You are on page 1of 13

I. PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Kemenangan ideologi neoliberal menjadikan orientasi ekonomi politik global diarahkan pada kepentingan pasar yang dikuasai tidak hanya oleh negaranegara Dunia Pertama akan tetapi juga oleh para aktor-aktor baru dalam panggung hubungan internasional yaitu lembaga-lembaga keuangan dan perdagangan internasional, perusahaanperusahaan multinasional dan transnasional serta individu-individu yang ikut memegang kontrol dalam mekanisme pasar global. Dominasi negara-negara Dunia Pertama atau yang biasa disebut sebagai pemilik saham dalam institusi IMF dan para pelaku pasar internasional lainnya semakin terlihat dalam upaya mereka untuk mengarahkan pasar kedalam blok-blok ekonomi baru yang tunduk pada mekanisme yang telah mereka buat. Dengan kata lain bahwa yang terjadi saat ini adalah proses internasionalisasi modal atau sering dibahasakan sebagai globalisasi. Kondisi tersebut mengharuskan para pelaku pasar untuk melakukan ekspansi yang bertujuan untuk membuka pasar seluas-luasnya bagi kepentingan pemilik modal internasional. Sehingga kondisi tersebut melahirkan fenomena munculnya regionalisme ekonomi yang pada hakikatnya adalah upaya untuk melakukan pembagian terhadap asetaset ekonomi di kawasan-kawasan tertentu. Metode ekspansi yang dilakukan oleh kekuatan modal internasional ini dilakukan dengan berbagai metode yang sekali lagi bertujuan untuk membuka akses ekonomi dan sekaligus menancapkan hegemoni politik pada sebuah negara atau wilayah. Selain itu, dengan misinya untuk membuka lebar-lebar pasar di seluruh dunia, lembaga-lembaga modal internasional melakukan ekspansinya dengan membawa paketan kebijakan penyesuaian struktural. Paketan kebijakan ini kemudian didiktekan kepada negara-negara Dunia Ketiga yang mayoritas merupakan negara-negara post-kolonial untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan ekonominya yang ambruk akibat perang yang berkepanjangan atau akibat krisis ekonomi yang sering menimpa sebagian besar negara-negara tersebut. Dan proses tersebut digagas sedemikian rupa sehingga menjadi resensi atau acuan utama bagi mayoritas negara-negara Dunia Ketiga dalam menjalankan proses pembangunannya.

Dalam perjalanannya kemudian, negara-negara Dunia Ketiga yang telah tergantung secara ekonomi kepada negara-negara Dunia Pertama akibat jeratan utang luar negeri harus menjalankan paketan-paketan kebijakan yang didiktekan lembaga- lembaga donor internasional tersebut. Kebijakan tersebut berupa pencabutan subsidi sosial, deregulasi, privatisasi, dan liberalisasi perdagangan. Selain itu, untuk semakin memperkuat posisi tawar negara-negara Dunia Pertama dalam pentas politik dalam negeri dan untuk meyakinkan bahwa paket kebijakan tersebut betul-betul dijalankan maka dibentuklah pemerintahan boneka yang tunduk pada kepentingan modal asing. Dan ini terjadi di beberapa negara-negara Dunia Ketiga khususnya di kawasan Amerika Latin, seperti; Batista di Kuba, Somoza di Nikaragua, Trujillo di Republik Dominika, Odrio di Peru, Perez Jimenez di Venezuela, Armas di Guatemala dan banyak lagi. Pemerintahan boneka tersebut yang kemudian membuka akses seluas- luasnya bagi pelaksanaan paket kebijakan neoliberal tersebut. Mayoritas pemerintahan boneka tersebut mengambil kebijakan dalam dan luar negeri yang pada intinya berupaya untuk mengakomodasi kepentingan akumulasi modal negara-negara maju, lembaga-lembaga keuangan internasional serta perusahaanperusahaan multinasional dan transnasional. Tata pemerintahan dijalankan secara otoriter dan menutup ruang-ruang demokrasi dalam masyarakat. Cara ini ditempuh untuk menghancurkan potensi-potensi resistensi atau perlawanan dalam masyarakat akibat kebijakan-kebijakan yang memiskinkan dan tidak berpihak kepada mayoritas rakyat. Sejarah telah banyak mencatat bahwa beberapa dari pemerintahan yang diktator kemudian harus tumbang oleh gerakan parlementer ataupun ekstra parlementer. Dan fenomena ini telah terjadi di berbagai negara, tidak kurang demikianlah yang terjadi di Kuba pada tahun 1959 ketika pemerintahan Fulgencio Batista yang mengabdi pada kepentingan Amerika Serikat akhirnya harus tumbang oleh gerakan 26 Juli yang dipimpin oleh Fidel Castro Ruz. II. PEMBAHASAN II.1 Pengertian Neoliberalisme dan Sosialisme Paham Neoliberalisme atau paham ekonomi neoliberal merupakan paham yang mengacu pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi domestik. Paham ini

memfokuskan pada metode pasar bebas, pembatasan yang sedikit terhadap perilaku bisnis dan hak-hak milik pribadi. Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas. Neoliberalisme melalui ekonomi pasar bebas berhasil menekan intervensi pemerintah dan melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan efisiensi korporasi, neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi kebijakan hak-hak buruh seperti upah minimum, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya. Neoliberalisme bertolak belakang dengan sosialisme. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagi perdagangan adil dan gerakan lainnya yang mendukung hak-hak buruh dan keadilan sosial yang seharusnya menjadi prioritas terbesar dalam hubungan internasional dan ekonomi. Sementara Sosialisme sebagai gerakan ekonomi muncul sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan yang timbul dari sistem neoliberal-kapitalisme. Sosialisme mengkritik masyarakat kapitalis, mengutuknya, memimpikan keruntuhan kapitalisme. Ia mempunyai gagasan akan adanya pemerintahan yang lebih baik. Ia berusaha membuktikan kepada orang-orang bahwa eksploitasi itu tak bermoral. Sosialisme juga diartikan sebagai bentuk perekonomian di mana pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak dipercayai oleh seluruh warga masyarakat, dan menasionalisasikan industriindustri besar lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam masyarakat sosialis hal yang menonjol adalah kolektivisme atau rasa kebersamaan. Untuk mewujudkan rasa kebersamaan ini, alokasi produksi dan cara pendistribusian semua sumber-sumber ekonomi diatur oleh negara. Sosialis-komunis menghapuskan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, menghapuskan kelas-kelas social dan pembagian kerja. Walaupun tujuan sosialisme dan komunisme sama, dalam mencapai tujuan tersebut sangat berbeda. Komunisme adalah bentuk paling ektrim dari sosialisme.Bentuk sistem perekonomian didasarkan atas system, dimana segala sesuatu serba dikomando. Begitu juga karena dalam sistem komunisme Negara merupakan pengusa mutlak, perekonomian komunis sering juga disebut sebagai sistem ekonomi

totaliter, menunjuk pada suatu kondisi social dimana pemerintah main paksa dalam menjalankan kebijakankebijakannya, meskipun dipercayakan pada asosiasi-asosiasi dalam system social kemasyarakatan yang ada. Sistem ekonomi totaliter dalam praktiknya berubah menjadi otoriter, dimana sumber-sumber ekonomi dikuasai oleh segelintir elite yang disebut sebagai polit biro yang terdiri dari elite-elite partai komunis. II.2 Pra dan Pasca Revolusi Kuba (Transisi Neoliberal ke Sosialis) Dibawah dominasi Amerika Serikat sejak tahun 1900-an, Kuba telah melakukan pergantian kekuasan yang pada intinya semakin memperlihatkan betapa kuatnya dominasi Amerika Serikat secara ekonomi maupun politik. Pengaruh Amerika Serikat yang begitu kuat membuat tiap penguasa Kuba harus menjalankan agenda ekonomi politik pemerintah Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan asing. Perusahaanperusahaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat mengontrol sembilan dari sepuluh central terbesar dan dua belas dari dua puluhcentral di kelas yang berukuran lebih rendah. Centralcentral dibawah kontrol Amerika Serikat menghasilkan sekitar 40% hasil gula Kuba dan mengontrol 54% kapasitas penggilingannya. Karenanya, tidaklah sulit untuk melihat pabrik-pabrik penggilingan sebagai benteng-benteng asing dimana suatu proconsul eksekutif memegang kekuasaan sebagai perwakilan suatu kekuasaan jarak jauh yang imperial. 1 Pergantian kekuasaan yang kerap kali terjadi juga tidak menjawab persoalanpersoalan yang telah dihadapi oleh rakyat Kuba hingga telah merdeka dari penjajahan Spanyol. Berbagai persoalan masih dihadapi oleh rakyat Kuba, seperti :

di bidang ekonomi; dominasi elit penguasa dalam produksi gula yang mengakibatkan rendahnya kualitas hidup rakyat, sementara upah yang diberikan kepada para petani tebu sangatlah minim sehingga kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar. di bidang politik; masih dipraktekkannya politik korupsi, jalur birokrasi yang begitu kompleks, praktek hukum yang membuka peluang terjadinya kecurangan di pemilu dan belum adanya perlakuan yang setara antar ras kelompok masyarakat tertentu semakin menambah masalah di bidang sosial.

Kondisi tersebut semakin memajukan kesadaran politik rakyat Kuba untuk membangun organisasi, partai, asosiasi dan perkumpulan lainnya sebagai tempat mengorganisir diri dan menuntut kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dan bersebrangan dengan kehendak rakyat. Pada tahun 1920 politik korupsi, kejatuhan ekonomi, dan masalah keuangan menyebabkan banyak kelompok membentuk organisasi- organisasi politik baru. Pekerja industri dan pertanian membentuk persatuan dagang, yang berdiri di bawah Federasi Pekerja Nasional Kuba. Pekerja lainnya membentuk Partai Sosialis Radikal. Para perempuan berjuang untuk mendapatkan hak hukum dan sosial dengan membentuk organisasi Hak Asasi Perempuan. Pada tahun 1925 kelompok-kelompok Komunis bersatu membentuk Partai Komunis Kuba. Kelompok intelektual yang menentang pemerintah membentuk Grupo Minorista, yang menuntut reformasi politik dan budaya. Generasi baru Kuba memproklamirkan sebuah nasionalisme idealis yang bertujuan menegakkan keadilan sosial di Kuba. 2 Berbagai macam kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat mayoritas mendapatkan perlawanan bahkan pemberontakan. Hal ini terjadi hampir di tiap periode jabatan kepresidenan mulai dari Tomas Estrada yang menjadi presiden pertama Kuba, disusul prsiden-presiden selanjutnya hingga berakhir pada Revolusi 1959 yang menumbangkan rezim diktator Batista. Pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak bersepakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang cenderung lebih mengakomodasi kepentingan modal Amerika Serikat dan struktur pemerintahan yang semakin tidak efektif untuk menjalankan agenda-agenda perubahan beberapa kali selalu mampu dipatahkan. Puluhan tahun berada dalam kondisi yang tertindas oleh kebijakan ekonomi politik yang tidak adil dan spirit perlawanan yang telah demikian mengakar serta harapan akan perubahan menjadikan rakyat Kuba terus mengobarkan perlawanan terhadap rezim yang tiran dan despotik. Tepatnya, 26 Juli 1953, yang kemudian dikenal dengan gerakan 26 Juli, Fidel Castro memobilisasi bersama 150 tentara pengikutnya melakukan penyerangan terhadap barak militer Moncada di Santiago de Cuba. Penyerangan ini berakhir dengan ditangkapnya Fidel Castro serta beberapa pengikutnya dan selebihnya dibunuh oleh tentara rezim diktator Batista.

Meski gagal, penyerangan tersebut menyisakan mesiu bagi rezim diktator Batista yang menjalankan sistem politiknya secara otoriter dan lebih tunduk kepada kepentingan ekonomi politik Amerika Serikat. Dalam tahun-tahun menjelang Revolusi, investasi Amerika Serikat di Kuba lebih dari 11% dari total investasi AS di Amerika Latin dan Karibia. Pada tahun 1959, perusahaan Amerika Serikat mengontrol 40% produksi gula dan 75% tanah yang dapat ditanami; mereka juga menguasai lebih dari 90% fasilitas listrik dan telekomunikasi, 50% kereta api, 90 % pertambangan, 100 % pemurnian minyak dan 90% lahan-lahan peternakan. Mereka mendominasi sektor transportasi, manufaktur dan turis. Terlebih lagi, bank-bank Amerika Serikat memegang lebih dari seperempat deposit bank (Barry, Wood dan Preusch 1984: 268; Greene 1970: 139; Patterson 1994: 35-54). Organisasi kriminal berdatang dari Amerika Serikat khususnya Mafia--sangat memperngaruhi ekonomi dan politik. Akibatnya, korupsi berkembang apakah dalam bentuk penggelapan dana publik dan juga pembayaran dari Mafia. 3 Selama beberapa tahun, Amerika Serikat mengintervensi militer atau memanipulasi kebijakan domestik Kuba memastikan bahwa pemerintahan yang ada tunduk kepada AS. Belenggu ini diputuskan pada 1 Januari 1959, ketika sebuah perjuangan dua tahun, Gerakan 26 Juli, sebuah gerakan revolusioner yang dipimpin oleh Fidel Castro memobilisasi buruh, petani dan sektor rakyat lainnya menjatuhkan pemerintahan Fulgencio Batista yang didukung oleh Amerika Serikat. Gerakan ini lahir dari kegagalan penyerangan terhadap barak militer pada 26 Juli 1953, yang bertujuan mengakhiri kediktatoran Batista. Batista adalah temannya kaum imperialis Amerika. Dia memerintah Kuba untuk mereka. Kaum imperialis ini diijinkan untuk menggunakan Kuba sebagai taman bermain mereka, sedangkan rakyat Kuba saat itu menderita. Revolusi Kuba telah memungkinkan negara ini untuk mengembangkan sistem kesehatan yang sangat maju. Sistem kesehatan Kuba sangatlah maju, sampai-sampai usia harapan hidup di Kuba meningkat sampai level yang dinikmati oleh negara-negara kapitalis maju. Revolusi Kuba memungkinkan pendidikan gratis untuk semua rakyatnya. Ia memberikan rakyat Kuba martabat mereka. Revolusi ini juga menyingkirkan kaum borjuis yang

parasitik dan dominasi perusahaan multi-nasional yang kebanyakan dimiliki oleh Amerika. Didalam manifestonya, Sejarah Akan Membebaskan Ku (History will absolve me), berdasarkan pembelaan Fidel Castro di pengadilan membuat garis besar tujuan-tujuan pembebasan nasional, keadilan sosial dan menjadi program dasar yang menuntun gerakan pada tahun-tahun awal revolusi. Dengan kemenangan Revolusi Kuba, periode lama kekuasaan Amerika Serikat atas Kuba segera berlalu, memasuki tahap yang baru, yakni permusuhan dari Amerika Serikat yang tidak bisa didamaikan; puncaknya pada awal tahun 1960, saat perusahaan minyak milik Amerika Serikat menolak melakukan penyulingan minyak yang dibeli dari Uni Soviet. Sebagai balasan, Amerika Serikat memperkecil kuota pembelian gula dari Kuba. Rusia mendekatinya melalui Wakil Perdana Menteri Anastas Mikoyan, yang datang di Havana (Januari 1960) dan menyanggupi membeli gula Kuba. Nasionalisasi perusahaanperusahaan asing, termasuk Amerika Serikat, dilanjutkan. Pada tanggal 19 Oktober 1960, diumumkan embargo setiap bahan ke Kuba kecuali beberapa bahan makanan dan obatobatan. Kebijakan tersebut dibalas Castro dengan menasionalisasi semua perusahaan Amerika Serikat (beberapa perusahaan gula, 2 perusahaan Cuban Electric Co dan cuban Telephone Co, 3 buah bank). 4 Selanjutnya, Amerika Serikat melakukan pengorganisiran dan pendanaan invasi yang terjadi pada tahun 1961 dan kemudian dikenal dengan Bay of Pig Invasion (Invasi Pulau Babi). Pada tahun 1962, Amerika Serikat menemukan indikasi bahwa Kuba memiliki instalasi persenjataan nuklir yang dibangun atas kerjasama dengan Uni Soviet, sehingga terjadi krisis persenjataan di Kuba (Cuban Missile Crisis). Hal ini kemudian memicu ketegangan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet karena ditengarai akan memicu perang nuklir. Amerika Serikat kemudian mengeluarkan kebijakan untuk melancarkan embargo laut terhadap Kuba. Pada pertengahan tahun 1960-an, sebagai upaya untuk melakukan tekanan terhadap Amerika Serikat yang melakukan invasi ke Vietnam, Kuba membangun Front Anti Imperialisme melalui perjuangan bersenjata di Benua Amerika. Che Guevara memimpin sebuah perang gerilya di Bolivia yang berakhir pada penangkapannya dan akhirnya dia dieksekusi pada Oktober 1967. Peristiwa tersebut menjadi

evaluasi utama Kuba terhadap bentuk penggalangan solidaritas internasional. Selain merespon persoalan-persoalan internasional, revolusi 1959 juga mensyaratkan upaya untuk mempertahankan revolusi dengan menjalankan program- program yang menjadi kebutuhan pokok rakyat Kuba. Pengaruh internal dan eksternal begitu mempengaruhi tiap fase pembangunan di Kuba. Pada dekade awal setelah 1959, pembangunan ekonomi Kuba didominasi dengan kebijakan reformasi agraria yang pertama kali dilakukan pada tahun 1962, yang mengalihkan status 40% tanah pribadi menjadi milik negara, Tambahan, 40% tanah telah didistribusikan kepada produser-produser (petani skala kecil) desa skala kecil mencakup 120.000 petani dan menyisakan 20% untuk pemilik tanah yang berukuran menengah dan luas. Distribusi tanah ini membuka lapangan kerja yang begitu luas bagi para petani yang selama beberapa abad tidak berhak atas tanah mereka sendiri. Sektor industri dan perbankan utama dinasionalisasi. Sistem partisipasi buruh yang demokratis diperkenalkan dan didasarkan pada sistem pemilihan delegasi tempat bekerja. Selama tahun 1960-an, ekonomi Kuba menerapkan sistem penganggaran keuangan yang dirancang oleh Che Guevara yang saat itu menjabat sebagai Kepala Perbankan dan Menteri Perindustrian. Sistem tersebut menekankan pada insentif moral dan materil, kerja sukarela dan upaya untuk meningkatkan kesadaran buruh. Di awal tahun 1970-an, ekonomi Kuba diperhadapkan dengan semakin kuatnya blokade Amerika Serikat dan gagalnya panen tebu sebesar 10 juta ton. Kondisi ini mengharuskan Kuba untuk menjalin kerjasama dengan Uni Soviet, dan ikut serta dalam COMECON (blok ekonomi negara-negara Eropa Timur) pada tahun 1972. COMECON adalah kontributor vital bagi Kuba lewat investasi dan bantuan- bantuan material sementara, juga teknologi untuk pembangunan secara umum maupun pada proyek-poyek yang penting. Integrasi ekonomi menghasilkan pasar yang stabil dan spesialisasi produksi. Sebanyak 85% perdagangan Kuba81% ekspor dan 88% impor--adalah dengan COMECON. Sebanyak 95% persen minyak Kuba diimpor dari Uni Soviet. Pasar utama gula dan buah sitrus Kuba, juga adalah Uni Soviet dan negeri-negeri Eropa Timur. Hubugan perdagangan didasarkan kepada pemberian prioritas kepada Kuba dengan pertimbangan negeri yang masih

sedikit terbangun. Hubungan dibawah CMEA ini mendukung hubungan yang relatif stabil dan saling menguntungkan. Dari tahun 1971 hingga tahun 1989, ekonomi tumbuh rata-rata 6 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata negeri Amerika Latin pada periode tersebut adalah 3,6%. Dalam rentang waktu 1980-an, Kuba memiliki "tingkat kualitas pembangunan yang lebih tinggi dibanding negeri manapun di Karibia". Sebenarnya, dalam periode ini dibandingkan dengan keseluruhan negeri yang terdapat di regional, penampilan ekonomi Kuba adalah sebuah negeri yang sehat dan stabil. Bertentangan dengan hubungan ekonomi negeri berkembang lainnya dengan Barat, hubungan ekonomi Kuba dengan CMEA memberikannya dapat memperoleh kontrol yang makin penting terhadap pembangunan ekonomi dan otonomi yang lebih efektif. Jadi, apa saja yang mungkin menjadi motiv intrinsik Uni Soviet, struktur dan cara bantuan yang diberikan di dalam Kasus Kuba lebih banyak membantu daripada menghambat jalannya revolusi. Maka, jika Kuba menjadi tergantung kepada Uni Soviet, hubungan ini secara kualitas berbeda dengan hubungan negerinegeri berkembang lainnya--khususnya di Amerika Latin dan Karibia--yang melakukan hubungan dengan Barat. 5 Meskipun kerjasama ekonomi secara umum menguntungkan bagi perekonomian Kuba, hal tersebut telah menciptakan distorsi dalam struktur ekonomi, dan hal tersebut tidak diakui hingga tahun 1980-an. Pada tahun 1970-an dan di awal tahun 1980-an, Kuba memperkuat pembangunan ekonomi dan memperkenalkan organisasi-organisasi kekuatan rakyat, yang bertujuan untuk mendemokratiskan pengambilan kebijakan. Peneliti ekonomi Carlos Tablada mencatat, antara tahun 1960-1970 dan 1981-1985 rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional tahunan meningkat dari 3.6% menjadi 6.7%. pada periode yang sama nilai investasi dasar meningkat dua kali lipat dan pertumbuhan produktivitas kerja tahunan meningkat dari 0.4% menjadi 5.2% per tahun. Angka pertumbuhan hasil industri adalah 4.8% pada tahun 1962 - 1970; namun pada tahun 1981 1985 meningkat mencapai 8.8%.6 Tablada juga mencatat, Antara tahun 1958 dan 1989 angka harapan hidup meningkat dari 62 tahun menjadi 74 tahun. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 75.2 tahun yang melampaui angka harapan hidup negara-negara maju lainnya (74.5 tahun). Jumlah

penduduk yang mendapat layanan dokter menurun dari 303 orang pada tahun 1832 pada periode yang sama menjadi 274 orang pada tahun 1990, dibandingkan dengan negaranegara maju mencapai angka rata-rata 460 orang dan sebesar 4590 orang di negara terkebelakang. Angka kematian bayi adalah 10.2 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 1990 melampaui angka 15 per 1000 kelahiran bayi di negara-negara maju, 52 per 1000 kelahiran bayi di negaranegara Amerika Latin dan 76 per 1000 kelahiran bayi di negara terkebelakang. Angka buta huruf menurun dari 23.6 % menjadi 1.9% antara tahun 1958 dan 1989. Pada periode yang sama, jumlah anak yang masuk sekolah bertambah dari 12.2 kali dan angka yang masuk perguruan tinggi menjadi 9.2 kali. Persentase penduduk yang mendapat jaminan sosial meningkat dari 53 menjadi 100%. 6 Pada pertengahan tahun 1980-an, situasi ekonomi politik mulai memperlihatkan tantangan-tantangan besar bagi revolusi Kuba. Kondisi perekonomian mulai memperlihatkan tanda-tanda akan terjadinya stagnasi dan meningkatnya praktekpraktek birokrasi. Runtuhnya Uni Soviet pada akhir tahun 1980-an dan bubarnya COMECON berakibat pada hancurnya fondasi ekonomi Kuba dan berimplikasi pada sektor-sektor lainnya. Tantangan ekonomi dan politik yang paling utama bagi Kuba setelah runtuhnya Uni Soviet yang menjadi sandaran kekuatan ekonominya adalah bagaimana untuk tetap bertahan sambil tetap memelihara prinsip-prinsip revolusi. III PENUTUP III.1 Kesimpulan Pergolakan sistem perekonomian di setiap negara merupakan sebuah dinamika yang patut dipahami dewasa ini. Perubahan-perubahan sistem ekonomi yang terjadi tentu saja membawa dampak kepada sistem politik juga sistem sosial di negara itu sendiri. Perubahan sistem ekonomi yang biasanya dikenal dengan transisi ekonomi ini bisa saja terjadi berkali-kali, apakah itu karena pergolakan politik yang terjadi, ketidakpuasan atas sistem ekonomi sebelumnya ataupun karena pergantian kepemimpinan di dalam negara tersebut. Transisi ekonomi yang terjadi di Kuba membawa dampak terhadap kebijakan domestik dan kebijakan luar negerinya. Berakhirnya Revolusi Kuba menjadi babak baru dalam sistem ekonomi, politik dan sosial di negara Kuba. Kuba

pasca Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro ini mendapat banyak dukungan dari negara-negara di Amerika Latin lainnya seperti Venezuela, Chile, Argentina dan Meksiko. Sebelum revolusi, Kuba adalah wilayah protektorat AS, sebuah perkebunan tebu yang luas di mana pemerintahan "demokratik" yang dapat disuap silih berganti dengan kediktatoran brutal. Ide melancarkan revolusi sosialis di sini - atau di wilayah lainnya dalam "pekarangan" AS di Karibia dan Amerika Tengah - adalah di luar pemikiran. Jadi pada 1 Januari 1959 ketika sang diktator Batista melarikan diri dan gerilyawan berjenggot memasuki Havana dan Santiago, hampir tidak seorang pun yang mengantisipasi jangkauan dan kedalaman perubahan yang akan menyusul. Transisi Kuba menuju sosialisme adalah yang paling cepat dan menyeluruh dibandingkan wilayah mana pun di dunia: UU Reformasi Agraria pertama dan kedua, nasionalisasi praktis terhadap semua industri dan jasa yang besar, kampanye melek huruf yang luar biasa dan pembangunan pendidikan publik gratis dalam semua tingkat, layanan kesehatan gratis, dan pengorganisiran milisi rakyat dan organisasi massa yang disiplin dari tingkat antar-warga ke atas, semua dilakukan dalam waktu sekitar empat tahun. Dalam perekonomian yang berdasar pada sosialis-komunis ini, seluruh aspek kegiatan ekonomi dikendalikan negara secara terpusat. Tidak ada perusahaan swasta dan asing yang diperbolehkan hidup. Negara atau pemerintahlah yang menentukan segala-galanya. Seluruh badan usaha adalah milik negara. Perusahaan asing hanya bisa masuk melalui seleksi yang ketat sebatas joint venture dengan negara. Itu pun jumlah dan bidang usahanya dibatasi. Dalam sistem sosialis-komunis ini, pemerintah Kuba menerapkan sistem penjatahan kepada rakyatnya untuk memenuhi kebutuhan pokok yang jumlahnya sangat terbatas, antara lain beras, minyak goreng, gula, dan sabun. Pelaksanaan distribusi bahan pokok itu diawasi secara ketat melalui penjatahan kupon. Toko atau warung yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari sulit ditemukan. Revolusi Kuba 1959 telah menghantarkan negara tersebut menjadi lebih berdaulat dan mandiri dari intervensi ekonomi maupun politik negara-negara imperialis khususnya Amerika Serikat. Pasca revolusi, Kuba mengakhiri dominasi Amerika Serikat yang sebelumnya dijalankan melalui pemerintahan

yang merupakan perpanjangan tangan dari Amerika Serikat. Upaya ini dilakukan melalui distribusi aset-aset ekonomi kepada rakyat yang sebelumnya hanya dimiliki oleh segelintir pemilik modal dan kemudian membuka akses-akses terhadap infrastruktur politik kepada rakyat sehingga kebijakan yang diterapkan betul-betul mewakili aspirasi rakyat mayoritas. Upaya perubahan yang dilakukan pemerintahan baru pasca revolusi Kuba tentunya berseberangan dengan kepentingan ekonomi politik Amerika Serikat yang terus berupaya untuk menguasai potensi-potensi ekonomi dan menancapkan hegemoni politik di Kuba pada khususnya dan di kawasan Amerika Latin pada umumnya. Dengan demikian, Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan luar negeri dengan menerapkan embargo ekonomi terhadap Kuba untuk meminimalisir aksesibilitas Kuba terhadap kehidupan ekonomi politik global. Embargo yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Kuba telah mempengaruhi pembangunan ekonomi, sosial dan politik di Kuba yang kemudian berimplikasi pada lambannya proses pembangunan di negara tersebut khususnya pasca runtuhnya Blok Timur yang sebelumnya menjadi sandaran pembangunan Kuba. Meski berada dalam kepungan embargo dan semakin massifnya penerapan kebijakankebijakan neo-liberal di negara-negara Amerika Latin melalui proses integrasi ekonomi yang disponsori oleh Amerika Serikat, Kuba masih dapat bertahan dengan sistem alternatif yang diterapkan dan mampu memperlihatkan kemajuan-kemajuan di berbagai bidang seperti pendidikan dan kesehatan. Setidaknya ada dua wilayah di mana Kuba memberikan kontribusi vital terhadap kemunculan alternatif sosialis atau antikapitalis baru. Satu adalah dalam isu lingkungan hidup: awalnya sebagai persoalan kebutuhan, tapi kini juga persoalan kebijakan. Kontribusi vital kedua bagi kemunculan alternatif baru terletak pada dukungan Kuba terhadap Venezuela, Bolivia, dan negerinegeri Amerika Latin lainnya yang kini terlibat dalam perjuangan menciptakan model sosial dan ekonomi baru. Sosialisme tidak akan pernah sempurna, tidak pula sepenuhnya stabil dan aman dalam sebuah dunia imperialis, dan bahwa kelangsungan hidupnya dan pembaharuannya akan selalu bergantung pada dukungan dan partisipasi rakyat. Tapi yang menyelamatkan sosialisme Kuba adalah tingkat partisipasi rakyat yang jarang ditemukan di tempat lain, dan terus menerus responsifnya

kepemimpinan yang ada terhadap keprihatinan dan kebutuhan rakyat. Terlepas dari keluhan yang serius dan sering kali beralasan, mayoritas rakyat Kuba terus merasa bahwa ini adalah revolusi mereka dan bukan sekedar proyek paternalistik dari suatu partai/aparat negara dari kejauhan, dan hasilnya adalah pada saat ini negeri tersebut terus menunjukkan aspek-aspek obyektif maupun subyektif dari suatu alternatif antikapitalis. Amerika Latin saat ini mendemonstrasikan bahwa dunia yang lain adalah mungkin, dan Kuba memainkan peran sentral dalam penciptaan dunia itu. Herminio Portel Vila, The Nasionalism of Cuban Intellectuals, dalam Robert F. Smith, ed. 2 Background to Revolution: The Development of Modern Cuba,Knopf, New York, 1966, hal. 68-7 3 Microsoft Encarta,Op.Ci 4 Hidayat Mukmin, Pergolakan Di Amerika Latin Dalam Dasawarsa Ini, Ghalia Indonesia, Jakarta 1981, hal. 138 5 Isaac Saney,Op.Cit., hal. 4 6 Carlos Tablada, Cuba: New Economic Actors in a Socialist Society, Links, No. 9, 1997-1998 6 Carlos Tablada, Cuba: New Economic Actors in a Socialist Society, Links, No. 9, 1997-199
1

You might also like