You are on page 1of 7

Perekonomian Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada dibawah 20 persen setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota Sukabumi pada tahun 2010, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami peningkatan sebesar 7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275 perusahaan pada tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri dari 154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil. Sedangkan jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan yang mengajukan Tanda Daftar Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan usaha PT, 8 perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL. Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan akomodasi dan tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak 33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur. Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679 orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang menginap di hotel, masih didominasi di wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini dimungkinkan karena wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi. Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara keseluruhan hanya tercatat 2 obyek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang serta beberapa usaha pariwisata lainnya yang meliputi bilyard, golf, karaoke, dan ketangkasan.

Untuk melihat cakupan akses terhadap pemenuhan hak penghidupan yg layak, bisa melihat ke beberapa sector jenis pekerjaan yg ditekuni oleh warga. Ada semiblan jenis sector usaha yg dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Primer ; Pertanian, pertambangan dan galian, Sekunder ; industry pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, Tersier ; perdagangan, hotel dan restoran, pengangangkutan&komunikasi, keuangan, persewaan&jasa perhubungan, jasa-jasa. Dengan mengelompokan sembilan sektor ekonomi menjadi 3 sektor yaitu : sektor primer, sekunder, dan tersier, tampak bahwa kelompok sektor primer masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Sukabumi. Total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang tercipta dari kelompok primer di tahun 2007 mencapai 5.660,14 milyar atau 39,58 persen dari total PDRB Kabupaten Sukabumi. Adapun kelompok sektor tersier dan sekunder masing-masing menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 3.110,25 milyar dan Rp. 5.695,69 milyar atau masing-masing 21,07 persen dan 39,83 persen dari total PDRB. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut belumlah menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada nilai tambah atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi. Berdasarkan kesembilan sektor diatas terdapat sektor yang memiliki cukup pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Sukabumi diantaranya sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 34,58 % terhadap PDRB. Kemudian diikuti selanjutnya oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 18,60 % dan sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 17,35 %. Sektor berpengaruh tersebut menggambarkan basis potensi yang dimiliki Kabupaten Sukabumi. Sektor pertanian merupakan core bussines yang memiliki dampak ikutan pada sektor lainnya seperti perdagangan dan industri pengolahan. Pada sektor pertanian terdapat sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Dalam rangka menciptakan nilai tambah guna mendorong perekonomian Kabupaten Sukabumi maka sektor pertanian dapat dijadikan sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk dapat dikembangkan. Namun sektor pertanian yang perlu menjadi perhatian untuk dikembangkan pada komoditas-komoditas yang memiliki prospek dan memberikan nilai ekonomis yang cukup tinggi

Kebijakan yg dilakukan oleh Pemda Kabupaten Sukabumi tahun 2009 dalam mendorong sector pertanian adalah penguatan kelembagaan kelompok tani, diseminasi informasi teknologi pertanian, pengembangan usaha agribisnis pedesaan, pembinaan kewirausahaan yg masuk dalam program pengembangan agribsinis dengan anggaran sebesar Rp. 1.094.500.000,-. Untuk peningkatan kualitas ternak dan produksi hasil peternakan dialokasikan dana Rp. 474.280.000,dan yg cukuo besar ialah dana alokasi khusus non reboisasi (DAK Non DR) untuk pertanian sebesar Rp. 6.879.875.000,- diperuntukkan bagi pengembangan sarana prasarana produksi tanaman pangan dan holtikultura. Disektor industry tidak ada kebijakan khusus, yg ada adalah bagaimana melakukan pengendalian terhadap usaha eksplorasi dibidang galian pertambangan, air bersih. Sementara untuk jasa perhotelan, perdagangan dan jasa lainnya, pmeda hanya melakukan proses pengawasan dan penegakkan aturan dalam hal retribusi dan perpajakan.

Studi kasus Pengembangan Ekonomi Kreatif Sektor Pertanian Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang didasarkan kreativitas, ketrampilan dan bakat individu, dimana input utamanya adalah Gagasan untuk menciptakan inovasi-inovasi, daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan Instruksi Presiden RI no 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Sektor Pertanian telah mengupayakan tumbuhnya kreativitas dan semangat pengembangan usaha produktif yang bernilai tambah dan berdaya saing dalam masyarakat tani khususnya pelaku agribisnis. Pengembangan ekonomi kreatif di sektor pertanian, dimulai dari penciptaan berbagai sarana produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, energi terbarukan, pengembangan produk dan desain kemasan, rekayasa tampilan, pengelolaan keunikan alam pertanian sampai pemanfaatan hasil samping atau limbah pertanian. Sasaran yang ingin dicapai adalah tumbuh dan

berkembangnya kegiatan ekonomi kreatif berbasis pertanian sesuai potensi dan kearifan lokal di masing-masing wilayah. Kreativitas diperlukan secara mutlak sebagai landasan dasar pengembangan usaha kreatif. Untuk menjadikan diri kreatif, terdapat 5 pola pikir utama yang diperlukan, yaitu : 1) pola pikir Disipliner, ilmu seni yang artistik yang bernilai keindahan, 2) pola pikir mensintesa, menuangkan ide-ide baru yang dapat diterima oleh konsumen yang akan meningkatkan nilai jual pemasaran, 3) pola pikir kreasi, kemampuan berkreasi yang menghasilkan desain-desain baru dan menciptakan trend , 4) pola pikir penghargaan yaitu sikap menghargai karya orang lain dan toleransi yang tinggi diantara sesama anggota komunitas yang menghargai perbedaan, 5) pola pikir etis, memiliki tanggung jawab moral yang tinggi tidak meniru karya produk orang lain, tapi menjadi produktif dalam menghasilkan terobosan baru. Lingkup ekonomi kreatif sektor pertanian : 1)Desain produk, 2) desain kemasan, 3) Pengembangan produk; 4) Pemanfaatan hasil samping dan limbah pertanian; 5) Kerajinan dari hasil pertanian; 6) Agrowisata; 7) Taman dan olah bentuk tanaman; 8) Pengembangan pupuk organik (padat dan cair); 9) Pengembangan pestisida hayati ( Bio pestisida); 10) Pengembangan alat/ mesin tepat guna bagi usaha on farm dan off farm; 11) Pengembangan energi terbarukan ( Biofuel, Biogas, dan Biomass); 12) Wisata budaya terkait dengan pertanian. Arah pengembangan ekonomi kreatif menuju pola industri ramah lingkungan dan penciptaan nilai tambah produk dan jasa yang berasal dari keahlian, bakat dan kreativitas intelektualitas sumberdaya insani, kekayaan budaya bangsa, bahan baku berbasis sumber daya alam, teknologi, tatanan institusi dan lembaga pembiayaan. Strategi pengembangan ekonomi kreatif : 1) Identifikasi dan pemetaan potensi wilayah, termasuk kekhasan dan keunikan lokal, baik dilihat dari segi produk, sumberdaya maupun budaya dan kearifan lokal seperti produk spesifik lokal. 2) Pemberian insentif usaha, dengan pemberiaan bantuan teknologi dan permodalan, pembinaan dan akses pasar bagi produk-produk kreatif; 3) Peningkatan manajemen dan kelembagaan usaha serta peningkatan kapasitas kewirausahaan berbasis kelompok melalui pelatihan, bimbingan teknis, magang dan pendampingan; 4) pengembangan usaha berbasis pengolahan/ pemanfaatan hasil samping dan limbah pertanian; 5) Pengembangan produk, desain produk, desain kemasan dan kerajinan dari hasil pertanian; 6)

pengembangan sarana produksi teknologi tepat guna serta mendukung pertanian organik dan pengembangan energi terbarukan; 7) pengembangan produk indikasi geografis dan spesifik lokasi Langkah-langkah operasional yang harus dilakukan oleh semua pihak terkait baik di pusat maupun daerah yaitu 1) penyusunan pedoman ekonomi kreatif sektor pertanian; 2) mengidentifikasi potensi dan peluang pengembangan ekonomi kreatif berbasis agribisnisagroindustri di berbagai wilayah; 3) Pemetaan usaha kelompoktani/ gapoktan/ koperasi tani termasuk klasifikasi dan potensi unggulannya; 4) Penyusunan masterplan, rancang bangun dan proposal pengembangan ekonomi kreatif berbasis kelompok dalam kawasan; 5) Pengembangan industri kreatif melalui pengembangan produk kreatif, desain produk dan kemasan; 6) Pengembangan produk spesifik lokasi; 7) Pengembangan produk spesifik berdasarkan indikasi geografis; 8) Pengembangan agrowisata; 9) Bimbingan teknis, sertifikasi, promosi dan pemberian penghargaan. Berbagai kreatifitas produk spesifik lokalita : Kreatifitas produk bidang pangan antara lain : Abon jantung pisang ,telur asin berbagai rasa, Permen Pepaya, Tomat rasa kurma, Produk olahan lidah buaya, kripik pisang aneka rasa, Bahan campuran untuk pakan tenak : tepung kulit kacang tanah, tepung tulang, tepung bekicot, tepung cacing tanah; Ramuan Nabati untuk pengendali organisme pengganggu tanaman; Bio pestisida : Tembakau untuk pestisida, Daun sirsak pembasmi trips, mengendalikan hama/ penyakit tanaman dengan pestisida alami ( pengendalaian ulat pada tanaman, pengendalaian hama wereng dan hama walang sangit) ; Pupuk organik dari kotoran ternak (pupuk cair dan padat); Bio energi : biogas, biodiesel, bio etanol; Alat dan mesin pertanian : Alat tanam bibit padi, biji-bijian, Mesin pemipil jagung, Low cost Tropical screen house, sistem irigasi mikro, alat pembuat pupuk organik, alat pencacah rumput.

UPAYA PEMKOT SUKABUMI DALAM KEMBANGKAN KOPERASI DAN UKM Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi dalam mengembangkan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya ditempuh melalui pelaksanaan Visi Pembangunan Kota Sukabumi, yakni Terwujudnya Kota Sukabumi Sebagai Pusat Pelayanan Berkualitas Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Perdagangan di Jawa Barat, Berlandaskan Iman dan Taqwa. Selain itu, seperti dijelaskan Walikota Sukabumi, H. Mokhamad Muslikh Abdussyukur, S.H., M.Si., juga telah dijabarkan melalui tiga misi dalam bidang perdagangan, yakni mendorong perkembangan Koperasi dan UKM, sebagai basis perekonomian rakyat, melindungi dan meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Koperasi dan UKM, serta mendorong partisipasi masyarakat, dalam pembangunan Koperasi dan UKM, melalui pemberdayaan dan kemitraan. Dikatakannya, Pemerintah Kota Sukabumi akan tetap berupaya optimal mengembangkan Koperasi dan UKM, sebagai basis perekonomian rakyat, dengan lebih kuat dan mantap, serta memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas, dalam berbagai sektor lapangan usaha. Dengan demikian, para pelaku Koperasi dan UKM di Kota Sukabumi, diharapkan mampu lebih cepat, serta dapat lebih mudah menyesuaikan diri, terhadap perubahan-perubahan kontektual, dalam perkembangan perekonomian. Selain itu juga diharapkan, Koperasi dan UKM di Kota Sukabumi, dapat menjadi lembaga ekonomi masyarakat yang kokoh dan mengakar keberadaannya. Walikota Sukabumi mengungkapkan, data Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Sukabumi Tahun 2010, mencapai 6,14 persen, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang paling besar, yakni mencapai 45,7 persen dari sektor perdagangan, serta hotel dan restoran. Sedangkan sektor perdagangan di Kota Sukabumi, didominasi oleh sub sektor retail, atau Koperasi dan UKM. Ditandaskannya, dari data tersebut nampak jelas, bahwa Koperasi dan UKM di Kota Sukabumi, merupakan bagian yang sangat penting, khususnya dalam mendorong LPE di Kota Sukabumi.

http://desentralisasi.net/good-practices/pemenuhan-hak-hak-dasar-di-kabupatensukabumi_20100109 http://www.sukabumikota.go.id/detailberita.asp?id=UPAYA%20PEMKOT%20SUKABUMI%2 0DALAM%20KEMBANGKAN%20KOPERASI%20DAN%20UKM http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengembangan-ekonomi-kreatif-sektor-pertanian

You might also like