You are on page 1of 18

Penerapan Activity Based Costing Pada Sektor Publik Dengan Studi Kasus Pada Pembuatan NPWP

KELOMPOK 1 :
1. 2. 3. 4. 5. A. TRI ABDIAWAN AMIR (01) EKO SURYONO (10) FRANSISKUS LUCKY A.W. (13) HARAPON ANGUN KASOGI (14) MUHAMMAD ANDRI (24)

Penerapan Activity Based Costing Pada Sektor Publik Dengan Studi Kasus Pada Pembuatan NPWP
A. PENGHITUNGAN BIAYA TRADISIONAL MENUJU ABC

Activity-based costing muncul pada era 1980-an berangkat dari meningkatnya ketidakrelevanan metode akuntansi biaya tradisional. Metode akuntansi biaya tradisional yang dikembangkan pada 1870 sampai dengan 1920 ketika industri berkonsentrasi pada tenaga kerja yang intensif, tanpa penggunaan mesin dan variasi produk yang relatif rendah serta biaya overhead pabrik yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan keadaan industri saat ini. Bagaimanapun dimulai dari 1960, sebagian pada 1980, perubahan terhadap metode tradisional berlangsung dengan cepat. Dalam beberapa hal, muncul gagasan bahwa metode akuntansi biaya tradisional sudah tidak relevan dalam produksi. Persaingan global membuat perusahaan memproduksi lebih banyak jenis barang dan jasa. Kegiatan produksi yang berbeda mengakibatkan permintaan yang bervariasi atas sumber dayanya sehingga pada akhirnya perusahaan membutuhkan metode pengukuran biaya yang lebih akurat. Metode pengalokasian biaya secara tradisional akan menghasilkan konsekuensi yang terjadi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Peanut-butter costing Pendekatan penghitungan biaya yang menggunakan pemerataan secara umum dalam mengalokasikan biaya sumber daya secara seragam ke objek biaya (produk/jasa). Padahal masing-masing produk/jasa tersebut kenyataannya tidak menggunakan sumber daya dalam jumlah yang sama. Perataan biaya dapat menyebabkan kalkulasi biaya produk/jasa yang terlalu tinggi (overcosting) ataupun terlalu rendah (undercosting). Overcosting Sebuah produk menghabiskan sumber daya yang lebih sedikit tapi justru memiliki biaya per unit yang tinggi. Undercosting Sebuah produk menghabiskan sumber daya yang lebih banyak tapi justru memiliki biaya per unit yang rendah. Ketimpangan pengalokasian belanja yang terjadi melalui metode ini dapat berakibat pada ketidak sesuaian antara alokasi biaya dengan biaya yang sebenarnya terjadi. Hal ini berdampak pada menurunnya margin keuntungan perusahaan maupun menurunnya daya saing produk.

2.

Subsidi silang biaya produk Konsekuensi metode pengalokasian biaya tradisional ini berangkat pada keyakinan bahwa ketika suatu perusahaan mengalami kelebihan biaya pada salah satu produknya akan mengalami kelebihan biaya pada produknya yang lain. Subsidi silang biaya produk terjadi bila biaya dialokasikan secara merata (rata-rata umum) pada berbagai produk tanpa mempertimbangkan jumlah sumber daya yang digunakan setiap produk.

B.

PERBAIKAN SISTEM PENGHITUNGAN BIAYA

Sistem penghitungan biaya tradisional dengan metode pemerataan biaya dinilai telah memberikan pengukuran yang menimbulkan bias dalam menentukan biaya sebenarnya sebuah produk. Diperlukan perubahan cara pandang dalam menghitung biaya produk sehingga diperoleh biaya yang benar-benar sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adapun tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam memperbaiki sistem penghitungan biaya produksi antara lain: 1. Penelusuran biaya langsung Memperbanyak item total biaya sebagai biaya langsung yang dapat ditelusuri ke obyek biaya secara mudah dan ekonomis karena semakin banyak obyek biaya diklasifikasikan sebagai biaya langsung akan mengurangi klasifikasi biaya tidak langsung. Dengan semakin sedikit unsur biaya tidak langsung maka bias dalam pengalokasian biaya tidak langsung akan dapat direduksi. 2. Pembentukan kelompok-kelompok biaya langsung Perbanyak kelompok biaya tidak langsung sehingga kelompok-kelompok biaya tersebut bersifat homogen sehingga semua biaya pada tiap kelompok memiliki kesamaan dalam hubungan antara sebab-akibat atau manfaat yang diterima dengan dasar alokasi biaya. 3. Penentuan dasar alokasi biaya Pengalokasian biaya dengan kriteria yang relevan akan meningkatkan akurasi penghitungan kelompok biaya tidak langsung. Salah satu kriteria yang mungkin diaplikasikan sebagai dasar alokasi biaya tidak langsung adalah hubungan sebab-akibat. C. PENGHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

Salah satu solusi dalam memperbaiki sistem penghitungan biaya adalah dengan menerapkan sistem penghitungan biaya berdasarkan aktivitas (ABC). Charles T.Horngren, Gary L.Sundem dan William O.Stratton, dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996) memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang memfokuskan pada aktivitas 2

sebagai objek biaya yang fundamental istem ABC ini menggunakan biaya dari aktivitas tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya ke objek biaya yang lain seperti produk, jasa, atau pelanggan. Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System, yaitu : 1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personal perusahaan pada posisi yang dapat mempengaruhi biaya. ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan. 2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas. Dengan mengidentifikasi aktivitas dan biayanya, sistem ABC lebih merinci penggunaan sumber daya dalam organisasi. Tiga pedoman perbaikan biaya seperti yang disebutkan sebelumnya sangat berperan dalam pengidentifikasian biaya ABC sebagai berikut: 1. Penelusuran biaya langsung Salah satu ciri sistem ABC adalah tujuannya terhadap identifikasi beberapa biaya atau kelompok biaya yang dapat diklasifikasikan sebagai biaya langsung. Sistem ABC membagi kelompokkelompok biaya yang ada ke dalam subbagian yang lebih kecil. Biaya-biaya pada subkelompok baru tersebut bisa jadi memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai biaya langsung. Penelusuran biaya langsung meningkatkan akurasi penghitungan biaya dan menjadikan pengalokasian lebih sederhana. 2. Pengelompokan biaya tidak langsung Sistem ABC membentuk banyak kelompok biaya yang lebih terkait dengan aktivitas yang berbeda. Semakin banyak kelompok biaya tidak langsung akan berdampak pada dasar pengalokasian biaya tidak langsung yang lebih homogen, terfokus dan memiliki hubungan yang lebih akurat dalam pengalokasian biaya kedalam produk. 3. Dasar alokasi biaya Metode ABC menggunakan dasar ukuran aktivitas sebagai dasar alokasi biaya untuk alokasi setiao kelompok biaya aktivitas. Dasar ukuran tersebut membentuk kelompok biaya secara terstruktur dengan dasar alokasi biaya berdasarkan aktivitas tertentu yang menjadi pemicu biaya untuk kelompok biaya tersebut. 3

Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu: 1. Facility sustaining activity cost. Biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci 2. Product sustaining activity cost. Biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk 3. Batch activity cost. Biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin. 4. Unit level activity cost. Biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Metode ABC memperbaiki penghitungan biaya dengan menekankan aktivitas sebagai obyek biaya fundamental. Aktivitas dapat berupa kejadian, tugas atau unit pekerjaan dengan tujuan khusus seperti contoh, perancangan produk, pengoperasian mesin, pendistribusian produk. Berikut ini adalah tahapan pembebanan pada Activity Based Costing : Tahap I 1. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai. 2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen. 3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver). Tahap II Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusur ke produk dengan menggunaan tarif pool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya dikonsumsi oleh tiap produk. Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktivitas, aktivitas yang berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok

diukur dan biaya-biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif kelompok yang mewakili. Ilustrasi penerapan sistem ABC pada akuntansi komersial Perhitungan Harga pokok produksi (perbandingan tradisional & ABC) contoh : Print Corporation memproduksi dan menjual printer dalam dua jenis kualitas sebagai berikut : KETERANGAN MODEL A MODEL B Volume produksi 5.000 unit 15.000 unit Harga Jual $ 400/unit $ 200/unit Bahan langsung dan Tenaga kerja $ 200 $ 80 langsung Jam kerja langsung 25.000 jam 75.000 jam Identifikasi aktifitas, cost pool yang dianggarkan dan driver aktifitas : Rekayasa $ 125.000 Jam rekayasa Set up $ 300.000 Jumlah Set up Perputaran mesin $ 1.500.000 Jam mesin Pengepakan $ 75.000 Jam Pengepakan Jumlah FOH $2.000.000 Data unit aktivitas atau transaksi yang sesungguhnya : Aktivitas Konsumsi Aktivitas Model A Model B Jam rekayasa 5.000 7.500 Jumlah Setup 200 100 Jam mesin 50.000 100.000 Jumlah pengepakan 5.000 10.000

Total 12.500 300 150.000 15.000

Ditanyakan : Tentukan jumlah perbandingan perhitungn biaya produksi dan profitabilitas antara system perhitungan tradisional ( dimana Bop dialokasikan atas dasar jam kerja Langsung ) dengan SYSTEM ABC. JAWABAN PENENTUAN FOH DENGAN SISTEM TRADISIONAL Keterangan Perhitungan Total Jam Kerja langsung 25.000 + 75.000 Tarif FOH per jam kerja langsung $ 2000.000/100.000 Dibebankan ke model A 25.000 x 20 FOH per unit model A 500.000/5.000 Dibebankan ke model B 75.000 x 20 FOH per unit model B 1.500.000/15.000 PENENTUAN FOH DENGAN SISTEM ABC Driver Aktivitas Biaya Konsumsi Aktivitas Jam rekayasa $ 125.000 12.500 Jam set up $ 300.000 300

Jumlah 100.000 20 FOH/JKL 500.000 100 1.500.000 100

Tarif per aktivitas $ 10 $ 1.000 5

Jam mesin Jam pengepakan Jumlah total

$ 1.500.000 $ 75.000 $ 2.000.000

150.000 15.000

$ 10 $5

Pembebanan FOH Untuk Setiap Jenis Printer Printer Model A Driver Aktivitas Tarif per aktivitas Jam rekayasa 10 Jam set up 1.000 Jam mesin 10 Jam pengepakan 5 Jumlah Printer Model B Driver Aktivitas Jam rekayasa Jam set up Jam mesin Jam pengepakan Jumlah

Jumlah per aktivitas 5.000 200 50.000 5.000

FOH total 50.000 200.000 500.000 25.000 775.000

FOH per unit (5.000 unit) 10 40 100 5 $ 155/unit

Tarif per aktivitas $ 10 $ 1.000 $ 10 $5

Jumlah per aktivitas 7.500 100 100.000 10.000

FOH total 75.000 100.000 1.000.000 50.000 1.225.000

FOH per unit (15.000 unit) 5 6,67 66,67 3,33 81,67

Perbandinagan Profitabilitas system tradisional Keterangan Harga jual per unit Biaya langsung dan tenaga langsung Dan overhead Total biaya Margin Model A $ 400 $ 200 +$ 100 $ 300 $ 100 Model B $ 200 $ 80 +$ 100 $ 180 $20

Perbandingan Profitabilitas System ABC Keterangan Model A Harga jual per unit $ 400 Biaya langsung dan tenaga $ 200 langsung Overhead 1. Rekayasa $ 10 2. Set Up $ 40 3. Perputaran mesin $ 100 4. Pengepakan $5 Total Overhead $ 155 Total biaya produksi $ 355 Margin 45

Model B $ 200 $ 80

$5 $ 6,67 $ 66,67 $ 3,33 $ 81,67 $ 161,67 38.3

Perbandingan Dua System Penentuan Biaya : Keterangan Tradisional Model A FOH Total FOH per unit Margin per unit Model B FOH Total FOH per unit Margin per unit $ 500.000 $ 100 $ 100 Metode alokasi ABC $ 775.000 $ 155 $ 45 ($ 775.000) ($ 55) $ 55 Perbedaan

$ 1.500.000 $ 100 $ 20

$ 1.225.000 $ 81,67 $ 38,33

$ 275.000 $ 18,33 (18,33)

Keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC) 1. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya. 2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modem, terdapatsejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendirimemberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri. 3. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities causecost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas. 4. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantudalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem

denganmenggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk. 5. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilankeputusan yang strategik. 6. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

Keterbatasan sistem ABC: 1. Penentuan pool biaya aktivitas dan cost driver memerlukan banyak perhitungan yang menghabiskan biaya dan tarif biaya ;

2. Semakin rinci sistem ABC dan semakin banyaknya kelompok biaya yang terbentuk, maka semakin banyak alokasi yang dibutuhkan untuk menghitung biaya aktivitas dari setiap kelompok biaya sehingga dapat menyebabkan kesalahan identifikasi biaya berdasarkan aktivitas yang berbeda. 3. Kadang-kadang perusahaan terpaksa menggunakan dasar alokasi yang sudah bukan dasar alokasi yang seharusnya, sehingga memungkinkan kesalahan. D. ACTIVITY BASED COSTING UNTUK SEKTOR PUBLIK

Activity based costing (ABC) telah dikenal hampir dua dekade dan baru sekarang organisasi sektor publik berusaha untuk mengadopsi dengan alasan efisiensi dan optimalisasi pelayanan. Optimalisasi pelayanan mensyaratkan bahwa semua layanan publik sebaiknya memberikan layanan yang tidak hanya memenuhi keinginan masyarakat tetapi juga melampaui harapan mereka. Berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik sama seperti yang ditawarkan oleh sektor swasta. Optimalisasi pelayanan membutuhkan tiga hal yang harus dilakukan yaitu : 1. Mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan suatu pelayanan publik 2. Memastikan sejauh mana tingkat efisiensi maksimal dari proses pelayanan publik 3. Membangun cara untuk dapat membandingkan biaya tersebut dengan entitas publik lain maupun sektor swasta. Untuk menjawab tiga hal diatas dibutuhkan suatu sistem yang tepat untuk mengukur berapa biaya yang sebenarnya, proses pelayanan yang maksimal dan pembandingan yang fair. Saat ini, batas antara proses-proses pengelolaan keuangan di organisasi sektor publik dan bisnis komersial semakin tipis. Penghematan anggaran membuat sumber daya yang tersedia menjadi lebih sedikit, sehingga optimalisasi pelayanan membuat peningkatan pelayanan dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. Biasanya pengawas keuangan sektor publik lebih berkonsentrasi pada penggunaan sumber daya daripada kegiatan atau keluaran yang dihasilkan oleh sumber daya tersebut. Dalam rangka optimalisasi pelayanan, badan-badan sektor publik semakin dituntut untuk lebih bertanggungjawab atas target kinerja dan pimpinan perlu memastikan bahwa keputusan pengeluaran anggaran harus terkait dengan tujuan strategis. Untuk mengelola keuangan sektor publik hampir sama seperti sektor swasta, pimpinan perlu alat untuk lebih memahami biaya dan kinerja mereka. Tantangan bagi pimpinan di sektor publik yaitu menanggapi kebijakan pemerintah mengenai pengukuran biaya pelaksanaan, meningkatkan kualitas pelayanan dan menyediakan hasil pengukuran yang tepat pada outcome.

Hasil pengukurannya outcome dan sumberdaya yang diperlukan merupakan bagian integral dari pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan. Keduanya menjadi pendorong untuk pencapaian dan penciptaan target serta keputusan yang diambil untuk mempengaruhi pelayanan. Penekanannya adalah pada pemerintah yang berbasis kinerja. Informasi kinerja yang handal dapat membantu organisasi sektor publik mengembangkan kebijakan dan mengelola sumber daya yang mereka miliki dengan cara yang paling efektif mungkin. Selanjutnya, informasi yang akurat tentunya menjadi lebih akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemerintah dan masyarakat umum.

Berdasarkan model tradisional keberhasilan pengelolaan keuangan umumnya diukur dengan mampunya menghemat pengeluaran dalam anggaran daripada hasil pelayanan atau output kegiatan. Hal ini tentunya sudah tidak sesuai dengan perkembangan yang telah terjadi, Melalui pengenalan Activity Based Costing, pengukuran pengeluaran dan kinerja yang dihasilkan menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi pengelolaan anggaran dan penentuan target tertentu. Manfaat lebih luas dari ABC selain menyediakan informasi keuangan rinci. Jika dilakukan dengan benar, ABC menyediakan pemeriksaan kritis terhadap prosedur operasional, memperlihatkan kelemahan yang ada pada prosedur operasi dan memberikan solusi yang dapat diidentifikasi serta dihitung dengan biayanya secara akurat. Biaya yang dihasilkan dari pendekatan ABC dapat digunakan sebagai benchmark dengan pelaksanaan pelayanan publik lainnya, tetapi manfaat utama yang akan ditimbulkan dari ABC melampaui ini. Bagi seorang pimpinan penggunaan informasi dari hasil pendekatan ABC ini, juga menyoroti kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat menambah nilai pelayanan publik. Untuk mendapatkan manfaat penuh dari pendekatan ABC, hal ini perlu menjadi bagian dari mekanisme pelaporan. Tentunya hal ini akan mengarah ke tujuan perbaikan yang berkelanjutan dalam pemberian layanan publik. Penerapan pada sektor publik Dari penjelasan diatas ABC dianggap relevan penerapannya di sektor publik. Pemerintah sebagai organisasi yang tidak berorientasi mengejar laba sebenarnya dapat menerapkan ABC. Penerapan ABC pada sektor publik berbeda dibandingkan penerapan ABC sektor privat, hal ini disebabkan karakteristik kegiatan pemerintah sedikit berbeda dibandingkan organisasi swasta pada umumnya. Karakteristik aktivitas pemerintah daerah sebenarnya hampir mirip dengan perusahaan yang begerak di bidang jasa yang kadangkala menimbulkan kesulitan, misalnya karakteristik output yang 9

sulit didefinisikan dan tidak berwujud. Selain itu, biaya kapasitas gabungan mewakili sebagain besar proporsi dari total biaya dan sulit untuk dikaitkan dengan aktivitas yang menghasilkan output. Mark D. Abrahams dalam tulisannya yang berjudul Activity Based Costing: Illustrations from the State of Iowa menyatakan bahwa konsep ABC serta langkah-langkahnya dianggap dapat diterapkan dalam lingkungan pemerintahan. Terdapat 4 langkah untuk mengimplementasikan sistem ABC : 1. Sumber daya dan biaya harus terorganisasi dalam bentuk biaya per unit kerja 2. Biaya perlu dikategorikan kedalam kategori ; Pengaruh secara langsung terhadap aktifitas pelayanan Tidak berpengaruh secara langsung terhadap aktifitas pelayanan

3. Direct cost dan indirect cost perlu untuk ditujukan atau dialokasikan kepada aktifitas yang spesifik 4. Unit cost dihitung dengan memisahkan aktifitas dengan aktifitas output. Indirect cost tentu menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam menentukan kontribusinya terhadap aktifitas pelayanan yang diberikan sehingga perlu dipilih metode yang tepat. Terdapat dua metode menurut Mark D. Abrahams yaitu metode KIS (keep it simple) dan metode full cost. Metode KIS menilai cost dari pelayanan yang diberikan lebih spesifik dengan pencapaian yang minimum dan kerumitan yang tidak terlalu banyak dalam metode penentuan biaya. Sehingga indirect cost dianggap tidak mempengaruhi signifikan pembiayaan pelayanan. Metode ini memungkinkan program dipilah secara tersendiri untuk dikerjakan dengan biaya tersendiri dengan menghubungkan antara biaya dan data program demi tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam penyampaian pelayanan masyarakat. Metode full cost menilai bahwa indirect cost merupakan komponen penting dalam menentukan biaya yang terjadi selama proses pelayanan. Menggunakan perhitungan yang proporsional dengan segala pertimbangan yang mempengaruhi berjalannya suatu pelayanan. E. APLIKASI METODE ABC DALAM PENGHITUNGAN BIAYA POKOK PEMBUATAN NPWP Untuk Penerapan ABC Costing pada Kantor Pelayanan Pratama Subang dalam rangka pemenuhan layanan NPWP maka diidentifikasikan 4 tingkatan aktivitas terkait dengan pemrosesan NPWP, Tingkatan aktivitas tersebut sebagai berikut 1. Aktivitas terkait level produk Aktivitas ini meliputi biaya langsung variable seperti kartu plastic, formulir permohonan, palstik pembungkus NPWP dan biaya PWPM per kartu yang melalui prosedur PWPM, Disamping itu terdapat biaya langsung bersifat tetap seperti biaya mesin printerkartu yang khusus mencetak kartu 10

NPWP. Untuk mengalokasikan biaya ini maka base yang digunakan adalah jumlah NPWP yang dihasilkan pada tahun tersebut 2. Aktivitas terkait level pegawai Biaya yang terkait aktivitas yang dilakukan pegawai sudah bersifat tidak langsung sehingga dikategorikan overhead, Biaya ini meliputi take home pay pegawai (meliputi gaji pokok, tunjangan, dan uang makan). Pada level aktivitas ini termasuk juga biaya meja dan kursi kerja pegawai serta computer yang digunakan pegawai untuk melakukan aktivitasnya. Biaya ini diklasifikasikan sebagai overhead karena atas seluruh biaya tersebut pegawai yang bersangkutan tidak hanya melakukan SOP dalam rangka layanan pemenuhan permohonan NPWP tetapi juga melakukan berbagai SOP lainnya. Untuk mengalokasikan biaya ini maka base yang dapat digunakan adalah jumlah SOP dan beban kerja SOP yang ditangani oleh pegawai bersangkutan. 3. Aktivitas terkait level seksi Terdapat biaya yang diperlukan dalam rangka menunjang aktivitas seksi pelayanan. Biaya ini

setingkat lebih tinggi hirarkina disbanding iaya pada aktivitas level pegawai. Biaya ini selalu mucul tiap tahunnya. Yang termasuk biaya pada level ini adalah biaya office boy, take homepay kepala seksi pelayanan, meja kerja kasi, depresiasi air conditioner dan seluruh biaya yang dapat diidentifikasikan untuk menunjang aktifitas seksi pelayanan. Untuk mengalokasikan biaya ini maka base yang digunakan adalah dengan mengetahui seluruh SOP seksi pelayanan serta beban kerja masing- SOP tersebut. Kemudian dilakukan perbandingan jumlah-beban kerja SOP NPWP terhadap keseluruhan jumlah-beban kerja SOP. 4. Aktiitas terkait level kantor Aktivitas ini merupakan level tertinggi pada unit akuntansi (KPP Pratama Subang). Pada level ini muncul biaya-biaya yang menunjang aktivitas kantor yang secara tidak langsung menunjang aktivitas seksi pelayanan dan kemudian aktivitas pegawai dan p0ada ahirnya menunjang tiap lapayan yang dihasilkan. Biaya ini meliputi take home pay kepala kantor, biaya listrik, biaya telepon, sewa gedung dan pemeliharaan gedung, penyusutan dan lain-lain. Untuk mengalokasikan biaya ini maka base yang dapat digunakan adalah dengan melakukan perhitungan secara proporsional ke jumlah pegawai yang ada untuk selanjutnya dialokasikan ke tiap unit produk.

11

Contoh Model Kasus Berikut adalah informasi KPP Pratama Subang Tahun 2011 terkait dengan pelayan pemenuhan permohonan NPWP.Item biaya merupakan akumulasi selama setahun kecuali untuk barang modal. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Item biaya Kartu Plastik Formulir Pendaftaran Plastik pembungkus NPWP Tambahan biaya PWPM Mesin Printer Tinta Uang Makan pelaksana Gaji Pokok pelaksana TKT pelaksana Tunjangan Pokok pelaksana Meja dan kursi Kerja pelaksana Komputer Plus Plus pelaksana Biaya office boy seksi pelayanan Gaji Pokok + Tujangan Meja kerja dan kursi kepala seksi Air Conditioner seksi pelayanan Gaji + Tunjangan Kepala Kantor Biaya Listrik Kantor Meja dan Kursi Kepala Kantor Biaya Telepon Kantor Sewa Gedung Kantor Pemeliharaan Gedung Cost (Rp) 1,700 per kartu 100 per kartu 50 per kartu Keterangan

4,000 Kebijakan Insentif kepada pegawai untuk setiap NPWP 25,000,000 untuk mencetak kartu NPWP dengan masa manfaat 5 thn 272,600 kapasitas maksimal 1000 kartu, kapasitas normal 950 4,800,000 Per Tahun 24,780,000 Per Tahun 25,200,000 Per Tahun 24,000,000 Per Tahun 1,150,000 Masa Manfaat 5 tahun 13,000,000 Masa Manfaat 5 tahun 14,400,000 Per Tahun 144,000,000 Per Tahun 1,600,000 Masa Manfaat 5 tahun 20,000,000 4 buah AC kapasitas 1 pk dengan masa manfaat 5 tahun 240,000,000 Take home pay kepala kantor 100,000,000 selama tahun 2011 2,500,000 Memilki Masa Manfaat 5 tahun 24,000,000 selama tahun 2011 300,000,000 Biaya Sewa Pertahun 25,000,000 per tahun

12

Informasi lainnya Tahun NPWP Normal NPWP melalui PWPM Total NPWP % PWPM thd Seluruh NPWP
Jumlah Seksi Total Pegawai Pegawai Seksi Pelayanan

2010 17189 4388 21577 20.34%

2011 15971 3986 19957 19.97%


8 62 11

Analisis 1. Identifikasi biaya terkait aktivitas level produk Berdasarkan item-item biaya yang disebutkan diatas maka biaya yang dapat diklasifikasikan terkait dengan level product serta sifat biaya-biaya tersebut disajikan pada table berikut : Aktivitas Level Produk Kartu Plastik (VC) Formulir Pendaftaran (VC) Plastik pembungkus NPWP Mesin Printer (FC) Tinta Tambahan biaya PWPM Cost (Rp) 25,000,000 272,600 Sifat Biaya Langsung-Variable Langsung-Variable Langsung-Variable Langsung-fix Langsung-fix Langsung Variable Alokasi Pertahun per unit 1,700 70 50 5,000,000

Biaya Kartu plastik, formulir pendaftaran, plastic pembungkus NPWP merupakan biaya variable yang totalnya tergantung jumlah NPWP yang dicetak.Biaya mesin printer dialokasikan melalui penyusutan selama 5 tahun kemudian biaya penyusutan pertahun di bagi dengan jumlah NPWP yang dicetak. Untuk tinta printer, biaya akan menngkat setiap pemcetakan seribu kartu. Alokasi biaya PWPM timbul untuk NPWP yang dibuat melalui mekanisme PWPM degan biaya 400 per kartu. Berdasarkan data historis 2010 dan 2011 maka jumlah kartu NPWP melalui PWPM adalah 20% dari keseluruhan kartu NPWP yang dicetak. 2. Identifikasikan biaya terkait aktivitas level pegawai Berdasarkan item-item biaya yang disebutkan diatas maka biaya yang dapat diklasifikasikan terkait dengan level pegawai serta sifat biaya-biaya tersebut disajikan pada table berikut : Aktivitas Level Pegawai Uang Makan Pelaksana Gaji Pokok Pelaksana TKT Pelaksana Tunjangan Pokok Pelaksana depresiasi meja kursi depresiasi computer Cost (Rp) 4,800,000 24,780,000 25,200,000 24,000,000 230,000 2,600,000 Sifat Biaya Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Cost Driver Bobot SOP pegawai Bobot SOP pegawai Bobot SOP pegawai Bobot SOP pegawai Bobot SOP pegawai Bobot SOP pegawai Base 27.27% 27.27% 27.27% 27.27% 27.27% 27.27% 13

Untuk cost meja dan kursi yang akan dialokasikan tiap tahunnya dilakukan penghitungan penyusutan dengan masa manfaat 5 tahun. Persentase pengalokasian dihitung melalui pembobotan SOP Pembuatan NPWP dibandingkan dengan SOP yang ditangani pegawai tersebut. SOP pada seksi pelayanan terdiri dari 61 SOP. Tiap SOP memiliki beban kerja yang tidak sama. Oleh karena itu, pengalokasian dilakngan melalui mekanisme pembobotan sesuai jumlah SOP yang datangani pegawai yang juga mencetak NPWP dengan perhitungan sebagai berikut :
No 1 2 3 4 5 6 Kode_SOP KPP30-0002 KPP30-0059 KPP30-0050 KPP30-0019 KPP30-0036 KPP30-0047 Tentang TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK TATA CARA PENERUSAN PERMOHONAN PEMINDAHBUKUAN KE KPP TEMPAT WAJIB PAJAK TERDAFTAR TATA CARA PENERIMAAN PERMOHONAN KEBERATAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK ORANG PRIBADI TATA CARA PEREKAMAN DOKUMEN PEMBERITAHUAN PABEAN (PPFTZ) Total bobot Intensitas S S M J J J Pembobotan 3 3 2 1 1 1 11

Keterangan S= sering diberi bobot 3 M-menenah diberi bobot 2 J=Jarang diberi bobot 1 Perhitungan base untuk alokasi biaya level pegawai dengan perhitungan SOP NPWP =3/11 x 100% =27,27% Setelah memperoleh base maka biaya-biaya pada level pegawai per tahun dapat dialokasikan ke SOP pencetakan NPWP yang dijelaskan pada table berikut No 1 2 3 4 5 6 -Product-Level Cost (Rp) Base Alokasi Pertahun

Uang Makan Pelaksana 4,800,000 27.27% 1,309,091 Gaji Pokok Pelaksana 24,780,000 27.27% 6,758,182 TKT Pelaksana 25,200,000 27.27% 6,872,727 Tunjangan Pokok Pelaksana 24,000,000 27.27% 6,545,455 depresiasi meja kursi Pelaksana 230,000 27.27% 62,727 depresiasi komputer Pelaksana 2,600,000 27.27% 709,091 Total 81,610,000 27.27% 22,257,273 Dengan demikian dapat diketahu alokasi biaya overhead level pegawai terhadap level produk sebesar Rp 22.257.273 14

3. Identifikasikan biaya terkait aktivitas level Seksi Berdasarkan item-item biaya yang disebutkan diatas maka biaya yang dapat diklasifikasikan terkait dengan level seksi pelayanan serta sifat biaya-biaya tersebut disajikan pada table berikut : Aktivitas level Seksi Biaya office boy
Gaji Pokok + Tujangan depresisi meja dan kursi kepala seksi depresiasi AC di seksi pelayanan Cost (Rp) 14,400,000 144,000,000 320,000 4,000,000

Sifat Biaya
Tidak Tidak Tidak Tidak langsung-fixed langsung-fixed langsung-fixed langsung-fixed

Cost Driver Pembobotan Pembobotan Pembobotan Pembobotan SOP SOP SOP SOP pelayanan pelayanan pelayanan pelayanan

Base 3.06% 3.06% 3.06% 3.06%

Base dihitung dengan cara yang sama ketika menghitung persentase pengalokasian pada level pegawai, yaitu : a. Memberi bobot pada masing-masing SOP pada Seksi Pelayanan. Jumlah SOP pada Seksi Pelayanan sebanyak 61 SOP dengan total bobot 98 (SOP Terlampir) b. Membagi bobot SOP pencetakan NPWP dengan total SOP pada Seksi Pelayanan. Bobot pencetakan NPWP = 3 Total bobot pada seksi pelayanan = 98 Base untuk pencetakan NPWP = (3/98) 100% = 3,06% Setelah memperoleh base maka biaya-biaya pada level produk per tahun nya dapat dialokasikan ke SOP pencetakan NPWP yang dijelaskan pada table berikut : No 1
2 3 4

Aktivitas Level Seksi Biaya office boy


Gaji Pokok + Tujangan depresisi meja dan kursi kepala seksi depresiasi AC di seksi pelayanan TOTAL

Cost (Rp) 14,400,000 144,000,000 320,000 4,000,000 162,720,000

Base 3.06% 3.06% 3.06% 3.06% 3.06%

Alokasi Pertahun 440,816 4,408,163 9,796 122,449 4,981,224

Dengan demikian dapat diketahui alokasi biaya overhead seksi pelayanan terhadap level produk sebesar Rp 4.981.224. 4. Identifikasikan biaya terkait aktivitas level kantor Berdasarkan item-item biaya yang disebutkan diatas maka biaya yang dapat diklasifikasikan terkait dengan level kantor serta sifat biaya-biaya tersebut disajikan pada table berikut : Aktivitas Level Kantor Kepala Kantor Biaya Listrik Kantor Meja dan Kursi Kepala Kantor Biaya Telepon Kantor Sewa Gedung Kantor Pemeliharaan Gedung
Cost (Rp) 240,000,000 2,500,000 100,000,000 24,000,000 300,000,000 25,000,000

Sifat Biaya
Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed Tidak langsung-fixed

Cost Driver jumlah pegawai perseksi jumlah pegawai perseksi jumlah pegawai perseksi Jumlah pegawai perseksi jumlah pegawai perseksi jumlah pegawai perseksi

Base 0.55% 0.55% 0.55% 0.55% 0.55% 0.55%

15

Untuk menentukan base sebagai dasar alokasi maka diperlukan pertimbangan yang fair sebagai dasar pengalokasian biaya pada level kantor. Salah satu dasar yang dirasa memadai untuk mengalokasikan biaya kantoradalah membandinkan jumlah pegawai perseksi terhadap keseluruhan pegawai. Dengan menerapkan perbandingan tersebut maka diperoleh perbandingan 11 pegawai/62 pegawai. Perbandingan tersebut memungkinkan untuk mengalokasikan biaya kantor kepada seksi pelayanan. Kemudian seperti cara yang diidentifikasikan pada nomor 3 perbandingan 11/62 di kalikan dengan 3/61 untuk menghasilkan 0.55% sebagai dasar pengalokasian. Dengan demikian setelah menentukan base maka perhitungan biaya kantor ke level product adalah sebagai berikut : -Product-Level Kepala Kantor Biaya Listrik Kantor Meja dan Kursi Kepala Kantor Biaya Telepon Kantor Sewa Gedung Kantor Pemeliharaan Gedung Total
Cost (Rp) 240,000,000 2,500,000 100,000,000 24,000,000 300,000,000 25,000,000 Base 0.55% 0.55% 0.55% 0.55% 0.55% 0.55% Alokasi Pertahun 11,803,278.69 11,803,278.69 4,918,032.79 1,180,327.87 14,754,098.36 1,229,508.20

per unit
1,324,858 13,801 552,024 132,486 1,656,072 138,006 3,817,247

Dengan demikian diketahui alokasi biaya overhead kantor terhadap level produk sebesar Rp 3.817.247 5. Menentukan biaya per perpermohonan NPWP Dari perhitungan langkah satu sampai empat maka dapat diperoleh data yang cukup memadai atas pengalokasian overhead tiap-tiap level aktivitas. Pengalokasian tersebut diperlukan ketika akan dilakukan pengalokasian dalam perhitungan biaya percetakan per NPWP. Adapun perhitungannya sebagai berikut :
Cost yang akan dialokasikan ke tiap unit Jumlah NPWP 21,000 1,700 70 50 272.600 (per 950 kartu) 5,000,000 22,257,273 4,981,224 3,817,247 287 238 1,060 237 182 3,824 20,500 1,700 70 50 287 244 1,086 243 186 3,866 20,000 1,700 70 50 287 ` 250 1,113 249 191 3,910 19,500 1,700 70 50 287 256 1,141 255 196 3,956 19,000 1,700 70 50 287 263 1,171 262 201 4,005

Item Biaya Langsung Variabel -Kartu Plastik -Formulir Pendaftaran -Plastik Pembungkus NPWP -Tinta Biaya Langsung Tetap -Mesin Printer Overhead -Overhead Level Pegawai -Overhead Level Seksi Pelayanan -Overhead Level Kepala Kantor Biaya Per Unit Kartu

16

KESIMPULAN Activity Based Costing dapat diaplikasikan pada sektor publik untuk menghitung biaya pelayanan publik , sehingga hasil perhitungan biaya publik tersebut dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam mengalokasikan anggaran agar kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat efektif dan efisien. Walaupun begitu, masih terdapat beberapa kesulitan yang ditemui dalam pengaplikasikan ABC system, antara lain kesulitan dalam menentukan basis alokasi yang handal. Oleh karena itu, jika pemerintah ingin menerapkan ABC system, maka pemerintah sebaiknya membuat standar yang baku untuk mengalokasikan biaya.

17

You might also like