You are on page 1of 18

ANALISIS PENGARUH MUZARAAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI PENGGARAP (Studi Kasus Di Pondok Modern Gontor Kecamatan Mantingan Kabupaten

Ngawi)

Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-2

Program Studi Agama dan lintas Budaya minat Ekonomi Islam

Diajukan oleh : diajukan oleh Andi Triyawan 10/307046/PMU/06720

Kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

ANALISIS PENGARUH MUZARAAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI PENGGARAP (Studi Kasus Di Pondok Modern Gontor Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi)

(NASKAH PUBLIKASI)

diajukan Oleh:

ANDI TRIYAWAN 10/307046/PMU/06720

Telah disetujui pembimbing untuk diajukan.

15 Agustus 2012

Abstract This study analyzes the effect on income tenants muzara'ah of case studies in modern cottage district Gontor Mantingan ngawi district. Necessary data in this study were primary and secondary data. Primary data obtained through interviews with rice farmers in sub-district Mantingan ngawi by using a list of questions that have been provided. Secondary data was collected from various sources that is relevantagencies. Analysis tools used to determine the factors affecting farmers incomes are multiple linear regression. Dependent variable is the production of rice, while the independent variable is the land area, number of seeds, fertilizer amount, the amount of pesticides and HOK (person-days). To find the average income per hectare of land farmers, used cost function analysis, to determine the factors that affect income farmers used simple linear regression. Dependent variable is the income while the independent variable is the production. From the analysis of the factors that affect rice production is obtained that the area of land, seed, fertilizer, pesticides and HOK jointly have a significant effect on rice production. That the use of production factors such land, fertilizer and pesticides showed positive and significant effect on rice production, while the use of production factors such Seed and HOK showed no significant effect. These factors together showed a significant effect on rice production. Average land to expand production at one time the plant is 6123 kg / ha. From the analysis of data, known to the average revenue yield of the rice paddies are 18.369.000/ha reduced total cost of planting one of 7.801.716,63/ha, we got the result of 10.567.283,37. because it uses the system muzara'ah the results are shared with the foundation so that the two net income of farmers amounted to Rp. 5.283.641,685/ ha. The results of data analysis influence the productivity of smallholder farmers net income showed a positive and significant impact on net income of farmers.

Key words: muzara'ah, rice production, income, the dependent variable, independent variable.

Pendahuluan Indonesia sejak lama disebut sebagai Negara agraris, karena hampir sebagian besar tanahnya bisa digunakan untuk bercocok tanam. Masa kejayaan pembangunan pertanian bangkit sekitar tahun 1970-1980-an, Sehingga sektor pertanian rata-rata sekitar 3,2% per tahun untuk pertumbuhan PDB. Pada Triwulan II tahun 2011, pangsa sektor pertanian terhadap PDB sebesar 15,4 persen, nomor dua setelah sektor industri pengolahan yang mencapai 24,3 persen. Indonesia pernah menjadi salah satu negara penghasil Padi dan berswasembada beras pada tahun 1984 (Yulizar, 2009). Namun hal tersebut hanya dapat dipertahankan sampai tahun 1993. Menurut data statistik dari Departemen Pertanian Republik Indonesia secara terperinci luas tanah sawah secara nasional berdasarkan komoditinya sebagai berikut. Tabel 1.1 Data luas lahan pertanian Indonesia tahun 2010-2011 Komoditi Padi Padi Ladang Padi Sawah 2010 12.147.637 ha 1,134,671 ha 12.118.779 ha 2011 13.566.598 ha 1.052.482 ha 12.514.116 ha

Sumber: Departemen Pertanian RI

Berdasarkan data diatas, Sektor Pertanian seringkali disebut sebagai sektor pemimpin (leading sector), yang bermakna bahwa sektor ini yang akan menjadi sumber kesejahteraan masyarakat. Menurut Departemen Pertanian Produksi padi nasional tahun 2011 mencapai 68.061.715 ton, melebihi produksi padi tahun 2010 yaitu 66.411.469 ton. Khusus di Jawa Timur produksi Padi tahun 2011 sebesar 11,643,773 (Kementrian Pertanian,2012 dalam www.deptan.go.id). Kesejahteraan masyarakat dapat terjamin dengan mengelola tanah pertanian. Khusus didaerah pedesaan, mayoritas masyarakat desa bekerja sehari-hari disawah. Baik itu mengerjakan sawahnya sendiri ataupun ladang orang lain. Dalam hal ini pemerintah juga pernah mendukung segala aktifitas pertanian dengan mendirikan KUD-KUD di desa-desa, guna membantu para

petani untuk distribusi pupuk, benih, dan pengadaan gabah. Bagi petani yang tidak mempunyai tanah sendiri, maka biasanya mereka ikut menjadi buru tani untuk membantu penggarapan tanah/ ladang orang. Kerjasama yang dilakukan oleh pihak penggarap sawah dan pemilik sawah adalah bagi hasil Muzaraah (Al Jaziri, 2004). Dimana semua kebutuhan yang digunakan untuk bercocok tanam dipenuhi oleh pemilik lahan, sedangkan untuk penggarap sawah cukup hanya mengerjakan pengolahan sawah dari masa tanam hingga panen. Para penggarap sawah tersebut mendapatkan bagian keuntungan dari hasil panen yang didapat. Secara implisit pihak petani dan penggarap sawah saling bahu membahu tolong menolong dalam kebajikan seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al Quran yang berbunyi:


Bertolong-tolonganlah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah: 2). Adanya tolong-menolong antar umat islam menjadikan dasar pengakuan bahwasannya semua yang ada dilangit dan bumi adalah ciptaan Allah SWT. Dan Allah SWT menurunkan air hujan dari langit untuk menumbuhkan tanam-tanaman yang ada dibumi. Seperti halnya Firman Allah dalam Al Quran;


Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (QS. An Naml: 60)

Disamping itu juga pada saat terjadi kerjasama didalam usaha pertanian tersebut, kedua belah pihak tidak boleh saling mendholimi. Karena kedholiman yang diperbuat oleh kedua belah pihak mengakibatkan rusaknya akad muzaraah.


Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu benar-benar berbuat zalim kepada sebagian lainnya kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh. (QS. Shod: 24). Ayat diatas memberikan gambaran bahwasannya peluang untuk berbuat zalim didalam kerjasama itu sangat mudah sekali, sehingga dengan lugas ayat tersebut mencela perilaku zalim yang dilakukan dalam perkongsian. Muzaraah juga telah dilakukan oleh para sahabat nabi dahulu. Adalah Ali, Saad bin Malik, Abdullah bin Masud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar, keluarga Umar, keluarga Ali dan Ibnu Sirin, mereka melakukan muzaraah. Rasulullah SAW bersabda:


Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya. Hadits nabi diatas memberikan perintah kepada umatnya agar memproduktifkan tanah yang dipunyai. Dan apabila tidak sanggup untuk mengolahnya sendiri hendaknya menyerahkan pengolahannya kepada orang lain. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : Aku adalah mitra ketiga dari dua orang yang bermitra selama salah satu dari kedunya tidak mengkhianati yang lainnya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianatinya, maka Aku keluar dari perkongsian itu. H. R. Abu Dawud dan al-Hakim. Maksud dari hadits diatas bahwasannya Allah SWT akan memberikan keberkahan didalam kerjasama antara dua orang yang bermitra selama keduanya tidak saling mengkhianati.

Berkata Imam Bukhari rohimahulloh: berkata Qais bin Muslim dari Abu Jafar, dia berkata: Tidaklah di Madinah kaum Anshar melainkan mereka menanam dengan bagian sepertiga atau seperempat. Istilah-istilah yang dipakai di jawa biasanya maro (bagi hasil 50%), mertelon (bagi hasil 1/3), dan lain sebagainya. Istilah ini sangat popular disetiap penggarapan sawah yang dilimpahkan kepada orang lain. Seiring dengan pentingnya upaya sebuah penelitian untuk mengevaluasi aktivitas ekonomi, dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah aktivitas Muzaraah yang terjadi di Pondok Modern Gontor. Dalam hal ini mengapa Pesantren yang menjadi objeknya. Berangkat dari asumsi bahwasannya kebanyakan dunia Pondok Pesantren adalah dunia keilmuan yang tidak ada sangkut pautnya dengan aktivitas ekonomi. Menarik minat peneliti untuk meneliti aktivitas ekonomi pondok pesantren yang erat kaitannya dengan muzaraah (pengelolaan tanah dengan sistem bagi hasil). Pondok Pesantren yang mempunyai lahan sawah luas, tidak memungkinkan bagi pengurusnya untuk mengelolanya sendiri, sehingga diberikan tugas pengelolaannya kepada masyarakat sekitar. 1.1.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dikeahui bahwa tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menghitung Rata-rata hasil produksi, total Penerimaan, total biaya dan pendapatan bersih penggarap dengan lahan seluas 1 ha 2. Menganalisis faktor-faktor produksi : lahan, pupuk, bibit, pestisida dan HOK (Hari Orang Kerja) yang mempengaruhi produksi. 3. Menganalisis pengaruh antara hasil produksi lahan pertanian dengan pendapatan bersih penggarap. Pembahasan Muzara'ah Dalam Islam, kerjasama didalam usaha diperbolehkan, dengan syarat tidak ada kedzhaliman dan khianat didalamnya (Al Jazairi: 2005). Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasai dan Al Hakim; dulu pada zaman

jahiliyah engkau menjadi mitra yang paling baik, engkau tidak mengkhianatiku dan tidak membantahku. Menurut Syafiiyah kerjasama (syirkah) yang dibolehkan ada dua yaitu Syirkah Inan dan Syirkah Mudharabah. (Ath Thayyar: 2004). Syirkah inan biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih kemudian masing-masing berserikat mengeluarkan hartanya secara sama, kemudian menggabungkannya untuk digunakan sebagai modal berdagang. Sedangkan Syirkah Mudharabah seperti halnya Muzaraah, yaitu kerjasama antara pemilik modal dengan pekerja, yang kemudian hasilnya dibagi berdua ( Khotob: 2001). Dalam Mudharabah ini juga, kedua belah pihak saling memberikan kontribusi modal baik itu berupa maal atau tenaga (Al Khotib: 1989) Muzaraah secara etimologis terambil dari kata azzaru yang berarti penanaman atau pengolahan. Adapun secara terminologis adalah menyerahkan tanah kepada orang yang menanami dan mengelolanya kemudian hasilnya dibagi berdua (Ath Thayyar:2004). Bagi hasil yang akan dibagikan tentunya harus berdasarkan kesepakatan antara pemilik lahan dengan penggarap lahan. Menurut hanafiyah.

.
muzaraah adalah akad kerjasama pengelolaan tanah antara pemilik lahan dengan buruh (penggarap), yang mana pihak penggarap bisa menyewa tanah kepada pemilik lahan atau pemilik lahan menyewa buruh untuk menggarap tanahnya. Senada dengan ulama madzhab Maliki yang mendefinisikan muzaraah dengan

Perserikatan dalam pertanian.

Sedangkan menurut

ulama madzhab Hambali


Penyerahan lahan pertanian pertanian kepada seorang petani untuk diolah dan hasilnya dibagi berdua. Di Irak istilah muzaraah sering disebut dengan istilah mukhaabarah

( Hasan, 2004).

Landasan Hukum Muzaraah


Artinya: Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (QS. An Naml: 60) Dalam ayat diatas menjelaskan tentang penciptaan alam bahwasannya Allahlah yang menciptakan langit dan bumi, bahkan air yang digunakan oleh petani untuk mengairi sawah, menumbuhkan tanaman dan lain sebagainya itu berasal dari-Nya (Sabiq: 2006). Dalam hal ini penggarapan sawah padi berhajat Air yang diturunkan oleh Allah.

Artinya: Bertolong-tolonganlah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah: 2).

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah SWT memerintahkan kita untuk saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan. Dalam Hal ini asas dari pada Muzaraah adalah tolong menolong antara pihak pemilik lahan dengan pihak pihak penggarap sawah. Dalam hal ini, pihak yayasan ingin menolong masyarakat sekitar untuk menggarap lahannya, dan masyarakat sekitar juga memberikan pertolongan dalam penggarapan sawah tersebut. Ada simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan, pihak yayasan pondok juga merasa terbantu dengan penggarapan sawahnya dan masyarakat mendapatkan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan.


Artinya: Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu benar-benar berbuat zalim kepada sebagian lainnya kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh.(QS. Shod: 24). Ayat diatas menjelaskan bahwasannya didalam melakukan kerjasama bisnis, yang juga bisa dikaitkan dengan muzaraah, tidak boleh saling mendholimi. Karena kebanyakan orang-orang yang berkongsi atau melakukan kerjasama bisnis seringkali mudah untuk berbuat dholim atau kecurangan. Hadits ini memberikan rambu-rambu penting didalam Muzaraah juga. Karena kerjasama antara pihak yayasan pondok dan masyarakat haruslah memakai asas iman dan amal sholeh sehingga tidak ada yang merasa dirugikan diantara kedua belah pihak.

Hadits

:
Artinya: Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya. Hadits nabi diatas memerintahkan agar tanah atau ladang, tidak boleh dibiarkan terbengkalai, harus ditanami sehingga menghasilkan. Daripada itu rasulullah SAW juga memberikan solusi apabila pihak pemilik lahan tidak mampu untuk menanaminya bisa dilimpahkan kepada saudara atau orang lain yang mampu. Abu Ubaid sahabat nabi pernah berkata kepada Bilal, Bahwa Rasulullah SAW tidak memberikan lembah kepadamu untuk kamu pagari agar orang-orang tidak bisa mengambilnya, akan tetapi beliau memberikan kepadamu agar kamu menggarapnya. Maka ambillah dari tanah tersebut yang sanggup kamu kelola dan yang lain (yang tidak bisa kamu kelola) kembalikanlah.(An Nabhani: 1996; 140) Dalam penelitian ini, pihak yayasan pondok tidak mampu untuk menggarap sawahnya, maka melimpahkan penggarapannya kepada masyarakat sekitar sehingga, ada penghasilan tambahan bagi masyarakat setelah panen. Dan ini seirama dengan hadits diatas apabila tidak mampu untuk mengerjakan lahannya sendiri maka dilimpahkan kepada orang lain yang mampu. Berkata Imam Bukhari Rohimahulloh: berkata Qais bin Muslim dari Abu Jafar, Nabi bersabda: Tidaklah di Madinah kaum Anshar melainkan mereka menanam dengan bagian sepertiga atau seperempat (Az-Zuhaili: 2001) Karakteristik Muzaraah di Pondok Modern Gontor Penggarapan di sawah milik yayasan Pondok Gontor memakai akad Muzaraah (Bagi Hasil). Dalam hal ini, lahan sepenuhnya milik yayasan, pihak

petani penggarap (warga desa setempat) hanya bertugas menggarap dengan bagian masing-masing lahan per individu. Ada yang 0,5 hektar, 0,7 hektar dan 1 hektar. Akan dijelaskan beberapa karakteristik muzaraah yang diterapkan oleh yayasan Pondok Gontor diantaranya: 1. Masa tanam di lahan pondok sebanyak 3 kali setiap tahunnya. 2. Petani penggarap diberikan kepercayaan oleh pondok untuk mengelola sawah pondok. 3. Pajak sawah ditanggung sepenuhnya oleh pondok. Penggarap tidak dikenakan biaya sewa lahan. 4. Sebagian besar Petani penggarap diberikan pinjaman berupa bibit, pestisida, dan pupuk. 5. Untuk masalah Air, pihak yayasan pondok telah menyediakan pompa air dibeberapa titik sawah. Pihak Penggarap dapat meminta pemompaan air melalui mandor di masing-masing kelompok dengan biaya pemompaan perjamnya 33.000. 6. Pihak yayasan pondok menyediakan Traktor yang kemudian bisa digunakan oleh penggarap dengan biaya sewa sebesar Rp. 355.000/0,5 ha. 7. Untuk masalah pembayaran no. 4,5 dan 6 dilakukan dengan pemotongan hasil panen. 8. Apabila terjadi gagal panen, pihak penggarap dapat membayarnya dilain waktu saat panen berhasil. 9. Pihak yayasan memberikan penyuluhan berupa pembinaan dalam bidang pertanian dan pembinaan keagamaan setiap bulannya melalui pengajian. Setiap selesai panen, maka pihak Yayasan Pondok menyelenggarakan Pengajian Akbar. 10. Setiap akhir tahun, pihak yayasan mengadakan tour ke tempat-tempat wisata dengan seluruh keluarga petani penggarap. Semua biaya ditanggung oleh pihak pondok. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang belum diuji kebenarannya, sehingga dapat dipertegas atau ditolak secara empiris. (Hussey, J.: 1997; 55) Adapun hipotesis yang diambil penulis adalah sebagai berikut. 1. Faktor-faktor luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, HOK (hari orang kerja), berpengaruh positif terhadap produksi gabah 2. Produksi gabah berpengaruh positif terhadap pendapatan bersih petani. PEMBAHASAN Analisis Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Penggarap Pendapatan yang digunakan dalam analisis adalah pendapatan bersih dari produktifitas lahan, yaitu total penerimaan produksi dikurangi biaya pengeluaran produksi lahan kemudian dibagi dua dengan pihak yayasan pondok. Penerimaan produksi adalah nilai produksi per hektar yang diperoleh dalam satu masa tanam. Penggarapan sawah yayasan pondok Modern Gontor oleh petani penggarap selama lebih kurang empat bulan setiap musim tanam menghasilkan rata-rata produksi (Y) sebesar 6.123 kg. Harga jual gabah pada saat panen sebesar 3000/kg. Rata-rata total penerimaan (TR) sebesar Rp. 18.368.100. Biaya produksi tani terdiri dari Biaya Penyusutan peralatan, Biaya pemeliharaan saluran air, biaya sewa traktor, biaya bibit, biaya pupuk, biaya air, biaya pestisida, biaya tenaga kerja. Secara ringkas perhitungan biaya produksi sesuai volume faktor produksi disajikan dalam table dibawah ini. Tabel 1 Rata-rata Biaya Produksi Gabah Per Hektar di Pondok Gontor No 1 2 3 4 5 6 7 Uraian Penyusutan Alat Biaya pemeliharaan saluran air Sewa traktor biaya bibit biaya pupuk biaya air biaya pestisida/obat-obatan Rp RP Rp. Rp. Nilai (Rp) 43.519,30 60.000,00 710.000 269.098,00

Rp 1.220.468,00 Rp 1.194.757,00 Rp 598.660,00

biaya tenaga kerja Total (TC)

Rp 3.705.215,00 Rp 7.801.717,3

Sumber : Data Primer (diolah) Berdasarkan informasi yang disajikan dalam tabel diatas, diketahui Ratarata total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.801.717,3. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis rata-rata pendapatan penggarap sawah adalah ratarata pendapatan bersih dari usaha pertanian dibagi 2, dalam hal ini rata-rata Pendapatan bersih diperoleh dari pengurangan antara total rata-rata penerimaan dengan total rata-rata biaya produksi dibagi 2, karena pihak penggarap hanya menerima bagi hasil dari netto hasil produksi. Dapat diketahui bahwa usaha penggarapan sawah yayasan pondok Gontor di mantingan rata-rata menghasilkan penerimaan (TR) sebesar Rp. 18.368.100 dengan biaya produksi (TC) sebesar Rp. 7.801.717,3 sehingga ratarata pendapatan per satu kali masa tanam adalah sebesar Rp. 10.566.382,7. Sedangkan pendapatan bersih bagi penggarap per satu musim tanam sebesar Rp. 5.283.191,35. Penggunaan akad muzaraah lebih menguntungkan daripada yang dilakukan pada umumnya. Karena pemilik lahan dan penggarap sama-sama menganggung beban biaya. Jika menggunakan metode bagi hasil pada umumnya, pendapatan bersih petani lebih kecil karena petani penggarap menanggung seluruh biaya pertanian. Hasil Analisis Data Beberapa hal penting yang perlu dibahas terkait hasil uji statistik untuk pengujian hipotesis yang peneliti lakukan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F) menunjukkan bahwa variabel independen yaitu lahan, pupuk, bibit, pestisida, HOK secara bersamasama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu produksi petani. 2. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara parsial lahan berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini selaras dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (HA) yang

menyebutkan bahwasannya lahan berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi pertanian. Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. 3. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara parsial bibit tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini berbeda dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang menyebutkan bahwasannya bibit berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi pertanian, sehingga Ha ditolak dan H0 diterima. 4. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara parsial pupuk berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini selaras dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang menyebutkan bahwasannya pupuk berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi pertanian, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. 5. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara parsial Pestisida berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini selaras dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang menyebutkan bahwasannya pestisida berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi pertanian, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. 6. Berdasarkan hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa secara parsial Hari orang kerja (HOK) tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi, dan hal ini berbeda dengan hipotesis yang peneliti ajukan yaitu Hipotesis pertama (Ha) yang menyebutkan bahwasannya HOK berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi pertanian, sehingga Ha ditolak dan H0 diterima. Analisis Pengaruh Produksi Gabah Terhadap Pendapatan Bersih Petani Penggarap Dalam hal ini peneliti akan menganalisis sejauh mana pengaruh dari pada hasil produksi terhadap pendapatan bersih petani penggarap dengan bantuan program SPSS 15.00. variabel dependennya adalah pendapatan bersih penggarap dan variabel independennya adalah hasil produksi. Hasil analisis fungsi pendapatan tersebut diperoleh nilai keofisien determinasi (R2) sebesar 0,936. Hal ini menunjukkan bahwa 93,6 % variasi

pendapatan petani dipengaruhi oleh variasi produksi padi, sedangkan sisanya 6,4% variasi pendapatan dipengaruhi oleh variasi faktor lain diluar model. Hasil analsiis juga menunjukkan bahwa variabel produksi mempunyai nilai t-hitung sebesar 20,176 lebih besar jika dibandingkan dengan t-tabel pada tingkat signifikansi 95% ( = 0,05) df = 29 sebesar 1,699 berarti variabel produksi (Y) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Hubungan antara produksi (Y) dengan pendapatan bersih petani penggarap mempunyai koefisien regresi positif, artinya jika produksi bertambah sebesar 1 persen, maka pendapatan petani akan bertambah sebesar 1270,336 persen. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan penggarap sawah pondok modern Gontor di kecamatan mantingan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan akad Muzaraah rata-rata hasil produksi gabah sebesar 6.123 kg/ ha, dengan harga Rp. 3000/kg, didapat rata-rata TR/ha sebesar Rp. 18.369.000. Ratarata total biaya/ ha sebesar Rp.7.801.716,63, maka dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya kemudian dibagi 2 mendapatkan pendapatan bersih penggarap permusim tanam sebesar Rp.5.283.641,685. Jika dengan pembagian hasil yang dilakukan pada umumnya, penggarap menanggung semua biaya sehingga pendapatan bersih penggarap lebih kecil. 2. Penggunaan faktor produksi lahan, pupuk dan pestisida menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil produksi padi, sedangkan penggunaan faktor produksi bibit dan HOK menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. 3. Produksi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih petani penggarap.

Daftar Pustaka

Al Jazairi, A. B. J., 2005, Encyclopedia of Muslim Minhajul Muslim, Islamic Books Kaffah. Al Jaziri, A., 2000, Al-Fiqh al-Ala Madhzahib arba'ah, Jild 3, cet I, Egypt: Dar al Dawn Al khofifi, A., 1996, Ash almuamalat Ahkam Syar'iyah, Jild 3, cet I, Egypt: Daar Alfikr Aroby Al-Harithi. J., Al-Fiqh Al Iqtishadi Li Amiril Mumineen Umar Ibn Al Khattab (trans Asmuni Solihan Zamakhsyari), 2010,, East Jakarta: Khalifa. Al-Quran and the translation, 2000, London: Diponegoro An Nabhani, T., 1996, Build Alternative Economic Systems. New York: Proceedings of Gusti. Thayyar Ath, A. B. M., 2009, in view of the Prophet Fiqh Encyclopedia of four schools, Maktabah Al Hanif, Yogyakarta. Az-Zuhaili, W., tt, Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, cet III, Damascus: Dar AlFikr. Bahri, S., 2011, Analysis of Farmers Income and Factors Affecting Maize Production in Sub Labangka Sumbawa regency, Thesis: University of Gadjah Mada. Haroen, N., 2007, the Fiqh Prophet, cet II, London: Style Media Pratama. Hasan, I., 2009, Data Analysis with Statistical Research, cet IV, New York: Literacy. Hasan, MA, 2004, A wide range of transactions in Islam, cet II, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hussey, J., and Hussey. R., 1997, Business Research A practical guide for undergraduate and postgraduate students, New York: Palgrave. Kario, N. H., 2009, Efficiency Factors Rice Farming in Kupang regency, Thesis: University of Gadjah Mada. Khotob, H. S. H., 2001, asbab istihkoki ribh, cet I, Cairo. Koentjaraningrat, 1989, Community Research Methods, New York: Scholastic.

Ultimate, A. G., 2010, Factors Affecting the Production and Dryland Farmers Income: The Case of the Village District Rimpak Sapuran Wonosobo regency in Central Java, 2009, Thesis: University of Gadjah Mada. Prabawati, A., 2010, Statistical Data Processing Research with SPSS, London: Andi Offset. Praja, J. S and Mukhlisin. M., 2009, Economic Pranata Islamic Waqf, Cirebon: STAIC PRESS Sabiq, S., 2006, the Fiqh Sunnah, nor interpreter Hasanuddin, cet I, New York: Plume Pundi Literacy Saragih, B., Soejono. I., Limbong. W. H, Wagiono. Y. K., Krisnamurthi. Y. B., Napitupulu. A. H., Pambudy. R., Bunasor, Hendrakusumaatmaja. S., Sinaga B. M., 1994, Economic Social Research, Directorate of Private Higher Education Directorate General of Higher Education. Soeratno and Arsyad, L., 2008, Methodology for the study of Economics and Business, New York: UPP STIM YKPN

You might also like