan
Sekunder artinya bahwa pada wilayah ini diarahkan sebagai pusat
kegiatan permukiman serta pemanfaatan perdagangan.
Pusat Komuditi (Pusat Pelayanan Lokal II) terdapat pada Desa Batu
Belerang, Bonto Sinala, Barambang, dan Bonto Katute dengan fungsi
sebagai Sentral Kegiatan Tersier. Berdasarkan penggunaan lahan Desa
Batu Belerang, Bonto Sinala, Barambang, dan Bonto Katute, ini yang
dimana dominan lahannya dimanfaatkan sebagai areal pertanian,
perkebunan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penyedia bahan baku.
Pembagian pusat-pusat pelayanan ini dimaksudkan agar tiap-tiap
wilayah pengembangan dapat berkembang secara merata dengan melihat
beberapa pusat pelayanan. Pusat pelayanan ini dapat diartikan sebagai :
a. Generator pembangkit wilayah
b. Pusat pengembangan wilayah.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu di Kelurahan Sinjai Borong. Ini
dimaksudkan karena di Kecamatan Sinjai Borong terdapat fungsi-fungsi
utama yaitu permerintahan, dan hampir semua kegiatan penting berada di
kelurahan ini. Sehingga Kelurahan Sinjai Borong dijadikan sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah.





138
4.8 Analisis Aksesbilitas Wilayah
Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa di ukur berdasarkan pada
beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi,
panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan tinggi
rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan.
Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Seperti keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi
akibat berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis
dan intensitas kegiatannya.


Tabel 4.48
Tingkat Aksesibilitas di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai
Tahun 2012
No. Desa Fasilitas Jarak ke Ibukota Desa
(Km)
Kondisi Jalan
0 0,5 0,5-0,9 >0,9
1 Kassi Buleng Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,2
0,3
0,2
0,1
0,1
0,5
0,9
-
0,9
0,9
-
2
-
1,2
1,4
Aspal
Aspal
Aspal
Aspal
Pengerasan
2 Pasir Putih Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,3
0,1
0,4
0,2
0,1
-
0,9
-
0,6
0,6
-
1
-
1,3
1,1
Aspal
Aspal
Aspal
Aspal
Aspal
3 Batu Belerang Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,2
0,1
0,3
0,1
0,2
-
-
0,5
0,5
0,8
-
-
-
-
-
Aspal
Pengerasan
Aspal
Pengerasan
Pengerasan
4 Bonto Sinala Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,2
0,1
0,1
0,4
02
-
-
0,6
0,8
0,9
-
-
-
-
-
Aspal
Aspal
Pengerasan
Pengerasan
Aspal
5 Biji Nangka Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
-
-
0,6
0,6
0,5
-
-
1
0,9
-
Aspal
Aspal
Pengerasan
Aspal
Aspal


139
6 Barambang Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,4
0,2
0,1
0,2
0,4
-
-
0,5
-
0,8
-
-
-
-
-
Aspal
Aspal
Pengerasan
Aspal
Pengerasan
7 Bonto Katute Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,2
-
0,1
-
-
-
0,6
0,5
-
0,6
-
-
-
2,4
-
Aspal
Aspal
Pengerasan
Pengerasan
Pengerasan
8 Bonto Tengnga Pemerintahan
Peribadatan
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
0,1
0,1
-
0,2
0,1
-
0,5
0,6
-
-
-
-
-
-
-
Aspal
Aspal
Pengerasan
Aspal
Aspal
Sumber: Hasil Analisis Kelompok IV Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2012

Asumsi sederhana yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana
tingkat aksesibilitas pada suatu wilayah, dapat dilihat pada tabel berikut :

Jarak
Jauh Aksesbilitas Rendah Aksesbilitas Menengah
Dekat Aksesbilitas Menengah Aksesbilitas Tinggi
Kondisi Prasarana Sangat Jelek Sangat Baik

Berdasarkan asumsi diatas maka dapat diketahui tingkat aksesbilitas
Kecamatan Sinjai Borong :













140
Tabel 4.49
Analisis Tingkat Aksesibilitas Untuk Pelayanan Sarana
Kecamatan Sinjai Borong
NO Desa/ Kelur ahan
Tingkat Aksesibilit as
Pemer int ahan Per ibadat an Per dagangan Pendidikan Kesehat an
1 Bat u Beler ang Ti nggi M enengah M enengah M enengah Rendah
2 Kassi Buleng Ti nggi M enengah Ti nggi Ti nggi M enengah
3 Pasi r Put i h Ti nggi Ti nggi M enengah Ti nggi Ti nggi
4 Bont o Sinal a Ti nggi Ti nggi M enengah Rendah Ti nggi
5 Bi j i Nangka Ti nggi Ti nggi M enengah Ti nggi Ti nggi
6 Bar ambang Ti nggi Ti nggi M enengah Ti nggi Rendah
7 Bont o Kat ut e Ti nggi M enengah Rendah Rendah Rendah
8 Bont o Tengnga Ti nggi Ti nggi Rendah Ti nggi Ti nggi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
Berdasarkan Tabel Analisis Tingkat Aksesibilias untuk pelayanan
Sarana Wilayah Kecamatan Sinjai Borong dapat dilihat bahwa di Desa Pasir
Putih dan Desa Biji Nangka memilik tingkat Aksesibilitas yang paling tinggi.

4.9 Analisis Keterkaitan Fungsi
Analisis Keterkaitan Fungsi digunakan untuk mengetahui interaksi
antar sektor pada setiap unit wilayah. Analisis keterkaitan sektor di wilayah
Kecamatan Sinjai Borong dapat di perlihatkan dalam bentuk matriks yang
mencakup semua unit sektor yang ada pada wilayah Kecamatan Sinjai
Borong :












141
Tabel 4.50
Matriks Keterkaitan Fungsi Antar Sektor Di Kecamatan Sinjai Borong

Sektor
Pertanian
/Perkebunan
Pendidikan Perkantoran Peribadatan Perdagangan
Kesehatan Industri
Pertanian
/Perkebunan
X X X O X O
Pendidikan X O O - - X
Perkantoran X O O X - X
Peribadatan X O O X O X
Perdagangan O - X X X O
Kesehatan X - - O X X
Industri O X X X O X
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
Ket : O = Keterkaitan Kuat
X = Keterkaitan Lemah
- = Keterkaitan Sedang

Berdasarkan hasil analisis pada matriks keterkaitan fungsi antar Sektor
diatas, maka dapat dilihat sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang kuat,
misalnya pada sektor industri memiliki keterkaitan yang kuat pada sektor
pertanian/perkebunan dan perdagangan. Artinya Industri sangat cocok
dikembangkan dekat dengan pertanian dan perdagangan.


4.10 Analisis Kelembagaan
Penguatan kelembagaan masyarakat/kelompok pada dasarnya
merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh pihak yang berkepentingan dan
peduli terhadap kelestarian fungsi dan manfaat sumber daya hutan dan lahan
(lingkungan) bagi kelangsungan hidup manusia. Para pihak yang
berkepentingan, berkewajiban untuk mengupayakan kelancaran pelaksanaan
penguatan kelembagaan masyarakat/kelompok dan saling berkoordinasi.


142
Di kecamatan Sinjai Borong beberapa kelembagaan masyarakat yang
bertanggung jawab dan menjaga fungsi dan manfaat sumber daya hutan dan
lahan. Seperti organisasi Karang Taruna, LKMD dll, Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.51
Banyaknya Kelembagaan Dirinci Perdesa Kecamatan Sinjai Borong
NO Desa/ Kelur ahan
Kelembagaan
LKM D Kar angt ar una PEM UDA
1 Bat u Beler ang 1 1 3
2 Kassi Buleng
1
1 3
3 Pasi r Put i h
1
1 3
4 Bont o Sinal a
1
1 3
5 Bi j i Nangka
1
1 3
6 Bar ambang
1
1 3
7 Bont o Kat ut e
1
1 3
8 Bont o Tengnga
1
1 3
Jumlah 8 8 24
Sumber : Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011
Dari Tabel diatas dapak diketahui jumlah LKMD di Kecamatan Sinjai
Borong yaitu berada pada tiap-tiap desa, dan juga terdapat Karangtaruna yang
masing-masing desa memilikinya.

4.11 Analisis Sosial Budaya
Budaya dapat didefinisikan:
a. sebagai pandangan hidup yang khas dari sekelompok penduduk.
b. sebagai suatu sistem dari simbol-simbol dan pengertian-pengertian yang
secara turun temurun disampaikan kode-kode simbolik.
c. sebagai seperangkat strategi adaptasi untuk hidup yang dikembangkan
dengan memanfaatkan ekologi dan sumberdaya yang ada (Rapoport,
1980).


143
Pengertian budaya bila dikaitkan dengan pengembangan kawasan
agropolitan yang Iebih erat adalah defmisi pertama. yang berbuny| pandangan
hidup yang khas dari sekelompok penduduk. Kelompok penduduk dlsini
adalah kelompok petani. Definisi budaya yang ketiga. yaitu seperangkat
strategi adaptasi untuk hidup yang berkaitan dengan ekologi dan sumberdaya
yang ada di sekitarnya guna mencukupi kehidupannya. Hubungan manusia
dengan Iingkungan alam dipengaruhi oleh budaya. Semakin budaya
penduduk semakin tinggi pula teknologi yang dikuasai. Tingginya teknologi
yang dikuasai oleh manusia akan berpengaruh pada pemanfaatan Iingkungan
sebagai tempat aktivitasnya dan penggunaan sumberdaya dalam
mempertahankan kehidupannya.
Adat istiadat yang dilakukan terus menerus dapat dikaakan sebagai
budaya. Adat istiadat aken mempengaruhi perilaku penduduk. Perilaku
penduduk. baik yang bermatapencaharian sebagai petani atau peernak masih
banyak memegang adat istiadat yang bersifat turun-temurun dari orang tua.
Contohnya petani padi. bile Iahan yang digarap relatlf semplt dan hasilnya
sedikit. akan dikonsumsi sendiri. namun bila Iahannya Iuas dan ada sisa hasil
panen, maka aken dijual.
Pengembangan agropolitan memerlukan perilaku seperti disebut
sebelumnya. yaitu perilaku bisnis, Perilaku ini merupakan inovasi baru bagi
sebagian penduduk di kawasan agropolitan. Penerimaan inovasi tergantung
pada tradisi Sosial ekonomi penduduknya Inovasi dapat dicapai melalui
modal dan pengetahuan yang memadai. Oleh karena itu perlu diperhatikan
kondisi Sosial ekonomi penduduk di kawasan agropolitan.
Untuk mengubah perilaku penduduk yang mempuanyai modal kecil dan
masih bersifat tradisional ke perilaku bisnis oriented diperlukan
pendampingan. Pendampingan dilakukan oleh dinas terkait baik Muspika
maupun Muspida setempat. Kinerja asosiasi dan kelompok tani yang sudah
ada harus ditingkatkan juge. Petani yang belum memiliki kelompok atau
asosiasi perlu dibentuk. Pendampingan dilakukan oleh aparat desa.
kecamatan, dan pemerintah daerah. khususnya Dinas Perekonomian,


144
Perindustrian, dan Perdagangan, Pengenalan program kegiatan agropolitan
dapat dilakukan melalui penyelenggaraan tradisi masyarakat setempat.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui penajaman daya nalar.
ketrampilan. dan penguasaan teknologi tepat guna disertai dengan semangat
etos kerja, disiplin. tanggung jawab, dan kemampuan Wirausaha tidak bisa
merta dipaksakan kepada masyarakat setempat. Perlu Waktu dalam
menyelaraskan Sosial budaya setempat dengan pelaksanaan program
agropolitan.


4.12 Analisis Swot
Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti suatu keadaan data
atau bahan keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan diseleidiki
hubungannya satu sama lain diselidiki kaitan yang ada antara yang satu dengan
yang lain.
Analisis tingkat pengembangan wilayah yang dijadikan study kasus
adalah Desa Majannang yang berada di Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.
Dalam menganalisis tingkat pengembangan kawasan wisata ini menggunakan
analisis, SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat Analysis).
Sistem manajemen perkotaan dalam mengidentifikasi data dan
informasi mengenal beberapa strategi yang berfungsi 5P (plan, play, pattern,
position, and perspective) atau sebagai alat (tools) bagi penentuan
keputusan.Salah satu diantaranya adalah SWOT Analisis (Strength-Weakness-
Opportunity-Threat Analysis) atau lebih populer di Indonesia dengan istilah
Analisa KEKEPAN (Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman).
Analisis SWOT merupakan analisis yang dipergunakan dalam
perencanaan strategis untuk menilai kekuatan dan kelemahan internal, serta
peluang dan ancaman/ tantangan eksternal yang mempunyai kelebihan, karena
tidak membatasi tujuan dan informasi yang digunakan baik dari media massa
maupun dari hasil wawancara dan sebagainya. Namun disadari, bahwa hasil


145
analisis tersebut dapat bervariasi dan sangat tergantung pada sudutpandang
atau variasi keahlian yang terlibat.
Hasil analisis SWOT adalah mengidentifikasi: kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman serta merumuskan strategi penanganan permasalahan
Kecamatan Sinjai Borong dalam bentuk matriks SWOT. Beberapa pengertian
dasar tentang analisis tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.
Kekuatan (Strength) : Potensi sumber daya atau kemampuan yang dapat
menunjang persaingan.
Kelemahan (Weakness) : Situasi dan kondisi internal yang dapat menjadi
hambatan untuk unggul dalam persaingan.
Peluang/Kesempatan (Opportunity) : Situasi dan kondisi di lingkungan
luar yang bila dimanfaatkan dengan baik dapat menunjang keunggulan dan
persaingan.
Ancaman/Tantangan (Threat) : Situasi dan kondisi di lingkungan luar yang
dapat menghambat dalam mempertahankan atau mencapai keunggulan
dalam persaingan.

4.12.1 Analisis SWOT Pengembangan Kecamatan Sinjai Borong
Dalam mengembangkan wilayah Kecamatan Sinjai Borong perlu adanya
strategi dalam mendukung kegiatan tersebut agar dapat memberikan pengaruh
bagi peningkatan kesejahteraan bagi masyrakat di wilayah tersebut. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan yaitu faktor internal berupa
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weekness), sedangkan faktor eksternal
berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threats).
a) Faktor Internal
Kekuatan (Stregths)
Banyaknya fasilitas dan utilitas yang telah berkembang.
Sumber daya alam yang melimpah berupa hasil pertanian pangan,
perkebunan dan peternakan.
Kondisi keamanan yang baik dan terkendali.


146
Aksesibilitas untuk menjangkau Kecamatan Sinjai Borong sudah
cukup lancar.

Kelemahan (Weeknes)
Potensi sumber daya manusia yang masih minim.
Prasarana berupa sistem jaringan jalan masih kurang baik.
Fasilitas umum masih minim dalam mendukung pelayanan umum
bagi masyarakat setempat.
Lokasi Kecamatan Sinjai Borong yang sangat jauh dari pusat kota
Kabupaten Sinjai (50 Km).
Budaya masyarakat yang masih tradisional yang cenderung menghambat
pengembangan wilayah di Kecamatan Sinjai Borong.
b) Faktor Eksternal
Peluang (Opportunity)
Kecamatan Sinjai Borong memiliki potensi alam yang subur
dengan kondisi alam yang masih alami jauh dari pusat keramaian
kota.
Sebagai daerah di Kabupaten Sinjai yang sangat potensial dalam
pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Sinjai Borong.
Merupakan daerah penunjang dari daerah ekowisata Di Kabupaten
Sinjai
Memiliki potensi wisata karena terletak di ketinggian yang
memiliki panorama indah.
Salah satu andil dalam Pendapatan Daerah Kabupaten Sinjai hasil
dari pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisatanya.
Ancaman (Threats)
Terjadinya kerusakan lingkungan berupa perambahan hutan dan
polusi udara di akibatkan setiap tahun makin berkurangnya hutan
lindung.
Rawan bencana terutama bencana longsor karena terletak di
dataran tinggi.


147
Berubahnya pola hidup atau kebiasaan masyarakat akibat
modernisme.

c) Analisis Faktor Faktor Strategis Internal dan Eksternal
Pengembangan Wilayah Kecamatan Sinjai Borong
Tabel 4.52
Faktor-Faktor Strategi Internal Pengembangan Wilayah Kec. Sinjai Borong

Faktor Strategi Internal

Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
Kekuatan (Strengths)
Banyaknya fasilitas dan utilitas yang telah
berkembang.
Sumber daya alam yang melimpah berupa
hasil pertanian pangan, perkebunan dan
peternakan.
Kondisi keamanan yang baik dan terkendali.
Aksesibilitas untuk menjangkau Kecamatan
Sinjai Borong sudah cukup lancar.

25

25


25
25

3

4


3
2


75

100


75
50
Total Pembobotan 100 300
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2012














148
Tabel 4.53
Faktor-Faktor Strategi Internal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong

Faktor Strategi Internal

Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
Kelemahan (weaknesses)
Potensi sumber daya manusia yang masih minim.
Prasarana berupa sistem jaringan jalan masih
kurang baik.
Fasilitas umum masih minim dalam mendukung
pelayanan umum bagi masyarakat setempat.
Lokasi Kecamatan Sinjai Borong yang sangat
jauh dari pusat kota Kabupaten Sinjai (50 Km).
Budaya masyarakat yang masih tradisional yang
cenderung menghambat pengembangan wilayah
di Kecamatan Sinjai Borong.

20
15

25

25

15

2
2

3

4

2

40
30

75

100

30
Total Pembobotan 100 275
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2012
Dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor
internal dalam pengembangan wilayah Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten
Sinjai. Faktor kekuatan (Strenghts) dengan jumlah skor hasil pehitungan dari
Bobot dan Riset/Nilai yaitu 300, sedangkan untuk kelemahan (Weaknesess)
dengan jumlah skor pembobotan adalah 275. Maka hasil perhitungan dari
kedua factor tersebut yaitu 300 275 = 25 (S-W).










149
Tabel 4.56
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong

Faktor Strategi Eksternal

Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
Peluang (Opportunity)
Kecamatan Sinjai Borong memiliki potensi alam
yang subur dengan kondisi alam yang masih alami
jauh dari pusat keramaian kota.
Sebagai daerah di Kabupaten Sinjai yang sangat
potensial dalam pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan Sinjai Borong.
Merupakan daerah penunjang dari daerah
ekowisata Di Kabupaten Sinjai
Memiliki potensi wisata karena terletak di
ketinggian yang memiliki panorama indah.
Salah satu andil dalam Pendapatan Daerah
Kabupaten Sinjai hasil dari pertanian, perkebunan,
peternakan dan pariwisatanya.

25


20


15

20

20



4


4


3

3

2

100


80


45

60

40
Total Pembobotan 100 325
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2012















150
Tabel 4.55
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Wilayah
Kecamatan Sinjai Borong

Faktor Strategi Eksternal

Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
Ancaman(Threats)
Terjadinya kerusakan lingkungan berupa
perambahan hutan dan polusi udara di akibatkan
setiap tahun makin berkurangnya hutan lindung.
Rawan bencana terutama bencana longsor karena
terletak di dataran tinggi.
Berubahnya pola hidup atau kebiasaan masyarakat
akibat modernisme.

40


30

30

4


3

3

160


90

90
Total Pembobotan 100 340
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2012

Dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan dari faktor-faktor
eksternal dalam pengembangan wilayah di Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai. Faktor Peluang (Opportunity) dengan jumlah skor
pembobotan adalah 325, sedangkan untuk ancaman (Threats) dengan jumlah
skor pembobotan yaitu 340. Hasil perhitungan dari kedua faktor tersebut yaitu
325 340 = -15 (O-T)












151
d) Hasil analisis matriks SWOT pengembangan wilayah Kecamatan
Sinjai Borong

Tabel 4.56
Matrik Analisis SWOT Kecamatan Sinjai Borong

` Eksternal













Internal
Kecamatan Sinjai Borong
memiliki potensi alam yang
subur dengan kondisi alam
yang masih alami jauh dari
pusat keramaian kota.
Sebagai daerah di Kabupaten
Sinjai yang sangat potensial
dalam pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan
Sinjai Borong.
Merupakan daerah penunjang
dari daerah ekowisata Di
Kabupaten Sinjai

Terjadinya kerusakan
lingkungan berupa perambahan
hutan dan polusi udara di
akibatkan setiap tahun makin
berkurangnya hutan lindung.
Rawan bencana terutama
bencana longsor karena terletak
di dataran tinggi.
Berubahnya pola hidup atau
kebiasaan masyarakat akibat
modernisme

Banyaknya fasilitas dan
utilitas yang telah
berkembang.
Sumber daya alam yang
melimpah berupa hasil
pertanian pangan,
perkebunan dan peternakan.
Kondisi keamanan yang baik
dan terkendali.
Aksesibilitas untuk
menjangkau Kecamatan
Sinjai Borong sudah cukup
lancar.

Pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan potensi alam yang
dimiliki oleh Kecamatan
Sinjai Borong.
Pengembangan wilayah
Kecamatan Sinjai kearah
pengembanagan kawasan
agropolitan karena memiliki
potensi dalam bidang
pertanian pangan, perkebunan,
dan peternakan.
Melakukan pemanfaatan dan
pengembangan potensi wisata
alam yang dimiliki oleh
Kecamatan Sinjai Borong.
Melakukan pembangunan
Perlunya penghentian dan
pengawasan akan perambahan
hutan yang semakin mengikis
luas areal hutan lindung
Kecamatan Sinjai Borong.
Perlu adanya sistem mitigasi
bencana dalam mengatasi potensi
bencana alam yang dimiliki
wilayah Kecamatan Sinjai
Borong.
Perlu adanya sikap kearifan lokal
dari masyarakat Kecamatan
Sinjai Borong dalam menanggapi
setiap pengaruh dari modernisasi.



152
sarana dan prasarana
pendukung pariwisata dalam
upaya mendukung
pengembangan kawasan
wisata di wilayah Sinjai
Borong

Potensi sumber daya manusia
yang masih minim.
Prasarana berupa sistem
jaringan jalan masih kurang
baik.
Fasilitas umum masih minim
dalam mendukung pelayanan
umum bagi masyarakat
setempat.
Lokasi Kecamatan Sinjai
Borong yang sangat jauh dari
pusat kota Kabupaten Sinjai
(50 Km).
Budaya masyarakat yang
masih tradisional yang
cenderung menghambat
pengembangan wilayah di
Kecamatan Sinjai Borong.


Perlu adanya pengembangan
sumber daya manusia di
Kecamatan Sinjai Borong.
Perlu adanya perbaikan
kualitas dan penambahan
jaringan jalan dan prasarana
lainnya di Kecamatan Sinjai
Borong.
Perlu adanya perbaikan mutu
dan penambahan fasilitas
umum di Kecamatan
Sinjai Borong.
Perlu adanya moda transportasi
yang kompeten dalam
mendukung mobilisasi
masyarakat di Kecamatan
Sinjai Borong.

Perlu adanya stabilisasi dari segi
keamanan di wilayah Kecamatan
Sinjai Borong
Pengembangan wilayah
Kecamatan Sinjai Borong sesuai
dengan arahan dari Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Sinjai.



Strategi S-O
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan potensi alam yang dimiliki
oleh Kecamatan Sinjai Borong.
Pengembangan wilayah Kecamatan Sinjai kearah pengembanagan
kawasan agropolitan karena memiliki potensi dalam bidang
pertanian pangan, perkebunan, dan peternakan.


153
Melakukan pemanfaatan dan pengembangan potensi wisata alam
yang dimiliki oleh Kecamatan Sinjai Borong.
Melakukan pembangunan sarana dan prasarana pendukung
pariwisata dalam upaya mendukung pengembangan kawasan
wisata di wilayah Sinjai Borong

Strategi S-T
Perlunya penghentian dan pengawasan akan perambahan hutan
yang semakin mengikis luas areal hutan lindung Kecamatan Sinjai
Borong.
Perlu adanya sistem mitigasi bencana dalam mengatasi potensi
bencana alam yang dimiliki wilayah Kecamatan Sinjai Borong.
Perlu adanya sikap kearifan lokal dari masyarakat Kecamatan
Sinjai Borong dalam menanggapi setiap pengaruh dari modernisasi.

Strategi W-O
Perlu adanya pengembangan sumber daya manusia di Kecamatan
Sinjai Borong.
Perlu adanya perbaikan kualitas dan penambahan jaringan jalan dan
prasarana lainnya di Kecamatan Sinjai Borong.
Perlu adanya perbaikan mutu dan penambahan fasilitas umum di
Kecamatan Sinjai Borong.
Perlu adanya moda transportasi yang kompeten dalam mendukung
mobilisasi masyarakat di Kecamatan Sinjai Borong.

Stratego W-T
Perlu adanya stabilisasi dari segi keamanan di wilayah Kecamatan
Sinjai Borong
Pengembangan wilayah Kecamatan Sinjai Borong sesuai dengan
arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sinjai.


154


5.1 Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Agropolitan
Konsep Dasar dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan
Sinjai Borong tidak lepas dari rencana hirarki ruang yang telah dibuat
sebelumnya, yaitu pada hirarki tersebut telah membagi 3 sistem fungsional
pada desa-desa yang ada di Kecamatan Sinjai Borong, yaitu Pusar pelayanan
local (Agropolis), Pusat pelayanan local I (Outlet) dan Pusat pelayanan local
II (Pusat komoditi).
Berdasarkan hasil analisis LQ yang dilakukan untuk bidang pertanian,
perkebunan, dan perternakan maka dapat diketahui komodi-komoditi yang
memiliki potensi yaitu diantaranya Padi, ubi kayu, Kopi, Tembakau dan
ternak kambing.
Selain itu diperlukan adanya mengolahan secara optimal untuk produk-
produk hasil pertanian/perkebunan agar produk-produk hasil
pertanian/perkebunan tidak langsung dijual dalam bentuk mentah/belum jadi.
Melainkan menjual hasil produk-produk pertanian/perkebunan dalam bentuk
barang setengah jadi untuk lebih meningkatkan nilai jual barang yang dapat
menambah dan meningkatkan pendapatan daerah.
Dalam konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Sinjai
Borong ada dua strategi yang dapat dilakukan yaitu :

a) Memaksimalkan Pengembangan Potensi Yang Sudah Ada
Potensi yang sudah ada dan telah menjadi pemasukan daerah dapat
dikembangkan dengan baik, diantaranya adalah Padi, ubi kayu, Kopi,
Tembakau, dan kambing. Potensi yang sudah ada dapat dimaksimalkan
dengan cara :
Pembukaan lahan baru dengan memanfaatkan lahan yang sudah
ada untuk dijadikan lahan perkebunan.


155
Memperbaiki teknis budidaya tanaman, dapat dilakukan dengan
penyuluhan pertanian di daerah setempat.
Adanya pabrik pengelolaan bahan hasil produk pertanian,
perkebunan adan perternakan, sehingga Kecamatan Sinjai
Borong tidak mengekspor dalam bentuk bahan baku, tetapi
bahan setengah jadi untuk meningkatkan harga jual di pasaran.
Tersedianya sarana dan prasarana pendukung agropolitan seperti
jalan, dan transportasi lainnya.
b) Mengembangkan Potensi Yang Bisa Dikembangkan
Potensi ini sudah ada namun belum produksinya belum terlalu di
optimalkan, padahal produk ini memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan yaitu cengkeh, kakao dan ternak sapi. Untuk itu perlu
dilakukan usaha pengembangan , dapat dilakukan dengan :
Intensivikasi pertanian
Perlu penyuluhan bagi masyarakat setempat untuk pengembangan
dan teknik budidaya komoditas tersebut
Pemerintah perlu bekerjasama dengan Negara lain yang menjadi
pasaran komoditas cengkeh, kakao dan ternak sapi.

5.2 Penetapan Zona Pengembangan
Kecamatan Sinjai Borong merupakan kawasan yang memiliki
karakteristik lahan yang beragam. Hal ini akan berpengaruh pada konsekuensi
penggunaan lahan yang beragam pada kawasan ini. Berikut ini karakter
penentu tipologi kawasan agropolitan.









156
Tabel 5.1
Karakteristik Penentu Tipologi Kawasan Agropolitan
Pembagian Zona Fungsi Utama Kegiatan Penunjang
Zona I Pusat Pemerintahan Permukiman, Pendidikan,
peribadatan, kesehatan
Zona II Pusar Pertanian
dan perkebunan
Permukiman, perdaganan,
Pariwisata
Zona III Industri Permukiman
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
Tipologi kawasan agropolitan ditentukan berdasarkan matriks hubungan
fungsional kegiatan yang ditinjau dari kondisi fisik lahan, kesesuaian lahan
terhadap pengembangan pertanian yang dimilikinya serta berdasarkan
kegiatan dominan yang mungkin dikembangkan. Berdasarkan kesesuaian
lahan zona kawasan agropolitan terbagi atas 3 Zona yaitu :
1. Zona I
Kawasan yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sinjai
Borong yang merupakan kawasan Agropolis. Dimana pada kawasan
ini difokuskan untuk semua aktivitas pemerintahan yang ada di
Kecamatan Sinjai Borong, Desa-Desa yang termasuk dalam zona ini
adalah Desa Pasir Putih (Ibukota Kecamatan), dan Desa
Kassibuleng, Kegiatan penunjang untuk zona I ini yaitu ,
- Permukiman,
- Pendidikan,
- Kesehatan
- Peribadatan

2. Zona II
Pada kawasan zona II ini pengembangannya diarahkan untuk pusat
kegiatan pengembanagan pertanian dan perkebunan di Kecamatan
Sinjai Borong. Daerah yang termasuk dalam kawasan zona II ini


157
adalah Desa Batu Bulerang, Desa Barambang, Desa Bonto Sinala,
Bonto Tengnga dan Desa Biji Nangka.
Kegiatan penunjang untuk zona ini adalah :
- Permukiman
- Perdagangan
- Pariwisata

3. Zona III
Kawasan pada zona III memiliki kegiatan utamanya diarahkan
untuk kegiatan industri untuk bahan-bahan hasil pertanian dan
perkebunan di Kecamatan Sinjai Borong. Daerah yang termasuk
dalam zona III ini adalah Desa Bontokatute.
Kegiatan penunjang untuk zona ini adalah :
- Permukiman
- Perdagangan.

5.3 Penetapan Pusat Pusat Pengembangan
Berdasarkan rencana hirarki kawasan Agropolitan Kecamatan Sinjai
Borong telah dibagi berdasarkan fungsinya masing-masing yang memiliki
keterkaitan satu sama lain. Masing-masing kawasan dibagi sebagai berikut :
Agropolis ( Pusat Pelayanan Lokal ) terdapat pada Desa Pasir Putih
dengan fungsi sebagai Sentral Kegiatan Primer artinya bahwa pada Desa
ini diarahkan sebagai pusat kegiatan pemerintahan pada Kecamatan
Sinjai Borong dan sekitarnya dengan dukungan oleh fasilitas pendidikan,
kesehatan dan permukiman. Sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai
salah satu generator guna mendukung pengembangan pada Kecamatan
Sinjai Borong.
Outlite (Pusat Pelayanan Lokal I) terdapat pada Desa Kassi Buleng, Biji
Nangka, Bonto Tengnga dengan fungsi sebagai Sentral Kegiatan


158
Sekunder artinya bahwa pada wilayah ini diarahkan sebagai pusat
kegiatan permukiman serta pemanfaatan perdagangan.
Pusat Komuditi (Pusat Pelayanan Lokal II) terdapat pada Desa Batu
Belerang, Bonto Sinala, Barambang, dan Bonto Katute dengan fungsi
sebagai Sentral Kegiatan Tersier. Berdasarkan penggunaan lahan Desa
Batu Belerang, Bonto Sinala, Barambang, dan Bonto Katute, ini yang
dimana dominan lahannya dimanfaatkan sebagai areal pertanian,
perkebunan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penyedia bahan baku.

5.4 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan
5.4.1 Pengembangan Kawasan Perkebunan
Zona perkebunan merupakan zona yang di peruntukkan bagi
pemberdayaan tanaman-tanaman tahunan. Saat ini, kawasan perkebunan
yang ada di Kecamatan Sinjai Borong sebagian besar berada pada Desa Biji
Nangka, Desa Batu Belerang dan Desa Barambang dan. Lahan lahan
perkebunan ini kebanyakan dipergunakan untuk membudidayakan
komoditas Kopi dan Tembakau. Komoditas perkebunan selain Kopi dan
Tembakau juga dibudidayakan di wilayah perencanaan, meskipun
kuantitasnya tidak sebanyak komoditas Kopi dan Tembakau.

Tabel 5.2
Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan Unggulan
Desa Jenis Komoditi Unggulan
Produksi (Ton)
Biji Nangka
Kopi Arabika
Tembakau
241, 85
50,00
Batu Bulerang
Kopi Arabika
Tembakau
84,16
231,14
Barambang
Kopi Arabika
Tembakau
140,64
134,41
Sumber : Kecamatan Sinjai Borong Dalam Angka 2011


159

Melihat kondisi wilayah perencanaan saat ini, maka penentuan zona
yang akan digunakan sebagai kawasan budidaya perkebunan memiliki
kecenderungan mengikuti pola eksisting yang telah ada. Hal ini didasari
pada beberapa perimbangan, di antaranya :
Kondisi eksisting wilayah perencanaan secara keseluruhan belum
membutuhkan pemindahan maupun perluasan area perkebunan
yang belum signifikan. Pemindahan lokasi maupun perluasan yang
signifikan justru akan menyebabkan inefisiensi, karena akan
membutuhkan biaya untuk membuka atau mengkonversi fungsi-
fungsi lahan yang ada menjadi perkebunan, ditambah pula dengan
usaha yang harus dilakukan dari awal untuk menyiapkan lahan
yang dibuka maupun dikonversi menjadi lahan perkebunan.
Sementara itu, lahan-lahan perkebunan yang ada justru telah siap
untuk ditanami, hanya saja masih diperlukan perbaikan system
untuk meningkatkan produktivitasnya.
Rekomendasi yang dirasa paling tepat sebagai zona perkebunan di
wilayah perencanaan pengembangan kawasan agropolitan Kecamatan Sinjai
Borong adalah di lokasi yang ada saat ini. Berdasarkan penggunaan lahan
eksisting, penentuan zona perkebunan di wilayah pengembangan
agropolitan di Kecamatan Sinjai Borong mengikuti pola eksisting yang ada.
Namun demikian, bukan berarti akan berimplikasi seluruh aspek
pengembangan mengikuti kondisi yang ada saat ini. Tanpa adanya
pertambahan luasan area perkebunan yang direncanakan, pengembangan
konsep agropolitan di Desa Biji Nangka, Barambang dan Batu Bulerang
memerlukan suatu bentuk usaha lain yang dapat meningkatkan produktivitas
komoditas-komoditas perkebunannya. Salah satu bentuk usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan menjalankan intensifikasi. Alternative lain selain
intensifikasi adalah dengan menerapkan mekanisasi. Penerapan mekanisasi,
diharapkan produktivitas perkebunan dapat ditingkatkan melalui


160
peningkatan teknologi yang digunakan. Kedua cara ini dapat diterapkan
secara bersamaan untuk mencapai hasil yang lebih optimal.

5.4.2 Pengembangan Kawasan Peranian Tanaman Pangan
Kawasan Pertanian yang terdapat di Kecamatan Sinjai Borong,
sebagian besar berupa tanah Sawah dengan komoditas utama adalah Padi.
Luas total lahan persawahan yang terdapat di kecamatan Sinjai Borong
adalah 946.56 Ha. Berdasarkan kondisi saat ini lahan persawahan sebagian
besar terdapat di Desa Biji Nangka, Batu Belerang, dan Bonto Tengnga,
yang letaknya berdekatan dengan permukiman. Pengelolaan lahan
persawahan di 3 desa tesebut belum cukup optimal untuk mengembangkan
dan memajukan wilayah tersebut secara khusus dan kecamatan Sinjai
Borong pada umumnya. Untuk konsep agropolitan direkomendasikan untuk
pengembangan wilayah yang ada di Kecamatan Sinjai Borong. Zona
perencanaan kawasan pertanian di 3 desa perencanaan adalah sebagai
berikut :
Zona Pengembangan kawasan pertanian di Desa Biji Nangka
Sawah pertanian yang terdapat di Desa Biji Nangka terletak
di antara permukiman dan perkebunan yang secara umum sudah
dikelola oleh masyarakat dengan baik.
Tanah persawahan yang terdapat di Desa Biji Nangka merupakan
persawahan dengan luasan terbesar bila dibandingkan dengan
keempat Desa lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh, luas tanah
sawah di Desa Biji Nangka adalah 400 ha. Dengan luasan yang
cukup besar tersebut, ternyata pengelolaannya sudah cukup
optimal, tetapi belum maksimal untuk mendukung perkembangan
dan kemajuan wilayah. Keoptimalan pemanfaatan lahan di Desa
Biji Nangka ini dapat dilihat dari LQ konoditas padi di Desa Biji
Nangka sebesar 1,00 yang menunjukkan sudah terpenuhinya
kebutuhan lokal padi untuk Desa Biji Nangka itu sendiri.


161
Melihat kondisi eksisting yang sudah cukup mendukung
dengan daya dukung lingkungan yang sudah bagus, maka rencana
pengembangan untuk zona pertanian di Desa Biji Nangka adalah
terletak di lokasi pertanian eksisting. Dengan rekomendasi rencana
ini, maka pemanfaatan lahan akan lebih efisien dan biaya yang
dikeluarkan pun akan lebih murah bila dibandingkan dengan
apabila perluasan maupun pengkonversian guna lahan lain.
Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah padi,
dengan metode pengelolaan adalah intensifikasi pertanian. Prospek
utama pengembangan pertanian di Desa Biji Nangka ini sama
dengan prospek pengembangan 3 desa lainnya, yaitu pemenuhan
kebutuhan local Desa Biji Nangka sendiri maupun desa-desa
Kecamatan Sinjai Borog lainnya
.
Zona Pengembangan Kawasan Pertanian Di Desa Batu
Bulerang
Tanah Pertanian yang terdapat di Desa Batu memiliki luasan
yang cukup besar yaitu 163 Ha. Seperti halnya di Desa Biji
Nangka, di Desa Batu Bulerang ini pengelolaannya juga sudah
cukup optimal. tetapi belum maksimal untuk mendukung
perkembangan dan kemajuan wilayah. Keoptimalan pemanfaatan
lahan di Desa Batu Bulerang ini dapat dilihat dari LQ konoditas
padi di Desa Batu Bulerang sebesar 1,13 yang menunjukkan sudah
terpenuhinya kebutuhan lokal padi untuk Desa Biji Nangka itu
sendiri.
Pemanfaatan Lahan Pertanian di Desa Batu Bulerang secara
Optimal guna pengembangan dan kemajuan wilayah, maka
diterapkan konsep agropolitan dengan rencana lokasi
pengembangan di lokasi pertanian eksisting. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan efisiensi dan maksimalisasi pemanfaatan
lahan yang sudah ada. Komoditas utama yang akan


162
direkomendasikan untuk pemenuhan kebutuhan adalah padi,
dengan prospek utama untuk pemenuhan kebutuhan local Desa
Batu Bulerang dan untuk pemenuhan local Kecamatan Sinjai
Borong.

Zona Pengembangan Kawasan Pertanian di Desa Bonto
Tengnga
Sawah pertanian yang terdapat di Desa Bonto Tengnga tidak
begitu luas, hanya sebesar 85,70 Ha. Berdasarkan Kondisi
eksistingnya, pengelolaan dan pemanfaatan sawah pertanian di
Desa Bonto Tengnga sudah cukup optimal. Keoptimalan
pemanfaatan lahan di Desa Bonto Tengnga ini dapat dilihat dari
LQ konoditas padi di Desa Bonto Tengnga sebesar 1,01 yang
menunjukkan sudah terpenuhinya kebutuhan lokal padi untuk Desa
Bonto Tengga itu sendiri
Rencana pengembangan pertanian di lokasi eksisting
dilakukan denganpengoptimalan lahan pertanian yang
sudahada dengan menggunakanmetodeintensifikasi pertanianmelal
uiperbaikancarabudidayatanamannya. Komoditas pertanian utama
yang akan direkomendasikan untuk dikembangkan di Desa ini
adalah padi. Pengelolaan padi dilakukan secara intensifikasi agar
produksi yang dihasilkan dapat mencapai hasil yang maksimal
sehingga kebutuhan padi utnuk Desa Bonto Tengnga sendiri
tercukupi.

5.4.3 Pengembangan Kawasan Peternakan
Sejauh ini pengelolaan untuk hewan ternak belum cukup optimal
untuk mengembangkan dan memajukan wilayah di Kecamatan Sinjai
Borong direkomendasikan konsep agropolitan. Untuk itu dalam
pengembangannya dibutuhkan penentuan zona yang tepat untuk


163
menempatkan kawasan untuk peternakan tersebut. Untuk zona
pengembangan peternakan akan ditempatkan di Desa Batu Bulerang.
Peternakan yang potensial dikembangkan di Kecamatan Sinjai
Borong adalah ternak Ayam, kambing, dan itik yang produksinya tersebar
diberbagai diberbagai desa di Kecamatan Sinjai Borong. Berikut
dijelaskan pada tabel :

Tabel 5.3
Hasil Produksi Peternakan Kecamatan Sinjai Borong
No Jenis Ternak Produksi
1 Ayam 51.817
2 Kambing 1.170
3 Itik 1.677

Dari data yang diperoleh diatas diperoleh hasil LQ untuk ternak
ayam 1,00 , untuk ternak kambing 1,77 dan untuk ternak itik nilai LQ nya
1,22. Dengan potensi ekspor yang ada maka direkomendasikan untuk
dikembagkan lebih optimal, dengan prospek utama untuk pemenuhan
kebutuhan local dan kebutuhan Kabupaten

5.4.4 Pengembangan Kawasan Pariwisata
Pengembangan system pariwisata untuk mendukung pengembangan
kawasan agropolitan didasarkan pada potensi wisata yang dapat
dikembangkan yang berada disekitar kawasan Agropolitan. Aspek yang
dapat dikembangkan di Kecamatan Sinjai Borong adalah wisata alam
Zona Wisata Alam
Pengembangan wisata alam didasarkan pada potensi alam yang
dimiliki dan dianggap mempunyai prospek untuk diupayakan
pengembangan. Potensi wisata alam yang ada di Kecamatan Sinjai
Borong terdiri dari 2 zona yaitu :
Air Terjun Kembar Batu Barae di Desa Barambang


164
Pada zona ini difungsikan sebagai kegiatan yang bersifat
rekreatif dan atraktif. Diversifikasi atraksi yang prospektif
untuk dilakukan selain air terjun itu sendiri berupa
pengembangan di dalam kawasan berupa pengembangan
fasilitas. Kegiatan yang dilakukan berupa menyaksikan atraksi
air terjun, mandi, duduk-duduk santai di Gazebo dan
menyaksikan pemandangan alam dalam lokasi Air terjun.
Taman Hutan Raya di Desa Batu Bulerang
Keberadaan potensi Hutan raya yang terletak di Desa Batu
Bulerang cukup mendukung, terletak di dataran tinggi serta
memiliki potensi panorama alam di sekitar kawsan yang
menarik sehingga lokasi ini prospektif sebagai zina peruntukan
rest area.
Zona ini difungsikan sebagai kegiatan yang bersifat rekreatif
public. Sebagai zona rest area maka upaya diversifikasi
kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan istrirahat melepas
lelah dengan melakukan makan, minum, menyaksikan
pemandangan alam, sholat dan kegiatan kebersihan diri.

5.4.5 Pengembangan Kawasan Permukiman
Zona permukiman merupakan ruang dimana penduduk di suatu
wilayah bermukim, berinteraksi dan melakukan aktifutas. Dengan demikian
menghasilkan dominasi kegiatan bermukim di area tersebut. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan lahan sebagai
tempat bermukim akan semakin besar. Hal ini perlu disikapi dengan
melakukan suatu perencanaan yang baik dalam mengantisipasi kebutuhan
lahan permukiman bagi penduduk. Oleh karena itu, dalam mengembangkan
konsepp agropolitan di Kecamatan Sinjai Borong, perencanaan kawasan
permukiman merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan.
Kawasan permukiman yang akan dikembangkan di wilayah
perencanaan agropolitan perlu diarahkan dengan benar untuk menghindari


165
pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali yang dapat mengkonversi
lahan-lahan potensial, yang implikasinya justru merugikan bagi
pengembangan konsep agropolitan.
Kondisi permukiman yang ada di Kecamatan Sinjai Borong saat ini
cenderung mengumpul di titik-titik tertentu. Namun demikian, dapat dilihat
bahwa pola persebaran titik-titik permukiman Di Desa Desa yang ada di
Kecamatan Sinjai Borong cenderung mengikuti arah jalan utama yang
menghubungkan Desa-Desa tersebut. Dalam mengembangkan rencana
permukiman di wilayah perencanaan agropolitan di Kecamatan Sinjai
Borong, pola yang direncanakan lebih cenderung mengikuti pola eksisting.
Sekalipun bagitu, beberapa rekomendasi pengembangan permukiman akan
diberikan sebagai arahan pengembangannya.
Pengembanangan permukiman akan diarahkan menuju jalan utama.
Strategi ini diambil dengan pertimbangan untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat. Selain itu, lokasi jalan utama biasanya memang
lebih besar perubahannya dari lahan.tidak terbangun menjadi lahan
terbangun dibandingkan dengan daerah lain. Dengan demikian wilayah yang
kiri kanan jalan akan lebih baik bila diarahkan sebagai fungsi permukiman.
Mengingat jumlah penduduk di masa yang akan dating diprediksi
akan bertambah; maka akan direncanakan perluasan lahan permukiman.
Perluasan lahan permukiman akan berdampak pada terjadinya konversi
fungsi-fungsi lahan yang lain menjadi permukiman. Dalam perencanaan
kawasan permukiman di wilayah agropolitan Kecamatan Sinjai Borong,
perluasan permukiman diarahkan untuk mengkonversi fungsi lahan tegalan
daripada persawahan. Hal ini didasari peritimbangan, di antaranya :
Sebagian besar wilayah permukiman yang ada berbatasan langsung
dengan fungsi tegalan
Fungsi tegelan cenderung lebih muda untuk dikonversi menjadi
lahan terbangun daripada fungsi sawah maupun perkebunan.
Luasan tegalan yang ada saat ini relatif cukup besar dibandingkan
luasan sawah.


166
Selain dua arahan rencana pengembangan di atas, masih ada rencana
pengembangan permukiman yang khusus diterapkan di Desa Bonto Katute
yang disiapkan sebagai lokasi pabrik pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan , pengembangan kawasan permukiman pekerja menjadi penting
untuk dilakukan. Hal itu untuk menjamin efisiensi biaya dan waktu para
pekerjaan dalam menggerakkan aktivitas pabrik. Oleh karena itu, di sekitar
lokasi pabrik pengolahan hasil pertanian dan perkebunan di Desa Biji
Nangka akan direncanakan kawasan permukiman bagi para pekerja pabrik.

5.5 Rencana Pengembangan Agroindustri
Keberlangsungan kawasan agropolitan sangat dipengaruhi oleh
seberapa besar stakeholder dapat menikmati nilai tambah dalam
pengembangan kawasan agropolitan. Mempelajari pengalaman dari beberapa
negara Asia yang menerapkan beberapa pola kawasan pertanian, tampak
bahwa keberlangsungan (sustainability) dari suatu agropolitan sangat
tergantung dari nilai tambah yang dapat ditumbuhkannya. Semakin besar nilai
tambah yang dihasilkan maka semakin langgeng pula implementasinya.
Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis (UU No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang).
Berdasarkan definisi pada undang-undang tersebut belum terdapat penekanan
tentang adanya agroindustri pada kawasan agropolitan
Berdasarkan pada fungsi Kawasan yang memiliki fungsi kawasan
Lindung, penyangga dan budidaya dan juga sesuai dengan RTRW Kabupaten
Sinjai yang fungsi utamanya di arahkan pada kegiatan perkebunan,
permukiman, pertanaian tanaman pangan. Maka di Kecamatan Sinjai Borong
sangat cocok untuk dikembangkan kegiatan Agroindustri.


167
Agroindustri, merupakan kegiatan yang dapat menjamin pemanfaatan
hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi
melalui upaya pemanfaatan, pengembangan, penguasaan teknologi dan
bioteknologi. Sebagai salah satu sub sistem dalam agribisnis, agroindustri
memiliki potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, dan
meningkakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta mempercepat
pembangunan daerah.
Dalam penentuan Lokasi Industri yang ada dikecamatan Sinjai Borong
menggunakan beberapa landasan teori lokasi Alfred Weber, antara lain :
Teori Alfred Weber :
Pemilihan lokasi industri dibedakan atas minimalis biaya
Prinsipnya bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan pada tempat
yang beresiko bagi atau ongkosnya paling murah.
Asumsi Weber
a. Wilayah yang seragam
b. Investasi sumber daya bahan mentah
c. Upah tenaga kerja
d. Biaya pengangkutan
e. Persaingan antar kegiatan industri.
Segitiga lokasional


M : Bahan Mentah
R1 R2 : Bahan Mentah (raw material)
P : Lokasi biaya terendah


168
a. Pada gmbar segitiga weber d jelaskan sebgai berikut :
- Meminimaliskan biaya transportasi
- Sumber bahan baku yangg ditawarkan oleh pasar
- 3 arah lokasi (onkos angkut termurah adalah pertemuan dari 3 arah)
- Lokasi optimum pada titik P

b. Lokasi optimum (lokasi dekat bahan baku / pasar) dapat dirumuskan
- Indeks material (1M) <1 -- perusahaan dekat dgn pasar
- Indeks material (1M) >1 - perusahan dekat bahan baku

c. Ada 3 faktor yg mempengaruhi lokasi industry :
- transportasi
- tenaga kerja
- kekuatan aglomerasi

berdasarkan asumsi tersebut, jika dikaitkan dengan CKPI dapat diletakkan
di kawsan Desa Biji Nangka dengan berbagai pertimbangan yaitu :
Ditinjau dari aspek fisik wilayah dan kesesuaian lahan Bonto
Katute berada pada kemiringan lereng yang kurang dari 25% dan
merupakan kawasan penyangga.
Ditinjau dari aspek sarana dan prasaran, di Desa Kassi Buleng telah
memiliki sarana dan prasarana yang sudah cukup baik.
Ditinjau dari tingkat Asesibilitasnya, di Desa Kassi Buleng sudah
sangat baik, dan dapat dijangkau dengan mudah.
Dekat dengan sumber bahan baku,








169
5.6 Rencana Pengembangan Komoditas Unggulan
5.6.1 Komoditas Unggulan Padi
Padi merupakan tanaman yang menghasilkan beras. Bahan makanan
ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia
karena beras merupakan salah satu bahan makanan yang mendukung gizi
dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya
terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Indonesia
merupakan Negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia,
dan saat ini sudah mencapai lebih dari 210 juta jiwa. Sehubungan dengan
hal itu maka kebutuhan pangan juga meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk.
Untuk komoditas unggulan padi di Kecamatan Sinjai Borong jumlah
produksinya pada tahun 2010 telah mencapai 4.440 ton. LQ komoditas
padi di Kecamatan Sinjai Borong sebesar 1,23 yang menunjukkan sudah
terpenuhinya kebutuhan local padi untuk Kecamatan Sinjai Borong.
Untuk rencana pengembangan komoditas Padi, prospek utamanya
adalah untuk pemenuhan local Kecamatan Sinjai Borong. Dan pada saat
tingkat kecukupan yang diharapkan tercapai untuk kebutuhan local
Kecamatan Sinjai Borong, maka diharapkan produksi komoditas Padi
dapat dilakukan ekspor ke skala yang lebih luas.

5.6.2 Komoditas Unggulan Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan
jagung di Indonesia. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua
propinsi di Indonesia. Dalam hal ini permintaan ubi kayu baik local
maupun luar negeri sangat cukup besar. Dimana ubi kayu selain digunakan
untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya juga dapat
dijadikan sebagai bahan bio-fuel yang jumlahnya selama ini terus
meningkat secara terus menerus dengan peningkatan populasi daripada
konsumen.


170
Untuk komoditas unggulan ubi kayu di Kecamatan Sinjai Borong
jumlah produksinya pada tahun 2010 telah mencapai 1.000 ton. LQ
komoditas ubi kayu di Kecamatan Sinjai Borong sebesar 2,58 yang
menunjukkan Kecamatan Sinjai Borong telah mampu melakukan ekspor
keluar untuk memenuhi kebutuhan skala Kabupaten Sinjai, untuk itu
prosepeknya diharapkan dapat dipertahankan dan bahkan mungkin lebih
ditingkatkan produksinya.

5.6.3 Komoditas Unggulan Kopi Arabika
Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup
menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di
pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu
komoditas unggulan yang dikembangkan. Tanaman kopi jenis arabika sat
ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan
kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85
U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.
Untuk komoditas unggulan kopi arabika di Kecamatan Sinjai Borong
jumlah produksinya pada tahun 2010 telah mencapai 1.114 ton. LQ
komoditas kopi arabika di Kecamatan Sinjai Borong sebesar 1,97 yang
menunjukkan Kecamatan Sinjai Borong telah mampu melakukan ekspor
keluar untuk memenuhi kebutuhan skala Kabupaten Sinjai, dengan nilai
ekonomi yang relative tinggi dipasaran dunia, maka prosepeknya
diharapkan komoditi unggulan kopi ini mampu untuk dilakukan ekspor ke
skala yang lebih dari kabupaten.

5.6.4 Komoditas Unggulan Tembakau
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman
dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai
pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat.
Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok,
tembakau kunyah, dan sebagainya. Di Indonesia, tembakau yang baik


171
(komersial) hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau
sangat ditentukan oleh lokasi penanaman dan pengolahan pascapanen.
Akibatnya, hanya beberapa tempat yang memiliki kesesuaian dengan
kualitas tembakau terbaik, tergantung produk sasarannya.
Di Kecamatan Sinjai Borong merupakan daerah penghasil produksi
terbesar di Kecamatan sinjai pada tahun 2010, produksinya mencapai 386
ton. Dengan nilai LQ yang cukup tinggi 5,7, 97 yang menunjukkan
Kecamatan Sinjai Borong telah mampu melakukan ekspor keluar untuk
memenuhi kebutuhan skala Kabupaten Sinjai. Dengan sifat tanaman
tembakau yang hanya dapat berkembang di daerah-daerah tertentu, maka
di Kecamatan Sinjai Borong sangat beruntung karana kondisi wilayahnya
yang cocok untuk penanaman tembakau. Untuk itu prospeknya,
diharapkan komoditi tembakau agar bisa dipertahakan atau bahkan
ditingkatkan agar mampu memenihi skala yang lebih luas.

5.7 Rencana Pengembangan Pelaku Bisnis
5.7.1 Komoditas Unggulan Padi
Dalam kaitannya dengan pengembangan padi penghasilan besar, maka
pelaku bisnis yang berperan meliputi produsen (penyedia bibit, pupuk,
saprodi), termasuk petani sebagai pengolah lahan dan hasil panen, yang
kemudian dijual ke pasar. Dalam hal ini, pemerintah sangat berperan, yaitu
dalam hal pengaturan kebijakan harga dan peminjaman kredit agar petani
tidak selalu terugikan.

5.7.2 Komoditas Unggulan Ubi Kayu
Dalam pengembangan ubi kayu untuk dijadikan produksi ethanol /
bio-ethanol memerlukan hubungan yang erat antara produsen, perusahaan
pengolah bahan baku, pihak pelaku bisnis (stakeholder / pengusaha),
bahkan peran pemerintah juga diperlukan dalam pengembangan ubi kayu
sebagai biofuel. Para petani sebagai penyedia bahan baku bio ethanol
memegangperanan penting dalam pengembangan.Selanjutnya,pengusaha


172
/stakeholder mengolah bahan baku ubi kayu menjadi bio ethanol yang
selanjutnya akan dipasarkan ke masyarakat. Peran pemerintah sangat
penting dalam memberikan fasilitas dan kebijakan yang mendukung
berkembangnya usaha bio ethanol.
Sampai saat ini belum ada sinergi yang diwujudkan dalam satu
dokumen rencana strategis yang komprehensif dan terpadu, sehingga akan
timbul beberapa kendala yang harus diselesaikan.Namun agar kendala
tersebut dapat diatasi harus didukung adanya kebijakan Pemerintah
mengenai pertanian dan kehutanan yang terkait dengan peruntukan lahan,
kebijakan insentif bagi pengembangan bio-ethanol, tekno ekonomi
produksi dan pemanfaatan bio-ethanol,sehingga ada kejelasan informasi
bagi pengusaha yang tertarik dalam bisnis bio-ethanol.


Skema Pengembangan Pelaku Bisinis Untuk Ubi Kayu

5.7.3 Komoditas Unggulan Kopi
Dalam pengembangan kopi untuk dijadikan kopi yang berkualitas
memerlukan hubungan erat antara produsen, perusahaan pengolah bahan
baku, pihak pelaku bisnis (stakeholder / pengusaha), bahkan peran
pemerintah juga diperlukan. Penyedia bibit kopi memegang peranan
penting dalam pengembangan. Selanjutnya, pengusaha/ stakeholder


173
menanam dan mengolah hasil kopi yang selanjutnya akan dipasarkan ke
masyarakat maupun ekspor.

5.7.4 Komoditas Tembakau
Dalam pengembangan tembakau untuk dijadikan produksi
Rokok/Cerutu memerlukan hubungan yang erat antara produsen,
perusahaan pengolah bahan baku, pihak pelaku bisnis (stakeholder /
pengusaha), bahkan peran pemerintah juga diperlukan dalam
pengembangan tembakau menjadi rokok/cerutu. Para petani sebagai
penyedia bahan baku memegang peranan penting dalam
pengembangan.Selanjutnya, pengusaha / stakeholder mengolah bahan
baku Tembakau menjadi rokok/cerutu yang selanjutnya akan dipasarkan
ke masyarakat. Peran pemerintah sangat penting dalam memberikan
fasilitas dan kebijakan yang mendukung berkembangnya usaha ini.

5.8 Rencana Pengembangan Prasarana Kawasan
Pengadaan inftrastruktur dasar menjadi modal pokok dalam membangun
kawasan agropolitan yang terencana. Kebutuahan infrastruktur tersebut antara
lain:pasar sebagai muara terjadinya keseimbangan antara permintaan dan
penawaran dan sarana transportasi sebagai penghubung antar wilayah
pengembangan agropolitan serta berbagai aspek pendukung sarana produksi.
Adapun infrastruktur yang diharapkan dan direncanakan ada antara lain:

5.8.1 Jalan
Hubungan antar wilayah di Kecamatan Sinjai Borong masih sangat
dominan dilakukan dengan menggunakan sistem transportasi darat, yang
ditunjang ketersediaan jaringan jalan.
Pengembangan jaringan jalan untuk masa yang akan datang di
Kecamatan Sinjai Borong dikembangkan berdasarkan hirarki jalan
menurut sistem jaringan jalan primer dan sekunder sesuai fungsinya
(arteri, kolektor dan lokal). Untuk itu konsepsi dan strategi serta besaran


174
ruang untuk pengembangan jaringan jalan di Kecamatan Sinjai Borong,
Kedudukan Kecamatan Sinjai Borong sebagai salah satu kawasan pemasok
hasil-hasil pertanian dan perkebunan dalam skala regional untuk pusat
distribusi dan koleksi yang ditunjang dengan pengembangan wilayah.
Prospek pengembangannya diarahkan untuk memacu percepatan
pembangunan dalam wilayah Kecamatan Sinjai Borong secara
keseluruhan dan utamanya pada kawasan-kawasan potensial.
Hasil analisis kondisi eksisting jaringan jalan di Kecamatan Sinjai
Borong dalam pengembangannya hanya diarahkan dalam peningkatan
jalan dengan pengaspalan kembali, pelebaran ataupun perawatan yang
rutin, truk pengangkut material untuk pembuatan pabrik-pabrik,
pengangkut bahan baku, serta hasil produksi memerlukan jalan yang
kokoh serta lebar. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kualitas jalan
pada beberapa ruas masih membutuhkan perbaikan dan pelebaran.

5.8.2 Irigasi
Irigasi lahan pertanian merupakan factor utama yang menunjang kegiatan
pertanian (on farm) pada kawasan agropolitan. Sumber air irigasi yang
akan digunakan untuk lahan sawah berasal dari sumber mata air yang
tersebar pada masing-masing wilayah desa. Perencanaan system irigasi di
Kecamatan Sinjai Borong adalah :
Menjaga kelestarian air baku yang digunakan sebagai sarana
pengairan sawah dengan pelestarian sumber mata air yang ada.
Mengupayakan bangunan penampungan air untuk menjaga
ketersediaan air pada musim kemarau.
Mengupayakan bangunan irigasi (saluran pembagi, DAM, dll)
untuk meningkatkan pelayanan dibidang irigasi.





175
5.8.3 Air Bersih
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan prasaran Air Bersih untuk
pemenuhan berbagai fasilitas yang ada di Kecamatan Sinjai Borong, belum
adanya penambahan yang dibutuhkan secara besar. Oleh karenanya untuk
rencana pengembangan prasarana Air Bersih yang selama ini ada di
Kecamatan Sinjai Borong masih menggunakan system pemipaan dan non
pemipaan yang dikelola sendiri oleh masyarakat. Untuk prospeknya
diharapkan dapat dikelola oleh PDAM agar pelayanannya lebih optimal
lagi, dan mampu memenuhi kebutuhan untuk kegiatan-kegiatan yang akan
dikembangkan.
Untuk rencana pemenuhan Air Bersih Untuk Sarana pendidikan,
peribadatan dan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4
Rencana Pemenuhan Air Bersih Untuk Saran Pendidikan
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Pendidikan Tahun 2030 Kebut uhan Air Ber sih Tahun 2030
TK SD SM P SM A TK SD SM P SM A
1 Bat u Beler ang 2014 2 - - 1 1.500 - - 8.400
2 Kassi Buleng 3568 3 3 1 - 2.250 7200 7.200 -
3 Pasi r Put i h 2581 2 5 1 1 1.500 12.000 7.200 8.400
4 Bont o Sinal a 1864 2 3 - - 1.500 7200 - -
5 Bi j i Nangka 2231 2 3 1 - 1.500 7200 7.200 -
6 Bar ambang 3097 3 3 1 1 2.250 7200 7.200 8.400
7 Bont o Kat ut e 1613 1 2 - - 750 4800 - -
8 Bont o Tengnga 2302 2 3 - - 1.500 7200 - -
Jumlah 19270 17 21 4 3 12. 750 52. 800 28. 800 25. 200
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012







176

Tabel 5.5
Rencana Pemenuhan Air Bersih Untuk Saran Kesehatan
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Kesehat an Tahun 2030 Kebut uhan Air Ber sih Tahun 2030
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
1 Bat u Beler ang 2014 - 1 - 4 - 1.500 - 2.000
2 Kassi Buleng 3568 - 1 1 3 - 1.500 800 1.500
3 Pasi r Put i h 2581 1 - - 3 3.000 - - 1.500
4 Bont o Sinal a 1864 - 1 1 3 - 1.500 800 1.500
5 Bi j i Nangka 2231 - 1 - 3 - 1.500 - 1.500
6 Bar ambang 3097 - 1 - 4 - 1.500 - 2.000
7 Bont o Kat ut e 1613 - 1 1 4 - 1.500 800 2.000
8 Bont o Tengnga 2302 - 1 1 4 - 1.500 800 2.000
Jumlah 19270 1 7 4 28 3. 000 10. 500 3. 200 14. 000
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Tabel 5.6
Rencana Pemenuhan Air Bersih Untuk Saran Peribadatan
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilit as Per ibadat an Tahun 2030 Kebut uhan Air Besih Tahun 2030
M esj id M ushollah Ger eja M esj id M ushollah Ger eja
1 Bat u Beler ang 2014 3 - - 30.000 - -
2 Kassi Buleng 3568 5 - - 50.000 - -
3 Pasi r Put i h 2581 5 - - 50.000 - -
4 Bont o Sinal a 1864 3 - - 30.000 - -
5 Bi j i Nangka 2231 4 - - 40.000 - -
6 Bar ambang 3097 4 - - 40.000 - -
7 Bont o Kat ut e 1613 3 - - 30.000 - -
8 Bont o Tengnga 2302 2 - - 20.000 - -
Jumlah 19270 29 - - 290. 000 - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012




177
5.8.4 Persampahan
Masalah sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat
jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah
penduduk dan aktifitas perekonomian, serta dampak yang ditimbulkannya
apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain
pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi
pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi kawasan dengan aktifitas
skala regional terutama kegiatan-kegiatan wisata.

Tabel 5.7
Rencana Prasarana Persampahan Kecamtan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Lingkup Prasar ana
Rumah ( 5 j iwa)
Lingkup Prasar ana RW ( 2. 500 Jiw a)
Bak Sampah
TPS
2 m
3

TPA
6 m
3

1 Bat u Beler ang 2014 403 1 -
2 Kassi Buleng 3568 714 1 -
3 Pasi r Put i h 2581 516 1 -
4 Bont o Sinal a 1864 374 - -
5 Bi j i Nangka 2231 446 1 -
6 Bar ambang 3097 619 1 -
7 Bont o Kat ut e 1613 322 - -
8 Bont o Tengnga 2302 460 1 -
Jumlah 19270 3854 6 -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
Tabel 5.8
Rencana Prasarana Persampahan Kecamtan Sinjai Borong
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Lingkup Prasar ana
Rumah ( 5 j iwa)
Lingkup Prasar ana RW ( 2. 500 Jiw a)
Bak Sampah
TPS
2 m
3

TPA
1 Bat u Beler ang 19270 3854 8 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012


178
Berdasarkan rencana untuk prasarana persampahan pada tabel diatas ,
maka dapat diketahui kebutuhan untuk prasarana yang akan dibutuhkan di
Kecamatan Sinjai Borong, yaitu bak sampah sejumlah 3.854 buah untuk
lingkup rumah, 8 TPS ukuran 2 m
3
. Dan 1 TPA, yang dimana TPA
tersebut rencananya akan di tempatkan di Desa Bonto Katute.

5.8.5 Drainase
Kondisi drinase di Kecamatan Sinjai Borong sudah cukup memadai
karena drainase yang ada sudah berfungsi secara maksimal.
Berdasarkan hasil analisis, maka perencanaan terhadap drainase yang
akan dibangun di Kecamatan Sinjai Borong akan didasarkan pada fungsi
kegiatan yang akan direncanakan yaitu :

Tabel 5.9
Rencana Prasarana Drainase Kecamatan Sinjai Borong
Pusat Kegiatan Desa Jenis Drainase
Pusat Kegiatan
Primer
Pasir Putih dan Kassi
Buleng
Primer
Pusat Kegiatan
Sekunder
Bonto Tengnga, Bonto
Sinala, Biji Nangka, Batu
Bulerang dan Barambang
Sekunder
Pusat Kegiatan
Tersier
Bontokatute Tersier
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Permasalahan drainase secara umum pada kecamatan Sinjai Borong
adalah :
- Adanya percampuran fungsi drainase dan irigasi serta fungsi MCK
yang pada umumnya terdapat di setiap desa.
- Perkerasan jaringan drainase pada kawasan perkampungan
umumnya masih drainase tanah, sehingga pada saat hujan


179
menimbulkan genangan/becek, dan menimbulkan kondisi
lingkungan yang buruk.
Dengan kondisi tersebut maka arahan pengembangan untuk masa
yang akan datang antara lain :
- Perbaikan / perkerasan drainase yang ada di sekitar kawasan
permukiman menjadi drainase permanen.
- Pengembangan / perbaikan drainase di pinggir jalan agar tidak
merusak jalan.
- Pembangunan drainase primer di pusat-pusat kegiatan primer.

5.8.6 Limbah
Pada perencanaan pembuangan Air Limbah yang akan direncanakan
di Kecamatan Sinjai Borong yaitu menggunakan system penyaluran
terspisah atau bisa disebut separate system/full sewerage adalah system
dimana air buangan disalurkan dalam jaringan roil tertutup, sedangkan
limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus
untuk air yang tidak tercemar.
Penggunaan system ini karena pada system ini mempunyai dimensi
yang relative kecil sehungga memudahkan dalam konstruksi serta operasi
dan pemeliharaannya.

5.8.7 Listrik
Untuk rencana jaringan listrik untuk mendukung kawasan agropolitan
dapat diarahkan membuka jaringan listrik pada zona-zona pengembangan.
Sehingga untuk perencanaan masa mendatang kebutuhan listrik yang perlu
diperhatikan yaitu perluasan jaringan ke wilayah-wilayah permukiman
baru dan penyediaan daya sesuai perkiraan kebutuhan. Kebutuhan
terhadap listrik ini tidak hanya konsumsi rumah tangga, tetapi juga untuk
penerangan jalan, fasilitas social, perdagangan dan industri.


180
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat dihitung
jumlah kebutuhan untuk Energi Listrik yang akan direncanakan di
Kecamatan Sinjai Borong, yaitu :

Tabel 5.10
Rencana Pemenuhan Energi Listrik Kecamatan Sinjai Borong
NO Desa/ Kelur ahan
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Pemenuhan Energi List r ik
Rumah
Tangga
( KVA)
Pener angan
Jalan (KVA)
Pemer int ah dan
pelayanan umum
( KVA)
Komer sial
( KVA)
Cadangan
( KVA)
1 Bat u Beler ang 2014 302,1 4,53 45,31 45,31 30.21
2 Kassi Buleng 3568 535,2 8,02 80,28 80,28 53.52
3 Pasi r Put i h 2581 347,15 5.21 52,07 52,07 34.715
4 Bont o Sinal a 1864 279,6 4.19 41,94 41,94 27.96
5 Bi j i Nangka 2231 334,65 5.02 50,20 50,20 33.465
6 Bar ambang 3097 464,55 6.97 69,68 69,68 46.455
7 Bont o Kat ut e 1613 241,95 3.63 36,29 36,29 24.195
8 Bont o Tengnga 2302 345,3 5.18 51,80 51,80 34.53
Jumlah 19270 2850, 5 42, 76 427, 58 427, 58 285, 05
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa kebutuhan untuk energi
listrik di Kecamatan Sinjai Borong untuk jumlah penduduk tahun 2030
yaitu sebesar 2850,5 KVA untuk kebutuhan rumah tangga, untuk
penerangan Jalan 42,76 KVA, pelayanan umum 427,58 KVA, untuk
komersial 427,58 KVA, dan untuk energy cadangan sebesar 285,05 KVA.

5.8.8 Komunikasi
Untuk penyediaan Prasarana Telekomunikasi disesuaikan dengan
perkembangan penduduk sesuai dengan hasil analisis yang telah
dilakukan. Dengan adanya pengembangan kawasan sebagai kawasan
Agropolitan maka arahan pengembangan jaringan telepon adalah kawasan


181
yang menjadi pusat pertumbuhan yang selanjutnya dikembangkan di
daerah sekitarnya.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan prasarana komunikasi di Kecamatan Sinjai Borong, dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.11
Rencana Prasarana Komunikasi Kecamatan Sinjai Borong
NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Tahun 2030
Rumah
Tangga
(SST)
Telepon
Kebut uhan
Sosial
Telepon
Umum Koin
Telepon
Umum
Kart u
1 Si nj ai Bor ong 19270 126 4 3 3
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Dari tabel rencana prasarana komunikasi Kecamatan Sinjai Borong
diatas dapat dilihat kebutuhan untuk prasarana komunikasi untuk rumah
tangga diperlukan 126 SST, telepon kebutuhan social sebesar 4 buah,
telepon umum koin 3 buah dan telepon umum kartu berjumlah 3 buah.

5.9 Rencana Pengembangan Sarana Kawasan
5.9.1 Rencana Fasilitas Perdagangan
Kultur masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam
dan lingkungan fisik, juga turut mempengaruhi pola permukiman yang
ada. Selama ini masyarakat cenderung menjalankan perekonomian dengan
cara-cara konvensional dan cenderung tidak terlalu memperhatikan system
atau mekanisme transaksi yang berorientasi pasar. Oleh karena itu, upaya
pengembangan kawasan pasar local dalam hal ini juga dimaknai sebagai
reformasi dan revitalisasi kembali fungsi ekonomis pasar yang
sebelumnya hanya dipandang sebagai aktivitas pertukaran biasa yang tidak
terkait dengan system dan aturan.


182
Untuk rencana sarana perdagangan di Kecamatan Sinjai Borong
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.12
Rencana Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Kecamatan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilitas Perdagangan
Tahun 2010
Penambahan Fasilitas
Perdagangan Tahun 2030
Pasar Toko/Warung Pasar Toko/Warung
1 Sinjai Borong 15901 19270 5 303 - -

Tabel 5.13
Kebutuhan Sarana Perdagangan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2010
Jumlah
Penduduk
2030
Fasilitas Perdagangan
Tahun 2010
Penambahan Fasilitas
Perdagangan Tahun 2030
Pasar Toko/Warung Pasar Toko/Warung
1 Batu Belerang 1759 2014 1 42 - -
2 Kassi Buleng 1932 3568 - 18 - -
3 Pasir Putih 2252 2581 1 112 - -
4 Bonto Sinala 1334 1864 - 8 - -
5 Biji Nangka 2004 2231 1 28 - -
6 Barambang 2461 3097 1 62 - -
7 Bonto Katute 2746 1613 1 20 - -
8 Bonto Tengnga 1413 2302 - 13 - -
Jumlah 15901 19270 5 303 - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk kebutuhan
prasarana perdagangan untuk tahun 2030 yaitu tidak diperlukan
penambahan jumlah sarana. Oleh karenanya diperlukan upaya perbaikan
prasarana-prasarana perdagangan. Perbaikan system manajerial pasar
sebagai upaya optimalisasi produk pertanian. Pada sisi yang lain
pengelolaan dan penguatan kelembagaan dengan dukungan oleh


183
kelengkapan fisik yang memadai, diharapkan mampu menjadi factor
pendorong atau stimulant bagi masyarakat setempat dalam melakukan
aktivitas perdagangan secara lebih teratur dan terpadu. Selain itu, aspek
perluasan hak barusaha dan perlindungan terhadap berbagai pihak yang
terlibat dalam kegiatan perdagangan baik penjual maupun pembeli juga
menjadi factor pertimbangan lain perlunya revitalisasi system pasar local
yang ada.

5.9.2 Pendidikan
Untuk rencana sarana pendidikan di Kecamatan Sinjai Borong dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14
Rencana Sarana Pendidikan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030

NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Penambahan Fasilit as
Pendidikan Tahun 2030
TK SD SM P SM A
1 Si nj ai Bor ong 19270 7 - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012














184
Tabel 5.15
Rencana Sarana Pendidikan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Penambahan Fasilit as
Pendidikan Tahun 2030
TK SD SM P SM A
1 Bat u Bel er ang 2014 1 - - -
2 Kassi Bul eng 3568 1 - - -
3 Pasi r Put i h 2581 - - - -
4 Bont o Sinal a 1864 - - - -
5 Bi j i Nangka 2231 - - - -
6 Bar ambang 3097 1 - - -
7 Bont o Kat ut e 1613 1 - - -
8 Bont o Tengnga 2302 2 - - -
Jumlah 19270 6 - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan sarana untuk dengan tahun 2030
di Kecamatan Sinjai Borong, tidak terjadi penambahan jumlah yang begitu
besar dari jumlah sebelumnya , penambahan hanya terjadi pada sekolah
Taman Kanak-kanak (TK) yang sebelumnya pada tahun 2010 hanya ada
12 TK, setaelah di analisis untuk kebutuhan tahun 2030 diperlukan
penambahan 6 buah TK. Oleh karenanya perencanaan pengembangan
yang akan dilakukan untuk sarana pendidikan di Kecamatan Sinjai Borong
hanya dibutuhkan perbaikan untuk sarana pendidikan dan juga perbaikan
aksesibilitas ke sarana pendidikan tersebut, misalnya prasarana serta rute
angkutan sekolah.






185
5.9.3 Kesehatan
Untuk rencana kebutuhan sarana Kesehatan di Kecamatan Sinjai
Borong dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.16
Rencana Sarana Kesehatan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2030
Penambahan Fasilit as
Kesehat an Tahun 2030
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
1 Si nj ai Bor ong 19270 - - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Tabel 5.17
Rencana Sarana Kesehatan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Penambahan Fasilit as
Kesehat an Tahun 2030
Puske
smas
Pust u
Polin
des
Posya
ndu
1 Bat u Bel er ang 2014 - - - -
2 Kassi Bul eng 3568 - - - -
3 Pasi r Put i h 2581 - - - -
4 Bont o Sinal a 1864 - - - -
5 Bi j i Nangka 2231 - - - -
6 Bar ambang 3097 - - - -
7 Bont o Kat ut e 1613 - - - -
8 Bont o Tengnga 2302 - - - -
Jumlah 19270 - - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012
Berdasarkan Hasil analisis kebutuhan untuk sarana kesehatan untuk
tahun 2030 tidak diperlukan adanya penambahan untuk sarana kesehatan.


186
Maka kedepan hanya diperlukan perbaikan untuk sarana sarana
kesehatan, seperti perbaikan pada puskesmas, pustu, polindes, posyandu
dan juga perbaikan aksesibilitas ke sarana kesehatan, prasarana jalan, serta
pedestrian untuk pejalan kaki yang ingin ke sarana kesehatan.

5.9.4 Peribadatan
Untuk rencana kebutuhan sarana peribadatan di Kecamatan Sinjai
Borong dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.18
Rencana Sarana Peribadatan Kecamatan Sinjai Borong Tahun 2030
NO Kecamat an
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Penambahan Fasilit as
Peribadat an Tahun 2030
M esj id M ushollah Gerej a
1 Si nj ai Bor ong 19270 - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012

Tabel 5.19
Rencana Sarana Peribadatan Kecamatan Sinjai Borong Dirinci Perdesa
Tahun 2030
NO Desa/ Kelurahan
Jumlah
Penduduk
2030
Rencana Penambahan Fasilit as
Peribadat an Tahun 2030
M esj id M ushollah Gerej a
1 Bat u Bel er ang 2014 - - -
2 Kassi Bul eng 3568 - - -
3 Pasi r Put i h 2581 - - -
4 Bont o Sinal a 1864 - - -
5 Bi j i Nangka 2231 - - -
6 Bar ambang 3097 - - -
7 Bont o Kat ut e 1613 - - -
8 Bont o Tengnga 2302 - - -
Jumlah 19270 - - -
Sumber : Hasil Analisis Kelompok IV Tahun 2012


187
Berdasarkan Hasil analisis kebutuhan untuk sarana Peribadatan untuk
tahun 2030 tidak diperlukan adanya penambahan untuk sarana kesehatan.
Maka kedepan hanya diperlukan perbaikan dan pengembangan untuk
beberapa mesjid yang ada di Kecamtan Sinjai Borong dan juga beberapa
perbaikan untuk prasarana penunjang, seperti perbaikan prasarana jalan,
serta pedestrian untuk pejalan kaki yang ingin ke sarana kesehatan.

5.9.5 Ruang Publik
Dalam perencanaan kawasan agropolitan diperlukan adanya ruang
publik yang berfungsi sebagai fasilitas penunjang. Berdasarkan fungsinya,
ruang public merupakan tempat bertemu, berinteraksi dan silaturrahmi
antar warga serta sebagai tempat rekreasi dengan bentuk kegiatan yang
khusus sperti taman bermain, berolahraga dan bersantai. Sebagai sarana
rekreasi, ruang terbuka public merupakan tempat untuk melakukan
aktivitas rekreasi bagi pelakunya.
Di Kecamatan Sinjai Borong sudah tersedia suatu lahan yang
berfungsi sebagai ruang public yang terletak di daerah puncak Desa Batu
Bulerang yang bernama Taman Raya, namun pengelolaannya masih belum
berjalan dengan optimal. Pada kawasan Taman Raya ini akan
dikembangkan sebagai kawasan Ruang Publik dengan memperbaiki akses-
akses jalan menuju kesana. Dan pembangunan beberapa fasilitas-fasilitas
penungjang.

5.9.6 Keuangan
Sumber-sumber pemasukan pada keuangan di Kecamatan Sinjai
Borong dalam rangka melakukan pembangunannya yaitu bersumber dari
dana APBD. Dana dari APBD ini sangat membantu dalam berbagai
pembangunan-pembangunan yang dilkakukan Di Kecamatan Sinjai
Borong.



188
Untuk mendukung perencanaan yang akan dilaksanakan, maka dalam
pembangunan-pembangunan seperti sarana dan prasarana penunjang
kedepannya maka dana yang akan digunakan sebagian besar masih
bersumber dari dana APBD.

5.10 Rencana Pengembangan Aksesibilitas Wilayah
Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa di ukur berdasarkan pada
beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi,
panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan tinggi
rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman
pola pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Seperti keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat
berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan
intensitas kegiatannya.
Untuk rencana pengembangan aksesibilitas wilayah Kecamatan Sinjai
Borong terlebih dahulu akan dilakukan perbaikan pada jalan-jalan yang ada di
Kecamatan Sinjai Borong. Kondisi jalan baik dan sedang dalam dua tahun
(2009-2010) sebesar 66,22 % dan 2,36 %. Dimana kondisi baik dengan
panjang jalan 64.153 m dan kondisi sedang sepanjang 2.303 m. Kondisi jalan
rusak sebesar 31,42 % dengan panjang 30.608 m.
Dalam rencana pengembangan akan dilakukan perbaikan dan
pengaspalan kembali untuk kondisi jalan yang rusak dengan panjang 30.608 m.
ini diharapkan agar pelayanan untuk fasilitas-fasilitas umum yang akan
direncanakan dapat berjalan laincar.


5.11 Rencana Pengembangan Sosial Kelembagaan
Menyimak kebutuhan perilaku dari petani/perkebunan/perternak biasa
untuk bisa bertransformasi dini kearah petani/perkebunan/peternak yang
berusaha/berwirausaha sangat diperlukan upaya penyiapan seperlunya


189
melalui kegiatan pembangunan kapasitas, baik mencakup SDM, perangkat
kelembagaan dan wilayah produksinya.
Dapat dimengerti berbagai lembaga sederhana yang telah ada
dimasyarakat baik yang bergerak dibidang produksi, pemeliharaan, pemasaran
dan pemasokan sarana produksi pertanian perdesaan hendaknya dapat terus
beraktif diri, namun dapat berorientasi pada kebutuhan penggabungan menjadi
satu mata rantai gerak memenuhi syarat kelembagaan agribisnis dan
agroindustri yang selama ini sudah digerakkan oleh pemerintah.
Mempelajari persyaratan perwujudan kawasan agropolitan dengan gerak
agribisnis dan agro industri didalamnya, akan memerlukan criteria-kriteria
berikut untuk keberhasilannya :
Pengelolaan sumber daya alam
Pembinaan sumber daya manusia
Pemupukan dan pengelolaan modal usaha
Pemanfaatan teknologi tepat guna
Pelaksanaan manajemen usaha yang handal
Penyuluhan/pelatihan menerus
Penggalangan pasar yang tak kenal henti
Pemeliharaan standarisasi mutu
Pengawetan/pengolahan untuk kirim keluar
Upaya koleksi dan distribusi produk
Upaya transportasi dari dan ke simpul
Pembinaan kelembagaan terkait.
Melihat kebutuhan penanganan berbagai kegiatan upaya peningkatan dari
apa yang sudah berkembang saat ini di kawasan agropolitan Kecamatan Sinjai
Borong. Sangat penting direncanakan bentuk kelembagaan tertentu guna
mengoperasikan secara keseluruhan gerak kegiatan pengembangan agroindustri
pada kawasan agropolitan terkait.
Adanya kelembagaan dari kelompok tani diharapkan mampu
meningkatkan dan memperbaiki mutu produksi ubi kayu, tanaman kopi,


190
tanaman tembakau, dan tanaman padi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan penyuluhan bagi kelompok tani tersebut agar informasi dari luar
mudah didapatkan. Peran dari ketua kelompok tani sangat berperan penting
terhadap kemajuan kelompok tani tersebut.

























191


6.1 Strategi Pengembangan
Berdasarkan arahan rencana pengembangan kawasan agropololitan
kecamatan sinjai borong yang akan dijadikan sebagai industry pengolahan
komoditi hasil hasil pertanian dan perkebunan maka diperlukan beberapa
strategi pengembangan yaitu :
6.1.1 Strategi Umum
Dalam konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Sinjai
Borong ada dua strategi yang dapat dilakukan yaitu :
c) Memaksimalkan Pengembangan Potensi Yang Sudah Ada
Potensi yang sudah ada dan telah menjadi pemasukan daerah dapat
dikembangkan dengan baik, diantaranya adalah Padi, ubi kayu, Kopi,
Tembakau, dan kambing. Potensi yang sudah ada dapat dimaksimalkan
dengan cara :
Pembukaan lahan baru dengan memanfaatkan lahan yang sudah
ada untuk dijadikan lahan perkebunan.
Memperbaiki teknis budidaya tanaman, dapat dilakukan dengan
penyuluhan pertanian di daerah setempat.
Adanya pabrik pengelolaan bahan hasil produk pertanian,
perkebunan adan perternakan, sehingga Kecamatan Sinjai
Borong tidak mengekspor dalam bentuk bahan baku, tetapi
bahan setengah jadi untuk meningkatkan harga jual di pasaran.
Tersedianya sarana dan prasarana pendukung agropolitan seperti
jalan, dan transportasi lainnya.
d) Mengembangkan Potensi Yang Bisa Dikembangkan
Potensi ini sudah ada namun belum produksinya belum terlalu di
optimalkan, padahal produk ini memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan yaitu cengkeh, kakao dan ternak sapi. Untuk itu perlu
dilakukan usaha pengembangan , dapat dilakukan dengan :


192
Intensivikasi pertanian
Perlu penyuluhan bagi masyarakat setempat untuk pengembangan
dan teknik budidaya komoditas tersebut
Pemerintah perlu bekerjasama dengan Negara lain yang menjadi
pasaran komoditas cengkeh, kakao dan ternak sapi.

6.1.2 Strategi Pengembangan Penduduk
Dalam mendukung rencana pengembangan kawasan agropolitan
diperlukan beberapa strategi untuk pengembangan penduduk diantaranya
yaitu :
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
Melakukan sosialisasi kepada para penduduk untuk program
agropolitan
Melakukan bimbingan yang dapat mengarahkan penduduk untuk
dapat lebih paham cara meningkatkan kualitas panen.

6.1.3 Strategi Pengembangan Komoditi Unggulan
Untuk meningkatkan mutu dari hasil-hasil produksi komoditi
unggulan yang ada di Kecamatan Sinjai Borong, diperlukan beberapa
strategi pengembangan yaitu :
Pemberian bibit unggul kepada para petani
Penggunaan berbagai teknologi pertanian guna meningkatkan mutu
hasil panen
Meningkatkan kualitas petani
Meningkatkan konstribusi komoditi unggulan melalui optimalisasi
pemanfaatan lahan.
Penguatan peran lembaga pertanian






193
6.1.4 Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana
Tujuan Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui
percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan
kota yang mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi di
kawasan agropolitan.
Pada pengebembangan kawasan agropolitan sarana dan prasarana
adalah salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilannya.
Untuk itu diperlukan strategi pengembangan sarana dan prasarana
pendukung, yaitu :
Pembangunan system dan usaha agribisnis berorientasi pada kekuatan
pasar (market drive)
Pembangunan dan perbaikan insfraktruktur jalan yang memadai
Pengadaan Terminal
Pembangunan lembaga keuangan
Pembangunan gudang untuk penyimpanan hasil-hasil produksi
Pengadaan alat pengolahan modern yang dapat memaksimalkan hasil
produksi

6.1.5 Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Wilayah
Adapun strategi pengembangan system transportasi wilayah agar
dapat mendukung rencana kawasan agropolitan yaitu :
Optimalisasi pembangunan infrastruktur transportasi guna memenuhi
kebutuhan transportasi antar wilayah serta menunjang pengembangan
wilayah.
Perencanaan transportasi antar wilayah guna mengurangi kesenjangan
aksesibilitas, secara terpadu, terintegrasi dan sesuai dengan
karakteristik wilayah.


194
Peningkatan kualitas SDM, serta sosialisasi untuk meningkatkan
tingkat pemahaman masyarakat terhadap pengembangan sektor
transportasi.

6.1.6 Strategi Pengembangan Sosial Kelembagaan
Strategi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di
kawasan Agropolitan adalah dikembang-kannya Kelembagaan
masyarakat yaitu suatu kelembagaan yang tumbuh dari, oleh dan untuk
kepentingan masyarakat, bukan kelembagaan yang dibentuk untuk
kepentingan Instansi Pembina. Ini sangat penting, karena hanya
kelembagaan yang tumbuh dari bawah itulah yang akan mampu
berkembang secara berkelanjutan.
Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan
kelembagaan , yaitu Pembentukan suatu kelompok petani guna
meningkatkan dan memperbaiki mutu produksi komoditas unggulan


6.2 Strategi Pengendalian dan Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan proses
pengendalian adalah proses untuk menjamin agar kegiatan mengarah ketujuan
yang diinginkan. Ada beberapa strategi pengendalian dan pengawasan yang
dapat dilakukan agar perencanaan kawasan agropolitan yang telah dibuat
dapar berjalan dengan maksimal , yaitu dengan melakukan pengelolaan
lingkungan, membuat layanan informasi public, prosedur perizinan
pembangunan, intensif perizinan pembangunan dan evaluasi






195
6.2.1 Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan hidup upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup.
Pada pengelolaan lingkungan pada wilayah perencanaan ini
dimaksudkan pada bagaimana teknik pengelolaan hasil-hasil komoditi
unggulan agar pengembangannya dapat dilakukan secara berkelanjutan.

6.2.2 Informasi Layanan Publik
Secara faktual, fungsi pelayanan informasi publik, dalam batas-
batas tertentu telah diperankan oleh media massa, lembaga swadaya
masyarakat dan kelompok komunitas. Secara mendasar ada beberapa
strategi yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan informasi
layanan public :
Pembangunan dan penguatan kelembagaan yang status dan
peranannya melakukan sosialisasi pemerintah agar menjadi acuan
dalam pemecahan persoalan yang ada.
Penguatan koordinasi lembaga-lembaga pelayanan informasi baik
di pusat dan di daerah untuk mengembangkan sinergi pelayanan
yang ada.

6.2.3 Prosedur Perizinan Pembangunan
Permohonan IUI Melalui Tahap Izin Prinsip pertama kali diberikan
Izin Persetujuan Prinsip untuk melakukan persiapan-persiapan dan usaha
pembangunan serta pengadaan dan instalasi/peralatan yang dibutuhkan.
Permohonan Izin Persetujuan Prinsip diajukan kepada
Ka.Kanwil/Ka. Kandep Deperindag/Bupati KDH/Walikota cq. Ka.Dinas
Deperindag Kabupaten/Kotamadya dimana lokasi industri berada.
Setelah Izin Persetujuan Prinsip dimiliki perusahaan harus
menyiapkan lzin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan, Penyusunan


196
Dokumen UKL-UKL & SPPL, UUG, SIPA, Izin Penggunaan Peralatan
Kerja/Industri bagi yang di persyaratkan, dll.
Jika perusahaan sudah siap melaksanakan kegiatan usaha
industri/produksi komersial, perusahaan baru dapat mengajukan Izin
Usaha Industri.
Khusus untuk perusahaan industri yang berlakosi di Kawasan
Industri/Kawasan Berikat dapat langsung diberikan Izin Usaha Industri
setelah perusahaan siap melaksanakan kegiatan usaha industri/produksi
komersial.

6.2.4 Insentif Perizinan Pembangunan
Insentif perizinan pembangunan adalah kemudahan yang akan
diberikan kepada para pihak pengusaha yang akan melakukan investasi di
daerah perencanaan. Ini ditujukan agar pihak investor mau menanamkan
investasi yang dimana tujuan utamanya adalah membuka lapangan baru,
dan mensejahterakan masyarakat

6.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses penggambaran, pengumpulan
informasi dan menyajikannya untuk sebagai bahan penilaian,
pertimbangan dalam memutuskan suatu kebijakan atau keputusan.
Prosesnya tetap harus berlanjut sampai kemungkinan untuk merevisi
kembali apabila terdapat adanya kesalahan. Faktor yang menentukan dan
menjadikan kegoiatan peninjauan kembali rencana tataa ruang menjadi
suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara bekala dalam proses
penataan ruang adalah karena adanya kemungkinan perubahan atau
ketidaksesuaian atau adanya penyimpangan yang mendasar antara
rencana dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, baik karena faktor
internal, maupun faktor eksternal.


197
Untuk perencanaan 20 tahun yang dilakukan, maka akan
dilakukan evaluasi program setiap 5 tahun
Apabila setelah dilakukan evaluasi dan didapatkan hasil bahwa
lahan yang direncanakan telah bergeser 20% dari perencanaan,
maka akan dilakukan revisi.
Apabila setelah dilakukan evaluasi dan didapatkan hasil bahwa
lahan yang direncakan telah bergeser lebih dari 50% dari
perencanaan maka dibutuhkan suatu perencanaan ulang.

You might also like