You are on page 1of 3

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM WAHABI Nama Abdulah bin Abdul Wahab yang dikenal dengan gerakan Wahabi, sebenarnya

bukan istilah baku dalam literatur Islam. Banyak kalangan menilai bahwa gerakan Wahabi merupakan pelopor kebangkitan pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah[1] di Sudan, Sanusiyah[2] di Libia, Pan Islamismenya Jamaluddin Al-Afghani , Muhamamd Abduh di Mesir dan gerakan lainnya di benua India. Di kemudian hari gerakan ini terus berkembang dan tersebar tidak saja di Hijaz sendiri, bahkan sampai ke daerah lainnya. Pada akhirnya, istilah salafi melekat kuat hingga sekarang sebagai penerus gerakan Wahabi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, dakwah ini mengalami pasang surut dan tampak adanya kesan saling tarik menarik di antara kader-kadernya. Tak jarang terlontar tuduhan sebagian kader sudah tidak konsisten lagi dengan jalur dakwah yang diemban, bahkan tudingan jumud dan apatis dilontarkan. Riwayat Singkat Penggagas Gerakan Wahabi Muhamad bin Abdul Wahhab At-Tamimi al-Najdi (1703-1791 M) lahir di Uyainah, daerah sebelah barat kota Riyadh. Ayahnya pernah menjabat ketua jabatan agama setempat, sedang kakeknya pernah menjabat qadhi (mufti besar). Abdul Wahab pernah belajar di Mekah selama beberapa waktu, kemudian meneruskan ke Madinah dan berguru pada dua ulama besar yang kelak membentuk pemikirannya, yaitu Syaikh Abdulah bin Ibrahim An-Najdi dan Syaikh Muhamamd Hayah Al-Sindi. Setelah menyelesaikan studinya, beliau meneruskan ke Basrah. Di Kota ini ia mempelajari hadits, fiqh dan ushul fiqh dan lainnya. Abdul Wahhab memulai dakwahnya di Basrah, tetapi dakwahnya tidak mendapat simpati. Beliau kemudian mengembara ke beberapa negeri muslim. Dakwahnya disambut ketika berada di Diriyyah. Bahakan dijadikan guru dan dimuliakan oleh penguasa setempat, Muhamamd bin Suud yang berkuasa pada tahun 1139-1179 H. Gerakan ini terus berkembang dan menjadi semacam gerakan nasional di seluruh wilayah Saudi Arabia hingga hari ini.

Pokok Ajaran Muhamad bin Abdul Wahhab Abdul Wahhab muncul menjadi pelopor gerakan ishlah (reformasi) yang muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan berpikir di dunia Islam (abad ke 12 Hijriyyah). Dakwah ini menyerukan agar akidah Islam dikembalikan kepada makna dasarnya dengan membersihkan keimanan dari syirik, bidah, khuradfat dan dari segala manifestasinya. meraka melarang membangun bangunan di atas kuburan, menyelimutinya atau memasang lampu di dalamnya. Mereka juga melarang orang meminta kepada kuburan, orang mati, dukun, peramal, dan tukang sihir. Mereka juga melarang tawassul dengan menyebut nama orang shaleh seperti kalimat bi jaahi rasul atau keramatnya syaikh fulan dan fulan. Dakwah ini telah membangun umat Islam di bidang akidah yang telah lama jumud akibat kemunduran Islam. Mereka memperhatikan pengajaran dan pendidikan umum serta merangsang para ulama dan cendikiawan untuk kembali membuka literatur dari sumber yang mutabar, sebelum menerima sebuah pemikiran baru. Mereka tidak mengharamkan taqlid, namun meminta agar umat ini mau lebih jauh meneliti dan merujuk kembali pada nash dan dalil dari kitabullah dan sunnah Rasul SAW serta pendapat para ulama salafusshalih. diantara tokoh ulama yang sering mereka jadikan rujukan adalah Ahmad bin Hambal, Ibnu Taimiyyah, dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah. GERAKAN-GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM Gerakan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab ini dinamakan Gerakan Wahabi sebagai ejek-ejekan oleh lawan-lawannya. Hal-hal yang ditekankan oleh gerakan ini adalah : 1. Penyembahan kepada selain Allah adalah salah, dan siapa yang berbuat demikian ia dibunuh. 2. Orang yang mencari ampunan Allah dengan mengunjungi kuburan orang-orang sholeh, termasuk golongan musyrikin. 3. Termasuk perbuatan musyrik memberikan pengantar dalam sholat terhadap nama Nabinabi atau wali atau Malaikat ( seperti sayidina Muhammad ). 4. Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas Alquran dan Sunnah, atau ilmu yang bersumber kepada akal pikiran semata-mata.

5. Termasuk kufur dan ilhad yang menginkari Qadar dalam semua perbuatan dan penafsiran Quran dengan jalan tawil. 6. Dilarang memaki buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan doa-doa (wirid ) cukup menghitung dengan jari. Sumber syariat Islam dalam soal halal dan haram hanya Alquran semata-mata dan sumber lain sesudahnya ialah sunnah Rasul. Perkataan ulama mutakallimin dan fuqaha tentang haram-halal tidak menjadi pegangan, selama tidak didasarkan atas kedua sumber tersebut. Pintu Ijtihad tetap terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, asal sudah memenuhi syarat-syaratnya. Sifat gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar tenaga yang sanggup mengoncangkan dan membangkitkan kembali kesadaran kaum muslimin yang sedang lelap tidur dalam kegelapan. Bersama dengan Ibnu Suud, pendiri Dinasti Suudiyah ( Saudi Arabia ) berjuang dengan sikap pantang menyerah. Ibnu Suud dalam menjalankan roda pemerintahannya dilhami oleh syaikh Muhammad.

You might also like