You are on page 1of 2

Abstrak

NANANG. (G211 05 045) Variabilitas Karakteristik Sistem Lahan (Land System) Dan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Jagung Di Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto. (DI BAWAH BIMBINGAN SUMBANGAN BAJA DAN ANDI RAMLAN). Sistem lahan (land system) dengan skala 1:250.000 sangat cocok atau sangat relevan untuk perencanaan pada tingkat regional atau propinsi, namun tidak dapat digunakan untuk perencanaan tingkat semi-detail atau detail, sehingga sangat perlu untuk dikaji lebih lanjut karakteristik suatu lahan apabila perencanaan penggunaan lahannya diperuntuhkan pada tingkat semi-detail atau detail, sehingga salah satu cara untuk mengkaji karakteristik lahan untuk mencapai data yang lebih bersifat detail, maka perlu dilakukan pembesaran skala dari skala 1:250.000 ke skala 1:50.000. Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, apabila ditinjau dari segi produksi, tanaman Jagung hanya mencapai 3.95 ton/ha/tahun. Produksi tersebut tergolong rendah, sebab menurut Balai Penelitian Tanah (2003), produksi jagung dapat mencapai 6-9 ton/ha. Jumlah produksi daerah ini tergolong rendah, sehingga perlu dilakukan evaluasi kelas kesesuaian lahan agar produktivitas Jagung dapat sesuai atau dapat ditingkatkan sesuai dengan luas lahannya]. [Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa variabilitas karakteristik land system berskala 1:250.000, melakukan klasifikasi kesesuaian lahan tanaman jagung dan membandingkan karakteristik land system dengan karakteristik berdasarkan unit lahan baru (hasil analisa) di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto]. [Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dan analisis sampel tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin yang berlangsung dari Jarnuari sampai April 2010]. [Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan analisis sampel tanah di laboratorium. Peta unit lahan yang dipakai dalam pengamatan lokasi dan pegambilan sampel tanah yaitu peta land system skala 1:250.000, dan pengambilan sampel secara proposional yang disesuaikan dengan luas unit tiap sistem lahan, selanjutnya ditentukan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung berdasarkan data land system dan berdasarkan hasil analisa, sedangkan peta unit baru dari hasil tumpang tindih (overlay) digunakan untuk melihat deliniasi tiap kelas kesesuaian lahan. Peta unit dari hasil tumpang tindih tersebut berasal dari peta land system skala 1:250.000, peta penggunaan lahan skala 1:50.000 dan peta lereng 1:50.000]. [Hasil penelitian penunjukkan bahwa adanya perbedaan karakteristik lahan pada sistem lahan Bombong, Tombalo, Ujung Petang dan Lantang. Data land system berupa pH, P (fosfor), KTK (Kapsitas Tukar Katio), K (kalium), tekstur, drainase dan lereng berbeda dengan karakteristik lahan hasil analisa. Sedangkan data karakteristik lahan yang tidak tersedia dalam land system, kemudian ditambahkan berdasarkan hasil analisa. Kelas kesesuaian berdasarkan data land system, sistem lahan Bombong kelas kesesuiaan lahan $s, Tombalo kelas kesesuaian lahan S, Ujung Petang Ngw dan Lantang diperoleh Kelas kesesuaian Nsf, namun berdasarkan hasil

penelitian dalam sistem lahan Bombong pada titik A1 terdapat kelas S3rc dengan faktor tekstur, titik A2 kelas kesesuian S3nr dengan faktor pembatas kejenuhan basa dan dan titik A3 kelas kesesuaian S2warcnrehlp dengan faktor pembatas curah hujan, drainase, kejenuhan basa, lereng dan batuan di permukaan. Sistem lahan Tombalo pada titik B1 dan B3 terdapat kelas S3nrfh dengan faktor pembatas kejenuhan basa dan genangan, kelas S3fh dengan faktor pembatas genangan. Sistem lahan Ujung Petang pada titik C1 terdapat kelas kesesuaian S3nreh faktor pembatas kejenuhan basa dan bahaya erosi dan titik C2 kelas kesesuaiannya N (tidak sesuai) faktor pembatas batuan di permukaan. Pada sistem lahan Lantang pada titik D1 kelas kesesuiannya S3nr faktor pembatas kejenuhan basa] [Kata Kunci : Landsystem dan Kesesuaian]

You might also like