Professional Documents
Culture Documents
?
sistem juga dengan energirata-ratanya. dikenal energi, sebagai hukum ataupun
Dalam mekanika statistika klasik, teorema ekuipartisi adalah sebuah rumusan umum yang merelasikan temperatur suatu Teorema ini
ekuipartisi, ekuipartisi
hanya ekuipartisi. Gagasan dasar teorema ekuipartisi adalah bahwa dalam keadaan kesetimbangan termal, energi akan terdistribusikan secara merata ke semua bentuk-bentuk energi yang berbeda;
contohnya energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan pada gerak translasi sebuah molekul haruslah sama dengan gerak rotasinya. Teorema ekuipartisi mampu memberikan prediksi-prediksi yang kuantitatif. Seperti pada teorema virial, teorema ekuipartisi dapat memberikan hasil perhitungan energi kinetik dan energi potensial rata-rata total suatu sistem pada satu temperatur tertentu, yang darinya kapasitas kalor sistem dapat dihitung. Namun, teorema ekuipartisi juga memberikan nilai rata-rata komponen individual energi tersebut, misalnya energi kinetik suatu partikel ataupun energi potensial suatu dawai. Contohnya, teorema ini dapat memberikan prediksi bahwa setiap molekul dalam suatu gas ideal monoatomikmemiliki energi kinetik ratarata sebesar (3/2)kBT dalam kesetimbangan termal,
teorema ini dapat diterapkan ke semua sistem-sistem fisika klasik yang berada dalam kesetimbangan termal tak peduli seberapa rumitnya sekalipun sistem tersebut. Teorema ekuipartisi dapat digunakan untuk
menurunkan hukum gas ideal dan hukum Dulong-Petit untuk kapasitas kalor jenis benda padat. Teorema ini juga dapat digunakan untuk memprediksi sifat dan ciri bintang-bintang, bahkan berlaku juga untukkatai putih dan bintang neutron, karena teorema ini berlaku pula ketika efek-efek relativitas diperhitungkan.
kesetimbangan
memprediksikan bahwa tiap atom gas mulia yang berada dalam kesetimbangan termal T memiliki energi kinetik translasi sebesar (3/2)kBT,
dengan kB adalah tetapan Boltzmann. Sebagai konsekuensinya, oleh karena energi kinetik sama dengan 1/2*mass*kecepatan2, atom yang lebih berat seperti xenonakan memiliki kecepatan rata-rata yang lebih lambat daripada atom yang lebih ringan seperti helium pada temperatur yang sama. Gambar di bawah menunjukkan distribusi Maxwell-Boltzmann kecepatan atom dari keempat gas mulia tersebut.
adalah helium (4He), neon (20Ne), argo n(40Ar) dan xenon (132Xe). Dimensi dari fungsi rapatan probabilitas adalah
probabilitas dikali dengan kecepatan invers. Oleh karena probabilitas tidak berdimensi, maka fungsi ini dapat diekspresikan dalam satuan detik per meter (s/m).
Energi
komponen
Kartesius
dari
kecepatan v. simbol
Di
digunakan
sebagai
energi
karena formalisme Hamiltonian memainkan peran pusat dalam perumusan umum teorema ekuipartisi. Oleh karena energi kinetika bersifat kuadratis terhadap kecepatan,
komponen-komponen
berdasarkan prinsip kedistribusian merata komponen kontribusi (ekuipartisi), ini akan ketiga
kesetimbangan termal. Sehingga energi kinetik rata-rata partikelnya adalah (3/2)kBT, sebagaimana yang diberikan pada contoh gas mulia di atas. Selanjutnya kapasitas kalor gas adalah (3/2) NkB, dan sehingganya kapasitas kalor satu mol partikel gas ideak tersebut adalah (3/2)NAkB = (3/2)R, dengan NA adalah tetapan Avogadro dan R adalahtetapan gas. Oleh karena R 2 cal/(molK), teorema ekuipartisi memprediksikan
bahwa kapasitas kalor molar gas ideal adalah kira-kira 3 cal/(molK). Prediski ini telah berhasil dikonfirmasikan melalui eksperimen. Energi kinetik purata memungkinkan kita juga untuk
dengan M = NAm adalah massa satu mol partikel gas. Hasil turunan ini dapat diterapkan ke dalam hukum Graham mengenai efusi.
dengan prinsip momen inersia I1, I2 dan I3 memiliki energi rotasi sebesar
dengan 1, 2,
dan 3 adalah
komponen kecepatan sudut. Dengan prinsip yang sama pada kasus translasi sebelumnya, teorema ekuipartisi mengharuskan bahwa dalam
kesetimbangan termal, energi rotasi rata-rata tiap partikel adalah (3/2)kBT. Teorema ini juga memungkinkan kita menghitung kecepatan sudut rata-rata molekul.
pada osilator harmonik seperti dawai yang memiliki energi potensial kuadratik
dengan a menunjukkan
kekakuan
dawai
dan q adalah
penyimpangan
dari
kesetimbangan. Jika sistem berdimensi satu ini bermassa m, maka energi kinetik H-nya adalah
dengan v dan p = mv menunjukkan kecepatan dan momentum osilator. Dengan menggabungkan kedua persamaan di atas akan menghasilkan energi total
Teorema
ekuipartisi
mengyiratkan
bahwa
pada
dengan
tanda
kurung
menunjukkan
rata-rata
dari
nilai
yang
dikurungkan. Hasil penurunan ini berlaku untuk segala jenis osilator harmonik, misalnya pada bandul, molekul yang teorema bergetar, maupun pada osilator osilator
Menggunakan total
ekuipartisi,
tiap-tiap
sehingganya
berkonrtibusi
sebesar kB terhadap kapasitas kalor sistem tersebut. Hal ini kemudian dapat digunakan untuk menurunkan rumus derau
kapasitas kalor jenis benda kristal padat. Tiap-tiap atom pada benda padat ini dapat
Atom-atom dalam sebuah kritsal dapat bergetar pada posisi kesetimbangannya dalam kekisi kristal tersebut. Getaran ini bertanggung jawab terhadap kapasitas kalor dari dielektrikkristal. Pada logam, elektron juga berkontribusi terhadap kapasitas logam.terhadap kapasitas kalor dari dielektrikkristal. Pada logam, elektron juga berkontribusi terhadap kapasitas logam.
berosilasi
ke
bebas padatan
dan dapat
independen, dipandang
yang memiliki 3N osilator harmonik sederhana, dengan N menunjukkan jumlah atom dalam kekisi kristal tersebut. Oleh karena tiap osilator harmonik memiliki energi rata-rata kBT, energi total rata-rata padatan itu adalah sebesar 3NkBT, dan kapasitas kalornya adalah 3NkB. Dengan menggunakan Boltzmann kB, mengambil nilai N sebagai tetapan Avogadro NA, dan
gas R dengan
tetapan Dulong-
menjelaskan hukum
Petit mengenai kapasitas kalor jenis benda padat, yang menyatakan bahwa kapasitas kalor jenis (per satuan massa) suatu benda padat berbanding
terbalik terhadap bobot atomnya. Dalam versi modernya, kapasitas kalor molar suatu benda padat adalah 3R 6 cal/(molK). Namun, hukum ini menjadi tidak akurat pada temperatur yang rendah. Hal ini disebabkan oleh efekefek kuantum. Selain itu, hukum ini juga tidak konsisten dengan hukum ketiga termodinamika, yang menurutnya kapasitas kalor molar zat apapun haruslah menuju nilai nol seiring dengan temperatur sistem menuju nol mutlak. Teori yang lebih akurat kemudian dikembangkan oleh Albert
Einstein (1907) dan Peter Debye(1911) dengan memasukkan pertimbangan efek-efek kuantum.
Sedimentasi partikel
Energi potensial tidaklah selalu bersifat kuadratis. Teorema
ekuipartisi menunjukkan bahwa jika derajat kebebasan x hanya berkontribusi sebesar xs terhadap energinya, maka dalam kesetimbangan termal, rata-rata energi bagian tersebut adalah kBT/s. Contoh penerapan turunan ini misalnya pada sedimentasi partikelpartikel yang disebabkan oleh gravitasi. Bir dapat menjadi kabur disebabkan oleh
gumpalan protein yang menghamburkan cahaya. Lam a kelamaan, gumpalan-gumpalan ini akan bergerak menuju dasar tabung oleh karena gravitasi. Walau demikian, partikel juga dapat berdifusi melawan gaya gravitasi dan seketika kesetimbangan antara keduanya tercapai, teorema ekuipartisi dapat
digunakan untuk menentukan posisi rata-rata suatu gumpalan partikel tertentu yang bermassa apung mb. Untuk sebuah botol bir yang tinggi botolnya tak terhingga, energi potensial gravitasi dirumuskan
dengan z adalah
ketinggian
gumpalan
protein
dalam
botol
dan g adalah percepatan gravitasi. Oleh karena s = 1, rata-rata energi potensial suatu gumpalan protein adalah sama dengan kBT. Sehingganya, suatu gumpalan protein dengan massa apung 10 MDa (kira-kira
sebesar virus) akan mengakibatkan kaburan dengan tinggi rata-rata sekitar 2 cm pada kesetimbangan. Proses sedimentasi menuju
mn di sini merupakan delta Kronecker, yang nilainya sama dengan satu apabila m = n atau nol apabila sebaliknya. Tanda kurung pererataan diasumsikan sebagai rerata ensembel atas ruang fase ataupun, di bawah asumsi ergodisitas, sebagai rata-rata waktu suatu sistem tunggal. Teorema berlaku mikrokanonis, sistemnya pada ensembel ketika sistemnya baik yakni adalah ekuipartisi umum ini pada ensembel ketika energi total konstan, maupun
kepada penangas bertukar energi. Rumusan umum di atas setara dengan dua rumus berikut:
1.
2. Apabila derajat kebebasan xn hanya memiliki suku kuadratis anxn2 pada Hamiltonian H, maka rumus pertama di atas mengimplikasikan
yang nilainya dua kali lebih besar daripada kontribusi yang diberikan oleh derajat kebebasan ini terhadap energi rata-rata . Sehingga teorema ekuipartisi
untuk sistem yang memiliki energi kuadratis akan mudah diturunkan dari rumus umum di atas. Dengan argumen yang sama, apabila 2 digantikan dengan s, rumus di atas berlaku untuk energi bentuk anxns.
Derajat kebebasan xn adalah koordinat-koordinat dalam ruang sistem dan umumnya dibagi lagi ke dalam koordinat posisi rampatan gk dan koordinat momentum rampatan pk, dengan pk adalahmomentum konjugat terhadap qk. Pada situasi ini, rumus pertama di atas berarti bahwa untuk semua k,
Menggunakan persamaan mekanika Hamiltonian,[6] rumus ini dapat juga ditulis sebagai
dnm
Hubungan dengan teorema virial Teorema ekuipartisi umum adalah perpanjangan dari teorema
menghubungkan penjumlahan rata-rata energi total terhadap satu sama lainnya daripada rata-rata energi individual pada teorema ekuipartisi. Teorema virial juga tidak menghubungkan penjumlahan energi ini terhadap temperatur T. Selain itu, penurunan teorema
virial biasanya diekspresikan sebagai rata-rata energi terhadap waktu, sedangkan pada teorema ekuipartisi, penurunannya diekspresikan sebagai rata-rata energi terhadap ruang fase.
untuk menghitung rata-rata energi kinetik per partikel. Teorema ekuipartisi dapat digunakan untuk menurunkan hukum gas ideal dari
mekanika klasik.[5] Jika q = (qx, qy, qz) dan p = (px, py, pz) menandakan vektor letak dan
momentum partikel gas, dan F adalah resultan gaya pada partikel, maka
di mana kesamaan pertama adalah hukum kedua Newton, dan kesamaan kedua menggunakan persamaan Hamilton dan rumus ekuipartisi. Dengan mentotalkan seluruh sistem yang berpartikel N akan menghasilkan:
Menurut hukum ketiga Newton dan asumsi bahwa gas berperilaku ideal, resultan gaya yang bekerja pada suatu sistem bergas ideal akan bermuasal dari gaya yang diterapkan oleh dinding penampung gas. Gaya ini kemudian bermanifestasi sebagai tekanan gas P. Sehingga
dengan dS adalah luas infinitesimal permukaan dinding penampung. Oleh karena divergensi vektor letak q adalah
dengan dV adalah volume infinitesimal penampung dan V adalah total volume penampunga. Dengan menggabungkan kedua persamaan ini akan didapatkan
dengan n = N/NA adalah jumlah mol gas dan R = NAkB adalah tetapan gas. Walaupun teorema ekuipartisi memberikan contoh penurunan hukum gas ideal yang simpel, hasil yang sama juga dapat diturunkan menggunakan metode alternatif seperti fungsi partisi.
Energi kinetik partikel tertentu dapat saja berfluktuasi dengan bebas, namun teorema ekuipartisi memungkinkan kita untuk menghitung energi ratarata keseluruhan partikel dalam sistem pada temperatur apapun. Teorema ini juga dapat digunakan untuk menurunkan hukum gas ideal yang menghubungkan tekanan gas dengan volume dantemperaturnya. (Lima partikel yang berwarna merah di atas digunakan untuk membantu pemantauan gerak partikel tersebut.)
Gas diatomik
Sebuah partikel gas diatomik dapat dimodelkan sebagai dua dihubungkan oleh pegas dengan konstanta Hooke a.
disebut
sebagai pendekatan
rotor
tegar
osilator
dengan p1 dan p2 adalah momentum dua atom dan q adalah deviasi jarak antar dua atom pada kesetimbangannya. Tiap derajat kebebasan energi ini bersifat kuadratik dan sehingganya haruslah
berkontribusi energi
sebesar 12kBT terhadap rata-rata kapasitas total kalornya. Sehingga kapasitas kalor gas
diatomik
sebanyak N akan
diprediksikan
bernilai
sebesar
7N12kB (momentum p1 dan p2 masing-masing berkontribusi sebanyak tiga derajat kebebasan dan q berkontribusi satu derajat kebebasan). Selanjutnya pula, kapasitas kalor satu mol molekul diatomik akan memiliki (7/2)NAkB = (7/2)R dan sehingganya kapasitas kalor molarnya haruslah kira-kira
7 cal/(molK). Namun nilai kapasitas kalor molar yang didapatkan dari hasil percobaan biasanya berkisar sebesar 5 cal/(molK) dan menurun menjadi 3 cal/(molK) pada temperatur antara yang hasil sangat prediksi
rendah. Ketidakcocokan
berdasarkan teorema ekuipartisi dengan nilai hasil percobaan ini tidak dapat dijelaskan menggunakan model molekul yang lebih kompleks oleh karena dengan menambahkan lebih banyak derajat kebebasan hanya akan meningkatkan kalor jenis yang
gas
apabila efek-efek relativitas menjadi dominan dalam sistem yang dikaji, seperti misalnya katai putih dan bintang neutron. Oleh karenanya persamaan gas ideal harus dimodifikasi. Teorema ekuipartisi memungkinkan kita untuk dengan mudah menurunkan hukum gas ideal yang berlaku pada kondisi relativistik ekstrem. Pada kasus ini, energi kinetik suatu partikel tunggal adalah sebesar
Penurunan yang sama terhadap py dan pz akan menghasilkan rumus yang sama dan dengan menambahkan ketiganya akan menghasilkan
dengan kesamaan terakhir mengikuti rumus ekuipartisi. Sehingganya energi total rata-rata pada sistem gas relativistik ekstrem adalah dua kali lebih besar daripada energi total rata-rata gas non-relativistik. Untuk gas relativistik berpartikel N, nilai energinya adalah 3 NkBT.
Citra gabungan sinar-X dan optik Nebula Kepiting. Di tengah inti nebula ini terdapat bintang neutron yang berotasi dengan cepat. Bintang ini bermassa satu setengah kali lebih besar daripada Matahari namun hanya berukuran 25 km. Teorema ekuipartisi dapat digunakan untuk memprediksikan sifat-sifat bintang neutron seperti ini.
Gas non-ideal
Dalam kasus gas ideal, partikel-partikel gas diasumsikan hanya
berinteraksi secara tumbukan. Teorema ekuipartisi dapat pula digunakan untuk menurunkan energi dan tekanan "gas non-ideal" yang partikelpartikelnya dapat berinteraksi melalui gaya-gaya konservatif yang
potensial U(r)-nya bergantung hanya pada jarak r antar partikel. Ini dapat dideskripsikan secara sederhana dengan pertama-tama menyempitkan fokus kita pada satu partikel tunggal gas dan melakukan pendekatan pada gas-gas lainnya menggunakan distribusi simetri distribusi bola. Kemudian, dengan
menggunakan fungsi
radial g(r)
sehingganya rapatan
probabilitas menemukan partikel lainnya dalam ruang lingkup r dari suatu partikel adalah sama dengan 4r2g(r), dengan = N/V adalah rapatan ratarata atau massa jenis rata-rata gas. Energi potensial rata-rata kemudian berhubungan dengan interaksi partikel tunggal tersebut dengan gas lainnya dan secara matematis diekspresikan sebagai
Energi adalah
potensial
rata-rata
total
gas
oleh
karenanya
faktor 12 diperlukan karena penjumlahan keseluruhan partikel akan membuat interaksi antar partikel yang diperhitungkan dihitung dua kali. Dengan menambahkan energi kinetik dan potensial, dan menerapakn teorema ekuipartisi, kita akan mendapatkanpersamaan energi
tekanan sebagai