You are on page 1of 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka seharihari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
(http://id.wikipedia.org)

Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan. Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya.
(Farida, 2000)

A. Parameter Fisik Kualitas Air Parameter fisik mendefinisikan sifat air dari penampakannya, rasa atau bau. Padatan tersuspensi, warna, rasa dan bau, suhu dan kekeruhan masuk dalam kategori ini. a. Padatan Tersuspensi Padatan tersuspensi dalam air dapat terdiri dari partikel anorganik dan organik atau zat cair yang tidak tercampur. Padatan anorganik seperti lumpur, lempung dan komponen tanah lain yang umum pada air permukaan. Bahan organik seperti serat tumbuhan dan padatan biologi (sel alga, bakteri, dll.) juga komponen umum dari air permukaan. Bahan-bahan ini adalah kontaminan yang secara alami dihasilkan dari aksi erosi aliran air dipermukaan. Karena kapasitas penyaringan tanah bahan tersuspensi jarang terdapat pada air tanah.

I-1

II-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Warna Air murni tidak berwarna, tapi air dialam sering berwarna oleh zat asing. Air yang warnanya sebagian disebabkan bahan tersuspensi dikatakan memiliki warna tampak (apparent color). Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang tersisa setelah penghilangan bahan tersuspensi dikenal sebagai warna sesungguhnya (true color). c. Rasa dan Bau Istilah rasa dan bau sendiri menentukan parameter ini. Karena sensasi rasa dan bau berhubungan sangat erat dan sering membingungkan, beragam rasa dan bau dihubungkan ke air oleh konsumen. Zat yang menghasilkan bau pada air hampir selalu memberikan rasa. Sebaliknya tidak benar, ketika banyak zat mineral menghasilkan warna tapi tidak bau. d. Suhu Suhu tidak digunakan untuk mengevaluasi secara lansung air minum atau limbah. Ini adalah salah satu parameter penting pada sistem air permukaan. Suhu pada air permukaan berpengaruh terhadap sejumlah besar spesies biologi yang ada dan kecepatan aktifitas mereka. Suhu mempunyai pengaruh pada banyak reaksi kimia yang terjadi disistem perairan alam. Suhu juga punya pengaruh nyata pada kelarutan gas dalam air. e. Kekeruhan Kekeruhan adalah ukuran pada tingkat dimana cahaya diserap atau dihamburkan oleh bahan tersuspensi dalam air. Karena penyerapan dan penghamburan dipengaruhi oleh ukuran dan sifat permukan bahan tersuspensi, kekeruhan bukanlah pengukuran kuantitatif langsung dari bahan tersuspensi. Contohnya, satu batu kerikil kecil dalam gelas air tidak akan menghasilkan kekeruhan. Jika batu ini dihancurkan menjadi beribu partikel kecil ukuran koloid, pengukuran kekeruhan akan dihasilkan, bahkan jika massa zat padat tidak berubah. Kekeruhan adalah ukuran pada tingkat dimana cahaya diserap atau dihamburkan oleh bahan tersuspensi dalam air. Karena penyerapan dan
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-2 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

penghamburan dipengaruhi oleh ukuran dan sifat permukan bahan tersuspensi, kekeruhan bukanlah pengukuran kuantitatif langsung dari bahan tersuspensi. Contohnya, satu batu kerikil kecil dalam gelas air tidak akan menghasilkan kekeruhan. Jika batu ini dihancurkan menjadi beribu partikel kecil ukuran koloid, pengukuran kekeruhan akan dihasilkan, bahkan jika massa zat padat tidak berubah. B.Parameter Kimia Kualitas Air Air disebut pelarut universal dan parameter kimia dihubungkan pada kemampuan pelarut air. Total padatan terlarut, alkalinitas, logam, zat organik dan nutrien adalah parameter kimia pada kualitas air. a. Total Padatan Terlarut Bahan terlarut dihasilkan dari aksi pelarut dari air pada zat padat, zat cair dan gas. Seperti bahan tersuspensi, zat terlarut mungkin zat organik atau anorganik. Zat anorganik yang mungkin terlarut dalam seperti mineral logam dan gas. Air mungkin berhubungan dengan zat ini di atmosfer, permukaan dan dalam tanah. Bahan dari hasil pembusukan tumbuh-tumbuhan, dari bahan organik dan dari gas organik adalah komponen yang umum terlarut dalam air. Kemampuan pelarut dari air membuatnya ideal dimana sampah dapat dibawa dari industri dan rumah tangga. b. Alkalinitas Alkalinitas didefinisikan sebagai jumlah ion-ion dalam air yang akan bereaksi untuk menetralkan ion hidrogen. Alkalinitas adalah pengukuran kemampuan air untuk menetralkan asam. Unsur pokok alkalinitas dalam sistem perairan termasuk CO32-, HCO3-, OH--, HSiO3-,H2BO3-, HPO42-, H2PO4-, HS- dan NH3. Senyawa-senyawa ini dihasilkan dari pelarutan zat mineral dalam tanah dan atmosfer. Posfat mungkin juga berasal dari deterjen dalam air limbah dan dari pupuk dan insektisida dari pertanian.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-3 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hidrogen sulfida dan amoniak mungkin dihasilkan dari dekomposisi mikrobial bahan organik. c. Logam Semua logam terlarut pada tingkat tertentu dalam air. Saat jumlah berlebihan logam menimbulkan bahaya pada kesehatan, hanya logam yang berbahaya dalam jumlah kecil yang dikatakan bersifat toksik; logam-logam lain masuk dalam kelompok nontoksik. Sumber logam dalam perairan termasuk pelarutan endapan dan limbah rumah tangga, industri atau limbah pertanian. Pengukuran logam dalam air biasanya dilakukan dengan spektrofotmeter serapan atom. d. Zat Organik Banyak bahan organik larut dalam air. Zat organik dalam perairan berasal dari sumber alami atau hasil dari aktifitas manusia. Sebagian besar zat organik alami terdiri dari hasil pembusukan padatan zat organik, sedang zat organik sintetik biasa hasil pembuatan dari limbah pertanian. Zat organik dalam air biasa dibagi dalam dua kategori: biodegradabel dan nonbiodegradabel. C. Kesadahan Air Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-4 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Untuk menghilangkan kesadahan sementara ataupun kesadahan tetap pada air yang anda gunakan di rumah dapat dilakukan dengan menggunakan zeolit. Anda cukup menyediakan tong yang dapat menampung zeolit. Pada dasar tong sudah dibuat keran. Air yang akan anda gunakan dilewatkan pada zeolit terlebih dahulu. Air yang telah dilewatkan pada zeolit dapat anda gunakan untuk keperluan rumah tangga, spserti mencuci, mandi dan keperluan masak. Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu anda gunakan adalah air sadar atau bukan dengan menggunakan sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air sadah, maka sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang anda gunakan adalah air sadah tetap. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. 1. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). 2. Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4).
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-5 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA (http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air)

Cara-cara penghilangan kesadahan: 1. Resin pengikat kation dan anion. Resin adalah zat polimer alami ataupun sintetik yang salah satu fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion tertentu. Secara teknis, air sadah dilewatkan melalui suatu wadah yang berisi resin pengikat kation dan anion, sehingga diharapkan kation Ca2+ dan Mg2+ dapat diikat resin. Dengan demikian, air tersebut akan terbebas dari kesadahan. 2. Zeolit memiliki rumus kimia Na2(Al2SiO3O10).2H2O atau K2(Al2SiO3O10).2H2O. zeolit mempunyai struktur tiga dimensi yang memiliki pori-pori yang dapat dilewati air. Ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar dengan ion Na+ dan K+ dari zeolit, sehingga air tersebut terbebas dari kesadahan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air)

Tabel II.1.1 Kualitas air berdasarkan alkalinitas Alkalinitas Kondisi perairan (mg/l) Tidak dapat 0-10 dimanfaatkan Alkalinitas rendah, kematian mungkin 10-50 terjadi, CO2 rendah, pH bervariasi, dan perairan kurang produktif. Alkalinitas sedang, pH 50-200 bervariasi, CO2 sedang,, produktifitas sedang pH stabil, produktivitas >500 rendah, ikan terancam
(http://maswira.wordpress.com/2009/02/01/alkalinitas)

D. Proses Flokulasi dan Koagulasi a. Proses Koagulasi Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-6 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah: Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok; Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid; Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap. Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain: 1. Kualitas air, meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan; 2. Jumlah dan karakteristik koloid; 3. Derajat keasaman air (pH);
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-7 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle; 5. Temperatur air; 6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan
pembubuhan kapur;

7. Karakteristik ion-ion dalam air.

Gambar II.1 Proses Koagulasi (http://redoxct.blogspot.com/http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/ku liah_web/2008/Rahmi%20Laila%20F_0601237/koagulasi.html)

Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai adalah kapur tohor (CaCO3).
(http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/koagulasi-danflokulasi/)

Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu : 1. Menggunakan prinsip elektroforesis Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai elektrode, maka partikel akan kehilangan muatannya.

2. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan


Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-8 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi. 3. Penambahan elektrolit Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan. 4. Pendidihan Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekulmolekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
(http://redoxct.blogspot.com/http://kimia.upi.edu/utama/bahanaja r/kuliah_web/2008/Rahmi%20Laila %20F_0601237/koagulasi.html)

b. Proses Flokulasi Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-9 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradient kecepatan koagulasi. Usaha untuk mengurangi polutan yang terkandung dalam air dapat dilakukan dengan metode flokulasi. Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikel-partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan. Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi diaduk untuk meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu pembentukan partikel-partikel besar sehingga dalam waktu 1-2 jam partikel-partikel tersebut akan mengendap.

Gambar II.2 Proses Flokulasi

Flokulasi menyebabkan peningkatan ukuran dan densitas dari partikel yang terkoagulasi, menghasilkan pengendapan partikel-partikel flok yang lebih cepat. Kecepatannya mungkin akan terakselerasi lebih lanjut dengan adanya penambahan flokulan.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-10 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Flokulan merupakan senyawa yang digunakan untuk membentuk senyawa dari polutan yang mudah mengendap dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar dengan suatu reaksi kimia. Flokulan yang biasanya digunakan dalam proses flokulasi adalah tawas (Al2(SO4)3, kapur (CaO), dan polyaluminium chloride (PAC). Flokulan juga dapat berupa polielektrolit seperti polisakarida dan asam poliamino yang dihasilkan atau dieksresikan oleh bakteri selama pertumbuhan bakteri tersebut. Penggunaan tawas, kapur dan PAC sebagai flokulan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: 1. Penggunaan tawas dan PAC mengakibatkan air menjadi asam karena pembentukan sulfat dalam air mencapai 550 mg/L yang dapat mengganggu kesehatan manusia apabila dikonsumsi. Asam juga dapat mengakibatkan korosi bendabenda dari logam. 2. Pembentukan asam mengakibatkan kebutuhan penetral, yaitu NaOH, menjadi lebih banyak sehingga tidak ekonomis. 3. Kapur dapat membuat air menjadi sadah karena adanya ion kalsium.
(http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/koagulasi-dan flokulasi/)

Operasional dan Pemeliharaan. Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan pada pagi hari; Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual; Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan baffle;
(http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/koagulasi-dan flokulasi/) LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-11 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat 2 (dua) perbedaan pada proses flokulasi yaitu : 1. Flokulasi Perikinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran m dengan mengandalkan gerakan Brownian. Biasanya koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi perikinetik. 2. Flokulasi Ortokinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran di atas 1m dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan pengaduk buatan (artificial mixing)
(http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unitoperasi.html)

Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya : 1. Waktu flokulasi, 2. Jumlah energi yang diberikan 3. Jumlah koagulan 4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu 5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu 6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan) 7. Penetapan pH pada proses koagulasi
(http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unitoperasi.html)

E. Mekanisme Pembentukan Flok Air yang keruh mengandung zat padat terlarut, terendap dan koloid yang bermuatan listrik. Muatan menyebabkan pembentukan lapisan ganda listrik, dan kestabilan sistem koloid yang tidak dapat dipungkiri oleh gaya tolak yang ada pada interaksi diantara lapisan ganda. Segera setelah penamabahan aluminium atau besi keair, reaksi dengan air dan ion lain terjadi, menghasilkan senyawa multi positif hidrokso dan polinuklear. Koagulan dengan cepat diserap pada permukaan partikel-partikel kekeruhan, yang ditutupi dengan koagulan. Tarikan elektrostatik diantara partikel bermuatan negatif dan bermuatan positif menghidrolisis hasil
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-12 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menambah endapan. Hasilnya muatan listrik pada partikel berkurang. Bergantung pada pH dan dosis koagulan, muatan pada partikel diukur oleh zeta potensial yang beragam dari negatif ke netral ke positif. Sekarang suspensi dianggap destabil dan proses flokulasi, dimana partikel dapat bergumpal keukuran terendap, dapat dihasilkan tanpa penghalang. Pengadukan meningkatkan tumbukan, dan karena partikel sekarang telah didestabilkan, tiap tumbukan menghasilkan penyatuan yang tetap. F. Jar Test Koagulasi bukanlah ilmu pasti, walaupun perkembangan barubaru ini menjelaskan mekanisme prosesnya. Pemilihan dosis optimum koagulan ditentukan secara percobaan dengan jar test. Jar test menggunakan enam wadah 1L yang bentuk dan ukurannya sama. Biasanya enam jar digunakan dengan alat pengaduk yang secara simultan mengaduk isi tiap jar dengan kekuatan yang sama. Hasil uji digunakan menghitung jenis dan jumlah koagulan yang dibutuhkan dalam pengolahan air. Jar test juga menggambarkan mekanisme koagulasi

Gambar II.3 Proses Jar test (http://www.hydro-zoneinc.com/wastewater.html)

Jar Test merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji koagulasi dan sifat flokulasi dari kombinasi dan larutan
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-13 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

buffer dalam larutan yang keruh. Pengujian ini dimulai dengan mengukur turbiditas mula-mula dari sampel. Sampel yang ada diukur konsentrasi koagulan sebenarnya untuk menghilangkan turbiditas dari sampel. Sehingga Jar Test merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan dosis optimum koagulan.
(Santika. 1987 )

Pembentukan flok pada proses koagulasi dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia seperti kondisi pengadukan, pH, alkalinitas, kekeruhan, dan suhu air. Seperti alum, apabila digunakan diluar kisaran pH optimumnya yaitu 5,8 7,4 maka flok yang terbentuk akan tidak sempurna dan akan larut kembali. Namun demikian dosis bahan koagulan optimum yang ditambahkan harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dengan Jar Test.
(Santika. 1987 )

Dari Jar Test, kesimpulan mengenai daya kerja (mekanisme) proses flokulasi dapat ditarik, yaitu terdapat 2 jenis mekanisme sebagai berikut : 1. Sweep Coagulation : Partikel koloid diambil flok-flok Al (OH)3 yang tidak terlarut. 2. Adsoption Coagulation : Muatan elektris partikel diubah oleh molekul Al yang menempel pada permukaan koloid.
(Santika, 1987 )

Untuk menentukan dosis yang optimal flokulan dan nilainilai parameter sebagai pH, jenis flokulan yang akan digunakan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan jar test. Jar test merupakan model sederhana proses flokulasi. Prinsip Jar Test Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil, bila : 1. Partikel partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam). 2. Partikel partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.
(Santika, 1984) LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-14 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dengan pembubuhan flokulan seperti disebutkan diatas, maka stabilitas tersebut akan terganggu karena : Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul molekul ini dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian molekul Al bermuatan positif sedangkan koloid biasanya bermuatan negative ( pada pH 5-8 ). Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah. Proses ini umumnya paling efisien.
(Santika,1984 )

Jar test merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji koagulasi dan sifat flokulasi dari kombinasi dan larutan buffer dalam larutan yang keruh. Pengujian ini dimulai dengan mengukur turbiditas mula-mula dari sampel. Sampel yang ada diukur konsentrasi koagulan sebenarnya untuk menghilangkan turbiditas dari sampel. Jar Test merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan dosis optimum koagulan. Dosis rendah pada penambahan turbiditas selama jar test diperkirakan pada dosis trial pertama pada plant operasi, biasnya plant pengolahan fullscale memberikan hasil yang baik daripada dengan menggunakan metode jar Test pada dosis yang sama. Dosis rendah pada pengolahan air ini adalah 40 mg/l koagulan. Pada metode jar test menggunakan flok tester yang dilengkapi dengan alat-alat gelas dan pengadukan yang sempurna, atau dapat dilakukan dengan alat pengaduk sederhana. Koagulasi/flokulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan melalui proses sedimentasi dan filtrasi. Kegunaan koagulasi/flokulasi yaitu untuk memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang tidak dapat mengendap secara gravitasi dan sangat lembut (seperti koloidal) didalam air menjadi partikel-partikel yang dapat mengendap karena lebih berat dan lebih besar melalui proses kimia dengan penambahan koagulan sehingga dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi dan
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-15 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

filtrasi. Termasuk partikel-partikel yang tidak dapat mengendap yaitu bakteri.


(Santika,1984 )

Penambahan koagulan akan mengakibatkan partikelpartikel tidak mengendap saling mendekat dan membentuk flokflok mikro (yang ukurannya lebih besar daripada koloidal asalnya) yang ikatannya sangat lemah dan tidak nampak dengan mata biasa tetapi tidak dapat mengendap. Pengadukan pelan-pelan akan menyebabkan flok-flok mikro mengumpul dan membentuk flok yang lebih besar dan relatif lebih besar yang akhirnya dapat dengan mudah diendapkan atau disaring. Pembentukan flok pada proses koagulasi dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia seperti kondisi pengadukan, pH, alkalinitas, kekeruhan, dan suhu air. Seperti alum, apabila digunakan diluar kisaran pH optimumnya yaitu 5,8 7,4 maka flok yang terbentuk akan tidak sempurna dan akan larut kembali. Namun demikian dosis bahan koagulan optimum yang ditambahkan harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dengan jartest. Adapun bahan koagulan yang sering digunakan antara lain sebagai berikut: 1. Tawas Tawas dengan rumus kimia Al2(SO4)3 merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena bahan ini paling ekonomi, mudah didapat di pasaran, serta mudah penyimpanannya. Selain itu bahan ini cukup efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Dengan semakin banyak dosis tawas yang ditambahkan pH akan semakin turun karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis optimum yang harus ditambahkan. Pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8 7,4 . Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan larutan kapur Ca(OH )2 atau soda abu ( Na2CO3). Reaksi : Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2 Al (OH)3 + 3 CaSO4 + 6 CO2 Al2(SO4)3 + 3NaCO3+ 3H2O Al2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 2 Al (OH)3 +3 Na2SO4 +3 CO2 2 Al (OH)3 + CaSO4
I-16 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR

II-17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penambahan koagulan ini akan menyebabkan penurunan alkalinitas serta penurunan pH. Bila kadar bikarbonat tidak mencukupi, maka perlu ditambahkan alkalinitas agar reaksi dapat terjadi. Range pH dimana koagulan ini dapat bekerja dengan baik, pada pH 5,5 8,0 2. Kapur Pengaruh penambahan kapur dengan rumus Ca(OH)2 akan menaikkan pH dan bereaksi dengan bikarbonat membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak sampai pH = 10,5. Maka akan terbentuk endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca pada pH tinggi dapat diendapkan dengan penambahan soda abu. Reaksinya yaitu : Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2 CaCO3 + 2 H2O

2Ca(OH)2+ Mg(HCO3)2

2 CaCO3 + 2 H2O+

Mg(OH)2

3. Poly Aluminium Chlorida ( PAC ) Bahan ini merupakan polimer dari aluminium clorida dan baru beberapa tahun terakhir digunakan, dikemas dalam bentuk sederhana dan siap pakai. Merupakan bahan kaogulasi yang bermanfaat untuk menurunkan kekeruhan. Tujuan memberikan proses koagulasi yang baik bila dibandingkan dengan garam alum maupun garam besi, sehingga menghasilkan flok yang baik dan waktu yang singkat. Dengan demikian instalasi yang digunakan akan lebih kecil. PAC mempunyai formula Aln(OH)mCl3n-m. PAC mengkoagulasikan secara kuat partikel koloid yang tersuspensi dalam air untuk membentuk flok yang mengendap dengan cepat. Rentang pH penggunaan PAC adalah 6 sampai 9, dengan waktu pengendapan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan alumunium sulfat Pada penggunaan PAC dengan rentang pH 6 sampai 9, sisa kekeruhan yang didapat hampir konstan. 4. Coagulant Aid Biasanya untuk mendapatkan air yang lebih jernih dan mempercepat proses pengendapan ditambahkan koagulan aid yang berfungsi membantu/memacu proses koagulasi. Bahan yang
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-17 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sering dipakai sebagai koagulan aid ialah bahan polimer organik. Polimer adalah bahan organik yang berat molekulnya besar. Biasanya sering disebut juga poly elektrolit. Bahan ini ada yang asli (alamiah) dan ada yang sintesis. Polielektrolit sintesis diklasifikasikan berdasarkan atas jenis muatan pada rantai polimer sebagai berikut: - Anion poly elektrolit : Polimer bermuatan negatif - Kation poly elektrolit : Polimer bermuatan positif - Poli elektrolit bukan ion : Polimer tak bermuatan Bermacam-macam poly elektrolit, tergantung dari pabrik yang memproduksinya seperti superfloc, magnifloc, kononfloc, aquafloc, dan lain sebagainya. Kisaran dosis anion dan kation poly elektrolit adalah 1-10 dan nonionik poly elektrolit. Merupakan proses pengendapan lumpur atau partikel partikel dalam bak pengendapan (bak CPI) sehingga dihasilkan air yang jernih. Tujuan sedimentasi adalah untuk menghilangkan kekeruhan, mengurangi kesadahan, dan menghemat bahan kimia. Sedimentasi digunakan dalam tiga tahap : a. Dalam Grit Chamber, seperti pemisahan pasir (an organic matter). b. Dalam Primary clarifier, pemisahan setelah penambahan koagulan. c. Dalam Secondary clarifier, pemisahan Lumpur biologis.
(Subyakto, 1997)

Type dari pengendapan :

a. Discrete settling, pengendapan yang terjadi secara individual,


dimana sifatsifat fisiknya seperti size, shape, spesifik grafity tidak berubah selama proses berlangsung. Disebut juga pengendapan tanpa koagulasi. b.Flocculent Settling, pengendapan dari partikel karena perubahan dalam density dan settling velocity. Disebut juga pengendapan dengan koagulasi.
(Subyakto, 1997)

Beberapa hal yang mempengaruhi proses pengendapan : a. Waktu pengendapan. Pemberian waktu harus cukup sehingga partikel partikel padat memisah sempurna.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-18 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Pembedaan berat jenis partikel atau Lumpur dengan air, semakin besar berat jenis partikel maka waktu pengendapan akan semakin pendek. c. Adanya gaya gravitasi.
(Daniel, 1984 )

Kecepatan aliran, semakin lambat aliran akan semakin baik hasil yang diperoleh. Proses flokulasi terdiri dari 3 langkah : Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit, 100 rpm) , bila perlu juga pembubuhan bahan kimia (sesaat) untuk koreksi pH. Pengadukan lambat untuk membentuk flok flok (15 menit, 20 rpm). Pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk. Penghapusan flok flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui sedimentasi (15 menit atau 30 menit, 0 rpm).
(Santika, 1984 )

Hasil Jar Test Hasil jar-test dapat digambarkan sesuai grafik dengan ordinat menunjukkan mutu supernatan dan absis adalah konsentrasi Al dan jangan mengartikan konsentrasi Al tersebut sebagai ml tawas atau ml larutan karena kurang jelas untuk pembaca. Konsentrasi dapat dinyatakan mg/lt atau mol/lt Al atau Al2(SO4)3.18H2O dan sebagainya. (Santika, 1984 ) Kadang-kadang penentuan dosis optimal menjadi sulit. Menurut grafik di atas air dengan zat tersuspensi tinggi, dosis optimal sekitar 6 mg Al /lt namun begitu dengan dosis 4 mg Al/lt hasilnya hampir sama baik, dengan biaya lebih rendah, hanya 2/3 nya saja. Tergantung situasi dan syarat-syarat, misalnya jika air masih harus disaring dan mutu air hasil proses flokulasi tidak harus terlalu bersih, maka dosis optimum tidak perlu benar-benar sama dengan dosis optimum menurut jar test.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-19 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dari jar test, kesimpulan mengenai daya kerja (mekanisme) proses flokulasi dapat ditarik, yaitu terdapat 2 jenis mekanisme sebagai berikut : 1. Sweep Coagulation : Partikel koloid diambil flok-flok Al (OH)3 yang tidak terlarut. Sifat : jonjot seperti bulu, besar dan ringan (diameter beberapa milimeter). Warna keputih-putihan. Dosis optimal : 2 sampai 5 mg Al/lt untuk air sungai yang biasa. 2.Adsoption Coagulation : Muatan elektris partikel diubah oleh molekul Al yang menempel pada permukaan koloid. Sifat : Jonjot lebih kecil dan padat (diameter 1 mm). Warna : bisa lebih coklat dan abu-abu. Dosis optimal : naik seimbang dengan seluruh permukaan koloid yang ada dalam larutan, biasanya dosis optimal sekitar 0,5 sampai 3 mg Al.
(Santika, 1984 )

Residu Total Residu adalah zat-zat padat terlarut dan tersuspensi di dalam air. Total residu merupakan seluruh bagian residu di dalam air, yaitu meliputi residu suspensi dan residu melarut. Total residu seluruh zat padat yang tersisa apabila diuapkan. Residu yang ada merupakan zat padat garam-garam yang lebih dulu terlarut dan juga sedikit zat padat koloidal. Untuk menghitung konsentrasi total residu adalah sebagai berikut: Mg/l total padatan = Residu Total adalah residu yang tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan dengan pengeringan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-20 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Total residu adalah sama dengan perbedaan antara berat yang didinginkan dengan berat mula-mula. Untuk mendapatkan harga total residu yaitu dengan melakukan Jar Test dengan penambahan alum dan kapur.
(Santika, 1987 )

Penghilangan Oksigen Terlarut dalam Air 1. Metode kimia menggunakan Oxygen scavenger.
Oxygen scavenger adalah aditif langsung diperkenalkan dengan resin PET selama proses injeksi. Oxygen scavenger menyerap Oksigen dari produk, dinding botol dan lingkungan.
(http://www2.berryplastics.com/bottletechnology/materials/pethigh-performance/)

Bahan kimia oxygen scavenger sangat sering ditambahkan ke dalam air umpan boiler deaerated untuk menghilangkan sisa-sisa oksigen yang dapat dihilangkan oleh deaerator. Umumnya oxygen scavenger yang digunakan adalah natrium sulfit (Na2SO3). Hal ini sangat efektif dan cepat bereaksi untuk membentuk natrium sulfat (Na2SO4) yang non-scaling. oxygen scavenger yang lainnya banyak digunakan adalah hidrazin (N2H4), 1,3-diaminourea (juga dikenal sebagai carbohydrazide), diethylhydroxylamine (DEHA), asam nitriloacetic (NTA), asam ethylenediaminetetraacetic (EDTA), dan hydroquinone.
(http://www.sterlingdeaerator.com/D_Prin.html)

2. Metode mekanik dan kimiayang dinamakan deaerasi

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-21 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deaerator adalah suatu komponen dalam Sistem Tenaga Uap yang berfungsi untuk menghilangkan oksigen atau gas-gas terlarut lainnya pada feed water sebelum masuk kedalam Boiler. Berfungsi juga sebagai tempat penyimpanan air yang

menyuplai air ke dalam boiler. Oksigen dan gas-gas terlarut lain dalam feedwater perlu dihilangkan karena dapat menyebabkan korosi pada pipa logam dan peralatan logam lainnya dengan membentuk senyawa oksida (karat). Air apabila bereaksi dengan karbon dioksida terlarut juga akan membentuk senyawa asam karbonat yang dapat menyebabkan korosi lebih lanjut. Fungsi deaerator disini adalah untuk mengurangi kadar oksigen, biasanya kadar oksigen dikurangi sampai memiliki kadar lebih kecil samadengan 7 ppb (0,0005 cm3/L) Terdapat dua jenis deaerator yang umum digunakan yaitu :

1. Tray-type (biasa disebut juga cascade type)

Gambar II.4 Tray-type deaerator LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-22 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari bagian domed deaeration yang dipasang diatas silinder vessel horizontal yang berfungsi sebagai tangki penyimpanan air dari boiler. Prinsip kerjanya adalah, feedwater boiler masuk melalui bagian deaeraetor yang berlubang. Air mengalir dari atas dan mengalir kebawah melaului lubang-lubang tersebut. Uap deaerasi bertekanan rendah masuk dibawah tray dan mengalir ke atas melalui pipa-pipa berlubang. Hal ini dilakukan untuk mencampur uap dan feedwater. Uap tersebut melarutkan oksigen dan gas-gas terlarut lainnya dalam feedwater. Uap yang mengalir terseut kemudian keluar melalui lubang di bagian atas kubah. Saluran ventilasi biasanya terdiri dari katup yang membuat hanya uap yang bisa keluar. Feedwater yang telah dideaerasi mengalir kedalam tangki penyimpanan horisontal yang kemudian dipompakan ke boiler. Uap pemanasan bertekanan rendah yang memasuki horizontal vessel di bagian bawahnya melalui pipa sparger ditujukan untuk menjaga feedwater tetap hangat. Isolasi eksternal pada vessel tersebut biasanya dimaksudkan agar meminimalkan kehilangan panas.

2. Spray-type

Gambar II.5 Spray-type deaerator

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-23 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Type ini hanya terdiri dari silinder vessel horizontal (atau vertikal) yang berfungsi sebagai deaerator dan sebagai tangki penyimpanan air. Seperti ditunjukan pada gambar diatas bahwa deaerator jenis spray ini memiliki bagian pemanasan awal (E) dan bagian deaerasi (F). Kedua bagian ini dipisahkan oleh penyekat (C). Uap bertekanan rendah memasuki vessel dengan cara disemprotkan dari bagian bawah vessel. Feedwater juga disemprotkan ke vessel dan dipanaskan oleh uap yang disemprotkan ke atas oleh steam sparger. Tujuan dari spray nozzle (A) dan bagian preheater adalah untuk memanaskan feedwater sampai suhu saturasi untuk memudahkan pengurangan oksigen dan gas-gas terlarut lainnya pada bagian deaerasi. Feedwater dipanaskan kemudian mengalir ke bagian deaerasi (F) dimana proses deaerasi dilakukan oleh uap yang naik melalui sistem spray. Gas terlarut dipisahkan dari air melalui lubang diatas vessel. Sama seperti jenis tray diatas, lubang untuk mengeluarkan gas berupa suatu katup yang hanya bisa dilewati oleh uap. Kemudian feedwater yang telah dideaerasi dipompa dari bawah vessel ke boiler.

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-24 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.2 Aplikasi Industri


PENURUNAN BOD DAN COD LIMBAH INDUSTRI KERTAS DENGAN AIR LAUT SEBAGAI KOAGULAN Pendahuluan Industri pulp dan kertasmerupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap kuali sumber daya alam. Dalam pembuatan pulp dan kertas, air memegang peranan penting, karena dalam setiap tahapan pembuatan pulp dan kertas menggunakan air. Kebutuhan air yang sangat besar mengakibatkan jumlah limbah cair yang dihasilkan juga besar. Limbah cair tersebut dapat berupa zat padat terlarut dan tersuspensi, baik berupa zat organik maupun anorganik, salah satunya zat yang menghasilkan warna. Perubahan warna dapat dilakukan melalui pengolahan secara kimia yaitu dengan proses koagulasi dan flokulasi. Koagulan yang dipakai dalam penelitian ini adalah air laut, dimana air laut merupakan campuran dari 96,5 % air murni dan 3,5 % materiallainnya seperti garam-garamnya, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan zat-zat terlarut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menurunkan kadar BOD dan COD pada limbah industri kertas dengan menggunakan air laut sebagai koagulan dengan menvariasikan konsentrasi koagulan dan waktu pengadukan. Metodologi
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-25 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini diawali dengan pengenceran air limbah kertas dengan aquadest dengan perbandingan 1:2 agar didapatkan pH limbah sebesar 6. Kemudian ditambahkan air laut dengan dosis yang telah ditetapkan dalam peubah berubah, diaduk dengan kecepatan 100 rpm dan waktu pengadukan yang telah ditetapkan pada peubah berubah. Selanjutkan diendapkan selama 60 menit, setelah disaring, endapan dibuang, sedangkan filtratnya dianalisa BOD dan CODnya.

Hasil Percobaan Hasil penelitian BOD , kadar BOD semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penambahan dosis koagulan (air laut). Peningkatan ini disebabkan adanya pembuatan flok-flok yang lebih besar akibat dari gaya gravitasi yang diberikan koagulan lebih besar pada waktu pengadukan 20 menit. Sedangkan kadar BOD yang mengalami penurunan pada waktu sebelumnya disebabkan gaya gravitasi yang diberikan koagulan lemah. Sedangkan dari hasil penelitian menunjukkan kadar COD semakin seiring dengan meningkatnya penambahan dosis koagulan (air laut). Peningkatan ini disebabkan adanya pembuatan flok-flok yang lebih besar akibat dari gaya gravitasi yang diberikan koagulan lebih besar pada waktu pengadukan 20 menit. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan penambahan yang telah diperoleh pada proses penurunan BOD dan COD dalam limbah industri kertas dengan air laut dapat diambil kesimpulan, penggunaan koagulan air laut yang efektif pada konsentrasi 2%V dengan waktu pengadukan 10 menit dimana kadar BOD awal sebesar 1.837,62 ppm, dapat diturunkan menjadi 1,39 ppm. Sedangkan kadar COD awal sebesar 2.571,50 ppm dapat diturunkan menjadi 4,34 ppm. Semakin besar kecepatan pengadukan, menyebabkan flok yang terbentuk menjadi pecah yang akan mengakibatkan kadar BOD dan COD kembali tinggi.
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-26 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

II-27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR I-27 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS SURABAYA

You might also like