You are on page 1of 17

LAPORAN KASUS

HUBUNGAN PERUBAHAN SISTEM IMUNOLOGI PADA GERIATRI DAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

DISUSUN OLEH ANGGI PRASETYO 1102009031 BLOK ELEKTIF GERIATRI Tutor : dr. Hj. Rika Yuliwulandari MSc

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2012

Hubungan Perubahan Sistem Imunologi Pada Geriatri dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas Abstrak
Objective : The function of the immune system (immunocompetence) decreased along with ages. The ability of the body's immunity against infections including the immune response also decreased with increasing age. When the body is getting older, dysregulation of immune function may occur (immunosenescence). These include humoral immunity, cellular and innate immunity (natural). The factors that led to easy elderly people contracting infections, particularly acute respiratory infections. The factors that led elderly people contracting infections easily, particularly acute respiratory infections. Case report : Mrs. N easily get cough and cold when the bad weather and because the immunity is decreasing. Methods : The author supplied data based on direct anamnesis with the patient who has the expereience in working as a construction worker. Discussion : The immune system of an organism is an essential component of the defense mechanism aimed at combating pathogenic stress. Age-associated immune dysfunction, also dubbed immune senescence, manifests as increased susceptibility to infections. Conclusion: Epidemiological studies show that found increasing incidence of various diseases, especially infectious diseases. Among all deaths , 30% due to infectious disease. Despite the reduced portion of the components of the immune system are affected, anatomical changes and organ function that is responsible for increased sensitivity to ifeksion . Immune response to new antigens rely on nave T cells (CD4). In normal circumstances, usually nave T cells will migrate to the lymphoid organs organs, stimulate the primary immune response to an antigen. The body also form memory T cells, to deal with an infection that has ever happened before. The more a person exposed to the antigen, the more memory T cells are formed, so that the proportion of nave T cells is reduced. There is a shift in aging T cells that were previously dominated by nave T cells into memory T cells, and there is an imbalance between CD4 and CD8. These cause an immune response to a new infection, including vaccination responses. In addition, the T cell response to the stimulus also decreased. An interruption occurs T cell proliferative capacity, decreased stimulation of IL-2 were formed and reduced CD4 T cell expression of IL-2 receptor. The immune system is responsible for the efficient rule out acute infection.

Latar Belakang Meningkatnya usia mempengaruhi aspek kehidupan manula, seperti terjadinya perubahan-perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut. Secara signifikan orang tua mengalami kasus mortalitas dan morbiditas lebih besar daripada orang muda. Kerentanan orang tua terhadap penyakit disebabkan oleh menurunnya fungsi sistem imun dalam tubuh mereka. Morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta
3

orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anakanak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan lanjut usia yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang terjadi. Diperkirakan mengalami 3 6 episode ISPA setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari kunjungan ke puskesmas mencapai 40 60 % adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan ISPA adalah karena pneumonia. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi, kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit kurang gizi.. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 20 %. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10% pertahun, berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta Fungsi sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi juga menurun termasuk kecepatan respons imun dengan peningkatan usia. Hal ini bukan berarti manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di samping itu, produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok lansia kurang efektif melawan penyakit. Dalam case report ini akan dibahas mengenai pengaruh perubahan sistem imun pada usia lanjut terhadap ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
5

Deskripsi Kasus Ny. N berusia 70 tahun mengeluh penyakit batuk dan pilek yang selalu datang disaat cuaca yang sedang musim hujan dan kemarau. Penyakit batuk dan pilek disertai demam dialaminya sejak usianya semakin tua, keadaan ini membaik apabila Ny. N mengkonsumsi obat-obatan seperti OBH combi, dan panadol yang mengurangi pilek dan batuknya. Begitu wanita yang bekerja sebagai petani di Salatiga menyampaikan. Pada tahun pertengahan 2009 Ny. N memeriksakan kondisi penyakit nya itu ke perawat panti yang bertugas dan didiagnosis oleh dokter sebagai flu dan batuk biasa (ISPA), dengan keluhan utama pilek, suara yang serak, batuk yang mengeluarkan dahak serta disertai demam. Dari pemeriksaan fisik hanya didapatkan tinggi badan 140cm dan tekanan darah 120/80mmHg. Pengobatan yang didapat dari perawat tersebut dimana Ny. N diobati dengan diberikan Amoxcilin, Panadol dan OBH combi.Sesaat setelah meminum obat tersebut Ny. N merasakan batuk dan pilek dan demamnya membaik.Obat yang beliau konsumsi pun habis dan Ny. N merasakan bahwa kondisi badannya sudah enakan.Selang beberapa minggu dan pada saat musim hujan datang serta keadaan sekitar yang dingin maka beliau pun kembali merasakan gejala yang sama. Ny. N masuk kepanti Tresna Werda Budhi Mulya III Ciracas pada bulan febuari 2009,dikarenakan terlantar di Jakarta selama 1 bulan untuk mencari alamat anaknya yang kerja di daerah Jakarta Timur dan Ny. N sudah bertanya ke setiap orang yang beliau jumpai tapi tak kunjung bertemu. Ny. N pun kebingungan hidup sebatang kara di Jakarta tanpa sanak saudara ataupun orang yang dikenal.Akhirnya beliau pun memutuskan tidur di bawah kolong jembatan. Hari pun kian berlalu seiring rasa sedih yang tak kunjung menemukan anak yang beliau sayangi tersebut.Ny. N pun terkena penjaringan orang-orang jalanan yang dilakukan petugas Dinas Sosial dan berhubung umur beliau yang sudah lanjut usia, maka di masukan ke di panti Tresna Werda Budhi Mulya III Ciracas. Ny. N merasa senang karena banyak teman dan banyak kegiatan di panti werda seperti olahraga, pengajian, membuat bunga dari bahan rajutan. Ny. N
5

mendapatkan makanan dari panti werda ini 3 kali sehari, hanya saja ia mengeluhkan bahwa nasi dan lauk pauknya sedikit. Ny. N juga mengatakan bahwa kalau ia sakit, ia tinggal bilang ke petugas di panti werda dan akan diberikan obat.

Diskusi Kasus Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindugan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Konsep imunitas adalah suatu mekanisme yang bersifat faali, melengkapi manusia dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat sebagai sesuatu yang asing terhadap dirinya. Selanjutya tubuh akan mengadakan tindakan netralisasi untuk melenyapkan atau memasukkan ke dalam proses metaolisme, dengan akibat menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuhnya sendiri.
2,4

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa pada usia lanjut dijumpai naiknya insidens dari berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi. Diantara seluruh kematian pada usia lanjut, 30% diakibatkan penyakit infeksi. Meskipun berkurangnya sebagian dari komponen sistem imun yang terkena, perubahan anatomis dan fungsi organ yang bertanggungjawab terhadap meningkatnya kepekaan terhadap ifeksi pada usia lanjut. Permukaan mukosa, kulit, sel silia, air mata, pH cairan lambung, aktifitas mekanik seperti : bernafas dan batuk, semuanya penting sebagai barrier terhadap infeksi. Meningkatnya usia mengakibatkan sekresi mukus lambat, angka klirens dan jumlah mukus total berkurang, sekresi kelenjar keringat berkurang, kulit cenderung kering, pH cairan lambung meningkat.Semua hal tersebut di atas dapat menimbulkan kolonisasi yang meningkat oleh karena tubuh tidak efisien menghilangkan bakteri dan virus. 1,3 Untuk mempelajari pengaruh usia terhadap system imun dan terjadinya infeksi, maka harus di pertimbangkan eratnya kaitan saat perubahan-perubahan sistem imun yang mulai terjadi dalam rentang hidupnya seperti: 4 a. Kelenjar Timus Kelenjar timus termasuk dalam organ limfoid primer pada mamalia dan pengecilannya dikenal sebagai involusi yang merupakan gejala umum menyertai proses penuaan pada
6

manusia. Pemeriksaan anatomis pada kelenjar timus menunjukan bahwa ukuran maksimal pada usia pubertas, dan dengan meningkatnya usia terjadi proses pengecilan. Pada usia 45 50 tahun jaringan kelenjar timus tinggal hanya sebesar 5 10% saja. Telah diketahui bahwa kelenjar timus sebagai kelenjar hormone sekaligus merupakan tempat diferensiasi sel-sel limfosit T sampai menjadi sel imunkompeten. Pada manusia kabar hormon ini mulai menurun pada usia 20 30 tahun dan pada usia 60 tahun sudah sulit untuk diukur kadarnya. Meskipun berkurangnya sebagian dari komponen sistem imun yang terkena, perubahan anatomis dan fungsi organ yang bertanggung jawab terhadap meningkatnya kepekaan terhadap ifeksi pada usia lanjut. Respon imun terhadap antigen baru bergantung pada sel T nave (CD4). Pada keadaan normal, sel T nave biasanya akan bermigrasi ke oragan-organ limfoid, merangsang respon imun primer terhadap antigen. Tubuh juga membentuk sel T memori, untuk menghadapi infeksi yang pernah terjadi sebelumnya. Semakin banyak seseorang terpapar antigen, maka makin banyak sel T memori yang terbentuk, sehingga proporsi sel T nave menjadi berkurang. Pada penuaan ada pergeseran sel T yang sebelumnya diidominasi oleh sel T nave menjadi sel T memori, dan terjadi ketidakseimbangan antara CD4 dan CD8. Ini menyebabkan gangguan respon imun terhadap infeksi baru, termasuk respon vaksinasi. Selain itu, respon sel T terhadap stimulus juga menurun. Terjadi gangguan kapasitas proliferasi sel T, penurunan perangsangan IL-2 yang membentuk sel T CD4 dan berkurangnya ekspresi reseptor IL-2. Sistem imun ini bertugas untuk menyingkirkan infeksi akut secara efisien. 7,15
b. Kelenjar limfe, patches Peyers dan limfa

Organ limfoid sekunder seperti : limpa, kelenjar limfe, patches Peyers yang tersebar di dinding saluran cerna, tonsil dan apendiks merupakan tempat sel limfosit dewasa memberi respon terhadap antigen. Organ ini diperlukan untuk proliferasi dan diferensiasi limfoid yang sudah tersensitisasi dan berfungsi menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif serta merupakan tempat utama produksi antibody dan sensitisasi sel T yang antigen spesifik. Meskipun tidak ada perubahan morfologi akibat proses penuaan, tetapi consensus umum menunjukan bahwa pengaruh terbesar pada sel B dan perubahan tidak pasti pada jaringan yang di dominasi oleh sel T. Mucosal-associated lymphoid
7

tissue (Malt) merupakan sepertiga bagian dari semua limfoid tampak berubah dengan proses penuaan. 15,16 Imunitas seluler tergantung pada integritas fungsional limfosit T. manifestasi yang nyata adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat dan penolakan jaringan asing. Pada usia lanjut dengan adanya penurunan respon imun seluler, maka manifestasi hipersensitivitas tipe lambat setelah mendapat uji kulit jelas dibandingkan dengan orang yang lebih muda usianya. Perubahan respons imun seluler pada kelompok usia lanjut mungkin disebabkan oleh perubahan terhadap antigennya atau kehilangan imunologiknya. Hal ini dibuktikan dengan tes trochlorobenzene, ternyata pada usia di atas 70 tahun sebesar 70% tidak memiliki kenangan imunologiknya, sedangkan pada usia muda 95% menunjukkan hal tersebut. Keterlambatan membentuk limfosit T sitotoksik akan mengganggu respon imun terhadap infeksi. 10,11 Kemampuan sistem imun humoral dapat dinilai dengan menghitung jumlah limfosit atau mengukur kadar immunoglobulin dalam serum. Usia yang bertambah akan diikuti oleh perubahan perbandingan subpopulasi limfosit T. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan kadar ig dan semakin tua seseorang, maka kadar IgM cenderung turun. Kenaikan kadar IgA dan IgG dalam serum diikuti kenaikan kadarnya dalam cairan otak. IgA merupakan bagian dari system imun sekretori yang berfungsi sebagai aktivitas antiviral seperti pada infeksi akibat rhinovirus, adenovirus, echovirus dan virus morbili.
12

Keadaan ini akan meningkatkan frekuensi infeksi dan

penyakit autoimun pada usia lanjut. Satu dari sebagian besar penyebab kesakitan dan kematian pada usia lanjut adalah infeksi akibat bakteri seperti : S. pneumonia dan E. coli. 10 Proses penuaan memperlihatkan produksi sitokin terganggu dan tidak efektifnya ekspresi dari reseptor Il-2 serta afinitas ikatannya dengan reseptor menurun. Il-2 merupakam limfokin yang bersifat mitogenikdan factor yang menyebabkan pertumbuhan sel Tdan mempunyai kemampuan meningkatkanrespons imun seluler melalui aktivitas sitotoksik limfosit T, aktivitas sel NK melalui interferon gamma maupun responshumoral dengan cara meningkatkan sintesis dan sekresi antibodi. Sedangkan Il-4 , Il-6 dan Tumor Necrosis Factor meningkat secara bermakna pada usia lanjut, akan tetapi aktivitas sel NK rendah yang berhubungan dengan rendahnya kadar Il-2 akibat menurunnya fraksi sel Th. Begitu pula aktivitas sitotoksik sel monosit. 1

Penyakit infeksi terjadi akibat interaksi antara pejamu dengan agen dan lingkungan. Adapun faktor resiko pejamu untuk terjadinya infeksi pada usia lanjut meliputi : pengaruh lingkungan, perubahan faali pada system organ dan system tubuh, penyakit ko-morbid yang meningkatkan suseptibilitas infeksi serta adanya gangguan mekanisme pertahanan tubuh. 6 Secara definisi ISPA berarti timbulnya infeksi di saluran nafas yang bersifat akut (awitan mendadak) yang disebabkan masuknya mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, jamur). Secara anatomis penyakitini dibedakan ISPA bagian atas dan ISPA bagian bawah. Batas antara kedua kelainan ini terletak dilaring. Infeksi yang mengenai laring ke atas disebut sebagai ISPA bagian atas, sedangkan bila mengenai dibawah laring disebut sebagai ISPA bagian bawah. 13 Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.14 Pada kasus Ny. N dia mengeluhkan gejala infeksi saluran pernapasan atas berupa : pilek, batuk dan demam yang sembuhnya hanya bila dia mengkonsumsi obat-obatan dan tak lama kemudian beliau mengidap penyakit yang sama dan dengan gejala yang sama, yang di akibatkan perubahan iklim yang kurang bagus. Pada kasus ini system imun atau ketahanan tubuh pada Ny. N sudah tidak sekuat pada saat beliau masih muda, ini disebabkan karena faktor umur yang
9

sudah menjadi semakin tua sehingga menyebabkan imun beliau pun menjadi semakin turun dan menjadi lebih mudah terkena infeksi.

Kewajiban berbakti kepada orangtua dalam Islam Sebagai seorang anak, sudah menjadi kewajiban kita untuk berbakti pada orangtua. Terlebih lagi jika orangtua kita sudah berusia lanjut, dimana biasanya kondisi tubuh mereka mulai lemah dan sakit-sakitan. Untuk itu, perlu kiranya kita sebagai anak mengetahui bagaimana cara merawat orangtua dengan baik. Kita perlu memahami bahwa setiap fase dalam hidup kita akan terus berjalan dan mengalami perubahan. Jika dulu orangtualah yang mengasuh kita sewaktu kecil dengan penuh ketelatenan, kini tiba saatnya kita membalas budi baik mereka dengan merawat mereka ketika telah lanjut usia. Proses bertukar peran ini merupakan hal yang sangat wajar dan perlu kita syukuri. Betapa tidak, bahkan terdapat hadits riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda : Celaka! Celaka! Dan benar-benar celaka! Ada yang bertanya, Siapa wahai Rasulullah?. Beliau menjawab, Orang yang mendapati salah satu atau kedua orangtuanya sampai lanjut usia, tetapi tidak bisa menyebabkan dia masuk surga (karena sikapnya kepada kedua orangtuanya). Banyak perubahan yang terjadi pada berbagai organ tubuh yang bisa kita temui pada orang yang berusia lanjut, seperti : kemampuan penglihatan dan pendengaran berkurang, jantung menjadi agak membesar, penggunaan oksigen secara maksimal makin menurun, tekanan darah meningkat, dinding pembuluh darah arteri meningkat, massa otot serta daya genggam tangan menurun, kapasitas pernapasan maksimal menurun, otak mengalami kemunduran serta kerusakan sel-sel saraf, daya tampung kandung kemih menurun sehingga makin sering kencing (bahkan kadang sampai mengompol), dan ginjal makin kurang efisien dalam membuang limbah dari aliran darah. Kondisi-kondisi seperti inilah yang akan memunculkan banyak permasalahan kesehatan pada orang yang lanjut usia. Banyak perubahan yang terjadi pada berbagai organ tubuh yang bisa kita temui pada orang yang berusia lanjut, seperti : kemampuan penglihatan dan pendengaran berkurang, jantung menjadi agak membesar, penggunaan oksigen secara maksimal
10

makin menurun, tekanan darah meningkat, dinding pembuluh darah arteri meningkat, massa otot serta daya genggam tangan menurun, kapasitas pernapasan maksimal menurun, otak mengalami kemunduran serta kerusakan sel-sel saraf, daya tampung kandung kemih menurun sehingga makin sering kencing (bahkan kadang sampai mengompol), dan ginjal makin kurang efisien dalam membuang limbah dari aliran darah. Kondisi-kondisi seperti inilah yang akan memunculkan banyak permasalahan kesehatan pada orang yang lanjut usia. 8 Dalam merawat orangtua yang telah lanjut usia, kita perlu mengetahui beberapa hal penting sebagai berikut:
1. Niatkan untuk mencari keridhoan Allah subhanahu wa taala

Dengan niat yang tulus ikhlas, kita akan melakukan pekerjaan dengan hati yang lapang, sehingga pekerjaan yang beratpun akan terasa ringan. Merawat orangtua bukan perkara yang sepele, karena dibutuhkan kesabaran, terlebih lagi jika orangtua kita sakit-sakitan, lemah, atau bahkan sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas secara mandiri.
2. Bertutur kata dan bersikap lembut

Seseorang yang berusia lanjut sangat rentan terhadap depresi. Mereka mudah bersedih dan stres karena memikirkan sesuatu hal. Dibutuhkan suasana yang hangat dan kekeluargaan supaya orangtua kita bahagia dan merasa diperhatikan. Selain itu, ajari anak-anak kita untuk menghormati dan menyayangi orangtua kita. Jika orangtua sudah mengalami penurunan pendengaran, maka hendaknya kita mendekat ketika berbicara pada mereka, dan bukan dengan berteriak atau bersuara keras. Jangan sesekali membentak mereka, karena hal tersebut akan sangat melukai hati orangtua yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik kita sedari kecil. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat 23 (yang artinya): Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (berbuat syirik) dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan
11

janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

3. Berolahraga bersama

Jika kondisi orangtua memungkinkan, sesekali ajak mereka berolahraga bersama anggota keluarga yang lain. Tentu saja kita harus menyesuaikan dengan kondisi fisik orangtua. Tidak perlu berolahraga secara berlebihan, yang penting dilakukan dengan benar dan secara rutin. Kita bisa memilih olahraga seperti jalan sehat, jogging, atau bersepeda santai. Berolahraga bersama anak dan cucu tentu akan menambah semangat dalam melakukannya.
4. Menyiapkan menu makanan sehat

Hendaknya kita tahu makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi orangtua kita dan makanan apa saja yang disarankan untuk dikonsumsi. Dengan begitu, secara tidak langsung kita sudah membantu mereka supaya tidak mengalami kekambuhan penyakitnya. Memasak makanan sendiri di rumah tentu saja lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya. Disamping itu, dengan memasak sendiri, kita bisa membuat variasi makanan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan orangtua kita.
5. Rutin memeriksakan kondisi kesehatan orangtua

Usahakan untuk mengingatkan dan menemani orangtua untuk kontrol ke dokter jika mereka membutuhkannya. Pada waktu pertemuan dengan dokter, hendaknya kita banyak bertanya mengenai penyakit yang diderita orangtua dan cara-cara perawatannya. Selain itu, ingatkan orangtua untuk meminum obat yang diberikan dokter secara teratur.

6. Jangan sepelekan keluhan orangtua

12

Walaupun terkesan sepele, keluhan dan curahan hati mereka pantas untuk kita dengar dan perhatikan. Terutama jika menyangkut keluhan seputar kesehatannya. Hal ini mengingat beberapa masalah pada orang berusia lanjut bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

7. Banyak belajar dan berlatih

Kita bisa menambah ilmu dengan membaca buku yang membahas tentang perawatan orang sakit di rumah. Selain itu, kita juga bisa bertanya bahkan berlatih tentang cara merawat orang sakit dari perawat atau dokter di sekitar kita. Misalnya, tentang bagaimana meminumkan obat yang benar, bagaimana cara membersihkan luka, mengganti perban, dan lain-lain. Terlebih lagi jika orangtua kita hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur, maka kita harus tahu bagaimana caranya mengganti posisi mereka (memiringkan, mendudukkan) supaya tidak terjadi ulkus decubitus (luka pada kulit karena terlalu lama berada pada posisi tertentu sehingga mengalami tekanan pada tempat yang sama). 9

Imam Bukhari memulai kitabnya ini dengan adab dan kewajiban berbakti kepada kedua kedua orangtua, karena adab dan kewajiban berbakti kepada orangtua adalah yang terdepan setelah adab kepada Allah Taala dan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam Allah Taala berfirman:

Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

13

Kedudukan hak orang tua adalah setelah hak Allah:

Sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dgn sesuatupun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. Kewajiban berbakti kepada orangtua ketetapan, bukan sekadar perintah.

Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Qs. Al-Isra : 23)

14

Kesimpulan Sistem imun akan mengalami perubahan dengan meningkatnya usia, terjadi kemunduran respon imun seluler dan humoral terhadap antigen dari luar dan peningkatan respon imun terhadap otoantigen. Perubahan tersebut berkaitan dengan kelenjar timus yang mengalami involusi serta keseimbangan antara limfosit T dan banyak faktor lain.

Ucapan Terima Kasih Saya ucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena tugas laporan kasus ini dapat selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada dosen-dosen yang telah membimbing saya, dr. Hj. Rika Yuliwulandari MSc yang telah meluangkan waktu untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Terima Kasih kepada dr.Hj. RW. Susilowati,Mkes dan DR. Drh. Hj. Tititek Djannatun sebagai koordinator blok elektif ini serta kepada dr. Faisal, SpPD, sebagai dosen pengampuh. Tentu saja, juga untuk pasien Ny.N, dan semua oma opa serta para petugas panti Tresna Werda Budhi Mulya III Ciracas. Selain itu, juga kepada keluarga dan teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus ini

15

Daftar Pustaka 1. Adler W.H., Nagel J.E Clinical Immunology. In : Hazzard W.R., Andres R., Bierman E.L.,Blass J.P(eds). Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. 2nd ed. McGrawhill.Inc.New York, 1990; 60-71. 2. Baratawidjaja K.G. Sistem Imun. Dalam : Baratawidjaja K.G(ed). Imunulogi Dasar. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1993; 3-14. 3. Soeharyo H, Budi-Riyanto. Pola Penyakit Infeksi pada Usia Lanjut. Dalam : R.BoedhiDarmojo, Hadi-Martono, Kris-Pranarka (eds). Naskah Lengkap Simposium Geriatri untuk mengantar purna bakti Prof.Dr.Boedhi-Darmojo. Bag/SMF Penyakit Dalam FK UNDIP / RS.Dr.Kariadi, Semarang 1994; 71-85. 4. Subowo. Sistem Imun pada Usia Lanjut. Dalam : Subowo (ed). Imunologi Klinik. Edisi Kesepuluh. Penerbit Angkasa, Bandung 1993; 183-85. 5. Subowo. Pendahuluan Imunologi. Dalam : Subowo (ed). Imunologik Klinik. Edisi Kesepuluh. Penerbit Angkasa, Bandung 1993; 1-16. 6. Yoshikawa TT. Approach to the diagnosis and Treatment of the infected older adult. In : Hazzard WR, Andres R, Bierman EL, Blass JP. (eds). Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. 2nd ed. McGraw-Hill, Inc. New York 1990; 1055-61. 7. Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH-KGer (2012). Geriatri dan Penuaan Sistem Imun. Maj Ethical Digest, 98(9):66-73. 8. Ibrahim bin Abdullah Musa Al-Hazimi, Buku Kisah-Kisah Teladan Bakti Anak kepada Ibu Bapak, Tahun 2001. Penerbit Media Hidayah, Yogyakarta. 9. David B. Reuben, MD dkk, Buku Geriatrics at Your Fingertips . Tahun 2001. Penerbit Excerpta Medica, Inc. USA. 10. Maria C Dao , Simin Nikbin Meydani. 2009. Micronurient status, immune respone and infectous disease in elderly pf less developed countries. 3:6-15. 11. S. Shizuko Morimoto, Ph.D. 2011. Immunity, Aging, and Geriatric Depression. 34(2):437449. 12. David H. Canaday. 2010. Influenza-induced Production of Interfereon-Alpha is Defective in Geriatric Individuals. 30(3):373-383. 13. A Plonquet. S Bastuji-Garin. 2011. Immune Risk Phenotype is Associated with Nosocomial lung Infections in Elderly in-Patients. 8:8-10. 14. Jessica B Lee, Mathias Oelke. 2011. Decline of Influenza-Spesific CD8 T cell repertoire in healthy geriatric donors. 3:9-10.

16

15. Subramaniam Ponnappan and Usha Ponnappan. 2011. Aging Immune Fuction: Molecular Mechanisms to Interverons. 14:1552-1572. 16. Abbe N. Vallejo. 2011. Immune Aging and Challenges for Immune Protection of the Graying Population. 5:339-345. 17. Janet E. Mcelhaney. 2007. Assessment of Market of the Cell-Mediated Immune Respone after influenza Virus Infection in Frail Older Adults. 2:840-844.

17

You might also like