Professional Documents
Culture Documents
(endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles). Biji : Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. . 2. Jenis Kelapa Sawit. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%. 2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%. 3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit. 3. Syarat Tumbuh Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya. Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi. Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 4.000 mm per tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni sampai september, tetapi masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara terus menerus, sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi. Keadaan curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya jumlah curah hujan minimum, suhu dan tinggi tempat, serta kelembapan dan penyinaran matahari. Sifat Kimia Tanah
Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 6,0 dan ber pH optimum 5,0 5,5. 4. Teknologi perbanyakan Tanaman Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara konvensional.
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue culture). Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini disebut dengan klon kelapa sawit. Proses atau langkah langkah pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan secara garis besarnya adalah sebagai berikut : a. Bahan Kultur jaringan : Bahan kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari hasil persilangan pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X Pisifera. b. Media : Media untuk tempat menumbuhkan sel sel pembiak adalah komponen yang tersusun dari senyawa kimia yang mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan jaringan. Media tumbuh ini terdiri atas unsur unsur hara makro, mikro, protein, vitamin, mineral, dan hormon pada dosis tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi perkembangan jaringan. c. Metode : Seperti telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui kultur jaringan dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi perancis (CIRAD CP). Pembiakan Secara Pembibitan
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar. 5. Persemaian dan Pembibitan Pembibitan Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
a. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya. b. Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari. c. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan. d. Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit. e. Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi. 6. Persiapan Lahan Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. a. b. lainnya. c. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit. Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami dengan belukar atau areal yang ditumbuhi lalang. tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau komoditas tanaman perkebunan
7. Penanaman dan Penyulaman Jenis jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa sawit. 8. Penyiangan (pengendalian gulma) Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di antara tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang penutup tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi) pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor dan lembab. Secara garis besar jenis jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi : a. Gulma berbahaya, yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania cordata dan M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus rotundus), serta beberapa tumbuhan berkayu diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium odoratum syn. Chromolaena odorata), harendong (Melastoma malabtrichum), dan tembelekan (Lantana camara) b. Gulma lunak, yaitu gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat di toleransi, sebab jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah, kendati demikian pertumbuhannya harus dikendalikan. Yang termasuk gulma lunak misalnya babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjugatum), pakis (Nephrolepis biserata), dan sebagainya. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
a) Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya. b) Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik. c) Pengendalian Secara kultur teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan. 9. Pemupukan Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Tabel 1. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman. Jenis Pupuk Umur Tanaman Sulphate of Amonia (ZA) Rock Phosphate (RP) Muriate of Potash (KCl) Kieserite (MgSO4) *) Keterangan : Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B adalah 0,05 0,1 Kg per pohon per tahun) 10. Pemangkasan Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *) 55 6 12 >12 1,0 2,0 2,0 3,0 1,5 3,0 0,5 1,0 1,0 2,0 0,5 1,0 0,4 1,0 1,5 3,0 1,5 2,0 0,5 1,0 1,0 2,0 0,5 1,5
pemangkasan, antara lain : memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah daun. 11. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia, atau biologis sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang. Selain serangan hama yang tergolong jenis serangga, bibit dan tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar jenis mamalia terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang sebelumnya berupa hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder. a. Hama Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah. a.1. Hama Perusak Akar : Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. a.2. Hama Perusak Daun : Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah sebagai berikut : Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros), Ulat Setora (Setora nitens), Ulat Siput (Darna trima Mooore), Serangga Asinga (Sethothosea Asigna) b. Penyakit a. Penyakit Tajuk (Crown disease) : Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp. b. Basal Steam Rot : Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada. c. Marasmius : Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon. 12. Panen dan Pengolahan Hasil Panen Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen. 1. Kriteria matang Panen : Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. 2. Cara panen : Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. 3. Persiapan Panen : Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan.
Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat 2009 Sebesar 840.664 Ton, Perkebunan Negara 2009 Sebesar 128.780 Ton, Perkebunan Swasta 2009 Sebesar 1.067.109 Ton, Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Sebesar 857.477 Ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Negara Sebesar 132.000 Ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Swasta Sebesar 1.092.720 Ton (Angka Sementara 2010). Tabel 2. PRODUKSI 2010 (TON) PRODUKSI 2009 (TON) PRODUKSI 2008 (TON) PRODUKSI 2007 (TON) PRODUKSI 2006 (TON) 2.082.196 2.036.553 776.983 759.034 1.616.161
Sumber Data: Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan
690.729 Luas Areal Perkebunan Rakyat sebesar 286.675 ha, Perkebunan Swasta sebesar 390.314 ha dan Perkebunan Negara Sebesar 128.780 ha.
(Updated: 13-2-2012) Sumber Data: Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan
WILAYAH POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITI KELAPA SAWIT No Nama Daerah Luas Lahan
Kabupaten Banyuasin Kabupaten Empat Lawang Kabupaten Lahat Kabupaten Muara Enim Kabupaten Musibanyuasin Kabupaten Musirawas Kabupaten Ogan Ilir Kabupaten Ogan Komering Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Kabupaten Ogan Komering UluTimur Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 31.005 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 66 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 14.048 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 33.091 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 61.080 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 34.680 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.079 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 72.715 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 69.779 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 80 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 16.428 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 51 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.120 Status Lahan: Perkebunan
Tandan buah sawit dari kebun akan langsung diolah. Proses yang dilakukan meliputi proses sterilisasi, perontokan, pencacahan, dan pengepresan untuk mendapatkan minyak sawit. Dari proses pengepresan akan dihasilkan fase cair (minyak) dan fase padat berupa ampas. Fase cair merupakan fase minyak yang masih banyak mengandung pengotor seperti serat-serat maupun pasir sehingga perlu dilakukan penyaringan dan klarifikasi untuk memisahkan pengotor-pengotor tersebut. Diagram alir pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 29 di bawah ini. TBS Setelah Ditimbang A Loading Ramp
Sand Trap TBS Dalam Lori
Clarification Tank
Sludge Tank
Digester
Sand Cyclone A
Press Fluid Sludge Cairan Kempa
Berminyak Gambar 1. Diagram alir pengolahan kelapa sawit Sludge Separator Vaccum Oil Dryer
Minyak Mutu Rendah Sludge
Oil Trap
Minyak Air Limbah
CPO
Sludge Pit
Air Limbah
Effluent Pond
Air Limbah
PAL Kawasan