You are on page 1of 10

PENGARUH BEBAN OPERASIONAL PENERBANGAN PT GARUDA INDONESIA TERHADAP

TINGKAT PENDAPATAN JASA PENERBANGAN PERIODE 2005-2011


Oleh:
SITI ALIYAH NUR KHOLISHAH
(109082000107) No.HP 085693099205
NURUL HIDAYATI
(109082000108) No. HP 085694741992
Dosen Pembina: Tony S. Chendrawan, ST. SE., MSI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
The Effect of Flight Operations Expenses PT Garuda Indonesia on Income Level of Service Flight Period 2005-2011
This research purpose to detect how operation expenses to Income level of service flight PT. Garuda Indonesia Persero.
Data is secunder data, where data got from website PT Garuda Indonesia. Data obtained from annual report PT Garuda Indonesia
Period 2005-2011. In annual report presented financial statement. From financial statement counted operation xpenses and Income
level of service flight.
The research that used with us is taken the sample of our research is Garuda Indonesia company in 7 years, this sample is
make our research easily than we have to inspect all years from the beginning this company until now. We use survey method and the
prosedure of our research using time series because we inspect 1 company but in many years that is 5 years.
The result of this research is in simultanly the inspecting between operating cost PT Garuda Indonesia company to income
level of service in 7 years is effecting positively and the significant to operating cost PT Garuda Indonesia company the amount is
0,85 , temporally in partially, and the other factors that effecting the amount grades is 0,15 influenced by count 0,8 while F table
22,79 equal T count is bigger than T table 2,447 of matter this means that calculation expressing acceptable positive and strong
relation.
Keywords: Operation Expenses, Income level of service flight
I. PENDAHULUAN
Dunia bisnis selalu terkait dengan yang namanya
persaingan. Globalisasi merupakan faktor yang
memperkuatnya persaingan dalam bisnis. Perusahaan
yang memiliki daya saing yang tinggi dari berbagai
tingkatan mulai dari nasional sampai tingkat
internasional, maka akan mampu bertahan.
Kebertahanan suatu perusahaan adalah prioritas
dari setiap perusahaan. Salah satu cara agar mampu
bersaing dan bertahan adalah dengan strategi
manajemen yang baik. Tujuan perusahaan komersial
adalah untuk mencapai profit yang tinggi. Elemen
dalam tolak ukur profit biasanya adalah dilihat dari
besarnya pendapatan usaha.
Banyak strategi yang harus dimiliki perusahaan
untuk mencapai pendapatan yang tinggi. Baik bagi
perusahaan dagang maupun perusahaan jasa, haruslah
memiliki kualitas produk yang baik bagi klien atau
pelanggan.
Inovasi serta mampu menjawab segala kebutuhan
konsumen, senjata produsen yang harus tajam. dalam
artian sesuai dan tepat sasaran. Sehingga pelanggan
loyal dan melekat dalam produk yang dikeluarkan
produsen atau perusahaan tersebut.
Dalam dunia bisnis tak kenal batasan waktu dan
jarak. Kecanggihan teknologi telah menembus batasan
yang tersebut. Globalisasi dan teknologi kini telah
menjadi dua sisi mata uang logam yang sulit
dipisahkan.
Waktu menjadi harga yang mahal bagi setiap
individu aktif dizaman sekarang ini. Waktu bagi
mereka seperti mesin uang. Ketika mesin uang terhenti
semenit saja maka mempengaruhi siklus lainnya. Selain
itu bagi individu aktif batasan jarak antar kota, pulau
bahkan negara pun harus mampu ditembus.
Melihat adanya fenomena ini membuat semakin
pesatnya pertumbuhan bisnis transportasi baik darat,
laut dan udara. Terlebih dengan adanya masalah
kemacetan. Setidaknya adanya jasa penerbangan
menjawab permasalahan jarak dan waktu bagi mereka
konsumen yang membutuhkan. Oleh karena itu banyak
sekali perusahaan yang berkembang di Indonesia yang
bergerak di bidang jasa penerbangan. Salah satunya
adalah PT Garuda Indonesia (persero).
Perusahaan Penerbangan PT Garuda Indonesia
(Persero), atau disingkat Garuda Indonesia, merupakan
maskapai penerbangan yang cukup disegani di
kawasannya. Garuda Indonesia mengoperasikan
sebanyak 49 pesawat terbang yang melayani berbagai
destinasi domestik dan internasional di kawasan Asia-
Pasifk, dan Timur Tengah. Garuda Indonesia juga
memiliki berbagai usaha di bidang pariwisata dan
hospitality (Aerowisata), sistem reservasi (Abacus
Distribution Systems), penyedia layanan teknologi
informasi travel dan transportasi (Lufthansa Systems
Indonesia) dan pemeliharaan pesawat terbang (Garuda
Maintenance Facility AeroAsia) dan seluruhnya
mempekerjakan lebih dari 5.900 karyawan. Di tahun
006, Garuda Indonesia melayani sekitar 39.000
penerbangan dengan jumlah penumpang mencapai
lebih dari 9 juta orang.
Tabel.1
Beban Operasional Penerbangan dan Pendapatan Jasa Penerbangan Tahun 2005-2011
Tahun Beban Operasional Penerbangan Pendapatan Jasa Penerbangan
2005 6.724.294.914.210 11.538.166.118.993
2006 6.801.782.012.831 12.343.167.640.539
2007 7.271.032.162.126 14.213.489.645.359
2008 9.947.992.668.187 19.349.675 .420.104
2009 8.096.690.036.626 17.860.373.610.109
2010 11.512.752.414.696 19.534.331.480.504
2011 15.848.635.480.137 27.164.569.877.846
Sumber: annual report garuda Indonesia 2005-2011 (diolah)
6,724
11,538
6,802
12,343
7,271
14,213
9,947
19,350
8,097
17,860
11,513
19,534
15,848
27,165
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
beban operasional
pendapatan jasa
Gambar I. Beban operasional dan Pendapatan (Dalam Triliun Rupiah) PT garuda Indonesia (persero) 2005-2011
sumber: www.garuda-indonesia.com(diolah)
Berdasarkan sajian table dan grafik
diatas terlihat bahwa setiap tahunnya
pendapatan usaha PT Garuda Indonesia
(persero). Pada tahun 2011 terjadi
peningkatan pendapatan sebesar 39,1%,
beban operasional pun meningkat 33%.
Menurut laporan direktur utama Pada bulan
Februari 2011 Garuda Indonesia melakukan
penawaran umum saham perdana (initial
public offering/IPO) di Bursa Efek
Indonesia dan sukses meraih sebesar Rp 3,3
triliun. Penambahan modal tersebut telah
memperbaiki fundamental keuangan
Perusahaan, termasuk kemampuan arus
kasuntuk aktivitas investasi bagi peremajaan
armada Garuda Indonesia. Seiring dengan
peningkatan jumlah penumpang dan
efisiensi beban operasional secara
keseluruhan, Garuda Indonesia mampu
membukukan peningkatan pendapatan usaha
dan laba bersih yang signifikan pada tahun
2011. Secara perhitungan matematis selama
7 tahun peiode penelitian tahun 2011 terjadi
peningkatan pertumbuhan sebesar 6,25%.
Dan beban operasional meningkat sebesar
7,21 %.
Pertumbuhan pada tahun 2010
pendapatan meningkat 1,32% dan beban
operasional meningkat sebesar 5,78%.
Tahun 2006-2008 PT Garuda Indonesia
(persero) juga mengalami peningkatan.
Tahun 2006 pendapatan usaha meningkat
10,19%. Pertumbuhan pendapatan ditahun
inilah yang merupakan peningkatan tertingi
selama periode tujuh tahun, dalam penelitian
ini. Sedangkan, beban operasional
mengalami peningkatan 0,66%.
Di tahun 2007 beban operasionalnya
hanya meningkat 0,78% ini merupakan
peningkatan terendah yang selama periode
tujuh tahun. Namun peningkatan pendapatan
sebesar 1,53% lebih tinggi dari tahun
sebelumnya. Untuk tahun 2008 peningkatan
pendapatan dan beban operasional hamper
sejajar. Pendapatan meningkat 4,21%
sedangkan beban operasional meningkat
4,45%.
Tahun 2009 merupakan tahun yang
sulit bagi industri penerbangan sebagai
dampak dari krisis global. Industri
penerbangan dunia menghadapi harga avtur
yang melonjak secara signifkan sementara
jumlah penumpang dan angkutan kargo
menurun secara tajam, sehingga hal tersebut
mengakibatkan yield penumpang dan kargo
industri penerbangan global menurun hingga
sebesar 14%. Kondisi ini pada gilirannya
mengakibatkan pendapatan airline global
mengalami penurunan hingga 15% dan
industri penerbangan global mengalami
kerugian hingga sebesar US$ 9,4 miliar. Inte
rnational Air Transport Association (IATA)
melaporkan 26 perusahaan penerbangan
mengalami kebangkrutan dan berhenti
beroperasi sepanjang tahun 2009. Namun
secara perhitungan matematik selama eriode
tujuh tahun penurunan pendapatan sebesar
1,22% dan beban operasional menurun
3,08%.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengaruh Beban Operasional terhadap
Pendapatan Jasa
Perusaahaan dalam menjaga
keberlangsungan usahanya akan
menyusun suatu anggaran beban
operasional. Beban operasional
memiliki peranan yang aktif dalam
meningkatkan pendapatan usaha suatu
perusahaan. Beban operasional
merupakan bentuk tanggungjawab
manajemen atas pengendalian beban
operasional yang dikeluarkan dan
mendorong kebijakan yang telah
ditetapkan hubungannya dengan beban
operasional.
B. Teori Beban Operasional
Menurut M.Hanafi dan Abdul
Halim (2007:57) menyatakan bahwa :
beban operasional merupakan asset
keluar atau pihak lain memanfaatkan
asset perusahaan atau munculnya utang
atau kombinasi antar ketiganya selama
periode dimana perusahaan
memproduksi dan menyerahkan barang,
memberikan jasa, atau melaksanakan
aktivitas lain yang merupakan operasi
pokok perusahaan.
Secara umum beban operasional
diartikan sebagai beban yang terjadi
dalam kaitannya dengan operasi yang
dilakukan perusahaan dan diukur dalam
satuan uang (Fikri Zaenuri, 2012:18).)
beban operasional merupakan beban
yang dikeluarkan dalam proses untuk
menhasilkan pendapatan penjualan
(Weygandt et. al., 2007)
Menurut Suandy dan Jessica (2008)
menyatakan bahwa beban dapat
digolongkan dalam 2 (dua) golongan,
yaitu Beban operasional dan beban
nonoperasional. Beban operasional
adalah beban yang digunakan untuk
operasi perusahaan, seperti beban
operasional penerbangan. Beban
nonoperasional merupakan beban yang
tidak berhubungan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti beban
bunga. Beban operasional utama dalam
menopang kegiatan operasional
penerbangan, yaitu bahan bakar,
pemeliharaan dan perbaikan, serta
beban pelayanan penumpang.
C. Pendapatan Usaha (Jasa)
Menurut pengertian akuntansi
keuangan, pendapatan adalah
peningkatan jumlah aktiva atau
penurunan kewajiban suatu organisasi
akibat dari penjualan barang dan jasa
kepada pihak lain dalam periode
akuntansi tertentu. Pada perusahaan
jasa, pendapatan diperoleh dari
penyerahan jasa (Fuad et. al.,
2006:168).
Menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) (2007:23) pendapatan
adalah arus masuk bruto manfaaat
ekonomi yang timbul dari aktifitas
normal perusahaan selama periode yang
dapat menigkatkan tingkat equitas
dalam suatu perusahaan yang tidak
berasal dari kontribusi modal.
Pendapatan hanya terdiri dari arus
masuk bruto manfaat ekonomi yang
diterima oleh perusahaan untuk dirinya
sendiri. Jumlah yang ditagih untuk atau
dan atas nama pihak ketiga bukan
merupakan pendapatan karena tidak
menghasilkan manfaat ekonomi bagi
perusahaan dan tidak mengakibatkan
kenaikan ekuitas.
Menurut Accounting Principles
Board Statement (Assegaf, 2001:9) ada
tiga unsur pendapatan sebagia berikut:
1. Penjualan hasil produksi barang dan
jasa merupakan unsur pendapatan
pokok perusahaan
2. Imbalan yang diterima atas penggunaan
aktiva atau sumber-sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain dapat
menjadi unsur pendapatan lain-lain bagi
perusahaan jenis lain.
3. Penjuaan aktiva diluar barang dagang
merupakan unsue pendapatan lain-lain
suatu perusahaan.
Menurut IAI (2007:23) mendefinisikan
pengukuran pendapatan adalah proses
penempatan jumlah uang untuk mengajui
dan memasukan setiap unsure laporan
keuangan dalam lapoaran laba rugi. Menurut
Skousen dan Stice (Akbar, 2009:568)
terdapat lima dasar pengukurab dalam
pendapatan:
1. Biaya historis (historical cost) merupakan
nharga tunai ekuivalen yang diperlukan
untuk barang dan jasa pada tanggal
perolehan (akuisisi).
2. Biaya Pengantian saat ini (Current
replacement cost), merupakan harga tunai
yang kan dibayarkan sekarang untuk
membeli natau mengganti jenis barang atau
jasa yang sama yang tidak didiskontokan
yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaiakan kewajiban.
3. Nilai pasara saat ini (Current market value),
merupakan harga tunai ekuivalen yang dapt
diperoleh dengan menjual aktiva dalam
likuidasi sebelumnya atau yang
dilaksanakan searah.
4. Nilai bersih yang dapat di realisasikan (Net
realizable value), merupakn jjumlah kas
yang diharapkan akan diterima atau
dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau
kewajiban dalam kegiatan normal suatu
perusahaan.
5. Nilai sekarang atau diskonto, merupakan
aktiva yang dinyatakan sebesar arus kas
masuk bersih dimasa depan yang
didiskontokan dari nilai yang diharapkan
dapat memberikan hasil.
Teori Pendapatan (J.M. Keynes),
disebut juga dengan teori Liquidity
Preference yang menyatakan bahwa motif
seseorang senang memegang uang tunai
karena didorong oleh tiga motif, yaitu: motif
untuk bertransaksi, mbotif untuk berjaga-
jaga, motif spekulasi.
D. Teori Hipotesis
Pengertian Hipotesis Dalam Penelitian.
Hipotesa berasal dari penggalan kata hypo
yang artinya di bawah dan thesa yang
artinya kebenaran, jadi hipotesa yang
kemudian cara menulisnya disesuaikan
dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa dan berkembangan menjadi
Hipotesa.
Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno
Hadi adalah tentang pemecahan masalah.
Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan.
Permasalahan itu akan diselesaikan segi
demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi,
dan mencari jawaban melalui penelitian
yang dilakukan.
1. Jenis-jenis hipotesa
Menurut Suharsimi Arikunto, jenis
Hipotesa penelitian pendidikan dapat di
golongkan menjadi dua yaitu :
a. Hipotesa Kerja, atau disebut juga
dengan Hipotesa alternatif (Ha).
Hipotesa kerja menyatakan adanya
hubungan antara variabel X dan Y,
atau adanya perbedaan antara dua
kelompok.
b. Hipotesa Nol (Null hypotheses) Ho.
Hipotesa nol sering juga disebut
Hipotesa statistik,karena biasanya
dipakai dalam penelitian yang
bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan statistik. Bertolak pada
pemikiran diatas dapat penulis
kemukakan bahwa dalam
penelitian ini penulis mengajukan
hipotesis kerja dan hipotesis nihil
(nol).
Satu hipotesis dapat diuji apabila
hipotesis tersebut dirumuskan dengan
benar. Kegagalan merumuskan
hipotesis akan mengaburkan hasil
penelitian. Meskipun hipotesis telah
memenuhi syarat secara proporsional,
jika hipotesis tersebut masih abstrak
bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji
secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan
hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa
ciri-ciri pokok, yakni:
a. Hipotesis diturunkan dari suatu teori
yang disusun untuk menjelaskan
masalah dan dinyatakan dalam
proposisi-proposisi. Oleh sebab itu,
hipotesis merupakan jawaban atau
dugaan sementara atas masalah yang
dirumuskan atau searah dengan tujuan
penelitian.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas,
dalam istilah yang benar dan secara
operasional. Aturan untuk, menguji satu
hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional
semua variabel dalam hipotesis dan
diketahui secara pasti variabel
independen dan variabel dependen.
c. Hipotesis menyatakan variasi nilai
sehingga dapat diukur secara empiris
dan memberikan gambaran mengenai
fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas
menyatakan kondisi, ukuran, atau
distribusi suatu variabel atau
fenomenanya yang dinyatakan dalam
nilai-nilai yang mempunyai makna
d. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya
nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan
preferensi subyektivitas tidak memiliki
tempat di dalam pendekatan ilmiah
seperti halnya dalam hipotesis.
e. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu,
instrumen harus ada (atau dapat
dikembangkan) yang akan
menggambarkan
f. ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji
dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab
peneliti dapat merumuskan hipotesis
yang bersih, bebas nilai, dan spesifik,
serta menemukan bahwa tidak ada
metode penelitian untuk mengujinya.
Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-
metode untuk mengujinya, baik metode
pengamatan, pengumpulan data, analisis
data, maupun generalisasi.
g. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus
bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan sebenarnya. Peneliti harus
bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan yang sebenarnya. Peneliti
harus memiliki hubungan eksplisit yang
diharapkan di antara variabel dalam
istilah arah (seperti, positif dan negatif).
Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat
umum. Hubungan antara X dan Y dapat
positif atau negatif. Selanjutnya,
hubungan tidak bebas dari waktu, ruang,
atau unit analisis yang jelas. Jadi,
hipotesis akan menekankan hubungan
yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah
hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal
tersebut, teori menjadi penting secara
khusus dalam pembentukan hipotesis
yang dapat diteliti karena dalam teori
dijelaskan arah hubungan antara
variabel yang akan dihipotesiskan.
h. Hipotesis harus menyatakan perbedaan
atau hubungan antar-variabel. Satu
hipotesis yang memuaskan adalah salah
satu hubungan yang diharapkan di
antara variabel dibuat secara eksplisit.
2. Fungsi Hipotesis
Menurut Indriantoro dan Supomo
(2002) hipotesis menyatakan hubungan
yang diduga secara logis antara dua
variabel atau lebih dalam rumusan
proposisi yang dapat diuji secara
empiris. Hipotesis dalam penelitian
kuantitatif dikembangkan dari telaah
teoritis sebagai jawaban sementara dari
masalah atau pertanyaan penelitian
yang memerlukan pengujian secara
empiris.
Beberapa fungsi penting hipotesis
dalam penelitian kuantitatif, antara lain
sebagai berikut (Indriantoro dan
Supomo, 2002):
a. Hipotesis menjelaskan masalah
penelitian dan pemecahan masalah.
b. Hipotesis menyatakan variabel-
variabel penelitian yang perlu diuji
secara empiris.
c. Hipotesis digunakan sebagai
pedoman untuk memilih metode-
metode pengujian data.
d. Hipotesis menjadi dasar untuk
membuat kesimpulan penelitian.
Budi Sasongko (2011) melakukan
penelitian tentang analisa pengaruh
biaya operasional terhadap tingkat
pendapatan pada PT Jasa Marga, Tbk
periode 2006-2011. Hasilnya
menyatakan besarnya pendapatan yang
diperoleh PT Jasa Marga, Tbk dalam
periode 5 tahun terkahir sangat
dipengaruhi dengan biaya operasional
yang dikeluarkan. Selain itu korelasi
antara biaya operasional dan
pendapatan jasa menunjukkan searah
dan sangat kuat. Berdasarkan argument
tersebut, peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H
a1
: Beban operasional berpengaruh
positif terhadap pendapatan jasa
III. METODE PENELITIAN
A. Sampel dan Prosedur
Populasi dalam penelitian ini
adalah PT Garuda Indonesia (persero)
segmen jasa penerbangan. Dalam laporan
keuangan yang dijadikan objek
penelitian merupak konsolidasi dari
berbagai segmen usaha Pt Garuda
Indonesia yan kami anggap sebagai
pupolasi. Sampel yang digunakan
menggunakan times series 7 tahun dari
banyak tahun yang ada untuk
mempermudah penelitian. Dan unit
analisis ini berfokus pada Sampel
segmen jasa penerbangan.
B. Pengujian Hipotesi
Untuk menguji hipotesis dalam
penilitian ini analisis jalur untuk
memperlihatkan hubungan antara variable
dependen dengan variable independen
bersifat korelatif dan kasualitas.
Untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel yaitu variabel X
dan Y dalam perusahaan PT Garuda
Indonesia (persero) yang berupa
Pendapatan dan merupakan variabel
dependent dan keuntungan atau profit
yang merupakan variabel independent.
Adapun uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis jalur
(path analysis) dan menggunakan time
series yang mana dilihat dari satu
perusahaan namun terdiri dari beberapa
tahun sample dari populasi tahun.
Y=a+Bx
C. Model Penelitian
Hubungan Struktur jalur antara
variabel X dan variabel Y dapat
dijelaskan sebagain berikut:
Gambar 3. Model Hubungan Antar
Variabel
IV. HASIL PENELITIAN
A. Pengaruh-Pengaruh beban operasional
terhadap pendapatan jasa yang
dihasilkan selama periode 5 tahun
secara simultan.
Analisis dalam data dalam
penelitian ini menggunakan metode
analisi jalur (path analysis). Adapun
persamaan yang diperoleh dari proses
analis adalah sebagai berikut:
Y= 8,295+0,8*X
Errorvar = 0,150
R
2
=0,850
Nilai R
2
atau koefisien determinasi
multiple sebesar 0,850 memperlihatkan
besarnya pengaruh bebanoperasional PT
Garuda Indonesia terhadap pendapatan
usaha (jasa penerbangan) yang dihasilkan
selama periode 7 tahun. Sementara itu
nilai errorvar yaitu sebesar 0,150
memperlihatkan besarnya pengaruh faktor
lain diluar pendapatan yang secara
keseluruhan terhadap pendapatan usaha
(jasa penerbangan) yang dihasilkan yaitu
sebesar 0,150.
Untuk mengetahui signifikan atau
tidaknya pengaruh tingkat pendapatan
secara keseluruhan terhadap tingkat
keuntungan yang dihasilkan secara
keseluruhan, maka dilakukan uji F.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Y
X
( )
|
|
.
|

\
|


=
2
2
1
1
R k
R k n
F
( )
( ) 850 , 0 1 1
850 , 0 1 1 7


= F
3333 , 28
150 , 0
25 , 4
= = F
Nilai F hitung kemudian
dibandingkan dengan dengan nilai F
tabel yaitu 22,79. Nilai F tabel ternyata
lebih kecil dari pada nilai F perhitungan
yaitu nilai 28,333 dengan 22,79, jadi
dapat disimpulkan bahwa H
1
diterima
dan H
0
ditolak dan tingkat signifikansi
uji F bisa dilihat dari tabel SPSS yaitu
sebesar 0,003 < 0,05 yang artinya
memiliki tingkat signifikansi. Dengan
kata lain secara simultan beban
operasional memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan usaha.
Tabel 2.
Nilai F hitung Nilai F tabel Kesimpulan
28,3333 22,79 Signifikan
B. Pengaruh beban operasional PT
Garuda Indonesia terhadap
pendapatan usaha yang dihasilkan
selama periode 7 tahun secara parsial.
Koefesien regresi tingkat
pendapatan (X) adalah 0,8. Hal ini
menunjukan bahwa setiap peningkatan
variabel beban operasional sebesar satu
satuan nilai akan meningkatkan tingkat
pendapatan jasa (Y) sebesar 0,8. Satu
satuan nilai dengan asumsi variabel
lainnya adalah konstant.
Dari persamaan yang didapat kita
dapat mengetahui hasil pengujian secara
parsial antara pendapatan usaha (Y)
dengan beban operasional (X), dengan
cara membandingkan T hitung dengan T
tabel. Jika T hitung nilainya lebih besar
dibanding dengan nilai T tabel, maka
Hipotesis yang diajukan adalah
signifikan. Artinya bahwa tingkat biaya
operasional memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pendapatan
jasa. Sebaliknya apabila nilai T hitung
nilainya lebih kecil dibanding dengan
nilai T tabel, maka Hipotesis yang
diajukan adalah tidak signifikan.
Dari persamaan diatas dapat kita
lihat nilai T hitung nilainya sebesar
4,324. Bila kita bandingkan dengan nilai
T tabel (2,447) yang diperoleh melihat di
tabel T makadiperoleh nilai sebesar 2,447
dapat kita simpulkan bahwa secara parsial
variabel beban operasional (X)
berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pendapatan jasa (Y) .
C. Uji Hipotesis
Hasil perhitungan diatas dan
perbandingan antara T hitung dengan T
tabel. Jika T hitung nilainya lebih besar
dibanding dengan nilai T tabel, maka
Hipotesis yang diajukan adalah signifika
yang berarti beban operasional
mempenagruhi tingkat pendapatan jasa.
Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak
dan H1 diterima, karena sesuai dengan
tabel T, Ho ditolak dan H1 diterima
apabila nilai signifikansinya lebih dari 0,5
atau setengah dari 1.
V. IMPLIKASI PENELITIAN
Implikasi penelitian pengaruh biaya
operasional terhadap pendapatan usaha
selama periode 7 tahun terhadap perusahaan
PT Garuda Indonesia (persero) memiliki
tingkat signifikansi yang baik karena dalam
hipotesis dijelaskan bahwasanya Ho ditolak
dan H
1
diterima. Nilai F hitung
dibandingkan dengan dengan nilai F tabel
yaitu 22,79. Nilai F hasil perhitungan diatas
ternyata lebih besar dari pada nilai F pada
tabel yaitu nilai 28,3333 dengan 22,79 maka
sudah dipastikan pengaruh biaya operasional
dengan pendapatan usaha sangatlah
berpengaruh kuat. Koefesien regresi tingkat
pendapatan (X) adalah 0,8, hal ini
menunjukan bahwa setiap peningkatan
variabel pendapatan jasa sebesar satu satuan
nilai akan meningkatkan pendapatan jasa
(Y) sebesar 0,8. Satu satuan nilai dengan
asumsi variabel lainnya adalah konstant.
Jadi jika terjadi perubahan X sebesar
mungkin akan berpengaruh terhadap nilai Y
karena dalam persamaan statisitk Y=a+Bx.
DAFTAR PUSTAKA
Chendrawan, Tony, Pengaruh Penerapan Total
Equity Management Terhadap Perilaku
Produktif Karyawan, Vol. 121, Edisi Februari
2011.
Fikri Zaenuri, Analisis Pengaruh Variabel Biaya
Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah,
bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate terhadap
Margin Murabahah, FE UI,Jakarta, 2012.
Fuad M., H. Christin, Nurlela, Sugiarto, Paulus,
Y.E.F, Pengantar Bisnis, Cetakan Kelima, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006
Ghozali Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori
Akuntansi: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Indriantoro Nur, Supomo Bambang, Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen, Cetakan Kedua, BPFE,
Yogyakarta, 2002
Suandy Erly, Jessica, Praktikum Akuntansi Manual
dan Komputerisasi dengan MYOB, Salemba
Empat, Jakarta, 2008.
Stice K. Earl, Stice D. James, Skosusen Fred. K.
2004. Intermediate Accounting, Ed 15. Jakarta:
Salemba Empat
Weygandt Jerry J, Kieso Donald E, Kimmel Paul D,
Accounting Principles-Pengantar Akuntansi,
Edisi Ketujuh, Salemba Empat, 200

You might also like