You are on page 1of 39

Laporan Praktikum Modul 1

Modul 1 Pembuatan Lumpur, Pengukuran Densitas, dan Penentuan Sand Content

I.

Tujuan Praktikum 1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi utamanya, termasuk didalamnya additive pengontrol densitas. 2. Mampu menyiapkan lumpur pemboran. 3. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud Balance. 4. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.

II.

Teori Dasar Lumpur pada proses pengeboran memiliki fungsi yang sangat penting. Pada awalnya dalam pemboran hanya digunakan air untuk mengangkat serpih pemboran (cutting). Seiring dengan berkembangnya dunia pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat- sifat lumpur, zat- zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara, oil dan gas untuk pemboran. Sehingga secara fisik dan kimia terjadi perubahan sifat dasar lumpur pemboran tersebut yang meliputi antara lain, densitas, gel strength, kandungan pasir, viskositas, ikatan kimia antar partikel lumpur dan lain-lain Fungsi Lumpur pemboran yang lain adalah : 1. Mengangkat cutting ke permukaan. Proses ini tergantung dari kecepatan fluida di annulus dan kapasitas untuk menahan fluida 2. Mendinginkan dan melumasi bit. Alat-alat seperti bit selalu bergesekan dengan batuan formasi. Hal ini menimbulkan panas sehingga harus ada media pendingin yang mendinginkannya. 3. Melapisi dinding formasi dengan mudcake. Lumpur pemboran akan mengalami filtrasi ke formasi sehingga lama-kelamaan terbentuklah mudcake yang untuk selanjutnya merupakan pencegah terjadinya filtrasi lebih lanjut. 4. Mengontrol tekanan formasi. Hal ini dilakukan dengan membuat variasi

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

densitas Lumpur pemboran sehingga sama dengan tekanan pada formasi 5. menahan cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi dihentikan untuk sementara merupakan fungsi dari gel strenght. 6. Melepaskan cutting dan pasir di permukaan. Proses ini sangat bergantung pada gel strength dari lumpur pemboran.Gel strength yang kecil menyebabkan cutting dan pasir sulit terngkat ke permukaan, namun gel strength yang terlalu besar menyebabkan tertahannya pembuangan cutting. 7. Menahan sebagian berat drillpipe dan casing. (efek bouyancy) 8. Mengurangi efek negatif pada formasi. 9. Mendapatkan informasi (mud log, sample log). Lumpur pemboran dapat dianalisa untuk menentukan kandungan hidrokarbon pada formasi. 10. Media logging. Lumpur pemboran dapat bertindak sebagai penghantar arus bagi proses logging yang dilakukan Pada percobaan ini, hal yang diamati adalah densitas dan kandungan pasir dalam lumpur yang telah ditambah aditif tertentu. Densitas lumpur pemboran berhubungan langsung dengan fungsi lumpur pemboran sebagai pengimbang tekanan formasi. Densitas yang terlalu besar akan menyebabkan hilangnya lumpur ke dalam formasi yang permeabel (lost circulation), dan sebaliknya densitas yang terlalu kecil akan menyebabkan masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor (well kick). Perhitungan densitas suatu fluida dapat diperoleh melaluii perssamaan: 1. Volume setiap material adalah additive : Vs Vml Vmb 2. Jumlah berat adalah additive, maka : s Vs ml Vml mb Vmb Sand content dari lumpur pemboran adalah adalah persen volume dari partikelpartikel dengan diameternya lebih besar dari 74 mikron. Pengukuran sand content dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan saringan tertentu. Rumus untuk menentukan kandungan pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

Vs 100 Vm

III.

Prosedur Percobaan Pembuatan Lumpur Standar Menyiapkan 22,5 gram bentonit, 350 cc air, dan additive sesuai petunjuk asisten

Memasukkan air ke dalam bejana, kemudian dipasang di multimixer sambil dicampurkan dengan bentonite dan additive

Memastikan lumpur telah tercampur sempurna, yakni sekitar 20 menit, kemudian memasukkannya ke dalam rolling oven atau tempat pengaduk

Membiarkan lumpur diaduk selama sekitar 16-24 jam

a. Pengukuran Densitas Lumpur Membersihkan peralatan Mud Balance, mengisinya dengan air dan ditutup, lalu bagian luar Mud Balance dibersihkan hingga kering

Meletakkan rider pada skala 8,33, kemudian memeriksa level glass agar seimbang dengan cara mengatur calibration screw

Mengosongkan dan membersihkan Mud Balance, kemudian mengisinya dengan sampel lumpur yang telah disiapkan

Menutup cup, dan membersihkan bagian luar dinding dan penutup cup

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

Meletakkan balance arm pada kedudukannya, dan mengatur rider agar setimbang. Membaca densitas yang ditunjukkan skala

Mengulanginya prosedur di atas untuk komposisi lumpur yang lain Pengukuran Sand Content

Pengukuran Sand Content

Aduk kembali lumpur yang sebelumnya digunakan untuk pengukuran densitas dengan menggunakan multimixer selama 5 menit

Isi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran hingga batas yang ditentukan, kemudian tambahkan air hingga batas berikutnya

Tuangkan campuran tersebut melalui saringan dan biarkan cairan mengalir, kemudian tambahkan air ke dalam tabung, kocok, lalu tuangkan lagi melalui saringan

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

Ulangi prosedur tersebut hingga tabung menjadi bersih, kemudian cuci pasir yang tersaring dari sisa lumpur yang mungkin melekat

Pasang funnel pada sisi atas sieve dan balik rangkaian peralatan dengan perlahan kemudian masukkan ujung funnel ke dalam gelas ukur

Semprotkan air ke dalam tabung hingga seluruh pasir tertampung dan mengendap dalam gelas ukur

Baca skala persen volume dari pasir yang mengendap dan catat hasilnya sebagai sand content dari lumpur dalam persen volume

ulangi prosedur di atas untuk komposisi lumpur yang lain

!V. Data Data yang didapatkan oleh kelompok Jumat-1 Pembuatan Lumpur Standar:
Perhitungan ke1 2 3 4 5 rata rata Mass bentonite (gr) 22.54 22.54 22.53 22.52 22.52 22.53

Penghitungan massa bahan additive:


Massa (gr) Bentonite Hematite Barite 15.11 15.3 15.05

Pengukuran densitas dan sand content:


Densitas (ppg) Sand Content

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

Air (Kalibrasi) Standar +Hematite 15gr +Barite 15gr +Bentonite 15gr

Mud Balance 9 9.3 9.7 9.5 9.5

Pressurized Mud Balance 8.4 8.55 8.7 8.85 8.6

(%) 0.3 0.3 0.4 0.6

Pengukuran hasil kalibrasi


Hasil Kalibrasi SG Air Standar +Hematite +Barite +Bentonite Mud Balance 8.33 8.63 9.03 8.83 8.83 Densitas (ppg) Pressurized Mud Balance 8.33 8.48 8.63 8.78 8.53 Sand Content (%) 0.3 0.3 0.4 0.6

Data yang didapatkan oleh kelompok Senin 1

senin 1 Standar +Hematite 10gr +Barite 10gr +Bentonite 10gr

densitas (ppg) 8.6 8.8 8.75 8.8

Sand Content (%) 0.3 0.5 0.75 0.5

Data yang didapatkan oleh kelompok Senin 2

senin 2 Standar +Hematite 5gr +Barite 5gr +Bentonite 5gr

1 8.6 8.6 8.6 8.7

2 8.5 8.75 8.7 8.5

Densitas (ppg) 3 8.65 8.7 8.75 8.65

rata rata 8.583333333 8.683333333 8.683333333 8.616666667

Sand Content (%) 0.15 0.4 0.8 0.3

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

V.

Pengolahan Data Densitas bila dihitung dengan perhitungan Matematis Densitas Lumpur Standar Densitas air Volume Air dw = 8.33 ppg = 1 gr/cc = 350 mL

Ww = 350 cc

Berat bentonite Ws = 22.5 gr SG Bentonite SG = 2.65 = ds = SGs x dw = 2.65 x 8.33 = 22.0745 ppg = 2.65 gr/cc Volume Bentonite = Vs = Ws/ds = (22.5 gr / 2.65 gr/cc ) Volume Lumpur Baru Densitas Lumpur Baru (Vs x ds) + (Vml x dml) = ( Vmb x dmb) (8.49 x 22.0745) + (350 x 8.33 ) = (358.49 x dmb ) dmb = 8.6 ppg = 350 + 8.49 = 358.49 cc

Densitas Bentonite

Densitas Lumpur Standar + Barite 15gr Densitas air Densitas lumpur standar Volume lumpur standar Berat barite SG barite Densitas barite Ws = 15 gr SGs = 4.2 = ds = SGs x dw = 4.2 x 8.33 = 34.986 ppg = 4.2 gr/cc Volume barite = Vs = Ws/ds = (15 gr / 4.2 gr/cc ) = 3.57 cc Volume Lumpur Baru = 358.49 + 3.57 = 362.06 cc dw = 8.33 ppg

dml = 8.6 ppg Vml = 358.49 cc

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

Densitas Lumpur Baru (Vs x ds) + (Vml x dml) = ( Vmb x dmb) ( 3.57 x 34.896 ) + (358.49 x 8.6 ) = ( 362.06 x dmb ) dmb = 8.859 ppg

Densitas Lumpur Standar + Hematite 15gr Densitas air Densitas lumpur standar Volume lumpur standar Berat hematite Ws = 15 gr SG hematite Densitas barite SGs = 5.6 = ds = SGs x dw = 5.6 x 8.33 = 46.648 ppg = 5.6 gr/cc Volume barite = Vs = Ws/ds = (15 gr / 5.6 gr/cc ) = 2.679 cc Volume Lumpur Baru Densitas Lumpur Baru (Vs x ds) + (Vml x dml) = ( Vmb x dmb) = 358.49 + 2.679 = 361.169 cc dw = 8.33 ppg

dml = 8.6 ppg Vml = 358.49 cc

( 2.679 x 46.648 ) + (358.49 x 8.6 ) dmb

= ( 361.169 x dmb ) = 8.882 ppg

Densitas Lumpur Standar + Bentonite 15gr Densitas air Densitas lumpur standar Volume lumpur standar Berat bentonite Ws = 15 gr SG bentonite SGs = 2.65 = ds = SGs x dw = 2.65 x 8.33 = 22.0745 ppg = 22.0745 gr/cc dw = 8.33 ppg

dml = 8.6 ppg Vml = 358.49 cc

Densitas bentonite

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

Volume bentonite

= Vs

= Ws/ds = (15 gr / 2.65 gr/cc ) = 5.66 cc

Volume Lumpur Baru Densitas Lumpur Baru

= 358.49 + 5.66 = 364.15 cc 124.94167

(Vs x ds) + (Vml x dml) = ( Vmb x dmb) ( 5.66 x 22.0745 ) + (358.49 x 8.6 ) = ( 364.15 x dmb ) dmb = 8.809 ppg

Densitas Hasil Perhitungan


densitas (ppg) Standar +Hematite +Barite +Bentonite 8.6 8.859 8.882 8.809

Galat Densitas Lumpur d = dperhitungan dpercobaan Galat = |d|/dperhitungan x 100% Contoh perhitungan: Perhitungan galat untuk lumpur standar dengan mud balance Galat = |d|/dperhitungan x 100% = |8.6-6.63|/8.6 x 100% = 0.348837209% Hasil perhitungan galat densitas lumpur:
Densitas (ppg) Mud Balance Standar +Hematite +Barite +Bentonite 8.63 9.03 8.83 8.83 Pressurized Mud Balance 8.48 8.63 8.78 8.53 Perhitungan 8.6 8.859 8.882 8.809 Mud Balance 0.348837209 1.930240433 0.585453727 0.238392553 Galat (%) Pressurized Mud Balance 1.395348837 2.584941867 1.148390002 3.167215348

Grafik nilai densitas dan sand content pada penambahan additive 15gr (densitas dengan pengukuran menggunakan pressurized mud balance) Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

10

Standar +Hematite +Barite +Bentonite

densitas (ppg) 8.48 8.63 8.78 8.53

sand content (%) 0.3 0.3 0.4 0.6

Grafk nilai densitas dan sand content 10 8 6 4 2 0.3 0 Standar +Hematite Densitas (ppg) +Barite Sand Content (%) +Bentonite 0.3 0.4 0.6 8.78

8.48

8.63

8.53

Grafik hasil dari pertambahan additive terhadap densitas dan sand content
pertambahan additive (gr) Standar +Hematite +Barite +Bentonite Densitas (ppg) 5 8.58 8.68 8.68 8.62 10 8.6 8.8 8.75 8.8 15 8.48 8.63 8.78 8.53 5 0.15 0.4 0.8 0.3 Sand Content (%) 10 0.3 0.5 0.75 0.5 15 0.3 0.3 0.4 0.6

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

11

grafik pengaruh penambahan additive terhadap sand content 1

sand content (%)

0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 5 10 15 20 penambahan additive (gr) Standar +Hematite +Barite +Bentonite

VI. Pembahasan Campuran dari 350 cc air dan 22.5gr bentonite akan menghasilkan lumpur pemboran standar sesuai standar API, yaitu 1 yield, mempunyai perbandingan fasa liquid dan solid bentonite 100bbl/ton. Pada praktikum ini, kita memakai 4 sampel lumpur, yakni lumpur standar, lumpur standar + 15gr hematit, lumpur standar + 15gr bentonite dan lumpur standar + 15gr barite. Lumpur standar disiapkan sebanyak 5 cup, diawali dengan pencampuran 350cc air dan 22.5gr bentonite pada multimixer dengan kecepatan tinggi selama 20 menit, dimana solid (bentonite) dimasukkan secara perlahan lahan ketika air sudah ditaruh di multimixer untuk menghindari terjadinya flokulasi. Setelah itu seluruh cup disatukan ke ember dan dilanjutkan dengan pencampuran dengan kecepatan rendah selama 16-24 jam, agar dispersi terjadi secara merata. Setelah itu mud dibagi lagi ke dalam 4 cup dan penambahan additive ditambahkan selagi lumpur dicampur di multimixer untuk mencegah terjadinya flokulasi, dan campuran diaduk selama 10 menit.

Dalam pengukuran sand content, kita mengukur volume sand content dari skala yang ada pada flask. Sand content yang terbaca persentase adalah endapan pasir pada lumpur. Ketika melakukan percobaan ini dibutuhkan waktu untuk menunggu pasir untuk terendapkan secara sempurna sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih akurat. Selain itu Lumpur yang tersaring harus semuanya, sehingga jika ada sisa sisa lumpur pada cup harus diberi air lagi dan disaring lagi hingga cup nya bersih.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

12

Sand content yang terukur bervariasi antara 0.3-0.6%. Menurut standar API, sand content yang terukur masih berada dibawah batas standar, yairu 4-6%, sehingga hasil masih termasuk baik. Namun pada pengukuran sand content, hasilnya tidak terlalu akurat karena skala pembacaan yang sangat kecil. Selain itu ada kemungkinan bahwa pasir tidak semuanya teraduk dan berada di bagian bawah cup sementara praktikan hanya menuang lumpur bagian atas ketika pengambilan sampel pengukuran.

Sand content dipengaruhi oleh banyaknya Fasa solid dalam lumpur, bukan karena jenis aditifnya. Selain itu karena butir hematit lebih besar, maka ada kemungkinan untuk tersaring dan termasuk dalam konten pasir di lumpur. Dalam proses pengendapannya, hematite lebih cepat mengendap, dikarenakan ukuran partikelnya yang besar, sedangkan additive lain memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengendap.

Untuk menghitung densitas, digunakan mud balance dan pressurized mud balance. Untuk kalibrasi, ditemukan selisih jika menggunakan mud balance yaitu 0.67 ppg dan pressurized mud balance yaitu 0.07 ppg. Kalibrasi ini ditentukan dengan menyesuaikan densitas air 1 cup yang terbaca dengan 8.33 ppg. Penggunaan pressurized mud balance secara teoritik tidak diperlukan, cukup dengan mud balance, karena tujuan dari pemberian pressure adalah untuk mengeluarkan gas yang soluble di lumpur, sedangkan lumpur yang kita buat adalah WBM, dimana solubility gas dalam air sangat kecil sehingga tidak berpengaruh, berbeda dengan jika menggunakan OBM, solubility gas dalam oil tinggi sehingga diperlukan penggunaan pressurized mud balance untuk mengukur densitasnya.

Seiring dengan pertambahan additive, dengan SG bentonite < SG hematite < SG barite, densitas yang terukur seharusnya semakin besar. Akan tetapi, dalam pengukuran dengan mud balance, densitas hematite lebih besar daripada densitas barite. Selain itu, hasil pengukuran mud balance dan pengukuran pressurized mud balance berbeda. Jika dihitung galatnya, ternyata hasil pengukuran menggunakan mud balance menghasilkan galat yang lebih kecil daripada pengukuran menggunakan pressurized mud balance. Hal ini dapat

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

13

dikarenakan pada penggunaan pressurized mud balance, cup tidak terisi penuh oleh fluida.

Galat-galat diatas bisa disebabkan oleh: 1.Pengaruh tekanan dan temperatur tempat percobaan dilakukan 2.Adanya reaksi antara bentonite dengan udara luar (menyerap air dari udara), ketika bentonite dibiarkan sehabis ditimbang beratnya. 3.Kesalahan paralaks ketika mengukur volume air, dan pembacaan densitas dan sand content 4.Terdapatnya additive yang tidak tercampur sempurna

Jika membandingkan dengan data hasil praktikum kelompok lain, dimana penambahan aditif dengan berat yang lebih kecil (5 gr dan 10 gr), seharusnya didapatkan densitas dengan additif 15gr lebih besar daripada yang lainnya, karena densitas dipengaruhi oleh penambahan additif (weighting agent). Semakin banyak kandungan weighting agentnya, semakin besar densitasnya. Namun, pada kenyataannya densitas yang terukur lebih kecil seperti ditunjukkan grafik di bawah ini.

Grafik pengaruh penambahan additive terhadap densitas 8.85 8.80 8.75

densitas (ppg)

8.70 8.65 8.60 8.55 8.50 8.45 0 5 10 15 20 penambahan additive (gr)

Standar +Hematite +Barite +Bentonite

Hal ini dapat disebabkan oleh galat galat yang sama pada pengkuran diatas dan juga kesalahan pengambilan data dan kondisi praktikum yang berbeda.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

14

Sedangkan untuk data sand content, untuk penambahan berat aditif diperoleh profile pertambahan seperti ini

grafik pengaruh penambahan additive terhadap sand content 1

sand content (%)

0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 5 10 15 20 penambahan additive (gr) Standar +Hematite +Barite +Bentonite

Dapat dilihat bahwa sand content yang didapatkan oleh kelompok kami lebih sedikit, padahal jumlah weighting agent yang ditambahkan bertambah banyak, seharusnya grafik diatas kemuanya menunjukkan profil peningkatan sand content seiring dengan bertambahnya additive yang ditambahkan, seperti pada grafik bentonite. Karena semakin banyak pertambahan additive (solid), maka semakin besar kemungkinan

sisa/terbentuknya fasa solid dalam lumpur. Perbedaan ini dapat dikarenakan oleh galat galat yang telah disebutkan diatas dan kesalahan pengambilan data juga perbedaan kondisi ketika praktikum.

VII. Kesimpulan 1. Material pembentuk lumpur pemboran terdiri dari fasa cair (atau pendispersan), reactive solid, inerte solid dan Fasa kimia 2. Penambahan weighting agent/additive (bentonite, barite dan hematite) paada lumpur menyebabkan pertambahan densitas, semakin besar SG weighting agent yang dipakai semakin besar densitasnya. 3. Semakin banyak Fasa solid dalam Lumpur, semakin besar sand contentnya.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

15

4.

Jumlah penambahan aditif pada Lumpur mempengaruhi besarnya sand content

VIII. Jawaban Pertanyaan 1. Resume tentang: struktur clay, jenis-jenisnya, dan hidrasi bentonite Struktur Clay Clay terdiri dari lapisan Silika dan Alumina, yang mana bila bertemu dengan partikel air dan di agitasi lapisan ini akan menyerap air dan putus membentuk partikel ukuran koloidal. Pada umumnya clay berbentuk layer yang memiliki lebar beberapa mikron dan memiliki ketebalan 10000 kali lebih tipis. Adapun Silika memiliki bentuk tetrahedron dan membentuk ikatan heksagonal.

Alumina memiliki struktutr octahedron dan membentuk ikatan gibbsite.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

16

Jenis-Jenis Clay: Kaolinite Non swelling clays dan memiliki ikatan hydrogen yang sangat kuat. Memiliki dua layer yang terdiri dari tetrahedral silika dan oktahedral alumina.

Ilite Ilite secara struktur dan tendensinya untuk swelling mirip dengan

montmorillonites, terdiri dari 3 layer dimana layer alumina octahedral diapit oleh dua layer silica tetrahedral.Tidak ada air yang bisa mempenetrasi ikatan ini.

Chlorite Adalah clay berlayer 3 yang dipisahkan oleh brucite, memiliki ikatan antar

layer yang kuat sehingga tidak terjadi swelling.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

17

Smectites (Montmorillonites)

Clay 3 layer, dengan alumina oktrahedral diapit dua silica tetrahedral. Atom Al di tengah dapat digantkan oleh atom Fe atau Mg yang menyebabkan ketidakstabilan muatan. Dengan karakter memiliki exchangeable kation, ini merupakan clay yang mudah swelling.

Hidrasi Bentonite Hidrasi bentonite terbentuk dalam lembaran-lembaran silica dan alumina,

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

18

dengan aturan dan ukuran yang berbeda-beda untuk membentuk lapisan dari masing-masing mineral clay

Partikel clay ini terdiri dari brerbagai macam lapisan yang saling tumpuk dalam suatu gaya residual. Ketika tersuspensi dalam air, clay akan memperlihatkan bermacam-macam derajat swelling-nya. Molekul bentonite terdiri dari tiga layer yaitu alumina yang dijepit oleh dua buah layer silika. Plate (lempengan) bentonite bermuatan negatif dan mempunyai kation-kation yang berlawanan dan bergabung dengannya. Jika kation-kation ini adalah sodium (Na), maka clay tersebut disebut sodium Montmorillonite, jika kalsium (Ca) maka disebut Calcium Montmorillonite. Bila suspensi clay dan air dari hasil pengadukan yang sempurna, maka akan terdapat tiga model ikatan lempeng yaitu :

Tepi terhadap tepi (edge to egde) Tepi terhadap muka (edge to face) Muka terhadap muka (face to face) Betnuk Bentuk Interaksi Clay:

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

19

Agregasi Aggregasi terjadi bila muka antar muka atau tepi dengan tepi lempeng clay saling berikatan satu sama lainnya dan tersebar di dalam fasa cairnya.

Dispersi Lempengan-lempengan yang tersuspensi di dalam larutan dalam keadaan tersebar merata dan tidak terdapat ikatan antara permukaan maupun tepi dari lempengan-lempengan. Karena jumlah dari partikel yang tersuspensi besar, maka akan menghasilkan kenaikan pada viskositas dan gel strength. Biasanya lempengan-lempengan clay teraggregasi sebelum terhidrasi dan setelah terjadi hidrasi dan diaduk, keadaan ini berubah menjadi terdispersi.

Flokulasi Aggregasi terjadi bila muka antar muka atau tepi dengan tepi lempeng clay saling berikatan satu sama lainnya dan tersebar di dalam fasa cairnya.

Deflokulasi Deflokulasi terjadi bila dalam larutan yang terflokulasi terjadi pemutusan ikatan antara tepi dengan muka, yaitu dengan penambahan thinner ke dalam sistem, sehingga sistem kembali ke dalam fasa terdispersi.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

20

2.

Sifat lumpur pemboran dan alat untuk mengukurnya Densitas Densitas adalah awal mula pressure control dimana jumlah berat dari kolom fluida yang harus digunakan untuk mengimbangi formasi berasal dari kalkulasi pressure control. Alat untuk mengukur: Mud Balance (1ppg accuracy)

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

21

Sand Content Adalah persen volume dari partikel yang ukurannya lebih besar daripada 74 mikron. Tercampurnya serpihan formasi ke dalam lumpur pemboran akan menambah densitas dar ilumpur pemboran tersebut, oleh karena itu perlu peralatan yang disebut Conditioning Equipment

Alat untuk mengukur Sand Content: Sand Control Equipment, Roller Oven

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

22

Viskositas Plastik

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

23

Resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik. Gel Strength Resistensi untuk mengalir dalam keadaan statik oleh gaya tarik-menarik antar partikel yang disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan partikel yang di dispersi dalam fasa fluida. Yield Point Resistensi untuk mengalir dalam keadaan dinamik oleh gaya tarikmenarik antar partikel yang disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan partikel yang di dispersi dalam asa fluida.

Alat ukur: Speed Viscometer, Marsh Funnel, Fann VG Viscometer, Variable Speed Rheometer,

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

24

Gambar 6.5. Skema Gambar Fann VG Viscometer

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

25

Filtrasi Kontrol dari filtrasi dapat membantu untuk mengurangi kondisi lubang sempit dan meminimalkan terjadinya fluid loss ke formasi dan mengurangi mudcake

Alat yang digunakan: Low T/P Filtration Apparatus, HTHP Filtration Unit,

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

26

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

27

pH pH adalah salah satu indikator penting dari kontrol fluida karena reaksi clay, kelarutan dan removal semua bergantung pada pH alat untuk mengukur: pH Meter

3.

Jenis lumpur pemboran, keuntungan dan kerugian:

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

28

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

29

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

30

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

31

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

32

4.

Pipe Sticking: Penyebabnya: Formasi Tidak Terkonsolidasi Formasi yang tidak terkonsolidasi ini runtuh sehingga menyebabkan adanya pecahan-pecahan formasi yang membuat hole diameter semakin sempit sehingga menjadi sticking. Agar tidak terjadi itulah fungsi mudcake dibutuhkan.

Formasi yang bergerak Suatu lapisan formasi yang bergerak/bergeser dikarenakan tekanan overburden diatasnya. Jaga densitas fluida agar mengimbangi formasi tsb.

Formasi yang berfracture dan berfault Di dekat fault, batuan dapat hancur menjadi pecahan pecahan besar dan kecil.Cara mencegahnya adalah meminimalisir getaran drillstring.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

33

Reruntuhan dari Shale yang overpressure Disebabkan fenoena geologi seperti kompaksi yang berlebihan, dsb. Tetap jaga densitas mud untuk menanggulanginya.

Formasi yang reaktif Formasi shale yang menyerap air ketika kadar air di mud tidak sesuai, maka shale akan menyerap air dan swelling.

Hole Cleaning Dalam pemboran berarah, cutting akan pindah ke side yang lebih bawah dan membentuk layer cutting. Dalam hal ini hole cleaning dibutuhkan.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

34

Differential Sticking Hal ini terjadi ketika drillpipe tertahan di suatu sisi wellbore disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan formasi pada suatu formasi yang permeable.

Key Seating Terjadi ketika ada perubahan angle pemboran pada daerah perbahan formasi lunak ke keras, dan ketika menarik drillstring keluar.

Junk Adalah debris yang terjatuh ke dalam sumur dari permukaan atau dari downhole equipment sehingga menyebabkan stuck.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

35

Collasped Casing/Tubing Terjadi ketika pressure diluar casing lebih besar daripada pressure awalnya dan casing tidak kuat menahannya dan menjadi bengkok.

Cement Blocks Terjadi ketika Penyemenan tidak beegitu baik, sehingga semen runtuh dan memblokir hole.

5.

Manage pressure drilling dual gradient

Pada pengeboran dual gradient, sumur dibor dengan 2 fluida yang memiliki gradien tekanan berbeda. Digunakan pada pengeboran sumur dalam di laut dalam karena banyaknya perubahan densitas fluida yang harus digunakan, kestabilan lubang yang susah dipertahankan dan banyaknya cuttings pada pengeboran, dengan kedalaman sumur lebih dari 2000 m dengan kedalaman laut lebih dari 2000m, dimana riser ataupun chikyu tidak bisa digunakan.

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

36

Pada metode ini, kita menghilangkan impact dari kedalaman air. Pada pengeboran dual gradient, digunakan dua gradien densitas fluida, yakni gradien fluida untuk memaintain gradien tekanan dari air laut (seawater gradient), dan yang kedua adalah gradien lumpur pemboran yang digunakan untuk mengebor dari dasar laut (drilling mud gradient). Sedangkan pada pengeboran biasa hanya memiliki 1 gradien pemboran. Hal ini efektif untuk dilakukan karena terdapat perbedaan gradien densitas yang diperlukan untuk menanggulangi seawater dan gradien yang dibutuhkan untuk mengebor

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

37

Metode ini dilakukan dengan meminimalkan drilling window. ( pengeboran konvensional)

(dual gradient drilling)

Dengan digunakan nya 2 gradien ini, densitas fluida pemboran dapat dihitung

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

38

dengan jauh lebih akurat, dan lumpur yang digunakan juga dapat digunakan ulang. Selain itu jumlah casing yang digunakan juga lebih sedikit.

(skema komponen peralatannya)

Sabrina Metra 12209081

Laporan Praktikum Modul 1

39

IX.

Daftar Pustaka

Sabrina Metra 12209081

You might also like