You are on page 1of 22

MAKALAH KOMPUTER DAN MASYARAKAT

HAK PATEN dan PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM ERA DIGITAL

DI SUSUN OLEH :

NAMA NIM KELAS

: Sulhadi irawan : 1010530206 : VII C

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

STMIK BUMIGORA MATARAM

2012
KATA PENGANTAR

Pengaruh perkembangan teknologi sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari dan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Perkembangan itu tidak hanya dibidang teknologi tinggi, seperti komputer, elektro, telekomunikasi, dan bioteknologi tetapi juga dibidang mekanik, kimia atau lainnya. Bahkan sejalan dengan itu makin tinggi pula kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pendayagunaan teknologi yang sederhana. Bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah pentingnya peranan teknologi merupakan hal yang tidak terbantah. Namun perkembangan teknologi tersebut belum mencapai sasaran yang diinginkan. Untuk meningkatkan perkembangan teknologi, diperlukan adanya suatu sistem yang dapat merangsang perkembangan teknologi dalam wujud perlindungan terhadap karya intelektual, termasuk hak paten yang sepadan.

Penulis

DAFTAR ISI i Kata Pengantar ................................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 I.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN UMUM II.1 Pengertian Hak Paten ................................................................................ 3 II.2 Sejarah Hak Paten ..................................................................................... 3 II.3 Pendaftaran Hak Paten............................................................................... 5 II.4 Lingkup Hak Paten..................................................................................... 7 II.5 Perbedaan Paten dan Paten Sederhana....................................................... 8 BAB III LISENSI DAN PEMBATALAN HAK PATEN III.1 Lisensi ...................................................................................................... 9 III.2 Pembatalan Hak Paten ............................................................................. 10 BAB IV PELAKSANAAN KETENTUAN PIDANA HAK PATEN OLEH PEMERINTAH DAN

IV.1 Pelaksanaan Hak Paten ............................................................................ 11 IV.2 Ketentuan Pidana ..................................................................................... 12 BAB V PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM ERA DIGITAL V.1 Database. 13 V.2 Beberapa Jenis Hubungan Antara Hak Cipta Dan Internet ...................... 16 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN VI.1 Simpulan .................................................................................................. 18 V2.2 Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN ii

I.I Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pengaruh perkembangan teknologi sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari. Teknologi sebagai ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam kegiatan industri hadir dalam kehidupan manusia dalam bentuk hasil penemuan. Penemuan tersebut berupa karya yang merupakan hasil intelektualitas seseorang atau manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa. Karya karya tersebut baik di bidang seni, sastra, atau teknologi dihadirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya. Pengorbanan tersebut menjadikan suatu karya yang dihasilkan memiliki nilai. Karya karya yang memiliki nilai tersebut tidak hanya memiliki arti sebagai hasil akhir atau produk, tetapi juga sekaligus merupakan kebutuhan yang bersifat lahiriah dan batiniah, baik bagi sang pencipta atau penemuannya maupun orang lain yang memerlukan karya karya intelektual tersebut. Hak Paten adalah salah satu jenis dari penggolongan HaKI yang merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual yang diberikan untuk melindungi Invensi dibidang teknologi. Hak paten ini merupakan perlindungan yang ditujukan kepada para Inventor untuk mencegah pihak lain menggunakan Invensi tersebut selama jangka waktu perlindungan hak paten agar Inventor atau pemegang paten mendapat apresiasi yang layak atas buah hasil pemikirannya atau Invensi. Agar sebuah paten dapat berkembang di dalam negeri dibutuhkan perlindungan hukum terhadap Invensi tersebut. Latar Belakang perlunya hak paten bermula dari pertimbangan bahwa sebuah Invensi merupakan hasil kemampuan berpikir (daya kreasi) yang hanya dimiliki khusus oleh Inventor tersebut. Adanya sistem perlindungan yang baik terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang termasuk hak paten yang sepadan akan menciptakan atmosfir atau suasana yang mampu merangsang semangan untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang menghasilkan teknologi dan atau pengembangannya.

I.2 Rumusan Masalah Setelah mengetahui latar belakang dari makalah ini, maka yang menjadi rumusan 1 masalah dalam makalah ini adalah:
a. Apa yang pengertian hak paten secara umum? b. Bagaimana sejarah dibuatnya hak paten? c. Bagaimana cara pendaftaran hak paten di Indonesia?

d. Siapa subjek dan apa objek dari hak paten? e. Apa perbedaan paten dan paten sederhana? f. Apa yang dimaksud dengan lisensi dan bagaimana pembatalan hak paten terjadi? g. Bagaimana pelaksanaan hak paten oleh pemerintah dan ketentuan pidana bagi yang melanggarnya? I.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Legal Aspek Komputer pada Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma disamping untuk membiasakan penulis dalam menyusun karya ilmiah. Adapun tujuan khusus dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan hak paten.

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dibuatnya hak paten. 3. Untuk mengetahui cara pendaftaran hak paten di Indonesia. 4. Untuk mengetahui siapa saja subjek hak paten dan apa saja objek hak paten. 5. Untuk mengerti apa perbedaan hak paten dan hak paten sederhana. 6. Untuk mengetahui bagaimana hak paten di Indonesia diterapkan dan apa saja ketentuan pidana bagi pihak yang melanggarnya.

BAB II PEMBAHASAN UMUM 2

II.1 Pengertian Hak Paten Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, pasal 1, ayat 1). a. Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, pasal 1, ayat 2). b. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, pasal 1, ayat 3). Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri. Di samping paten, dikenal pula paten sederhana (utility models) yang hampir sama dengan paten, tetapi memiliki syarat-syarat perlindungan yang lebih sederhana. Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang berupa proses, hasil produksi, penyempurnaan dan pengembangan proses, dan penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi. II.2 Sejarah Hak Paten Hak paten memiliki sejarah yang amat panjang. Dunia penerbitan di abad pertengahan hanya mengenal konsep kepemilikan sebuah karya (dalam hal ini buku) dan sama sekali belum memberikan perlindungan terhadap hak-hak para penulis. Sehingga jika seseorang ingin menyalin sebuah buku, yang ia harus lakukan adalah meminjam dan membayar kepada sang pemilik buku. Saat itu belum terbersit sedikit pun untuk memberikan kompensasi kepada pengarang/ penulis buku. Dunia penerbitan belum berkembang dengan pesat. Hampir semua reproduksi buku dan karya-karya monumental dilakukan oleh pihak gereja. Di tahun 1440, terjadilah revolusi dalam dunia penerbitan, yang ditandai dengan diciptakannya mesin cetak jenis moveable oleh Johannes Gutenberg. Mesin ciptaan Gutenberg mampu menghasilkan tidak hanya ratusan tetapi ribuan eksemplar per hari. Di abad XV hal ini dianggap sangat fenomenal, mengingat reproduksi buku adalah sebuah kegiatan yang sangat mahal dan sangat lama (karena harus dilakukan secara manual oleh manusia).

Hak paten belum dikenal hingga tahun 1770. Pada tahun tersebut, Parlemen Britania Raya menetapkan sebuah undang-undang yang memiliki tujuan utama melindungi hak-hak para penulis dan penerbit. Beberapa bagian dari undang-undang tersebut memiliki banyak kesamaan dengan undang-undang hak cipta di masa kini, misalnya pengakuan terhadap hak-hak pengarang/ penulis, jangka waktu berlaku hak cipta selama 28 tahun, kewajiban bagi penulis untuk mendaftarkan secara terbuka klaim mereka atas karya yang dihasilkan, dan sebagainya. Tahun 1787 merupakan tonggak bersejarah berikutnya bagi perkembangan hak cipta. Pemerintah AS kala itu menetapkan dalam Konstitusi AS bahwa Kongres memiliki kewenangan untuk memberikan hak eksklusif terhadap para penulis dan penemu sehubungan dengan tulisan serta temuan mereka.Tiga tahun kemudian (1790), hukum hak cipta pertama disahkan. Undang-undang hak cipta AS ini memiliki banyak kemiripan dengan undang-undang serupa yang sebelumnya diterbitkan di Britania Raya. Sayangnya undang-undang tersebut hanya melindungi barang-barang cetak dan belum menyentuh komoditas lainnya, contohnya musik. UU Hak Cipta pertama ini juga telah menerapkan hukuman bagi para pelanggar, misalnya penyitaan dan kewajiban membayar sejumlah uang sebagai denda. Beberapa tokoh pendukung penegakan hukum hak cipta ialah Noah Webster, James Madison, George Washington, serta Thomas Edison. Webster menyusun beberapa buku terkenal seperti The American Spelling Book 1783 dan The American Dictionary of the English Language. Sementara itu, James Madison, George Washington, dan Thomas Edison adalah beberapa jurnalis produktif yang turut serta dalam usaha Noah Webster untuk menuntut perlindungan terhadap hak-hak pengarang/ penulis. Sepanjang abad XX, hak cipta yang semula hanya meliputi barang cetak telah diperluas cakupannya menjadi foto, rekaman musik (yang tidak hanya mencakup komposisinya), piranti lunak komputer, serta karya arsitektur. Pada tahun 1976 ditetapkan sebuah undang-undang baru yang bernama Copyright Act of 1976.Di dalam UU tersebut disebut sebuah istilah bernama "fair use" (penggunaan yang adil). Istilah ini mengacu kepada pembuatan salinan atau pengutipan karya orang lain dalam koridor kebebasan berbicara dan demi meningkatkan wacana intelektual. Menyalin karya orang lain selama tidak melebihi setengah lusin eksemplar (maksimal 6 eksemplar) tidak dianggap pelanggaran hak cipta dan hanya digolongkan sebagai penggunaan yang adil (fair use). Penggunaan yang adil juga dapat dilakukan oleh perpustakaan dan lembaga-lembaga arsip yang membuat salinan dengan tujuan untuk memperbanyak karya tersebut hingga dapat mempublikasikannya ke masyarakat umum. Di tahun 1998, seiring dengan perkembangan teknologi dan naiknya pamor internet, Kongres AS memperbaharui perangkat hukum hak cipta dengan menerbitkan UU baru bernama "the Digital Millenium Copyright Act". Di masa kini hak cipta tidak hanya melindungi dari pelanggaran yang tampak nyata dan jelas tetapi juga usaha untuk menyalin atau usaha lain untuk membuat reproduksi/ salinan dari gaya atau penampilan secara umum dari suatu sampul majalah atau layar komputer.

II.3 Pendaftaran Hak Paten di Indonesia Ada 2 macam sistem pendaftaran paten dalam rangka perlindungan hukum, yaitu; Sistem First to File adalah suatu sistem yang memberikan hak paten bagi mereka yang mendaftar pertama atas invensi baru sesuai dengan persyaratan. Sistem First to Invent adalah suatu system yang memberikan hak paten bagi mereka yang menemukan inovasi pertama kali sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dalam memberikan hak paten kepada pengusul, pemerintah Indonesia mengacu pada sistem First to File. II.3.1 Prosedur Pengurusan Hak Paten di Indonesia a. Pemohon paten harus memenuhi segala persyaratan berupa contoh penemuan. b. Dirjen HAKI akan mengumumkannya 18 (delapan belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan paten. c. Pengumuman berlangsung selama 6 (enam) bulan untuk mengetahui apakah ada keberatan atau tidak dari masyarakat. d. Jika tahap pengumuman ini terlewati dan permohonan paten diterima, maka pemohon paten berhak mendapatkan hak patennya untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak terjadi filling date. II.3.2 Pengajuan Perolehan Hak Paten di Indonesia a. Permohonan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan, dalam Bahasa Indonesia yang kemudian diketik rangkap 4 (empat).
b. Dalam proses pendaftaran paten ini, pemohon juga wajib melampirkan hal-hal

sebagai berikut: a) Surat Kuasa Khusus, apabila permohonan pendaftaran paten diajukan melalui konsultan Paten terdaftar selaku kuasa.
b) Surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang

bukan penemu.
c) Deskripsi, klaim, abstrak serta gambar (apabila ada) masing-masing rangkap

3 (tiga). d) Bukti Prioritas asli, dan terjemahan halaman depan dalam bahasa Indonesia rangkap empat (apabila diajukan dengan Hak Prioritas).
e) Terjemahan uraian penemuan dalam bahasa Inggris, apabila penemuan

tersebut aslinya dalam bahasa asing selain bahasa Inggris, dibuat dalam rangkap 2 (dua). f) Bukti pembayaran biaya permohonan Paten sebesar Rp. 575.000,- (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). g) Bukti pembayaran biaya permohonan Paten Sederhana sebesar Rp. 125.000,(seratus dua puluh lima ribu rupiah) dan untuk pemeriksaan substantif Paten Sederhana sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). 5

h) Tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10 (sepuluh) klaim: Rp. 40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per klaim.
c. Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar sebagaimana dimaksud diatas

ditentukan sebagai berikut :


a) Setiap lembar kertas hanya salah satu mukanya saja yang boleh

dipergunakan untuk penulisan dan gambar.


b) Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam kertas HVS atau yang sejenis

yang terpisah dengan ukuran A-4 (29,7 x 21 cm ) dengan berat minimum 80 gram dengan batas : dari pinggir atas 2 cm, dari pinggir bawah 2 cm, dari pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 2cm.
c) Kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan

pemakaiannya dilakukan dengan menempatkan sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah (kecuali dipergunakan untuk gambar).
d) Setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab

pada bagian tengah atas.


e) Pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi nomor

baris dan setiap halaman baru merupakan permulaan (awal) nomor dan ditempatkan di sebelah kiri uraian atau klaim.
d. Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta (toner) warna hitam,

dengan ukuran antar baris 1,5 spasi, dengan huruf tegak berukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm.
e. Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat ditulis

dengan tangan atau dilukis.


f.

Gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih ukuran A-4 dengan berat minimum 100 gram yang tidak mengkilap dengan batas sebagai berikut : dari pinggir atas 2,5 cm, dari pinggir bawah 1 cm, dari pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 1 cm. tidak boleh dalam keadaan tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang ditempelkan.

g. Seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas utuh,

h. Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar

harus konsisten antara satu dengan lainnya.

II.4 Lingkup Hak Paten II.4.1 Subjek Hak Paten Subjek hak paten menurut pasal 10 s.d. 15 adalah sebagai berikut: a) Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan b) Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersamasama, hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh inventor yang bersangkutan c) Inventor berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari invensi d) Imbalan dapat dibayarkan: dalam jumlah tertentu dan sekaligus, persentase, gabungan jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus, gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus atau bentuk lain yang disepakati para pihak yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. II.4.2 Objek Hak Paten A. Invensi yang dapat diberi Paten Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, invensi yang dapat dimintakan perlindungan Paten adalah invensi yang: a) Baru (novelty);Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan, invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya (prior art atau the state of art). Pengungkapan bisa berupa uraian lisan, melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut. b) Mengandung langkah inventif (inventive step);Yaitu invensi yang bagi seseorang dengan keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat permohonan diajukan. c) Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable), yaitu invensi dapat diterapkan dalam industri sesuai dengan uraian dalam permohonan. Jika invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktik. B. Invensi yang tidak dapat di-Paten-kan Sebagai pengecualian, ada invensi-invensi yang tidak dapat dipatenkan, yakni :
a)

Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan.

b)

Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan:
1. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik.

2. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikro-biologis.
c)

Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.

II.5 Perbedaan Paten dan Paten Sederhana Tabel Perbedaan Paten dan Paten Sederhana No. Keterangan 1. Jumlah klaim 2. 3. 4. 5. 6. Paten Paten Sederhana 1 invensi atau beberapa invensi 1 invensi yang merupakan satu kesatuan invensi Masa perlindungan tahun terhitung sejak tahun sejak tanggal 20 10 tanggal penerimaan penerimaan paten permohonan paten Pengumuman 18 bulan setelah tanggal bulan setelah tanggal 3 permohonan penerimaan penerimaan Jangka waktu bulan terhitung sejak bulan terhitung sejak 6 3 pengajuan diumumkan diumumkan keberatan Pemeriksaan Kebaruan, langkah Kebaruan dan dapat substantif inventif, dan dapat diterapkan dalam industri diterapkan dalam industri Lama pemeriksaan bulan terhitung sejak bulan terhitung sejak 36 24 substantif tanggal penerimaan tanggal penerimaan permohonan pemeriksaan permohonan substantif pemeriksaan substantif Objek paten Proses, penggunaan, Produk atau alat kasat komposisi, dan produk mata (tangible)

7.

BAB III LISENSI DAN PEMBATALAN HAK PATEN

III.1 Lisensi Perjanjian lisensi Paten diatur dalam pasal 69- pasal 87 UU No. 14 Tahun 2001. Ada 2 (dua) jenis pengaturan lisensi Paten, yaitu: III.1.1 Lisensi Sukarela (Voluntary License) Lisensi Sukarela diatur dalam pasal 69 pasal 73 No. 14 Thn 2001. Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan. Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup Lisensi meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Paten tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan tersebut. Perjanjian Lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan Invensi yang diberi Paten tersebut pada khususnya. Permohonan pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditolak oleh Direktorat Jenderal. Perjanjian Lisensi harus dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. Dalam hal perjanjian Lisensi tidak dicatat di Direktorat Jenderal, perjanjian Lisensi tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. III.1.2 Lisensi Wajib Lisensi wajib diatur dalam pasal 74 pasal 87 UU No. 14 Thn 2001. Lisensi-wajib adalah Lisensi untuk melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal atas dasar permohonan. Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi-wajib kepada Direktorat Jenderal untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal pemberian. Paten dengan membayar biaya. Lisensi wajib hanya dapat diberikan apabila: a) Pemohon dapat menunjukkan bukti yang meyakinkan bahwa ia : 1. Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri Paten yang bersangkutan secara penuh 2. Mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan dengan secepatnya 3. Telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang cukup untuk mendapatkan Lisensi dari Pemegang Paten atas dasar persyaratan dan kondisi yang wajar, tetapi tidak memperoleh hasil; dan

b) Direktorat Jenderal berpendapat bahwa Paten tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan manfaat kepada sebagian besar masyarakat. III.2 Pembatalan Hak Paten Pembatalan Paten diatur dalam pasal 88 passal 98 UU No. 14 Tahun 2001, berdasarkan pasal-pasal tesebut ada 3 (tiga) jenis pembatalan paten, yaitu: III.2.1 Paten Batal Demi Hukum Pembatalan Paten dinyatakan batal demi hukum apabila Pemegang Paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Undang-undang ini. Paten yang batal demi hukum diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemegang Paten serta penerima Lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut. III.2.2 Pembatalan Paten Karena Permohonan Paten dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal untuk seluruh atau sebagian atas permohonan Pemegang Paten yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Pembatalan Paten tidak dapat dilakukan jika penerima Lisensi tidak memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan pada permohonan pembatalan tersebut. III.2.3 Pembatalan Paten Karena Gugatan Gugatan pembatalan Paten dapat dilakukan apabila : a) Paten tersebut menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 6, atau Pasal 7 seharusnya tidak diberikan b) Paten tersebut sama dengan Paten lain yang telah diberikan kepada pihak lain untuk Invensi yang sama berdasarkan Undang-undang ini c) Pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pemberian lisensiwajib yang bersangkutan atau sejak tanggal pemberian lisensi-wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-wajib.

10

BAB IV PELAKSANAAN HAK PATEN OLEH PEMERINTAH DAN KETENTUAN PIDANA

IV.1 Pelaksanaan Hak Paten Oleh Pemerintah Untuk meningkatkan perkembangan teknologi, diperlukan adanya suatu sistem yang dapat merangsang perkembangan teknologi dalam wujud perlindungan terhadap karya intelektual, termasuk Paten yang sepadan. Dalam kaitan itu, walaupun Indonesia telah memiliki Undang-undang Paten, yaitu Undangundang No 6 tahun 1998 tentang Paten (LN tahun 1989 No 39) Undang-undang No 13 tahun 1997 (LN tahun 1997 No 30) (selanjutnya disebut (Undang-undang Paten lama) dan pelaksanaan paten telah berjalan, dipandang perlu melakukan perubahan terhadap Undang-undang paten lama itu. Disamping itu masih ada beberapa aspek dalam Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (selanjutnya disebut Persetujuan TRIPs ) yang belum ditampung dalam Undang-undang Paten tersebut. Seperti diketahui Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization (Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) selanjutnya disebut World Trade Organization dengan Undang-undang No 7 tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establising the World Trade Organization (LN tahun 1994 No 57) dan Persetujuan TRIPs merupakan salah satu lampiran perjanjian ini. Penyidikan dalam kasus pelanggaran hak paten diatur dalam Pasal 129 ayat (1) Selain penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Hak Kekayaan Intelektual diberi wewenang khusus sebgai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana unutk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang paten. Pasal 129 Ayat (2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan berkenan dengan tindak pidana di bidang paten. b) Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana dibidang Paten berdasarkan aduan sebagaimana dimaksud pada huruf a. Kemudian c) Meminta keterangan dan barang bukti dari pihak yang terkait sehubungan dengan tindak pidana di bidang paten d) Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang paten. e) Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti, pembukuan, catatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan

11

terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang paten f) Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang paten. (3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia .(4) Penyidik Pejabat Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. IV.2 Ketentuan Pidana Ketentuan Pidana diatur dalam pasal 130 yaitu Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan /atau denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Kemudin Pasal 131 Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan /atau denda paling banyak Rp.250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah).Pasal 132 Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), Pasal 40 dan Pasal 41 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun. Pasal 133 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130, Pasal 131, dan Pasal 132 merupakan delik aduan. Pasal 134 Dalam hal terbukti adanya pelanggaran Paten, hakim dapat memerintahkan agar barang-barang hasil pelanggaran Paten tersebut disita oleh Negara untuk dimusnahkan. Pasal 135 Dikecualikan dari ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini adalah :
a) mengimpor suatu produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dan produk

tersebut telah dimasukkan ke pasar di suatu negara oleh pemegang paten yang sah dengan syarat produk itu di impor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b) memproduksi produk farmasi yang dilindungi paten di Indonesia dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya perlindungan paten dengan tujuan untuk proses perizinan kemudian melakukan pemasaran setelah perlindungan tersebut berakhir.

12

BAB V PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM ERA DIGITAL PENGERTIAN Perlindungan Hak Cipta dalam Era Digital adalah menyediakan hak cipta yang akan digunakan oleh publik agar dapat menyelesaikan konflik hukum hak cipta di era digital. Seorang pencipta yang bersedia untuk melepaskan pekerjaannya di bawah lisensi Creative Commons Jika dia memilih untuk lisensi bekerja di bawah lisensi CC atribusi, misalnya, ia mempertahankan hak cipta, tapi memungkinkan orang lain untuk menggunakan karya tanpa izin dan tanpa pembayaran, selama mereka kreditnya untuk penciptaan yang asli.Dalam beberapa tahun terakhir, Intellectual Property (IP) perlindungan telah menjadi terkenal banyak teknologi baru ini telah meningkatkan pentingnya kekayaan intelektual. Dan Baru-baru ini mungkin teknologi di bidang Paten, merek dagang, Hak Cipta dan lain-lain Ketika kita berbicara tentang perlindungan hak cipta itu datang dalam pikiran kita bahwa secara umum diberikan kepada sastra asli, musik, drama atau karya artistik. Namun perkembangan teknologi baru telah menimbulkan konsep baru seperti program komputer, database komputer, layout komputer, berbagai bekerja pada web, dan lain-lain sehingga sangat perlu untuk tahu lebih banyak tentang hak cipta yang berkaitan dengan komputer program/software, database komputer dan berbagai pekerjaan dalam ruang cyber. Hak cipta isu kunci dalam hak kekayaan intelektual di era digital. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan komputer dapat dilindungi di bawah hak cipta hukum. V.1 DATABASE Database adalah kumpulan data yang disusun secara sistematis untuk memudahkan dan efisien pengambilan informasi. Dalam Hal ini biasanya dalam Form elektronik. Database harus dibedakan dari sebuah sistem basis data (kadang dikenal sebagai database sistem manajemen) yang merupakan program perangkat lunak atau komputer yang mengelola database. Merupakan perbedaan penting untuk diingat ketika mempertimbangkan apa yang dilindungi dalam database Komputer database.berarti penyajian informasi, pengetahuan, fakta, konsep atau instruksi dalam teks, gambar, audio, video yang sedang diolah atau telah disusun secara formal dan telah diproduksi oleh komputer, sistem komputer atau komputer network. Sebuah database umumnya dapat dilihat sebagai kumpulan catatan, masing-masing yang berisi bidang satu atau lebih (yaitu, potongan data) tentang beberapa entitas (misalnya, objek), seperti orang, organisasi, kota, produk, karya seni, resep, kimia, atau urutan DNA. Sebagai contoh, kolom untuk database yang adalah tentang orang yang bekerja untuk pesan tertentu perusahaan mungkin termasuk nama,nomor identifikasi karyawan,alamat,telepon nomor,tanggal mulai kerja, posisi dan gaji untuk setiap pekerja.

13

Hubungan Hak Cipta Dan Database Database Istilah digunakan untuk menggambarkan sebuah kompilasi karya, data atau lainnya bahan (koleksi yaitu fakta-fakta) yang disusun secara sistematis atau dengan prinsip-prinsip logis cara metodis. Dengan kata lain, memerintahkan dibentuk oleh kompilator. Pada prinsipnya, fakta sendiri tidak dapat dilindungi tetapi urutan dan organisasi bisa,jika mereka menunjukkan tingkat tertentu dari kreativitas di pihak penulis. Ketika mengacu ke database itu perlu untuk membedakan antara kreatif dan non-kreatif database karena masing-masing ditangani sesuai dengan yang berbeda dari peraturan menurut hukum Tuhan Atkinson, untuk subsisten hak cipta, adalah perlu bahwa tenaga kerja, keterampilan dan modal harus dikeluarkan cukup untuk memberikan kepada produk beberapa kualitas atau karakter bahan baku yang tidak memiliki dan yang membedakan produk dari material. Seperti disebutkan di atas, basis data mengacu pada koleksi data, pekerjaan, informasi atau independen lain materi disusun secara sistematis atau metodis berikut beberapa Prinsip dasar penyusunan; database harus diberi perlindungan hak cipta bahkan jika mereka adalah kompilasi karya non-asli karena mereka adalah hasil dari keterampilan dan tenaga kerja dipekerjakan oleh penulis dalam menciptakan sesuatu, database artikel tentang Hak cipta 'India Kekayaan Intelektual Hukum' harus diberikan karena ini adalah pekerjaan yang adalah Hasil tenaga kerja, keterampilan dan modal bekerja dan penilaian dikeluarkan dalam memilih dan menyusun artikel oleh pencipta database. Dan dengan demikian, banyak negara telah database diperlakukan sebagai karya sastra dan perlindungan hak cipta telah dikeluarkan untuk database, asalkan, mereka original.8 Database telah diberikan perlindungan di bawah Undang-Undang Hak Cipta yang berbeda di bawah karya sastra. Di India, database telah diperlakukan sebagai sastra bekerja. Menurut Pasal 2 dari Undang-Undang Hak Cipta, 1957: 'karya sastra' "termasuk program komputer, meja dan kompilasi termasuk database komputer. " Hak Cipta Dan Internet Sebagai internet telah menjadi lebih umum, kebutuhan untuk perlindungan hak cipta ada juga telah menjadi sebuah kebutuhan. Saat ini, hukum hak cipta telah disesuaikan untuk melindungi Internet item, sama seperti yang telah diadaptasi selama bertahun-tahun untuk melindungi berbagai media baru lainnya. Ini melindungi karya asli atau pekerjaan yang tetap dalam media yang nyata, yang berarti ada tertulis, mengetik, atau direkam. Tapi karena tidak dirancang khusus untuk internet, di beberapa daerah hukum hak cipta di internet bisa sejelas lumpur. Internet mulai di AS sekitar 30 tahun yang lalu, di departemen pemerintah pertahanan sebagai transfer informasi alat selama masa perang. Pada awalnya (1950-1975), itu beroperasi pada siput dan kemudian pada tahun 1983 internet muncul dan diganti di atas, kemudian menyebar di seluruh dunia . Sekarang, ini adalah di seluruh dunia jaringan komputer yang berbagi protokol komunikasi umum , maka tergantung pada lokasi geografis dan mengintegrasikan masyarakatdunia global.

14

Perlindungan Hak Cipta Dalam Perangkat Lunak Komputer / Program Ada kesenjangan digital antara negara maju dan dunia berkembang. Dalam ekonomi global berbasis pengetahuan, komputer teknologi merupakan persyaratan penting untuk mengakses dan menggunakan informasi, mempercepat transfer teknologi dan mendorong pertumbuhan produktivitas. Pada saat yang sama waktu, komputer produk perangkat lunak yang mungkin yang paling berat dilindungi dari semua bentuk berbasis pengetahuan produk. Berdasarkan Perjanjian TRIPS, program komputer sekarang memenuhi syarat untuk perlindungan hak cipta sama seperti setiap karya sastra lain, serta untuk bentuk lain perlindungan IP, termasuk dengan paten di beberapa negara, seperti Amerika Serikat. Mengembangkan negara, tentu saja, memiliki berbagai persyaratan untuk aplikasi perangkat lunak komputer di mereka industri, rumah sakit, sekolah dan kantor pemerintah. Tapi yang paling umum, mereka membutuhkan akses terjangkau untuk paket software off-rak-bisnis, seperti Wordprocessing, spreadsheet, email dan produk internet browsing. Perusahaan di Eropa dan Amerika Utara,dengan Microsoft sebagai pemain utama, mendominasi pasar global untuk produk ini. Perangkat lunak industri negara-negara berkembang, bahkan di India, adalah kebanyakan absen dari rak-dari-,program komputer dikemas sector.20 Hak cipta yang paling penting dalam industri perangkat lunak komputer ke rak-off- aplikasi bisnis sektor. Tidak seperti aplikasi perangkat lunak dipesan lebih dahulu, produk ini memiliki mass market dan dapat dengan mudah disalin. Perlindungan hak cipta memungkinkan perusahaan untuk mencegah menyalin,persaingan batas dan harga biaya monopoli untuk produk ini. Dalam mengembangkan negara,ini menyajikan dua masalah utama. Pertama, karena ada saat ini meluas menyalin bersama-sama dengan daya beli yang rendah lokal di negara-negara berkembang, ada kekhawatiran bahwa perlindungan yang lebih kuat dan penegakan bisa berarti difusi lebih terbatas seperti teknologi. Ini mungkin risiko tertentu karena efek jaringan bisnis aplikasi cenderung untuk kembali menegakkan dominasi produsen perangkat lunak yang ada. Pemeriksa bukti, namun, kami menyimpulkan bahwa masalah ini tidak dapat diatasi untuk negara-negara berkembang,jika langkah-langkah yang tepat diambil. Sebagai contoh, pemerintah dan donor organisasi bisa meninjau kebijakan pengadaan perangkat lunak mereka dengan maksud untuk memberikan lebih pertimbangan ke rendah biaya usaha produk perangkat lunak, termasuk generik dan opensource produk yang banyak tersedia. Masalah kedua adalah dimana kode sumber dari perangkat lunak ini juga dilindungi, ini dapat membuat lebih sulit untuk mengadaptasi produk untuk kebutuhan lokal. Hal ini juga mungkin membatasi persaingan dalam pengembangan aplikasi antaroperasi,melalui tindak pada inovasi oleh reverse engineering. Dalam TRIPS, negaranegara berkembang diperbolehkan fleksibilitas untuk memungkinkan reverse engineering perangkat lunak,sehingga masalah ini dapat dihindari jika nasional undangundang hak cipta yang dirancang tepat. Sebagai ukuran lain praktis, lebih luas penggunaan berbagai open source software produk,di mana kode sumber tersedia tidak seperti perangkat lunak berpemilik,dapat diterima atau beberapa di industri berpendapat bahwa dengan penegakan hak cipta lebih kuat,sumber tertutup karena pengembang proprietary mungkin lebih bersedia untuk membuat kode sumber tersedia untuk pengembang perangkat lunak dalam mengembangkan negara. Hal ini jelas di luar mandat kami untuk merekomendasikan jenis kebijakan pengembangan negara harus diikuti untuk pengadaan perangkat lunak komputer. Sebagai contoh, sementara rendah 15

biaya atau perangkat lunak open source mungkin tawaran apriori biaya dan keuntungan lainnya selama perangkat lunak berpemilik, banyak faktor selain biaya lisensi perangkat lunak mempengaruhi total biaya dari Sistem TI seperti menyesuaikan sistem dengan kebutuhan pengguna, serta pelayanan, dan memelihara sistem. Yang mengatakan, mengingat kebutuhan yang cukup negara berkembang untuk teknologi informasi dan komunikasi dan keterbatasan dana yang tersedia, tampaknya masuk akal bahwa pemerintah dan donor tentu harus mempertimbangkan untuk mendukung programprogram untuk meningkatkan kesadaran tentang opsi-opsi biaya rendah, termasuk perangkat lunak open source, di negara-negara berkembang. Pada saat ini sebagian besar negara memiliki perangkat lunak dan program komputer yang dilindungi hak cipta. V.2 BEBERAPA JENIS HUBUNGAN ANTARA HAK CIPTA DAN INTERNET

Kerangka Internasional
Sampai saat ini, hukum hak cipta internasional beristirahat pada Konvensi Bern untuk Perlindungan Karya Sastra dan Seni dan Persetujuan Aspek Trade-Related Hak Kekayaan Intelektual (TRIPS) tahun 1995. Masalah yang berkaitan dengan rekaman suara dan pertunjukan (kadang-kadang disebut sebagai "hak istimewa" telah dibahas dalam Roma Konvensi Perlindungan terhadap Pelaku Pertunjukan, Produser Rekaman dan Penyiaran Organisasi 1961. Sejak 1974, instrumen hak cipta internasional telah dikelola oleh badan khusus Perserikatan Bangsa - World Intellectual Property Organization (WIPO). Tujuan WIPO adalah mempromosikan perlindungan kekayaan intelektual di seluruh dunia melalui kerjasama antara Negara dan,bila perlu,bekerjasama dengan internasional lainnya organisasi. Saat ini,WIPO terdiri dari 180 negara anggota. WIPO mengelola enam hak cipta perjanjian dan bertujuan "homogenisasi perlindungan nasional kekayaan intelektual dengan utama mata menuju pembentukan badan,bersatu kohesif internasional di seluruh dunia hukum.

Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO)


WIPO adalah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ada banyak organisasi yang didirikan berdasarkan organ-organ individu tertentu seperti Majelis Uni Paris, Komite Eksekutif dan Biro internasional Bern yang kemudian disatukan dalam suatu organisasi disebut 'Biro Internationaux Reunis Pour La Protection de La Propriete Intellectuelle dikenal sebagai. WIPO BIRPI kegiatan empat macam: pendaftaran, promosi lintas-pemerintah kerjasama dalam administrasi hak kekayaan intelektual, program khusus kegiatan dan akhir-akhir ini, perselisihan fasilitas resolusi. Pada tahun 1996, negara-negara anggota menemukannya diperlukan untuk membentuk suatu perjanjian internasional untuk menangani perlindungan hak cipta evolvement baru teknologi. Adapula perjanjian hak cipta WIPO adalah Diadopsi oleh Konferensi Diplomatik di Jenewa pada tanggal 20 Desember 1996. Perjanjian ini merupakan kesepakatan khusus dalam Pasal 2 dari Konvensi Bern. Hal ini terkait dengan teknologi digital dan Internet. Perjanjian hak cipta WIPO adalah khusus perjanjian antara negaranegara anggota untuk penulis memberikan hak lebih luas daripada yang diberikan oleh Konvensi Bern. Pasal 4 dari perjanjian mengatur bahwa, Program komputer dilindungi sebagai karya sastra dalam arti Pasal 2 Konvensi Bern. Perlindungan tersebut berlaku 16

untuk program komputer,apa pun mungkin modus atau bentuk ekspresi mereka. 5 Artikel menyatakan lebih lanjut bahwa kompilasi data atau materi lain, dalam bentuk apapun, yang dengan alasan oleh seleksi atau penyusunan isinya merupakan ciptaan intelektual, dilindungi sebagai tersebut. Perlindungan ini tidak mencakup data atau bahan itu sendiri dan tanpa mengurangi aspek hak cipta pada data atau bahan yang terkandung dalam kompilasi "WIPO perjanjian Hak Cipta. secara umum mencakup semua jenis komputer program dan bukan hanya object code atau kode sumber program komputer seperti yang dalam TRIPS Agreement. Jadi dapat dikatakan bahwa mengabaikan perubahan kecil diadopsi oleh WIPO Copyright Treaty,tidak konsisten dengan Agreement.

17

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Simpulan Adanya perkembangan teknologi sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari dan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini dalam bidang teknologi tinggi, seperti komputer, elektro, telekomunikasi, dan bioteknologi tetapi juga dibidang mekanik, kimia atau lainnya mendorong semakin diperlukannya pemberian perlindungan hukum terhadap para Inventor yang telah berjasa dalam ikut memajukan kesejahteraan umum dengan mengerahkan semua cipta, rasa, dan karsa yang dituangkan dalam suatu karya yang disebut Invensi. Pemberian perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah pihak lain, termasuk para Inventor independen dari teknologi yang sama, menggunakan Invensi tersebut selama jangka waktu perlindungan hak paten, agar Inventor atau pemegang hak paten mendapat manfaat ekonomi yang layak atas Invensinya. Sebagai gantinya, pemegang hak paten harus mempublikasikan semua rincian Invensinya supaya pada saat berakhirnya perlindungan hak paten, informasi berkaitan dengan Invensi tersebut dapat tersedia secara bebas bagi khalayak banyak. VI.2 Saran Undang Undang tentang Hak Paten di negara Indonesia ini perlu diiringi dengan kemauan, kemampuan, dan kejujuran aparat penegak hukum dalam menegakkan Undang Undang tersebut agar dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat memberikan ketenangan bagi para Inventor atas Invensi nya. Selain itu diperlukan juga kerjasama bagi seluruh elemen masyarakat dalam hal menyadari pentingnya mengajukan hak paten jika mereka menciptakan suatu produk agar tidak menyesal di masa mendatang karena buah karya yang mereka ditiru oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. http://henmedya.staff.gunadarma.ac.id 2. http://ciputraentrepreneurship.com 3. http://rks.ipb.ac.id 4. http://www.tanyahukum.com 5. http://id.answers.yahoo.com 6. http://dumadia.wordpress.com 7. http://repository.usu.ac.id 8. http://dgip.go.id 9. http://aninda.harid.web.id 10. http://elib.unikom.ac.id 11. http://lilis130606.blogspot.com

You might also like