You are on page 1of 58

Apartemen Pakubuwono View Jakarta Pelaksanaan Pekerjaan

A. Pendahuluan Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan. Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :

Konsultan proyek Koordinator dan para pelaksana Pihak pemilik (owner) jika diperlukan Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :


Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule yang telah direncanakan Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir . Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View, pelaksanaan pekerjaan antara lain :

Pekerjaan dewatering Pekerjaan ground anchor Pekerjaan Mat Foundation Pekerjaan struktur beton Kolom, Balok, Plat dan Cor Wall pada Basement, lantai dasar dan lantai 2.

B. Peralatan Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung oleh peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara optimal perlu adanya manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan peralatan proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk mengefektifkan keberadaan alat dilapangan. Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta diantaranya termasuk kepemilikan oleh kontraktor tersendiri, tapi untuk alat alat berat kebanyakan dengan sewa karena biaya akan lebih murah. Perelatan pada peralatan pada proyek akan diuraikan dibawah ini. 1. Alat alat Berat a. Backhoe Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah khususnya galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar 360o. Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan dengan Dump Truck pada saat galian tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang mempunyai tenaga 100 HP dengan mengguanakan bahan bakar solar.

Gambar 4.1 Backhoe b. Conrete Pump Truk Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai. Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.2 Concrete Pump Truck

c. Tower Crane Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2 ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau pengawas di daerah jangkauannya.

Gambar 4.3.Tower Crane d. Concrete Mixer Truck Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai. Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.4. Concrete Mixer Truck e. Dum Truck Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah ditetapkan kemana material tersebut itu dibuang / dijual. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dum truck ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.

Gambar 4.5. Dum Truck

Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses pemindahan / pengiriman material dapat lebih cepat dan lancar. 2. Alat alat Survey a. Theodolith Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.

Gambar 4.6 Theodolith b. Waterpass Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil lantai, balok, lain lain yang membutuhkan elvasi. Alat ini sanagt berguna untuk mengecek ketebalan lantai saat

pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu, waterpass juga dapat digunakan untuk pengecekan bekisting pada kolom.

Gambar 4.7 waterpass c. Sipatan ( Marker ) Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah pengukuran untuk marking setelah dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta yang seing disebut tinta Cina. Tinta ini dapat bertahan dalam waktu yang lamadan tidak mudah hilang atau luntur.

Gambar 4.8 Hasil Sipatan 3. Alat alat fabrikasi a. Bar Bender Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu precast atau pasang di tempat.

Gambar 4.9. Bar Bander b. Bar Cutter Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan

menggunakan tenaga manusia. Gambar 4.10. Bar Cutter

Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis : 1) Bar Cutter manual Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm. 2) Bar Cutter listrik Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus seperti

tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm 4. Alat alat Pelaksanaan Pengecoran a. Vibrator Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton pada saat setelah pengecoran. Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting.

Gambar 4.11.Vibrator Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja. Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik. Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.

Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat meutup kembali.

b. Concrete Mixer Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk material beton agar lebih homogen. Adanya sirip sirip pada bagian dalam drum, memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat ini digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti pembuatan lantai kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain lain. Drum pengaduk mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak untuk mencampur adukan.

Gambar.4.12. Concrete Mixer

c. Trowel Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaa beton pada plat lantai yang menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya. Permukaan beton yang telah ditaburi flour hardener diratakan dengan ruskam, kemudian trowel digunakan untuk menghaluskan permukaan tersebut.

Gambar 4.13. Trowel. C. Material Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan juga baja tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang. Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh waktu, diusahakan penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin sehingga dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja. 1. Pasir (Agregat Halus) Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai kerja, plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada proyek ini harus memenuhi beberapa syarat berikut : 1. Butiran butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak hancur karena pengaruh cuaca ). A. Pasir terdiri dari butir butir yang beraneka ragam.

B. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak. C. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan menggunakan petunjuk petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan bahan yang diakui. 2. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

Gambar.4.14. Pasir (Agregat halus) 2. Agregat Kasar Agregat kasar berupa butir butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan selisih antara sisa sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat. Adapun syarat syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :

Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat kasar harus terdiri dari butir butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Agregat kasar tidak boleh mengandung mengandung zat zat yang dapat merusak beton.

3. Semen Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain digunakan untuk pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini digunakan Semen Gresik yang telah disetujui oleh pengawas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen : 1. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar tidak lembab.

2. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat. 3. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan. 4. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.

4. Air Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam garam, bahan bahan organis atau bahan bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.

Gambar.4.15. bahan campuran beton D. Kendali mutu

Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal yang penting, sebab akan menentukan kualitas dari hasil pelaksanaan apakah telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Tinjauan pengendalian dalam proyek yang harus diperhatikan adalah: pengendalian mutu bahan dan peralatan, pengendalian tenaga kerja, pengendalian waktu, teknis, biaya serta pengendalian kesehatan keselamatan kerja (K3). 1. 1. Pengendalian Mutu Bahan

Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan untuk bisa mencapai ketentuan dalam spesifikasi yang telah direncanakan, sehingga pengendalian mutu bahan sangatlah penting akan keberhasilan pembangunan dalam suatu proyek. Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku konsultan perencana untuk standard mutu bahan dalam pembangunan Apartemen Pakubuwono View, menggunakan dari American Concrete

Institute (ACI), American Standard for Testing and Material (ASTM), Standard Nasional Indonesia (SNI). a. Agregat Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton dari pihak plant akan dilakukan uji lab apakah memenuhi syarat atau tidak dan dari pihak pelaksana akan meminta hasil tes tersebut. Jika dilakukan secara kasat mata, untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara menggenggam jika menggumpal berarti pasir tersebut tidak bagus. 2. Semen Portland Pada semen porland butiran-butiran tidak boleh mengumpal keras, untuk penyimpanannya tidak boleh dalam keadaan lembab untuk lebih menjaga semen tetap baik maka diberi bantalan kayu sebagai tempat dibawahnya. 3. Besi Merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya. Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama dengan PT Master Steel selaku subkont besi tulangan. Untuk mengetahui mutu besi baik maka harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut : 1. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau mengelupas. 2. Mempunyai penampang yang sama rata. 3. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing. Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat yang kering unruk menghindari karat.

Gambar.4.16. Besi tulangan

4. Beton Untuk pengujian mutu beton dilakukan dengan cara slump tes untuk pengujian dilapangan dan uji kuat tekan jika hasil slump sesuai spesifikasi. Untuk pengujian Crushing Test dilakukan oleh PT. PionirBeton Industri selaku subkont untuk beton readymix sedangkan untuk pengujiannya sendiri dilakukan di Concrete Laboratory-Pulo Gadung Plant. a. Uji Slump Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton. Dalam proyek pembangunan Apartemen Pakubuwono View untuk pondasi. Pengujian dengan menggunakan kerucut Abrams, sebagai berikut : 1) Menyiapkan kerucut abrans dengan diameter atas 10 cm, bawah 20 cm dan tinggi 30 cm yang diletakkan pada bidang datar namun tidak menyerap air. 2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk 25 kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat. 3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata 4) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata 5) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan direject.

b. Uji Kuat Tekan (Crushing Test) Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Cara pengujiannya : 1) Menyiapkan silinder berdiameter 15cm dengan tinggi 30 cm, yang telah diolesi pelumas pada bagian dalam. 2) Kemudian adukan beton dimasukkan ke silinder dalam tiga lapis sambil ditusuk-tusuk hingga 30 kali.

3) Cetakan yang telah diberi kode itu kemudian didiamkan 24 jam dan direndam dalam air (curing) selama 7 hari. Setelah itu barulah diuji dengan crushing test.

Gambar 4.17. Sampel Siap Uji

2. PENGENDALIAN MUTU PERALATAN


Perawatan akan peralatan merupakan hal yang penting untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Peran mekanik akan sangat berguna untuk mencegah tertundanya pekerjaan akibat dari kerusakan peralatan. Akan tetapi jika kerusakan sudah tidak dapat ditangani oleh para mekanik, maka peralatan tersebut akan dikirim ke bengkel pusat. Untuk menghindari penundaan waktu maka pelaksana harus mempunyai cadangan yang dapat digunakan secara cepat seperti ketika pengecoran dilaksanakan, concrete pump yang digunakan sebanyak 4 buah dengan ditambah 1 buah concrete pump dalam keadaan stanby.

3. PENGENDALIAN TENAGA KERJA


Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang mutlak. Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pemilihan mandor untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah tepat. Maka tim pelaksana harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan menentukan mutu sekaligus ketepatan waktu selesai proyek. Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor haruslah sudah mempunyai pengalaman yang sesuai dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan, bekisting hingga pengecoran.

4. PENGENDALIAN WAKTU

Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya pengendalian waktu yang berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada cost. Maka untuk mempermudah pelaksaan dilapangan, manager sebaiknya membuat schedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time schedule yang dikeluarkan oleh engineering sebab tidak semua paham akan pembacaan master schedule. Agar dapat berlangsung tepat waktu, maka time schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil. Manfaat dari time schedule antara lain :

Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu dan pelaksanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan. Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap semua pelaksanaan pekerjaan. Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress report setiap waktu dapat dilihat. Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan pekerjaan.

Setiap item pekerjaan pada time schedule mempunyai prosentase bobot sendiri-sendiri sedangkan Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurve S. Untuk kurva S terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi. Fungsi kurva S adalah :

Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. Mengetahui progress pekerjaan yang dihasilkan dilapangan dengan perencanaan, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi.

5. PENGENDALIAN TEKNIS PEKERJAAN


Pada pelaksanaana dilapangan biasanya akan mengalami problem pada item pekerjaaan tertentu. Pengendalian Teknis Pekerjaan menunjukkan tahap untuk pengawasan dan kontrol terhadap kualitas pekerjaan. Hal ini memerlukan suatu menajemen kualitas agar hasil pekerjaan dapat tercapai mutu sesuai rencana proyek. Jika permasalahan yang dihadapi memerlukan perhitungan teknis maka pihak engineering akan membuat metode repair yang kemudian akan diajukan terlebih dahulu kepada konsultan perencana . Namun apabila problem yang dihadapi tidak memerlukan perhitungan teknis seperti melendutnya bekisting, biasanya dari pihak pelaksana dan dibantu oleh konsultan pengawas akan segera mencari pemecahannya.Dalam pengendalian mutu ini peran QC (Quality Control) akan sangat berperan, QC akan mendampingi supervisor dalam pelaksanaan dilapangan. Untuk pengendalian teknis memerlukan analisis permasalahan yang timbul dilapangan sesuai yang diamati, begitu juga langkah yang akan diambil sebagai penyelesaian dari problem yang ada. Adapaun beberapa problem yang terjadi dapat dijelaskan berikut ini.

Permasalahan

Bekisting mat foundation melendut ke dalam

Penyebab

Adanya tekanan ke dalam dari tanah urug

Pemecahan

-Urugan diurug kembali

-Bekisting didorong dari dalam kemudian ditahan, jika perlu bekisting dibongkar kembali

-Untuk tulangannya ditarik menggunakan chain block.

Gambar 4.18. Penggunaan Chain Block

Permasalahan

Tulangan Pancang < 1 m

Penyebab

Pengangkatan bobok pancang yang salah

Pemecahan

Penambahan tulangan dengan metode Chemset

Gambar 4.19.Pengeboran

Gambar 4.20. Pembersihan lubang

Gambar 4.21 Pemberian chemical

Gambar 4.22.Pemberian Tulangan c Permasalahan : Layer atas pembesian turun

Penyebab

Kurang tingginya tulangan cakar ayam

Pemecahan

Tulangan mat foundation layer atas ditarik dengan bantuan Tower Crane

Gambar 4.23. Pengangkatan Pembesian dengan TC d Permasalahan : Tulangan kolom bergeser

Penyebab

Tekanan dari beton saat pengecoran

Pemecahan

Perhitungan dilakukan oleh pihak engineering (Lihat Lampiran)

1. Dengan penambahan dimensi kolom

2.Tulangan di bagian tertentu di bending.

6. PROGRESS REPORT
Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dikerjakan secara berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu. a. Laporan Harian Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek dalam melakukan tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek yang dilakukan tiap hari dapat dipantau. Laporan harian berisikan data data antara lain : 1) Waktu dan jam kerja 2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum 3) Keadaan cuaca 4) Bahan bahan yang masuk ke lapangan 5) Peralatan yang tersedia di lapangan 6) Jumlah tenaga kerja di lapangan 7) Hal hal yang terjadi di lapangan b. Laporan Mingguan Laporan mingguan bertujuan untuk memperolah gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu yang bersangkutan, disusun berdasarkan laporan harian selama satu minggu tersebut. Laporan mingguan berisikan antara lain : 1) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan. 2) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu itu. 3) Catatan catatan lain yang diperlukan.

Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan minggu tersebut dapat diketahui dengan memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah dibuat, ditambah dengan bobot prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu itu. Dari prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu ini kemudian dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu yang bersangkutan, maka akan diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang telah diperoleh. Laporan mingguan tidak dapat dipisahkan dengan time schedule pelaksanaan pekerjaan yang telah disusun oleh pihak Kontraktor Utama dengan persetujuan Project Manager. c. Laporan Bulanan Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan, yaitu untuk memberikan gambaran tentang kemajuan proyek. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi laporan mingguan maupun laporan harian dengan dilengkapi foto foto pelaksanaan pekerjaan selama bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan dilaporkan kepada Pemilik Proyek (Owner). d. Rapat Koordinasi Bulanan Rapat koordinasi bulanan diadakan dengan dihadiri oleh panitia pembangunan, Owner, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Utama. Dalam rapat ini dibahas hal hal yang berhubungan dengan pelaksanaan serta masalah masalah teknis yang timbul di lokasi proyek dan perkembangan proyek yang sedang berjalan serta koordinasi masing masing unsur proyek yang terlibat langsung.

7. PENGENDALIAN BIAYA
Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya dengan realisasi pekerjaan. Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya pembengkakan maka perlunya evaluasi biaya. Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan dalam pelaksanaan dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja menambah biaya dari segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk menghindari adanya pembengkakan biaya yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan dilapangan dengan baik dan hati-hati. Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.

8. PENGENDALIAN K3
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek

dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam melakukan pekerjaannya. Target K3 sendiri adalah zero accident selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya penyusunan: a. Safety Plan Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-alat pengamanan seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain. b. Security Plan Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek. c. House Keeping lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan material bekas, pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-lain. Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View ini, hal hal tentang kesejahteraan dan keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan adanya alat alat, perlengkapan, dan fasilitas yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan keselamatan kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah diberi rambu peringatan. E. Pembahasan Pelaksanaan 1. DEWATERING a. Pendahuluan Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya lebih dari lima lantai biasanya sering dibuat basement dengan alasan untuk menambah ruangan atau sering juga digunakan sebagai lahan parkir. Untuk melaksanakan basement, maka penggalian tidak dapat dihindarkan dan bilamana permukaan air tanah lebih tinggi dari rencana lantai basement, maka pemompaan harus dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan, di mana sistem pemompaan tersebut dilakukan dengan dewatering sistem sumur titik ( well point system ). Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement. Pekerjaan dewatering mutlak diperlukan sampai bangunan selesai atau berat konstruksi bangunan dapat mengimbangi gaya uplift. Selain itu, dewatering juga diperlukan untuk menanggulangi bila terjadi genangan pada konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air hujan ataupun rembesan air tanah. Dewatering dioperasikan selama 24 jam selama pekerjaan basement.

Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini digunakan enam sumur dewatering, dua sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing masing sumur tersebut dibor sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter sumur 8 dan diameter casing PVC 6 untuk sumur dewatering; diameter sumur 4 dan diameter casing 2,5 untuk sumur piezometer; dan diameter sumur 8 dan diameter casing 6 untuk sumur recharging. Penentuan banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari :

Data spesifikasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian Data penelitian tanah dan pumpimg test Pertimbangan kondisi lahan di sekitar proyek Pengalaman sejenis yang telah dilakukan

Gambar 4.24. Sumur Dewatering

Gambar 4.25. Sumur Piezometer

Gambar 4.26. Sumur Recharging b. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well point dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Penentuan Titik Dewatering Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik titik tersebut ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak sumur dewatering tidak berada pada posisi pondasi atau pile cap. 2) Penentuan Titik Piezometer Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.

Gambar 4.27. Lokasi Sumur Dewatering dan Piezometer 3) Pembuatan Pit dan Saluran Pembuatan pit dan saluran dilakukan di dalam pelaksanaan galian. Dalam hal ini, melihat kondisi lapangan pada prinsipnya saluran dan pit berguna untuk melokalisir air agar tidak menggenang sehingga tidak mengganggu kontraktor galian dalam bekerja atau pekerjaan lantai kerja. Saluran dibuat disepanjang tepi galian di dalam area galian oleh kontraktor galian. Kemudian setiap jarak 40 meter dibuatkan pit dan standby pompa permukaan. 4) Sistem Saluran Pembuangan Sistem saluran pembuangan dibuang sebagian ke sumur recharging dan air pemompaan piezometer akan diendapkan di bak penampungan air. 5) Monitoring Monitoring dilakukan selama 24 jam setiap pagi dan sore, dan dicatat ketinggian air tanahnya. Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketinggian air tanah, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penurunan tanah atau tidak. Selain itu, staff dewatering juga mengikuti aktifitas pekerjaan galian untuk memindahkan jalur listrik dan jalur pemipaan / selang yang dapat

rusak atau mengganggu kegiatan operasional galian, dan membantu sepenuhnya pekerjaan galian agar tidak terhenti oleh gangguan air tanah.

Gambar 4.28. Form Monitoring c. Metode Teknis 1) Data Teknis Data data teknis pekerjaan dewatering proyek Apartemen The Pakubuwuno View Tower B & C adalah sebagai berikut:

Jumlah sumur dewatering : 6 titik Kedalaman : minus 20 meter Elevasi Screen : 12 meter s.d. 18 meter Diameter sumur dewatering : 8 inchi Diameter casing PVC : 6 inchi Filter / saringan : G level Kapasitas pompa : 300 liter / menit Jarak antara sumur dewatering : 40 meter

Dengan menurunkan permukaan air di dalam sumur sampai kedalaman minus 14 meter dengan sistem pemompaan tersebut di atas akan dapat mengeringkan lahan galian. Apabila di dalam pelaksanaan masih ada genangan air tanah, maka digunakan sistem dewatering dengan pit pada beberapa lokasi dengan dibuatkan parit parit yang berfungsi sebagai subdrain yang mengalirkan air ke parit parit tertentu. Parit parit ini diisi dengan batu kerikil dan pada saat pengecoran ditutup dengan plastic agar dapat dibuatkan lantai kerja. 2). Konstruksi Sumur Dewatering

Pekerjaan ini dilakukan dengan tahap tahap sebagai berikut : a) Penentuan titik dewatering dan elevasi oleh tim surveyor

b) Pengeboran dengan alat mesin bor dengan sistem wash boring sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter 8 inchi c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor yang berfungsi sebagai filter e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan elektroda pipa galvanis dan kabel listrik f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel otomatis pompa g) Instalasi plumbing ( selang dan pemipaan ) dan pemompaan dewatering siap difungsikan

Gambar 4.29. Konstruksi Sumur Dewatering

3) Konstruksi Sumur Piezometer Tahapan pekerjaan pembuatan sumur piezometer atau sumur pengamatan sama halnya dengan sumur dewatering, hanya perbedaannya pada diameter boring dan casing. Sumur piezometer ini

memiliki diameter boring 4 inchi dengan diameter casing 2,5 inchi. Adapun fungsi sumur piezometer ini untuk memantau penurunan permukaan air tanah akibat pemompaan dewatering.

Gambar 4.30. Konstruksi Sumur Piezometer 4) Penutupan Sumur Dewatering Penghentian sumur dewatering dilaksanakan setelah beban uplift akibat air tanah telah seimbang dengan berat konstruksi. Oleh karena itu, penggunaan sumur dewatering tidak digunakan kembali. Pada saat sumur dewatering tidak digunakan kembali, maka lubang sumur tersebut harus segera ditutup. Adapun konstruksi penutupan sumur sebagai berikut :

Gambar 4.31. Konstruksi Penutupan Sumur

2. PEKERJAAN GROUND ANCHOR

a. Pendahuluan Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak mengalami longsor atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar tanah tersebut. Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini diperlukan ground anchor dan dipasang pada sisi sisi galian karena letaknya berbatasan langsung dengan gedung gedung yang telah ada sebelumnya ( Gedung Simprug Mobil Showroom pada sisi utara dan SMA 29 Jakarta pada sisi selatan ). Dengan adanya ground Anchor tersebut diharapkan tanah tidak mengalami longsor akibat beban yang berasal dari gedung gedung sekitar dan tidak terjadi penurunan tanah pada gedung gedung di sekitar proyek tersebut. Jumlah ground anchor pada proyek ini ada 41 titik dan terbagi menjadi 2, yaitu 24 titk di sisi Utara Tower C ( Simprug Mobil Showroom ) dan 17 titik di sisi Selatan Tower B ( SMA 29 Jakarta ). Pekerjaan ground anchor ini memakan waktu selama 9 hari mulai tanggal 16 Juli 2008 sampai dengan tanggal 24 Juli 2004, di mana setiap harinya rata rata dapat diselesaikan 4 titik / alat.

Gambar 4.32. Ground Anchor

b. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Penentuan Elevasi dan Marking Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping beam pada posisi yang sesuai dengan gambar shop drawing.

2) Pengecoran Capping Beam Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat elevasi, marking, dan pemasangan bekisting. Capping beam dibuat tiap jarak 4,2 Meter dengan dimensi 40 x 40 cm. Mutu Beton yang digunakan K 375. 3) Pekerjaan Persiapan Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat alat yang digunakan untuk proses drilling, grouting, maupun stressing. 4) Pekerjaan Drilling Tanah Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, di mana mesin bor tersebut duduk di atas tanah / platform. Kotoran atau Lumpur hasil pengeboran dari lubang bor dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 20 cm sampai kedalaman 30 meter dengan kemiringan sudut 45. 5) Instalasi Tendon Anchor Strand yang digunakan adalah 7 wire strand berdiameter 12,7 mm. perakitan tendon dilakukan di proyek. Tendon dimasukkan ke dalam lubang dengan cara manual. Sebelum instalasi tendon dilakukan, air bertekanan disemprotkan ke dalam lubang untuk mengeluarkan lumpur sisa pengeboran. 6) Grouting Tendon Anchor Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran selesai. Komposisi material grouting yang digunakan adalah 1 zak portland cement ( 1 zak = 50 kg ) + 20 liter air + 225 gram grout additive ( cebex 100 ), dengan water cement ratio 0,45. 7) Stressing Tendon Anchor Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu unit Jack Freyssinet, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon tersebut. Operasional penarikan tendon anchor di proyek dicatat dalam suatu lampiran stressing record yang mencatat pressure gaya pada Hydrolick Jack dan panjang elongasi yang terjadi pada strand. Mutu grouting minimal saat stressing adalah 30 MPa. Stressing yang dilakukan untuk setiap ground anchor adalah dua cycle ( 125 % dari gaya yang bekerja ) dan satu lock off ( 110 % dari gaya yang bekerja ).

Gambar.4.33. Proses Stresing c. Pelepasan Kepala Anchor Setelah semua pekerjaan di atas selesai, maka ground anchor sudah berfungsi seperti yang direncanakan. Fungsi ground anchor dapat ditiadakan apabila bangunan sudah berdiri dan diapraghma wall sudah terhubung dengan struktur. Biasanya head anchor akan dilepas / direalase pada saat ground anchor tidak difungsikan lagi, tapi terkadang owner tidak menginginkan head anchor untuk dilepas. Jadi, pekerjaan realease anchor tergantung pihak owner. 3. MATFOUNDATION TOWER B a. Pendahuluan Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki luasan / bentuk menyerupai maras. Pekerjaan mat foundation tower B ini merupkan pekerjaan mass concrete karena pondasi akan dicor memiliki volume 2616 m. Mass Concrete adalah pengecoran satu area dengan volume yang sangat besar dan dilakukan secara terus menerus. Mass Concrete merupakan salah satu alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar atau kecil secara terus menerus untuk mengecor sejumlah volume beton yang dipengaruhi oleh faktor teknik dan ekonomi. Pertimbangan utama dalam melaksanakan penngecoran secara besar besaran adalah kontrol terhadap panas yang dihasilkan dari proses hidrasi akibat Massa beton yang besar yang dapat mengakibat retak dan akibat dari waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold joint. Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika beton menjadi dingin secara berangsur berangsur, dapat menimbulkan terjadinya retak. Perubahan suhu maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan retak ( Thermal Cracking ) adalah 40 C antara temperature beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan temperature beton lebih dari 20 C.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan menghitung faktor faktor sebagai berikut :

Kemampuan produsen ready mixed menyediakan volume beton dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat, dengan memperhitungakan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumberdaya. Karakter beton yang dipergunakan, dengan memperhitungkan kandungan semen, jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran ( admixture ) dan lain lain. Pengendalian temperatur, dengan melakukan perawatan beton (Curing) secara efektif disesuaikan dengan keadaan cuaca sekitarnya pada saat pengecoran, selain itu perlu pengadaan tulangan distribusi yang memadai untuk mengontol retak awal.

b. Dasar Teori 1) Definisi Mass Concrete Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala volume beton dengan dimensi yang cukup besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen 2) Retak Thermal Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi kekangan terhadap pengembangan volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan atas 200 C Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu memperhitungkan faktor-faktor berikut : a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan memperhiungkan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumber daya. Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman : 1. Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir dan maneuver truck mixer serta area cuci truck mixer). 2. Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan harus 1 kapasitas bongkar proyek. 3. Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari : Waktu loading beton 1. 2. 3. 4. Waktu perjalanan berangkat ke lokasi proyek Waktu parker, manuver dan tunggu di proyek Waktu bongkar (COR) Waktu cuci truck mixer di proyek

5. Waktu perjalanan pulang dari proyek menuju batching plan 6. Jumlah kebutuhan minimal truck mixer. a) Karakter beton yang dipergunakan dengan memperhitungkan, kandungan semen, kandungan fly ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture), dll. b) Penggunaan jenis semen tertentu dapat mempengaruhi karakteristik beton untuk mass concrete, karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus digunakan untuk mendapatkan kekuatan yang dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk digunakan semen type I dengan fly ash dengan prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal ini penggunaan fly ash adalah maksimal 25 % dari jumlah material cementitiuos. c) : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mix Design menggunakan spesifikasi sebagai berikut (sesuai spesifikasi teknis dan ACI 21.1.1)

Mutu beton adalah fc. 27,5 Mpa. Prosentase fly ash 23 % Suhu on site 300 C. Water Cement Ratio = 0.45 Slump 14 2 (12 16) cm. Initial setting time 7 jam.

c. Metode Pelakasanaan Metode pelaksanaan Mat Foundation tower B dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. 1. Galian Tanah Area Mat Foundation

Galian tanah area mat foundation dilaksanakan sesuai shop drawing dengan kedalaman 250 cm dari elevasi lantai dasar basement 3, akan tetapi pada dasar mat foundation ditambah 5 cm untuk lantai kerja dan pada galian samping masing masing diberi penambahan 15 cm yang digunakan untuk bekisting dari pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan bantuan backhoe, sedangkan untuk area yang sulit dijangkau backhoe dilakukan dengan tenaga manusia.

Gambar 4.34. Galian dengan menggunakan backhoe 2. Bobok dan Pemotongan Kepala Bored Pile Setelah proses pengggalian selesai, maka akan bampak kepala kepala bore pile yang sudah tertanam sebelumnya ( pekerjaan bored pile dikerjakan oleh kontraktor lain ). Kemudian kepala pancang yang tampak tersebut akan dipotong hingga ketinggian besi tulangan minimal satu meter dari dasar. Sebelum proses pemancangan dilakukan, terlebih dahulu kepala kepala pancang dilakukan, terlebih dahulu kepala kepala pancang tersebut di bobok agar besi tulangannya dapat terpisah dari beton. Proses pemotangan pancang ini dilakukan dengan bantuan tower crane dengan tujuan mempermudah pengangkatan dari area mat foundation, selain itu juga mempermudah waktu pelaksanaannya.

(a)

(b) Gambar 4.35. (a) Bobok Pancang 3. Penyemprotan Anti Rayap Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah daerah yang disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia atara kontruksi bangunan dan tanah, sehinga melindungi bangunan dari serangan rayap. Material yang digunakan adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi satu liter stedfast 15 EC dicampur dengan 50 liter air. Aplikasi untuk 1m memputuhkan lima liter campuran. Pada waktu penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan air. (b) Pemotongan Pancang dengan TC

Gambar.4.36 Stedfast penyemprot Anti rayap

4. Pekerjaan Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan setelah seluruh lapisan bawah mat foundation diratakan dan disemprotkan dengan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan selambat lambatnya satu hari setelah penyemprotan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dibuat dengan ketebalan 50 mm. material beton yang digunkan adalah material beton ready mix B-0. Mutu beton B-0 adalah K-125. Penentuan ketebalan lantai kerja diketahui dengan menggunkan alat elevasi level dengan bantuan tim Surveyor.

Gambar.4.37. Pengecoran lantai kerja 5. Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation dari material batako setinggi dua meter dan stop cor stinggi 500 mm untuk posisi starter bar bagian pembesian slab basement 3. Pemasangan batako untuk dinding bekisting mat foundation ini dikerjakan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dinding batako dipasang setinggi 1200 mm, dan tahap kedua dinding batako dipasang lagi setinggi 800 mm dari tinggi tahap pertama. Hal ini dilakukan untuk meghindari rubuhnya dinding dari longsoran tanah diatasnya. Dalam pemasangan batako ini, seluruh permukaannya harus dipasang secara rapat dan rata atau tidak beloh berongga.

Gambar.4.38. Pemasangan Batako

Isometri 6. Pekerjaan Pembesian

Gambar 4.39 .

Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat foundation dibersihakan dari kotoran atau bekas bekas material yang berserakan dengan menggunakan air compressor. Mutu besi tulangan yang digunakan adalah U50 ( fy = 5000 kg/ cm ) dan pengikat atar besi digunakan kawat bendrat.

Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan anara lain : a . Pembesian Layer Bawah Pembesian layer bawah terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan ditambah tulangan extra pada arah x dan y. penggunaan tulangan extra berfunsi sebagai perkuatan didaerah tertentu yang mempunyai bahan lebih besar dari daerah lain, seperti didaerah corewall yang berguna untuk Manahan beban angina ataupun beban akibat gempa bumi. Penyusunan tulangan tersebut disusun dalam empat lapis . lapis pertama terdiri atas tulangan menerus arah x dan besi D32 200 mm; lapis kedua terdiri dari tulangan menerus arah y dengan besi D32 200 mm ditambah tulangan sebagian selain tulangan ekstra arah x dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm; lapis keempat terdiri atas tulangan ekstra arah y dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm

Gambar 4.40. Pembesian layer bawah 1. b. Pemasangan Kaki ayam

Untuk menghubungkan antara layer atas dengan layer bawah diperlukan kaki ayam. Kaki ayam sendiri menggunakan besi D25 dengan tinggi 2 meter, dimana bagian bawah dari kaki ayam tersebut diikatkan pada pembesian layer bawah menggunakan kawat bendrat. Kaki ayam dipasang setiap jarak 2 meter untuk arah y dan 2,4 untuk arah x.

Kaki ayam c. Pembesian Layer Atas

Gambar 4.41. Pemasangan

Pembesian layer atas pada umumnya sama dengan layer bawah, perbedaanya hanya pada penyusunan lapis pembesian. Penyusunan lapis pembesian pada layer atas berkebalikan dengan layer bawah.

Layer atas d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core wall

Gambar 4.42. Pembesian

Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan corewall dikerjakan dengan mutu besi U ( fy = 5000kg / cm ). Sebelum dilakukan pembesian, makan perlu diberi marking agar tidak terjadi kesalahan letak pemasangan, surveor akan mencari as tiap kolom dengan nalat theodolith dengan mengacu pada Bench Mark (BM) yangtelah ditentukan. Tinggi penulangan stek kolom adalah 48,5 m dan tinggi penulangan stek carewall 4,5 m, semuanya itu diukur dari TOC mat foundation. Yang sangat perlu diperlihatkan dalam pelaksanaan pembesian dilapangan adalah

Posisi pembesian yang seharusnya dikerjakan Jumlah Besi Tipe Besi

Hal tersebut untuk menghindari adanya kesalahan pemasangan yang berakibat pembongkaran ulang sehingga dapat mengganggu schedule kerja.

Gambar 4.43. Pembesian didaerah corewall 7. Separing ME Sparing ME merupakan pemasangan pipa / plumbing yang dilakukan oleh pihak ME yang berfungsi untuk saluran air. Pemasangan sparing ME pada area mat foundation menggunakan CIP dia 2, 3, 4 berjarak (50-70) cm di bawah TOC mat foundation. Pada pekerjaan sparing ME sangat diwajibkan teliti dan tepat karena apabila ada kesalahan setelah pengecoran selesai maka akan sangat sukar untuk membongkar ulang karena adanya pembesian Mat Foudation.

Gambar 4.44. Pemasangan Pipa 8. Pemasangan ThermoCouple Monitoring temperature beton dalam pengecoran mat foundation adalah sesuatu hal yang sangat penting. Terjadinya perbedaan temperature yang sangat besar akan menimbulkan efek keretakan pada beton yang akan berakibat fatal. Alat yang dipakai untuk memonitor perbedaan temperature tersebut adalah Thermocouple. Thermocouple dipakai selain untuk memonitor suhu/perbedaan temperature pada tiap bagian, juga digunakan untuk mengukur perbedaan suhu maximum yang terjadi setelah pengecoran selesai, thermocouple menggunakan 3 layer dan 4 titik, sehingga jumlah thermocouple 12 buah. Pengukuran thermocouple dilakukan tiap dua jam untuk 24 jam pertama, dan setiap 3 jam untuk 24 jam berikutnya.

Gambar 445. Thermocouple

9. Pemasangan Kawat Loket / Penahan Longsoran Beton Berdasarkan pembagian area pengecoran dan setting time beton maka pengecoran mat foundation dibagi dalam beberapa zone, setiap pembagian zone dipasang kawat loket/mesh (20 x 20) mm yang berfungsi untuk menahan supaya beton tidak longsor, diamana longsoran beton tersebut dapat mengakibatkan Could joint pada daerah beton tertentu saat pengecoran dengan valume besar secara terus menerus. Dengan adanya jumlah beton dengan skala besar maka diperlukan adanya perkuatan pada kaat loket. Untuk perkuatan horizontal menggunakan besi D13, sedangkan untuk perkuatan vertikal menggunakan besi D-22.

Gambar 4.46. Pemasangan loket kawat 10. Inspeksi Dan Survey Dialakukan setelah pengecoran dimulai yang bertujuan mengetahui apakah pembesian yang terpasang sesuai dengan gambar kerja, kegiatan ini akan dilakukan oleh pihak pelaksana dengan pihak manajemen kontruksi. Daftar pembesian / checklist akan dibawa saat inspeksi dilakukan dilapangan, check list untuk pembesian meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Shop drawing sudah di approval Diameter, jenis jumlah dan jarak besi sesuia shop drawing Overlaping sambungan sesuai dengan gambar Beton decking terpasang dengan jumlah dan diameter yang telah ditentukan ( 4 Buah / m) Kaki ayam terpasang,diameter besi dan jarak sesuai dengan persyaratan Ikatan besi ( ikatan silang ) dengan bendrat cukup kuat ( tidak bergetar saat diketok ) Besi bersih dari karat, oli, beton kering dan tanah Jarak bersiih pembesian minimal 45 mm Bending / bengkok besi sudah sesuai persyaratan yaitu 5D Elavasi tulangan / pembesisan sudah benar dan kuat

Ispeksi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan ketika pengecoran telah selesai dilakukan tidak akan ada masalah untuk pekerjaan berikutnya dan juga menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak kontraktor.

Inspeksi dan survai 11. Pemasangan Stop Cor

Gambar 4.47.

Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu 50/70 dan list kayu 40 x 40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak ada kebocoran antara pertemuan beton lama dan beton baru bertemu.

Waterstop

Gambar 4.48.

12. Pemasangan Tenda Pada saat pengecoran diperlukan adanya ansipasi oeh pihak pelaksana apabila terjadi hujan yang dapat mengganggu pengecoran dan dapat merusak mutu beton, maka pemasangan tenda sebagai alternatif tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindar panas sinar matahari secara langsung. Untuk rangka tenda sebagai alternative tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindari panas sinar matahari secara langsung. Untuk rangka tenda menggunakan pipa besi 1 1,5. Pipa rangka dimasukan pada tulangan besi yang telah dilas pada kaki ayam. Untuk ketinggian terpal pada tepi tenda diberi perkuatan berupa ikatan dirangka atas tenda kepasak.

Gambar 4.49. Detail Tenda

(a)

(b) Gambar 4.50. (a) Rangka tenda (b) Tenda di beri terpal 13. Pekerjaan Waterproofing Beberapa jam sebelum dilakukan pengecoran, dinding bekisting dan lantai kerja dari mat foundation dilapisi dengan waterproofing. Untuk lantai dengan cara kristalisasi atau ditabur, sedangkan untuk dinding dengan cara disemprot. Fungsi dari pelaksanaan waterproofing ini adalah agar membuat bikisting menjadi kedap air sehingga air dari dalam tidak merembes keluar dan begitu juga sebaliknya, air dari luar tidak bisa masuk kedalam Pada pelaksanaannya untuk penyemprotan waterproofing dinding bekisting menggunakan dua aplikasi. Pada aplikasi pertama dilakukan penaburan Formdexplus 1,5 kg/m2, pelaksanaan 15 menit sebelum cor. Sedangkan pada aplikasi kedua dilakukan penyemprotan dilakukan penyemprotan pada dinding bekisting dalam, aplikasi ini terdiri dari lapisan dari dua lapisan yaitu lapisan pertama dengan komposisi 0,5 kg / m, dan lapisan kedua 1 kg / m. aplikasi kedua dilaksanakan 3 jam sebelum cor.

(a)

(b) Gambar 4.51. (a). Bahan waterproofing (Formdexplus) (b). Penyemprotan Waterproofing

14. Pengecoran Pengecoran mat foundation memerlukan jumlah volume beton yang tidak sedikit dan tentu juga memerlukan biaya yang sangat besar , sehingga sangat penting untuk persiapan antara lain :

1. 1)

Persiapan Insfrastruktur Proyek Jalan Akses Truk Mixer

Jalan Akses truk Mixer 2) Lahan parker dan maneuver truk

Gambar 4.52.

Gambar 4.53. Lahan parkir dan manuever Truk 3) Area Cuci truk Mixer ( Washing Bay )

Gambar 4.54. Washing Bay 4) 5) Instalasi Listrik ( adanya genset 150 KVA sebagai backup jika listrik PLN padam ) Sistem Drainase ( Pembuangan air hujan yang jatuh dari terpal akan dibuat saluran sementara

6) Concrete Pump ( diperlukan cadangan Concrete Pump apabila adanya masalah pada saat pelaksanaan Cor )

Gambar 4.55. Concrete Pump

1.

Persiapan Laboraturium

1) Persiapan di site ( gerobak, kerucut Abrams, Rojokan, palu, senter, alat Bantu komunikasi, meteran ) 2) Persiapan personel menggunakan shif ( kepala plan, Supervisor produksi, staff, teknisi, dll )

Perlengkapan pengujian 1. Water Supply

Gambar 4.56.

Digunakan untuk kebutuhan cuci mixer, washing box dan lain lain. 1. 1) 2) 3) Kesipan Peralatan 1. Concrete Pump 2. Vibrator 3. Compressor : 4 on site + 1 stand by : 4 on site + 1 stand by : 2 Buah

4) 5) 6) 7) 8) 9) 1. 1) 2) 3) 4) 5)

4. Pompa engine 5. Pompa DAB 1 6. Silinder 7. Troli 8. Termometer 9. Kerucut Abrams Kesiapan Material

: 2 Buah : 1 Buah : 115 Buah : 3 Buah : 2 Buah ( 1 cadangan ) : 2 set

Beton fc 27,5 Mpa, fa 23 % pakai es = 216 m Besi beton 281 ton Plastik sheet 1200 m Styrofoam 1200 m Kawat loket 390 m

Pengecoran Mat Foundation pada proyek The Pakubuwono View ini mempunyai persyaratan beton sebagi berikut : 1) 2) 3) Tes Slump 14 2 cm Suhu beton 30 C Perjalanan Truck Mixer dari Batching Plant ke site proyek 2,5 jam

Jalur Sirkulasi Truk Mixer dan Penempatan CP

Gambar 4.57.

Gambar diatas merupakan sirkulasi keluar masuk truk mixer (TM) dan penempatan concrete pump,TM yang masuk ke lokasi pengecoran akan dicek waktu kedatangannya, suhu beton, dan nilainya slumnya. Bila waktu kedatangnya, suhu , dan tes slump tidak memenuhi syarat maka TM tersebut akan segera dipulangkan atau di reject. Pada TM yang memenuhi syarat akan langsung menuju concrete pump untuk loading. Bila saat waktu antrian terlalu lama maka akan diadakan tes slump lagi jika saat pengetesan gagal maka akan direject dari pihak pelaksana.

Area pengecoran pada mat foundation dibagi menjadi 7 zona yang mana setiap zona dibatasi oleh kawat loket. Pada saat pengecoran berlangsung digunakan alat Vibrator untuk membantu beton agar agregat kasar dan halus dapat menyatu, selain itu juga mengalirkan beton. 1. 15. Finishing Trowel

Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton mendekati setting. Finish trowel ini dilakukan dengan tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang telah diberi floor hardener. Pelaksanaan floor hardener sendiri dilakukan setelah 30 menit / beton setting, dan dilaksanakan dengan system tabor. Komposisi yang digunakan 5 kg / m dengan dua kali tabur dan dikontrol elevasinya sesuai shop drawing. Proses penaburan dilakukan setelah relag selesai.

Gambar 4.58. Finishing Trowel 1. 16. Pemasangan Steryfoam

Setelah permukaan lantai mat foundation sudah mulai mengeras, maka perlu dilakukan curing. Proses curing ini dilakukan dengan cara pemasangan steryfoam pada permukaan beton agar perubahan suhunya tetap terjaga. Pemasangan steryfoam ini bertujuan menghindari adanya retak thermal pada permukaan beton akibat perubahan yang dihasilkan oleh suhu dalam beton dengan suhu luar. Dalam hal ini steryfoam berfungsi sebagai filter antara suhu udara luar dengan suhu dalam beton.

You might also like