You are on page 1of 5

KETUBAN PECAH DINI (PREMATURE RUPTURE OF THE MEMBRANE / PROM)

Definisi Adalah keadaan dimana selaput ketuban pecah diatas kehamilan 20 minggu, dan setelah 1 jam ditunggu tidak ada tanda-tanda inpartu. Tanda-tanda inpartu : his yang adekuat, keluarnya bloody show, pembukaan dan pendataran cervix. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Definisi lain adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu; yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Etiologi Penyebab dari PROM belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha untuk menekan infeksi. Patogenesis Taylor, dkk. telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal- hal berikut :

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban) Infeksi (amnionitis dan korioamnionitis) Faktor-faktor lain yang merupakan faktor predisposisi adalah : Multipara, malposisi, cervix inkompeten dan lain-lain.

Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.

Cara menentukannya adalah dengan : Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau. Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah ada bagian yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus (litmus): Bila biru (basa) : air ketuban ; bila menjadi asam (merah) : air kemih. Pemeriksaan pH forniks posterior pada ketuban pecah dini, pH adalah basa (air ketuban) Pemeriksaan histopatologi air (ketuban) Aborization dan sitologi air ketuban.

PENANGANAN UMUM Lakukan USG untuk menentukan usia kehamilan Lakukan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan secara digital.
0

Tentukan adanya tanda-tanda infeksi (demam, suhu ibu > 38 mungkin mengalami infeksi intrauterin)

C), cairan vagina

keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000 / mm 2, janin yang mengalami takikardi Tentukan tanda-tanda inpartu.

PENANGANAN KHUSUS Rawat RS Jika ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu :

Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin. Ampisillin 4 x 500
mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg peroral 3 x perhari selama 7 hari.

Berikan kortikosteroid pada ibu untuk memperbaiki pematangan paru janin.


Betamethason 12 mg im dalam 2 dosis setiap 12 jam, atau deksametason 6 mg im dalam 4 dosis setiap 6 jam.

(Catatan : jangan berikan kortikosteroid bila terdapat tanda-tanda infeksi) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu Jika terdapat his dan darah lendir kemungkinan terjadi persalinan preterm.

Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan kehamilan >37 minggu Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptococcus grup B.Ampisillin 2 gram iv setiap 6 jam, atau penisillin G 2 juta unit iv setiap 6 jam sampai persalinan. Jika tidak ada infeksi pasca persalinan hentikan antibiotik. Nilai serviks : jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin, atau lahirkan secara sectio sesaria.

PROM berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dari permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = Lag Period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan lamnya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam. Pengaruh PROM Terhadap janin Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, Terhadap ibu Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerperalis, peritonitis dan septikemia serta dry labor. Ibu akan merasa lelah karena berbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan akan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.

Hal-hal diatas akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.

Prognosis Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan. Pimpinan persalinan Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM. Beberapa institut menganjurkan penatalaksanaan untuk PROM kira-kira sebagai berikut: a) Bila anak belum viabel (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu samopai anak viabel.

b) Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu0, lakukan induksi partus 6 12 jam
setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif. Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa : Partus spontan Ekstraksi vakum Ekstraksi forceps Embriotomi bila anak sudah meninggal Seksio sesaria bila ada indikasi obstetrik.

Komplikasi

Pada anak : IUFD dan IPFD, asfiksia, dan prematuritas Pada ibu : Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum, atau infeksi nifas.

DAFTAR PUSTAKA 1. Mochtar, R. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Sinopsis Obtetri. EGC. Jakarta, 1998, hal : 255-258 2. Saifuddin, AB. Dkk. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Buku Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2002, hal : 113 115.

You might also like