You are on page 1of 68

SMK NEGERI 1 JOMBANG TAHUN 2011

MODUL PRODUKTIF PERBANKAN: SEWA GUNA (LEASING)


Disusun oleh: Hafis Muaddab, S.Pd

MODUL INI HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI DAN TIDAK DIPUBLIKASIKAN SECARA UMUM Guna atau Leasing | 1 Modul: Sewa

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya modul ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam modul ini kami membahas Konsepsi dan Akuntansi Sewa Guna (Leasing), suatu komponen kompetensi kejuruan yang harus dikuasai siswa SMK Kelas XI di semester pertama. Besar harapan modul ini dapat dimanfaatkan siswa untuk meningkatkan pemahaman akuntansi khususnya dalam mengikuti mata pelajaran sewa guna/leasing. Terlebih siswa di SMK yang senantiasa dituntut memiliki ketrampilan selain pengetahuan dibidang kompetensi yang diampunya. Sehingga keberadaan modul ini diharapkan mampu membantu siswa untuk mencapai hal tersebut. Dalam proses penyusunan modul ini pula, bimbingan, arahan, koreksi dan saran telah pula diberikan oleh berbagai pihak, dan untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan: Drs. Supriyadi, M.Kes, selaku Kepala SMK Negeri 1 Jombang Tutik Hariati, S.Pd selaku Ketua Kompetensi Kejuruan Rekan-rekan guru yang telah banyak memberikan masukan untuk modul ini. Istri dan anakku yang senantiasa memberika motivasi dan inspirasi

Semoga kritik dan saran tetap hadir sebagai penyempurna modul ini, sehingga mampu menjadi lebih sempurna pada perkembangan selanjutnya. Dan selanjutnya, demikian modul ini saya buat, semoga bermanfaat.

Jombang, 14 September 2011 Penyusun

Hafis Muaddab, S.Pd. NIP. 198210222011011005

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 2

TELAH DISAHKAN DAN DIVERIFIKASI PERANGKAT MENGAJAR

Pada Tanggal Oleh Ketua Kompetensi Kejuruan (K3) PERBANKAN

Guru Mata Pelajaran

TUTIK HARIATI, S.Pd NIP.196809162000122003

HAFIS MU'ADDAB, S.Pd NIP. 198210222011011005

Mengetahui, Kepala Sekolah

Menyetujui, Waka Kurikulum

Drs. SUPRIYADI, M.Kes NIP. 19620610 198710 1 004

Drs. SUPRAYITNO NIP. 19690112 199201 1 001

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 3

DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. Lembar Pengesahan ......................................................................................................... Kata Pengantar.................................................................................................................. Daftar Isi ............................................................................................................................ LEMBAGA PEMBIAYAAN A. Pendahuluan .............................................................................................................. B. Pengertian Lembaga Pembiayaan........................................................................... C. Macam-Macam Lembaga Pembiayaan .................................................................. KONSEPSI PERUSAHAAN LEASING A. Pengertian Leasing .................................................................................................... B. Sejarah Perusahaan Leasing .................................................................................... C. Dasar Hukum............................................................................................................. D. Ciri-ciri Pembiayaan Leasing .................................................................................. E. Jenis-jenis Perusahaan Leasing................................................................................ F. Teknik Pembiayaan Leasing .................................................................................... PERJANJIAN LEASING A. Pihak yang Berkepentingan Dengan Leasing ....................................................... B. Mekanisme dan Prosedur Pengajuan Leasing ...................................................... C. Dokumen Perjanjian Leasing ................................................................................... PERBEDAAN ANTARA PERJANJIAN LEASING DENGAN PERJANJIAN LAINNYA A. Perbedaan Leasing dengan Perjanjian Sejenis ...................................................... B. Keuntungan dan Kelemahan Leasing .................................................................... PEMBAYARAN ANGSURAN SEWA GUNA (LEASE PAYMENT) A. Konsepsi Angsuran Sewa Guna Usaha (Lease Payment) ................................... B. Persoalan Hukum dan Leasing Bermasalah ......................................................... C. Pendanaan Leasing ................................................................................................... AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA A. Konsep Sewa Guna Usaha ....................................................................................... B. Isi Kontrak Sewa Guna Usaha ................................................................................. C. Akuntansi Sewa Guna ............................................................................................. D. Akuntansi Sewa Guna Oleh Lessor ........................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... LATIHAN SOAL ............................................................................................................
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 4

i ii 2 3

4 4 5 8 10 12 13 13 15 23 23 26

31 34

39 42 43

46 48 49 54 67 68

LEMBAGA PEMBIAYAAN
Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan konsepsi perusahaan pembiayaan 2. menjelaskan regulasi lembaga pembiayaan di Indonesia; 3. menjelaskan jenis-jenis lembaga pembiayaan; Uraian Materi: A. Pendahuluan Keberadaan perusahaan leasing yang pada perkembangannya lebih dikenal sebagai perusahaan pembiayaan di Indonesia dimulai sejak tahun 1974. Didorong maraknya bisnis, kebutuhan akan dana juga banyak baik perseorangan dan atau badan hukum Untuk kebutuhan dana tersebut, lembaga pembiayaan juga banyak didirikan baik dalam rangka penyediaan dana maupun barang. Tahun 1974 Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yaitu: Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan RI tanggal 7 Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing. Tahun 1984 : Perusahaan Leasing berjumlah 48 perusahaan Tahun 1988 : Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 menjelaskan Pengertian mengenai Lembaga Pembiayaan. Pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance, modal ventura dan kartu kredit. Tahun 2006 Keputusan Menteri Keuangan RI No.84/PMK.012/2006, tentang Perusahaan Pembiayaan. B. Pengertian Lembaga Pembiayaan Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang didirikan secara khusus untuk melakukan kegiatan termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) b. Perusahaan Modal Ventura (Ventura Capital Company)
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 5

c. Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) d. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) e. Kegiatan Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) f. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company) C. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Finance Lease maupun Operating Lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Finance Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, dimana Penyewa Guna Usaha pada akhir
masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

Operating Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha dimana Penyewa Guna Usaha tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Penyewa Guna Usaha (Lessee) Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor) Barang Modal Yang dimaksud dengan barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva yang dimaksud merupakan satu kesatuan pemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan, atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang dan jasa oleh Lessee. Kegiatan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi penyewa Penyewa Guna Usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut. Dalam kegiatannnya sebagaimana dimaksud di atas, pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang milik Penyewa Guna Usaha yang kemudian disewa gunakan kembali. Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang midal objek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna usaha.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 6

Perusahaan Modal Ventura (Ventura Capital Company) Perusahaan Modal Ventura (Ventura Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. Perusahaan Pasangan Usaha adalah bentuk penyertaan modal dari Perusahaan Modal Ventura. Kegiatan Perusahaan Modal Ventura (Ventura Capital Company) Kegiatan Modal Ventura dilakukan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha untuk : a. Pengembangan suatu penemuan baru b. Pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana c. Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan d. Membantu perusahaan yang berada dalam tahap kemunduran usaha e. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa f. Pengembangan pelbagai penggunaan teknologi baru, dan alih teknologi baik dari dalam maupun luar negeri g. Membantu pengalihan pemilikan perusahaan Penyertaan modal dalam setiap Perusahaan Pasangan Usaha bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.Divestasi adalah tindakan penarikan kembali penyertaan modal yang dilakukan oleh Perusahaan Modal Ventura dari Perusahaan Pasangan Usahanya. Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan surat berharga. Perusahaan ini malakukan kegitan sebagai perantara dalam perdagangan surat berharga. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 7

Penjual Piutang (Klien) adalah perusahaan yang menjual dan atau mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan kepada Perusahaan Anjak Piutang. Kegiatan Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk : a. Pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari suatu transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. b. Penata usahaan penjualan kredit serta penagihan pitang perusahaan klien Perusahaan Kartu Kridit (Credit Card Company) Perusahaan Kartu Kridit (Credit Card Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit. Pemegang Kartu Kredit adalah nasabah yang mendapat pembiayaan dari perusahaan kartu kredit. Kegiatan Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) Kegiatan kartu kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembayaran pengadaan barang dan jasa. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company) Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company) Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyedia dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 8

KONSEPSI PERUSAHAAN LEASING

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan pengertian perusahaan leasing; 2. menjelaskan sejarah perusahaan leasing ; 3. menjelaskan ciri-ciri , jenis-jenis dan teknik pembiayaan perusahaan leasing;

A. Pengertian Leasing Kata leasing berasal dari kata to lease yang berarti menyewakan. Berikut beberapa definisi tentang leasing. a) Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/ barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. b) Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor : Kep-122/MK/IV/1/1974; No. 32/M/SK/2/1974; dan No. 30/Kpb/I/1974, tertanggal 7 Februari 1974, yang dimaksud dengan sewa guna usaha atau leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. c) Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing sebagai berikut: Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa sesuatu atas barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor sedangkan lessee hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pada prinsipnya pengertian leasing terdiri dari beberapa elemen di bawah ini:
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 9

1. Pembiayaan perusahaan 2. Penyediaan barang-barang modal 3. Jangka waktu tertentu Pengelolaan leasing dapat dilakukan dengan masa sewa guna yang di tetapkan sbb: 1.2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 2.3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan 3.7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan III Jangka waktu lease yang tetap dan tidak dapat dibatalkan, termasuk: a) Periode yang mencakup hak opsi untuk memperbarui kontrak leasing. b) Periode yang mencakup digunakannya hak opsi untuk membeli aktiva yang dilease. c) Periode di mana lessor mempunyai hak untuk memperbarui atau memperpanjang masa lease. d) Periode di mana denda dikenakan bagi lessee atas kegagalannya untuk memperbarui lease dan jumlah denda tersebut dijamin pada permulaan lease. e) Periode yang mencakup hak opsi pembaruan yang biasa yaitu diberikan jaminan oleh lessee atas utang lessor yang mungkin terjadi. 4. Pembayaran secara berkala 5. Adanya hak pilih (option right) 6. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama Nilai leased asset yang diperkirakan dapat direalisasi pada akhir periode sewa. 7. Adanya pihak lessor Pemilik dari aktiva yang akan di lease 8. Adanya pihak lessee Pemakai aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan leasing. Untuk mendapatkan leasing biasanya lessee harus memiliki jaminan kas yang diminta lessor dari sewa lessee untuk menjamin pembayaran sewa atau kewajiban sewa lainnya Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan akhir tahun. Capital lease dan operating lease samasama dikenakan pajak pertambahan nilai, sedangkan untuk operating lease disamping
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 10

dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pemotongan pajak penghasilan pasal 23, hal ini karena diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa. Biaya-biaya yang berkaitan dengan transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak lessee. B. SEJARAH PERUSAHAAN LEASING Leasing adalah suatu bangunan hukum yang tidak lain merupakan improvisasi dari pranata hukum konvensional yang disebut sewa menyewa (lease). Dikatakan konvensional, karena ternyata sewa menyewa itu merupakan bangunan tua dan sudah lama sekali ada dalam sejarah peradaban ummat manusia. Pranata hukum sewa menyewa yang dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan telah terekam dalam sejarah paling itidak sudah sejak lebih kurang 4500 tahun Sebelum Masehi. Yakni sewa menyewa yang dipraktekkan dan dikembangkan oleh orang-orang Sumeria. Sementara leasing dalam arti modern pertama kali berkembang di Amerika Serikat, dan kemudian menyebar ke Eropa bahkan ke seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Di Amerika Serikat, leasing dalam arti modern ini pertama kali diperkenankan yaitu leasing yang berobjekan kereta api. Bahkan dalam tahun 1850, telah tercatat adanya perusahaan leasing yang pertama di Amerika Serikat yang beroperasi di bidang leasing kereta api. Sejarah perkembangan usaha leasing di Indonesia secara resmi diperbolehkan beroperasi di indonesia setelah keluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor 30/KPB/1/74 Tanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing di Indonesia. Wewenang untuk memberikan usaha leasing dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 649/MK/5/1974 Tanggal 6 Mei 1974 yg mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Berikut beberapa peraturan yang mengatur transaksi leasing diawal tahun 1974. - Surat keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. Kep-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/974, No. 30/Kpb/I/1974, tertanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. - Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.49/MK/IV/5/1974, tanggal 6 Mei 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. - Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep. 649/MK/IV/5/1974, tanggal 6 Mei 1974 tentang Penegasan ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai Terhadap Usaha Leasing.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 11

- Pengumuman Direktur Jenderal Moneter Nomor: Peng-307/DJM/III.I/7/1974, tanggal 8 Juli 1974 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Leasing. Perkembangan selanjutnya adalah dengan keluarnya kebijaksanaan Deregulasi 20 Desember 1988 (Pakdes 20 1988) yang isinya mengatur tentang usaha leasing di Indonesia dan dengan keluarnya kebijaksanaan ini, maka ketentuan mengenai usaha leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. kemudian dalam Kepres Nomor 61 Tahun 1988 Tanggal 20 Desember 1988 diperkenalkan adanya istilah pembiayaan dalam bentuk dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat luas. Perkembangan leasing dalam sejarah di Indonesia tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga fase sebagai berikut: 1. Fase Pengenalan Fase pertama yang merupakan fase pengenalan dari bisnis leasing di Indonesia terjadi antara tahun 1974 sampai dengan tahun 1983. Fase pertama kali ini dimulai dengan keluarnya beberapa peraturan tahun 1974 yang khusus mengatur tentang pranata hukum leasing tersebut. Dalam fase ini, leasing belum begitu dikenal masyarakat, dan perkembangannyapun tidak begitu pesat. Konsekuensinya, jumlah perusahaan leasing waktu itu belum seberapa dan jumlah transaksinyapun masih relatif kecil. Sampai dengan tahun 1980, jumlah perusahaan leasing hanya berjumlah 5 buah dengan besarnya kontrak Rp. 22,5 miliar. Dan sampai dengan tahun 1984, jumlah perusahaan leasing bertambah sehingga Rp.436,1miliar. 2. Fase Pengembangan Fase kedua yang merupakan fase pengembangan ini terjadi kira-kira antara tahun 1984 sampai dengan tahun 1990. Dalam fase kedua ini, bisnis leasing cukup pesat perkembangannya berbarengan pesatnya pertumbuhan bisnis di Indonesia. Ini terlihat misalnya pada indikator peran dan kontribusi leasing terhadap investasi nasional secara keseluruhan. Dalam hal ini, dari 2,60% di tahun 1986 misalnya menjadi 6,32% di tahun 1989. Demikian juga perkembangan perusahaan dan jumlah besarnya kontrak leasing, dimana jumlah perusahaan sebanyak 89 buah di tahun 1986, dengan nilai kontrak Rp. 645 miliar, bertambah menjadi seluruhnya 122 buah perusahaan di tahun 1990, dengan nilai kontraknya tidak kurang dari Rp. 4,061 triliun. seluruhnya menjadi 48 buah dengan total kontrak

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 12

Pada fase kedua ini, beberapa segi operasionalisasi leasing telah berubah, misalnya dalam hal metode perhitungan penyusutan asset untuk kepentingan perpajakan. Hal ini akibat dari berlakunya UU Pajak 1984. Sementara sistem pelaporan pajak dalam periode kedua ini masih memakai operating method seperti pada fase sebelumnya, tetapi dengan beberapa distorsi. 3. Fase Konsolidasi Fase ketiga, yang merupakan fase konsolidasi dari perkembangan leasing di Indonesia ini, terjadi sejak tahun 1991 sampai sekarang. Pada periode ini izin-izin pendirian perusahaan leasing yang sebelumnya agak diperketat, kemudian dibuka kembali. Perusahaan multifinance juga banyak didirikan pada periode ini. Dan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi dalam fase konsolidasi ini adalah diubahnya sistem perpajakan, dari semula dengan operating method berubah menjadi financial method. Perubahan system perhitungan perpajakan ini mulai berlaku sejak 19 Januari 1991, berdasarkan ketentuan dalam SK Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991. C. DASAR HUKUM Dasar Hukum Leasing 1. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang Perijinan Usaha leasing. 1. Untuk mendukung perkembangan usaha ini Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No 650/MK/IV/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak paenjualan dan besarnya bea meterai terhadap usaha leasing. 2. Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20, 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut:

Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar Perusahaan patungan Indonesia- asing sebesar Rp. 10 milyar Koperasi sebesar Rp. 3 milyar.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 13

D. CIRI-CIRI PEMBIAYAAN LEASING Dilihat dari segi pandangan hukum, kegiatan leasing (sewa guna) usaha memiliki 4 (empat) ciri yaitu: a) Perjanjian antara lessor dengan pihak lessee. kepada pihak lessee. c) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset). ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut. E. JENIS-JENIS PERUSAHAAN LEASING Jenis -jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Independent Leasing Merupakan perusahaan leasing yg berdiri sendiri dapat sekaligus sebagai supplier atau membeli barang - barang modal dari suplier lain untuk dileasekan. Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing. Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada gambar. Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor program. d) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang b) Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan barang

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 14

2. Capital Lessor Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional. Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang. Dalam perusahaan leasing jenis ini, produsen atau supplier mendirikan perusahaan leasing dan yg mereka leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri, tujuan utamanya adalah untuk dapat meningkatkan penjualan sehingga mengurangi penumpukan barang digudang/toko.

3. Lease broker Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan. Jadi dalam hal ini lease broker hanya sebagai perantara antara pihak lessor dengan pihak lessee.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 15

F. TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 Nopember 1991 kegiatan/teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu: a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease). b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease). Sewa guna usaha dengan hak opsi, ditetapkan sebagai kegiatan lembaga keuangan bukan bank. Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai: Kriteria sewa guna usaha dengan hak opsi a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor; b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan; c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Kriteria sewa guna usaha tanpa hak opsi a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor; b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 16

1)

Finance Lease Bentuk pembiayaan leasing dengan pemberian hak opsi kepada lessee pada akhir periode lease. 1. Jangka waktu berlakunya leasing relatif panjang 2. Besarnya harga sewa plus hak opsi harus menutupi harga barang plus keuntungan yang diharapkan oleh lessor. 3. Diberikan hak opsi untuk lessee untuk membeli barang diakhir masa leasing. 4. Financial lease dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan. 5. Harga sewa yang dibayar per bulan oleh lessee dapat dengan jumlahnya yang tetap, maupun dengan cara berubah-ubah sesuai dengan suku bunga pinjaman. 6. Biasanya lessee yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi. 7. Kontrak leasing tidak dapat dibatalkan sepihak. Finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut: a) Direct Financial Lease. Bentuk pembiayaan leasing dalam bentuk direct lease atau sering pula disebut truelease atau disingkat direct lease saja merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli suatu barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewaguna usahakan barang tersebut kepada lessee yang bersangkutan.
Mekanisme transaksi bentuk direct lease dapat dilihat pada Gambar berikut.

Keterangan: 1. Penandatanganan kontrak antara Lessor dengan Lessee. 2. Penerimaan pembayaran pertama dari Lessee, yang berupa: - Security Deposit - Uang lease pertama, jika in advance - Biaya administrasi - Premi asuransi tahun pertama - Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 17

3. Pemesanan barang modal kepadasupplier/dealer. 4. Pengiriman barang modal ke alamat lease. 5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer 6. Kontrak penutupan asuransi. 7. Pembayaran premi asuransi. 8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor. Ciri-ciri direct financial lease antara lain: a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale and lease back). b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee. c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh lessee. d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk tujuan proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi. b) Sale and Lease Back. Bentuk pembiayaan leasing dimana lessee menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee dengan lessor. Metode leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing disini bersifat refinancing. sesuai dengan nilai objek barang lease. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah impor barang modal, perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang modal yang semula tidak melalui transaksi lease. Dengan adanya kendala atau masalah impor barang modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang modal, umumnya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya. Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu yang disetujui dalam kontrak leasing. Transaksi leasing seperti di atas sering disebut technical sale and lease back lihat Gambar berikut.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 18

Keterangan: 1) Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor. 2) Penutupan kontrak asuransi. 3) Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrakjual beli. 4) Penandatanganan kontrak leasing antara lessor dengan lessee. 5) Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa: - Security Deposit - Uang lease pertama, jika in advance - Biaya administrasi - Premi asuransi tahun pertama - Pembayaran pertama lainnya, jika ada. 6) Pembayaran premi asuransi. 7) Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor. c) Leverage Lease. Bentuk pembiayaan leasing yang melibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Sehingga disamping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider. Dalam leveraged lease, umumnya menyangkut masalah-masalah antara lain sebagai berikut: a. Merupakan direct finance lease.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 19

b. Melibatkan 3 (tiga) pihak: lessor, lessee, pemberi kredit jangka panjang. c. Lessor menyediakan suatu porsi pembiayaan terhadap harga barang yang akan di-lease biasanya berkisar 20%-40%. d. Kreditor jangka panjang, biasanya lembaga keuangan akan menyediakan pembiayaan sebesar 60%-80% dari total biaya barang. Jumlah pembiayaan yang diberikan oleh pihak kreditor disebut dengan leveraged debt. Utang ini merupakan without recourse kepada pihak lessor, artinya apabila pihak lessee tidak dapat meneruskan atau memenuhi kewajiban-kewajibannya, pihak lessor tidak memiliki kewajiban untuk membayar utang lessee sebesar sisa porsi pembiayaan oleh kreditor yang bersangkutan. Jaminan pengembalian pinjaman tersebut berasal dari pembayaran angsuran atau barang yang di-lease tersebut. Sejalan dengan itu tingkat bunga yang dikenakan kreditor sangat dipengaruhi oleh credit rating dari lessee yang bersangkutan. e. Selanjutnya dalam pengadaan barang lease, dilakukan dengan membelinya dari pabrik atau supplier/dealer, kemudian di-lease kepada lessee. Untuk itu pihak lessor menerima pembayaran secara berkala dari lessee dan sekaligus mengatur pembayaran pokok dan bunga kepada kreditor. Nilai sisa atau residual value dari barang pada akhir periode penggunaan atau kontrak akan ditahan pihak lessor. Umumnya, investasi neto lessor menurun pada tahun awal kontrak dan naik pada tahun akhir kontrak. lihat Gambar berikut.

d) Syndicated Lease. Bentuk pembiayaan leasing yang dilakukan lebih dari satu lessor atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan resiko tidak bersedia atau karena suatu alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 20

beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan pihak supplier. e) Cross Border Lease. Bentuk pembiayaan leasing yang dilakukan di luar batas suatu Negara yaitu Negara dimana lessor berkedudukan berbeda dengan Negara lessee. Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Namun untuk mempermudah pelaksanaan transaksi tersebut banyak transaksi leasing internasional tidak dilakukan sebagaimana mekanisme leasing yang sebenarnya. Transaksi leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease dapat diikuti pada gambar dibawah.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 21

Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain: a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation) d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan valuta asing negara lesse e. Peraturan penyusutan f. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya f) Vendor Program. Vendor program atau disebut juga dengan vendor lease adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee). Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian. 2) Operating Lease Leasing Bentuk pembiayaan leasing dengan tidak pemberian hak opsi kepada lessee pada akhir periode lease. Dalam bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya dilease-kan kepada lessee. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Operating lease disebut juga service lease. Leasing seperti ini tidak dibenarkan dilakukan oleh perusahaan finansial, sebab menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, yang dibenarkan hanya leasing yang mempunyai hak opsi. Operating lease ini biasanya merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Jangka waktu berlakunya leasing relatif singkat, dan lebih singkat dari usia ekonomis dari barang tersebut.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 22

2) 3) 4) 5)

Besarnya harga sewa lebih kecil ketimbang harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan lessor. Tidak diberikan hak opsi bagi lessee untuk membeli barang di akhir masa leasing. Biasanya operating lease dikhususkan untuk barang-barang yang mudah terjual setelah pemakaian (yang berlaku di pasar barang bekas). Operating lease biasanya diberikan oleh pabrik atau leveransir karena umumnya mereka mempunyai keahlian dalam seluk beluk tentang barang tersebut. Sebab dalam operating lease, jasa pemeliharaan merupakan tanggung jawab lessor.

6) 7) 8)

Biasanya harga sewa setiap bulannya dibayar dengan jumlah yang tetap. Biasanya lessorlah yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi. Biasanya kontrak leasing dapat dibatalkan sepihak oleh lessee dengan mengembalikan barang yang bersangkutan kepada lessor.

3) Sales type lease (Lease Penjualan) Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual lease barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu lease.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 23

PERJANJIAN LEASING

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan pihak yang berkepentingan dalam leasing; 2. menjelaskan mekanisme dan prosedur pengajuan leasing, ; 3. menjelaskan keuntungan dan kelemahan perjanjian leasing;

A. PIHAK

YANG

BERKEPENTINGAN

DALAM LEASING Dalam usaha leasing, terdapat beberapa pihak yang bersangkutan dalam perjanjian leasing, yaitu : 1. Pihak yang disebut leasor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Pihak penyewa ini disebut juga sebagai investor, equity-holders, owner-participants atau trustters-owners. 2. 3. 4. Pihak yang disebut lesse, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar sewa guna usaha yang mempunyai hak opsi. Pihak kreditur atau lender atau disebut juga debt-holders atas loan-participants dalam transaksi leasing. Mereka umumnya terdiri dari bank, insurance company, trust, yayasan. Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini dapat terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri.

B. MEKANISME DAN PROSEDUR PENGAJUAN LEASING Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Leasing mengandung arti suatu penjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara periodik kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut lihat Gambar berikut.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 24

Secara garis besar mekanisme leasing dapat diuraikan sebagai berikut.

Keterangan Gambar :

(1) Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jasa barang, spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang akan di-lease. (2) Lesee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan leasing antara lain: keterangan barang, harga barang, cash security deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-persyaratan lainnya. (3) Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor. (4) Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee. Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain: piihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya. (5) Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui. (6) Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan. Selanjutnya lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada supplier.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 25

(7) Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termaasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya. (8) Pembayaran oleh lessor kepada supplier. (9) Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai serta bunganya. Prosedur Permohonan leasing Setiap permohonan yg diajukan oleh lessee haruslah langsung kepada lessor, baik secara lisan maupun secara tertulis, kemudian oleh pihak lessor akan dipelajari secara seksama sehingga pada akhirnya nanti tidak akan merugikan pihak lessor akibat kesalahan analisis. Prosedur permohonan fasilitas leasing oleh lesse kepada lessor secara umum sebagai berikut : 1. 2. Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu barang modal baik secara lisan maupun tertulis. Pihak lessor akan meneliti maksud dan tujuan permohonan lessee penelitiantentang kelengkapan dokumen yg dipersyaratkan. Jika masih ada dokumen atau informasi yg kurang, pemohon diminta untuk melengkapinya selengkap mungkin. a) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak leasing, yg berisi antara lain maksud dan tujuan mengajukan leasing serta cara pembayarannya. b) Akte pendirian perusahaan jika lessee berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Yayasan. c) Ktp dan Kartu Keluarga jika lessee berbentuk perseorangan berbentuk PT. e) f) 3. Slip gaji dan bukti penghasilan lainya jika lessee berbentuk perorangan. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) baik untuk perorangan maupun perusahaan (diatas pembiayaan Rp 100,000,000-) Jika dokumen yg dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor memberikan informasi tentang persyaratan dalam perjanjian kontrak antara lessee dengan lessor, termasuk hak dan kewajiban masing - masing. 4. Pihak lessor akan mengadakan penelitian analisis terhadap informasi yg diberikan lessee dengan cara : d) Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir jika lessee

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 26

a) Penelitian data untuk mengukur kemempuan dan kemauan lessee membayar kembali. Penelitian ini dapat dapat dilakukan dengan 5 C, yaitu character, capacity, capital, condition dan colleteral . b) Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot) c) Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan 5. Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan nasabah membayar dan kemauan nasabah membayar dengan disertai kebenaran informasi dan data yg ada dilapangan. Dari hasil penelitian dapatlah ditarik tiga kesimpulan yaitu : a) Menolak permohonan lessee dengan alsan tertentu b) Masih dipertimbangkan dengan catatan ditunda atau permohonan belum dapat diproses sampai jangka waktu tertentu dengan berbagai alas an c) Menerima permohonan lessee karena telah sesuai dengan keinginan lessor. 6. Jika permohonan lessee telah diterima pihak lessor, maka pihak lessor mengadakan pertemuan denganpihak lessee, tentang persyaratan yg harus dipenuhi antara lain, penandatanganan surat perjanjian serta biaya - biaya yg harus dibayar oleh lessee. 7. 8. 9. Pihak lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat perjanjian antara lessee dan lessor Pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan barang yg diinginkan lessee dan membayar sesuai dengan perjanjian dengan pihak supplier. Pihak lessor juga menghubungi serta membayar premi asuransi yg sudah disetor lessee sebelumnya kepada pihak lessor. 10. Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti pembayaran yg telah dilakukan oleh lessor 11. Pihak lessor juga mengirim polis asuransi kepada lessee setelah diterbitkan oleh pihak lessor atas nama lessee. Dalam praktiknya setiap permohonan fasilitas leasing oleh lessee, maka prosedur dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan leasing berbeda antara satu dan lainnya. Hal ini sesuai dengan kepentingan perusahaan leasing itu sendiri dan secara umum memang prosedur dan persyaratan tidak jauh berbeda seperti yg telah diuraikan diatas. C. DOKUMEN PERJANJIAN LEASING Untuk memberikan deskripsi yang jelas tentang perjanjian leasing berikut beberapa contoh dokumen yang dapat dipelajari:
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 27

1. Proposal Penawaran Leasing

2. Klausa Kontrak Leasing 1. Nama dan alamat kedua belah pihak lessor dan lessee 2. Idenfikasi Peralatan, termasuk nomor seri dan/atau nomor registrasi dan, jika perlu, nama suplier peralatan. 3. Jadwal angsuran pembayaran. 4. Metode Pembayaran. 5. Klausa yang berhubungan dengan jaminan tambahan akhir atau jaminan pembayaran. 6. Tanggal awal kontrak. 7. Klausa yang menyebutkan bagaimana peralatan akan dikirimkan dan, jika perlu, siapa yang bertanggungjawab untuk biaya angkut pengiriman. 8. Klausa yang menyatakan apabila terdapat kasus keterlambatan pengiriman oleh suplier peralatan, lesse akan memberitahukan lessor. Tidak ada perubahan dalam jadwal pembayaran akan dilakukan sebagai akibat dari terlambatnya pengiriman peralatan kecuali dengan izin tertulis dari lessor. 9. Klausa yang menyatakan bahwa lessee akan menandatangani catatan penerimaan yang menyebutkan bahwa peralatan telah dicoba dan diuji dan diterima pada saat

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 28

pengiriman sehingga tidak ada klaim yang diajukan kepada dengan kualitas peralatan.

lessee sehubungan

10. Klausa yang menyebutkan kepemilikan peralatan akan tetap dipegang oleh lessor selama masa kontrak leasing. 11. Klausa yang menyatakan bahwa lessee dapat menggunakan peralatan selama mereka melakukan pembayaran berkala dan tidak melakukan pelanggaran kontrak. 12. Klausa baik yang menyatakan di mana tepatnya lokasi peralatan atau, dalam kasus berpindahnya lokasi peralatan, atau klausa yang menyatakan bahwa lessee akan memberitahukan lessor setiap saat tentang keberadaan peralatan tersebut. Jika memungkinkan, klausa yang menyatakan tanda kepemilikan lessor tidak boleh dipindahkan dari peralatan. 13. Klausa yang menyatakan bahwa hanya pegawai yang kompeten yang dapat menggunakan peralatan, sesuai dengan petunjuk pemakaian untuk tujuan tertentu. Tidak ada bagian peralatan yang boleh digunakan untuk tujuan lainnya. 14. Klausa yang menyatakan bahwa lessee tidak akan mengganti peralatan tanpa izin sebelumnya secara jelas dari lessor. 15. Klausa yang menyatakan siapa yang bertanggungjawab untuk pemeliharaan dan servis peralatan dan siapa yang bertanggungjawab terhadap biaya pemeliharaan. Perbaikan dan penggantian hanya akan dilakukan oleh toko yang dapat dihandalkan dan dengan persetujuan yang jelas dari lessor. 16. Klausa yang menentukan pihak mana yang akan bertanggungjawab untuk pembayaran premi asuransi untuk kehilangan dan kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran ataupun pencurian atau kecelakaan. 17. Klausa yang menyatakan bahwa apabila lessee bertanggungjawab untuk membayar premi asuransi, mereka memerlukan bukti pembayaran pembelian premi apabila diminta. Klausa yang menyatakan apabila lessee gagal membayar premi asuransi, lessor diperbolehkan untuk membayar premi asuransi tersebut dan membebankan biaya tersebut kepada lessee. 18. Klausa yang menyatakan apabila terdapat kasus kehilangan atau kerusakan, lessee akan secepat mungkin (atau dalam jumlah hari tertentu) memberitahukan lessor. 19. Klausa yang menyatakan uang asuransi akan dibayarkan kepada lessor. Uang asuransi akan digunakan untuk memperbaiki peralatan atau menggantinya apabila memperkirakan bahwa biaya perbaikan tidak ekonomis. Apabila lessor lessor

memperkirakan bahwa baik perbaikan ataupun penggantian bersifat tidak ekonomis,


Modul: Sewa Guna atau Leasing | 29

uang tersebut akan digunakan untuk menutup kewajiban outstanding lessee terhadap lessor. Jika uang asuransi tidak cukup untuk menutup kewajiban outstanding, jumlah sisa kewajiban masih merupakan hutang. 20. Klausa yang menyatakan bahwa kehilangan ataupun kerusakan pada peralatan tidak berdampak pada kelanjutan kontrak leasing dan demikian juga dengan angsuran pembayaran leasing. 21. Klausa yang menyatakan bahwa selama periode leasing, lessee akan memperoleh semua perizinan yang diperlukan, surat izin dan perizinan dan akan membayar semua biaya administrasi dan pajak yang berhubungan dengan penggunaan peralatan. 22. Klausa yang menyatakan bahwa lessee wajib mengganti kerugian kepada lessor terhadap semua klaim termasuk klaim pihak ketiga untuk setiap kehilangan ataupun kecelakaan yang berhubungan dengan peralatan atau penggunaannya. 23. Klausa yang menyatakan bahwa lessee harus memberikan izin kepada lessor kapanpun selama masa leasing untuk memeriksa peralatan demikian juga untuk memasuki tempat lessee. 24. Klausa yang menyatakan bahwa lessee akan menyediakan laporan keuangan untuk lessor yang disyaratkan dan memperbolehkan lessor atau perwakilannya untuk memeriksa rekening lessee. 25. Klausa yang menyatakan bahwa lessee tidak mempunyai hak baik untuk menjual, menjanjikan atau menggadaikan peralatan tanpa izin tertulis sebelumnya dari lessor. 26. Klausa yang menegaskan hak-hak lessee selama masa leasing: - Pembelian peralatan - Pengembalian peralatan - Pembaharuan leasing dengan pengurangan sewa yang signifikan. - Menerima bagian dari keuntungan dari penjualan peralatan. 27. Dalam kasus kontrak leasing menawarkan pilihan kepada lessee untuk mendapatkan kepemilikan terhadap peralatan tersebut di akhir kontrak leasing, klausa menjelaskan pilihan cara membeli: - Peralatan dapat dibeli pada harga nilai sisa seperti diperkirakan pada awal kontrak leasing. - Peralatan dapat dibeli pada harga pasar yang sesuai seperti dijelaskan dalam akhir kontrak leasing. - Peralatan dapat dibeli dengan harga nominal, sebagai contoh 1 USD.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 30

- Kepemilikan peralatan dialihkan secara otomatis pada penerimaan pembayaran akhir leasing. 28. Klausa yang menyatakan siapa yang bertanggungjawab untuk biaya registrasi yang berhubungan dengan pengalihan kepemilikan. 29. Klausa yang memberikan lessor hak untuk mengenakan denda bunga apabila terjadi keterlambatan pembayaran. 30. Klausa yang menyatakan kewajiban lessee untuk mengembalikan peralatan ke tempat lessor dalam kondisi baik apabila lessee mengalami kemacetan. 31. Klausa yang menyatakan hak lessor untuk menarik kembali peralatan pada saat lessee mengalami kemacetan atau pada saat pelanggaran terhadap salah satu klausa dalam kontrak setelah pemberitahuan sebelumnya. 32. Klausa yang memberikan lessor hak untuk memasuki tempat lessee untuk mengambil alih peralatan. 33. Klausa yang melindungi lessor terhadap setiap kerusakan yang dibuat di tempat lessee yang disebabkan karena penarikan peralatan. 34. Klausa yang memberikan lessor hak untuk mengenakan biaya yang berhubungan dengan penarikan peralatan, termasuk biaya hukum. 35. Klausa yang memberikan lessor hak untuk memperoleh kembali dari lessee setiap kerugian yang diperoleh ketika nilai pasar dari penarikan kembali peralatan lebih rendah dari kewajiban outstanding lessee. Berhubungan dengan hal tersebut, klausa yang menyatakan bagaimana nilai pasar terhadap peralatan tersebut akan ditentukan. 36. Klausa kontrak umum yang berhubungan dengan komunikasi dan tempat yuridikasi.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 31

PERBEDAAN PERJANJIAN LEASING DENGAN PERJANJIAN LAINNYA


Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan jenis-jenis alternatif pembiayaan; 2. menjelaskan pengertian jual beli, kredit (angsuran), sewa menyewa, ; 3. menjelaskan keuntungan dan kelemahan perjanjian leasing A. PERBEDAAN PERJANJIAN LEASING DENGAN PERJANJIAN SEJENIS Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan sewa beli. Secara lengkap disajikan dalam tabel dibawah ini:

Berikut perbedaan masing-masing secara spesifik 1. Perbedaan Leasing dengan Jual Beli
Perbedaan Leasing dengan Jual Beli Kriteria Objek Lessor sebagai Leasing Barang modal penyandang dana (Penengah Keuangan) Jual Beli Objek bendanya apa saja Lessor bukan penyandan dana

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 32

Harga Barang Hak milik

barang relative tinggi akan beralih jika hak opsi digunakan

Harganya lebih murah Hak milik akan beralih jika ada levering

2. Perbedaan Leasing dengan Kredit


Perbedaan Leasing dan Kredit Kriteria Objek barang Pemilik Barang Penjaminan resiko Jaminan Wanprestasi Lessor Resiko pada financial barang Barang modal Tidak ada Barang bergerak pengmbalian Ada pengembalian kelebihan harga barang kelebihan harga barang tetap / barang Leasing Menyewakan barang modal Kredit Objek bendanya apa saja Kreditur (pemberi kredit) dan Resiko pada financial

3. Perjanjian Sewa-Menyewa Perjanjian sewa-menyewa diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (pasal 1548 sampai dengan 1600). Menurut pasal 1548 pada pokoknya perjanjian sewa-menyewa adalah: a. Pihak yang menyewakan wajib menyediakan barang bagi pihak yang menyewa untuk dapat dinikmati kegunaannya oleh penyewa. b. Penyewa membayar imbalan jasa kepada pihak yang menyewakan. Sepintas lalu perjanjian sewa-menyewa mirip dengan unsur-unsur dalam perjanjian lease, tetapi apabila ditelaah dan diteliti lebih lanjut maka kedua perjanjian ini tidak sama, khususnya mengenai capital lease. Pokok perbedaannya adalah sebagai berikut:
No. 1. 2.

Leasing
Merupakan suatu metode pembiayaan.

Sewa-Menyewa Bukan merupakan suatu metode pembiayaan.

Lessor adalah badan penyedia dana Yang menyewakan barang dapat menjadi dan lessor pemilik barang yang di pemilik, tetapi dapat juga bukan. lease.

3. 4.

Objek leasing berupa barang modal. Risiko yang terjadi

Objek sewa menyewa tidak selalu barang modal.

seluruhnya Risiko yang terjadi pada sewa- menyewa

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 33

ditanggung lessee. 5. Imbalan jasa yang diterima lessor adalah berupa tebusan berkala harga perolehan barang. 6.

ditanggung pihak pemberi sewa. Imbalan jasa yang diterima oleh yang menyewakan barang berupa uang sewa. waktu sewa-menyewa tidak

Jangka waktu leasing ditentukan dalam Jangka perjanjian tertentu. leasing selama

waktu ditentukan.

Tergantung

kesanggupan

penyewa untuk membayar uang sewa. Kewajiban penyewa hanya ada bila si penyewa dapat menikmati barang yang

7.

Kewajiban lessee untuk membayar imbalan jasa tidak berhenti walaupun musnah.

barang yang menjadi objek lease disewa.

(Achmad Anwari, 2007: 16) 4. Perjanjian Sewa Beli dan Jual Beli dengan Angsuran Menurut keputusan menteri perdagangan dan industri nomor 343/KP/ II/80 tanggal 1 Februari 1980 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran (credit sale) dan sewa (renting).: a) Sewa beli adalah jual beli barang di mana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli yang dengan pelunasan atas barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harga yang dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. b) Jual beli angsuran, adalah jual beli dengan angsuran adalah jual beli di mana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Perbedaan leasing dengan sewa beli dan jual beli dengan angsuran adalah sebagai berikut: No.
1.

Leasing
dana dan membiayai seluruh pembelian barang tersebut

Sewa beli dan jual beli angsuran


dibayar oleh pembeli. Jangka waktu dalam perjanjian sewa

Lessor adalah pihak yang menyediakan Harga pembelian barang sebagian

2.

Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 34

dengan barang.

perkiraan

umum

kegunaan

beli dan jual beli angsuran tidak memperhatikan baik pada perkiraan umur kegunaan barang maupun kemampuan harga barang. pembeli mengangsur

3.

Pada akhir masa leasing, lessee dapat menggunakan hak opsinya.

Pada akhir masa perjanjian, hak milik barang dengan sendirinya beralih kepada pembeli.

(Achmad Anwari 2007: 18) B. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN LEASING Manfaat dan kelebihan dari kegiatan atau sewa guna usaha/leasing antara lain sebagai berikut: 1. Pembiayaan Penuh Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai berkembang. 2. Lebih Fleksibel Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease. Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian, perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee. 3. Sumber Pembiayaan Alternatif Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 35

menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada. 4. Off Balance Sheet Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain, tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet financing. 5. Arus Dana Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi. 6. Proteksi Inflasi Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 36

7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan barang yangserupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama. 8. Sumber Pelunasan Kewajiban Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi. 9. Kapitalisasi Biaya Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing. 10. Risiko Keusangan Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan (obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi. 11. Kemudahan Penyusutan Anggaran Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee. 12. Pembiayaan Proyek Skala Besar Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 37

diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian. 13. Meningkatkan Debt Capacity Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan debt equity ratio yang mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan. 14. Pembiayaan dalam waktu yang cepat Leasing/sewa guna usaha dapat dijadikan sebagai salah satu sumber dana bagi pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan membayar sewa. 15. Menghemat dalam hal pengeluaran dana tunai. Dengan perjanjian leasing/sewa guna usaha, posisi keuangan perusahaan akan terasa lebih ringan dibanding dengan membeli secara tunai. 16. Mempunyai keunggulan alternative baru bagi pembiayaan di luar sistem perbankan. Misalnya : Proses pengadaan peralatan modal relative lebih cepat dan tidak memerlukan jaminan kebendaan, prosedurnya sederhana dan tidak ada keharusan melakukan studi kelayakan yang memakan waktu lama. Pengadaan kebutuhan modal alat alat berat dan mahal dengan teknologi tinggi amat meringankan terhadap kebutuhan cash flow-nya mengingat system pembayaran cicilan berjangka panjang. Posisi cash flow perusahaan akan lebih baik dan biaya biaya modal menjadi lebih murah dan menarik. Perencanaan keuangan perusahaan lebih mudah dan sederhana. Namun dibalik keuntungan, leasing juga memiliki kelemahan sebagai berikut: 1. Tidak ada kepemilikan, maka sewaktu-waktu kita tidak dapat menjualnya jika dibutuhkan. Opsi pembelian ada pada akhir kesepakatan, namun biasanya mahal. 2. Pengeluaran jangka panjang, karena harus menanggung biaya risiko, biaya asuransi dan pajak. Sehingga selama beberapa tahun periode leasing, kita harus menanggung biaya tinggi leasing tanpa benar-benar memiliki barang tersebut.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 38

3. Biaya bunga atas lease biasanya lebih tinggi dari pada biaya bunga atas hutang 4. Bila aktiva kembali pada lessor pada akhir masa sewa, lesse harus mencari kontrak lease baru atau membeli aktiva pada harga yang lebih tinggi yang berlaku kini 5. Penyewa (lesse) bisa jadi terpaksa menggunakan aktiva yang sudah tidak lagi baru 6. Penyewa (lesse) tidak dapat memperbaiki/meningkatkan kinerja mesin/aktiva yang disewanya tanpa seizin dari lessor

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 39

PEMBAYARAN ANGSURAN SEWAGUNA USAHA (LEASE PAYMENT)

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan konsepsi pembayaran angsuran leasing; 2. menjelaskan persoalan hokum perjanjian leasing, ; 3. menjelaskan sumber-sumber pendanaan leasing; A. KONSEPSI ANGSURAN SEWA GUNA USAHA (LEASE PAYMENT) Pengaruh finansial yang timbul dari transaksi leasing adalah berapa besarnya uang sewa atau angsuran yang harus dibayar kepada lessor sampai akhir periode kontrak. Besarnya angsuran sewa atau lease payment yang dibayarkan lessee merupakan penjumlahan dari bunga dan cicilan pokok atau dengan kata lain angsuran leasing terdiri dari unsur bunga dan pokok. Besarnya lease payment setiap periode ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Nilai Barang Modal. Nilai barang modal pada prinsipnya merupakan penjumlahan harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir periode kontrak. Nilai tersebut merupakan pula nilai kontrak leasing. b. Simpanan Jaminan. Simpanan jaminan atau security deposit dalam transaksi jual beli biasa fungsinya barangkali dapat dikatakan sebagai uang jaminan atau uang muka lessee atas suatu kontrak leasing. Besarnya simpanan jaminan ini tergantung pada kesepakatan antara lessor dengan lessee. Namun umumnya, simpanan jaminan tersebut besarnya berkisar l0%-20% dari harga barang. Hal tersebut berarti pembiayaan bersih lessor berkisar antara 80%-90%. Dalam hubungannya dengan pembayaran sewa, semakin besar simpanan jaminan, semakin kecil pembayaran sewanya. c. Nilai Sisa. Nilai sisa atau residual value adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang modal yang di-lease pada akhir masa kontrak. Pada akhir kontrak ini sering nilai sisa terse but jumlahnya relatif lebih besar terutama apabila umur ekonomis barang modal yang di-lease-kan tersebut melebihi jangka waktu kontrak. Metode apa pun yang dipilih atau digunakan dalam menentukan pembayaran uang sewa guna usaha, nilai sisa barang modal yang diperkirakan di akhir kontrak merupakan hal yang penting dipertimbangkan untuk menetapkan harga dari setiap jenis sewa guna usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa merupakan sumber utama pemasukan bagi lessor. Semakin tinggi perkiraan nilai sisa, semakin kecil pembayaran sewa
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 40

yang dikenakan lessor. Misalnya, apabila lessor memperkirakan akan menjual barang modal pada akhir jangka waktu kontrak leasing sebesar 10% dari total harga, berarti lessor hanya membutuhkan 90% dari harga barang tersebut melalui pembayaran sewa. d. Jangka Waktu.. Jangka waktu yang umum dilakukan di Indonesia berkisar antara 2 sampai 5 tahun. Semakin lama jangka waktu lease ini semakin rendah pula pembayaran sewa. Pada akhir jangka waktu leasing, lessor memberikan kesempatan pada lessee untuk memilih salah satu dari 3 alternatif berikut: 1) Mengembalikan barang modal tanpa timbul kewajiban, kecuali mungkin biaya pembongkaran (deinstallation) dan biaya transportasi bila ada. 2) Membeli barang modal dengan harga yang ditetapkan berdasarkan tafsiran harga pasar pada akhir kontrak (fair market value purchase option) atau membeli barang tersebut berdasarkan perjanjian yang disetujui pada awal, kontrak (fixed purchase option). 3) Memperpanjang jangka waktu leasing dengan harga yang ditentukan kembali. e. Tingkat Bunga. Tingkat bunga yang umum digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang dihitung berdasarkan besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diinginkan lessor. Tingkat keuntungan ini sering juga disebut spread. Biaya dana lessor dihitung berdasarkan tingkat bunga (prime rate) yang diberikan bank. Spread sesungguhnya bukanlah merupakan total keuntungan lessor karena dalam spread sebenarnya termasuk pula antara lain unsur biaya overhead. Metode Pembayaran leasing dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu: 1. Pembayaran dimuka Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi angsuran ini hanya mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikenakan bunga Misalnya: kontrak leasing dilakukan pada tanggal 1 Maret 2007 jangka waktu 12 bulan pembayaran sewa pertama 1 Maret 2007 2. Pembayaran di belakang Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada bulan berikutnya, sehingga angsuran mengandung unsur bunga dan cicilan pokok Misalnya: kontrak leasing dilakukan pada tanggal 1 Maret 2007 jangka waktu 12 bulan pembayaran sewa pertama 1 April 2007

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 41

B. PERSOALAN HUKUM DAN LEASING BERMASALAH Penyelesaian Masalah Hukum Dalam Perjanjian Leasing Jika timbul masalah hukum antara lessor dan lessee, tersedia beberapa cara untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain sebagai berikut: a. Upaya non legal Yaitu upaya-upaya sah yang tidak menggunakan pendekatan hukum untuk menyelesaikan persoalan hukum, misalnya menggunakan bantuan pihak ketiga yang dihormati sebagai mediator untuk merundingkan penyelesaian persoalan. b. Upaya legal Yaitu upaya-upaya yang menggunakan pendekatan, terminologi dan ukuran-ukuran hukum. Upaya legal dibedakan dalam dua macam yaitu: 1) Upaya non litigasi, yaitu upaya legal diluar atau sebelum adanya proses penyelesaian formal melalui institusi penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, badan peradilan) atau arbitrase, termasuk teguran (sommatie) dan negosiasi diluar atau sebelum memasuki proses legal formal. 2) Upaya litigasi yaitu upaya penyelesaian melalui proses formal di muka instansi penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, lembaga peradilan) atau arbitrase. Deteksi Kredit (Leasing) Bermasalah Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh lessor dalam rangka deteksi leasing bermasalah yaitu: a. Monitoring aktivitas lessee b. Monitoring pembayaran lessee:

lessee membayar langsung kepada lessor lessor mengirimkan kuitansi penagihan lessor meminta lessee membuat standing order kepada bank lessee untuk mentransfer sejumlah dana setiap bulan kepada rekening lessor. lessee menyerahkan post dated check atau bilyet giro mundur senilai sewa per bulan sesuai dengan jumlah jatuh tempo pambayaran

Faktor Penyebab Macetnya Pembiayaan Leasing Faktor-faktor yang dapat menyebabkan macetnya pembiayaan leasing : a. Faktor internal meliputi:

mismanagement over investment karena terlalu ekspansif ;


Modul: Sewa Guna atau Leasing | 42

over financing sehingga leverage lessee menjadi sangat besar perselisihan keluarga/pemegang saham Regulasi atau deregulasi Pasar lesu yang berkepanjangan Bencana alam Perubahan teknologi untuk industri yang terkait

b. Faktor eksternal meliputi:


Penanganan Kredit (Leasing) Bermasalah Langkah-langkah penanganan yang dapat dilakukan lessor dalam hal pembiayaan leasing yaitu: a. surat menyurat: surat pemberitahuan, surat peringatan b. negosiasi: rescheduling, penyerahan kembali obyek leasing c. repossission yaitu pengambilalihan obyek leasing secara paksa dari lessor apabila semua usaha telah ditempuh. Dalam proses repossission ini perlu diperhatikan: membuat salinan seluruh data dan dokumen perjanjian mempersiapkan teknisi dan peralatan khusus, jika diperlukan laporkan maksud dan tujuan kepada pihak berwajib dan perangkat warga setempat, bila situasi memungkinkan d. Upaya hukum melalui pengadilan C. PENDANAAN LEASING Kesalahan Persepsi Terhadap Leasing Ada beberapa kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam pembiayaan leasing yaitu: a. Leasing tidak memerlukan tambahan jaminan (collateral). Untuk jenis barang modal tertentu lessor tetap membutuhkan adanya jaminan tambahan sebagai upaya lessor meng-cover jumlah pembiayaan yang diberikan kepada lessee. Misalnya, peralatan yang memiliki spesifikasi khusus yang digunakan untuk industri tertentu saja sehingga akan menyulitkan lessor untuk menjualnya kembali apabila terjadi wanprestasi kemudian dilakukan repossission. b. Kontrak lease dapat dibatalkan (cancellable) setiap saat. Kontrak sewa guna usaha pada dasarnya tidak dapat dibatalkan (non cancellable) sepihak. Kalaupun terjadi pembatalan kontrak atas persetujuan kedua pihak, lessor biasanya meminta persyaratan tertentu. c. Leasing dianggap sebagai kredit biasa
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 43

Setiap kontrak leasing melibatkan 3 pihak dan selalu ada barang yang menjadi obyek perjanjian. Obyek leasing secara hukum adalah milik lessor, sementara lessee memiliki kewajiban membayar sejumlah sewa sampai berakhir masa kontrak untuk kemudian mempergunakan hak opsinya. Jadi berbeda dengan transaksi kredit perbankan. Sumber Pendanaan Lessor (Funding) Sumber dana perusahaan pembiayaan sangat terbatas yaitu sebagai berikut: a. Sumber dana internal yang berasal dari:

net worth collection dari customer subordinated loan intial public offering (IPO) right issue on share loan: rupiah atau valas, pinjaman melalui sindikasi, atau bilateral, baik committed or uncommitted. offshore loan: valas, melalui sindikasi dengan commited atau dengan cara penerbitan obligasi.

b. Sumber dana eksternal yaitu melalui pinjaman perbankan atau lembaga keuangan berupa:

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pendanaan Perusahaan Pembiayaan sebagai Lessor a. manajemen perusahaan b. pemilik/group perusahaan c. financial performance: asset and profitability growth d. prospek usaha e. peraturan pemerintah Jangka Waktu Sumber Dana. Sumber dana perusahaan pembiayaan yang antara lain melakukan kegiatan leasing berdasarkan jangka waktu jatuh temponya terdiri dari: a. Short term c. Long term : 1 tahun atau kurang : 5 tahun ke atas b. Medium term : I s/d 5 tahun

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 44

Rasio Keuangan Calon Lessee Sebagaimana halnya dengan pihak kreditur lain, lessor perlu melakukan penilaian terhadap beberapa rasio keuangan utama terhadap calon lessee. Analisis keuangan ini perlu dilakukan untuk memperkecil potensi terjadinya leasing bermasalah. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan calon lessee antara lain sebagai berikut: a. debt to equity ratio b. debt to total assets c. return on equity d. return on assets e. net profit margin (net income/total income) f. interest coverage (EBIT/interest)

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 45

AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan konsepsi akuntansi leasing; 2. melakukan pencatatan transaksi leasing, ; 3. melakukan perhitungan pembayaran leasing; B. KONSEP SEWA GUNA USAHA (Efraim Ferdinan Giri, 2007 : 157) Akuntansi transaksi sewa guna usaha (SGU) atau leasing lebih diatur dalam PSAK No. 30. Sewa guna usaha atau leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Jenis Barang Golongan I Jangka Waktu 2 Tahun Mobil, Contoh: minibus, mebel Tarif Penyusutan dan 50 %

peralatan kantor dari kayu, mesin pertanian (huller, pemecah kayu) Golongan II 3 Tahun Mebel dan peralatan kantor dari 25 % logam, truk dan alat berat mesin yang Golongan III 3 Tahun tidak terpasang permanen/tertanam kapal 100 dwt Mesin berat yang terpasang secara 10 % permanen, dwt Tanah dan Bangunan 7 Tahun 5% lokomotif, gerbong kereta api, pesawat terbang > 100

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 46

Ada dua pihak yang berhubungan dalam transaksi ini, yaitu: lessor dan lessee. Berdasarkan SKB Menteri diatas, ada beberapa jenis SGU atau leasing, yaitu: (1) Finance Lease, (2) Operating Lease, (3) Sales Type Lease, dan (4) Leveraged Lease. Dalam Finance Leasing terdapat ketentuan pengenaan pajak sebagai berikut: 1. Tidak dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) 2. Tidak dikenakan PPh pasal 23, sedangkan pada Operating Leasing tidak berlaku pajak Fleksibilitas dalam Leasing Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam memenuhi berbagai kebutuhan pihak lessee. Fleksibilitas leasing sebagai sumber pembiayaan antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Step Lease yaitu suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee melakukan pembayaran baik dalam rangka untuk meningkatkan (step-up lease) maupun untuk mengurangi atau menurunkan (step-down lease) jangka waktu leasing, guna mengatasi keterbatasan arus kas lessee. b. Skipped Payment Lease yaitu suatu perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki pihak lessee untuk melakukan pembayaran selama pada periode atau bulan-bulan tertentu setiap tahunnya. Skipped payment lease distruktur untuk memenuhi kebutuhan musiman atau untuk mengatasi masalah arus kas yang sedang dihadapi oleh lessee.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 47

c.

Swap Lease Swap lease memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang di-lease apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan perbaikan dan penggantian komponen tertentu. Penukaran dengan barang lain yang sejenis selama barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan biaya pemeliharaan dan penundaan.

d. Upgrade Lease Leasing dengan cara ini memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lessee yang memungkinkan meminta tambahan barang leasing guna meningkatkan kapasitas atau efisiensi. Upgrade lease dapat pula dilakukan dengan menukar barang atau peralatan yang di-lease dengan peralatan yang sejenis tetapi lebih canggih akibat terjadinya perkembangan teknologi. e. Master Lease Master lease merupakan suatu cara leasing di mana lessor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee untuk menambah barang atau peralatan untuk di-lease (sampai maksimum jumlah clan periode tertentu), dengan persyaratan yang sama seperti kontrak sebelumnya, tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing baru. f. Short-term or Experimental Lease Kadang-kadang perjanjian atau kontrak leasing dilakukan dengan jangka waktu yang relatif pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang di lease. Selama jangka waktu percobaan tersebut lessee akan memutuskan apakah barang yang bersangkutan akan di-lease sampai jangka waktu yang diinginkan dan yang lebih penting apakah barang tersebut memberikan dan meningkatkan keuntungan lessee. Hal tersebut akan menghilangkan risiko spekulasi bagi lessee dalam usaha memperoleh suatu barang. C. ISI KONTRAK SEWA GUNA USAHA (Efraim Ferdinan Giri, 2007: 157 - 158) Isi kontrak sewa guna usaha sangat bervariasi, sesuai dengan kesepakatan lessor dan lessee. Namun secara umum, ketentuan SGU mencakup beberapa hal, yaitu: (a) jangka waktu SGU, (b) jumlah bayaran periodic, (c) kewajiban pajak, asuransi dan pemeliharaan (executory cost), (d) batasan, (e) ketentuan tidak dapat dibatalkan atau dibatalkan sebelum jangka waktu SGU berakhir, dan (f) alternatif bagi lessee untuk membeli atau memperpanjang jangka waktu SGU.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 48

D. AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA OLEH LESSEE (Efraim Ferdinan Giri, 2007: 158 - 163) Menurut FASB Statement No. 13, Accounting for Lease, jika perjanjian SGU (saat inception of lease) memenuhi satu atau lebih kriteria dari empat kriteria berikut ini, SGU harus diklasifikasikan sebagai capital lease. Kriteria tersebut adalah: 1. Ada pemindahan kepemilikan kepada pihak lessee 2. Ada opsi membeli bagi lessee pada akhir masa SGU 3. Jangka waktu SGU adalah sama dengan 75% atau lebih taksiran umur ekonomis aktiva SGU dan 4. Present value (PV) pembayaran SGU minimum (selain executory cost) sama atau lebih dari 90% nilai wajar aktiva SGU. Jika perjanjian SGU tidak memenuhi salah satu kriteria di atas, maka SGU diakui sebagai operating lease. Menurut PSAK No. 30, Akuntansi Sewa Guna Usaha, disebutkan bahwa suatu transaksi SGU akan diklasifikasikan sebagai capital lease, jika memenuhi semua kriteria berikut: 1. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva sewa guna usaha pada akhir masa lease, dengan harga yang telah disetujui bersama saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha 2. Seluruh pembayaran berkala dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah nilai residu mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease) 3. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. 1. Peristilahan penting dalam pembayaran leasing Pembayaran SGU Minimum (PSM) PSM adalah pembayaran yang merupakan kewajiban lessee yang harus dilaksanakan atau dapat diharapkan terlaksana dalam hubungannya dengan aktiva sewa guna usaha. PSM meliputi: (a) pembayaran sewa minimum (minimum rental payment), (b) nilai residu terjamin (guaranted residual value), (c) denda terhadap pelanggaran kesepakatan (penalty), dan (d) opsi untuk perhitungan pembayaran SGU minimum.

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 49

Nilai residu terjamin (guaranted residual value). Nilai residu adalah taksiran nilai wajar (pasar) aktiva sewa guna usaha pada akhir SGU. Lessor seringkali memindahkan risiko kerugian kepada lessee atau pihak ketiga melalui taksiran nilai residu terjamin.

Denda terhadap pelanggaran (penalty). Jumlah terutang yang dibebankan kepada lessee, jika ada ketentuan mengenai pembaruan atau pemerluasan kontrak yang dialnggar oleh lessee.

Opsi untuk membeli (bargain purchase option). Opsi yang diberikan kepada lessee untuk membeli property SGU pada akhir jangka waktu SGU dengan harga yang lebih rendah dari nilai wajar yang diharapkan.

Executory cost (EC) adalah pengeluaran-pengeluaran yang layaknya dikeluarkan


untuk suatu aktiva selama umur ekonomis aktiva tersebut, seperti asuransi, pemeliharaan dan pajak. EC harus dikeluarkan dari perhitungan nilai sekarang pembayaran SGU minimum, sebab item tersebut tidak menunjukkan pembayaran atau reduksi terhadap kewajiban.Perhitungan nilai sekarang pembayaran lease minimum menggunakan tarif bunga pinjaman inkrimental yang ditentukan oleh lessee (lessees incre,emtal borrowing rate).

Tingkat bunga ini adalah tingkat bunga yang ditetapkan pada inception of lease, jika terjadi jika lessee meminjam dana untuk membeli aktiva SGU. Namun, jika (a) lessee mengetahui tingkat bunga implisit yang digunakan oleh lessor, dan (b) tingkat bunga ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga inkrimental lessee, maka lessee harus menggunakan tingkat bunga implicit lessor.

Tingkat bunga implisit adalah tingkat bunga yang jika diterapkan pada pembayaran lease minimum dan nilai residu yang tidak dijamin menyebabkan nilai tunainya sama dengan nilai wajar aktiva SGU.

Ada dua alasan penggunaan tarif ini, yaitu: lebih realistik dan untuk menjamin bahwa lessee tidak menghindari pengkapitalisasian aktiva SGU dan utang terkait. 2. Pencatatan Jurnal Transaksi Leasing a. Jurnal yang perlu dibuat pada tanggal 1 Januari Aktiva SGU Capital Lease Utang SGU Rp. xxx Rp. xxx

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 50

b.

Jurnal untuk mencatat pembayaran lease (pembayaran dimuka) pada tanggal 1 Januari Biaya pajak kekayaan Utang SGU Kas Rp. xxx Rp. xxxx Rp. xxxx Rp. xxxx Utang SGU Rp. xxxx Rp. xxxx Rp. xxxx Rp. xxxx Rp. xxxx

c.

Jurnal yang perlu dibuat lessee pada tanggal 31 Desember Biaya Bunga

d.

Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya Biaya pajak kekayaan Biaya Bunga Utang SGU Kas

Contoh : Akuntansi SGU Capital oleh Lessee Pada tanggal 1 Januari 2007, PT. Rima (lessor) dan PT. Rina (lessee) menandatangani perjanjian SGU. Ketentuan-ketentuan SGU yang telah disepakati, sebagai berikut: (1) Jangka waktu SGU adalah 5 tahun. Perjanjian SGU tidak dapat dibatalkan. Pembayaran sewa tahunan dimulai awal tahun (dasar anuitas) masing-masing sebesar Rp. 51.963,24 (2) Nilai wajar aktiva SGU adalah Rp. 200.000 dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun, tanpa nilai residu (3) PT. Rina membayar secara langsung pajak kekayaan Rp. 4.000 per tahun, (4) Perjanjian SGU tidak berisi opsi untuk memperbarui dan lessee diharapkan mengembalikan aktiva SGU kepada lessor pada akhir masa SGU (5) Tingkat bunga sebesar 11% per tahun (6) Lessee mendepresiasi aktiva serupa dengan dasar garis lurus (7) Lessor menentukan sewa tahunan untuk mendapatkan tingkat return sebesar 10% per tahun; kondisi ini diketahui oleh lessee Jawab Berdasarkan kondisi di atas perjanjian SGU memenuhi klasifikasi sebagai capital lease, sebab memenuhi kriteria: (1) jangka waktu lease 5 tahun; umur ekonomis aktiva SGU 5 tahun; memenuhi uji periode 75% (2) nilai sekarang pembayaran lease minimum melebihi 90% dari nilai wajar aktiva SGU. Jumlah pembayaran lease minimum = Rp. 51.963,24 x 5
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 51

= Rp. 259.816,20 Jumlah kapitalisasi aktiva SGU sama dengan nilai tunai pembayaran lease minimum dengan mengeluarkan jumlah kos eksekutori (Rp. 4.000). Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga implisit (lessor) sebesar 10%. Jumlah Kapitalisasi = (Rp. 51.963,24 Rp. 4.000) x PV Anuity due; (5 tahun; i = 10%) = Rp. 47.963,24 x 4,16986 = Rp. 200.000 Jurnal yang perlu dibuat PT Rina (lessee) pada tanggal 1 Januari 2007 adalah: Aktiva SGU Capital Lease Utang SGU Rp. 200.000 Rp. 200.000

Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pada tanggal 1 Januari 2007 adalah: Biaya pajak kekayaan Utang SGU Kas Rp. 4.000. 47.9634,24 Rp. 51.963,24

Total bunga yang dibayar selama jangka waktu SGU adalah Rp. 59.816,20 merupakan beda antara nilai tunai pembayaran sewa (Rp. 200.000,00) dengan kas atual yang dikeluarkan (Rp. 259.816,20). Berdasarkan metode bunga efektif, maka biaya bunga tahunan merupakan fungsi utang SGU yang beredar, seperti tampak pada table berikut: Tanggal 1/1/97 1/1/97 1/1/98 1/1/99 1/1/00 1/1/01 Total 51.963,24 51.963,24 51.963,24 51.963,24 51.963,24 Rp. 259.816,20 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 Rp. 20.000,0 15.203,68 11.927,17 8.324,72 4.360,26 Rp. 39.816,20 47.963,24 32.759,56 36.035,52 39.639,07 43.602,61 Rp. 200.000,Sewa Tahunan (a) Kos Eksekutori Biaya Bunga (b) 10% Amortisasi Utang SGU (d) Rp. 2000.000,00 152.036,76 119.277,20 83.241,68 43.602,61 0,00 Utang SGU (e)

Keterangan: a. Pembayaran lease oleh lessee b. Kos eksekutori termasuk dalam pembayaran lease
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 52

c. 10% dari Saldo Utang SGU sebelumnya d. (a) minus (b) dan (c) e. Saldo sebelumnya minus (d) Pada tanggal 31 Desember 2007, PT Rina mengakui biaya bunga terutang dan jurnal yang perlu dibuat adalah: Biaya Bunga Utang Bunga Rp. 15.203,68 Rp. 15.203,68

Mencatat depresiasi aktiva SGU selama jangka waktu SGU 5 tahun yang ditentukan dengan metode garis lurus: Biaya Depresiasi SGU CL (Rp. 200.000 / 5 tahun) Jurnal untuk mencatat pembayaran lease 1 Januari 2008, sebagai berikut: Biaya Pajak Kekayaan Biaya Bunga Utang SGU capital lease Kas Rp. 4.000 Rp. 15.203,68 Rp. 32.759,56 Rp. 51.963,24 Rp. 40.000 Rp. 40.000 Akumulasi Depresiasi CL

Jika pada akhir jangka waktu SGU, lessee tidak menggunakan opsi membeli aktiva SGU, maka aktiva tersebut harus dikemabalikan kepada lessor. Selanjutnya, semua rekening yang berhubungan dengan transaksi SGU harus ditutup. Sebaliknya, jika lessee menggunakan opsi untuk membeli aktiva SGU dengan harga Rp. 10.000 dan taksiran umur ekonomis menjadi 7 tahun, maka jurnal yang perlu dibuat adalah: Altiva Peralatan (Rp. 200.000 + Rp. 10.000)Rp. 210.000 Akumulasi depresiasi capital lease Aktiva SGU capital lease Akumulasi depresiasi peralatan Kas Contoh : Akuntansi SGU Operasi oleh Lessee Berdasarkan metode ini, biaya sewa diakui selama jangka waktu aktiva SGU dimanfaatkan. Pengakuan terutang perlu dibuat, jika periode akuntansi berakhir diantara tanggal pembayaran.
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 53

Rp. 200.000 Rp. 200.000 Rp. 200.000 Rp. 10.000

Dengan menggunakan ilustrasi di atas, maka jurnal yang perlu dibuat pada tanggal 1 Januari 2007 adalah: Biaya Sewa Kas Rp. 51.963,24 Rp. 51.963,24

Jika metode capital lease diterapkan, maka jumlah utang yang dilaporakan akan meningkat, jumlah aktiva akan meningkat, dan laba/rugi akan menurun pada awal periode perjanjian AGU. E. AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA OLEH LESSOR (Efraim Ferdinan Giri, 2007 : 163 - 167) Ada tiga manfaat sewa guna usaha bagi lessor, yaitu: (a) pendapatan bunga, (b) intensif pajak dan (c) nilai residu yang tinggi. Lessor menentukan jumlah sewa dengan mempertimbangkan rate of return, jangka waktu SGU, status nilai residu (dijamin atau tidak dijamin) dan kapasitas lessee. Dengan menggunakan ilustrasi lessee di atas, jumlah pembayaran sewa ditentukan lessor sebagai berikut: Nilai Wajar Aktiva SGU (-) Nilai Sekarang dari nilai residu Jangka waktu SGU 5 tahun; tingkat return 10% dan pembayaran sewa awal tahun (Rp. 200.000 : 4,16986) Rp. 47.963,24 1. Klasifikasi Sewa Guna Usaha oleh Lessor Dari sudut pandang lessor, akuntansi SGU dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. SGU Operasi (operating lease) b. SGU Pembiayaan (direct financing lease) c. AGU Bertipe Penjualan (sales type lease) a. SGU Pembiayaan Ada beberapa informasi yang diperlukan untuk mencatat SGU pembiayaan, yaitu (1) investasi bruto (gross investement), (2) pendapatan SGU yang belum diakui (unearned interest revenue) dan (3) investasi neto (net investement) dan item-item yang lain. PSAK No. 30 memberikan definisi sebagai item diatas, sebagai berikut: Rp. 200.000 0

Jumlah yang dapat diperoleh Lessor dari SGU Rp. 200.000

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 54

1) Invesmen neto dalam aktiva SGU harus diperlakukan dan dicatat sebagai investasi neto SGU. Item ini terdiri dari piutang SGU ditambah nilai sisa yang akan diterima oleh perusahaan SGU (Lessor) pada akhir masa SGU dikurangi dengan pendapatan SGU yang belum diakui (unearned revenue) dan simpanan jaminan (security deposit). 2) Pendapatan SGU yang belum diakui adalah selisih antara piutang SGU (gross investement) ditambah nilai sisa (nilai opsi) dengan kos aktiva SGU 3) Pendapatan SGU yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala (periodic rate of return) atas investasi neto perusahaan SGU 4) Apabila perusahaan SGU menjual barang modal kepada Penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa SGU, maka perbedaan antara harga jual dengan investasi neto SGU saat penjualan harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan 5) Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi SGU harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan Pencatatan Jurnal Transaksi Leasing a. Jurnal untuk mencatat transaksi SGU dan timbulnya piutang serta pendapatan yang belum diakui tanggal 1 Januari Piutang SGU Peralatan Pendapatan belum diakui SGU Rp. xxxx Rp. xxxx Rp. xxxx

b. Jurnal untuk mencatat transaksi SGU pada tanggal 1 Januari dicatat pembayaran SGU pertama sebagai berikut Kas Piutang SGU Pajak Kekayaan Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx

c. Jurnal untuk mencatat transaksi SGU pada tanggal 31 Desember, mengakui pendapatan yang telah menjadi hak untuk tahun pertama: Pendapatan yang Belum Diakui-SGU Rp xxxx Pendapatan SGU Rp xxxx

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 55

Contoh Akuntansi oleh Lessor Informasi berikut berhubungan dengan transaksi SGU antara PT Rima (lessor) dan PT Rina (Lessee): (1) Jangka waktu SGU adalah 6 tahun. Perjanjian SGU tidak dapat dibatalkan. Pembayaran sewa tahunan dimulai awal tahun (dasar anuitas) masing-masing sebesar Rp. 54.746,77 termasuk didalamnya executory cost Rp. 4.000) (2) (3) (4) (5) (6) Kos aktiva SGU adalah Rp. 200.000 nilai wajarnya pada inception of the lease adalah Rp. 200.000 dengan taksiran umur ekonomis 6 tahun, tanpa nilai residu Tidak ada kos langsung awal yang terjadi sehubungan dengan negosiasi dan penghentian transaksi SGU Perjanjian SGU tidak berisi opsi untuk memperbarui dan lessee diharapkan mengembalikan aktiva SGU kepada lessor pada akhir masa SGU Keterkumpulan bayaran SGU terjamin secara layak dan tidak ada kos tambahan yang akan dikeluarkan oleh Lessor Lessor menentukan sewa tahunan untuk mendapatkan tingkat return sebesar 10% per tahun, kondisi ini diketahui oleh lessee Jawab Perhitungan pembayaran SGU tahunan dilakukan sebagai berikut: Nilai Wajar Aktiva SGU (-) Nilai Sekarang dari nilai residu Jumlah yang dapat diperoleh Lessor dari SGU Jangka waktu SGU 6 tahun; tingkat return 10% dan pembayaran sewa awal tahun (Rp. 200.000 : 4,79079) Transaksi SGU memenuhi kriteria SGU Pembiayaan, sebab (1) jangka waktu SGU melebihi 75% taksiran umur ekonomis aktiva SGU, (2) PV pembayaran lease minimum melampaui 90% nilai wajar aktiva SGU, (3) keterkumpulan bayaran terjamin secara layak, (4) tidak ada kos yang akan dikeluarkan oleh lessor. Transaksi ini merupakan bukan SGU bertipe pembiayaan, sebab tidak ada perbedaan antara nilai wajar aktiva SGU dengan kosnya. Piutang pembayaran SGU (gross investement) dihitung sebagai berikut: = pembayaran SGU minimum - executory cost yang dibayar oleh lessor+ nilai residu tidak dijamin
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 56

Rp. 200.000 0 Rp. 200.000 Rp. 45.746,77

= [(Rp. 47.746,77 Rp. 4.000) x 6] + 0 = Rp. 250.480,62 Pendapatan yang belum diakui dihitung sebagai berikut: = Piutang SGU Nilai wajar aktiva SGU = Rp. 250.480,62 Rp. 200.000 = Rp. 50.480,62 Jurnal untuk mencatat transaksi SGU dan timbulnya piutang serta pendapatan yang belum diakui dibuat jurnal sebagai berikut: Piutang SGU Peralatan Pendapatan belum diakui SGU Rp. 250.480,62 Rp. 200.000,00 Rp. 50.480,62

Pada tanggal 1 Januari 2007 dicatat pembayaran SGU pertama sebagai berikut Kas Piutang SGU Pajak Kekayaan Rp 45.746,77 Rp 41.746,77 4.000

Pada tanggal 31 Desember 2007, mengakui pendapatan yang telah menjadi hak untuk tahun pertama: Pendapatan yang Belum Diakui-SGU Rp 15.825,32 Pendapatan SGU
F. MENGHITUNG ANGSURAN LEASING

Rp 15.825,32

Pembayaran angsuran leasing memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Jumlah yang dibayarkan tiap periodenya sama. 2. Jangka waktunya sama. 3. Suku bunga yang diberlakukan tertentu. Oleh sebab itu, maka angsuran leasing dihitung berdasarkan rumus anuitas. Anuitas adalah suatu pembayaran yang jumlahnya sama, yang diterima atau dibayarkan pada tiap akhir periode dengan waktu yang sama untuk jumlah waktu tertentu. Sedangkan angsuran adalah suatu pembayaran

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 57

dengan jumlah tertentu, yang mungkin jumlahnya dapat berbeda dan waktu dapat tidak teratur. Tetapi pada anuitas jumlah pembayaran sama dan jangka waktu juga sama. Contohnya pada kredit yang diberikan pihak bank, kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor atau kredit barang elektronik. Besar anuitas adalah besarnya angsuran ditambah dengan bunga yang diperhitungkan.

Misal : Pak Thomas tiap bulan membayar kredit rumahnya yang terdiri dari angsuran sebesar Rp. 300.000,00 dan bunga sebesar Rp. 125.000,00, maka:anuitas yang dibayarkan adalah Rp. 425.000,00 (Rp.300.000,00 + Rp. 125.000,00). Artinya: anuitas kredit rumah yang harus dibayar Pak Thomas tiap bulan sebesar Rp. 425.000,00. Menghitung Besarnya Anuitas Untuk menentukan besarnya anuitas digunakan pula rumus sebagai berikut : atau

Agar lebih jelas menggunakan rumus tersebut perhatikan contoh berikut ! Josima meminjam uang dari Bank BRI sebesar Rp. 10.000.000,00 pembayaran dilakukan dengan cara anuitas dengan memperhitungkan bunga 2% per bulan. Pinjaman lunas selama 3 tahun dengan pembayaran bulanan. Berapa jumlah pembayaran (anuitas) yang harus dibayar Josima tiap bulan? Penyelesaian : Diketahui : M = Rp. 10.000.000,00 i = 2% per bulan n = 3 tahun = 36 bulan

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 58

Rumus

Maka :

Jadi, besarnya Anuitas adalah sebesar Rp. 329.328,53 Anuitas dan Pembulatan Bila diperhatikan perhitungan anutas sebelumnya nilai rupiah kurang realistis, karena hasilnya lebih dari dua angka dibelakang koma, sedangkan kenyataannya pembayaran dalam pecahan rupiah pun sulit dilakukan. Oleh karena itu agar hasilnya lebih realistis dilakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan dalam puluhan rupiah, ratusan rupiah atau ribuan rupiah baik keatas maupun kebawah. Misal nilai anuitas sebesar Rp. 16,461,721.82 dibulatkan sebagai berikut : Dalam puluhan rupiah menjadi Rp. 16.461.720,00 Dalam ratusan rupiah menjadi Rp. 16.461.700,00 Dalam ribuan rupiah menjadi Rp. 16.462.000,00 Akibat pembulatan tersebut akan terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran. Kelebihan atau kekurangan ini diperhitungkan pada pembayaran anuitas terakhir. Jadi besarnya Anuitas adalah sebesar Rp. 392.328,53 Agar lebih jelasnya, ikutilah contoh ini: Andra meminjam uang sebesar Rp. 50.000.000,00 pinjaman itu akan dilunasi dengan cara anuitas selama 2 tahun yang pembayarannya setiap 6 bulan. Bunga yang ditetapkan 24% per tahun. Hitunglah besarnya Anuitas yang dibulatkan dalam ratusan rupiah dan buatlah tabel rencana angsuran ! Penyelesaian : Diketahui : M = Rp. 50.000.000,00 i = 24% per tahun = 12% per 6 bulan (semester) n = 2 tahun = 4 semester

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 59

Rumus

Maka:

Dibulatkan menjadi Rp. 16.461.700,00 Membuat Rencana Angsuran

Untuk memastikan benar tidaknya perhitungan sebaiknya disusun rencana pelunasan angsuran anuitas sampai terakhir. Pada anuitas terakhir angsuran utang jumlahnya harus nol. Jika ternyata tidak nol berarti ada kesalahan atau selisih terjadi karena pembulatan. Agar lebih jelasnya, ikuti contoh berikut: Andra meminjam uang sebesar Rp. 50.000.000,00 pinjaman itu akan dilunasi dengan cara anuitas selama 2 tahun yang pembayarannya setiap 6 bulan. Bunga yang ditetapkan 24% per tahun. Hitunglah besarnya Anuitas dan buatlah tabel rencana angsuran !

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 60

Penyelesaian : Diketahui : M = Rp. 50.000.000,00 i = 24% per tahun = 12% per 6 bulan (semester) n = 2 tahun = 4 semester Rumus :

Maka

A = 16.461.761,82

Menentukan Angsuran Periode Tertentu Adakalanya kita ingin mengetahui, berapa angsuran pada periode tertentu. Besarnya angsuran pada periode tertentu dapat dihitung dengan rumus :

Atau menggunakan table rencana angsuran. Keterangan : an = Angsuran periode tertentu atau ke n A = Anuitas M = Jumlah uang yang dipinjam
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 61

= Suku bunga

n = Periode tertentu atau ke n Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut! Dini memperoleh kredit sebesar Rp. 8.500.000,00 yang dibayar secara anuitas selama 6 tahun dengan anuitas sebesar Rp. 2.246.000,00 maka besarnya angsuran ke 3 adalah. Penyelesaian : Diketahui : A = Rp. 2.246.000,00 M = Rp. 8.500.000,00 i = 15% per tahun n=3 Rumus :

Maka

: a3 = {2.256.000 (8.500.000 x 0,15)}(1 + 0,15)3-1

= (2.256.000 1.275.000) x (1 + 0,15)3-1 = 971.000 x 1,152 = 971.000 x 1.3225 = 1.284.147,50 Dengan table:

Menentukan Sisa Utang Periode Tertentu Adakalanya kita ingin mengetahui, berapa Sisa Utang pada periode tertentu. Besarnya sisa utang pada periode tertentu dapat dihitung dengan rumus :

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 62

Keterangan : a1 = Angsuran periode ke 1 = A - Mi A i = Anuitas = Suku bunga M = Jumlah uang yang dipinjam n = Periode tertentu atau ke n Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut! Dini memperoleh kredit sebesar Rp. 8.500.000,00 yang dibayar secara anuitas selama 6 tahun dengan anuitas sebesar Rp. 2.246.000,00 maka besarnya sisa utang ke 3 adalah... Penyelesaian : Diketahui : A = Rp. 2.246.000,00 M = Rp. 8.500.000,00 i = 15% per tahun n =3

Rumus Maka SU3

: : a1 = A Mi = 2.246.000 (8.500.000x0,15) =971.000

= 8.500.000 971.000{1 + (1 + 0,15)3-1 } = 8.500.000 971.000 {1 +(1,015)2 } = 8.500.000 971.000 { 1 + 2.4725} = 8.500.000 971.000 (3,4725) = 8.500.000 3.371.797,50 = 5.128.202,50 Dengan tabel :

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 63

Menentukan Bunga pada Periode tertentu Adakalanya kita ingin mengetahui, berapa Bunga pada periode tertentu. Besarnya bunga pada periode tertentu dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan : a1 = Angsuran periode ke 1 = A - Mi A = Anuitas M = Jumlah uang yang dipinjam i = Suku bunga n = Periode tertentu atau ke n Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut! Dini memperoleh kredit sebesar Rp. 8.500.000,00 yang dibayar secara anuitas selama 6 tahun dengan anuitas sebesar Rp. 2.246.000,00 maka besarnya bunga pada periode ke 3 adalah. Penyelesaian : Diketahui : A = Rp. 2.246.000,00 M = Rp. 8.500.000,00 i = 15% per tahun n =3 Rumus :

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 64

Maka Bunga 3

: a1 = A Mi

= 2.246.000 (8.500.000x0,15) = 971.000 = 2.246.000 - 971.000 ( 1 + 0,15) 3-1 = 2.246.000 971.000x 1,152 = 2.246.000 971.000x1.3225 = 2.246.000 1.284.147,50 = 961.852,50 Dengan tabel:

LATIHAN SOAL Soal 1 Pinjaman sebesar Rp 1.000.000,00 akan dilunasi secara anuitas Rp 319.777,84 per tahun dan suku bunga 18 % per tahun. Soal 2 Hutang sebesar Rp 100.000,00 akan dilunasi secara anuitas Rp 21.631,50 dengan suku bunga 8% per tahun. Jika angsuran terakhir Rp 20.029,20, berapa lama hutang tersebut akan dilunasi ? Buatlah tabel rencana angsurannya Hitung besarnya bunga pada akhir tahun ke-4

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 65

Soal 3 Hutang sebesar Rp10.000.000,00 akan dilunasi dengan 10 anuitas tahunan. Anuitas pertama dibayar setelah satu tahun. Dasar bunga 15 % per tahun. Tentukan : a. Besarnya Anuitas b. Besarnya sisa hutang pada akhir tahun ke-3 Soal 4 Perusahaan Xerox menandatangani sebuah perjanjian lease pada tanggal 1 Januari 2000 untuk menyewabelikan mesin fotocopy kepada Fotocopy WIMA Madiun. Masa lease yang tidak dapat dibatalkan ini adalah 5 tahun dan pembayaran diminta pada akhir setiap tahun. Informasi berikut berhubungan dengan perjanjian ini : 1. Fotocopy WIMA Madiun mempunyai opsi untuk membeli mesin itu dengan harga Rp 10.000.000 pada saat berakhirnya lease. 2. Mesin tersebut berharga perolehan dan nilai wajar sebesar Rp 160.000.000 bagi perusahaan Xerox; umur ekonomis yang bermanfaat adalah 5 tahun, dengan nilai sisa Rp 10.000.000 3. Fotocopy Wima Madiun diharuskan membayar Rp 5.000.000 setiap tahun kepada perusahaan Xerox untuk biaya pelaksanaan 4. Perusahaan Xerox ingin memperoleh hasil pengembalian sebesar 10% atas investasinya 5. Kolektibilitas pembayaran cukup dapat diprediksi dan tidak ada ketidakpastian yang penting mengenai biaya-biaya yang masih harus ditanggung oleh perusahaan Xerox. Dari data-data tersebut, a. Dikategorikan sebagai lease apa? b. Hitunglah 5 pembayaran lease periodik! c. Hitunglah pembayaran lease minimum! d. Hitunglah piutang pembayaran lease! e. Hitunglah pendapatan bunga yang diterima di muka! f. Hitunglah investasi bersih perusahaan Xerox! g. Buatlah jurnal saat lease terjadi 1 Januari 2000 untuk perusahaan Xerox! h. Pada masa akhir pembayaran lease, Fotocopy Wima Madiun menggunakan hak opsinya, buatlah jurnal penjualan itu untuk perusahaan Xerox!

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 66

DAFTAR PUSTAKA

Anwari, Achmad. 2007. Leasing Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. http://www.danatunai.org/p/sewa-guna-usaha-leasing.html Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tanggal 29 September 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan Rachmat Budi. 2004. Multi Finance Handbook (Leasing, Factoring, Consumer Finance). Jakarta : PT Pradnya Paramita. Riyanto Bambang. 2007. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Usman Marzuki. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Intermedia. Warsini Sabar. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1991. Manajemen Keuangan Edisi 8. Jakarta : Erlangga. Yeni Kwok. Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang dan Consumer Financing pada http://www.docstoc.com/docs/516548/SEWA-GUNA-USAHA-ANJAK-PIUTANGDAN-CONSUMER-FINANCING. Posted:16/4/2008

Modul: Sewa Guna atau Leasing | 67

SMK NEGERI 1 JOMBANG


Jl. Dr. Soetomo No. 1 Jombang Telp. 0321-81516 Fax. 0321-81180 Jombang Jawa Timur
Modul: Sewa Guna atau Leasing | 68

You might also like