You are on page 1of 40

ANALISIS LIMBAH

LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Syaifurrijal

309332407327

Dwi Ima Hikmawati

309332410353

INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT


Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skin) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak kulit. Ada 2 jenis penyamakan
Penyamakan Nabati

Penyamakan Krom

Penyamakan Nabati
Menggunakan kulit pohon quebracho atau babul sebagai tanning agent. Kolagen dari kulit yang disamak akan membentuk ikatan hidrogen dengan tanning agent. Umumnya digunakan untuk memproduksi sol sepatu atau bahan lain yang keras.

Penyamakan Krom
Menggunakan kromium sebagai tanning agent. Cr3+ berdifusi kedalam matriks kulit pada pH 3.5 4.0 yang menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen koordinasi antara kulit dengan Cr3+. Umumnya digunakan untuk memproduksi sepatu kulit ataupun jaket kulit untuk industri garmen.

Proses Industri Penyamakan Kulit


Ada tiga tahapan pokok :
Pre-tanning operations Proses Pembersihan (Beam House) Tanning operations

Proses Penyamakan (Tanning)


Post-tanning operations Proses Penyelesaian Akhir (Finishing)

Proses Pembersihan (Beamhouse)


Proses Pembersihan (Beamhouse) merupakan proses penyiapan kulit mentah agar dapat disamak. Tujuan utamanya adalah menghilangkan kotoran yang melekat saat proses pengulitan, serta menghilangkan darah, daging serta tulang yang masih tersisa dari kulit mentah. Proses pembersihan tersebut meliputi: 1. Trimming 2. Soaking and Washing 3. Fleshing
Liming Magnalitting

Trimming
Merupakan proses awal penyiapan kulit. Kulit mentah dicukur untuk menghilangkan bulu

Diberi desalter untuk menghilangkan garam yang melekat pada kulit.


Limbah yang dihasilkan berupa bulu hewan serta garam.

Soaking and Washing


Tahap perendaman untuk melemaskan dan melunakkan kulit sehingga mudah disamak. Selain itu dapat pula membersihkan kotoran, darah serta protein terlarut seperti albumin dan globulin. Bahan yang digunakan : air, teepol, soda abu (NaOH) serta wetting agent (deterjen) dan bahan pengawet (biosida) Limbah yang dihasilkan:
Sisa desinfektan (mengandung sodium hipoklorida) Kotoran kulit

Fleshing Liming
Tujuannya adalah menghilangkan epidermis dan bulu, kelenjar keringat, dan lemak, dengan melemaskan bagian bulu hingga ke akarnya sehingga mudah dilepas, serta untuk mengembangkan kulit. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah air, Na2S dan kapur. Limbah yang dihasilkan pada proses ini antara lain rambut serta sisa kapur (Ca(OH) 2) dan sulfida.

Fleshing Magnalitting
Pada proses ini, kulit dibelah dengan mesin untuk mendapatkan kulit yang bagus, umumnya bagian atas atau bagian luar dari kulit yang terbebas dari lemak. Kulit hasil dari proses ini umumnya disebut pelts. Proses pembelahan kulit tersebut menggunakan mesin pembelah (Magnalitting Machine). Limbah yang dihasilkan berupa lapisan bawah kulit.

Proses Penyamakan (Tanning)


Dalam proses penyamakan, tanning agent yang digunakan adalah krom dan penyamak nabati. Agar kulit dapat bereaksi dengan tanning agent, diperlukan kondisi khusus sehingga sebelum diberi tanning agent, dilakukan proses deliming, bating dan pickling pada kulit (pelts).

Tahapan Proses Penyamakan


Proses Utama Deliming and Bating Pickling Tanning Wringing Splitting Shaving Proses Lanjut Retanning Bleaching and Colouring Fat Liquoring Drying

Deliming and Bating


Proses ini bertujuan untuk membuang kapur serta minyak dan lemak. Kulit yang mengandung kapur tersebut bersifat basa sehingga tidak sesuai dengan kondisi reaksi dengan tanning agent.

Adanya kapur pada kulit menyebabkan :


Pada penyamakan nabati akan mengakibatkan kulit mudah pecah akibat terbentuknya kalsium tannat.

Pada penyamakan krom, kapur akan bereaksi dengan krom membentuk Cr(OH) 3 yang merugikan karena bahan baku krom akan cepat habis.

Pembuangan kapur dilakukan dengan menambahkan NH4Cl. Selain itu pada proses ini ditambahkan degreasing agent untuk membuang minyak dari kulit (pelts) dan juga ditambahkan bating enzyme untuk membuang lemak yang menempel pada kulit (pelts).

Limbah yang dihasilkan dari proses ini adalah amonia dan minyak serta lemak.

Pickling
Proses ini bertujuan untuk mengasamkan kulit agar sesuai dengan kondisi reaksi optimum dengan tanning agent. Sehingga akan dihasilkan kulit (leather) dengan kualitas yang bagus. Garam (umumnya NaCl) 10%, asam sulfat 1% serta asam format 0,5% ditambahkan pada air rendaman. Penyiapan kulit (pelts) untuk bahan penyamakan nabati, pH campuran berkisar antara 3.0-3.5. Penyiapan kulit (pelts) untuk bahan penyamakan krom, pH campuran berkisar antara 2.8-3.2.

Tanning (Chrome Tanning)


Penyamakan dilakukan pada kulit (pelts) yang telah melalui proses pickling dan setengah kering, dimasukkan dalam sebuah wadah berisi campuran tanning agent. Tanning agent yang digunakan dalam penyamakan krom adalah kromium sulfat (8% w/w). Natrium bikarbonat (1% w/w) and natrium format (1% w/w) digunakan untuk menjaga pH campuran berkisar antara 3.8 - 4.0. Pada proses ini dapat pula ditambahkan bahan pengawet (0,1%) agar kulit (leather) yang dihasilkan tahan jamur dan lebih kuat. Kulit (pelts) yang telah tersamak dengan krom sering disebut wet blues.

Wringing
Kulit yang telah tersamak (wet blues) kemudian diperas dengan mesin ataupun tangan untuk menghilangkan sebagian besar airnya.

Shaving
Kulit (wet blues) kemudian diiris dengan mesin untuk mendapatkan kulit yang rata dan memiliki ketebalan yang sama. Ketebalan kulit yang diperoleh akan digunakan sebagai acuan dalam penggunaan air dan bahan kimia pada proses selanjutnya.

Retanning
Kulit (wet blues) selanjutnya dicuci dengan air (200%) dan di-tanning kembali dengan kadar krom yang lebih rendah yakni kromium sulfat (5% w/w). Natrium bikarbonat (1% w/w) and natrium format (1% w/w) tetap digunakan untuk menjaga pH campuran berkisar antara 3.8 - 4.0 sehingga proses retanning berlangsung dengan baik.

Bleaching and Colouring


Bleaching
Proses bleaching bertujuan untuk menghilangkan noda besi dari mesin serta membuang kelebihan asam sehingga menurunkan pH kulit (wet blues) yang menyebabkan warna kulit memudar, serta memudahkan proses pewarnaan kulit.
Dilakukan dengan menambahkan NaHCO3 dan kalsium hipoklorit serta asam asam organik

Colouring (Dyeing)
Sebelum diberi zat pewarna, kulit (wet blues) dicuci dengan air panas terlebih dahulu agar lebih mempermudah pewarnaannya. Memberi warna dasar agar kulit (wet blues) tidak mudah pecah. Bahan yang digunakan adalah air (200%) bersuhu 60oC serta pewarna yang diinginkan (4%). Selanjutnya kulit (wet blues) dicelupkan dalam campuran tersebut. Asam formiat terkadang digunakan agar hasil pewarnaan lebih baik.

Fat Liquoring
Tujuan proses perminyakan adalah :
Menjadikan kulit lentur dan tahan tarik. Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lain. Membuat kulit tahan air.

Bahan yang digunakan: air, cairan lemak atau minyak (12%), dan dapat ditambahkan anti jamur.

Drying
Proses ini dapat dilakukan dengan mesin maupun dengan penjemuran biasa. Bertujuan untuk mengeringkan kulit sebelum diolah pada proses finishing. Sebelum drying umumnya kulit dibilas dengan air terlebih dahulu.

Setelah kering, kulit (leather) akan diolah dalam proses finishing

Finishing
Dalam finishing, tujuan utamanya adalah memperindah tampilan kulit jadi (leather). Langkah-langkah akhir penyamakan kulit tersebut adalah proses kering, dalam artian pada proses ini tidak dihasilkan limbah cair. Umumnya yang dilakukan pada proses finishing antara lain:
Staking and dry milling Buffing

Finishing and

Staking and dry milling


Staking
Pada tahap ini, kulit yang telah jadi (leather) diregangkan untuk menarik kulit hingga mendekati batas kemulurannya.

Dry milling
Pada tahap ini, kulit yang telah jadi (leather) ditekan dengan mesin agar permukaan kulit (leather) menjadi lebih halus dan rata.

Buffing
Pada tahap ini, kulit (leather) diberi zat pengkilap yang bertujuan untuk mengkilapkan warna kulit (leather) serta menutup cacat pada kulit (warna cat dasar yang tidak rata).

Finishing And
Pada tahap ini, kulit (leather) diperlakukan sesuai keinginan produsen untuk mempercantik produk mereka serta meningkatkan kualitas kulit (leather) yang dihasilkan.

KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

BENTUK SPESI BAHAN PENCEMAR


pH
Ditentukan dengan menggunakan portable TM2 pH-meter.

COD dan BOD Deterjen


Tingginya kadar COD dan BOD antara lain disebabkan pemakaian deterjen dalam proses produksi
Parameter yang diuji berupa BOD dan COD

BOD ditentukan dengan metode 5-day BOD test dengan alat pengukur manometrik Oxitop IS12
COD ditentukan dengan closed reflux digestion dan metode titrimetri (APHA, 1995)

Padatan
Seluruh kadar padatan seperti TSS, TDS, dan SS diukur dengan 0.45 micrometer filter sesuai Standard Methods (APHA, 1995)

Nitrogen
Bentuk spesi: Ammonia dan TKN Ion ammonium ditentukan dengan spektrofotometri sesuai Standard Methods (APHA 1995).

Kadar TKN ditentukan dengan metode DohrmanRosemat analyzer, DN1900

Sulfat
Bentuk spesi: ion sulfat Ditentukan dengan metode kromatografi ion

Sulfida
Bentuk spesi: ion sulfida Sulfida ditentukan dengan metode iodin titrimetri setelah didestilasi dalam medium asam sulfat dengan adanya gas nitrogen.

Krom
Bentuk spesi: Cr3+ dan Cr6+
Dianalisis menggunakan teknik AAS sesuai Standard Methods (APHA, 1995)

Klorida
Bentuk spesi: ion clorida
Dianalisis menggunakan metode kromatografi penukar ion.

pH
1. Harga pH 7.3-10
2. Harga pH 7.7-7.9 Berdasarkan data tersebut pH limbah cair berkisar antara 7-10. Hal tersebut disebabkan karena terdapat proses netralisasi dan penambahan basa pada proses bleaching.

BOD
1. BOD 840-18620
2. BOD 1746 Berdasarkan kedua data, dengan perlakuan yang berbeda menunjukkan bahwa limbah memiliki kadar BOD yang tinggi. Hal ini disebabkan pada proses tanning, banyak digunakan bahan bahan organik, seperti pada proses soaking dan liming.

COD
1. COD 1320-54000
2. COD 6240 Berdasarkan data, dengan perlakuan yang berbeda menunjukkan bahwa limbah memiliki kadar COD yang tinggi. Hal ini disebabkan pada proses tanning, banyak digunakan bahan bahan organik, seperti pada proses soaking dan liming.

Suspended Solids
1. SS 220-1610
2. SS 1150 Senyawa yang menentukan harga SS adalah protein, garam anorganik, dan suspensi kapur.

Nitrogen (TKN)
1. Total K. Nitrogen 236 358
2. Total K. Nitrogen 168 Kadar nitrogen dalam limbah dihasilkan dari protein yang terkandung dalam kulit.

Sulfat
1. Sulfat 800-6480
2. Sulfat 1814-3146 Sulfat pada limbah diperoleh dari proses-proses yang melibatkan penambahan asam sulfat dan garam sulfat. Proses-proses tersebut adalah: Pickling, Chrome tanning, dan Retanning.

Sulfida
1. Sulfida 800-6480

2. Sulfida 232
Sulfida pada limbah diperoleh sebagai ion sulfida yang bersumber dari proses liming yaitu pada penambahan garam sulfida. Kadar sulfida pada tabel 2 lebih rendah daripada tabel 1 karena sampel yang dianalisis merupakan sampel yang mengalami pengolahan.

Kromium
1. Kromium 41-133
2. Kromium 13.3 Kromium ini diperoleh dari proses industri yang melibatkan penambahan garam kromium yaitu, proses Chrome tanning dan proses Retanning. Kadar kromium pada tabel 2 lebih rendah daripada tabel 1 karena sampel yang dianalisis merupakan sampel yang mengalami pengolahan.

You might also like