You are on page 1of 1

RadarBangkaOnline | http://www.radarbangka.co.

id

_________________________________________________________________________________________________________

Ada Keluarga Cendana di Bukit Hambalang


BOGOR-Runtuhnya dua bangunan di Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, dapat menjadi trigger (pemicu) bagi Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) guna melakukan penyelidikan lebih mendalam. Mulai dari pemilihan lokasi, perizinan dan peruntukan lahan, hingga proses pengerjaan yang berpotensi terjadi penggelembungan anggaran. Namun sebelum menuju ke pemilihan lokasi, perlu diketahui bahwa bukit Hambalang memiliki riwayat kepemilikan yang cukup panjang. Informasi yang dihimpun Radar Bogor (Grup RB ), mulanya penguasa bukit Hambalang adalah adik mantan Presiden Soeharto, Probosutedjo.Selama 30 tahun, kerabat dekat Cendana itu memiliki hak guna usaha (HGU) perkebunan seluas 750 hektare. Atau nyaris seluas bukit Hambalang itu sendiri. Hingga akhir masa gunanya sekitar tahun 2007-2008, Probosutedjo kemudian meminta perpanjangan HGU kepada Pemerintah Kabupaten Bogor. Dalam ajuannya, kerabat keluarga Cendana ini berniat menanami bukit tersebut dengan pohon cokelat. Namun di tengah jalan, HGU milik Probosutedjo itu kemudian dialihkan ke si bungsu Pak Harto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Sampai di situ, memang tak ada masalah dengan bukit Hambalang. Pasalnya, berdasarkan Perda No 19 Tahun 2008, peruntukan kawasan Bukit Hambalang adalah hutan produktif. Bukan untuk kompleks pemukiman bahkan kompleks pusat olahraga seperti sekarang. Dalam pengurusan perpanjangan HGU, DPRD Kabupaten Bogor sempat memberikan prasyarat tambahan. Dimana, Probosutedjo mesti merelakan setengah lahannya untuk konservasi. Sedangkan, pemkab pun meminta jatah di 50 persen dari sisa lahan itu. "Jadi sebenarnya, lahan yang dimiliki Probosutedjo hanya tinggal 25 persen," papar Wakil Bupati Bogor, Karyawan Fathurrachman yang saat itu menjabat Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bogor. Nah, di waktu yang bersamaan, Kementerian Pemuda dan Olahraga sedang merancang sekolah atlet tambahan untuk menunjang sekolah atlet Ragunan, Jakarta Selatan yang kian hari kian sesak dan tak lagi memadai. Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Adhyaksa Dault, akhirnya memutuskan melanjutkan pendirian sekolah atlet baru yang dirintis sejak masa Direktorat Jenderal Olahraga Kementerian Pendidikan Nasional. Ketika itu dipandang perlu didirikan sebuah sekolah atlet bertaraf internasional. Tak lama, Kemenpora pun mencari tanah lokasi sekolah olahraga. Tim itu menyurvei banyak lokasi, termasuk di Desa Karangpawitan, Kecamatan Karawang, Kabupaten Karawang dan Desa Ciantara, Kelurahan Cikarang, Kabupaten Bekasi. Ada juga dua lokasi di Kabupaten Bogor, yakni di Desa Cariu, Kecamatan Cariu, dan di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup. Tim ini juga melihat beberapa lokasi di Tangerang. Meski Bupati Karawang dan Bupati Bekasi gencar melobi agar Kemenpora dapat menetapkan lahan di wilayah mereka, namun Bupati Bogorlah pemenangnya. Bupati Bogor saat itu, Agus Utara Effendi disebut-sebut banyak membantu tim sehingga penetapan lokasi sport center ditetapkan di Hambalang. Anehnya, Agus Utara berani memberikan lahan dengan kontur tanah yang bukan untuk kompleks olahraga. Apalagi, dewan telah menegaskan jika setengah dari kawasan Hambalang bakal ditetapkan untuk kawasan konservasi. "Mungkin karena akses transportasi yang mudah, lokasinya sejuk dan lain-lain. Saya juga kurang tahu pasti alasan pemilihan lokasi. Yang pasti tidak ada kepentingan apa pun. Hanya kebanggaan memiliki pusat pendidikan olah raga di Bogor," kilah Politisi Partai Golkar Kabupaten Bogor, Fitri Putra Nugraha (Nungky) yang merupakan putra Agus Utara Effendi. "Saat itu juga, Bapak (Agus Utara) perintahkan perpanjangan HGU diserahkan sepenuhnya ke negara," terang pria yang juga putra dari Bupati Bogor periode 2003-2008, H Agus Utara Effendi. Karyawan menambahkan, prasyarat yang diajukan Kemenpora saat itu telah mantap. Terkait soal peralihan fungsi lahan yang berakibat pada kerawanan bangunan di atasnya, Ketua DPC PDIP Kabupaten Bogor ini menyalahkan tim pembuat design engineering detail (DED), yakni konsultan Kemenpora.Akan tetapi, menurut pengamat kebijakan publik, pembiaran alih fungsi lahan itu justru bakal berakibat fatal. "Apalagi kalau sampai berdampak pada kerusakan lingkungan. Sesuai Undang-undang No 26 Tahun 2007, kalau izin peruntukan dan pemanfaatannya tidak sesuai, maka pemberi izin bisa dipidanakan," tegas Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ernan Rustandi. Melihat kawasan Bukit Hambalang saat ini, menurut Ernan, lahan tersebut masuk dalam kemampuan lahan kelas 5 ke atas. Artinya, kawasan ini memiliki kemampuan rendah dan terbatas untuk menopang pemukiman. Ernan tak menampik jika amblasnya dua bangunan itu merupakan dampak dari labilnya kondisi tanah. Dengan kontur dan topografi yang berbukit, Hambalang tak layak dibangun pemukiman secara masif. "Jelas sangat berpotensi longsor dan amblas lagi tanahnya. Belum lagi kerusakan lingkungan," paparnya. Ernan mengatakan, seharusnya ada pemeriksan ulang peruntukan lahan Sport Center Hambalang. Jangan sampai terjadi hal yang tak diinginkan, seperti amblasnya bangunan ketika sudah berisi para atlet muda. Jika peruntukan dan pemanfaatan lahan tak sesuai, seharusnya Pemkab Bogor segera mencabut izin dan melakukan beberapa revisi izin pemanfaatan lahan. Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bogor, Sumarli mendukung Ernan. Dia berpendapat, berdasarkan Perda No 19 Tahun 2008, peruntukan kawasan Bukit Hambalang adalah hutan produktif. Selain itu, tak jauh dari lokasi pembangunan sport center peruntukannya adalah sebagai pertambangan kapur. Dan terdapat juga Taman Wisata Alam Gunungpancar di Kecamatan Babakanmadang."Kami melihat adanya pemaksaan fungsi ruang dalam pembangunan sport center Hambalang ini. Dari kawasan hutan produktif menjadi kawasan pemukiman masif sangat jauh bertentangan," ungkapnya. Secara kasatmata, siapa pun yang melihat lokasi P3SON Hambalang seketika akan menilai lokasi itu tak layak dijadikan sport center. Seperti penilaian Anggota Panja P3SON, Zulfadhli yang mengaku kaget ketika berkunjungan ke lokasi P3SON Hambalang. Menurut dia, lokasi cukup tinggi di atas permukaan laut dengan bukit yang cukup terjal. Karenanya, Panja mendesak adanya evaluasi agar hasil akhir bangunan bisa benar-benar dikatakan aman. gSaya juga bingung, kok bisa disetujui di sini," tukasnya.Disisi lain, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan dirinya mendukung penuh pengusutan kasus itu. Dikatakan, peran menteri keuangan hanya menyetujui bahwa proyek tersebut dilakukan secara multiiyears atau dilakukan selama lebih dari setahun. “Jadi kalau kasus itu mau dilakukan pengusutan, atau mau dilakukan audit kalau hal-hal terkait Kementrian Keuangan, kita pasti akan berikan dukungan penuh,”ujarnya di Jakarta, Kamis (31/5). Ia mengatakan biasanya satu proyek yang ada dalam APBN dimulai dan diselesaikan dalam satu tahun. Namun, jika proyek yang diajukan pembangunannya melebihi satu tahun, maka Kementrian Lembaga (K/L) yang mempunyai proyek tersebut harus melakukan kajian kenapa proyek tersebut tidak bisa dilakukan selama setahun.“Kalau ternyata dia mempunyai dasar yang kuat sehingga ingin mengajukan lebih dari satu tahun, dia akan mengajukan kepada Menteri Keuangan, permintaan untuk multiyears. Dan permintaan untuk multiyears harus didukung studi yang baik,” tandasnya. Kendati demikian, persetujuan dari proyek multiyears ini tidak mengikutsertakan anggaran yang akan diberikan. Pasalnya, alokasi anggaran untuk suatu proyek harus sesuai dengan persetujuan kementrian/lembaga dan DPR. “Anggaran harus dibicarakan antara Kementrian dan DPR,” ungkapnya.(ric/naa/jpnn)

_________________________________________________________________________________________________________
Dibuat pada :27 October 2012 20:47:16

You might also like