You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia sehari-hari, karena disadari

atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun kegiatan social lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian, setelah berpakaian ia sendiridihadapan kaca apakah penampilannya sudah wajar atau belum. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Hal ini tentu saja terjadi karena evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran menurut penulis tak dapat dipisahkan. Rumusan Masalah Bagaimana Prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar?

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar? Untuk mengetahui kategori keluaran belajar menurut Bloom?

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

A.

Pengertian Evaluasi Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan evaluasi? Banyak literatur yang

memberikan pengertian tentang evaluasi ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian (KBBI, 1996:272). Nurgiyantoro (1988:5) menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Hal senada juga disampaikan oleh Nurgiyantoro (1988) dan Sudijono (2006). Selain istilah evaluasi, terdapat juga istilah penilaian, pengukuran, dan tes. Sebenarnya, apakah ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama? Jawabannya tentu saja tidak. Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu, misalnya suhu badan dengan ukuran berupa termometer hasilnya 360 celcius, 380 celcius, 390 dst. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh. Jadi penilaian sifatnya kualitatif. Dalam contoh di atas, seseorang yang suhu badannya adalah 360 celcius termasuk orang yang normal kesehatannya. Contoh lain yang dapat dosbeutkan di sini adalah ketika dikatakan bahwa berat seseorang adalah 140 kg, 140 kg adalah hasil pengukuran. Akan tetapi,

ketika hasil 140 kg sangat berat, kata sangat berat adalah penilaian. Apa yang mmbedakan dengan evaluasi. Yang membedakannya adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif adan aspek kuanitatif. Dengan demikian, berdasarkan pengertian yang telah dikemukan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum adalah suatu proses untuk mendiagnosis kegiatan belajar dan pembelajaran. Term evaluasi dalam wacana keislaman tidak ditemukan padanan yang pasti, tetapi terdapat term-term tertentu yang mengarah kepada makna evaluasi. Termterm tersebut adalah sebagai berikut: 1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung, dan menganggap. (Al-Baqarah: 284)

2. Al-Bala, memiliki makna cobaan, ujian. (Q.S. Al-Mulk: 2) 3. Al-Hukm, memiliki makna putusan atau vonis. (An-Naml: 78) 4. Al-Qadha, memiliki arti putusan. (Q.S. Thaha: 72) 5. Al-Nazhr, memiliki makna melihat. (An-Naml: 27) 6. Al-Imtihan. (memiliki arti ujian. B. Prinsip Dasar Evaluasi Belajar Evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini. 1) Prinsip Keseluruhan Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan

terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya. Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahanbahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi. 2) Prinsip Kesinambungan Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh. 3) Prinsip Objektivitas Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan apa adanya. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan hallo effect yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula kesan

masa lalu dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif. Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingankepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda. Sebenarnya bukan hanya tiga prinsip di atas yang menjadi ukuran dalam untuk melakukan evaluasi. Dimyati dan Mujiono (2006:194-199) menyebutkan bahwa evaluasi yang akan dilakukan juga harus mengikuti prinsip kesahihan (valid), keterandalan (reliabilitas), dan praktis. 4) Kesahihan Sebuah evaluasi dikatakan valid jika evaluasi tersebut secara tepat, benar, dan sahih telah mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar diperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat kesahihan suatu instrumen evaluasi. Contoh berikut dapat dijadikan sarana untuk memahami pengertian valid. Contoh yang dimaksud adalah berupa barometer dan termometer. Barometer adalah alat ukur yang dipandang tepat untuk mengukur tekanan udara. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa barometer tanpa diragukan lagi adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur tekanan udara. Dengan kata lain, apa seseorang melakukan pengukuran terhadap tekanan udara dengan menggunakan alat pengukur berupa barometer hasil pengukuran yang diperoleh itu dipandang tepat dan dapat dipercaya. Demikian pula halnya denga termometer. Termometer adalah alat pengukur yang dipandang tepat, benar, sahih, dan abash untuk mengukur tinggi rendahnya suhu udara. Jadi dapat dikatakan bahwa termometer adalah adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur suhu udara (Sudijono, 2006:96).

Sahih atau tidaknya evaluasi tersebut ditentukan oleh faktor-faktor instrumen evaluasi itu sendiri, administrasi evaluasi dan penskoran, responrespon siswa (Gronlund, dalam Dimyati dan Mujiono (2006:195). Kesahihan instrumen evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan pengalaman. Dari dua cara tersebut, diperoleh empat macam kesahihan yanga terdiri atas kesahihan isi (content validation), kesahihan konstruksi (contruction validity), kesahihan ada sekarang (concurrent validity), dan kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto, 1990:64). 5) Keterandalan Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Maksud dari pernyataan ini adalah jika suatu eveluasi dilakukan pada subjek yang sama evaluasi senantiasa menunjukkan hasil evaluasi yang sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian, misalnya, dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan saja, dimana saja ujian itu dilaksanakan, dan oleh siapa saja pelaksananya. Keterandalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Panjang tes (length of tes). Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir tes. Pada umumnya lebih banyak butir tes, lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal ini terjadi karena makin banyak soal tes, makin banyak sampel yang diukur. b) Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan membuat kemungkinan perkiraan keterandalan lebih tinggi menjadi kenyataan. c) Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes). Tes yang paling mudah atau paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang mengerjakan cenderung menghasilkan skor tes keterandalan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan sulit keduanya salam suatu sebaran skor yang terbatas.

d) Objektivitas (objektivity). Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh para siswa) dan memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes. 6) Kepraktisan Kepraktisan suatu evaluasi bermakna bahwa kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil maupun kemudahan dalam menyimpan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi meliputi: evaluasi; atau sebanding. Daryanto (1997: 19-28) menyebutkan Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempurnanya teknik evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya, maka hasil evaluasi pun akankurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Prinsip Keterpaduan Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan intruksional, materi, dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakantiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran Kemudahan menskor; Kemudahan interpretasi dan aplikasi; Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen Kemudahan mengadministrasi; Waktu yang disediakan untuk melancarkan kegiatan

sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan intruksioanal dan materi pengajaran yang hendak di sajikan. 2) Prinsip Keterlibatan Siswa Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA ( cara belajar siswa aktif ). Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalani secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin di hindari. 3) Prinsip Koherensi Dengan prisip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan drngan materi pelajaran yang suah disajikan dan sesuai dengan rana kemampuan yang hendak diukur 4) Prinsip Pedagogis Disamping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran [reward] yakin sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil 5) Prinsip Akuntabilitas Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingaan yaitu orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri. Pihak-pihak itu perlu mengetahui kemajuan belajar siswa agar dapat dipertinbangkan pemanfaatannya. Dengan prinsip evaluasi pembelajaran, maka dapat membantu pendidikan dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pelajaran, khususnya pelajaran pendidikan agama islam yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan siswa yang diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pelajaran.

BAB III KESIMPULAN

A.

Kesimpulan Dari pembahasan tentang syarat-syarat evaluasi yang baik, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa : Dalam menggunakan konsep evaluasi dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , maka ada beberapa pokok yang harus dipegang yaitu : Validitas , andal, objektif, seimbang, membedakan, norma, fair, praktis, bermakna, berkesinambungan, keterbukaan Ada lima faktor yang mempengaruhi validitas dalam arti mengurangi validitas yaitu : Faktor didalam tes itu sendiri, Faktor berfungsinya isi dan prosedur mengajar, Faktor dalam respon siswa, Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian. B. Saran Dari penulisan makalah di atas, mungkin masi banyak kerancauan dan kesalahanya, baik kesalahan dalam penulisan, kebakuan kata dan lain sebagainay. Maka kami selaku penulis memohon saran dari para pembaca semuanya karena saran dan masukan adalah merupakan tongkat utama dalam belajar dan dengan masukan dan saran maka kami bisa belajar lebih baik lagi.

10

MAKALAH
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Prinsip Dasar Evaluasi Belajar

Oleh : Lia Oktiana Nurseha Linda Echa Putri Sutarti Edi Prayitno

Dosen M. Nur Ibrahim, M.Pd

JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN (BENGKULU) 2011

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... KATA PENGANTAR.......................................................................................... DAFATR ISI........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. B. C. Latar Belakang................................................................ Rumusn masalah.............................................................. Tujuan.............................................................................. 1 1 2 i ii

BAB II PEMBAHASAN A. B. Pengertian Evaluasi.......................................... Prinsip Dasar Evaluasi Belajar........................ 3 4

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................... B. Kritik dan Saran ...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10 10 iii

ii

12

DAFTAR PUSTAKA Balai Pustaka. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE: Yogyakarta. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo.

13

You might also like