Professional Documents
Culture Documents
Pd
Selain itu, sebelum membahas teknik reduksi lebih mendalam, dalam bab ini akan dibahas konversi rangkaian digital menjadi suatu persamaan logika dan konversi suatu persamaan logika menjadi suatu rangkaian digital. 3.1 Rangkaian Digital dan Persamaan Digital Dalam sub bab ini, kita akan mempelajari konversi rangkaian digital menjadi suatu persamaan logika dan konversi suatu persamaan logika menjadi suatu rangkaian digital. Sebagai dasar menyusun dan menyederhanakan rangkaian. Suatu rangkaian digital sebenarnya merupakan realisasi sistem yang bekerja secara digital, sistem digital secara sederhana dapat dinyatakan sebagai suatu sistem ON/OFF yaitu sistem yang bekerja dengan 2 kondisi, yaitu HIDUP atau MATI. Contoh Soal 3-1: Suatu sistem alarm rumah, mempunyai sistem kerja sebagai berikut : Sistem alarm (AL) akan aktif bila: Jika di dalam rumah ada asap (A) dan suhu naik (S) dari kondisi suhu rata-rata. Asap di dalam rumah dideteksi oleh sensor asap, sedangkan suhu dideteksi oleh sensor suhu. Atau Jika Sistem kunci rumah aktif (K) dan ada jendela yang terbuka (J). Penyelesaian: Dengan mengingat pembahasan simbol dalam bab 2, maka kondisi di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut ; Kondisi 1 : ada asap (A) DAN suhu naik (S) Kondisi 2 : Kunci aktif (K) DAN jendela terbuka (J) A.S K.J
Sistem alarm aktif (AL) jika kondisi 1 ATAU kondisi 2 kondisi 2 Jadi AL AL = kondisi 1 + kondisi 2 =A.S+K.J
kondisi 1 +
Jadi pernyataan di atas dapat diterjemahkan menjadi persamaan AL = A.S+K.J Persamaan di atas merupakan rangkaian sederhana yang
memanfaatkan 2 gerbang AND dan 1 gerbang OR. Persamaan di atas dapat digambarkan menjadi :
A.S
A S
AL = A.S + K .J K J K.J
Gambar 3.1 Rangkaian gerbang untuk penyelesaian contoh 1 3.2 Aljabar Boolean Salah satu teori dasar teknik reduksi adalah aljabar Boolean. Seperti halnya matematika aljabar, aljabar boolean mempunyai hukum-hukum dan aturan-aturan. Dalam aljabar Boolean ada 3 hukum dan 10 aturan yang digunakan. 3.2.1 Hukum Aljabar Boolean Hukum aljabar Boolean antara lain : 1. Hukum Komutatif Pada perkalian A.B=B.A A.B.C = B.A. C
A B X = ABC
X = BAC
B A
X = B+ A
Gambar 3.3 Ilustrasi implementasi hukum komutatif pada penjumlahan Urutan variabel yang dimasukkan ke gerbang AND atau gerbang OR tidak masalah. Gerbang akan mengeluarkan level logika yang sama meskipun urutan variabel inputnya diubah-ubah. 2. Hukum Assosiatif Pada perkalian A.(B.C)=(A.B).C
X = A(BC )
A B
=
B C C
X = ( AB )C
X = A + (B + C)
=
B C
X = ( A + B) + C
Gambar 3.5 Ilustrasi implementasi hukum Asosiatif pada penjumlahan Urutan pengelompokan beberapa variabel yang diORkan atau diANDkan tidak masalah. Gerbang akan mengeluarkan level logika yang sama meskipun urutan pengelompokan tersebut diubah-ubah. 3. Hukum Distributif Distributif 1 A(B+C) = AB + A C
A A AB
X = A( B + C )
B C
X = AB + AC
AC
Distributif 2 (A+B).(C+D)=A.C+A.D+B.C+B.D
A C A X D
A B
A+ B
=
B C
X = ( A + B )(C + D)
C D C+D
X = AC + AD + BC + BD
B D
3.2.2 Aturan aturan Aljabar Boolean Aturan- aturan dalam aljabar Boolean antara lain: 1. A . 0 = 0 (sinyal apapun yang diANDkan dengan 0 hasilnya = 0)
0
Boolean
X = A.0 = 0
A 0 1 0 0 0 X 0 0
X= 0
2.
A 0 1
1 1 1
X 0 1
X= A
3.
A+0=A (sinyal apapun yang diORkan dengan 0 hasilnya = sinyal itu sendiri).
A X = A+0 = A
A 0 1 0 0 0 X 0 1 X= A
4.
X = A +1 = 1
X= 1
5.
A .A = A (sinyal apapun yang diANDkan dengan dirinya sendiri hasilnya = sinyal itu sendiri) A
A
A
0 1
X = A. A = A
0 1
X 0 1
X= A
6.
A+A=A (sinyal apapun yang diORkan dengan dirinya sendiri, hasilnya = sinyal itu sendiri)
A X = A+ A = A
A 0 1 A 0 1 X 0 1
X= A
Gambar 3.13 Ilustrasi aturan 6 aljabar Boolean 7. A . A =0 (sinyal apapun yang diANDkan dengan
komplemennya hasilnya = 0)
A
A
X = A. A = 0
0 1
A
1 0
X 0 0
X= 0
8.
X = A+ A =1
A
0 1
A
1 0
X 1 1
X= 1
9.
A = A (sinyal apapun yang dikomplemenkan dua kali hasilnya = sinyal itu sendiri).
X = A= A
A
0 1
A
1 0
A
0 1
X 0 1
X= A
Gambar 3.16 Ilustrasi aturan 9 aljabar Boolean 10. a. b. A + AB = A + B A + AB = A + B jika dijumpai suatu ekspresi Boolean seperti A + AB ,
ekspresi tersebut dapat diubah atau disederhanakan menjadi A + B . Demikian juga jika dijumpai ekspresi A + AB , ekspresi tersebut dapat diubah atau disederhanakan menjadi A + B . Tabel 3.1 membuktikan kebenaran teori tersebut. Tabel 3.1 Tabel kebenaran untuk membuktikan aturan 10 aljabar Boolean A
0 0 1 1
B
0 1 0 1
A + AB
0 1 1 1
A+ B
0 1 1 1
A
0 0 1 1
B
0 1 0 1
A + AB
1 1 0 1
A+ B
1 1 0 1
Contoh soal 3-2: Dengan menggunakan aljabar Boolean, sederhanakan rangkaian logika seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.17.
X
A B
A+ B
( A + B ) BC
C BC
Gambar 3.17 Rangkaian logika untuk contoh soal 3-2 Penyelesaian: Persamaan boolean rangkaian logika tersebut adalah X = ( A + B ) BC + A Untuk menyederhanakan, pertama terapkan hukum ke 3 Aljabar boolean [ X = ( A + B ) BC + A = ABC + BBC ]: X = ABC + BBC + A Terapkan aturan 5 aljabar boolean ( B.B = B ) :
X = ABC + BC + A
Faktorkan BC berdasarkan hukum ke-1 dan ke-2 aljabar boolean: X = BC ( A + 1) + A Terapkan aturan 4 aljabar boolean ( A + 1 = 1) : X = BC.1 + A
Terapkan aturan 2 aljabar boolean ( BC.1 = BC ) : X = BC + A Dengan demikian hasil penyederhanaan akhir persamaan boolean rangkaian tersebut adalah:
X = BC + A
Rangkaian
gerbang
logika
setelah
penyederhanaan
tersebut
X = BC + A
Gambar 3.18. Hasil Penyederhanaan gerbang contoh soal 3-2 Contoh soal 3-3: Dengan menggunakan aljabar Boolean, sederhanakan rangkaian logika seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.19.
A A+ B ( A + B) B
BC C
Penyelesaian: Persamaan boolean rangkaian logika tersebut adalah X = ( A + B ) B + B + BC Untuk menyederhanakan, pertama terapkan hukum ke 3 Aljabar boolean [ X = ( A + B ) B = A B + B B ]: X = A B + B B + B + BC Terapkan aturan 7 aljabar boolean ( B B = 0) : X = A B + 0 + B + BC Terapkan aturan 3 aljabar boolean ( A B + 0 = A B ) : X = A B + B + BC Faktorkan B berdasarkan hukum ke-1 dan ke-2 aljabar boolean: X = B ( A + 1) + BC Terapkan aturan 4 aljabar boolean ( A + 1 = 1) : X = B.1 + BC Terapkan aturan 2 aljabar boolean ( B.1 = B ) : X = B + BC Terapkan aturan 10 (b) aljabar boolean ( B + BC = B + C ) : X = B+C Dengan demikian hasil penyederhanaan akhir persamaan boolean rangkaian tersebut adalah: X = B+C
Rangkaian
gerbang
logika
setelah
penyederhanaan
tersebut
B C
X = B +C
Hasil gerbang
Teorema De Morgan
Pada bagian sebelumnya, kita masih belum menggunakan gerbang gerbang-gerbang NAND dan NOR dalam rangkaian logika yang kita sederhanakan. Untuk menyederhanakan rangkaian yang mengandung gerbang NAND dan NOR, kita membutuhkan teorema yang dikembangkan oleh ahli matematika yang bernama Augustus De Morgan. Teorema ini memungkinkan kita untuk mengubah ekspresi boolean yang mempunyai dua atau lebih variabel yang terinvers bersama-sama dalam suatu gerbang logika menjadi variabel yang terinvers tunggal. Lebih jelasnya teorema De Morgan dituliskan sebagai berikut: A B = A + B A + B = A B Untuk tiga atau lebih variabel, berlaku: A B C = A + B + C A + B + C = A B C Sederhananya, untuk menggunakan teorema tersebut, pisahkan tanda inversi yang melingkupi semua variabel, kemudian jangan lupa ubah ekspresi AND menjadi OR atau sebaliknya ekspresi OR menjadi ekspresi AND.
Untuk mempermudah pemahaman anda terhadap teorema tersebut, perhatikanlah penerapan teorema tersebut pada gerbang NAND yang akan dipaparkan berikut. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.21, untuk menerapkan teorema De Morgan pada gerbang NAND, pertama-tama pisahkan tanda inversi yang berada di atas ekpresi A B , kemudian ubahlah ekpresi AND menjadi ekspresi OR. Persamaan yang baru akan menjadi X = A + B . Perhatikan bahwa
lingkaran kecil (tanda inversi) yang digunakan pada gerbang OR mewakili gerbang inverter. Dengan melihat tabel kebenaran kedua persamaan tersebut, dapat dibuktikan bahwa kedua persamaan tersebut menghasilkan output yang sama.
A
B
0 0 1 1
B
0 1 0 1
X X = AB= AB =
1 1 1 0
A
B 0
0 1 1
B
0 1 0 1
X = A +X = A + B B
1 1 1 0
Gambar 3.21 Penerapan teorema De Morgan pada gerbang NAND Dari Gambar 3.21 dapat diketahui juga bahwa sebuah gerbang AND yang outputnya diinvert (gerbang NAND) adalah sama dengan gerbang OR yang masing-masing inputnya diinvert, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, gerbang OR yang masing-masing inputnya diinvert adalah lambang lain dari gerbang NAND. Dengan menerapkan teorema De Morgan pada gerbang NOR, kita peroleh dua buah tabel kebenaran identik seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.22. Dari gambar tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebuah gerbang NOR dapat digantikan oleh sebuah gerbang AND yang masing-masing inputnya diinvert. Sebuah gerbang AND
yang masing-masing inputnya diinvert adalah lambang lain dari gerbang NOR.
A A
X = A+B
B
X = A B
B
A
0 0 1 1
B
0 1 0 1
X = A+ B
1 0 0 0
A
0 0 1 1
B
0 1 0 1
X = A B
1 0 0 0
Gambar 3.22 Penerapan teorema De Morgan pada gerbang NOR Contoh soal 3-4 Tulislah persamaan boolean untuk rangkaian yang ditunjukkan dalam Gambar 3.23. Gunakan Teorema De Morgan dan aljabar boolean untuk menyederhanakan persamaan tersebut. Gambar rangkaian hasil penyederhanaan tersebut.
Penyelesaian: Persamaan Boolean di X adalah: X = AB B + C Penerapan teorema De Morgan menghasilkan: X = ( A + B ) BC (Penggunaan tanda kurung dimaksudkan untuk mengelompokkan gerbang yang sama) Dengan menggunakan aturan aljabar Boolean diperoleh: X = A BC + B BC X = A BC + BC X = BC ( A + 1) X = BC Hasil penyederhanaan akhir adalah: X = BC Rangkaian hasil penyederhanaan ditunjukkan dalam Gambar 3.24
A B
t i d a k
d i p a k a i
x C
Gambar 3.24 Rangkaian hasil penyederhanaan contoh soal 3-4 Ingat kembali penerapan teorema De Morgan dari Gambar 3.22 bahwa sebuah gerbang AND dengan masing-masing inputnya diinvert sama dengan sebuah gerbang NOR. Oleh karena itu penyelesaian yang sama untuk contoh soal 3-4 dapat juga digambarkan sebagai sebuah gerbang NOR dengan B dan C sebagai input seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.25
X = B = C
C C
X = B + C = B C
Gambar 3.25 Rangkaian yang setara untuk penyelesaian contoh soal 3-4