You are on page 1of 2

Review Elitism, Populism and European Ch. II Losing Touch in a Democracy : Demands versus Need By: Robert E.

Lane

Asumsi dasar, konteks yang melatar belakangi, Diskusi yang berkembang, relevansi Kesimpulan

Dalam bab ini dijelaskan mengenai losing touch atau hilang kontak antara elite yang dipilih (elected elite) dan publik. Hal ini mengemuka menjadi perhatian penting kaitannya dnegan kesejahteraan public. Menurut bahasan lainnya bisajuga disebut dnegan the confidence ga atau publics alienation antara elite dan publik. Masalah ini tumbuh dar realitas meningktnya losing touch pada beberapa negara di daratan eropa. Kehilangan kontak yang dimaksud disini adalah keterkaitannya dengan representasi politik yang menyangkut dua teori terkemuka yaitu delegate theory dan trustee theory. Diskusi yang berkembang selanjutnya adalah membicarakan mengenai representasi terwakil dan responnya terhadap public yang terkangdung dalam dua teori diatas untuk membuka maksud dari kehilangan kontak. Teori delegasi adalah pewakil melakukam apa yang konsituen ingin pewkali untuk lakukanm atau meminta untuk tidak melakukan sesuatu. Toeri ini dapat dgunakan untuk menggambarkan system pewakilan mandatory yang ada di USA dan eropa. Teori wali (trustee) terwakil telah memberikan kepercayaannya terhadap pewakil. Dalam teori wali, pewakil mengetahui apa yang terbaik untuk konsituen mereka. Beberapa pemikir politik mengkhawatirkan tentang teori wali ini karena pewakil akan terjerums pada otiritas yang besar dan intepretasi otiritarian. Namun, menurut braybrooke dan griffin mendfinisikan kebutuhan manusia bukan sbeagai keinginan tanpa basis moral. Nussbaun mengatakan aristotelan existance untuk mendefinisikan hal yang begitu penting yang manusia tidak akan hidup tanpa hal tersebut yang merupakan kebutuhan yag harus dipenuhi oleh pewakil. Masalah yang timbul dalam teori delegasi ketika teori ini menyatakan bahwa barang public (kebutuhan) akan mudah dipenuhi ketiak setiap orang memilih sendiri apa yang berhubungan dengan kesejahteraanya. Konsep ini yang disebut dengan evaluative individualisme yag didsokong dengan system ekonomi yang memadai. Jadi, dua teori ini memberikan kesimpulan bahwa pewakil harus tetap keep in touch dengan cara mewakilkan kepentintangan pewakil dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Kemampuan individual dalam mewakilkan kepentingan pewakil terdapat beberapa batasan yang tidak dapat dilanggar. Berikut lima keterbatasan komeptensi manusaia dalam hal

mewakili kepntengan: (1) banyak orang mengerti mengengerti kepentingan yang terbaik bagi mereka snederi dan mengurutkanknnya berdasarakan prioritas, (2) kebanyakan orang dapat menjelaskan dan menjustufukasi tindakan mereka dalam kepentinga; (3) kebanyakan orang tahu gaimana menyalurkan kepentingan melalui kebijaka public; (4) kebanyakan orang mengetahui bagaimana cara memilih kandidat yang mewakili kpeentingan merka dan (5) kebanyakan orang mengetahui bagaimaca cara memonitor dari performance dari incumebent terkait dengan kepentingan individu. Ada bbeberapa hal yang membuat opini elite dan public berbeda, perbedaan ini berhasil dilihat dari penelitain mengenai opini public yaitu center for elctio studies (CES) if the university of Michigan dan European values studies (EVS) pada tahun 1982 dan 1990. (1) public kurang tertarik dengan politik dan kurang menykai dengan diskusi politik. (2) public kurang mendukung diskusi terbuka mempertarungkan opini dan lebh suka melarang diskusi yang menyangkut isu yang sensitive, (3) kurang toleran dan lebih suka menjudge terhadap kelompok yang tidak disukai. (4)

You might also like