You are on page 1of 5

Andragogy Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan

agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar. Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian Socialpedagogy yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, Social-pedagogy lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut : 1. Menciptakan iklim untuk belajar

2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu 3. 4. 5. 6. 7. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai Merumuskan tujuan belajar Merancang kegiatan belajar Melaksanakan kegiatan belajar Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.

Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa 1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan

2.

Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.

3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis 4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik 5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup 6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar 7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.

Karakteristik Warga Belajar Dewasa 1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda

2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri. 3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui

4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya 5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan 6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya

7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya 8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama

9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal 10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin 11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis 12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.

Karakteristik Pengajar Orang Dewasa Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut : 1. 2. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar

3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya 4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain

5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu. 6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya

Andragogical model didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu: 1) The need to know Orang dewasa butuh untuk tahu mengapa mereka belajar sesuatu sebelum mereka belajar, apa konsekuensi positif ataupun negatif yang akan mereka dapatkan. Oleh karena itu, fasilitator membantu learner untuk memenuhi rasa ingin tahu orang dewasa tersebut. Misalnya, fasilitator bisa memberikan

intelectual case yang berguna untuk memperbaiki keefektifan belajar dan performance mereka dalam kualitas hidup mereka. 2) The learners self-concept Orang dewasa ingin dilihat sebagai individu mampu mengerahkan diri sendiri oleh orang lain. Oleh karena itu, adult educator harus berusaha untuk menciptakan pengalaman belajar yang membantu adult untuk pindah dari pembelajar yang dependent ke pembelajar self-directing 3) The role of the learners experience Adult lebih heterogen dalam gaya belajar, motivasi, intereset, dan tujuan sehingga dibutuhkan individualisasi dalam pengajaran dan strategi belajar. Pengaruh positif dari banyaknya pengalaman pada adult ini adalah misalnya, teknik belajar, kegiatan problem solving, dan lainnya. Sementara itu, pengaruh negatifnya adalah adult menjadi close-minded. Oleh karena itu fasilitator harus dapat memberikan ide-ide baru, alternatif, jalan berpikir dll. 4) Readiness to learn Adult telah siap untuk mempelajari hal-hal yang ingin mereka pelajari dan mampu untuk mengatasi secara efektif situasi dalam kehidupan nyata. Implikasi kritis dari asumsi ini adalah pentingnya waktu pembelajaran yang harus disesuaikan dengan tugas perkembangan mereka. Namun, educator tidak dapat menunggu saja secara pasif. Bisa melalui performance dari orang yang superior, konseling karir dll. 5) Orientation to learning Adults memiliki orientasi pada hidup (life-centered atau problem-centered). Adults termotivasi untuk belajar pada hal-hal yang dapat membantu mereka dalam mengatasi permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan. Oleh karena itu, akan lebih efektif jika ilmu-ilmu baru yang mereka hadapi disajikan dalam konteks situasi kehidupan nyata. 6) Motivasi Adults dapat merespon pada motivasi eksternal (promosi, gaji yang lebih tinggi), tapi motivasi yang paling potensial adalah internal pressure (keinginan untuk meningkatkan kepuasan kerja, harga diri, kepuasan hidup dll). Tough (1979) dalam penelitiannya menyatakan bahwa seluruh adults termotivasi untuk tumbuh dan berkembang, tapi seringkali terhambat oleh halangan-halangan

seperti konsep diri yang negatif, tidak adanya kesempatan, program yang berlawanan dengan prinsip pembelajaran adult dll. Cara belajar orang dewasa, Knowles memiliki asumsi sebagai berikut: 1. Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari kebergantungan kepada pengajar kepada kemandirian dalam belajar. Orang dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya. 2. Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam kegiatan belajar untuk memperkaya dirinya dan sesamanya. 3. Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan tugas, tanggung jawab dan masalah kehidupannya. 4. Orientasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari berpusat pada bahan pengajaran kepada pemecahan-pemecahan masalah. 5. Motivasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari pemberian pujian dan hukuman kepada dorongan dari dalam diri sendiri serta karena rasa ingin tahu. Referensi : Chika Yunindra . (2009). Konsep Belajar Orang Dewasa. [Online]. Tersedia : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori+desain+pelatihan&source=web &cd=1&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Ftpers.net%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2009%2F04%2Fkonsep-bel-orgdewasa.doc&ei=fVZET_m8IYieiQeYpvmlAw&usg=AFQjCNFVLkuSdQZbb9k WPSaZ15fEsxZl5Q&cad=rja

You might also like