You are on page 1of 20

Materi Minggu Ke-9 Chapter 8 Psychosocial Development in Early Childhood Debora Basaria Yulianti Hutabarat, M.

Psi Program Studi Psikologi UBM, 2008

The Developing Self


The self-concept and cognitive development Self concept adlh gambaran/deskripsi tentang diri sendiri, gambaran evaluasi metal tentang kemampuan dan sifat yang dimiliki seseorang Self definition adlh sejumlah karakteristik yang digunakan untuk mendeskripsikan diri sendiri Terdapat 3 tahap dalam mendeskripsikan diri sendiri (a) Single representation pada usia 4 tahun anak masih belum dapat membayangkan bahwa dirinya mempunyai 2 emosi sekaligus. Pemikiran anak adalah semuanya atau tidak sama sekali (to be all-or-none) (b) Representational mapping usia 5-6 tahun anak mulai dapat menghubungkan satu aspek di dirinya dengan yang lain secara positif atau tidak positif sama sekali. Contoh: saya dapat berlari kencang, saya adalah kuat, dll

The Developing Self


Representational Systems mulai

berkembang pada usia middlehood anak mulai mampu mengintegrasikan karakteristik tertentu dari diri ke dalam konsep umum multidimensional dan mulai mengembangkan self worth. Misalnya saya berbakat di matematika tetapi buruk di kimia

Understanding Emotions
Tahapan perkembangan emosi terbagi menjadi 5 tahapan yaitu: Level 0 Anak anak tidak mengerti bhw ada 2 perasaan yang dapat berjalan bersama, anak hanya mempunyai satu representasi. Misalnya bahagia dan lega dapat dirasakan pada saat yang sama Level 1 Anak mulai dapat melakukan kategorisasi antara emosi positif dan emosi negatif dan anak mulai dapat membandingkan masing-masing kategori misalnya marah dan sedih Level 2 Anak mampu merepresentasikan dua perasaan yang sama pada objek yang berbeda. Contoh: saya senang akan pergi ke bandung dan bahagia bertemu dengan kakek dan nenek saya. Akan tetapi pada level ini anak masih belum mampu mengenali perasaan yang berlawanan pada saat yang sama. Contoh: merasa bahagia dan takut pada saat yang sama

Understanding Emotions
Level 3 Pada level ini anak mulai dapat mengintegrasikan perasaan yang positif dan negatif. Anak dapat mengerti bahwa ada 2 perasaan pada saat yang sama dengan objek yang berbeda. Misalnya: Saya marah pada ayah karena tidak dibelikan mainan (emosi negatif), tapi saya senang karena ibu mengajak saya ke supermarket nanti malam (emosi positif) Level 4 Anak dapat mendeskripsikan perasaan yang berlawanan atau situasi konflik pada objek yang sama. Contoh: Saya bersemangat pergi ke sekolah yang baru tetapi saya sedikit takut

ERIKSON: INITIATIVE VS GUILT


Pada tahap ini anak diharuskan untuk menghadapi perasaan tentang dirinya sendiri yang bertentangan (menghadapi konflik) Konlik yang dirasakan muncul akibat munculnya sense of purpose dimana anak merencanakan dan melaksanakan aktivitas dan tumbuhnya rasa bersalah pada kata hati yang mungkin dimiliki anak pada rencana tersebut Anak prasekolah cenderung ingin bertindak lebih banyak lagi. Namun pada saat yang sam mereka belajar bahwa sebagian yang mereka inginkan berjalan sesuai dengan persetujuan sosial sedangkan sebagian lagi tidak (dapat memunculkan perasaan bersalah)

Gender
Gender identity kesadaran pada diri sesorang apakah dirinya laki-laki atau perempuan di lingkungan sosialnya dan ini penting dalam perkembangan konsep diri seseorang Gender differences adalah psychological atau perbedaan tingkah laku yang nampak antara laki-laki dan perempuan Sebelum usia 3 tahun anak laki-laki cenderung terlihat sama dibandingkan terlihat berbeda. Kalaupun ada perbedaan yang utama adalah anak laki-laki cenderung lebih agresif sedangkan anak perempuan cenderung lebih empati dan helpful Pada usia early childhood- adolescence anak perempuan cenderung lebih responsif terhadap segala hal Perbedaan gender juga nampak dari skor inteligensi, dimana laki-laki lebih baik dalam hal kemampuan spatial, penalaran matematika dan penalaran scientific dan anak perempuan lebih baik dalam hal verbal, hitungan matematika, kemampuan motorik halus dan perseptual

Perspective on Gender Development


Gender Roles tingkah laku, minat, sikap, kemampuan dan trait kepribadian yang diharapkan lingkungan untuk laki-laki dan perempuan Setiap masyarakat punya aturan gendernya masing-masing bagi anak laki-laki atau anak perempuan. Misalnya pada kebanyakan budaya, perempuan diharapkan untuk menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam mengurus keluarga dan anak. Sedangkan laki-laki diperuntukkan untuk menyediakan (bekerja) dan melindungi keluarga Gender Typing proses dimana seorang anak mulai belajar akan peran gendernya. Ini biasanya terjadi pada early childhood. Gender stereotype generalisasi umum (pemberian label) mengenai perilaku laki-laki dan perempuan. Misalnya: perempuan adalah sosok yang pasif dan tergantung. Sedangkan laki-laki adalah sosok yang agresif dan mandiri

Perspective on Gender Development


Perkembangan gender dapat dilihat melalui 4 perspektif yaitu: a. Biological approach b. Psychoanalitic approach c. Cognitive approach d. Socialization-Based approach Note: Find out about all this on gender development

Play: The Business of Early Childhood


Pada saat anak bermain ada 2 hal yang diperhatikan yaitu: (1)Content apa yang dilakukan anak ketika bermain (2)Dimension anak bermain sendiri atau bersama orang lain Cognitive Levels of Play dibedakan menjadi 3 yaitu: (a)Functional Play merupakan permainan yang menggunakan level kognitif yang paling rendah, melakukan gerakan otot yang diulang-ulang. Misalnya: Berlari, melompat, melempar, menangkap (b)Constructive Play menggunakan objek tertentu untuk membuat sesuatu. Misalnya: menyusun balok atau menggambar dengan crayon (anak usia 4 tahun ke atas lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas ini) (c)Pretend Play disebut juga fantasy play, dramatic play, atau imaginative play. Dalam permaianan ini anak menggunakan fungsi simbolik. Contoh main dokter-doketan, masak-masakan

PARENTING
Form of dicipline Dicipline adalah metode untuk mengajarkan karakter pada anak, kontrol diri, dan tingkah laku yang dapat diterima dan merupakan alat untuk bersosialisasi Disiplin pada anak dapat dibentuk dengan pemberian Reinforcement maupun Punishment, yaitu anak akan diberikan hukuman untuk tingkah laku yang tidak diinginkan dan akan diberikan penguatan untuk tingkah laku yang baik Reinforcement dapat dibedakan menjadi External reinforcement dan internal reinforcement Punishment yang diberikan diharapkan disesuaikan dengan ketidakpatuhan anak dan konsisten agar efektif Dalam menerapkan disiplin perlu juga menerapkan Power assertion(kekuatan ketegasan), inductive technique (teknik induksi), dan withdrawal of love. Pilihan dan efektivitas strategi disipliner tergantung pada kepribadian orang tua, kepribadaian dan usia anak, kulitas hubungan ortu-anak, dan kebiasan serta kultur

Parenting Style
Terdapat 3 tipe pola asuh menurut Baumrindss model Authoritarian pola asuh yang menekankan pada kontrol dan kepatuhan tanpa syarat Permissive pola asuh yang menekankan pada ekspresi dan regulasi diri. Orang tua mungkin membuat beberapa peraturn dan mengizibkan anak untuk memonitor aktivitas mereka sendiri Authoritative pola asuh yang menggabungkan antara nilainilai individual pada anak tetapi juga menekankan batasan sosial Eleanor Maccoby dan John Martin menambahkan gaya pengasuhan yang ke4 yaitu Neglectful or uninvolved dideskripsikan segai orang tua yang kadang-kadang mengalami stres dan depresi dan lebih berfokus pada kebutuhannya daripada kebutuhan anak

Promoting altruism and dealing with agression and fearfulness


Altruism Altruism (prosocial behavior) merupkan tingkah laku yang bermaksud untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan sesuatu Keluarga berperan penting dalam memunculkan perilaku altruis pada anak (orang tua yang altruis biasanya anaknya juga altruis Orangtua mendorong perilaku prososial ketika mereka menggunakan metode disiplin induktif

Promoting altruism and dealing with agression and fearfulness


Aggression Terdapat beberapa jenis agresi: Instrumental aggression agresi yang digunakan merupakan intrumen untuk mencapai tujuan (anak usia 2.5-5 tahun cenderung lebih sering melakukan hal ini) Hostile aggression agresi yang digunakan dengan maksud untuk melukai orang lain (termasuk didalamnya overt aggression) Relational aggression contoh membuat gossip, membuat julukan, dan sejenisnya. Pada masa prasekolah agresi jenis ini cenderung face to face, pada masa kanak-kanak dan remaja menjadi lebih rumit dan tersamar

Sumber Agresi
Temperamen anak: emosional, kontrol diri rendah sehingga mengekspresikan marah dalam bentuk agresi Hubungan awal yang negatif dengan Ibu dan anak yang berkorelasi dengan status sosial ekonomi rendah Orang tua tunggal Insecure Lack of attachment Pemberian reinforcement dan punishment yang tidak konsisten Kultur/budaya Media

Fearfulness
Rasa takut adalah hal yang umum pada anak prasekolah Banyak anak usia 2-4 tahun yang takut pada binatang terutama anjing Pada usia 6 tahun anak lebih takut kepada kegelapan Rasa takut yang lain bisa ditujukan pada petir, dokter dan makhluk imajiner. Rasa takut anak bersumber pada kehidupan fantasinya yang intens dan kecenderungannya untuk mencampurkan antara realitas dan imajinasi Rasa takut terkadang dapat berasal dari pengalaman pribadi atau mendengar pengalaman dari orang lain

Relationship with other children


Siblings or Their Absence Relasi anak yang memiliki saudara kandung tidak hanya seputar konflik tapi juga hubungan dalam hal afeksi, minat, persahabatan dan masukan Menjadi anak tunggal tidak selalu berarti manja, menyendiri atau tidak dapat bergaul. Pada beberapa penelitian diketahui anak tunggal justru cenderung menunjukkan kematangan dan motivasi untuk meraih sesuatu

Relationship with other children


Playmates and friends Anak pada usia 3 tahun mulai mengembangkan pertemanan . Anak belajar menjadi teman untuk mendapatkan teman Anak prasekolah cenderung lebih senang bermain dengan anak yang seusia dan berjenis kelamin sama dengan dirinya Dan pada usia prasekolah, anak cenderung lebih suka untuk menghabiskan waktu dengan teman yang memiliki pengalaman yang sama dan berperilaku sama seperti dirinya

TUGAS
Carilah suatu kasus anak yang mengalami gangguan secara kognitif dan analisa dampak yang ditimbulkan dalam perkembangannya

Thank You For Your Attention

You might also like