You are on page 1of 11

MOMEN PUSAT BERAT

Pusat berat adalah suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Tinjaulah sebuah benda tiga dimensi berukuran, berbentuk, dan ber massa m sembarang. Jika kita gantung benda tersebut seperti pada gambar 5/3, dari sembarang titik seperti A, maka benda akan berada pada kesetimbangan di bawah aksi tarikan pada tali dan resultan W dari gaya gravitasi yang bereaksi pada semua partikel benda tersebut. Resultan ini jelas kolinier dengan tali, dan misalkan kita menandai posisinya

(a)

(b) Gambar 5/3

(c)

dengan member sebuah lubang hipotesis dengan ukuran yang dapat di abaikan sepanjang garis kerjanya. Kita ulangi percobaan dengan menggantung benda tersebut dari titik lain seperti B dan C, dan dalam tiap percobaan kita menandai garis kerja dari gaya resultannya. Untuk setiap tujuan praktis, garis kerja ini akan kongruen di sebuah titik G, yang di kenal dengan pusat gravitasi dari benda. Tetapi semua analisis yang tepat harus harus memperhitungkan fakta bahwa arah gaya gravitasi pada berbagai partikel beda sedikit berbeda karena arah tersebut bertemu menuju pusat tarikan bumi. Selain itu, karena partikel-partikel tersebut brada pada jarak yang berbeda dari bumi, intensitasi medan gaya bumi tidak benar-benar konstan pada

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

setiap titik pada benda. Tinjauan ini membawa kita pada garis kerja dari resultan gaya gravitasi dalam percoban yang baru saja kita di uraikan tidak akan sungguhsungguh kongruen, dan oleh karena itu tidak ada pusat gravitasi yang unik dalam pengertian yang tepat.kondisi ini secara praktis tidak penting selama kita membahas benda yang ukurannya kecil di bandingkan dengan ukuran bumi. Karena itu kita menganggap bahwa sebuah medan gaya yang diakibatkan oleh tarikan gravitasi adalah merata (uniform) dan sejajar, dan kondisi ini menghasilkan konsep pusa unik dari gravitasi.

Untuk menentukan lokasi pusat gravitasi benda sembarang secara matematis, gambar 5/4a, kita erapkan prinsip momen (perluasan teorema Varignon untuk kasus sistem gaya tak-kongruen) terhadap sistem sejajar dari gaya gravitasi untuk menentukan lokasi resutannya. Momen akibat gaya gravitasi resultan W terhadap suatu sumbu sebarang ternyata sama dengan jumlah momen terhadap sumbu yang sama akibat gaya gravitasi dW yang beraksi pada seluruh partikel yang ditinjau sebagai elemen sangat kecil pada benda yang bersangkutan. Resultan gaya gravitasi yang beraksi pada seluruh elemen adalah berat benda tersebut dan di berikan oleh penjumlahan W = dW . Sebagai contoh, jika kita menerapkan prinsip momen terhadap sumbu-y, momen terhadap sumbu ini akibat berat elemen adalah x dW dan jumlah momen ini untuk seluruh elemen benda adalah x dW . Jumlah momen ini

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

harus sama dengan Wx ,yaitu momen dari jumlah. Oleh karena itu, xW = x d W . Dengan pernyataan yang serupa untuk kedua komponen lainnya, kita dapat menyatakan koordinat pusat gravitasi G sebagai

X=

x dW W

,y=

y dW W

z dW , z= W
(5/1a)

Untuk membayangkan momen fisis akibat gaya gravitasi guna memperoleh persamaan ketiga, kita dapat mengubah posisi benda tersebut dan sumbu yang tergantung sedemikian rupa sehingga sumbu z menjadi horisontal. Perlu di ketahui bahwa pembilang dari masing masing persamaan ini menyatakan jumlah momen, sedangkan perkalian W dan koordinat yang berkaitan dari G menyatakan momen dari jumlah. Prinsip momen ini berulang kali di pakai dalam seluruh mekanika.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Dengan substitusi W= mg dan dW= g dm, pernyataan untuk koordinat gravitasi menjadi

X=

x dm m

,y=

y dm m

z dm , z= m
(5/1b)

Persamaan 5/1b dapat di nyatakan dalam bentuk vector dengan pertolongan gambar 5/4b dimana massa elemen dan lokasi G di tentukan oleh vector posisinya masing-masing r = xi + yj + zk dan r = xi + yj + zk . Jadi persamaan 5/1b adalah komponen dari persamaan vector tunggal

r=

r dm m
(5/2)

Kerapatan dari suatu benda adalah massa per satuan volume. Jadi massa sebuah diferensial elemen dari volume dV menjadi dm = dV . Dalam hal tidak konstan pada seluruh benda tetapi dapat di nyatakan sebagai suatu fungsi koordinat benda, kita harus memasukkan variasi ini ke dalam perhitungan pembilang dan penyebut pada persamaan 5/1b. kemudian kta dapat menuliskan persamaan ini sebagai

X=

x dV dV

,y=

y dV dV

z dm , z= dV
(5/3)

Persamaan 5/1b, 5/2, dan 5/3 tidak menyangkut pengaruh gravitasi karena vaktor g tidak tampak lagi oleh karena itu, persamaan tersebut mendefinisikan sebuah titik unik pada benda yang hanya merupakan fungsi distribusi massa. Titik ini di sebut pusat massa, dan pasti akan menjadi satu dengan pusat gravitasi selama medan gravitasi di anggap merata (uniform) dan sejajar. Tidak ada artinya kita untuk membicarakan pusat gravitasi benda yang di pindahkan dari medan gravitasi bumi, karena takkan ada gaya gravitasi yang akan beraksi pada benda tersebut. Namun, benda tersebut masih memiliki pusat massa uniknya. Untuk sebagian besar pembahasan, mulai sekarang kita akan menggunakan pusat massa dan bukan pusat gravitasi. Selain itu, pusat massa mempunyai arti penting khusus dalam menghtung tanggapan dinamik dari sebuah benda terhadap gaya tak seimbang.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Dalam kebanyakan persoalan, perhitungan posisi pusat massa dapat di sederhanakan dengan pemilihan sumbu acuan yang tepat. Secara umum sumbu ini harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga dapat menyederhanakan persamaan batas sebanyak mungkin. Jadi koordinat polar akan bermanfaat untuk benda yang memiliki batas melingkar. Petunjuk penting lain dapat di ambil dari peninjauan simetri. Apabila terdapat sebuah garis atau budang simetri pada sebuah benda homogen, maka sumbu atau bidang koordinat harus di pilih agar berimpit dengan garis atau bidang ini. Pusat massa selalu terletak pada garis atau bidang demikian, karena momen akibat elemen-elemen yang terlokasi secara simetris selalu akan saling menghilangkan, dan benda tersebut dapat di tinjau sebagai benda yang tersusun dari pasangan elemen ini. Koordinat titik berat suatu sistem benda dengan berat masing-masing W 1, W 2, ........., W i ; yang terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2), ............, (xi,yi) adalah: . Xi)/(Wi) . Yi)/(Wi)

LETAK/POSISI TITIK BERAT 1. Terletak pada perpotongan diagonal ruang untuk benda homogen berbentuk teratur. 2. Terletak pada perpotongan kedua garis vertikal untuk benda sembarang. 3. Bisa terletak di dalam atau diluar bendanya tergantung pada homogenitas dan bentuknya. TITIK BERAT BEBERAPA BENDA Nama Garis lurus Busur lingkaran Letak Titik Berat yo = 1/2 AB yo = AB/AB . R Keterangan z = di tengah-tengah AB AB = tali busur AB = busur AB R = jari-jari lingkaran Busur setengah lingkaran Juring lingkaran yo = 2.R/p yo = AB/AB.2/3.R R = jari-jari lingkaran AB = tali busur AB = busur AB R = jari-jari lingkaran Setengah lingkaran R = jari-jari lingkaran

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Selimut setengah bola Selimut limas Selimut kerucut Setengah bola Limas Kerucut

yo = 1/2 R yo = 1/3 t yo = 1/3 t yo = 3/8 R yo = 1/4 t yo = 1/4 t

R = jari-jari lingkaran t = tinggi limas t = tinggi kerucut R = jari-jari bola t = tinggi limas t = tinggi kerucut

Dalam menyelesaikan persoalan titik berat benda, terlebih dahulu bendanya dibagibagi sesuai dengan bentuk benda khusus yang sudah diketahui letak titik beratnya, kemudian baru diselesaikan dengan rumusan yang ada. Contoh soal: Dua silinder homogen disusun seporos dengan panjang dan massanya masingmasing: l1 = 5 cm ; m1 = 6 kg ; l2 = 10 cm ; m2 = 4 kg. Tentukan letak titik berat sistem silinder tersebut ! Jawab: Kita ambil ujung kiri sebagai acuan, maka: x1 = 0.5 . l1 = 2.5 cm x2 = l2 + 0.5 . l1 = 5 + 5 = 10 cm X=( mi . xi)/(mi)

X = (m1.x1) + (m1.x1)/(m1 + m2) X = (6 . 2.5 + 4 . 10)/(6 + 4) X = (15 + 40)/(10) = 5.5 cm Jadi titik beratnya terletak 5.5 cm di kanan ujung m1

MOMENTUM LINIER (p) MOMENTUM LINIER adalah massa kali kecepatan linier benda. Jadi setiap benda yang memiliki kecepatan pasti memiliki momentum. p=mv

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Momentum merupakan besaran vektor, dengan arah p = arah v MOMENTUM ANGULER (L) MOMENTUM ANGULER adalah hasil kali (cross product) momentum linier dengan jari jari R. Jadi setiap benda yang bergerak melingkar pasti memiliki momentum anguler. L = m v R = m w R2 L=pR Momentum anguler merupakan besaran vektor dimana arah L tegak lurus arah R sedangkan besarnya tetap. Jika pada benda bekerja gaya F tetap selama waktu t, maka IMPULS I dari gaya itu adalah:

t1

I = F dt = F (t2 - t1)
t2

I = Perubahan momentum Ft = m v akhir - m v awal

Impuls merupakan besaran vektor. Pengertian impuls biasanya dipakai dalam peristiwa besar dimana F >> dan t <<. Jika gaya F tidak tetap (F fungsi dari waktu) maka rumus I = F . t tidak berlaku. Impuls dapat dihitung juga dengan cara menghitung luas kurva dari grafik gaya F vs waktu t.

HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM Hukum kekekalan momentum diterapkan pada proses tumbukan semua jenis, dimana prinsip impuls mendasari proses tumbukan dua benda, yaitu I1 = -I2.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Jika dua benda A dan B dengan massa masing-masing MA dan MB serta kecepatannya masing-masing VA dan VB saling bertumbukan, maka : MA VA + MB VB = MA VA + MB VB VA dan VB = kecepatan benda A dan B pada saat tumbukan VA dan VB = kecepatan benda A den B setelah tumbukan.

Dalam penyelesaian soal, searah vektor ke kanan dianggap positif, sedangkan ke kiri dianggap negatif. Dua benda yang bertumbukan akan memenuhi tiga keadaan/sifat ditinjau dari keelastisannya, a. ELASTIS SEMPURNA : e = 1 e = (- VA' - VB')/(VA - VB) e = koefisien restitusi. Disini berlaku hukum kokokalan energi den kokekalan momentum. b. ELASTIS SEBAGIAN: 0 < e < 1 Disini hanya berlaku hukum kekekalan momentum. Khusus untuk benda yang jatuh ke tanah den memantul ke atas lagi maka koefisien restitusinya adalah: e = h'/h h = tinggi benda mula-mula h' = tinggi pantulan benda C. TIDAK ELASTIS: e = 0 Setelah tumbukan, benda melakukan gerak yang sama dengan satu kecepatan v', MA VA + MB VB = (MA + MB) v'

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Disini hanya berlaku hukum kekekalan momentum

1.4 Contoh: 1. Sebuah bola dengan massa 0.1 kg dijatuhkan dari ketinggian 1.8 meter dan mengenai lantai, kemudian dipantulkan kembali sampai ketinggian 1.2 meter. Jika g = 10 m/det2. Tentukanlah: a. impuls karena beret bola ketika jatuh. b. koefisien restitusi Jawab: a. Selama bola jatuh ke tanah terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik. Ep = Ek m g h = 1/2 mv2 v= 2gh v2 = 2 gh

impuls karena berat ketika jatuh: I=F. t=m. v 2.10.1.8) = 0.1.6 = 0,6 N det.

= 0.1 2gh = 0.1

b. Koefisien restitusi: e= h'/h) = (1.2/1.8) = (2/3)

2. Sebuah bola massa 0.2 kg dipukul pada waktu sedang bergerak dengan kecepatan 30 m/det. Setelah meninggalkan pemukul, bola bergerak dengan kecepatan 40 m/det berlawanan arah semula. Hitung impuls pada tumbukan tersebut ! Jawab:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

Impuls = F . t = m (v2 - v1) = 0.2 (-40 - 30) = -14 N det Tanda berarti negatif arah datangnya berlawanan dengan arah datangnya bola. 3. Sebuah peluru yang massanya M1 mengenai sebuah ayunan balistik yang massanya M2. Ternyata pusat massa ayunan naik setinggi h, sedangkan peluru tertinggal di dalam ayunan. Jika g = percepatan gravitasi, hitunglah kecepatan peluru pada saat ditembakkan ! Jawab: Penyelesaian soal ini kita bagi dalam dua tahap, yaitu: 1. Gerak A - B. Tumbukan peluru dengan ayunan adalah tidak elastis jadi kekekalan momentumnya: M1VA + M2VB = (M1 + M2) V M1VA + 0 = (M1 + M2) V VA = [(M1 + M2)/M1] . v 2. Gerak B - C. Setelah tumbukan, peluru dengan ayunan naik setinggi h, sehingga dapat diterapkan kekekalan energi: EMB = EMC EpB + EkB = EpC + EkC 0 + 1/2 (M1 + M2) v2 = (M1 + M2) gh + 0 Jadi kecepatan peluru: VA = [(M1 + M2)/M1] . c. Pertambahan panjang kawat: (2 gh)

L = e . L = 2.55 . 10-7 . 125 = 3.2 . 10-5 cm

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

10

DAFTAR PUSTAKA

Meriam, J.L. dan L.G Kraige. 1996. Mekanika Teknik Statika. Jakarta :Erlangga

www.pintugerbang.net

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Arief Suwandi MENGGAMBAR TEKNIK & ACAD

11

You might also like