Professional Documents
Culture Documents
SURYADI
HORNERS SYNDROME
Penyebab : - Lesions sympathetic fibers ( hypothalamus to cervical cord, C8 T2 roots to superior cervical ganglion, cavernous sinus)
Gejala : - Miosis - Ptosis(kelopak mata jatuhg bs terbuka) - Anhidrosis hemifasialis ipsilateral - Hiperemia hemifasialis ipsilateral - Best seen in dark - Pupillary asymmetry
adalah problema jebakan saraf perifer paling umum yang mengenai tangan dan pergelangan tangan, mengenai 1% masarakat dan 80% mengenai wanita. kompresi n. medianus di terowongan karpal. Tulang karpal membentuk lantai dan dinding terowongan karpal, dan atap dibentuk oleh ligamentum karpal transversum. 9 tendon fleksor dengan sarungnya menyertai n. medianus didalam terowongan karpal.
CTS terjadi dalam keadaan pengurangan ruangan di terowongan atau disebabkan peningkatan kerentanan saraf. disebabkan oleh tenosynovitis, RA(reumatoid-artritis), ganglia, osteofit, osteosis, anomali otot, atau tumor. Retensi cairan diperkirakan terjadi selama kehamilan, selama laktasi Kondisi peningkatan kerentanan saraf pada DM, hipothiroid, karena pekerjaan dengan gerakan repetitif tangan dan pergelangan tangan dan terlihat pada bermacam akitifitas dan okupasi.
GEJALA
Nyeri, rasa pedih atau rasa baal pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah atau jari manis, khususnya memburuk saat malam. Rasa pedih atau rasa baal di seluruh tangan. Nyeri yang menyebar dari tangan ke lengan sejauh bahu. Perasaan bengkak atau ketat pada tangan atau pergelangan tangan.
3 tes provokasi :
tanda Tinel : parestesi dipicu dengan mengetuk n. medianus di pergelangan tangan. manuver Phalen : menahan fleksi pergelangan tangan menghasilkan parestesi dalam 1 menit. tekanan langsung terowongan karpal : tekanan
Pemeriksaan motorik :
Lihat adanya atrofi eminensia thenar. Kelemahan bahkan atrofi m. abduktor pollicis brevis, m. opponens pollicis, mm. Lumbrikales I & II, m. fleksor pollicis brevis. - Uji kekuatan abduksi dan oposisi ibu jari.
PENCEGAHAN
Hindari atau kurangi jumlah gerakan berulang pergelangan tangan sedapat mungkin. Gunakan peralatan dan alat yang dirancang secara tepat untuk mengurangi risiko cedera pergelangan tangan
PENGELOLAAN
Wrist splint : plastik ringan posisi netral / Velcro splints yang mengizinkan gerakan jari setengah bebas. 22% penderita bebas gejala sesudah 1 tahun jika diobati dengan splinting. Modifikasi aktifitas : mengurangi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi pergelangan tangan, fleksi jarijari dan menggenggam dengan kuat. Ultra Sound Diathermi NSAID Diuretik untuk penderita dengan pembengkakan anggota gerak.
Jebakan saraf di terowongan tarsal yg dibentuk oleh lig lasiniatum yg terbentang dr bag bawah blk maleolus medial tibiae dan tuber kalkanei Gejala : rasa baal, spt kecabaian, dan sebagainya Karena jebakan saraf diantara os metatarsale dapat menimbulkan pembengakakan
NEUROPATI
PENDAHULUAN
Nyeri neuropatik banyak dijumpai Penyebabnya bermacam-macam
Terapinya beraneka-ragam
Mempunyai dampak sosio-ekonomi
NEUROPATHY
Progressive degeneration of anterior horn cells corticospinal fibers, and motor nuclei in the medulla
Various levels of the nervous system: bulbar, cervical, and lumbar may be involved All level of the motor system are involved
Nyeri merupakan pengalaman psikik normal dari suatu penyakit, berhubungan dengan kerusakan jaringan atau kerusakan yang mengancam jaringan badan. melibatkan dua proses : 1) Proses perifer berhubungan dengan deteksi dan transmisi informasi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan ; 2) Proses sentral yang menguasai respon psikik atau respon serebral terhadap informasi.
Neuropati
ialah keadaan dimana saraf tepi mengalami gangguan fungsi akibat kerusakan seluler ataupun molekuler, dan dapat disebabkan oleh berbagai macam etiologi seperti : trauma, entrapment (terjepit / terjebak), penyakit metabolik, penyakit defisiensi , keracunan (zat kimia toksik, logam berat), gangguan imunologis, bahkan etiologi yang sifatnya genetik.
Beberapa neuropati dengan nyeri yang menonjol diantaranya adalah : neuropati sensorik diabetika, iskemia, alkohol, malnutrisi
NYERI NEUROPATIK
KAUSALGIA
Nyeri seperti terbakar, Alodinia, Hiperpatia yang menetap seringkali bercampur dengan disfungsi vasomotor, Sudomotor, dan Gangguan Tropik.
(CRPS II = Complex Regional Pain Syndrome)
INJURY
INFLAMMATION
OUTCOME
TISSUE:
REVERSIBLE 1. Brief 2. Moderate
HEALING
TISSUE LOSS
NERVE
5. Neuropathy
PERSISTENT DAMAGE
6. Axotomy
1,5 15 150 Byers & Bonica, 2001 1
OR
REGENERATION 10 100+
Minutes
Days
KERUSAKAN JARINGAN
INFLAMASI MI Si-Na+
SSA
R-NE ECT. DISC.
SENSITISASI AKTIFASI
OTAK
PAIN NO PAIN
Axonal polyneuropathy Demyelinating Neuropathy Neuronopathy (Ganglionopathy) Polyneuropathy is caused by the degeneration of axon terminals and results in symmetric distal sensory loss with shading to normal sensation. A compression neuropathy often results in demyelination with the axon left relatively intact. Sensory loss follows a radicular pattern. When the neuronal cell body dies the condition is called "neuronopathy." If the cell body is in the sensory ganglion the condition is often referred to as "ganglionopathy." The pattern is usually random
PENDERITAAN
(SUFFERING)
NYERI
(PAIN)
NOSISEPSI
(NOCICEPTION)
BIOMEDIKAL
(BIOMEDICAL)
BIOPSIKOSOSIAL
(BIOPSYCHOSOCIAL)
BYERS AND BONICA, 2001 MODIFIKASI PENULIS
Anger
Anxiety
Fear Depression
A
B Noxious Stimuli
NOCICEPTIVE
EPIDEMIOLOGI
Nyeri Neuropati : 20 % di klinik nyeri Nyeri Neuropati : 2 40 % dari nyeri kronik Nyeri Neuropati : - Neuropati Diabetes 60,4 % - Polineuropati distal 47,3 % - Herpes Zoster 4,8 promil
2. Radik dan ganglion : diskus prolaps, arachnoiditis, avulsi radiks,Rizotomi operatif, neuralgia pasca Herpes, Neuralgia Trigeminus, Kompresi Tumor
3. Medula Spinalis : Transeksi total, Hemiseksi, Kontusio, Kompresio, Hematomieli, Pembedahan, Siringomieli, Sklerosis Multiple, AVM, Disrafisma, Defisiensi Vit B12 , Mielitis Sypilis.
Multipel, Tuberkoloma.
5. Talamus : Infark, Hemorargik,
ETIOLOGI
1. Trauma : - Sindrom jebakan - Complex regional pain syndrome - Amputasi - Lesi Medula Spinalis - Operasi 2. Infeksi : - Herpes Zoster - AIDS - Tabes Dorsalis - Lepra 3. Tumor : - Kompresi - Infiltrasi - Paraneoplastik - Metastatis
ETIOLOGI
4. Vasculer :- Lupus Eritematosus - Artritis Rematoid - Stroke 5. Toxin : - Obat sitostatika - Arsen, Plumbum, Magnesium 6. Defisiensi Nutrisi : - Vitamin B1, B6 - Alkohol Neuropati 7. Genetik : - Penyakit Fabry
Saraf
Sindroma Guillain Barre Tick Paralisis Difteri Keracunan Logam Berat
- Keracunan Organophosphat
Otot
Polimiositis Periodik Paralisis Miopati Toxic Mioglobinuria/Rhabdomiolisis Sindroma Neuroleptic Maligna
Saraf Spinal
Kelumpuhan LMN
Akibat langsung hilangnya fungsi kerusakan sel kornu anterior atau akson dari radik anterior dan saraf tanda dan gejala sesuai lokasi lesi. Disertai gangguan sensibilitas : Terlibatnya saraf campuran (motorik dan sensorik) atau mengenai kornu anterior dan posterior
Gejala kelumpuhan
Sifat Reflek Fisiologis Patologis Tonus Trofi
LMN Flaksid / (-) (-) Atrofi ( + ) UMN Spastik (+) Atrofi ( - ) / Disuse atrofi
Kelainan sistim saraf akut-difus pada radix spinalis, saraf perifer dan kadang-kadang saraf kranial Timbul setelah suatu infeksi Penyakit Autoimune 0,6 - 1,9 orang / 100.000 /tahun Terdapat di seluruh dunia, setiap musim Menyerang semua umur Tersering dewas muda
Gambaran Klinis
1.Kelumpuhan : - Simetris, tipe LMN - Sebagian besar diawali kedua ekstremitas bawah secara asenden badan, anggota gerak atas, saraf Kranial - Otot proksimal lebih berat dari pada distal atau sebaliknya, atau sama beratnya
2. Gangguan sensibilitas Defisit sensoris obyektif minimal Sering distribusi pola kaus kaki-sarung tangan 3. Saraf kranialis N. VII kelumpuhan otot-otot wajah N. III, VI diplopia (melihat kembar) N. IX, X sulit menelan, sengau 4. Gangguan fungsi otonom - Takikardi - Bradikardi - Hipertensi - Hipotensi - Retensio urine 5. Kegagalan pernafasan : paralisis diafragma dan otot-otot pernafasan. 10 - 33 % penderita
Perjalanan penyakit
Fase Progresif
K e l u m p u h a n
Fase Plateau
Fase Penyembuhan
Bbrp Hari 4 mg
2 Hari - 3 mg
Bbrp Bulan
Waktu
Pemeriksaan
LCS : Peninggian kadar protein tanpa diikuti peninggian jumlah sel dissosiasi sito-albumin EMG : Pelambatan pada kecepatan hantaran gelombang F (segmen proksimal dan radiks saraf)
Umumnya baru diketahui setelah anak mulai berjalan, dimana pada perkembangannya anak nampak lamban dan mudah jatuh. Gejala pertama yang timbul adalah kelemahan otot gelang panggul, yang berakibat munculnya waddling gait dan Gowers sign. Pada tanda Gower nampak sebagai berikut: bila anak ditelentangkan di lantai, ia akan cenderung memanjat diri sendiri (climbing up himself) untuk mencapai posisi tegak. ( Gambar 1) Lengan akan terkena kemudian, sedangkan otot muka terlibat paling akhir.
Sekitar 80% menunjukkan pseudohipertrofi otot, utamanya otot betis. Tampak terlihat otot betis, (gastrocnemius) dan lengan (triceps dan deltoideus) Sebaliknya otot gelang bahu dan panggul, serta otot paraspinal mengecil. Keterlibatan otot yang sakit umumnya simetris. Tampak juga posisi lordosis lumbal yang progresif.
Refleks tendo menurun sampai menghilang, karena otot tidak memberikan reaksi kontraksi. Karena saraf masih baik, maka tidak ada gangguan sensibilitas. Pada stadium akhir, otot diafragma dan interkostal dapat menjadi lemah sehingga akan mengganggu sistem pernapasan. Kapasitas pernapasan menurun sehingga rentan terhadap infeksi paru seperti pneumonia.
Pemeriksaan penunjang
aldolase, CPK (creatine phosphokinase), SGOT (serum glutamicoxalacetic transaminase), SGPT (serum glutamicpyruvic transaminase) lactic dehydrogenase
pemeriksaan elektromiografi (EMG) : konduksi saraf normal. Pemeriksaan serabut otot dengan jarum menunjukkan gambaran khas miopati yaitu motor unit potensial (MUP) ampli-tudonya kecil, durasinya pendek, sebagian polifasik
Diagnosis
1. 2. 3. 4. 5. 6. mengetahui awitan kelemahan otot, pseudohipertrofi, karakteristik distribusi kelemahan otot, riwayat keluarga, kenaikan kadar ensim serum, dan biopsi otot.
Pengobatan
Belum ada terapi yang efektif untuk DMP diharapkan suatu terapi gen. Pasien diusahakan untuk selalu aktif selama dan sedapat mungkin. Program fisioterapi direkomendasikan secara reguler. Bila kontraktur dapat dirujuk ke bagian bedah ortoped. Penggunaan ortose ringan atau brace untuk stabilisasi pergelangan kaki atau sendi yang lain dan mencegah deformitas
MYASTHENIA GRAVIS
MYASTHENIA
An acquired autoimmune disorder causing skeletal muscle fatigue and weakness Autoantibodies against the acetylcholine receptor produce weakness that can affect the entire body or only eye movement Can begin at any time, from early childhood to extreme old age The cause of the autoantibodies is not known. The thymus is implicated in the inception and generation of the autoantibodies
PENDAHULUAN
tidak terdapat gangguan pola gerak, sebab yang terganggu adalah kekuatan otot yang semakin berkurang apabila menjalankan aktifitas, kekuatan otot akan pulih kembali setelah beristirahat Di negara maju prevalensinya 1 : 10. 000 50.000 penduduk, dengan frek tertinggi pada kelompok umur 20 30 tahun, walaupun jarang dapat pula menyerang neonatus, anak anak, orang tua wanita mempunyai resiko dua kali lebih besar dibanding dengan pria.
Etiopatogenesis
Akibat reaksi immunologi (pembentukan antibodi)
atropi membran reseptor post sinaptik Celah antara lipatan membran menjadi lebih lebar
Kholinesterase mempunyai waktu untuk menguraikan acethycholin Menjadi cholin & acetat Acethylcholin yg sampai pd membran post sinaptik tdk mencukupi untuk depolarisasi
AChR reduced; synaptic fold simpified; synaptic space widened; nerve terminal normal
PATHOLOGY/PATHOPHYSIOLOGY
_______________________________________ Mechanisms by which autoantibodies to 3 ACh receptors interfere with NM transmissions: Compliment Modulation of ACh receptors Direct block _______________________________________
PATHOLOGY/PATHOPHYSIOLOGY
Compliment Mediated lysis Presence of IgG on postsynaptic membrane together with lytic component of compliment Modulation of ACh receptors Rate of degeneration increases after they have been crosslinked by antibodies. Average lifespan of a normal ACh receptor is 7 days For a myasthenic patient, it is 1 day Direct block Antibodies directly inhibit receptor function
Normal AChR
Auto antibodies bind to the acetylcholine receptor and cause increased receptor degradation. The combination of the binding and the turnover effects results loss of receptor so that an action potential in the motor neuron does not always result in an action potential in the muscle fiber
Neonatal myasthenia
Transient illness, lasting less than 1 month, 1 in 8 babies of myasthenic mothers
Juvenile myasthenia
Myasthenia in the younger age group, generally similar to those of myasthenia in young adults
Penicillamine-induced myasthenia
Usually resolves over several month after drug withdrawal
Ocular muscles Limb weakness Bulbar muscle weakness Respiratory muscle involvement
CLINICAL CLASSIFICATION
Main groups of acquired myasthenia gravis Group I: ocular myasthenia gravis (symptoms may remain persistently confined to the ocular muscles, particularly when 2 years have elapsed since the onset
INVESTIGATION
Anti-ACHR antibody Antistriated muacle antibody
MODES OF THERAPY
Anticholinesterase therapy:
Pyridostigmine, 30-120 mg orally Neostigmine bromide, 15-30 mg orally every 3 hours except at night Higher dose than those given above are seldom indicated and greatly increase the risk of choinergic crisis. Side-effects are caused by para sympatithetic stimulation and include: - pupillary constriction
colic diarrhoea Increased salivation Increased sweating Increased lacrimation Increased bronchial secretions
MODES OF THERAPY
Corticosteroids: Prednisolone - suitable - once daily on alternate days to avoid side-effects - initial dose 10 mg, increased slowly out patients: 5-10mg / week in patients: 5-10 mg / dose to avoid the exacerbation of symptoms that can occur when the drug is started at a high dose - Maximal dose: 1-1.5 mg / kg body weight - (or symptoms are controlled)
Thymectomy
Intravenous immunoglobuln Plasma exchange Improvement is expected although most patients are maintained on a low-dose corticosteroid after their initial tapering
MYASTHENIC CRISIS
Muscle weakness is due to an insufficient amount of ACh. Performing a Tensilon test will yield an immediate improvement in muscular contractions. Signs and symptoms: Increased pulse rate Absence of cough or gag reflexes Positive response to Tensilon test
MYASTHENIC CRISIS
occurs with inadequate treatment and can be precipitated by infection.
Treatment consist of:
Control of the airway and assisted ventilation Anticholinesterase medication Immunosuppressive drug therapy and/or plasma exchange
CHOLINERGIC CRISIS
Muscle weakness is due to excess of ACh at motor effector sites. Results from an overdosing of anticholinesterase medications Signs and symptoms Negative response to Tensilon test Nausea and vomiting Bradycardia and hypotension Fasciculations Diplopia Diarrhea and abdominal cramps
CHOLINERGIC CRISIS
caused by excess anticholinesterase medication Treatment consist of: Control of the airway and assisted ventilation Temporary withdrawal of anticholinesterase drugs, with later reintroduction at a reduced dose regiment Immunosuppressive drug therapy and/or plasma exchange
Keadaan tertentu
Viremia sistem saraf pusat secara selektif ; pada kelompok neuron khususnya sistim motorik
Terberat pada sel-sel kornu anterior medula spinalis segmen lumbal Poliomielitis Paralitikus cz terkena tungkaig bs jalan
Gambaran klinik
Sebagian besar infeksi ; asimtomatis Gejala sistemik ringan : Faringitis - gastroenteritis, flu - like symptom abortif poliomielitis Perkembangan kearah kelemahan - Diawali dgn : Panas, Lesu, Nyeri kepala, mual. - kaku leher dan punggung Penyakit dapat berhenti pada tahap ini tanpa komplikasi sebagai : Aseptic meningitis
Berkembang dengan kelemahan. Otot sensitif, kaku & nyeri . Kelemahan asimetris dengan bagian proksimal lebih berat dari distal. Tungkai lebih sering dari lengan Fase akut : Keluhan parestesi, secara obyektif tidak ada. Refleks tendo menurun s/d menghilang
Tonus otot menurun Atrofi berkembang setelah 5 - 7 hari dari onset nyata setelah 3 minggu Distribusi kelumpuhan bervariasi : - Bayi/anak <5 tahun : terbanyak asimetri, umumnya 1 tungkai. - Anak lebih tua : 1 atau 2 tungkai. - 16 - 65 thn : asimetri pada ke 4 anggota gerak. 10-15% mengenai otot bulber : nukleus N.IX-X kelemahan otot pharing dan laring. Keadaan berat gangguan pernapasan dan menelan problem kardio respirasi.
Diagnosis
Poliomielitis anterior akut bila perkembangan akut kelemahan tipe flaksid yang asimetris, tanpa gangguan sensibilitas Perubahan LCS : Pleositosis Secara pasti : isolasi virus polio dari : tenggorokan, tinja atau autopsi medula spinalis
Terapi
Tidak ada terapi spesifik Simtomatis penting Fase akut rawat inap Rumah Sakit Analgetik, kompres hangat untuk nyeri otot Pengawasan tanda-tanda komplikasi respiratorik Fisioterapi dan alat-alat bantu Cukup istirahat / hindari kelelahan
PARALYTIC POLIO
Persons infected with polio: > 95% asymptomatic viremia and spontaneous clearing Flulike prodrome severe generalized myalgias with focal, often asymmetric fasciculation; followed by weakness that often is severe the legs often are most affected although any muscle or region can be involved including diaphragm and bulbar muscles
POST-POLIO SYNDROME
Occasionally a syndrome develops in former paralytic polio victims several years following the initial attack Patients typically complain a diffuse myalgias and recurrence of weakness n muscles that were affected in the initial attack
The lag between the initial attack and development of so-called postpolio syndrome often is measured in decades
SELESAI