You are on page 1of 6

Tingkat Kesaadaran: 1.

Tingkat kesadaran kualitatif Apatis Somnolent Sopor Soporokoma Koma

2. Tingkat kesadaran kwalitatif Compos mentis Somnolen Stupor :Keadaan sisitim sensorik utuh, ada waktu tidur dan sadar penuh serta aktivitas yang teratur. :Pasien dapat bangun spontan pada waktunya atau sesudah dirangsang tapi kembali tidur setelah stimulasi dihilangkan. :Pasien terlihat tertidur tapi dapat dibangunkan dengan rangsang verbal yang kuat, dapat spontan hanya waktu singkat,

sistem sensorik berkabut, dapat mengikuti beberapa perintah sederhana. Semikoma :Pasien tidak ada respon dengan rangsang verbal, dengan rangsang nyeri masih ada gerakan, reflekreflek (cornea,

pupil dll) masih baik dan nafas masih adekuat. Koma :Gerakan spontan negatif, reflekreflek negatif, fungsi nafas terganggu atau negatif.

Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Berat Jenis Urin Pemeriksaan ini berhubungan dengan faal pemekatan ginjal. Berhubungan erat dengan diuresa, makin berat diuresa maka makin rendah BJ, dan sebaliknya. Makin pekat urin maka makin tinggi BJ nya. Urin sewaktu dengan BJ 1.020 atau lebih maka faal pemekatan ginjal baik maka demam dan dehidrasi. BJ urin kurang dari 1.009 disebabkan intake cairan berlebih, hipotermi, alkalosis, dan kegagalan ginjal menahun.

Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer

Tujuan: mengetahui kepekatan urine Alat yang diperlukan:

1. Urinometer 2. Gelas ukur 50 ml 3. Termometer 0o-50oc Cara pemeriksaan:


Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian baca suhu kamar Tuang urine ke gelas ukur 50 cc Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)

Perhitungan:

Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi perbedaan 3oC, suhu kamar melebihi sushu tera berat jenis ditambah 0,001, dibawahnya dikurangi 0,001 Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC urinometer 1,004 berat jenis urine 1,004 + 0,001 = 1,005 Nilai normal: 1,003 1,030

2. Tes Benedict

Masukan 2,5cc reagen benedict kedlm tabung reaksi Tambahkan urine 4 tetes Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit, jaga jangan sampai mendidih

Angkat tabung dan baca hasilnya Hasil:

1. Negatif : tetap biru atau kehijauan 2. Positif +: hijau kekuningan keruh 3. Positif ++: kuning keruh 4. Positif +++: Jingga atau lumpur keruh 5. Positif ++++: Merah bata keruh 3. Tes Glukosa Darah 1. Glukosa darah sewaktu/ Glukosa darah 2 jaam post prandial (2 jam setelah makan) Pemeriksaan darah tanpa dipuasakan terlebih dahulu.

Plasma vena :
o o o

<100> 100 200 = belum pasti DM >200 = DM

Darah kapiler :
o o

<80> 80 100 = belum pasti DM

> 200 = DM 2. Kadar glukosa darah puasa

Pemeriksaan gula darah terhadap seseorang yang telah dipuasakan semalaman.

Plasma vena :
o o o

<110> 110 120 = belum pasti DM > 120 = DM

Darah kapiler :
o o o

<90> 90 110 = belum pasti DM > 110 = DM

3. Tes toleransi glukosa Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl). Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa. Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Cara pemeriksaan TTGO (WHO, 1985) adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tiga hari sebelum pemerksaan pasien makan seperti biasa. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam. Perikasa glukosa darah puasa. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit. Perikasa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa. Selama pemeriksaan, pasien yang diperisa tetap istirahat dan tidak merokok.

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl). Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP -

Kapiler < 80 Gangguan Toleransi Kapiler 80 - 120 Glukosa DM Puasa Vena > 140 2 jam PP Vena > 200 Kapiler 80 120 Puasa Vena 100 - 140 2 jam PP Vena 100 - 140

Kapiler > 120

Kapiler > 200

4. Glycosylated Hemoglobin (HbA1c) Untuk menilai control glikemik. HbA1c merupakan bagian sel darah merah yang berikatan dengan glukosa secara enzimatik. HbA1c yang baik adalah 4%- 6%. 5. Rothera test Menggunakan urin sebagai specimen. Berguna untuk mendeteksi adanya aseton dan asam asetat dalam urin yang mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak ditangani.

(Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:EGC)

You might also like