You are on page 1of 122

Tugas Akhir

BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan serta mempertahankan produksi pertanian tanaman
pangan terutama padi dan palawija dengan pola swasembada, maka oleh
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
Perairan sejak pelita I hingga sekarang telah dibangun berbagai prasarana
pengairan yang mempunyai skala besar, sedang dan kecil. Selanjutnya dalam
rangka pemanfaatan jaringan irigasi yang telah dibangun tersebut perlu dilakukan
usaha usaha operasi dan pemeliharaan (O&P) secara baik dan benar, hal ini perlu
untuk menjamin tercapainya daya guna serta fungsi yang optimal dari prasarana
pengairan tersebut. Pertambahan Penduduk mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan konsumsi pertanian dari tahun ke tahun pun terus meningkat. Guna
mengatasi peningkatan kebutuhan tersebut diperlukan fasilitas irigasi lahan yang
memadai serta masyarakat tani yang kreatif.
Dengan telah di bangunnya prasarana pengairan berskala kecil maka
semakin meningkat pula usaha- usaha operasi dan pemeliharaan (O&P) pada akhir
tahun 1987, pemerintah mengeluarkan kebijakan di bidang operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi. Salah satu dari kebijakan Pemerintah tersebut ialah
menyerahkan secara bertahap jaringan irigasi kecil (irigasi pedesaan) berikut
wewenang kepengurusannya kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Dalam Penyerahan Irigasi Kecil (PIK) tersebut, Pemerintah akan
melaksanakan secara bertahap dan selektif sesuai dengan kemampuan.
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3) yang ada didaerah masingmasing. Oleh
karena itu Penyerahan Irigasi Kecil (PIK) ini akan di mulai jaringan irigasi yang
mengairi sawah di bawah luas 500 Ha.
Semua kegiatan di atas misinya adalah menyelenggarakan pembangunan
di bidang pengairan dengan pendekatan sistim secara efektif efesien tepat guna
dan

tepat

sasaran

dengan

melibatkan

seluruh

lembaga

terkait

dan

memberdayagunakan masyarakat tani. Sedangkan visinya adalah Terpenuhinya


Pendahuluan
1

Tugas Akhir

kebutuhan masyarakat tani akan air yang merata dan adil secara berkelanjutan
bagi kehidupan masyarakat yang sejahtera berdasarkan penyelenggaraan
pertanian dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri dengan
bimbingan Pemerintah.
Masyarakat Jawa Barat sendiri khususnya daerah penghasil beras yaitu
Cianjur telah menyerahkan usaha-usaha operasi dan pemeliharaannya kepada para
petani setempat. Dengan demikian pada saat musim kemarau para petani dapat
mengoptimalkan air untuk dipakai. Masyarakat cianjur sudah menggunakan pola
tanam padi-padi-palawija, karena masyarakat sendiri telah dapat menoptimalkan
ketersediaan air pada musim kemarau.
Sebaliknya pada masyarakat Garut khususnya daerah Citameng tidak bisa
menggunakan pola tanam padi-padi-padi, yang menjadi masalah adalah pada
musim kemarau kebutuhan air pada bangunan bagi dan Sadap BCT. IV untuk
menyelenggarakan pertanian tidak dapat terpenuhi, padahal dari hasil peninjauan
ke lapangan air di Sungai Citameng debitnya cukup. Karena kebutuhan air untuk
penyelenggaraan pertanian pada bangunan bagi dan sadap BCT. IV Daerah Irigasi
Citameng harus terpenuhi, dan untuk meningkatkan konsumsi pertanian dengan
melaksanakan pola tanam padipadipalawija maka melalui tugas akhir ini, akan
di cari solusi dengan cara mengevaluasi kebutuhan air pada bangunan bagi dan
bangunan sadap BCT. IV agar pola tanam padipadipalawija dapat
diselenggarakan setiap tahunnya.
1.2.

Maksud Tujuan.

Tujuan Tugas Akhir adalah:


-

Mengetahui debit (Q) andalan Sungai Citameng

Mengetahui kebutuhan air di intake (IR) DI Citameng

Mengetahui kebutuhan air di bangunan bagi dan bangunan sadap BCT. IV


(IRB) DI Citameng

Mengetahui debit (Q) di intake dan debit (Q) di bangunan bagi BCT. IV

Merencanakan pola tanam padipadipadi supaya dapat di selenggarakan


(dilaksanakan) untuk meningkatkan konsumsi pertanian.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir

1.3.

Ruang Lingkup.

Ruang Lingkup Tugas Akhir ini hanya akan membahas masalah dalam kebutuhan
air pada bangunan bagi dan bangunan sadap BCT.IV D.I Citameng yang meliputi;
-

Ketersediaan air

Rencana Pola Tanam

Kebutuhan Air di Irigasi Citameng Keseluruhannya

Kebutuhan Air di Bangunan Bagi BCT. IV

Kebutuhan Air di Bangunan Sadap BCT. IV

Evaluasi Kebutuhan Air

1.4

Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penyusun membatasi masalah yang

disebabkan masalah yang lebih kompleks, maka dilakukan pembatasan masalah


yang akan dibahas. Adapun masalah yang akan dibahas adalah:
1. Ketersediaan air
2. Rencana Pola Tanam
3. Kebutuhan Air di Irigasi Citameng
4. Kebutuhan Air di Bangunan Bagi BCT. IV
5. Kebutuhan Air di Bangunan Sadap BCT. IV
6. Evaluasi Kebutuhan Air
1.5.

Sistimatika Penulisan

Sistimatika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:


Bab I

Pendahuluan,
membahas Latar Belakang, Tujuan, RuangLingkup, Metodologi dan
Sistimatika penulisan.

Bab II

Tinjauan Pustaka
membahas evapotranspirasi, kebutuhan air di sawah (NFR) yang
meliputi:

penyiapan

lahan,

penggunaan

konsumtif,

perkolasi,

pergantian lapisan air, curah hujan efektif, dan kebutuhan air irigasi.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir

Bab III

Metode Penelitian
Membahas luas areal, petak tersier, pola tanam existing, sumber air,
koefisien tanaman, perkolasi (P), pergantian lapisan air (WLR),
effisiensi saluran.

Bab IV

Hasil dan Pembahasan


Membahas ketersediaan air, evapotranspirasi, besar hujan efektif pola
tanam rencana, kebutuhan air irigasi di intak, kebutuhan air di
bangunan bagi dan bangunan sadap BCT. IV (Bangunan Citameng
IV) dan evaluasi kebutuhan air.

Bab V

Kesimpulan dan saran


Membahas hasil temuan penyusun dalam mengevaluasi kebutuhan air
di Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap BCT. IV D.I Citameng.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Sebelum peradaban islam mencapai puncak kejayaan, peradaban manusia di
Timur Tengah begitu menggantungkan hidupnya pada sungai-sungai besar seperti
Nil, Tigris dan Efrat. Sejatinya, peradaban sebelum islam telah mengenal teknik
dasar irigasi. Ketika kekhalifahan islam menjelma menjadi kekuatan dunia dan
kota-kotanya menjadi metropolis sistem irigasi pun dipercanggih. Guna
memenuhi kebutuhan air di kota-kota Islam yang saat itu mulai berkembang pesat,
sistem irigasi yang ada mulai diperluas. Tak hanya itu, penguasa muslim pun
memperbanyak pembangunan kanal. Sehingga kota-kota Islam di era keemasan
tak pernah mengalami kekurangan suplai air baik untuk kehidupan sehari-hari
maupun untuk pertanian serta perkebunan. sistem irigasi yang dikembangkan di
dunia Islam mengandung aspek-aspek teknologi dan sosiologi yang menarik.
Irigasi di Indonesia sudah ada sejak beberapa abad yang lalu, sebelum orangorang Hindu datang ke Indonesia. Banyak orang yang mendefinisikan mengenai
istilah Evaluasi Kebutuhan Air di Irigasi diantaranya:
1.

Ahmad Y Hassan dan Donald R Hill (abad ke 11 M). Evaluasi

Kebutuhan Air ialah dengan berupaya mengelola dan mengatur distribusi


secara adil. Untuk mengatur dan mengelola tata distribusi air baik untuk
kehidupan sehari-hari maupun untuk pertanian diatur melalui manajemen
sistem irigasi yang profesional, manajemen sistem irigasi yang besar diera
keemasan Islam melibatkan berbagai instansi dan lembaga. sistem irigasi
diawasi administrator departemen tenaga kerja, rekayasawan hidrolika,
petugas asingspeksi, buruh dan tenaga kerja terlatih. Sebuah kerja tim yang
harus benar-benar terkoordinasi dengan baik. Alokasi untuk para petani
dilakukan dengan dua cara, papar Al-Hassan dan Hill dalam bukunya bertajuk
Islamic Technology An Ilustated History

Pendahuluan
1

Tugas Akhir

a.

Cara pertama berdasarkan waktu. Saluran yang berasal dari kanal

menuju ladang-ladang ditutup dengan tanah padat. Ketika tiba gilirannya


untuk mendapatkan air, bendungan kecil itu dibuka dan air dibiarkan
mengalir ke tanah yang sedang mendapatkan giliran, setelah gilirannya
habis, saluran ditutup kembali.
b.

Alternatif kedua dengan menutup lubang berdiameter tertentu.

Dengan demikian air tetap tersedia secara kontinyu tetapi bervariasi dalam
kecepatan sesuai laju aliran dari kanal yang mengairinya. Mengelola dan
mengawasi distribusi memang tugas berat, Sampai-sampai otoritas sistem
irigasi Sungai Murghab di Tashkent memiliki petugas sebanyak 1000
orang.
Begitulah tata air dikelola secara profesional dan adil, sehingga
semua petani dan masyarakat mendapatkan air secara merata.
2.

Mima Etika, (2005), Evaluasi dan Rencana Pengembangan sumber

daya air memerlukan perencanaan yang matang karena berkaitan dengan


neraca air sungai. Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air harus
tetap dipelihara. Pengembangan dan pengelola sumber daya air perlu
mempertimbangkan semua aspek yang terkait secara holistik dalam kontek
sewilayah sungai. Salah satu aspek yang perlu ditinjau dalam kaitannya
dengan pengembangan wilayah sungai adalah dari aspek teknis lenjineering,
antara lain:
-

Perlu adanya analisa hidrologi yang matang

Perencanaan wilayah sungai merupakan suatu siklus proses yang

harus sepenuhnya menggunakan informasi yang ada pada waktu tertentu.


2.2

Landasan Teori

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari terjadinya pergerakan dan distribusi air
di bumi baik diatas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, sifat
fisik kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungan dengan
lingkungan (Martha W, tanpa tahun:1). Untuk mengetahui besarnya curah hujan
yang dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan air untuk tanaman, serta terjadinya
penguapan air dan perkolasi diperlukan analisa hidrologi. Karena kompleksnya
Pendahuluan
1

Tugas Akhir

sistem perputaran air serta luasnya ruang lingkup kehidupan, maka dalam
melakukan analisa hidrologi diperlukan ilmu pengetahuan lainnya yang dapat
menunjang dalam analisa tersebut.
2.2.1 Hidrologi di Areal Pertanian
Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan
tanah dan akhirnya kembali mengalir ke laut. Akibat panas yang bersumber dari
matahari terjadilah penguapan (evaporasi). Uap ini pada ketinggian tertentu akan
berubah menjadi awan, kemudian awan yang terjadi bergerak di atas daratan
karena tertiup angin. Adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat desakan
angin menyebabkan presipitasi. Presipitasi yang terjadi bisa berupa hujan, salju,
hujan es dan embun. Sebagian air ini akan diuapkan kembali sebelum sampai ke
permukaan tanah, dan selebihnya merupakan hujan, lihat Gambar 2.1 tentang
Siklus Hidrologi
Gambar 2.1
Siklus

hidrologi (Martha W,

tanpa
tahun:1)
laut
Setelah jatuh ke permukaan tanah, presipitasi akan menimbulkan limpasan
permukan tanah (surface run off), sedangkan yang lainnya akan meresap ke dalam
tanah (infiltrasi) dan sebagian bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam
daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah. Air di
dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati aquifer masuk ke sungai
kemudian ke laut. Air yang masuk ke tanah memberi hidup kepada tumbuhan dan
ada diantaranya naik lewat aquifer diserap akar, batang dan daun sehingga terjadi
transpirasi.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir

Permukaan tanah, sungai dan danau juga mengalami penguapan yang


disebut evaporasi. Jika kedua proses penguapan di atas terjadi bersamaan maka
disebut evapotranspirasi. Akhirnya air yang tidak menguap ataupun mengalami
infiltrasi tiba kembali ke laut lewat sungai. Air tanah (groundwater) yang
bergerak jauh lebih lambat ke luar lewat alur-alur masuk ke sungai atau langsung
merembes ke pantai. Maka seluruh siklus telah dijalani, kemudian akan berulang
kembali.
Untuk mengetahui besarnya curah hujan yang dapat dimanfaatkan dalam
kebutuhan air untuk tanaman, serta terjadinya penguapan air dan perkolasi
diperlukan analisa hidrologi. Karena kompleksnya sistem perputaran air serta
luasnya ruang lingkup kehidupan, maka dalam melakukan analisa hidrologi
diperlukan ilmu pengetahuan lainnya yang dapat menunjang dalam analisa
tersebut.
2.2.2 Tujuan Irigasi dan maksud kebutuhan air di irigasi
Tujuan irigasi adalah usaha untuk mencukupi kebutuhan air guna keperluan
pertanian, sedangkan maksud irigasi tergantung dari kebutuhan untuk apa air
irigasi itu diperlukan. Maksud itu mencakup:
1. Membasahi tanah menurut perhitungan, banyaknya air hujan cukup untuk
tanaman, tetapi turunnya hujan tidak sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
oleh tanaman. Salah satu maksud pembuatan irigasi ini adalah membasahi
tanah yaitu memberi air pada waktu kurang turun hujan, supaya tanah sawah
dan tanaman selalu mendapat air sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Tanaman selalu membutuhkan air, juga membutuhkan zat-zat lumpur yang
berguna bagi tanaman. Air yang baik bagi tanaman berupa lumpur yang
terapung didalamnya atau yang telah bercampur dengan air.
Jika aliran air sampai di sawah, akan merupakan aliran air kecil dan
perlahan-lahan, maka lumpurnya akan mengendap dan terhampar di atas tanah
sawah.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir

2.2.3 Pengertian dan jaringan Irigasi


Pengertian irigasi pada umumnya adalah suatu usaha untuk mendatangkan air
dengan membuat bangunan dan saluran untuk mengalirkan air guna keperluan
pertanian, membagikan air ke sawah-sawah dengan cara yang teratur dan
membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah dipergunakan dengan sebaikbaiknya (R. Gandakoesoemah, 1969:8).
Menurut Hoerst (1998), sumber air irigasi yang dapat digunakan untuk
menyuplai kebutuhan air irigasi dapat dibagi menjadi 2 sumber, yaitu sumber
statis dan sumber dinamis. Sumber statis meliputi danau, reservoir, air tanah,
sedangkan sumber dinamis meliputi aliran sungai dan aliran permukaan.
Ketersediaan air di suatu daerah irigasi dapat dilihat dari debit tersedia dan debit
kebutuhan yang ada di daerah irigasi tersebut.
2.2.4 Ketersediaan Air (Water Availability)
Air yang tersedia bagi bermacam-macam kebutuhan bersumber dari air hujan
dengan abstraksinya yang terdapat di permukaan dan bawah permukaan tanah. Air
dibawah permukaan terbagi menjadi air tanah dalam keadaan tak jenuh dan air
tanah yang jenuh. Air permukaan dapat berupa danau dan sungai, sesungguhnya
juga merupakan reservoir dengan ciri yang menguntungkan, yaitu terdapat hampir
di mana saja di bawah permukaan. Ciri umum dari sumber air ini adalah
variasinya menurut ruang dan waktu terutama mengikuti variasi hujan dan sifatsifat daerah aliran sungai.
Permasalahan ketersediaan air ini timbul karena adanya ketidak sesuaian
antara variasi ketersediaan air dengan kebutuhan, jawaban atas masalah ini jelas
yaitu dengan menyesuaikan kebutuhan dengan variasi air yang tersedia atau
memodifikasi ketersediaan air menurut kebutuhan dengan pengembangan fungsi
kendali terhadap pemasok sumber air.
Secara umum water availability adalah besarnya debit sungai minimum
yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Untuk memperhitungkan jumlah air yang
tersedia, seharusnya dilengkapi dengan data debit sungai yang akan dijadikan
lokasi bendung. Adapun pengertian water avaibility menurut Ir. Masyudi:
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
10
a. Water quality adalah kecocokan air untuk tanah pertanian. Dan untuk
mengetahui kualitas air ada beberapa cara lain:
1. Penelitian langsung dilapangan, hasil panen yang baik sementara dapat
disimpulkan bahwa air sungguh cocok untuk pertanian.
2. Penelitian laboratorium, hasil laboratorium disesuaikan dengan zat yang
dibutuhkan oleh tanaman.
b. Water quantity adalah banyaknya air untuk tanah pertanian. Sebagai daerah
irigasi dan sunber irigsi, seharusnya dilengkapi dengan debit air sungai untuk
mengetahui apakah air sungai yang ada cukup untuk mengairi daerah tersebut.
Ketersediaan air irigasi akan sangat berpengaruh pada pola tanam yang ada
di daerah tertentu. Hal itu berkaitan dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan
air tanaman sehingga produktivitas akan dapat mencapai maksimal. Pemilihan
pola tanam yang tidak sesuai dengan ketersediaan air akan mengakibatkan
keadaan kekurangan atau kelebihan air irigasi yang nantinya akan berpengaruh
pada produktivitas itu sendiri. Oleh karena itu penentuan pola tanam harus
didasarkan pada ketersediaan air yang ada untuk pertanian yang ada. Akan tetapi
dilapangan sering kita dapati bahwa Rencana Tata Tanam tidak dapat
dilaksanakan, hal itu sebagai salah satu dampak kurang baiknya sistem
pengelolaan air yang ada. Kebutuhan air irigasi tergantung pada:
1. Tingkat

Pemakaian

Air,

yaitu

jumlah

keseluruhan

air

yang

ditranspirasikan oleh tanaman dan yang dievaporasikan oleh tanah di areal


lahan pertanian dalam satuan waktu yang dikalikan dengan luas lahan. Tingkat
pemakaian air tergantung pada jenis tanaman, umur/ fase pertumbuhan dan
musim tanam.
2. Tingkat Efisiensi Pemakaian Air, yaitu ketepatgunaan pemakaian air oleh
petani dan ketepatgunaan jaringan yang ada dalam menyampaikan air secara
teratur ke petak sawah.
Penyaluran dan pembuangan air, keduanya harus mendapatkan perhatian
yang sama untuk kebaikan tanah bagi segala tanaman. Dalam meningkatkan
efisiensi air irigasi perlu dilakukan pola tanam yang sesuai dengan musim dan
ketersediaan air.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
11
Untuk mencegah agar tidak kekurangan air maka air yang tersedia dibagibagikan dengan jatah sedemikan rupa sehingga pemakaian air akan menerima air
yang dibutuhkan. Jika air yang tersedia tidak cukup untuk diberikan, maka jatah
yang seharusnya didapat dikurangi sehingga yang kurang tadi dapat diterima oleh
pengguna air. Oleh karena itu, perlu adanya Evaluasi Kebutuhan Air di irigasi
yaitu untuk mengelola dan mengatur pemberian air seefisien mungkin tanpa
mempengaruhi hasil produksi tanaman.
Dilihat dari pengertian irigasi diatas, maka air irigasi tersebut harus
dipergunakan semaksimal dan seefisien mungkin. Agar efisien, maka pemberian
air irigasi harus dalam jumlah yang tepat yaitu tidak berlebihan dan tidak
kekurangan. Tanaman yang kekurangan air akan mengalami kondisi kekeringan
dan mati. Sebaliknya tanaman yang menerima air secara berlebihan maka akar
tanaman tersebut akan cepat membusuk sehingga akan mati. Untuk itu
penggunaan air harus diperhitungkan sebaik-baiknya karena jumlah yang tersedia
dari waktu ke waktu selalu berubah-ubah menurut iklim yaitu musim hujan dan
musim kemarau.
Untuk

menanggulangi

permasalahan

tersebut

diperlukan

rencana

kebutuhan air irigasi dan tata tanaman dengan mempertimbangkan ketersediaan


air yang ada dari sungai. Dalam penyusunan rencana tersebut diperlukan adanya
koordinasi yang baik antara petani pemakai air dengan para petugas terkait.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan rencana kebutuhan air irigasi dan tata
tanam tersebut dengan pelayanan yang tepat dan teratur, maka disusunlah rencana
pemberian air untuk setiap daerah irigasi.
Berdasarkan cara pengaturan pemberian air, pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas pada jaringan irigasi, dapat dibedakan jenis irigasinya, yaitu:
1. Jaringan irigasi sederhana mempunyai ciri yaitu pembagian air tidak teratur
atau tidak diukur, air lebih akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai
air tergabung dalam satu kelompok sosial yang sama dan tidak diperlukan
keterlibatan pemerintah didalam organisasi jaringan irigasi sederhana ini.
Persediaan air biasanya melimpah besarnya berkisar antara sedang sampai
curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk
pembagian air. Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah di organisasi,
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
12
tetapi memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama ada pemborosan
air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air
yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah yang rendah yang lebih
subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak
biaya lagi dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan
pengambilan sendiri-sendiri. Ketiga, bangunan pengelaknya bukan bangunan
tetap (permanen) sehingga tidak dapat tahan lama.
2. Jaringan semi teknis mempunyai ciri adalah bendungannya terletak di sungai
lengkap dengan pengambilan bangunan pengukuran di bagian hilirnya
biasanya juga dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran.
Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan irigasi sederhana, yaitu
pembagian air diatur tetapi tidak bisa diukur. Organisasi jaringan irigasi semi
teknis ini lebih rumit karena luasnya daerah yang dilayani dan sistem
pelayanan air dengan pembiayaan ditanggung oleh pemakai air sehingga
koordinasi antara pengelola dengan pemakai tentunya akan sulit di kontrol,
dan bila bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan akan dibangun di
sungai, maka diperlukan lebih banyak keterlibatan wewenang dari pemerintah
dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
3. Jaringan irigasi teknis salah satu prinsipnya adalah adanya pemisahan antara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti baik saluran irigasi
maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari
pangkal hingga ujung. Saluran irigasi memerlukan air irigasi ke sawah-sawah
dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke selokanselokan pembuang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke sungai.
Dalam hal-hal khusus, dibuat sistem gabungan yaitu fungsi saluran
pembawa dan cara pembuang digabung. Walaupun jaringan ini memiliki
keuntungan tersendiri juga kelemahannya yang dapat menimbulkan permasalahan
yang berat sehingga sistem ini pada umumnya tidak akan diterapkan. Keuntungan
yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah pemanfaatan air
yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah. Karena saluran
pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahannya adalah bahan jaringan ini lebih sulit diatur dan dieksploitasi, lebih
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
13
cepat rusak dan menampakan pembagian air yang tidak merata. Perbedaan dari
ketiga jenis irigasi tersebut terdapat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis
Semi Teknis

Sederhana

Bangunan

Bangunan Permanen

Bangunan

Permanen

atau Semi Permanen

Sementara

Baik

Sedang

Jelek

Saluran irigasi dan

Saluran irigasi dan

Saluran irigasi dan

pembuangan

pembuangan tidak

pembuangan jadi

terpisah

sepenuhnya terpisah
Belum

satu

Dikembangkan

dikembangkan dan

sepenuhnya

bangunan tersier

1. Bangunan utama
2. Kemampuan bangunan
dalam mengatur dan
mengukur debit
3. Jaringan Saluran

4. Petak Tersier

jarang
5. Efisiensi secara

50 60%

40 50%

Tidak ada batasan

Sampai 2000 ha

keseluruhan
6. Ukuran

Belum ada jaringan


terpisah yang
dikembangkan
Lebih besar dari
40%
Tidak lebih dari
500 ha

Sumber: Buku Perencanaan irigasi KP-01 Dirjen Pekerjaan Umum

2.3

Sistem Pembagian Air

Sistem pembagian air dibagi menjadi tiga bagian (R. Gandakoesoemah), yaitu:
a. Kriteria perencanaan pola tanam
b. Sistem golongan pasten
c. Sistem golongan
2.3.1 Kriteria Perencanaan
Pola tanam terdiri dari dua istilah, yaitu pola tanam dan tata tanam. Pola tanam
adalah pengaturan jenis tanaman yang terbaik dengan mempertimbangkan
tersedianya air sehingga dicapai hasil yang terbaik dalam proses produksi
pertaniannya dalam kurun waktu tertentu. Tata tanam merupakan pengaturan
waktu tanam yang lebih rinci, yaitu pengaturan jadwal pengolahan tanah,

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
14
penanaman yang terbaik dengan memperhatikan neraca air sesuai dengan
kebutuhan tanaman sehingga hasil yang dicapai maksimum.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola tanam yaitu:
a. Faktor Fisik (tenaga kerja)
b. Faktor Sosial Budaya
c. Faktor Ekonomi
Dengan demikian penyusunan pola tanam pada suatu daerah irigasi harus
memperhatikan faktor-faktor tersebut sehingga pola tanam yang direncanakan
sesuai dengan keadaan lapangan. Indonesia sendiri memiliki iklim tropis dimana
dalam satu tahun terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Dengan adanya dua musim tersebut maka pola tanam harus diatur
sehingga masa pertumbuhan tanaman jatuh pada bulan-bulan basah, yaitu pada
bulan-bulan yang curah hujannya tinggi dan persediaan air irigasi di sungai cukup.
Pada musim hujan air tersedia dalam jumlah cukup, tanaman padi cocok untuk
daerah yang tergenang air, sehingga tanaman utama dalam musim hujan adalah
tanaman padi selain tanaman padi yang dapat ditanam pada musim hujan adalah
tebu.
Pada musim kemarau air yang tersedia sangat terbatas sehingga tanaman
yang cocok adalah tanaman palawija, karena tanaman tersebut memerlukan
sedikit air mengingat beras merupakan bahan pokok di Indonesia maka pada
musim kemarau dapat ditanami padi, luas tanaman padi pada musim kemarau
lebih kecil daripada luas lahan padi pada musim penghujan.
2.3.2 Sistem Golongan Pasten
Di Indonesia mulanya orang bertanam di tanah yang becek (rawa) atau ditempat
yang mudah untuk mendapatkan air dari sungai kecil dengan membuat bendung
sendiri. Pengerjaannya dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat itu
sendiri, maka irigasi tersebut dinamakan pengairan desa.
Dengan bertambah luasnya tanah yang digunakan untuk bercocok tanam,
maka mulailah orang yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air dari
sungai ke tempat yang memerlukan air. Ini disebabkan karena belum mengenal
teknik dan kurangnya tenaga ahli, karena itu harus ada badan atau instansi
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
15
pemerintah yang lebih mampu untuk mengerjakan pekerjaan itu. Karena ada suatu
badan yang menuju ke arah itu, maka pemerintah yang menyelenggarakan,
mengurus, memperbaiki dan memelihara pekerjaan irigasi secara umum. Dengan
pengertian tersebut maka irigasi dibagi dalam:
a. Pengairan

desa

ialah

pekerjaan

irigasi

yang

pengurusan

dan

pemeliharaannya langsung dilakukan dan dibiayai oleh rakyat atas pimpinan


desa masing-masing dibawah pengawasan swatantra
b. Irigasi umum ialah irigasi yang penyelenggaraannya, pengurusan dan
pemeliharaannya dilakukan oleh pemerintah.
Pekerjaan irigasi ini ialah irigasi teknis atau setengah teknis dan daerahnya
meliputi beberapa desa bahkan beberapa kecamatan dalam suatu swatantra atau
lebih. Pengurus dan pemelihara irigasi ini meliputi saluran induk dan saluran
sekunder dengan bangunannya.
Pembagian air sisa saluran irigasi yang menjadi tugas kewajiban seorang
petugas irigasi terdiri dari:
a. Melakukan pendaftaran tanaman
b. Melakukan pembagian air
c. Melakukan pengukuran air di saluran untuk mengetahui debitnya.
Pembagian air dari petak adalah tugas dari pemilik sawah dalam petak itu
secara gotong-royong. Biasanya desa itu menunjuk seorang petugas untuk
mengurus soal yang mengenai keadaan tanah dan tanaman. Jika petak tersier di
dua dan tiga desa, maka pembagian air akan menjadi sulit karena tiap desa hanya
mengurus keperluan desanya masing-masing.
Membagikan air ke tiap petak harus merata dan teratur. Garis besarnya
telah ditetapkan oleh pemerintah, adapun peraturannya adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah Umum (Algemeen Waterreglement), yang termuat
dalam Majalah Negara 1936 No.489 (Staatblad 1936 No.486)
b. Peraturan

Pengawasan

Perairan

Umum

(Algemeen

Waterbeherss

Verordening), yang termuat dalam Majalah Negara 1937 No.559 (Staatbald


1937 No.559).
Kemudian tiap propinsi berdasarkan aturan tersebut dapat mengeluarkan
peraturan setempat yang disesuaikan dengan masing-masing propinsi. untuk dapat
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
16
membagikan air secara merata diperlukan cara sebagai berikut, yaitu untuk
mendapatkan keterangan tentang:
-

Luas daerah irigasi dan luas bidang bagiannya luas tanah yang ditanam

atau yang dipersiapkan untuk ditanam dan jenis tanamannya


-

Perbandingan kebutuhan air dari masing-masing jenis tanaman, biasanya

diambil padi : tebu : palawija = 4 : 1 : 1


-

Kehilangan air karena penguapan, rembesan dan bocoran saluran di

saluran pertama dan sekunder dengan memperhatikan panjangnya dapat


diambil 5% - 20% pada musim hujan, 20% - 30% pada musim kemarau
bahkan lebih
-

Pengukuran debit saluran tiap hari.


Pembagian air dari saluran induk ke saluran sekunder dapat dilakukan

dengan tiga cara:


1. Menurut perbandingan luas tanah dalam petak sekunder.
Untuk membagikan air ke petak sekunder yang luas sekali, sementara dipakai
perbandingan luas tanah.
2. Menurut perbandingan luas tanaman.
Jika dalam daerah irigasi itu hanya ada dua jenis tanaman maka pembagian air
dapat didasarkan atas luas tanaman.
3. Menurut perbandingan kebutuhan air dari tanaman itu.
Jika dalam irigasi terdapat beberapa jenis tanaman maka pembagian airnya ke
saluran

sekunder

harus

menurut

banyaknya

jenis

tanaman

dengan

memberhentikan kebutuhan airnya.


Luas relatif berarti luas yang terdapat dari hasil perbandingan kebutuhan
air dari beberapa jenis tanaman terhadap satu jenis tanaman, misalnya terhadap
palawija. Luas relatif selalu lebih besar dari luas tanaman sebenarnya dan
digunakan sebagai pembagi untuk mendapatkan pasten dari suatu jenis
tanaman. Pasten merupakan kebutuhan air, kehilangan air disini tidak
diperhitungkan karena kehilangan air disaluran pertama biasanya tidak besar.
Pencatatan keadaan tanaman sangat dibutuhkan masing-masing petak tersier.
Agar kita dapat membagikan air dengan teratur keterangan tentang keadaan
tanaman tersebut didapat dari pegawai desa atau ulu-ulu yang ditugaskan untuk
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
17
membuat laporan tersebut. Kemudian disusun berdasarkan petak tersier maka
tanaman tersebut ditanam.
Pencatatan tanaman ini di buat tiap setengah bulan sekali untuk pembagian
air dalam jangka waktu setengah bulan yang akan datang. Selain dari laporan air
dalam jangka waktu setengah bulan yang akan datang. Selain dari laporan
keadaan tanaman tersebut diatas di buat laporan keadaan tanaman yang diserang
hama.
2.3.3 Sistem Golongan
Pengolahan tanah pada awal musim tanam padi diperlukan air sangat banyak,
terutama bagi tanaman musim hujan justru harus dimulai pada akhir musim
kemarau dimana debit sungai pada umumnya masih kecil dan curah hujan masih
sedikit. Oleh karena itu untuk daerah-daerah irigasi yang agak luas dilakukan
sistem golongan, dimana awal musim tanamnya seluruh daerah irigasi tidak
serentak.
Prinsip-prinsip pengaturan sistem golongan pada umumnya adalah:
1. Tiap daerah irigasi dibagi 3-5 bagian yang masing-masing daerah dinamakan
golongan.
2. perbedaan jangka waktu untuk menerima air antara golongan yang satu
dengan golongan yang lainnya adalah dua minggu. Cara ini disebut
pembagian secara golongan.
Dengan diterapkannya sistem golongan maka dapat dipastikan bahwa
golongan yang mulai tanam pertama lebih beruntung dari pada golongan yang
berikutnya

(kedua

ketiga

dan

seterusnya).

Keuntungan

tersebut

dapat

dikemukakan sebagai berikut:


1. Kesempatan menanam padi dua kali setahun lebih besar.
2. Harga padi/ beras pada waktu panen relativ lebih tinggi karena yang panen
baru sebagian saja.
3. Kemungkinan diserang oleh hama lebih kecil.
Oleh karena itu setiap tahun golongan tersebut digilirkan yang pada tahun
pertama sebagai golongan I, pada tahun kedua menjadi golongan II, demikian
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
18
juga golongan III dan seterusnya, sedangkan golongan terakhir menjadi golongan
I.
2.4

Pendaftaran Keadaan Tanaman dan Pembagian Air Menurut Musim

Pendaftaran keadaan tanaman terutama dibutuhkan di masing-masing petak tersier


supaya kita dapat membagi-bagikan air secara merata. Keterangan itu bisa di
dapat dari pegawai desa atau ulu-ulu yang ditugaskan untuk membuat laporan itu
lalu oleh pegawai irigasi dinyatakan ditempatnya masing-masing guna
mengetahui dalam petak tersier dimana tanaman itu berada. Jika daerah irigasinya
luas sekali dan terdiri dari beberapa resort pengamat pengairan, maka untuk
keperluan diatur langsung oleh kepala seksi irigasi yang bersangkutan.
2.4.1 Pembagian Air di Musim Hujan
Di musim hujan air irigasi diberikan hanya untuk tanaman padi dengan
persiapannya antara lain adalah penggarapan tanah. Jika penanaman padi itu
dilaksanakan dengan cara golongan maka pembagian airnya dilakukan menurut
luasnya tanaman yang telah ditentukan dalam peraturan itu pada tiap petak dan
waktunya tertentu jadi pemberian airnya tidak menurut keadaan tanaman.
2.4.2 Pembagian Air di Musim Kemarau
Pembagian air di musim kemarau biasanya lebih sulit dari pada pembagian air di
musim hujan. Karena tanamannya terdiri dari beberapa jenis dengan kebutuhan air
yang berbeda-beda, keadaan air sungai yang tidak tetap, dan keadaan air di
saluran berubah menurut keadaan iklim adakalanya keadaan air tidak mencukupi
untuk kebutuhan mengairi tanaman yang telah ada, untuk itu perlu diadakan
pemberian air secara giliran.
2.4.3 Aturan Pemakaian Air Secara Giliran
Jika keadaan air kurang dari kebutuhan minimum, berarti jika air dibagi-bagikan
secara merata kepada tanaman ternyata tidak mencukupi untuk menyirami
tanaman maka untuk mempergunakan air sebaik-baiknya diadakan aturan giliran.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
19
Aturan giliran tergantung dari keadaan setempat, dan seberapa banyaknya
kekurangan air dapat dilakukan dengan cara:
a. Giliran jam
b. Giliran siang malam (telah dihapuskan)
c. Giliran harian
2.4.3.1 Giliran Jam
Sebagai contoh adalah giliran untuk beberapa jam yang dilakukan dalam petak
tersier atau dalam satu desa. Pemakai air dari saluran desa dilakukan dimana para
petani memerlukannya, sedangkan biasanya tidak semua petani menyirami
tanahnya pada saat bersamaan, akan tetapi ada yang pagi, ada yang sore dan ada
yang 2,3 atau 4 hari sekali. Giliran pemakai air dalam satu petak tersier, terutama
untuk suatu jenis tanaman antara lain palawija dengan palawija atau padi dengan
padi telah lajim dilakukan.
Lain halnya dengan giliran pemakai air mengenai palawija dengan tebu
padi, dalam hal ini harus diadakan peraturan, walaupun hanya dengan peraturan
darurat atau peraturan musim (untuk suatu waktu) saja. Biasanya jika peraturan
giliran tidak dijalankan antara palawija dengan tebu dilakukan dalam seluruh
daerah irigasi yang bersangkutan. Sebelum aturan giliran dijalankan harus diminta
atau didengar nasihat dari panitia pengairan kabupaten setelah aturan giliran
berjalan, hal ini harus segera diberitahukan kepada panitia pengairan
bersangkutan.
2.4.3.2 Giliran Siang dan Malam
Aturan giliran siang dan malam hasilnya kepada palawija tidak begitu
memperhatikan perbandingan kebutuhan air dari tanaman tebu dan palawija,
hanya pemberian air kepada tebu dilakukan dari jam 6 pagi sampai 4 sore. Namun
peraturan giliran siang dan malam merugikan rakyat karena dirasakan kurang adil,
tetapi palawija harus bekerja pada malam hari karena air yang diberikan dari jam
4 sore dan dapat dipakai jam 6 sore, untuk mengurangi keberatan peraturan siang
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
20
dan malam dalam Algemeen Waterreglemen 1936 dicantumkan ketetapan bahwa
pemberian air ketanaman palawija tidak boleh lambat dari jam 3 sore.
Dengan peraturan ini dalam daerah irigasi yang teratur atau semi teratur
pintu-pintu air dengan pengambilan tiap hari harus dirubah menurut pasten tebu.
Untuk pagi hari dan menurut pasten untuk palawija pada sore hari, berarti
menambah pekerjaan penjaga pintu air, namun kini peraturan giliran siang malam
sudah tidak berlaku lagi.
2.4.3.3 Giliran Harian
Jika keadaan air kurang memadai, maka dapat dijalankan peraturan harian giliran,
berarti air diberikan semuanya kepada tanaman tebu atau semua kepada palawija,
lamanya menurut kebutuhan air dan hari pemberian tetap. Perbandingan
kebutuhan air seluruhnya antara tebu dan palawija adalah 4 : 3 yang berarti dalam
satu minggu 4 hari airnya diberikan kepada tanaman palawija dengan hari-hari
yang tetap. Peraturan ini biasanya dilakukan dimana airnya hanya dipakai untuk
pemeliharaan tanaman-tanaman.
2.5

Curah Hujan

Curah hujan sangat diperlukan dalam proses suatu kawasan (DPS), karena
besarnya hujan inilah yang sebenarnya ditranspormasikan menjadi aliran sungai
(setream flow), baik melalui aliran permukaan (surface run off), aliran antara
(interflow, sub surface flow), maupun sebagai aliran tanah (ground water flow).
Besarnya aliran sungai dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, geologi, dan
budidaya manusia terhadap kawasan tersebut.
Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau terjadi
hanya bersifat setempat. Hujan bersifat setempat artinya curah hujan yang diukur
dari suatu pos hujan yang belum mewakili hujan untuk kawasan yang lebih luas,
kecuali hanya untuk lokasi disekitar pos hujan itu.
Variabilitas hujan umumnya sangat besar, sedangkan untuk analisis
hidrologi suatu DAS/ DPS diperlukan data hujan menurut ruang dan waktu. Data
hujan yang terukur selalu dianggap mewakili kondisi bagian kawasan dari suatu
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
21
DAS/ DPS, oleh karena itu semakin sedikit jumlah pos hujan, semakin luas DAS/
DPS.
2.5.1 Distribusi Curah Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan dalam penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir yaitu curah hujan rata-rata diseluruh wilayah
yang bersangkutan, dimana curah hujan ini menggunakan metode rata-rata
Aritmatik, dimana metode ini merupakan metode yang sederhana, karena
perhitungannya secara aljabar curah hujan di dalam dan disekitar daerah yang
diamati.
R

= 1/n x (R1 + R2 + Rn)

= Curah hujan daerah (mm)

= Jumlah titik-titik pos pengamatan

R1, R2, Rn

= Curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

Metode ini hanya digunakan untuk kondisi DAS dengan topogerafi


pendaratan dengan jumlah pos cukup banyak dan lokasinya terbesar merata pada
lokasi yang terwakili
2.5.2 Distribusi Curah Hujan Dalam Jangka Waktu
Curah hujan dalam jangka pendek dinyatakan dalam intensitas perjam yang
disebut curah hujan (mm/jam), hal ini disebabkan oleh lamanya curah hujan atau
frekwensi kejadian, adapun rumus intensitas curah hujan yang dipakai adalah:
1. Rumus intensitas curah hujan mononobe
I
I

= Intensitas curah hujan (mm/ jam)

= Lamanya curah hujan (menit), atau dalam jam

m/n = tetapan
R

= curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

2. Rumus intensitas curah hujan Prof. Sherman tahun 1905


Pendahuluan
1

Tugas Akhir
22

= Intensitas curah hujan (mm/ jam)

= Lamanya curah hujan (menit), atau dalam jam

= tinggi bukaan

= lebar bukaan

m/n = tetapan
3. Rumus intensitas curah hujan Dr. Ishiguro tahun 1954

= Intensitas curah hujan (mm/ jam)

= Lamanya curah hujan (menit), atau dalam jam

= tinggi bukaan

= lebar bukaan
karena data curah hujan yang tersedia dalam mm/hari, maka hanya

menggunakan rumus intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus


intensitas curah hujan mononobe.
2.6

Debit (Q)

Debit (Q) adalah banyaknya air yang mengalir persatuan waktu, dan
menggunakan satuan (lt/m3). Besar kecilnya Q dipengaruhi oleh musim hujan,
maka jika musim hujan Q akan besar. Hal-hal yang dapa mempengaruhi terhadap
Q adalah:
-

Makin luas DAS, makin besar Q nya

Makin deras air mengalir makin besar Q nya

Q pada musim hujan lebih besar dibandingkan Q pada musim kemarau

2.6.1 Debit Rencana


Untuk mendapatkan debit (Q) rencana dalam suatu daerah pengaliran sungai
(DPS), dilakukan perhitungan dengan beberapa persamaan, yaitu:
-

Metode Rasional Modifikasi

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
23
Penerapan metode rasional kadang-kadang memerlukan teknis yang
khusus yaitu dengan membagi daerah pengairan (DPS) dimana menjadi beberapa
sub bagian yaitu dari hulu sampai bagian yang terbesar ke arah hilir. Adapun
persamaan yang dipakai adalah:
Q = 0,278 x CIA
Q = Debit Rencana
C = Koefisien aliran
I

= Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

A = Luas Daerah Pengairan Sungai (km2)


-

Debit Andalan

Debit andalan (dependable flow) secara umum didefinisikan sebagai debit


minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang dapat dipakai untuk
keperluan bendung. Dalam analisis Q sungai dan penentuan Q andalan terdapat
beberapa metode, antara lain:
a. Debit (80%)
Debit andalan (Q 80%) adalah debit minimum rata-rata tengah bulanan
untuk kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Persamaan yang dipakai yaitu:
Q80 =
Dimana:

n
5 +1

n = Banyaknya periode yang dipakai

b. Debit (50%)
Debit andalan (Q 50%) adalah debit rata-rata bulanan untuk
kemungkinan terpenuhi 50% (kemungkinan Q sungai lebih rendah dari pada Q
andalan 50%), maka dalam hal ini debit (Q) 50% sama dengan debit rata bulan.

c. Debit dengan periode ulang 10 tahun (Q10 tahun)

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
24
Debit dengan periode ulang 10 tahun dihitung dengan frekuensi, yaitu
menentukan kemungkinan (probability) yang dapat diharapkan menyamai atau
lebih besar dari debit (Q) rata-rata bulanan hasil pengukuran yang tersedia.
2.7

Penyiapan Lahan Untuk Padi (LP)

Kebutuhan air untuk penyipan lahan umumnya menetukan kebutuhan maksimum


air irigasi pada suatu jaringan irigasi. Faktorfaktor penting yang menentukan
besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.
b. Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
1).

Jangka Waktu Penyiapan Lahan.

Faktorfaktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan


adalah:
-

Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap
lahan.

Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu


untuk menanam padi.
Faktorfaktor tersebut saling berkaitan, kondisi sosial budaya yang ada

didaerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan


untuk penyiapan lahan. Untuk daerahdaerah didekatnya sebagai pedoman
diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyeleseaikan penyiapan lahan diseluruh
petak tersier.
Bila mana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan
mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan.
Perlu diingat bahwa transplantasi ( pemindahan bibit ke sawah ) mungkin sudah
dimulai setelah 3 4 minggu di beberapa bagian petak tersier dimana pengolahan
lahan sudah selesai.
2).

Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan IR ( PL )

Besarnya kebutuhan air penyiapan lahan selama dilakukan perendaman dalam


jumlah air mm/hari ditentukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
25
oleh Van de Goor dan Zyisira (1986). Metode ini didasarkan pada laju air konstan
dalam 1/det selama periode penyiapan lahan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
IR (PL)

= M.ek / ( ek 1 )

Keterangan :
IR (PL)

= Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( mm/hari )

= Kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang dan dijenuhkan

= Eo + P

Eo

= Evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan

( mm/hari )

= 1,1 xc Eto ( mm/hari )


P

= Perkolasi ,

k =MxT/S

= Jangka waktu penyiapan lahan ( hari ), diambil 30 atau 45 hari

= Kebutuhan air untuk menjenuhkan ditambah dengan lapisan air


Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat

ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah disawah. Untuk tanah


bertekstur berat tanpa retakretak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil
200 mm ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan
transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa disawah. Setelah selesai
transplantasi lapisan air disawah akan ditambah 50 mm.
Secara keseluruhan ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi
250 mm. Bila lahan telah dibiarkan lama tidak ditanam selama jangka waktu yang
lama, ( 2,5 bulan atau lebih ) maka lapisan air yang diperlukan unutk penyiapan
lahan diambil 300 mm. Untuk tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih
tinggi, hargaharga kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari
daerahdaerah didekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya
didasarkan pada hasilhasil penyiapan dilapangan.
2.7.1 Evapotranspirasi (Eto)
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan bergerak
dari permukaan tanah, permukaan air serta tanaman menguap ke udara. Koefisien
tanaman

berbeda-beda,

dimana

besarnya

tergantung

pada

periode

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
26
pertumbuhannya. Koefisien tanaman merupakan faktor untuk mengetahui
besarnya evapotranspirasi. Harga-harga koefisien tanaman untuk padi palawija
dapat dilihat pada Tabel 2.7
Faktor yang paling penting dalam menentukan kebutuhan air adalah faktor
evapotranspirasi karena apabila kebutuhan air untuk yang lebih besar dapat
dihitung. Proses evapotranspirasi sangat mempengaruhi terhadap debit sungai,
ketersediaan sebuah waduk, dan lain-lain.
Laju evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor iklim, diantaranya:
1. Suhu
2. Kelembaban udara
3. Kecepatan angin
4. Radiasi sinar matahari
Pada perhitungan untuk model temperatur ada 4 persamaan, yaitu:
1.

Persamaan Penman

2.

Persamaan Jensen-Haise

3.

Persamaan Hamon

4.

Persamaan Bleney-Criddle

1. Persamaan Penman
Etp =

(Rn + G) +
15.36(wl+w2u2)(es-ea)
+
+

Keterangan:
Etp

= Evapotranspirasi potensial tanaman referensi, alfa yang diberi air


dalam kal/cm2 per hari, dikali 10/ , dalam mm/hari

= Kemiringan kurva tekanan-temperatur uap jenuh (de/dt) dalam


mbar/C

= Konstanta psikometrik

Rn

= Radiasi netto dalam kal/cm2 per hari

= Aliran panas tanah dalam kal/cm2 per hari

U2

= Kecepatan angin dalam km/hari pada ketinggian 2m

ES

= Tekanan uap jenuh, harga rata-rata didapatkan pada temperatur


harian maksimum dan minimum

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
27
Ea

= Tekanan uap nyata rata-rata dalam mbar

w1,w2 =

Koefisien bentuk angin, beberapa harga empirik yang dihitung,


seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Koefisien bentuk angin

W1
1.10
0.75
1.00

W2
0.0106
0.0115
0.0062

Lokasi
Mitchel, Nebraska
Kimberly, Idaho
Penman

Tanaman referensi
Alfalfa
Alfalfa
Rumput pendek

Sumber :Vaughan E. (1992)

= Cp

P
(0.622 )

Keterangan:
Cp = 0.240
P = 1013 - 0.1055 EL, mbar, (EL elevasi dalam meter)

= Panas air latent dalam skal/g

= 595.5 - 0.55 T, T dalam C


= 33.86 [0.05904(0.007387' + 0.8072)7- 0.0000342]

untuk T >23 C, A dalam mbar/ C


Rn = 0.77 Rs - Rb
Keterangan :
Rs

= Radiasi sinar matahari dalam kal / cm 2 per hari.


Harga 0.77 didapat dengan mengumpamakan suatu pantulan sebesar
0.23 untuk tumbuhan hijau yang tumbuh.

Rb

= Rb0 [ (aRs/Rs0) + b

RSO

= Radiasi sinar matahari dan aran dalam lengleys per hari.


Apabila catatan sesungguhnya tidak tersedia maka harga Rso dapat dilihat

pada tabel 2.3.


a1,a2

= Konstanta empirik, lihat Tabel 2.3.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
28
= (a1 + b1Vea)H.71xlO~8(Ta4 + Tb4)/2

a1, b1, = Konstanta empirik, lihat Tabel 2.3.


Tabel 2.3. Radiasi Sinar Matahari Rata - Rata Untuk Langit Agak Berawan.
Garis
lintang

Bulan
Jan

Feb Mar Apr Mei Jun

Jul

Aug Sep Okt Nop Des

selatan
0
652 740
5
648 758
10
710 772

694
690
681

680 623 627 616


663 590 587 577
640 571 543 526

623
590
558

707 684
693 690
680 690

680
727
727

619
677
710

Sumber : Vaughan E. (1992)

Tabel 2.4. Harga-Harga A, B, A1, B1


A
0.90
1.35
1.22
1.20
1.10
1.00

B
0.10
-0.35
-0.18
-0.20
-0.10
0.00

A1
0.37
0.35
0.33

B1
-0.044
-0.046
-0.044

0.39

-0.05

Lokasi
Mitchel, Nebraska
Davis, California
Kimberly, Idaho
Daerah kering (dianjurkan)
Daerah lembab (dianjurkan)
Lembab (dianjurkan)
umum

Sumber: Vaugnan E. (1992)

Persamaan untuk mendapatkan aliran panas tanah yaitu:


G

= [ T pr - T ] 9.1

Keterangan :
T pr = Temperatur udara rata-rata untuk periode waktu yang lampau, biasanya

tiga hari yang telah lalu apabila perkiraan harian Etp dibutuhkan.
T

= Temperatur udara rata-rata untuk saat ini, yaitu temperatur udara rata-rata
untuk hari tertentu dimana Etp diperlukan.

U2

= Uz (

2 0.2
)
z

Keterangan:
Uz = Gerakan angin pada ketinggian z
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
29
Z

= Ketinggian alat pengukur curah hujan diatas permukan tanah(m)

2. Persamaan Jensen-Haise
Etp

= Ct(T-Ts)Rs

Keterangan;
Etp

= Evaporasi tetapan (lengleys / hari) dikali 10 / X dalam mm / hari

Ct

= Koefisien temperatur, nilainya 0.0025

= Temperatur dalam C

Ts

= Fotongan pada aksis temperatur, nilainya -3

Rs

= Radiasi sinar matahari yang terjadi di dalam lengleys/hari Sedangkan

persamaan untuk daerah lain Ct dan Ts dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Ct

= (l/Ci+C2CH)

Keterangan;
CH

= 50/( 62-61)

C1

= 38-(2CXEL/305)

C2

= 7.6 C

Dan
Ts = -2.5-0.14(e2-ei)C/mbar-EL/550
Keterangan:
e1, e2 = Tekanan uap jenuh pada rata-rata temperatur maksimum dan minimum,
berturut-turut untuk bulan yang paling hangat pada tahun tersebut pada
daerah yang ditentukan.
Untuk perhitungan kebutuhan air tanaman maka dipakai persamaan
berikut:
Et = Kco x Etp
Keterangan:
Etp = Kebutuhan air untuk tanaman
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
30
Kco = Koefisien tanaman

3. Persamaan hamon
Persamaan Hamon (1961) menaksir persamaaan untuk menaksir evapotranspirasi,
persamaan Hamon merupakan metode yang berdasarkan pada kerapatan uap air
jenuh sebagai fungsi kelembaban absolute dalam penyinaran matahari terhadap
satuan 30 hari dan 12 jam perhari.
Metode ini di evaluasi di Amerika menggunakan lisimeter dan kadangkadang digunakan di Indonesia dengan rumus-rumus Hamon sebagai berikut:
= ChxD2xPt

Eto

Keterangan:
Eto

= Evapotranspirasi rujukan (inchi/hari)

Ch

= Koefisien = 0,55

= Durasi jam penyinaran matahari terhadap satuan 30 hari selama 12


jam/hari

Pt

= Kerapatan uap jenuh (gram/mVlOO) dan merupakan fungsi temperatur.


Nilai Pt dapat dilihat pada tabel 2.6

Tabel 2.5. Durasi Sinar Matahari D Terhadap Satuan 30 Hari Selama 12 jam/hari.
Lintang
0

5
10
15
20
40

Jan
1,0
4
1,0
2
1,0
0
0,9
7
0,9
5
0,8

Feb Mar Apr Mei Jun


0,9
1,0 1,0 1,0
1,04
1
1
4
1
Utara
0,9
1,0 1,0 1,0
1,03
3
2
6
3
0,9
1,0 1,0 1,0
1,03
1
3
8
6
0,9
1,0 1,1 1,0
1,03
1
4
1
8
0,9
1,0 1,1 1,1
1,03
0
5
3
1
0,8 1,03 1,1 1,2 1,2

Jul
1,0
4
1,0
6
1,0
8
1,1
2
1,1
4
1,2

Aug Sep
1,0
1,04
1
1,05
1,07
1,08
1,11
1,18

Okt Nop Des


1,0
1,01 1,04
4

1,0

1,0

1
1,0

3
1,0

2
1,0

2
1,0

2
1,0

1
1,0

2
1,0

0
0,9

0,99 1,02
0,99 0,99
0,95 0,97
0,93 0,94
0,83 0,81

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
31

50

5
10
15
20
40
50

4
0,4

3
0,7

1,0

0,9

6
1,0

5
0,9

8
1,1

7
0,9

2
1,1

8
1,0

4
1,2

0
1,0

7
1,3

6
1,1

1,02

1,04
1,05
1,05
1,05
1,07
1,08

1
1,1
5

4
1,3

5
1,3

7
1,3

1,0

3
6
Selatan
1,0 0,9

7
1,0

0
0,9

2
1,0

9
0,9

2
1,0

9
0,9

1
0,9

6
0,9

0
0,9

8
0,9

8
0,9

4
0,9

7
0,9

7
0,9

6
0,8

4
0,7

5
0,8

3
0,9

6
0,7

8
0,6

1
0,7

1,25

1,03
1,01
1,00
0,99
0,92
0,88

4
1,0

6
0,9

1,0

1,0

0
1,0

5
1,0

0
1,0

6
1,0

0
1,0

7
1,1

0
1,0

5
1,1

0
0,9

5
1,1

0,76 0,70

1,03 1,06
1,05 1,10
1,07 1,12
1,20 1,29
1,20 1,29
1,29 1,41

Sumber : Soewarno (2000 )

Tabel 2.6. Nilai Pt Untuk Kerapatan Uap Jenuh


Kerapatan uap air jenuh (gram/m3/100
9.3
12.3
17.1
22.8
30.4
39.4

Temperatur
10
15
20
25
30
35
Sumber : Soewarno, 2000

4. Persamaan Bleney-Criddle
Bleney-Criddle mengembangkan rumusan yang disederhanakan dengan
menggunakan temperatur dan jam siang hari. Konsep tanaman referensi tidak
sesuai pada persamaan ini.

Bentuk persamaan yang disajikan disini adalah

kebutuhan air tanaman (Etc, estimate crop requirement) yang digambarkan secara
matematik sebagai berikut:
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
32
Etc = kc.Eto
Eto = p(0.46t + 8.13)
Keterangan:
Etc = Kebutuhan air tanaman (consumtive water requirement) dalam mm/hari
kc = Koefisien tanaman ( Tabel 2.6)
Eto = Evapotranspirasi

tetapan,

dalam

persamaan

bleney

criddle-criddle

umumnya ditulis sebagai f = faktor kebutuhan air dalam mm/hari


t

= Temperatur rata- rata dalam C

= j/J xl00

= Rata-rata harian lamanya waktu siang hari untuk bulan tertentu

= Jumlah waktu lamanya siang dalam setahun, misalnya 12 jam x 360 hari.

Tabel 2.7. Nilai-Nilai Koefisien Tanaman Padi dan Palawija


Bulan
Ke
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0

Nedeco / Porsida
Lokal
Unggul
1.20
1.20
1.20
1.27
1.32
1.33
1.40
1.30
1.35
.130
1.24
0
1.12
0

FAO
Lokal
1.10
1.10
1.10
1.10
1.10
1.05
0.95
0

Unggul
1.10
1.10
1.05
1.05
0

Palawija
0.50
0.65
0.97
1.03
0.98
0.85

Sumber.Soewarno, 2000

2.7.2 Evapotranspirasi Tanaman (Etc)


Evapotranspirasi tanaman dihitung dengan rumus :
Etc

Kc x Eto

Keterangan:
Etc
= Evapotranspirasi tanaman ( mm / hari )
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
33
Eto

Evapotranspirasi tanaman acuan ( mm / hari ).

Kc

Koefisien tanaman

2.7.3 Kebutuhan total air di sawah (GFR)


Kebutuhan total air disawah adalah air yang diperlukan dari mulai penyiapan
lahan, pengolahan lahan, sehingga siap untuk ditanami, sampai pada masa panen.
Dengan kata lain, air yang di perlukan dari awal sampai selesainya penanaman.
Kebutuhan total air disawah dapat di hitung dengan rumus:
GFR = Etc + P + WLR
Keterangan:
GFR

= Kebutuhan total air di sawah (mm/ hari atau Lt/ hari.ha)

Etc

= Evapotranspirasi tetapan (mm/hari)

WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)


P

= Perkolasi koefisien tanaman berbeda-beda, dimana besarnya


tergantung pada periode pertumbuhannya.
Koefisien tanaman merupakan faktor untuk mengetahui besarnya

evapotranspirasi harga-harga koefisien tanaman untuk padi padi dilihat pada


Tabel 2.6
2.7.4 Perkolasi (P)
Laju pekolasi sangat bergantung kepada sifatsifat tanah. Pada tanah lempung
berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai
13. Pada tanahtanah lebih ringan, laju pekolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil
penyilidikan tanah pertanian dan penyilidikan kelulusan besarnya laju perkolasi
serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan
dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah
juga harus diperhitungkan.
2.7.5 Perkolasi dan Perembesan
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak
diantara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah (zona jenuh). Banyaknya
air untuk perkolasi tergantung dari sifat-sifat tanah, diantaranaya tekstur tanah,

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
34
dan struktur di dalam lapisan tanah, elevasi muka air tanah dan kedalaman lapisan
kedap air.
Pada pedoman kriteria perencanaan irigasi tahun 1981, perkolasi
ditentukan seperti pada Tabel 2.8 bulan ke 2 = 3mm/hari
Tabel 2.8. Nilai-Nilai Faktor P Untuk Metode Bleney-Criddle
Lintang
Utara
Selatan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

0.2

0.2

0.3

0
0.2

6
0.2

2
0.3

0.38

0.41

0.40

0.34

0.28

0.22

0.17

0.13

3
0.2

7
0.2

1
0.3

0.34

0.36

0.35

0.32

0.28

0.24

0.20

0.18

4
0.2

7
0.2

0
0.2

0.32

0.34

0.33

0.31

0.28

0.25

0.22

0.21

5
0.2

7
0.2

9
0.2

0.31

0.32

0.31

0.30

0.28

0.26

0.24

0.23

6
0.2

7
0.2

8
0.2

0.29

0.30

0.30

0.29

0.28

0.26

0.25

0.25

7
0.2

7
0.2

8
0.2

0.28

0.29

0.29

0.28

0.28

0.27

0.26

0.26

0.27

0.27

0.27

0.27

0.27

0.27

0.27

0.27

600

0.15

500

0.19

400

0.22

300

0.24

200

0.25

100

0.26

00

0.27

7
7
Sumber: Soewarno, 2000

Tabel 2.8.1. Nilai-Nilai Perkolasi


Bulan
Daerah
Up Land
Low Land

I
6
3

Perkolasi (mm/hari)
II
III
IV1
5
4
3
2
2
1

IV2
0
0

Sumber : Anonim, 1981

Menurut data yang ada pada Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan
Kabupaten Garut, nilai perkolasi untuk daerah irigasi Cibatu yaitu seperti pada
tabel 2.8.2
Tabel 2.8.2 Nilai-Nilai Perkolasi Berdasarkan Ketentuan SDAP
Sumber:
Dinas
Sumber Daya Air dar Pertambangan
Soil
Texture
PerkolasiGarut, 2006

Sangat Ringan
Ringan
Pendahuluan
Menengah
Berat

11
8
5
2

Keterangan
Untuk daerah Garut nilai
perkolasi diambil
3mm/hari

Tugas Akhir
35

Nilai perkolasi untuk tanaman padi dan palawija untuk daerah Garut
adalah sebagai berikut:
1.

2.

Tanaman Padi

Bulan ke 2 = 3 mm/hari

Bulan ke 3 = 3 mm/hari

Bulan ke 4 = 3 mm/hari

Tanaman Palawija

Bulan ke 1 = 3 mm/hari

Bulan ke 3 = 0 mm/hari

2.7.6 Pergantian Lapisan Air (WLR)


a. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan
air menurut kebutuhan.
b. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2
kali, masingmasing 50 mm ( atau 3,3 mm/ hari) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi.
2.8

Curah Hujan Efektif (Re)

Curah Hujan Efektif merupakan volume air dilapisan tanah pada keadaan
kapasitas lapang ( Field Capacity ), dikurangi volume air pada titik layu dan
disebut air tanah yang tersedia ( Available Soil Moisture ). Air tanah yang tersedia
ini merupakan air persediaan di zona akar. Agar tanaman dalam proses
pertumbuhan tidak mengalami gangguan ( Stres ) harus ada air tanah yang secara
langsung tersedia.
Curah hujan efektif adalah bagian curah hujan yang dapat disimpan
disawah lahan/ sawah tanpa merusak tanaman dan tersedia untuk pemanfaatan
pertumbuhan lebih lanjut. Untuk irigasi pada curah hujan efektif bulanan diambil
70 % dari curah hujan minimum bulanan. Dalam menghitung kebutuhan air
tanaman irigasi, curah hujan dibedakan:
1. Curah Hujan Nyata.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
36
Yaitu sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu daerah pada periode
tertentu.
2. Curah Hujan Efektif
Yaitu sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat
dipergunakan ( dibutuhkan ) oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Jadi curah
hujan efektif merupakan sebagian saja dari sejumlah curah hujan nyata.
Untuk menghitung curah hujan efektif dapat digunakan beberapa rumus,
sebagai berikut:
Padi

: Re = 0,7 x R80 % ( mm / hari )


15

Palawija : Re = ( 0,80 X R 50 % - 25 ) jika R 50 % > 40 ( mm /hari)


15
Re = ( 0,60 X R 50 % - 10 ) jika R 50 % < 40 ( mm/hari)
15
Penyiapan Lahan Re =

R 80 % ( mm / hari )
15

Di daerahdaerah proyek yang besar dimana datadata curah hujan harian,


harus dipertimbangkan untuk diadakan studi simulasi untuk menghasilkan kriteria
yang lebih terinci. Ketentuan curah hujan efektif diusahakan pada curah hujan
harian dari tahun andalan.
R (80 ) = Curah Hujan Efektif diambil 80 dari curah hujan nyata yang jatuh
pada suatu daerah periode tertentu
R (50 %) = Curah Hujan Efektif diambil 50 % dari curah hujan nyata yang jatuh
pada suatu daerah periode.
2.8.1 Faktor K
Faktor K adalah perbandingan antara debit ketersediaan air dengan debit
kebutuhan air, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
K

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
37
Nilai faktor K menunjukan jumlah ketersediaan air yang mampu diberikan
terhadap kebutuhan air di sawah. Apabila nilai K kurang dari satu (<1), maka air
yang tidak cukup, dan sebaliknya apabila nilai faktor K lebih dari satu (>1), maka
air yang ada cukup.
2.9

Kebutuhan Air Irigasi di Bangunan-bangunan (IR)

Kebutuhan air irigasi di tiap bangunan pengambilan yaitu jumlah air yang
dibutuhkan untuk dapat mengairi seluruh areal suatu jaringan irigasi dengan
mempertimbangkan adanya kehilangan air sepanjang salurn primer, sekunder dan
tersier.
2.9.1 Kebutuhan Air Sawah (Water Requirement) NFR
Water requirement adalah kebutuhan air yang dibutuhkan untuk tanaman pada
petak sawah yang direncanakan. Untuk menghasilkan produksi yang meningkat,
banyaknya air yang digunakan tergantung pada jenis tanaman yang akan dialiri
mulai dari masa transplantasi sepanja ng proses pertumbuhan hingga panen.
Berdasarkan data klimatologi, di hitung kebutuhan bersih air di sawah
adalah kebutuhan total air disawah dikurangi oleh curah hujan efektif, sehingga
air yang diperlukan sudah berkurang akibat pengambilan air untuk tanaman
sebagian di ambil dari curah hujan, dengan rumus-rumus:
Rumus NFR untuk masing-masing keperluan:
Padi

: NFR = P + WLR + Etc Re 80%

Palawija

: NFR = Etc Re (50%)

Penyiapan Lahan

: NFR = LP Re (80%)

Keterangan:
NFR

= Kebutuhan air bersih disawah

= Perkolasi

WLR = Pergantian lapisan air


Etc

= Evapotranspirasi tanaman

LP

= Penyiapan lahan

Kebutuhan air irigasi untuk padi (WRD):


Pendahuluan
1

Tugas Akhir
38

Dimana e adalah faktor efisiensi.


Kebutuhan air irigasi untuk palawija:

Penggunaan air konsumtif:


Etc = Ke.Eto
Keterangan:
Ke

= Koefisien tanaman

Eto

= Evapotranspirasi (mm/hari)
Untuk kebutuhan air irigasi di bangunan (di intake) menggunakan rumus:

IR

= NFR / e

Keterangan:
IR

= Kebutuhan air irigasi di bangunan pengambilan

NFR

= Kebutuhan air bersih di sawah

= Efisiensi di saluran, yaitu tingkat eisiensi yang dapat dicapai disaluran


karena adanya kehilangan air akibat rembesan atau bocoran sepanjang
saluran tersebut.

1. Efisiensi saluran Tersier

= 80% = 0,80

2. Efisiensi saluran Sekunder = 80% X 90% = 0,72


3. Efisiensi saluran Primer

= 80% X 90% X 90% = 64,8% = 0,65

2.9.2 Q Intake
Q intake yaitu suatu bangunan yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai,
mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai
dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian sisi bendung di tembok pangkal
dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas. Bangunan intake yaitu
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
39
suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai,
mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai
dan sampah masuk ke intake, terletak di bagian sisi bendung di tembok pangkal
dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas.
Lebar lubang intake dapat dihitung dengan rumus:
Qi

= c.b.h atau,

Qi

= .b.a

Keterangan:
Qi

= debit intake (m3/det)

C dan = koefisien pengaliran (0,80 0,90)


a

= tinggi bukaan lubang (m)

= percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

= kehiangan tinggi energi (0,15 0,30)

Tinggi pintu (h) berbanding dengan lebar pintu (b) dapat diambil dengan
perbandingan sebagai berikut:
B : h = 1 : 1 atau,
B : h = 1,5 : 1 atau,
B : h = 2 : 1.
Lebar satu pintu intake biasanya tidak lebih dari 2,5 m dan diletakan
dibagian udik, besarnya debit diatur dengan tinggi bukaan pintu. Lantai intake
dibuat datar tanpa kemiringan, sedangkan dihilir pintu lantai berbentuk miring dan
dengan berbentuk terjunan sekitar 0,5 m. syarat ketinggian lantai intake diatas
lantai udik dengan memperhatikan sedimen yang diangkut yaitu:
0,50 m jika sungai mengangkut lanau.
1,00 m jika sungai mengangkut kerikil dan pasir.
1,50 m jika sungai mengangkut bongkah dan kerakal.
Pada keadaan ini makin tinggi lantai dari dasar sungai akan semakin baik
sehingga pencegahan angkutan sedimen dasar masuk ke intake juga makin baik,
tetapi bila lantai intake terlalu tinggi maka debit air yang disadap menjadi sedikit.
Untuk mengatasi ini perlu membuat intake arah melebar agar penyadapan air
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
40
dapat dipenuhi dan pencegahan sedimen masuk intake dapat dihindari, maka perlu
diambil perbandingan tertentu antara tinggi air dengan lebar bukaan pintu.
Q intake = NFR x A area
Dengan:
Q intake

= suatu yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai

NFR

= kebutuhan air irigasi di sawah, dalam satuan mm/hari

A area

= luas area yang diairi.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
41

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu berupa
kajian terhadap pembagian air di daerah irigasi Citameng, Kabupaten Garut.
Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada metode analistis deskriptif, dengan tujuan
mengidentifikasi berbagai masalah yang mempengaruhi terhadap pembagian air
serta hasil panen secara optimal pada daerah irigasi Citameng.
Dalam penelitian mengenai Evaluasi Kebutuhan Air Pada Bangunan Bagi
dan Bangunan Sadap D.I Citameng IV Kabupaten Garut ini melakukan beberapa
tahap penelitian, mulai dari survey pendahuluan yang berkenaan dengan keadaan
fisik bangunan bagi dan bangunan sadap Citameng IV maupun tingkat pelayanan
dari saluran Bendung Citameng IV sampai dengan pengumpulan data-data teknis
dari pihak pengelola saluran Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap Citameng IV,
yang mana data-data yang diperoleh adalah Skema Jaringan Irigasi, skema
Bangunan Irigasi, gambar bendung dan saluran pada Citameng IV.
3.1 Luas Areal
Luas Areal yang didapat dari dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan
Kabupaten Garut 484 Ha. Namun dikarenakan belum adanya pengukuran terbaru,
maka penulis mengambil luas 484 Ha, karena luas areal berkurang karena adanya
pembangunan pemukiman, jalan dan lain-lain.
3.2

Data Penelitian

Data penelitian yang didapat dari lapangan digunakan untuk perhitungan, dimana
data tersebut diambil dari instansi Sumber Daya Air dan Pertambangan Kab.
Garut, data-data yang diperlukan diantaranya:
1. Peta Topograpi
Peta topograpi ini digunakan untuk:
-

Menggambarkan lokasi studi

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
42
-

Menggambarkan Luas cathment area.

2. Data Klimatologi
Data ini digunakan untuk perhitungan evapotranspirasi. Pengambilan data
diambil dari tahun 1997 sampai tahun 2011. Data klimatologi terdiri dari:
- Temperatur
- Kelembaban Udara
- Kecepatan angin
- Penyinaran matahari
3. Data curah hujan
Curah hujan didapat dari hasil perhitungan curah hujan di masing-masing
stasiun, yaitu stasiun Cibatu dan stasiun Cinta. Data ini merupakan curah
hujan rata-rata dalam setiap bulannya. Perhitungan ini diprediksi selama 15
tahun dihitung mulai tahun 1997 sampai 2011.
4. Data Debit.
Data ini adalah data dimana diketahui air yang tersedia dan air yang
dimanfaatkan pada Daerah Irigasi Citameng. Data ini akan disajikan dalam
bentuk tabel periode tahun 1997-2011.
3.3

Petak Tersier
Data luas areal tiap petak tersier pada Daerah Irigasi Citameng ada 21
petak, hasilnya bisa dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Petak Tersier Daerah Irigasi Citameng
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kode Nama

Kode Nama

Bangunan
BCT IV 1
BCT IV 2
BCT IV 3
BCT IV 4
BCT IV 5
BCT IV 6
BCT IV 7
BCT IV 8
BCT IV 9

Saluran Tersier
CT IV 1 ki
CT IV 2 ki
CT IV 3 ki
CT IV 4 ki
CT IV 5 ki
CT IV 6 ki
CT IV 7 ki
CT IV 7 ka
CT IV 8 ki

Luas Areal (Ha)


2
25
12
31
5
9
16
66
14

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
43
10
BCT IV 10
CT IV 9 ki
11
BCT IV 11
CT IV 10 ki
12
BCT IV 12
CT IV 11 ki
13
BCT IV 13
CT IV 11 ki
14
BCT IV 14
CT IV 12 ki
15
BCT IV 15
CT IV 13 ki
16
BCT IV 16
CT IV 13 ka
17
BCT IV 17
CT IV 13 ki
18
BCT IV 18
CT IV 14 ki
19
BCT IV 19
CT IV 14 ka
20
BCT IV 20
CT IV 15 ki
21
BCT IV 21
CT IV 15
Sumber : SDAP Kab Garut tahun 2011

3.4

85
28
14
12
10
3
15
35
8
11
18
14

Sumber Air
Sumber Air yang digunakan untuk mengairi daerah irigasi Citameng

dengan luas areal 484 Ha adalah sungai Citameng. Selain mengairi irigasi,
Citameng juga menjadi sumber air irigasi Cigugur dengan luas areal 62 Ha dan
Sukawangi dengan luas 213 Ha. Sumber air Citameng berasal dari mata air
Gunung yang terletak di Desa Cinta Kecamatan Karangtengah Kabupaten Garut
Propinsi Jawa Barat.
3.5

Lokasi Penelitian

Bendung Citameng berada di Kecamatan Sukawening, dimana bendung ini


mengairi daerah irigasi Sukawening dan Cibatu. Bangunan Bagi DI Citameng
yaitu untuk mengetahui kebutuhan air irigasi yang mana manfaatnya untuk
digunakan mengairi daerah irigasi Sukawening dan Cibatu dengan luas areal 484
Ha dan untuk mengetahui kebutuhan air di intake.
Adapun daerah Bangunan Bagi Citameng IV terletak di Sungai Citameng
yang dibatasi oleh batas alam:
Sebelah Barat

: Areal Citameng

Sebelah Timur

: Daerah Perbukitan

Sebelah Utara

: Areal Cibatu

Sebelah Selatan

: Daerah Perbukitan

Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 3.1

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
44

Lokasi

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


3.6

Perkolasi (P)

Perkolasi adalah proses penjenuhan tanah subsurface. Besarnya perkolasi sangat


tergantung pada sifat-sifat tanah di daerah-daerah lokasi diantaranya oleh faktor
tekstur tanah, permeabilitas tanah, tebal lapisan tanah bagian atas dan letak
permukaan air tanah.
Besarnya air perkolasi berdasarkan hasil penyelidikan tanah pertanian dan
kelulusan tanah, besarnya berkisar antara 1-3 mm/ hari. Dalam pelaksanaan
dilapangan sangat sulit untuk memantau besarnya kehilangan air akibat perkolasi.
Untuk kebutuhan air evaluasi kebutuhan air pada Tugas Akhir ini sesudah
dilakukan penggenangan diambil rata-rata besarnya adalah = 2 mm/ hari.

3.7

Pergantian Lapisan Air (WLR)

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
45
Water Layer Replcement (WLR) Pergantian lapisan air pada perhitungan
kebutuhan air diambil 3,3 mm/ hari selama satu setengah bulan setelah
transplantasi sumber data dari PIJB yang ada di Dinas PU Sumber Daya Air Dan
Pertambangan Kab. Garut.
3.8

Curah Hujan

Data curah hujan yang akan dipergunakan dalam mengevaluasi kebutuhan air
adalah data curah hujan pengamatan 15 (lima belas) tahun dari stasiun Cibatu, dan
Stasiun Cinta dan berdasarkan waktu kejadian pada curah hujan maksimum di
tiap-tiap stasiun

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
46

Mulai

Mengumpulkan
data-data

Mengolah
data debit air

Mengolah:
- Data
klimatologi
Data curah hujan

Eto, Re, P, WLR, dan


ETC
Alt Rencana didapatkan NFR

Analisa curah
hujan efektif

Alternatif 1 didapatkan NFR


Alternatif 2 didapatkan NFR
Q 80
(Debit Andalan)

Intensitas curah
hujan

Kebutuhan total air

Kebutuhan bersih
air di sawah

Ketersediaan air

Kebutuhan Air di
Intake (IR)

Kebutuhan Air di Bangunan Bagi


dan bangunan Sadap BCT. IV
(IRB)

Faktor
K

Tida
k

Evaluasi
Kebutuhan
air

Y
a
Seles
ai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Evaluasi Kebutuhan Air Pada Bangunan
Bagi dan bangunan Sadap BCT. IV D.I Citameng.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
47

BAB IV
PENERAPAN METODE PERHITUNGAN
4.1. Analisis Data
4.1.1 Analisis Data Curah Hujan Rata-Rata Metode Aritmetika
Dalam hal ketersediaan air yang akan dianalisis untuk Evaluasi Kebutuhan Air
pada bangunan Bagi BCT. IV Bendung Citameng adalah data curah hujan harian
pada stasiun Cibatu dan Cinta selama 15 tahun yang terlampir, maka ditentukan
curah hujan maksimum tiap stasiun seperti pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Cibatu dalam mm
Tahun
Bulan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

R Max
1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

37

35

57

25

7,5

19

24,6

22,6

68,5

8,2

24,5

14,7

21,4

tgl

14

10

10

11

0
16,9

20

31

32

16,5

25

60

17

28,9

10,4

22,4

38,8

9,5

29

tgl

29

23

30

30

25

25

28

21

20

24

19

31

30

30

28

36

51

42

22,5

12

14

39

36,1

39,5

24,5

11,7

20

46,2

23,5

tgl

15

14

11

36

51

28

10,2

41

17

19

21,6

45,5

18,1

36,4

16,7

35,9

46,5

33,3

tgl

20

22

21

23

28

24

16

29

20

26

17

28

20

19

17

24

31

62

13

7,1

29,5

21

21,6

76,4

31,3

22,1

35,3

77,2

39,2

24,5

tgl

15

13

13

11

11

14

14

30

59

37

20

12,5

13,5

28

106,5

24,75

19,2

36,8

34,2

20,95

44,8

40,2

tgl

29

17

29

21

22

27

30

30

31

21

16

21

27

16

24
26,2

62

40

38

19,5

16

15,5

13

33,4

37,3

22,5

27,7

26,2

26,9

37,7

tgl

15

11

15

10

12

11

14

11

11

12

30

25

12

19

30

14,5

16,7

17,7

58,8

15,9

15,7

65,5

21,2

tgl

23

20

29

30

24

20

22

22

22

26

21

21

23

21

25

30

37

17

13

10

18

25,5

46,5

18,8

9,3

30,8

22,6

tgl

13

11

15

12

10

45

16

16,6

16

9,5

38,7

13,1

39,4

33,6

93,9

17,3

tgl

30

21

31

21

21

31

25

28

16

22

31

19

21

16

28

33

11

42

3,5

4,8

7,5

10,3

10,45

16,5

tgl

10

13

14

56

14

10

8,5

28,6

3,6

25,7

42,5

tgl

29

20

30

16

23

18

30

19

29

24

2,6

16,7

15,9

2,9

17,4

25,5

tgl

12

10

10

9,4

13

6,1

8,5

3,4

tgl

20

29

18

17

16

18

25

20

4,7

2,4

19,5

tgl

15

15

40

9,5

27,7

tgl

20

23

27

23

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
48
Tahun

R Max

Bulan

Sep

Okt

Nov

Des

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

43

12

13

14,4

2,9

33

tgl

15

10

29

15

16,3

23,7

tgl

27

25

23

19

19

26

27,5

24

26,5

21,25

37

22,4

tgl

12

13

12

13

47

29

11,5

60

6,8

22,9

55,9

40,45

5,1

45,2

16,8

tgl

25

26

17

27

30

30

24

30

29

23

17

25

41

9,5

17

50

25

22

38

31,6

18,6

39,2

57,6

25,2

23,1

45,2

tgl

15

12

14

10

10

11

14

32

50

70

15,7

23,5

44

30,3

11,2

8,4

4,5

69,6

28

36,5

11,5

tgl

20

17

18

24

18

24

25

25

20

21

18

27

27

25

23

25

82

54

13

28,7

40,6

11,5

29,5

18,9

39,6

67

12,5

50,1

20,9

tgl

14

15

14

14

13

11

11

31

34

40

11,5

19

6,5

26,9

32,1

30,4

33,6

19,6

64,4

9,3

45,9

39,5

tgl

29

16

29

17

20

30

29

31

24

28

17

27

28

21

26

2008

2009

2010

2011

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.2 Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Cinta dalam mm


Tahun
1997

1998

1999

6,5

tgl

Bulan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

R Max
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

15

25

10

30

11

90

52

14

10

10

11

25

35,5

81

17

12

30

38

11

tgl

29

23

30

30

25

25

28

21

20

24

19

31

30

30

28

31

14

39

45

tgl

15

14

11

15

15

49

14,5

28

22

20

17

tgl

20

22

21

23

28

24

16

29

20

26

17

28

20

19

17
0

14

30

11

22

59

tgl

15

13

13

11

11

14

14

12

12,5

107

14

20

13

tgl

29

17

29

21

22

27

30

30

31

21

16

21

27

16

24

45

52

56

15

33

59

tgl

15

11

15

10

12

11

14

11

15

10

tgl

23

20

29

30

24

20

22

22

22

26

21

21

23

21

25

15

26

60

27

tgl

13

11

15

14

12

10

13

17

10

21

tgl

30

21

31

21

21

31

25

28

16

22

31

24

19

21

16

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
49
Tahun
1997

1998

1999

2000

15

tgl

Bulan

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

R Max
2001

2002

2003

33,5

38

10

12

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

40

40

13

14

12

40

20

35

17

tgl

29

20

20

30

16

21

23

17

18

21

30

19

29
0

16

17

15

tgl

12

9,5

70

35

10

tgl

20

17

29

18

17

16

18

31

25

20

20

19

25

tgl

11

15

115

40

120

tgl

20

23

27

26

28

28

17

23

15

32

14

37

tgl

13

13

15

10

12

40

35

tgl

27

24

25

23

19

19

21

17

26

30

20

12

30

58

30

tgl

12

13

12

13

23

55

55

35

15

15

10

tgl

25

27

18

26

17

27

30

30

24

30

30

29

23

17

25

14

38

60

12

tgl

15

12

14

10

10

11

14

15,5

10

40

20

30

53

15

tgl

20

17

18

24

18

24

25

25

20

21

18

27

27

25

23

43

20

12

17

16

46

15

tgl

14

15

14

14

13

11

11

22

32

17

50

tgl

29

16

29

17

20

30

29

31

24

28

17

27

28

21

26

Sumber: Data Hitungan 2012

Dari perolehan pada Tabel 4.1, 4.2 berdasarkan waktu kejadian pada curah
hujan maksimum distasiun Cibatu maka didapatlah curah hujan rata-rata tiap
setengah bulanan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
50
Tabel 4.3 Data Curah Hujan R1 tiap setengah bulanan
Tgl

Tahun

4
7
8
14
5
1
0
8
4
10
10
11
3
3
0

1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Rmax
Cibatu
37
35
57
25
7,5
19
0
24,6
22,6
68,5
8,2
24,5
14,7
21,4
0

R Cinta

0
6,5
0
0
0
15
0
25
0
10
30
0
11
90
52

18,5
20,75
28,5
12,5
3,75
17
0
24,8
11,3
39,25
19,1
12,25
12,85
55,7
26
302,25
20,15

Jumlah

R 1jan1

20,15

Sumber: Data Hitungan 2012

Untuk data Curah Hujan Maksimum berdasarkan waktu kejadian pada


Stasiun Cinta dan Stasiun Cibatu selama 15 tahun untuk mendapatkan curah hujan
rata-rata tiap setengah bulanan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

Tabel 4.4 Data Curah Hujan maksimum Stasiun Cinta Dalam mm


Tahun
Bulan
1
Jan

R Max
1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

31,5

45

35

26

73

25

40

17

33

29

175

52

tgl

11

16

15

34

36

125,5

81

19

72

65

30

65

51

97

45

tgl

22

25

19

22

18

28

28

25

23

19

28

31

29

25

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
51

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

36

11

20

37

14

41

39

30

73

41

20

55

34

tgl

11

10

15

12

12

11

15

20

70

19

101

22

40

73

42

82

43

125

tgl

22

19

27

23

17

29

16

23

23

17

26

25

23

30

15

95

34

35

38

22

50

50

51

61

62

50

tgl

13

15

12

11

12

10

77

40

70

107

79

65

43

70

80

tgl

26

17

17

23

17

21

30

18

29

20

18

27

29

52

10

45

52

21

66

15

33

32

25

16

96

62

85

tgl

10

11

10

12

10

14

15

10

39

37

92

17

15

20

20

17

11

19

20

tgl

16

28

27

16

26

22

23

18

26

25

23

16

30

12

40

14

64

26

15

60

47

62

10

tgl

15

14

14

12

14

10

30

17

57

17

10

23

25

21

27

26

50

tgl

16

18

29

17

30

25

28

16

16

24

20

20

21

44

41

33,5

38

40

40

25

32

40

tgl

13

12

11

12

14

7,5

40

42

20

35

17

14

17

tgl

26

20

17

21

17

21

23

21

19

16

19

17

35

15

10

tgl

12

9,5

10

70

35

35

10

tgl

17

16

19

17

16

29

31

20

19

25

40

tgl

11

11

25

115

40

120

tgl

27

26

28

28

17

15

32

14

45

37

tgl

13

13

15

13

12

55

40

35

tgl

24

27

20

30

21

17

30
30

87

12

30

15

118

59

tgl

10

13

11

12

11

23

55

37

18

55

35

45

53

45

38

tgl

26

27

18

30

16

30

30

30

24

16

21

12

15,7

46

87

14

20

38

75

65

12

10

66

60

20

tgl

12

14

15

10

15

15

25

31,3

60

89

85

72

30

60

72

36

70

63

64

34

tgl

28

27

29

19

23

24

25

18

28

29

24

16

24

19

Tahun
Bulan

Des

R Max
1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011
2

42

18,5

15

43

72

12

90

35

26

52

111

95

tgl

14

15

14

11

15

28

20

30

56

46

34

17

48

30

45

76

93

10

tgl

22

27

21

23

30

26

24

24

31

30

24

18

30

Sumber: Data Hitungan 2012

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
52
Tabel 4.5 Data Curah Hujan maksimum Stasiun Cibatu Dalam mm
Tahun
1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

33

57

2,5

24.6

10,2

24,3

24,5

4,3

tgl

11

11

32

1,5

16

60

12,9

2,1

22,4

11,1

17,5

tgl

22

25

30

19

22

18

28

28

25

23

19

28

31

29

25

Bulan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

R Max

29

42

0,9

14

39

6,2

36

24,5

7,8

1,6

5,3

tgl

11

10

15

12

12

11

36

51

28

28

15,5

21,6

15,2

15,1

tgl

20

22

21

19

27

23

17

29

16

23

23

17

26

25

23

24

62

1,5

7,5

21,6

76,4

2,1

14

3,6

39,2

10,3

tgl

13

13

15

12

11

10

59

40

2,5

106,5

24,75

2,5

23,4

tgl

26

17

31

17

23

17

21

30

31

18

29

20

18

27

29

18

21

15,5

2,5

13

33,4

37,3

3,2

3,8

tgl

10

11

10

12

12

10

14

15

10

12

19

14,5

16,7

35,5

43,3

tgl

16

28

27

16

24

20

26

22

22

23

18

26

25

23

16

17

10

25,5

12,3

tgl

15

14

11

14

12

14

16

9,5

38,7

10,5

44,8

tgl

16

18

29

21

17

30

25

28

16

16

16

24

20

20

21

28

11

3,5

4,8

10,3

tgl

13

12

15

14

11

12

14

56

14

8,5

28,6

tgl

29

26

20

30

17

21

23

17

18

21

23

21

19

24

16,7

17,4

tgl

12

10

13

6,1

tgl

20

17

16

19

17

16

29

31

20

20

4,7

2,4

3,4

tgl

11

15

11

40

9,5

27,7

tgl

27

23

27

26

28

28

17

23

12

13

14,4

33

tgl

13

13

15

13

29

16,3

23,7

tgl

27

24

25

27

20

30

19

21

17

26

30

2008

2009

2010

2011

Tahun
Bulan

Okt

Nov

R Max
1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

27,5

tgl

12

10

13

11

12

10

29

60

6,8

22,9

55,9

14,7

21,4

tgl

26

27

18

26

30

16

30

30

24

30

30

30

24

16

21

17

38

17,9

4,5

9,8

tgl

12

12

14

15

10

15

15

19

70

6,5

25

30,3

12

30,8

5,2

17,2

tgl

28

27

18

29

19

23

24

25

18

28

29

24

16

24

19

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
53

Des

54

28,7

5,5

11,5

3,5

7,5

tgl

14

15

14

14

11

15

13

40

6,5

3,6

34

30,4

12,5

2,4

4,1

tgl

22

27

17

21

23

30

30

26

24

24

31

30

24

18

30

Sumber: Data Hitungan 2012

Dari perolehan pada Tabel 4.4 dan 4.5 berdasarkan waktu kejadian pada
curah hujan maksimum di Stasiun Cinta maka didapatlah Curah Hujan rata-rata
tiap setengah bulanan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Curah Hujan R1 tiap setengah bulanan
Tgl

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

Tgl

Tahun

Rmax

Cinta
31,5
45
0
35
26
73
0
25
40
17
33
0
29
175

Cibatu
0
33
57
0
0
2,5
0
24,6
10,2
24,3
0
24,5
0
4,3

Rmax

Cinta

Cibatu

52

2011
Jumlah

R
15,75
39
28,5
17,5
13
37,75
0
24,8
25,1
20,65
16,5
12,25
14,5
89,65

R 1jan1

25,4

R
R 1jan1
26
380,95
25,4

Sumber: Data Hitungan 2012

Berdasarkan dari data curah hujan rata-rata waktu kejadian pada stasiun
Cinta dan Stasiun Cibatu, maka curah hujan rata-rata di irigasi Citameng bisa
didapat dengan menggunakan persamaan:
R=
Pendahuluan
1

8,1

Tugas Akhir
54
R

= Curah hujan daerah (mm)

= Jumlah titik-titik pos pengamatan

R1,R2, Rn = Curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)


Maka didapat data curah hujan rata-rata januari 1 di Irigasi Citameng
R=
Dengan cara menggunakan rumus curah hujan rata-rata, maka akan
diperoleh curah hujan rata-rata tiap setengah bulanan sekali di Irigasi Citameng.
Curah hujan rata-rata di Irigasi Citameng dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Data Curah Hujan Rata-rata di Irigasi Citameng
R1

R2

Cibatu
20,15
20,53
18,93
21,36
22,24
23,83
24,1
13,17
R1

Cinta
25,4
31,37
22,21
29,05
28,57
31,09
25,29
15,43
R2

Cibatu
1
14,02
Mei
2
14,27
1
11,32
Jun
2
10,36
Jul
1
5,3
2
6,5
1
2,79
Ags
2
12,57
1
7,31
Sep
2
6,2
1
10,59
Okt
2
18,49
1
19,37
Nov
2
21,16
1
22,84
Des
2
19,22
Sumber: Data Hitungan 2012

Cinta
15,03
14,75
13,34
10,15
5,87
7,12
3,58
12,77
7,38
7,83
13,18
21,19
21,43
33,78
24,68
22,65

Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Bulan

1
2
1
2
1
2
1
2

R1, R2

45,55
51,9
41,14
50,41
50,81
54,92
49,39
28,6

22,775
25,95
20,57
25,205
25,405
27,46
24,695
14,3

R1, R2

29,05
29,02
24,66
20,51
11,17
13,62
6,37
25,34
14,69
14,03
23,77
39,68
40,8
54,94
47,52
41,87

14,525
14,51
12,33
10,225
5,585
6,81
3,185
12,67
7,345
7,015
11,885
19,84
20,4
27,47
23,76
20,935

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
55
4.1.2 Analisis Intensitas Curah Hujan dengan Menggunakan Metode
Mononobe
Persamaan di bawah ini yaitu untuk mendapatkan intensitas curah hujan yang
dilakukan dalam mencari intensitas untuk lamanya curah hujan yang sembarang,
adalah persamaan intensitas menurut mononobe yaitu:
I=
I

= Intensitas curah hujan (mm/jam)

= Lamanya curah hujan (menit), atau dalam (jam)

= Tetapan

R24

= Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Untuk lamanya curah hujan (t) dapat dihitung dengan:

Dimana:
tc

= Waktu konsentrasi (jam)

= Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai tempat


pengamatan banjirnya, diukur menurut jalannya sungai

= Perbandingan dari selisih tinggi antara tempat terjauh tadi (208,38 m) dan
pengamatan terhadap L atau kira-kira sama dengan kemiringan rata-rata
dari daerah aliran.

Dari hasil pengukuran yang dilakukan Dinas SDAP Garut untuk L adalah :

X = 0,20838 x 100.000
= 20838 x 100.000 cm
= 20.838 m = 20,838 km
Kp. Babakan h = +682,5 , kp. Sayang h = +585
= +682,5 (+585)
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
56
= 97,5
S =
= 0,0047
= 0,0047 x 100%
= 0,47%
Kemiringan sungai-sungai dari tempat terjauh sampai pada tempat
pengamatan adalah 0,47%.

= 4,5 jam
Maka dengan nilai tc diatas dapat dihitung nilai Intensitas R aljabar:

Dengan memasukan nilai curah hujan rata-rata tiap tahun di daerah Irigasi
Citameng, maka akan didapat nilai intensitas curah hujan di Irigasi Citameng pada
Tabel 4.8
Tabel 4.8 Data Intensitas Curah Hujan di Daerah Irigasi Citameng (mm/jam)
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Durasi (t)
Menit
5
10
15
20
25
30
35
40
45

Jam
0,083
3
0,166
7
0,25
0,333
0,416
7
0,5
0,583
0,667
0,75

R rata2

R/24

16,86875

0,7029

16,86875

0,7029

16,86875
16,86875

0,7029
0,7029

16,86875

0,7029

16,86875
16,86875
16,86875
16,86875

0,7029
0,7029
0,7029
0,7029

24/t
288.1
2
143,9
7
96
72,07
57,6
48
41,17
35,98
32

m
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667

Mononobe
43,62
27,51

30,66
19,34

20,99
17,34
14,93

14,75
12,19

13,22
11,94
10,91
10,09

9,29
8,39
7,67
7,09

10,49

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
57
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

50
55
60
65
70
75
80
85

0,769
0,916
7
1
1,083
3
1,166
7
1,25
1,333
1,416

16,86875

0,7029

16,86875

0,7029

16,86875

0,7029

16,86875

0,7029

16,86875

0,7029

16,86875
16,86875

0,7029
0,7029

16,86875
7
90
1,5
16,86875
120
2
16,86875
150
2,5
16,86875
180
3
16,86875
210
3,5
16,86875
240
4
16,86875
270
4,5
16,86875
Sumber: Data Hitungan 2012

0,7029
0,7029
0,7029
0,7029
0,7029
0,7029
0,7029
0,7029

31,21
26,18

0,66667

24
22,15

0,66667

20,57

0,66667

0,66667
0,66667

19,2
18
16,94

0,66667
0,66667

16
12
9,6
8
6,86
6
5,33

0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667
0,66667

0,66667

9,92
8,83

6,97

8,33
7,89

5,86

7,51

6,21

5,55
5,28

7,18
6,87
6,60

5,05
4,83

6,36
5,25
4,52
4
3,61
3,30
3,05

4,47
3,69
3,18
2,81
2,54
2,32
2,14

4,64

Dari hasil intensitas curah hujan di daerah Irigasi Citameng di atas, maka
bisa diperoleh:

Intensitas (mm/jam)

Kurva Intensitas Curah Hujan

Lama Hujan (menit)


Gambar 4.1 Kurva Intensitas Curah Hujan Daerah Irigasi Citameng.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
58
4.1.3 Perhitungan Debit Yang Masuk Irigasi Citameng (inflow) Metode
Rasional
Dengan menggunakan data intensitas curah hujan dari hasil analisis curah hujan,
luas daerah pengairan sungai (DPS) sungai, panjang sungai, dan koefisien aliran
(C), maka akan didapat debit.
Adapun persamaan debit dengan Metode Rasional adalah:
Qp

= 0,278 CIA

Qp

= Debit Puncak (m3/ det)

= Koefisien aliran

= Intensitas curah hujan (mm/ jam)

= Luas Daerah pengairan sungai (ha)


Dari data yang penyusun peroleh dari Dinas Sumber Daya Air dan

Pertambangan Kabupaten Garut dan data dari hasil analisa curah hujan, maka
didapat data sebagai berikut:
Ijan1

= mm/ jam

= 484 ha = 4.840000km2

= 0,50 (didapat dari tabel 4.9)


Tabel 4.9 Koefisien Pengaliran (dari Dr. Mononobe)
Kondisi Daerah pengaliran dan sungai
Daerah Pegunungan bercuram

harga
0,75 0,90

Daerah Pegunungan tersier

0,70 0,80

Tanah bergelombang dan hutan

0,50 0,75

Tanah daratan yang ditanami

0,45 0,60

Persawahan yang diairi

0,70 0,80

Sungai di daerah pegunungan

0,75 0,85

Sungai kecil di dataran

0,45 0,75

Sungai besar yang lebih dari setengah daerah

0,50 0,75

Pengalirannya terdiri dari daratan


Sumber: Ir. Suyonno Sosrodarsono, 1981

Maka debit puncak di Bendung Citameng, adalah:


Qp = 0,278 CIA
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
59
= 0,278 x 0,5 x 30,66 x 4,84
= 20,6268 m3/ det
= 1948,826 lt/ det
Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh (inflow) debit puncak atau
aliran air ke Bendung Citameng dengan Metode Rasional tertera pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Data Hasil Analisis Inflow dengan Metode Rasional
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Bulan

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

Pengali

0,278
0,278
0,278
0,278
0,278
0,278
0,278
0,278
0,278
0,278

484
484
484
484
484
484
484
484
484
484

30,66
19,34
14,75
12,19
10,49
9,29
8,39
7,67
7,09
6,97

0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5

Pengali

484
484
484
484
484
484
484
484
484
484
484
484
484
484

6,21
5,86
5,55
5,28
5,05
4,83
4,64
4,47
3,69
3,18
2,81
2,54
2,32
2,14

0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5

1
0,278
Jun
2
0,278
1
0,278
Jul
2
0,278
1
0,278
Ags
2
0,278
1
0,278
Sep
2
0,278
1
0,278
Okt
2
0,278
1
0,278
Nov
2
0,278
1
0,278
Des
2
0,278
Sumber: Data Hitungan 2012

Qp

Qp

(m / det/ ha)
1,948826
2,220507
1,760147
2,156758
2,173872
2,349715
2,113118
1,223632
1,242885
1,241601
Qp

(lt/ det/ ha)


1948,826
2220,507
1760,147
2156,758
2173,872
2349,715
2113,118
1223,632
1242,885
1241,601
Qp

(m3/ det/ ha)


1,055062
0,87494
0,477925
0,582723
0,272536
1,084155
0,628502
0,600264
1,016984
1,697682
1,745601
2,350571
2,033112
1,79138

(lt/ det/ ha)


1055,062
874,94
477,925
582,723
272,536
1084,155
628,502
600,264
1016,984
1697,682
1745,601
2350,571
2033,112
1791,38

4.2. Analisis Data Klimatologi


4.2.1 kerapatan Uap Air Jenuh
Harga kerapatan uap air jenuh ini akan digunakan dalam perhitungan
evapotranspirasi potensial dengan menggunakan metode Hamon. Dalam analisis
ini nilai uap air jenuh di dapat dari hasil interpolasi pada Tabel 4.11
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
60
Tabel 4.11 Harga kerapatan uap air jenuh
Temperatur

Kerapatan uap air jenuh

(gram/ m3/ 100)


9,3
12,3
17,1
22,8
30,4
39,4

C
10
15
20
25
30
35
Sumber: Soewarno, 2000

Berikut ini cara interpolasi dari data temperatur yang ada, misalnya untuk
periode januari 1 suhu udara rata-rata adalah 26,3 oC, dan suhu tersebut berada di
antara 25 oC dan 30 oC, maka melalui perhitungan berikut ini didapat nilai
kerapatan uap air jenuh.

- x = 5,624 30,4
X = 24,78 gram/m3/100
Sehingga dengan cara yang sama akan didapat kerapatan uap air jenuh
setengah bulanan seperti pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Perhitungan nilai kerapatan uap air jenuh dengan menggunakan
metode Hamon.
No

Bulan

1
2
3
4
5

Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01

Temperatur
o

C
26,3
27,5
26,6
27,0
27,1

Kerapatan uap air jenuh


(gram/ m3/ 100)
24,78
26,60
25,23
25,84
25,99

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
61
6
7
8
9
10
11
12
13
14
No

Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Bulan

27,3
27,5
26,8
27,1
26,3
26,4
26,1
25,5
25,5
Temperatur
o

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

C
25,0
25,8
26,3
26,0
26,2
27,0
26,3
26,0
26,1
25,9

26,30
27,60
25,54
25,99
24,78
24,93
24,47
23,56
23,56
Kerapatan uap air jenuh
(gram/ m3/ 100)
22,80
24,02
24,78
24,32
24,62
25,84
24,78
24,32
24,47
23,77

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2.2 Analisis Evapotranspirasi


Dalam analisis evapotranspirasi potensial digunakan metode Hamon, mengingat
data yang tersedia pada Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP)
Kabupaten Garut tidak begitu lengkap dan metode ini sudah dievaluasi dan
banyak digunakan di Indonesia.
Persamaan yang digunakan yaitu:
Eto

= Ch x D2 x Pt

Dengan evapotranspirasi tetapan (inchi/ hari)


Ch

= Koefisien = 0,55

= Durasi jam penyinaran matahari terhadap satuan 30 hari selama 12 jam/


hari (lihat Tabel 2.4)

Pt

= Kerapatan uap air jenuh (gram/ m3/ 100), (lihat Tabel 4.12)
Setelah dilakukan perhitungan dari persamaan diatas, maka hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 4.13.


Pendahuluan
1

Tugas Akhir
62

Tabel 4.13 Nilai-nilai Evapotranspirasi tetapan Stasiun Cibatu


No

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

Ch
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55

D2
1,068
1,068
0,958
0,958
1,044
1,044
0,996
0,996
1,016
1,016
0,98
0,98
0,98
0,98
0,32
0,32
1
1
1,054
1,054
1,04
1,04
1,076
1,076

Pt

Eto

Eto

24,78
26,60
25,23
25,84
25,99
26,30
27,60
25,54
25,99
24,78
24,93
24,47
23,56
23,56
22,80
24,02
24,78
24,93
24,62
25,84
24,78
24,32
24,47
23,77

(inchi/ hari)
0,146
0,156
0,133
0,136
0,149
0,151
0,151
0,141
0,145
0,139
0,134
0,131
0,127
0,127
0,040
0,042
0,136
0,134
0,143
0,151
0,142
0,140
0,145
0,141

(mm/ hari)
3,71
3,96
3,38
3,45
3,78
3,84
3,84
3,58
3,68
3,53
3,40
3,33
3,23
3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84
3,61
3,56
3,68
3,58

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2.3 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Irigasi


Untuk menghitung kebutuhan air untuk irigasi ada beberapa data yang perlu
dipersiapkan antara lain: evapotranspirasi, perlokasi, dan hujan efektif, sedangkan
untuk kebutuhan air selama penyiapan lahan dan kebutuhan air selama persiapan
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
63
lahan ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk
tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan
diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.
Setelah transplantasi selesai, lapisan air yang dibutuhkan menjadi 250 mm. Secara
keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang dibutuhkan menjadi 250 mm untuk
persiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. Bila lahan
telah dibiarkan selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih), maka
lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk
yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi.
Kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan dihitung pada rencana tanam
dan realisasi tanam pada 3 musim tanam sebagai berikut:
1. Rencana Tanam

Masa tanam 1, Padi Rendeng, dengan periode tanam pada bulan

November.

Masa tanam 2, Padi Gadu, dengan periode tanam pada bulan Maret.

Masa tanam 3, Palawija, dengan periode tanam pada bulan Juli.


2. Realisasi Tanam

Masa tanam 1, Padi Rendeng, dengan periode tanam pada bulan

November.

Masa tanam 2, Padi Gadu Ijin, dengan periode tanam pada bulan Maret.

Masa tanam 3, Palawija, dengan periode tanam pada bulan Juli.


Dalam menentukan kebutuhan air irigasi pada waktu penyiapan lahan

dipakai metode perhitungan yang digunakan ialah metode yang dikembangkan


oleh Van De Goor dan Zylstra (1968) yaitu:
IR = Mek/(ek-1)

Dengan:
IR = Kebutuhan air di tingkat pesawahan (lt/ det/ ha)
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
64
M = Eo + p, yaitu ; kebutuhan air untuk mengganti atau mengkompensasi
kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi yang telah dijenuhkan, dimana:
P

= 2,5 mm/ hari, didapat dari PU Dinas Pengairan Kabupaten Garut

Eo = Evaporasi air terbuka nilainya di pakai 1.1 x Eto (mm/ hari)


e

= Bilangan nafier (2,71828182846)

= M x T/S Dengan :

= Jangka waktu penyiapan lahan

= Kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah lapisan air yaitu:


250 + 50 = 300 mm dan 200 + 50 = 250 mm
Dengan menggunakan persamaan diatas dapat diketahui nilai-nilai

kebutuhan air irigasi yang diperlukan dalam penyiapan lahan untuk rencana
tanam, maka melalui perhitungan berikut ini didapat nilai-nilainya sebagai berikut
dalam (mm/ hari).
Masa Tanam I
November 1
IR = Mxek/(ek-1)
M = Eo + P
Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3,61 = 3,971
M = 3,971 + 2,5 = 6,471 mm/ hari
K

= (M x T)/ S

Dengan:
T

= 30 hari,

S = 300 mm

= (6,471 x 30)/ 300

= 0,6471

IR = M x ek/ (ek-1)
= 6,471 x 2,718281806471/ (2,7182818106471-1)
= 13,5820375 mm/ hari = 1,572 lt/ det/ ha
November 2
IR = Mxek/(ek-1)
M = Eo + P
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
65
Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3,56 = 3,916
M = 3,916 + 2,5 = 6,416 mm/ hari
K

= (M x T)/ S

Dengan:
T

= 30 hari,

S = 300 mm

= (6,416 x 30)/ 300

= 0,6416

IR = M x ek/ (ek-1)
= 6,416 x 2,718281806416/ (2,7182818106416-1)
= 13,54871151 mm/ hari = 1,5681 lt/ det/ ha
Dengan cara yang sama untuk perhitungan pada musim tanam 1 dan
musim tanam 2, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.14, 4.15, 4.16 dan
untuk pola tanam pada realisasi tanam dapat dilihat pada Tabel 4.17, 4.18, dan
4.19.
Tabel 4.14 Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan lahan
Pada Rencana Tanam
Masa
Tanam

MT1

MT2

Periode

Eto

EO

ek

IR

Nov-

3,6

3,97

2,

30

6,47

0,647

2,71828

1,90999379

1,571995

01
Nov-

1
3,5

1
3,91

5
2,

0
3

0
30

1
6,41

1
0,641

2
2,71828

5
1,89951766

1,568138

02
Des-01

6
3,6

6
4,04

5
2,

0
3

0
30

6
6,54

6
0,654

2
2,71828

5
1,92475751

1,577405

Des-02

8
3,5

8
3,93

5
2,

0
3

0
30

8
6,43

8
0,643

2
2,71828

4
1,90370120

1,56968

Jan-01

8
3,7

8
4,08

5
2,

0
3

0
30

8
6,58

8
0,658

2
2,71828

4
1,93111970

1,579726

Jan-02

1
3,9

1
4,35

5
2,

0
3

0
30

1
6,85

1
0,685

2
2,71828

6
1,98496244

1,599152

Feb-01

6
3,3

6
3,71

5
2,

0
3

0
30

6
6,21

6
0,621

2
2,71828

2
1,86227711

1,554298

Feb-02

8
3,4

8
3,79

5
2,

0
3

0
30

8
6,29

8
0,629

2
2,71828

3
1,87667199

1,559672

Mar-01

5
3,7

5
4,15

5
2,

0
3

0
30

5
6,65

5
0,665

2
2,71828

6
1,94604672

1,585151

Mar-02

8
3,8

8
4,22

5
2,

0
3

0
30

8
6,72

8
0,672

2
2,71828

3
1,95893310

1,58981

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
66

Masa
Tanam
MT2

MT3

Apr-01

3,8

4,22

2,

30

6,72

0,672

2,71828

1,95893310

1,58981

Apr-02

4
3,5

4
3,93

5
2,

0
3

0
30

4
6,43

4
0,643

2
2,71828

9
1,90370120

1,56968

Mei-01

8
3,6

8
4,04

5
2,

0
3

0
30

8
6,54

8
0,654

2
2,71828

4
1,92475751

1,577405

Mei-02

8
3,5

8
3,88

5
2,

0
3

0
30

8
6,38

8
0,638

2
2,71828

4
1,89325958

1,565826

Jun-01

3
3,4

3
3,74

5
2,

0
3

0
30

3
6,24

3
0,624

2
2,71828

8
1,86637863

1,555833

Periode

Eto

EO

ek

IR

Jun-02

3,3

3,66

2,

30

6,16

0,616

2,71828

1,85206270

1,550467

Jul-01

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
0

3
6,05

3
0

2
2,71828

5
1

Jul-02

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

3
6,05

2
2,71828

Agu-

3
1,0

3
1,12

5
2,

0
3

3
3,62

2
2,71828

01
Agu-

2
1,0

2
1,17

5
2,

0
3

2
3,67

2
2,71828

02
Sep-01

7
3,4

7
3,79

5
2,

0
3

7
6,29

2
2,71828

Sep-02

5
3,4

5
3,74

5
2,

0
3

5
6,24

2
2,71828

Okt-01

0
3,6

0
3,99

5
2,

0
3

0
6,49

2
2,71828

Okt-02

3
3,8

3
4,22

5
2,

0
3

3
6,72

2
2,71828

Sumber: Data Hitungan 2012

Kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan dihitung pada rencana tanam
dan realisasi tanam pada 3 musim tanam, maksud dipakai Kebutuhan Air Untuk
Penyiapan Lahan pada alternatif 1, alternatif 2 yaitu, untuk mengimbangi
kehilangan air karena penguapan, rembesan dan bocoran saluran di saluran
pertama dan sekunder atau menghindari kekurangan air pada musim kemarau
sehingga dapat di pakai alternatif 1, alternatif 2. Pada Kebutuhan Air Untuk
Penyiapan Lahan Pada Rencana Tanam dapat di lihat Tabel 4.15, 4.16 dan pada
Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Pada Realisasi Tanam dapat di lihat tabel
4.17, 4.18
Tabel 4.15 Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air
Untuk Penyiapan lahan Pada Rencana Tanam
Alternatif 1
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
67
Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Eto

EO

ek

IR

Jan-01

3,7

4,08

2,

30

6,58

0,658

2,71828

1,93111970

1,579726

Jan-02

1
3,9

1
4,35

5
2,

0
3

0
30

1
6,85

1
0,685

2
2,71828

6
1,98496244

1,599152

Feb-01

6
3,3

6
3,71

5
2,

0
3

0
30

6
6,21

6
0,621

2
2,71828

2
1,86227711

1,554298

Feb-02

8
3,4

8
3,79

5
2,

0
3

0
30

8
6,29

8
0,629

2
2,71828

3
1,87667199

1,559672

Mar-01

5
3,7

5
4,15

5
2,

0
3

0
30

5
6,65

5
0,665

2
2,71828

6
1,94604672

1,585151

Mar-02

8
3,8

8
4,22

5
2,

0
3

0
30

8
6,72

8
0,672

2
2,71828

3
1,95893310

1,58981

Apr-01

4
3,8

4
4,22

5
2,

0
3

0
30

4
6,72

4
0,672

2
2,71828

9
1,95893310

1,58981

Apr-02

4
3,5

4
3,93

5
2,

0
3

0
30

4
6,43

4
0,643

2
2,71828

9
1,90370120

1,56968

Mei-01

8
3,6

8
4,04

5
2,

0
3

0
30

8
6,54

8
0,654

2
2,71828

4
1,92475751

1,577405

Mei-02

8
3,5

8
3,88

5
2,

0
3

0
30

8
6,38

8
0,638

2
2,71828

4
1,89325958

1,565826

Jun-01

3
3,4

3
3,74

5
2,

0
3

0
30

3
6,24

3
0,624

2
2,71828

8
1,86637863

1,555833

Jun-02

0
3,3

0
3,66

5
2,

0
3

0
30

0
6,16

0
0,616

2
2,71828

3
1,85206270

1,550467

Jul-01

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
0

3
6,05

3
0

2
2,71828

5
1

Jul-02

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

3
6,05

2
2,71828

Agu-

3
1,0

3
1,12

5
2,

0
3

3
3,62

2
2,71828

01
Agu-

2
1,0

2
1,17

5
2,

0
3

2
3,67

2
2,71828

02
Sep-01

7
3,4

7
3,79

5
2,

0
3

7
6,29

2
2,71828

Sep-02

5
3,4

5
3,74

5
2,

0
3

5
6,24

2
2,71828

Okt-01

0
3,6

0
3,99

5
2,

0
3

0
6,49

2
2,71828

Okt-02

3
3,8

3
4,22

5
2,

0
3

3
6,72

2
2,71828

Nov-

4
3,6

4
3,97

5
2,

0
3

30

4
6,47

0,647

2
2,71828

1,90999379

1,571995

01
Nov-

1
3,5

1
3,91

5
2,

0
3

0
30

1
6,41

1
0,641

2
2,71828

5
1,89951766

1,568138

02
Des-01

6
3,6

6
4,04

5
2,

0
3

0
30

6
6,54

6
0,654

2
2,71828

5
1,92475751

1,577405

Des-02

8
3,5

8
3,93

5
2,

0
3

0
30

8
6,43

8
0,643

2
2,71828

4
1,90370120

1,56968

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
68
Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.16 Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air


Untuk Penyiapan lahan Pada Rencana Tanam
Alternatif 2
Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Eto

EO

ek

IR

Mar-01

3,7

4,15

2,

30

6,65

0,665

2,71828

1,94604672

1,585151

Mar-02

8
3,8

8
4,22

5
2,

0
3

0
30

8
6,72

8
0,672

2
2,71828

3
1,95893310

1,58981

Apr-01

4
3,8

4
4,22

5
2,

0
3

0
30

4
6,72

4
0,672

2
2,71828

9
1,95893310

1,58981

Apr-02

4
3,5

4
3,93

5
2,

0
3

0
30

4
6,43

4
0,643

2
2,71828

9
1,90370120

1,56968

Mei-01

8
3,6

8
4,04

5
2,

0
3

0
30

8
6,54

8
0,654

2
2,71828

4
1,92475751

1,577405

Mei-02

8
3,5

8
3,88

5
2,

0
3

0
30

8
6,38

8
0,638

2
2,71828

4
1,89325958

1,565826

Jun-01

3
3,4

3
3,74

5
2,

0
3

0
30

3
6,24

3
0,624

2
2,71828

8
1,86637863

1,555833

Jun-02

0
3,3

0
3,66

5
2,

0
3

0
30

0
6,16

0
0,616

2
2,71828

3
1,85206270

1,550467

Jul-01

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
0

3
6,05

3
0

2
2,71828

5
1

Jul-02

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

3
6,05

2
2,71828

Agu-

3
1,0

3
1,12

5
2,

0
3

3
3,62

2
2,71828

01
Agu-

2
1,0

2
1,17

5
2,

0
3

2
3,67

2
2,71828

02
Sep-01

7
3,4

7
3,79

5
2,

0
3

7
6,29

2
2,71828

Sep-02

5
3,4

5
3,74

5
2,

0
3

5
6,24

2
2,71828

Okt-01

0
3,6

0
3,99

5
2,

0
3

0
6,49

2
2,71828

Okt-02

3
3,8

3
4,22

5
2,

0
3

3
6,72

2
2,71828

Nov-

4
3,6

4
3,97

5
2,

0
3

30

4
6,47

0,647

2
2,71828

1,90999379

1,571995

01
Nov-

1
3,5

1
3,91

5
2,

0
3

0
30

1
6,41

1
0,641

2
2,71828

5
1,89951766

1,568138

02
Des-01

6
3,6

6
4,04

5
2,

0
3

0
30

6
6,54

6
0,654

2
2,71828

5
1,92475751

1,577405

Des-02

8
3,5

8
3,93

5
2,

0
3

0
30

8
6,43

8
0,643

2
2,71828

4
1,90370120

1,56968

Jan-01

8
3,7

8
4,08

5
2,

0
3

0
30

8
6,58

8
0,658

2
2,71828

4
1,93111970

1,579726

Jan-02

1
3,9

1
4,35

5
2,

0
3

0
30

1
6,85

1
0,685

2
2,71828

6
1,98496244

1,599152

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
69

Feb-01

6
3,3

6
3,71

5
2,

0
3

0
30

6
6,21

6
0,621

2
2,71828

2
1,86227711

1,554298

Feb-02

8
3,4

8
3,79

5
2,

0
3

0
30

8
6,29

8
0,629

2
2,71828

3
1,87667199

1,559672

Sumber: Data Hitungan 2012

Dengan menggunakan persamaan di atas pada rencana tanam dapat


diketahui nilai-nilai kebutuhan air irigasi yang diperlukan dalam penyiapan lahan
untuk realisasi tanam, maka melalui perhitungan berikut ini didapat nilai-nilainya
sebagai berikut dalam (lt/ det/ ha).
Masa Tanam I
November 1
IR = Mxek/(ek-1)
M = Eo + P
Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3,61 = 3,971
M = 3,971 + 2,5 = 6,471 mm/ hari
K

= (M x T)/ S

Dengan:
T

= 30 hari,

S = 250 mm

= (6,471 x 30 )/ 250

= 0,77652

IR = M x ek/ (ek-1)
= 6,471 x 2,7182818077652/ (2,71828181077652-1)
= 11,98342314 mm/ hari = 1,38697 lt/ det/ ha
November 2
IR = Mxek/(ek-1)
M = Eo + P
Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3,56 = 3,916
M = 3,916 + 2,5 = 6,416 mm/ hari
K

= (M x T)/ S

Dengan:
T

= 30 hari,

S = 250 mm

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
70
K

= (6,416 x 30)/ 250

= 0,76992

IR = M x ek/ (ek-1)
= 6,416 x 2,7182818076992/ (2,71828181076992-1)
= 11,94897359 mm/ hari = 1,382983 lt/ det/ ha
Tabel 4.17 Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan lahan
Pada Realisasi Tanam
Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Eto

EO

ek

IR

Nov-

3,6

3,97

2,

25

6,47

0,7765

2,71828

2,17389391

1,38697

01
Nov-

1
3,5

1
3,91

5
2,

0
3

0
25

1
6,41

2
0,7699

2
2,71828

8
2,15959346

1,382983

02
Des-01

6
3,6

6
4,04

5
2,

0
3

0
25

6
6,54

2
0,7857

2
2,71828

2
2,19407378

1,392563

Des-02

8
3,5

8
3,93

5
2,

0
3

0
25

8
6,43

6
0,7725

2
2,71828

5
2,16530232

1,384577

Jan-01

8
3,7

8
4,08

5
2,

0
3

0
25

8
6,58

6
0,7897

2
2,71828

1
2,20277954

1,394964

Jan-02

1
3,9

1
4,35

5
2,

0
3

0
25

1
6,85

2
0,8227

2
2,71828

3
2,27668398

1,415065

Feb-01

6
3,3

6
3,71

5
2,

0
3

0
25

6
6,21

2
0,7461

2
2,71828

4
2,10888630

1,368684

Feb-02

8
3,4

8
3,79

5
2,

0
3

0
25

8
6,29

6
0,7554

2
2,71828

8
2,12846272

1,374234

Mar-01

5
3,7

5
4,15

5
2,

0
3

0
25

5
6,65

0,7989

2
2,71828

1
2,22322755

1,400576

Mar-02

8
3,8

8
4,22

5
2,

0
3

0
25

8
6,72

6
0,8068

2
2,71828

2,24090542

1,405396

Apr-01

4
3,8

4
4,22

5
2,

0
3

0
25

4
6,72

8
0,8068

2
2,71828

4
2,24090542

1,405396

Apr-02

4
3,5

4
3,93

5
2,

0
3

0
25

4
6,43

8
0,7725

2
2,71828

4
2,16530232

1,384577

Mei-01

8
3,6

8
4,04

5
2,

0
3

0
25

8
6,54

6
0,7857

2
2,71828

1
2,19407378

1,392563

Mei-02

8
3,5

8
3,88

5
2,

0
3

0
25

8
6,38

6
0,7659

2
2,71828

5
2,15105838

1,380594

Jun-01

3
3,4

3
3,74

5
2,

0
3

0
25

3
6,24

6
0,7488

2
2,71828

3
2,11446112

1,370268

Jun-02

0
3,3

0
3,66

5
2,

0
3

0
25

0
6,16

0,7395

2
2,71828

4
2,09501349

1,364727

Jul-01

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
25

3
6,05

6
0,7263

2
2,71828

2,06754102

1,356833

Jul-02

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
25

3
6,05

6
0,7263

2
2,71828

9
2,06754102

1,356833

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
71

Agu-

3
1,0

3
1,12

5
2,

0
3

0
25

3
3,62

6
0,4346

2
2,71828

9
1,54440696

1,189249

01
Agu-

2
1,0

2
1,17

5
2,

0
3

0
25

2
3,67

4
0,4412

2
2,71828

5
1,55463376

1,192894

02
Sep-01

7
3,4

7
3,79

5
2,

0
3

0
25

7
6,29

4
0,7554

2
2,71828

2
2,12846272

1,374234

Sep-02

5
3,4

5
3,74

5
2,

0
3

0
25

5
6,24

0,7488

2
2,71828

1
2,11446112

1,370268

Okt-01

0
3,6

0
3,99

5
2,

0
3

0
25

0
6,49

0,7791

2
2,71828

4
2,17964058

1,388567

Okt-02

3
3,8

3
4,22

5
2,

0
3

0
25

3
6,72

6
0,8068

2
2,71828

2,24090542

1,405396

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.18 Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan lahan
Pada Realisasi Tanam
Alternatif 1
Masa
Tanam
MT1

Periode

Eto

EO

ek

IR

Jan-01

3,7

4,08

2,

25

6,58

0,7897

2,71828

2,20277954

1,394964

Jan-02

1
3,9

1
4,35

5
2,

0
3

0
25

1
6,85

2
0,8227

2
2,71828

3
2,27668398

1,415065

Feb-01

6
3,3

6
3,71

5
2,

0
3

0
25

6
6,21

2
0,7461

2
2,71828

4
2,10888630

1,368684

Feb-02

8
3,4

8
3,79

5
2,

0
3

0
25

8
6,29

6
0,7554

2
2,71828

8
2,12846272

1,374234

Mar-01

5
3,7

5
4,15

5
2,

0
3

0
25

5
6,65

0,7989

2
2,71828

1
2,22322755

1,400576

Mar-02

8
3,8

8
4,22

5
2,

0
3

0
25

8
6,72

6
0,8068

2
2,71828

2,24090542

1,405396

Apr-01

4
3,8

4
4,22

5
2,

0
3

0
25

4
6,72

8
0,8068

2
2,71828

4
2,24090542

1,405396

Apr-02

4
3,5

4
3,93

5
2,

0
3

0
25

4
6,43

8
0,7725

2
2,71828

4
2,16530232

1,384577

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
72

MT2

MT3

Mei-01

8
3,6

8
4,04

5
2,

0
3

0
25

8
6,54

6
0,7857

2
2,71828

1
2,19407378

1,392563

Mei-02

8
3,5

8
3,88

5
2,

0
3

0
25

8
6,38

6
0,7659

2
2,71828

5
2,15105838

1,380594

Jun-01

3
3,4

3
3,74

5
2,

0
3

0
25

3
6,24

6
0,7488

2
2,71828

3
2,11446112

1,370268

Jun-02

0
3,3

0
3,66

5
2,

0
3

0
25

0
6,16

0,7395

2
2,71828

4
2,09501349

1,364727

Jul-01

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
25

3
6,05

6
0,7263

2
2,71828

2,06754102

1,356833

Jul-02

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
25

3
6,05

6
0,7263

2
2,71828

9
2,06754102

1,356833

Agu-

3
1,0

3
1,12

5
2,

0
3

0
25

3
3,62

6
0,4346

2
2,71828

9
1,54440696

1,189249

01
Agu-

2
1,0

2
1,17

5
2,

0
3

0
25

2
3,67

4
0,4412

2
2,71828

5
1,55463376

1,192894

02
Sep-01

7
3,4

7
3,79

5
2,

0
3

0
25

7
6,29

4
0,7554

2
2,71828

2
2,12846272

1,374234

Sep-02

5
3,4

5
3,74

5
2,

0
3

0
25

5
6,24

0,7488

2
2,71828

1
2,11446112

1,370268

Okt-01

0
3,6

0
3,99

5
2,

0
3

0
25

0
6,49

0,7791

2
2,71828

4
2,17964058

1,388567

Okt-02

3
3,8

3
4,22

5
2,

0
3

0
25

3
6,72

6
0,8068

2
2,71828

2,24090542

1,405396

Nov-

4
3,6

4
3,97

5
2,

0
3

0
25

4
6,47

8
0,7765

2
2,71828

4
2,17389391

1,38697

01
Nov-

1
3,5

1
3,91

5
2,

0
3

0
25

1
6,41

2
0,7699

2
2,71828

8
2,15959346

1,382983

02
Des-01

6
3,6

6
4,04

5
2,

0
3

0
25

6
6,54

2
0,7857

2
2,71828

2
2,19407378

1,392563

Des-02

8
3,5

8
3,93

5
2,

0
3

0
25

8
6,43

6
0,7725

2
2,71828

5
2,16530232

1,384577

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.19 Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan lahan
Pada Realisasi Tanam
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
73
Alternatif 2
Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Eto

EO

ek

IR

Mar-01

3,7

4,15

2,

25

6,65

0,7989

2,71828

2,22322755

1,400576

Mar-02

8
3,8

8
4,22

5
2,

0
3

0
25

8
6,72

6
0,8068

2
2,71828

2,24090542

1,405396

Apr-01

4
3,8

4
4,22

5
2,

0
3

0
25

4
6,72

8
0,8068

2
2,71828

4
2,24090542

1,405396

Apr-02

4
3,5

4
3,93

5
2,

0
3

0
25

4
6,43

8
0,7725

2
2,71828

4
2,16530232

1,384577

Mei-01

8
3,6

8
4,04

5
2,

0
3

0
25

8
6,54

6
0,7857

2
2,71828

1
2,19407378

1,392563

Mei-02

8
3,5

8
3,88

5
2,

0
3

0
25

8
6,38

6
0,7659

2
2,71828

5
2,15105838

1,380594

Jun-01

3
3,4

3
3,74

5
2,

0
3

0
25

3
6,24

6
0,7488

2
2,71828

3
2,11446112

1,370268

Jun-02

0
3,3

0
3,66

5
2,

0
3

0
25

0
6,16

0,7395

2
2,71828

4
2,09501349

1,364727

Jul-01

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
25

3
6,05

6
0,7263

2
2,71828

2,06754102

1,356833

Jul-02

3
3,2

3
3,55

5
2,

0
3

0
25

3
6,05

6
0,7263

2
2,71828

9
2,06754102

1,356833

Agu-

3
1,0

3
1,12

5
2,

0
3

0
25

3
3,62

6
0,4346

2
2,71828

9
1,54440696

1,189249

01
Agu-

2
1,0

2
1,17

5
2,

0
3

0
25

2
3,67

4
0,4412

2
2,71828

5
1,55463376

1,192894

02
Sep-01

7
3,4

7
3,79

5
2,

0
3

0
25

7
6,29

4
0,7554

2
2,71828

2
2,12846272

1,374234

Sep-02

5
3,4

5
3,74

5
2,

0
3

0
25

5
6,24

0,7488

2
2,71828

1
2,11446112

1,370268

Okt-01

0
3,6

0
3,99

5
2,

0
3

0
25

0
6,49

0,7791

2
2,71828

4
2,17964058

1,388567

Okt-02

3
3,8

3
4,22

5
2,

0
3

0
25

3
6,72

6
0,8068

2
2,71828

2,24090542

1,405396

Nov-

4
3,6

4
3,97

5
2,

0
3

0
25

4
6,47

8
0,7765

2
2,71828

4
2,17389391

1,38697

01
Nov-

1
3,5

1
3,91

5
2,

0
3

0
25

1
6,41

2
0,7699

2
2,71828

8
2,15959346

1,382983

02
Des-01

6
3,6

6
4,04

5
2,

0
3

0
25

6
6,54

2
0,7857

2
2,71828

2
2,19407378

1,392563

Des-02

8
3,5

8
3,93

5
2,

0
3

0
25

8
6,43

6
0,7725

2
2,71828

5
2,16530232

1,384577

Jan-01

8
3,7

8
4,08

5
2,

0
3

0
25

8
6,58

6
0,7897

2
2,71828

1
2,20277954

1,394964

Jan-02

1
3,9

1
4,35

5
2,

0
3

0
25

1
6,85

2
0,8227

2
2,71828

3
2,27668398

1,415065

Feb-01

6
3,3

6
3,71

5
2,

0
3

0
25

6
6,21

2
0,7461

2
2,71828

4
2,10888630

1,368684

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
74
Feb-02

3,4

3,79

2,

25

6,29

0,7554

2,71828

2,12846272

1,374234

Sumber: Data Hitungan 2012

Berdasarkan dari realisasi dan jadwal tanam, maka evapotranspirasi


tanaman dapat kita ketahui dengan rumus:
Etc

= kc x Eto

Dimana:
Etc

= Evapotranspirasi tanaman

Eto

= Evapotranspirasi tetapan

Kc

= koefisien tanaman Nilai kc dapat diperoleh pada tabel 4.20


Tabel 4.20 Nilai-nilai Koefisien Tanaman Padi dan Palawija
Bulan
ke

Nedeco/ Porsida
Lokal

Unggu

l
0,5
1,20
1,20
1,0
1,20
1,27
1,5
1,32
1,33
2,0
1,40
1,30
2,5
1,35
1,30
3,0
1,24
0
3,5
1,12
4,0
0
Sumber: Soewarno (2000)

FAO
Lokal

Unggul

Palawija

1,10
1,10
1,10
1,10
1,10
1,05
0,95
0

1,10
1,10
1,05
1,05
0

0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85

Karena jadwal tanam dan realisasi tanam dijadikan tiga masa tanam, maka
kemungkinan memakai padi lokal, maka untuk bulan Desember digunakan kc
1,20, karena mulai masa tanam dan dapat di hitung dengan:
Desember 1:
Etc

= kc x Eto

Etc

= 1,20 x 3,68

Etc

= 4,416

Desember 2:
Etc

= kc x Eto

Etc

= 1,27 x 3,58

Etc

= 4,5466

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
75

Tabel 4.21 Evapotranspirasi Tanaman Untuk Rencana Tanam


Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Kc

Eto

Etc

Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02
Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02

0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85
0

3,61
3,56
3,68
3,58
3,71
3,96
3,38
3,45
3,78
3,84
3,84
3,58
3,68
3,53
3,40
3,33
3,23
3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84

0
0
4,416
4,5466
4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0

Sumber: Data Hitungan 2012

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
76

Tabel 4.22 Evapotranspirasi Tanaman Untuk Rencana Tanam


Alternatif 1
Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Kc

Eto

Etc

Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

1,33
1,30
1,30
0
0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0,50
0,65
0,97
0
0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85
0

3,71
3,96
3,38
3,45
3,78
3,84
3,84
3,58
3,68
3,53
3,40
3,33
3,23
3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84
3,61
3,56
3,68
3,58

4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
0
1,7
2,3595
3,7248
3,7183
3,4888
3,128
0

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.23 Evapotranspirasi Tanaman Untuk Rencana Tanam


Alternatif 2
Masa
Tanam
MT1

Periode

Kc

Eto

Etc

Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02

0
0
1,20
1,27

3,78
3,84
3,84
3,58

0
0
4,608
4,5466

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
77

MT2

MT3

Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02
Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02

1,33
1,30
1,30
0
0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85
0

3,68
3,53
3,40
3,33
3,23
3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84
3,61
3,56
3,68
3,58
3,71
3,96
3,38
3,45

4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0
0
1,78
2,392
3,4726
3,8213
3,8808
2,873
0

Sumber: Data Hitungan 2012

Adapun perhitungan Evapotranspirasi tanaman untuk realisasi tanam


yaitu:
Desember 1:
Etc

= kc x Eto

Etc

= 1,20 x 3,68

Etc

= 4,416

Desember 2:
Etc

= kc x Eto

Etc

= 1,27 x 3,58

Etc

= 4,5466

Tabel 4.24 Evapotranspirasi Tanaman Untuk Realisasi Tanam


Masa
Tanam
MT1

Periode

Kc

Eto

Etc

Nov-01

3,61

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
78

MT2

MT3

Nov-02
Des-01
Des-02
Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02

0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85
0

3,56
3,68
3,58
3,71
3,96
3,38
3,45
3,78
3,84
3,84
3,58
3,68
3,53
3,40
3,33
3,23
3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84

0
4,416
4,5466
4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.25 Evapotranspirasi Tanaman Untuk Realisasi Tanam


Alternatif 1
Masa
Tanam

MT1

MT2

Periode

Kc

Eto

Etc

Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01

1,33
1,30
1,30
0
0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0

3,71
3,96
3,38
3,45
3,78
3,84
3,84
3,58
3,68
3,53
3,40
3,33
3,23

4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
79

MT3

Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85
0
1,03
0,98
0,85
0

3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84
3,61
3,56
3,68
3,58

1,615
0,663
1,0379
0
1,7
2,3595
3,7248
3,7183
3,4888
3,128
0

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.26 Evapotranspirasi Tanaman Untuk Realisasi Tanam


Alternatif 2
Masa
Tanam

MT1

MT2

MT3

Periode

Kc

Eto

Etc

Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02
Sep-01
Sep-02
Okt-01
Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02
Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02

0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
0
0,50
0,65
0,97
1,03
0,98
0,85
0

3,78
3,84
3,84
3,58
3,68
3,53
3,40
3,33
3,23
3,23
1,02
1,07
3,45
3,40
3,63
3,84
3,61
3,56
3,68
3,58
3,71
3,96
3,38
3,45

0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0
0
1,78
2,392
3,4726
3,8213
3,8808
2,873
0

Sumber: Data Hitungan 2012

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
80
Setelah evapotranspirasi tanaman didapat, maka kebutuhan air total
disawah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
GFR

= Etc + P + WLR

Dengan:
GFR

= Kebutuhan total air di sawah (mm/ hari atau Lt/ hari. ha)

Etc

= Evapotranspirasi tanaman (mm/ hari)

WLR = Penggantian lapisan (mm/ hari)


P

= Perkolasi

PL

= M x ek/ (ek-1) = penyiapan lahan.


Dari persamaan diatas dapat diketahui kebutuhan total air disawah, baik

untuk rencana tanam dan realisasi tanam yaitu sebagai berikut, untuk bulan
November I, GFR = Etc + P + WLR
Kebutuhan air irigasi disawah untuk padi harus diperhitungkan pula efisiensinya,
sehingga WRD = IR =
GFR

e = 2,718484

= 0 + 2,5 + 10 = 12,5 mm/ hari = 1,446759 lt/ det/ ha


Sehingga dengan cara yang sama dapat diketahui kebutuhan total air di

sawah untuk rencana tanam pada Tabel 4.27, alternatif 1 Tabel 4.28, Alternatif 2
Tabel 4.29 dan realisasi tanam pada Tabel 4.30, alternatif 1 Tabel 4.31, alternatif
2 Tabel 4.32

Tabel 4.27 Kebutuhan Total Air di Sawah Untuk Rencana Tanam


Masa
Tanam
MT1

GFR

Periode

Etc

WLR

Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

0
0
4,416
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5

10
0
10
0

lt/ det/ ha
1,446759
0,289353
1,95787
0,815581

Jan-01

6
4,934

2,5

10

2,017859

3
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
81

MT2

MT3

Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02

5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
10
0
10
0
10
0

0,885187
1,955324
0,289353
1,446759
0,289353
1,980093
0,815581

Mei-01

6
4,894

2,5

10

2,013241

Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02

4
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,037

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
10
0
10
0
10
0

0,820488
1,958333
0,289353
1,446759
0,476274
1,523495
0,40948

Sep-01

9
3,553

2,5

10

1,858044

Sep-02
Okt-01

5
3,332
3,085

2,5
2,5

0
10

0,675002
1,803877

Okt-02

5
0

2,5

0,289353

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.28 Kebutuhan Total Air di Sawah Untuk Rencana Tanam


Alternatif 1
Masa
Tanam
MT1

GFR

Periode

Etc

WLR

Jan-01

4,934

2,5

11

lt/ det/ ha
2,1336

Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01

3
5,148
4,394
0
0

2,5
2,5
2,5
2,5

0
11
0
11

0,885187
2,07106
0,289353
1,5625

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
82

MT2

MT3

Mar-02
Apr-01
Apr-02

0
4,608
4,546

2,5
2,5
2,5

0
11
0

0,289353
2,09583
0,815581

Mei-01

6
4,894

2,5

11

2,12898

Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02

4
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,037

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
11
0
11
0
11
0

0,820488
2,07407
0,289353
1,5625
0,476274
1,63924
0,40948

Sep-01

9
3,553

2,5

11

1,97378

Sep-02
Okt-01

5
3,332
3,085

2,5
2,5

0
11

0,675002
1,91962

Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

5
0
0
0
4,416
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
11
0
11
0

0,289353
1,5625
0,289353
2,07361
0,815581

6
Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.29 Kebutuhan Total Air di Sawah Untuk Rencana Tanam


Alternatif 2
Masa
Tanam
MT1

GFR

Periode

Etc

WLR

Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02

0
0
4,608
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5

10
11
10
11

lt/ det/ ha
1,44676
1,5625
1,98009
2,08873

Mei-01

6
4,894

2,5

10

2,01324

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
83

MT2

MT3

Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02

4
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,037

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
10
11
10
11
10
11

2,09363
1,95833
1,5625
1,44676
1,74942
1,5625
1,68263

Sep-01

9
3,553

2,5

10

1,85804

Sep-02
Okt-01

5
3,332
3,085

2,5
2,5

11
10

1,94815
1,80388

Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

5
0
0
0
4,416
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
10
11
10
11

1,5625
1,44676
1,5625
1,95787
2,08873

Jan-01

6
4,934

2,5

10

2,01786

Jan-02
Feb-01
Feb-02

3
5,148
4,394
0

2,5
2,5
2,5

11
10
11

2,15833
1,95532
1,5625

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.30 Kebutuhan Total Air di Sawah Untuk Realisasi Tanam


Masa
Tanam
MT1

GFR

Periode

Etc

WLR

Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

0
0
4,416
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5

10
0
10
0

lt/ det/ ha
1,446759
0,289353
1,95787
0,815581

Jan-01

6
4,934

2,5

10

2,017859

Jan-02

3
5,148

2,5

0,885187

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
84

MT2

MT3

Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02

4,394
0
0
0
4,608
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

10
0
10
0
10
0

1,955324
0,289353
1,446759
0,289353
1,980093
0,815581

Mei-01

6
4,894

2,5

10

2,013241

Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02

4
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,037

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
10
0
10
0
10
0

0,820488
1,958333
0,289353
1,446759
0,476274
1,523495
0,40948

Sep-01

9
3,553

2,5

10

1,858044

Sep-02
Okt-01

5
3,332
3,085

2,5
2,5

0
10

0,675002
1,803877

Okt-02

5
0

2,5

0,289353

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.31 Kebutuhan Total Air di Sawah Untuk Realisasi Tanam Alternatif 1
Masa
Tanam
MT1

GFR

Periode

Etc

WLR

Jan-01

4,934

2,5

11

lt/ det/ ha
2,1336

Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02

3
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
11
0
11
0
11
0

0,885187
2,07106
0,289353
1,5625
0,289353
2,09583
0,815581

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
85

MT2

MT3

Mei-01

6
4,894

2,5

11

2,12898

Mei-02
Jun-01
Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02

4
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,037

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
11
0
11
0
11
0

0,820488
2,07407
0,289353
1,5625
0,476274
1,63924
0,40948

Sep-01

9
3,553

2,5

11

1,97378

Sep-02
Okt-01

5
3,332
3,085

2,5
2,5

0
11

0,675002
1,91962

Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

5
0
0
0
4,416
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

0
11
0
11
0

0,289353
1,5625
0,289353
2,07361
0,815581

6
Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.32 Kebutuhan Total Air di Sawah Untuk Realisasi Tanam Alternatif 2
Masa
Tanam
MT1

GFR

Periode

Etc

WLR

Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02

0
0
4,608
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5

10
11
10
11

lt/ det/ ha
1,44676
1,5625
1,98009
2,08873

Mei-01

6
4,894

2,5

10

2,01324

Mei-02
Jun-01

4
4,589
4,42

2,5
2,5

11
10

2,09363
1,95833

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
86

MT2

MT3

Jun-02
Jul-01
Jul-02
Agu-01
Agu-02

0
0
1,615
0,663
1,037

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
10
11
10
11

1,5625
1,44676
1,74942
1,5625
1,68263

Sep-01

9
3,553

2,5

10

1,85804

Sep-02
Okt-01

5
3,332
3,085

2,5
2,5

11
10

1,94815
1,80388

Okt-02
Nov-01
Nov-02
Des-01
Des-02

5
0
0
0
4,416
4,546

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
10
11
10
11

1,5625
1,44676
1,5625
1,95787
2,08873

Jan-01

6
4,934

2,5

10

2,01786

Jan-02
Feb-01
Feb-02

3
5,148
4,394
0

2,5
2,5
2,5

11
10
11

2,15833
1,95532
1,5625

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2.4 Evapotranspirasi (ET0)


Dengan menggunakan data klimatologi dari stasiun Pataruman Kecamatan
Pamengpek

Kabupaten

Dati

II

garut,

dapat

dihitung

besarnya

harga

evapotranspirasi potensial dengan menggunakan metode Penman.


4.2.5 Analisis Curah Hujan Efektif
Berdasarkan data-data curah hujan yang didapat dari Dinas Sumber Daya Air dan
Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut, berikut ini data-data curah hujan stasiun
yang diamati yaitu data curah hujan stasiun Cibatu dan stasiun Cinta.
Untuk mengetahui Curah Hujan Efektif (Re) dibutuhkan juga data-data
curah hujan bulanan diambil 70% dari curah hujan minimum bulanan yang
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
87
jatuh pada suatu daerah dan dapat dipergunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhannya seperti stasiun yang diamati yaitu stasiun Cibatu dan stasiun
Cinta terdapat pada tabel 4.33, 4.34, 4.35, 4.36, 4.37, 4.38, 4.39, 4.40, 4.41, 4.42.
Tabel. 4.33 Data Total Curah Hujan untuk Stasiun Cibatu
Periode setengah bulanan
Curah Hujan

Bulan
Ke

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Januari 1

169

139

148

111

33,5

45

78,8

51,7

261,6

10,7

52,4

38,6

132,9

Januari 2

85

109

95

20,1

69

131,5

107,2

101,3

96,46

49,4

93,1

71,2

44,1

118,7

39,9

Februari 1

234

84

108

61,1

30,5

20,5

106,2

130,5

122,7

221,7

81,9

35

72,6

110,8

98,7

Februari 2

126

140

153

37,2

94,5

37,5

58,5

79,2

107,5

60,8

158,2

55,1

129,9

101,2

50,1

Maret 1

89

98

244

22,7

25,6

44,5

100

113,58

182,8

74,6

40

171,7

222,3

191,6

94,6

Maret 2

135

218

116

54,9

66

42

45

198,85

53,15

45,5

174,4

111,9

61,65

251,8

196,1

April 1

202

109

110

91

56

38,8

13

60,95

162,2

104,6

93,2

105,3

75,25

80,2

68

April 2

35

33

90

85

21

74,5

99,5

28,2

30,8

34,7

254,7

39,8

34,3

153,3

47,1

Mei 1

43

48

44

20

10

69,5

36,9

63,8

38,2

9,3

173,6

77,8

Mei 2

51

20,5

16,6

16

14

31,7

43,4

34,1

64,4

82,8

266,6

17,3

Juni 1

38

65

12

63,3

5,6

8,6

12

22

27,6

37,6

Juni 2

139

26

10,7

23,6

59,1

9,3

25,7

46,7

Juli 1

92

41

22,5

15,9

2,9

43,8

25,5

Juli 2

10

10

23,4

21

8,25

12

3,4

5,1

Agustus 1

4,7

39,8

Agustus 2

15

95

18

60,9

Septemb 1

52

20

18,8

14,4

2,9

126,1

0
0

Septem 2

62

18

23,1

87,4

Oktober 1

31,5

57,5

50,5

61,2

45,5

78,4

Oktober 2

57

68,2

40,5

202

8,3

46

73,1

105,2

11,6

155,1

44,3

Novem 1

79

24,5

33

70

60,5

42

84

31,6

34,5

110,9

156,4

32,4

136

126,8

Novem 2

177

79,5

128

55,2

114,6

23,2

159

75,1

48,45

8,4

7,7

223,1

130

91,5

45,2

Desem 1

117

192,4

160

47,5

85,2

80,8

25,9

107,9

59,9

161

145,6

21,5

129,6

54,3

Desem 2

110

110,3

64

40

67,5

39,5

112,5

122,6

103,2

136,7

66,8

141,3

36,8

81,4

140,2

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel. 4.34 Data Total Curah Hujan untuk Stasiun Cinta


Periode setengah bulanan
Curah Hujan

Bulan
Ke

1997

1998

1999

2000

Januari 1

115

79,5

193

42

187

Januari 2

47

37

200

136

361,8

Februari 1

191

35

92

164

32

Februari 2

120

180

Maret 1

97

52,5

287

Maret 2

22

April 1

199,5

37

April 2

47

25

Mei 1

97

Mei 2

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

81

236

102

136

39

551

174

190

143

558

190

78

196

212

329

93

132

111

155

494

80

45

376

77,5

176

80

47

160

211

121

154

139,5

476

133

147,5

195

19

113

299

156

207

292,5

253

102

44

321

113

218

200

378

12

194

142

127

286

325
209

66

80

97

162

25

61

144

47

26

304

208

248

24

28

73

34

23

31

22

43,5

153

45

54

227

38

23

24

237

405

141

19

92

24

39

140

31

31

44

27

32

50

41

121

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
88
Juni 1

16

224

88

40

38

123

47

109

108

Juni 2

27,5

135

89

20

126

17

23

24

184
8

Juli 1

18,5

19

7,5

23

60

36

14

Juli 2

19

21

85,5

55

71

18

Agustus 1

18

51

37

40

Agustus 2

115

46

120

Septemb 1

24

62

14

60

59

Septem 2

13

12

124

45

57

13

Oktober 1

14

141

66

59

59

248

164

148

Oktober 2

17

62,3

175

185

21

124

141

86

157

92

230

Novem 1

15,5

61,2

144

265

14

24

84

233

270

12

18

215

196

90

Novem 2

38

148,4

333

363

291

334

75

140

443

50

328

307

171

178

Desem 1

95

63,1

107

89

251

27

402

111

121

205

396

638

Desem 2

35

146,2

91

380

184

124

53

209

120

165

269

319

29

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel. 4.35 Curah Hujan Rata-Rata untuk Stasiun Cibatu


Periode setengah bulanan
Curah Hujan

Bulan
Ke

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Januari 1

11,3

9,3

9,87

7,4

2,23

5,25

3,45

17,4

0,71

3,49

2,57

8,86

Januari 2

5,31

7,27

6,33

1,34

4,6

8,77

7,15

6,75

6,43

3,29

6,21

4,75

2,94

7,91

2,66

Februari 1

15,6

5,6

7,2

4,07

2,03

1,4

7,08

8,7

8,2

14,8

5,5

2,33

4,84

7,38

6,58

Februari 2

7,88

9,33

10,2

2,5

6,3

2,5

3,9

5,3

7,2

4,05

10,54

3,7

8,66

6,75

3,34

Maret 1

5,93

6,53

16,3

1,51

1,7

2,96

6,7

7,6

12,2

2,7

11,4

14,8

12,8

6,31

Maret 2

14,5

7,7

3,7

4,4

2,8

13,3

3,54

3,03

11,62

7,46

4,11

16,8

13,1

April 1

13,5

7,27

7,3

6,06

3,73

2,6

0,9

4,06

10,8

6,2

7,02

5,02

5,35

4,53

April 2

2,33

2,2

5,7

1,4

4,96

6.6

1,88

2,05

2,3

16,9

2,65

2,29

10,2

3,14

Mei 1

2,87

3,2

0,46

1,3

0,66

4,63

2,5

4,3

2,54

0,62

11,5

5,19

Mei 2

0,33

0,2

3,4

1,4

1,10

1,1

0,93

2,11

2,9

2,3

4,3

5,52

17,8

1,15

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
89
Juni 1

2,53

0,53

4,3

0,8

4,22

0,4

0,6

0,8

1,5

1,84

2,51

Juni 2

9,27

0,4

1,73

0,71

1,6

3,94

0,62

1,71

3,11

Juli 1

6,13

2,73

1,5

1,06

0,19

2,92

1,7

Juli 2

0,67

0,7

1,56

1,4

0,55

0,8

0,23

0,34

Agustus 1

0,313

0,26

2,65

Agustus 2

6,3

1,2

4,06

Septemb 1

3,47

1,3

1,25

0,96

0,19

8,41

Septem 2

4,13

0,26

0,33

1,2

1,54

5,83

Oktober 1

2,1

3,83

3,4

4,08

3,03

5,23

Oktober 2

3,8

4,5

2,7

13,5

0,55

3,1

4,87

7,01

0,77

10,3

2,95

Novem 1

5,27

1,63

2,2

4,7

4,03

2,8

5,6

2,1

2,3

7,39

10,4

2,16

9,07

8,45

Novem 2

11,8

5,3

8,5

3,7

7,64

1,55

10,6

3,23

0,56

0,51

14,8

8,67

6,1

3,01

Desem 1

7,8

12,8

10,7

3,2

0,53

5,7

5,4

1,73

7,2

10,7

9,7

1,43

8,64

3,62

Desem 2

7,33

7,35

4,3

2,7

4,5

2,63

7,5

8,2

6,9

9,1

4,45

9,42

2,45

5,43

9,35

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel. 4.36 Curah Hujan Rata-Rata untuk Stasiun Cinta


Periode setengah bulanan
Curah Hujan

Bulan
Ke

1997

Januari 1
Januari 2

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

7,67

5,3

3,13

2,45

Februari 1

12,7

2,33

Februari 2

Maret 1

2008

2009

2010

2011

12,9

2,8

13,3

9,07

12,47

5,4

24,12

15,7

6,8

9,07

2,6

36,7

11,6

12,7

9,53

37,2

12,7

5,2

13,1

14,1

21,9

6,13

10,9

2,13

6,2

8,8

7,4

10,3

32,9

5,33

25,1

12

5,17

11,7

5,33

3,13

10,7

14,1

8,07

10,3

9,3

31,7

6,47

3,5

19,1

19,1

9,83

13

1,27

7,53

19,9

10,4

13,8

19,5

16,9

6,8

Maret 2

0,33

April 1

13,3

1,47

2,93

2,47

21,7

4,4

21,4

7,53

5,33

10,8

14,5

13,3

25,2

0,8

12,9

9,47

8,47

19,1

1,67

4,07

9,6

3,13

1,73

20,3

13,9

April 2

3,13

1,67

13,9

6,47

16,5

1,6

1,87

4,87

2,27

1,53

2,07

1,47

Mei 1

6,47

2,9

10,2

3,6

15,1

2,53

1,53

1,6

15,8

27

9,4

1,6

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
90
Mei 2

0,13

1,27

6,13

2,6

9,33

2,07

2,07

2,93

1,8

2,13

3,33

2,73

8,07

Juni 1

1,07

14,9

5,87

2,67

2,53

8,2

3,13

7,27

7,2

12,3

Juni 2

1,83

5,93

1,33

8,4

1,13

1,53

1,6

0,53

Juli 1

1,23

1,27

0,5

1,53

2,4

0,93

Juli 2

1,27

0,4

1,4

5,7

0,53

3,67

4,73

1,2

Agustus 1

1,2

3,4

2,47

2,67

0,26

Agustus 2

0,4

7,67

3,07

Septemb 1

0,2

1,6

4,13

0,93

0,2

3,93

Septem 2

0,87

0,8

8,27

3,8

0,87

Oktober 1

0,93

9,4

4,4

3,93

3,93

16,5

10,9

9,87

Oktober 2

1,13

4,15

11,7

12,3

1,4

8,27

9,4

5,73

10,5

6,13

15,3

Novem 1

1,03

4,08

9,6

17,7

0,93

1,6

5,6

15,5

18

0,8

1,2

14,3

13,1

Novem 2

2,53

9,89

22,2

24,2

19,4

22,3

9,33

29,5

3,33

21,9

20,5

11,4

11,9

Desem 1

6,33

4,21

7,13

5,93

16,7

1,8

26,8

7,4

8,07

13,7

26,4

42,5

0,13

Desem 2

2,33

9,75

6,07

25,3

12,3

8,27

3,53

13,9

11

17,9

21,3

1,93

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Curah hujan efektif dihitung berdasarkan perhitungan 70% dari curah


hujan 80%, dan data yang dipakai yaitu data curah hujan stasiun Cibatu dan
stasiun Cinta yang mana kedua stasiun tersebut merupakan wilayah kerja irigasi
Cibatu dihitung dengan persamaan:
Re

= curah hujan efektif

R 80% = curah hujan 80%,


Untuk menghitung R 80% dipakai persamaan berikut ini:
R 80% = (n/5) + 1 dengan:
n

= lama periode pengamatan, dalam hal ini n=15 tahun

maka R 80% = (15/5) + 1 = 4


Jadi besarnya curah hujan 80 % yaitu urutan ke 4 dari data yang terkecil,
diambil dari data curah hujan rata-rata periode dua mingguan (setengah bulanan).
Tabel 4.37 Curah Hujan R 80% untuk stasiun Cibatu
Periode setengah bulanan
Curah Hujan

Bulan
Ke

1997

1998

1999

2000

2001

Januari 1

15,4

13,9

18,5

10,1

4,79

Januari 2

9,44

15,6

13,6

2,87

6,9

Februari 1

19,5

16,8

13,5

6,79

4,36

Februari 2

14

17,5

19,1

4,65

18,9

Maret 1

8,9

9,8

30,5

3,78

Maret 2

12,3

19,8

16,6

April 1

16,8

10,9

15,7

April 2

6,6

18

Mei 1

10,8

24

3,5

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

7,5

7,88

7,39

23,8

5,35

10,5

5,51

10,2

9,39

11,9

8,44

13,8

7,06

10,3

17,8

5,51

11,9

7,98

2,93

8,17

21,8

11,2

22,2

10,2

7,26

15,8

12,3

9,38

6,5

9,9

17,9

7,6

22,6

9,18

16,2

13,8

25,1

5,12

8,9

14,3

8,74

18,3

12,4

13,3

14,3

22,2

17,4

11,8

6,1

5,25

7,5

15,3

7,59

9,1

15,9

14

7,71

22,9

24,5

8,27

9,33

5,54

13

15,2

16,2

11

11,7

10,5

15,1

8,91

11,3

9,44

10,5

10,6

24,9

7,05

7,7

8,68

25,5

7,96

17,2

30,7

15,7

7,33

10

10

13,9

12,3

21,3

12,7

9,3

19,3

11,1

Pendahuluan
1

2011

Tugas Akhir
91
Mei 2

17

10,3

16,6

16

5,28

21,7

11,4

16,1

16,6

33,3

Juni 1

9,5

13

10,6

2,8

4,3

7,33

6,9

9,4

17,3
0

Juni 2

23,2

13

5,35

5,9

11,8

3,1

25,7

23,4

Juli 1

18,4

2,05

11,3

15,9

2,9

8,76

25,5

Juli 2

10

10

5,85

5,25

4,13

3,4

2,55

Agustus 1

4,7

7,96

Agustus 2

15

19

15,2

Septemb 1

17,3

4,7

14,4

2,9

14

0
0

Septem 2

10,3

11,5

9,71

Oktober 1

10,5

9,58

25,3

12,2

22,8

15,7

Oktober 2

28,5

8,53

6,75

50,5

4,15

11,5

18,3

17,5

3,87

12,9

8,86

Novem 1

9,88

6,13

11

11,7

8,64

8,4

21

31,6

17,3

18,5

13

10,8

10,5

15,9

Novem 2

12,6

11,4

16

7,89

10,4

3,31

17,7

10,7

9,69

8,4

3,85

24,8

10

10,2

9,04

Desem 1

11,7

21,4

14,5

7,92

7,75

8,98

4,32

18

8,56

14,6

24,3

5,38

32,4

13,6

Desem 2

11

9,19

10,7

8,44

3,59

10,2

12,3

11,5

13,7

9,54

15,7

20,4

15,6

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel 4.38 Curah Hujan R 80% untuk stasiun Cinta


Periode setengah bulanan
Curah Hujan

Bulan
Ke

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Januari 1

16,4

9,94

19,3

10,5

20,8

8,1

17

9,75

14,6

17,9

79,7

21,1

Januari 2

9,4

6,17

16,7

13,6

30,2

29,5

8,5

36,7

14,5

8,67

24,5

17,7

36,6

14,1

Februari 1

23,9

5,83

8,36

16,4

15,5

18,9

13,9

38

16

5,63

62,7

9,4

Februari 2

12

22,5

11,1

22

10

26,7

30,1

12,1

22

17,4

59,5

3,8

Maret 1

12,1

6,56

31,9

11,1

14,8

16,3

8,69

21,4

12

17,3

22,5

25,3

12,8

Maret 2

7,33

5,5

29,2

14,1

27,3

15,4

27

27,7

14,2

16,4

19,1

April 1

22,2

7,4

36,1

11

10

40,5

8,33

15,3

13,1

6,71

8,67

33,8

18,9

24,8

April 2

23,5

3,57

23,2

24,3

12

6,08

5,67

11,5

4,43

11

15

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
92
Mei 1

16,2

7,25

21,9

37,8

9,5

3,83

3,43

39,5

28,9

20,1

Mei 2

4,75

15,3

7,8

28

15,5

5,17

8,8

13,5

16

8,33

20,5

24,2

Juni 1

5,33

28

14,7

20

38

15,4

23,5

13,6

36

23

Juni 2

5,5

33,8

14,8

20

21

17

11,5

12

Juli 1

9,25

19

3,75

11,5

30

7,2

Juli 2

9,5

21,4

22,5

11,8

4,5

Agustus 1

10,2

9,25

40

Agustus 2

115

15,3

120

Septemb 1

12

15,5

14

30

19,7

Septem 2

6,5

20,7

22,5

19

6,5

Oktober 1

4,67

28,2

9,43

19,7

8,43

35,4

32,8

13,5
16,4

Oktober 2

8,5

8,9

21,9

23,1

10,5

20,7

17,6

14,3

26,2

10,2

Novem 1

7,75

7,65

14,4

29,4

14

12

21

38,8

33,8

12

19,5

19,6

10

Novem 2

19

13,5

27,8

30,3

29,1

33,4

10,7

23,3

36,9

10

32,8

27,9

17,1

14,8

Desem 1

13,6

7,01

7,64

14,8

27,9

4,5

50,3

12,3

13,4

18,6

30,5

53,2

Desem 2

17,5

11,2

11,4

27,1

18,4

13,8

8,83

23,2

15

16,5

26,9

35,4

5,8

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel 4.39 Curah Hujan R 80% untuk stasiun Cibatu


Periode setengah bulanan
Curah Hujan Peringkat ke

Bulan
Ke

10

11

12

13

14

15

Januari 1

4,79

5,35

5,51

7,39

7,5

7,88

10,1

10,2

10,5

13,9

15,4

18,5

23,8

Januari 2

2,87

5,51

6,9

7,06

7,98

8,44

9,39

9,44

10,3

11,9

11,9

13,6

13,8

15,6

17,8

Februari 1

2,93

4,36

6,79

7,26

8,17

10,2

11,2

12,3

13,5

15,8

16,8

19,5

21,8

22,2

Februari 2

4,65

6,5

7,6

9,18

9,38

9,9

13,8

14

16,2

17,5

17,9

18,9

19,1

22,6

25,1

Maret 1

3,78

5,12

8,74

8,9

8,9

9,8

11,8

12,4

13,3

14,3

14,3

17,4

18,3

22,2

30,5

Maret 2

5,25

6,1

7,5

7,59

7,71

9,1

12,3

14

15,3

15,9

16,6

19,8

22,9

24,5

April 1

5,54

8,27

8,91

9,33

10,5

10,9

11

11,3

11,7

13

15,1

15,2

15,7

16,2

16,8

April 2

6,6

7,05

7,7

7,96

8,68

9,44

10,5

10,6

15,7

17,2

18

24,9

25,5

30,7

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
93
Mei 1

3,5

7,33

9,3

10

10

10,8

11,1

12,3

12,7

13,9

19,3

21,3

24

Mei 2

5,28

10,3

11,4

16

16,1

16,6

16,6

17

17,3

21,7

33,3

Juni 1

2,8

4,3

6,9

7,33

9,4

9,5

10,6

13

Juni 2

3,1

5,35

5,9

11,8

13

23,2

23,4

25,7

Juli 1

2,05

2,9

8,76

11,3

15,9

18,4

25,5

Juli 2

2,55

3,4

4,13

5,25

5,85

10

10

Agustus 1

4,7

7,96

Agustus 2

15

15,2

19

Septemb 1

2,9

4,7

14

14,4

17,3

Septem 2

9,71

10,3

11,5

Oktober 1

9,58

10,5

12,2

15,7

22,8

25,3

Oktober 2

3,87

4,15

6,75

8,53

8,86

11,5

12,9

17,5

18,3

28,5

50,5

Novem 1

6,13

8,4

8,64

9,88

10,5

10,8

11

11,7

13

15,9

17,3

18,5

21

31,6

Novem 2

3,31

3,85

7,89

8,4

9,04

9,69

10

10,2

10,4

10,7

11,4

12,6

16

17,7

24,8

Desem 1

4,32

5,38

7,75

7,92

8,56

8,98

11,7

13,6

14,5

14,6

18

21,4

24,3

32,4

Desem 2

3,59

8,44

9,19

9,54

10,2

10,7

11

11,5

12,3

13,7

15,6

15,7

20,4

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel 4.40 Curah Hujan R 80% untuk stasiun Cinta


Periode setengah bulanan
Curah Hujan Peringkat ke ..

Bulan
Ke

10

11

12

13

14

15

Januari 1

8,1

9,75

9,94

10,5

14,6

16,4

17

17,9

19,3

20,8

21,1

79,7

Januari 2

6,17

8,5

8,67

9,4

13,6

14,1

14,5

16,7

17,7

24,5

29,5

30,2

36,6

36,7

Februari 1

5,63

5,83

8,36

9,4

13,9

15,5

16

16,4

18,9

23,9

38

62,7

Februari 2

3,8

10

11,1

12

12,1

17,4

22

22

22,5

26,7

30,1

59,5

Maret 1

6,56

8,69

11,1

12

12,1

12,8

14,8

16,3

17,3

21,4

22,5

25,3

31,9

Maret 2

5,5

7,33

14,1

14,2

15,4

16,4

19,1

27

27,3

27,7

29,2

April 1

6,71

7,4

8,33

8,67

10

11

13,1

15,3

18,9

22,2

24,8

33,8

36,1

40,5

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
94
April 2

3,57

4,43

5,67

6,08

11

11,5

12

15

23,2

23,5

24,3

Mei 1

3,43

3,83

7,25

9,5

16,2

20,1

21,9

28,9

37,8

39,5

Mei 2

4,75

5,17

7,8

8,33

8,8

13,5

15,3

15,5

16

20,5

24,2

28

Juni 1

5,33

13,6

14,7

15,4

20

23

23,5

28

36

38

Juni 2

5,5

11,5

12

14,8

17

20

21

33,8

Juli 1

3,75

7,2

9,25

11,5

19

30

Juli 2

4,5

9,5

11,8

21,4

22,5

Agustus 1

9,25

10,2

40
120

Agustus 2

15,3

115

Septemb 1

12

14

15,5

19,7

30

Septem 2

6,5

6,5

19

20,7

22,5

Oktober 1

4,67

8,43

9,43

13,5

19,7

28,2

32,8

35,4

Oktober 2

8,5

8,9

10,2

10,5

14,3

16,4

17,6

20,7

21,9

23,1

26,2

Novem 1

7,65

7,75

10

12

12

14

14,4

19,5

19,6

21

29,4

33,8

38,8

Novem 2

10

10,7

13,5

14,8

17,1

19

23,3

27,8

27,9

29,1

30,3

32,8

33,4

36,9

Desem 1

4,5

7,01

7,64

12,3

13,4

13,6

14,8

18,6

27,9

30,5

50,3

53,2

Desem 2

5,8

8,83

11,2

11,4

13,8

15

16,5

17,5

18,4

23,2

26,9

27,1

35,4

Sumber: Data Hitungan 2012 (SDAP Kab Garut)

Tabel 4.41 Curah Hujan Rata-Rata Pada Daerah Irigasi Citameng


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Bulan
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01

R 80

R 80

Cibatu
5,35
7,06
7
9,18
8,9
7,5
9,33
7,7
7,33
5,28
0

Cinta
8,1
8,67
5,83
3,8
8,69
5
8,33
3,57
3,43
4,75
0

80
6,725
7,865
6,415
6,49
8,795
6,25
8,83
5,635
5,38
5,015
0

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
95
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02

0
0
0
0
0
0
0
0
3,87
8,64
8,4
7,92
8,44

0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
13,5
4,5
8,83

0
0
0
0
0
0
0
0
1,935
8,82
10,95
6,21
8,635

Sumber: Data Hitungan 2012

Menentukan curah hujan efektif


Curah hujan R80 Stasiun Cibatu

= 5,35

Curah hujan R80 Stasiun Cinta

= 8,1

= 13,45

Curah hujan R80 rata-rata:


Curah hujan efektif

= 0,7 x R80 rata-rata

Curah hujan efektif

= 0,7 x 6,725 = 4,7075 mm

Dengan cara yang sama untuk bulan berikutnya dapat dilihat pada tabel 4.42

Tabel 4.42 Curah Hujan Rata-Rata Pada Daerah Irigasi Citameng


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Bulan
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02
Nov 01

R 80
Cibatu

R 80
Cinta

5,35
7,06
7
9,18
8,9
7,5
9,33
7,7
7,33
5,28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3,87
8,64

8,1
8,67
5,83
3,8
8,69
5
8,33
3,57
3,43
4,75
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9

Re
(
6,725
7,865
6,415
6,49
8,795
6,25
8,83
5,635
5,38
5,015
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,935
8,82

x 0,7)
4,7075
5,5055
4,4905
4,543
6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,3545
6,174

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
96
22
23
24

Nov 02
Des 01
Des 02

8,4
7,92
8,44

13,5
4,5
8,83

10,95
6,21
8,635

7,665
4,347
6,0445

Sumber: Data Hitungan 2012

Setelah hujan efektif diketahui, maka kebutuhan bersih air disawah untuk
Bendung Citameng, maka perbandingan antara air yang dibutuhkan dan debit
sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia. Sesuai dengan pola
tanam yang akan diterapkan di wilayah pekerjaan maka kebutuhan air Bendung
Citameng dinyatakan dalam rumus yaitu:
NFR

= Etc + P + WLR Re andalan

Dengan:
NFR

= Kebutuhan bersih air disawah dalam satuan mm/ hari

= Perkolasi

Etc

= Evapotranspirasi (mm/ hari)

Re

= Curah Hujan efektif (mm/ hari)

WLR = Penggantian lapisan (mm/ hari)


Maka dengan persamaan diatas kebutuhan bersih air disawah untuk Re
80%, dengan rencana tanam dan realisasi tanam untuk bulan November 1, dapat
diperoleh sebagai berikut:
NFR

= Etc + P + WLR Re andalan

NFR

= 0 + 2,5 + 10 6,174 = 6,326 mm/ hari = 0,732l78 lt/ dt/ ha

Hasil perhitungan untuk penyiapan lahan dari NFR mm/ hari dibuat menjadi
lt/ dt/ ha, yaitu:

lt/ dt/ ha, jadi 1 ha = 0,11574 lt/ dt


Sehingga dengan cara yang sama kebutuhan air bersih disawah untuk
rencana tanam terdapat pada tabel 4.43, Alternatif 1 tabel 4.44, Alternatif 2 tabel
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
97
4.45 dan realisasi tanam terdapat pada tabel 4.46, alternatif 1 tabel 4.47, alternatif
2 tabel 4.48

Tabel 4.43 Nilai Kebutuhan Bersih Air Disawah Untuk Rencana Tanam R80%
Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01

ETC

WLR

Re 80%

0
0
4,416
4,5466
4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

6,174
7,665
4,347
6,0445
4,7075
5,5055
4,4905
4,543
6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0
0
0
0
0

NFR

NFR

mm/ hari
6,326
4,835
12,569
11,0021
12,7268
12,1425
12,4035
7,957
6,3435
8,125
10,927
13,1021
13,6284
13,5785
16,92
12,5
12,5
14,115
13,163
13,5379
16,0535

l/ dt/ ha
0,732178
0,559608
1,454749
1,273394
1,473013
1,405385
1,435593
0,920951
0,734203
0,940396
1,264702
1,51645
1,577365
1,571589
1,958338
1,446763
1,446763
1,633684
1,523499
1,56689
1,858048

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
98
Sep 02
Okt 01
Okt 02

3,332
3,0855
0

2,5
2,5
2,5

10
10
10

0
0
1,3545

15,832
15,5855
11,1455

1,832412
1,803881
1,289991

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.44 Nilai Kebutuhan Bersih Air Disawah Untuk Rencana Tanam R80%
Alternatif 1
Bulan

ETC

WLR

Re 80%

Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02

4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0
0
0
4,416
4,5466

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11

4,7075
5,5055
4,4905
4,543
6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,3545
6,174
7,665
4,347
6,0445

NFR

NFR

mm/ hari
13,7268
13,1425
13,4035
8,957
7,3435
9,125
11,927
14,1021
14,6284
14,5785
17,92
13,5
13,5
15,115
14,163
14,5379
17,0535
16,832
16,5855
12,1455
7,326
5,835
13,569
12,0021

l/ dt/ ha
1,588754
1,521126
1,551334
1,036692
0,849944
1,056137
1,380443
1,632191
1,693106
1,68733
2,074079
1,562504
1,562504
1,749425
1,63924
1,682631
1,973789
1,948153
1,919622
1,405732
0,847919
0,675349
1,570490
1,389135

Sumber: Data Hitungan 2012

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
99

Tabel 4.45 Nilai Kebutuhan Bersih Air Disawah Untuk Rencana Tanam R80%
Alternatif 2
Bulan
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02

ETC

WLR

Re 80%

0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0
0
0
4,416
4,5466
4,9343
5,148
4,394
0

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11

6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,3545
6,174
7,665
4,347
6,0445
4,7075
5,5055
4,4905
4,543

NFR

NFR

mm/ hari
6,3435
9,125
10,927
14,1021
13,6284
14,5785
16,92
13,5
12,5
15,115
13,163
14,5379
16,0535
16,832
15,5855
12,1455
6,326
5,835
12,569
12,0021
12,7268
13,1425
12,4035
8,957

l/ dt/ ha
0,734203
1,056137
1,264702
1,632191
1,577365
1,68733
1,958338
1,562504
1,446763
1,749425
1,523499
1,682631
1,858048
1,948153
1,803881
1,405732
0,732178
0,675349
1,454749
1,389135
1,473013
1,521126
1,435593
1,036692

Sumber: Data Hitungan 2012

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
100

Tabel 4.46 Nilai Kebutuhan Bersih Air Disawah Untuk Realisasi Tanam R80%
Bulan

Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02

ETC

WLR

Re 80%

0
0
4,416
4,5466
4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

6,174
7,665
4,347
6,0445
4,7075
5,5055
4,4905
4,543
6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,3545

NFR

NFR

mm/ hari

l/ dt/ ha

6,326
4,835
12,569
11,0021
12,7268
12,1425
12,4035
7,957
6,3435
8,125
10,927
13,1021
13,6284
13,5785
16,92
12,5
12,5
14,115
13,163
13,5379
16,0535
15,832
15,5855
11,1455

0,732178
0,559608
1,454749
1,273394
1,473013
1,405385
1,435593
0,920951
0,734203
0,940396
1,264702
1,51645
1,577365
1,571589
1,958338
1,446763
1,446763
1,633684
1,523499
1,56689
1,858048
1,832412
1,803881
1,289991

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.47 Nilai Kebutuhan Bersih Air Disawah Untuk Realisasi Tanam R80%
Alternatif 1
Bulan

ETC

WLR

Re 80%

NFR

NFR

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
101

Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02

4,9343
5,148
4,394
0
0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0
1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0
0
0
4,416
4,5466

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11

4,7075
5,5055
4,4905
4,543
6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,3545
6,174
7,665
4,347
6,0445

mm/ hari

l/ dt/ ha

13,7268
13,1425
13,4035
8,957
7,3435
9,125
11,927
14,1021
14,6284
14,5785
17,92
13,5
13,5
15,115
14,163
14,5379
17,0535
16,832
16,5855
12,1455
7,326
5,835
13,569
12,0021

1,588754
1,521126
1,551334
1,036692
0,849944
1,056137
1,380443
1,632191
1,693106
1,68733
2,074079
1,562504
1,562504
1,749425
1,63924
1,682631
1,973789
1,948153
1,919622
1,405732
0,847919
0,675349
1,570490
1,389135

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.48 Nilai Kebutuhan Bersih Air Disawah Untuk Realisasi Tanam R80%
Alternatif 2
Bulan

Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01

ETC

WLR

Re 80%

0
0
4,608
4,5466
4,8944
4,589
4,42
0
0

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

10
11
10
11
10
11
10
11
10

6,1565
4,375
6,181
3,9445
3,766
3,5105
0
0
0

NFR

NFR

mm/ hari

l/ dt/ ha

6,3435
9,125
10,927
14,1021
13,6284
14,5785
16,92
13,5
12,5

0,734203
1,056137
1,264702
1,632191
1,577365
1,68733
1,958338
1,562504
1,446763

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
102
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02

1,615
0,663
1,0379
3,5535
3,332
3,0855
0
0
0
4,416
4,5466
4,9343
5,148
4,394
0

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11
10
11

0
0
0
0
0
0
1,3545
6,174
7,665
4,347
6,0445
4,7075
5,5055
4,4905
4,543

15,115
13,163
14,5379
16,0535
16,832
15,5855
12,1455
6,326
5,835
12,569
12,0021
12,7268
13,1425
12,4035
8,957

1,749425
1,523499
1,682631
1,858048
1,948153
1,803881
1,405732
0,732178
0,675349
1,454749
1,389135
1,473013
1,521126
1,435593
1,036692

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2.6 Analisis Ketersediaan Air (Debit Andalan Q 80%)


Untuk menghitung ketersediaan air di tempat pengambilan didapat dari
menghitung debit andalan sungai Citameng. Untuk mendapatkan debit andalan
yang tersedia di hitung dari data debit sungai yang ada setengah bulanan lihat
lampiran (skema bangunan irigasi) dengan perkiraan debit yang terpenuhi tiga
puluh persen (30%) dari data tersebut. Sebelum menghitung, data debit hasil
pengamatan lima belas tahun (15 tahun) diranking dari debit kecil sampai debit
yang besar, baru dihitung dengan rumus:
n / N = Pr%
Dengan:
n

= nomor urut ranking

= banyaknya / jumlah tahun pengamatan

Pr

= perkiraan debit yang terpenuhi dalam persen (%)

Perhitungan:
Debit andalan dengan kemungkinan terpenuhi 80% dihitung dengan metode
pendekatan sebagai berikut:
Q80 =

dimana n = jumlah periode data

Debit andalan pada saluran irigasi Citameng dihitung dengan periode data selama
15 tahunan, maka:
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
103
Q80 =
n/N

= Pr %

dimana N = 15

Pr perkiraan

= 30%

Maka (n)

= N x 30 %
= 15 x 30 %
= 4,5 diambil nilai 4

Jadi debit andalan (ketersediaan air) setengah bulanan jatuh pada nomor
urut ranking 4 dari yang terkecil. Berikut ini adalah data-data debit hasil
pengukuran pada saluran irigasi Citameng periode setengah bulanan yang belum
diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar yang terdapat pada tabel 4.49

Tabel 4.49 Data Debit (m3/ det) hasil Pengukuran Pada Saluran Irigasi Citameng
Periode

Tahun
Bulan

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jan 1

9,49

7,3

4,94

10,2

2,52

7,74

5,33

6,26

10

6,71

1,75

6,05

23

6,35

Jan 2

4,22

4,86

3,17

7,32

6,84

16,4

11,4

6,78

21,6

7,45

5,71

8,93

8,52

14,9

6,48

Feb 1

14,2

3,97

3,6

5,1

6,47

1,77

6,64

8,75

7,8

23,8

2,75

3,83

3,92

16,2

4,86

Feb 2

3,94

4,67

5,1

5,25

9,15

3,84

7,8

5,32

8,95

9,08

9,31

8,98

19,2

2,31

Mar 1

6,2

5,02

8,15

10,3

10,4

6,39

9,85

7,57

6,1

12,5

6,55

12,6

17,2

14,9

6,56

Mar 2

4,67

7,99

3,85

3,32

12,9

5,17

8,75

13,3

1,77

14,1

6,21

10,2

6,79

12,6

16,1

Apr 1

13,4

4,87

14,5

5,23

4,53

6,7

1,29

4,07

5,4

8,3

4,67

4,38

12,7

9,63

10,5

Apr 2

2,73

1,94

9,95

6,09

0,7

2,48

4,1

1,88

1,03

3,59

9,59

2,09

2,18

5,84

3,07

Mei 1

4,67

3,05

5,33

1,5

2,45

0,33

9,87

2,52

2,92

2,07

7,9

13,8

10,5

3,39

Mei 2

0,23

0,74

4,77

0,7

1,85

5,22

1,5

2,09

1,45

2,62

3,05

1,07

4,43

10,3

4,61

Jun 1

1,27

0,8

9,6

0,4

5,05

1,34

1,27

0,2

0,3

4,5

0,75

1,57

4,56

4,86

6,15

Jun 2

4,64

1,12

4,5

0,87

3,32

0,67

0,8

4,2

1,97

0,57

1,08

1,66

1,82

Jul 1

3,07

0,62

0,25

1,52

2,53

1,2

0,09

1,46

1,32

Jul 2

0,34

0,64

0,55

1,48

3,55

0,54

2,24

2,37

0,12

0,17

0,6

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
104
Ags 1

0,6

1,7

0,16

1,24

0,13

2,66

Ags 2

0,5

3,15

0,6

0,2

3,84

1,54

2,03

0,13
0

Sep 1

1,84

0,8

0,65

0,63

2,07

0,95

0,1

2,09

4,21

1,97

Sep 2

2,07

0,13

0,44

0,57

4,74

0,77

1,5

1,9

2,92

0,44

Okt 1

0,47

1,05

6,62

3,9

1,97

4,01

9,77

8,07

4,94

Okt 2

2,47

2,08

5,85

2,25

7,5

0,7

10,9

0,28

1,55

4,7

2,44

6,37

5,64

8,22

9,13

Nov 1

3,15

2,86

1,1

7,15

10,9

0,47

2,2

5,6

8,8

10,2

4,09

5,8

8,23

11,1

7,23

Nov 2

7,17

7,6

4,25

12,9

15,9

10,48

16,5

6,28

15

1,92

18,4

14,6

8,75

7,46

Des 1

7,07

8,51

5,35

5,17

3,23

2,85

11,1

1,77

17

5,7

9,39

11,7

13,9

25,6

1,88

Des 2

4,83

8,55

2,15

4,39

14,9

1,32

9,9

8,24

5,22

11,5

6,23

10,2

10,2

13,4

5,64

13

14

15

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.50 Debit Andalan (Q80) Pada Saluran Irigasi Citameng


Urutan ke
Bulan

10

11

12

Jan 1

1,75

2,52

4,94

5,33

6,05

6,26

6,35

Jan 2

3,17

4,22

4,86

5,71

6,48

6,78

6,84

7,32

6,71

7,3

7,74

9,49

10

10,2

23

7,45

8,52

8,93

11,4

14,9

16,4

21,6

Feb 1

1,77

2,75

3,6

3,83

3,92

3,97

4,86

Feb 2

2,31

3,84

3,94

4,67

5,1

5,25

5,32

5,1

6,47

6,64

7,8

8,75

14,2

16,2

23,8

7,8

8,95

8,98

9,08

9,15

9,31

Mar 1

5,02

6,1

6,2

6,39

6,55

6,56

19,2

7,57

8,15

9,85

10,3

10,4

12,5

12,6

14,9

17,2

Mar 2

1,77

3,32

3,85

4,67

5,17

Apr 1

1,29

4,07

4,38

4,53

4,67

6,21

6,79

7,99

8,75

10,2

12,6

12,9

13,3

14,1

16,1

4,87

5,23

5,4

6,7

8,3

9,63

10,5

12,7

13,4

Apr 2

0,7

1,03

1,88

1,94

14,5

2,09

2,18

2,48

2,73

3,07

3,59

4,1

5,84

6,09

9,59

Mei 1

0,33

1,5

9,95

2,07

2,45

2,52

2,92

3,05

3,39

4,67

5,33

7,9

9,87

10,5

Mei 2

0,23

0,7

13,8

0,74

1,07

1,45

1,5

1,85

2,09

2,62

3,05

4,43

4,61

4,77

5,22

10,3

Jun 1

0,2

Jun 2

0,3

0,4

0,75

0,8

1,27

1,27

1,34

1,57

4,5

4,56

4,86

5,05

6,15

9,6

0,57

0,67

0,8

0,87

1,08

1,12

1,66

1,82

1,97

3,32

4,2

4,5

4,64

Jul 1
Jul 2

0,09

0,25

0,62

1,2

1,32

1,46

1,52

2,53

3,07

0,12

0,17

0,34

0,54

0,55

0,6

0,64

1,48

2,24

2,37

3,55

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
105
Ags 1

0,13

0,13

0,16

0,6

1,24

1,7

Ags 2

0,2

0,5

0,6

1,54

2,03

3,15

3,84

2,66
4

Sep 1

0,1

0,63

0,65

0,8

0,95

1,84

1,97

2,07

2,09

4,21

Sep 2

0,13

0,44

0,44

0,57

0,77

1,5

1,9

2,07

2,92

4,74

Okt 1

0,47

1,05

1,97

3,9

4,01

4,94

6,62

8,07

9,77

Okt 2

0,28

0,7

1,55

2,08

2,25

2,44

2,47

4,7

5,64

5,85

6,37

7,5

8,22

9,13

10,9

Nov 1

0,47

1,1

2,2

2,86

3,15

4,09

5,6

5,8

7,15

7,23

8,23

8,8

10,2

10,9

11,1

Nov 2

1,92

4,25

6,28

7,17

7,46

7,6

8,75

10,48

12,9

14,6

15

15,9

16,5

18,4

Des 1

1,77

1,88

2,85

3,23

5,17

5,35

5,7

7,07

8,51

9,39

11,1

11,7

13,9

17

25,6

Des 2

1,32

2,15

4,39

4,83

5,22

5,64

6,23

8,24

8,55

9,9

10,2

10,2

11,5

13,4

14,9

Sumber: Data Hitungan 2012

4.3. Analisis Perhitungan DR


Setelah kebutuhan air bersih disawah diketahui, maka kebutuhan air pengambilan
dapat diperoleh dengan mempergunakan persamaan dibawah ini:

Yang mana dari persamaan dapat diketahui kebutuhan air pengambilan


baik untuk rencana tanam maupun untuk realisasi tanam yaitu sebagai berikut:

Sehingga dengan cara yang sama dapat diketahui kebutuhan air


pengambilan baik untuk rencana tanam maupun untuk realisasi tanam.
Tabel 4.51 Perhitungan DR
Bulan

NFR

8,64

Ef

DR

8,64

0,65

0,130374

Nov 01

l/ dt/ ha
0,73217

Nov 02

8
0,55960

8,64

0,65

0,099645

Des 01

8
1,45474

8,64

0,65

0,259037

Des 02

9
1,27339

8,64

0,65

0,226744

Jan 01

4
1,47301

8,64

0,65

0,262289

Jan 02

3
1,40538

8,64

0,65

0,250247

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
106
Feb 01

1,43559

8,64

0,65

0,255626

Feb 02

3
0,92095

8,64

0,65

0,163987

Mar 01

1
0,73420

8,64

0,65

0,130734

Mar 02

3
0,94039

8,64

0,65

0,167449

Apr 01

6
1,26470

8,64

0,65

0,225196

Apr 02
Mei 01

2
1,51645
1,57736

8,64
8,64

0,65
0,65

0,270023
0,28087

Mei 02

5
1,57158

8,64

0,65

0,279841

Juni 01

9
1,95833

8,64

0,65

0,348707

Juni 02

8
1,44676

8,64

0,65

0,257614

Juli 01

3
1,44676

8,64

0,65

0,257614

Juli 02

3
1,63368

8,64

0,65

0,290898

Ags 01

4
1,52349

8,64

0,65

0,271278

Ags 02
Sep 01

9
1,56689
1,85804

8,64
8,64

0,65
0,65

0,279005
0,330849

Sep 02

8
1,83241

8,64

0,65

0,326284

Okt 01

2
1,80388

8,64

0,65

0,321204

Okt 02

1
1,28999

8,64

0,65

0,229699

Sumber: Data Hitungan 2012

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
107

Tabel 4.52 Perhitungan DR Alternatif 1


Bulan

NFR

8,64

Ef

DR

8,64

0,65

0,282898

Jan 01

l/ dt/ ha
1,58875

Jan 02

4
1,52112

8,64

0,65

0,270856

Feb 01

6
1,55133

8,64

0,65

0,276235

Feb 02

4
1,03669

8,64

0,65

0,184596

Mar 01

2
0,84994

8,64

0,65

0,151343

Mar 02

4
1,05613

8,64

0,65

0,188059

Apr 01

7
1,38044

8,64

0,65

0,245805

Apr 02

3
1,63219

8,64

0,65

0,290632

Mei 01

1
1,69310

8,64

0,65

0,301479

Mei 02
Juni 01

6
1,68733
2,07407

8,64
8,64

0,65
0,65

0,30045
0,369316

Juni 02

9
1,56250

8,64

0,65

0,278224

Juli 01

4
1,56250

8,64

0,65

0,278224

Juli 02

4
1,74942

8,64

0,65

0,311507

Ags 01
Ags 02

5
1,63924
1,68263

8,64
8,64

0,65
0,65

0,291887
0,299614

Sep 01

1
1,97378

8,64

0,65

0,351458

Sep 02

9
1,94815

8,64

0,65

0,346893

Okt 01

3
1,91962

8,64

0,65

0,341813

Okt 02

2
1,40573

8,64

0,65

0,250308

Nov 01

2
0,84791

8,64

0,65

0,150983

Nov 02

9
0,67534

8,64

0,65

0,120254

Des 01

9
1,57049

8,64

0,65

0,279646

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
108
Des 02

1,38913

8,64

0,65

0,247353

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.53 Perhitungan DR Alternatif 2


Bulan

NFR

8,64

Ef

DR

8,64

0,65

0,130734

Mar 01

l/ dt/ ha
0,73420

Mar 02

3
1,05613

8,64

0,65

0,188059

Apr 01

7
1,26470

8,64

0,65

0,225196

Apr 02

2
1,63219

8,64

0,65

0,290632

Mei 01

1
1,57736

8,64

0,65

0,28087

Mei 02
Juni 01

5
1,68733
1,95833

8,64
8,64

0,65
0,65

0,30045
0,348707

Juni 02

8
1,56250

8,64

0,65

0,278224

Juli 01

4
1,44676

8,64

0,65

0,257614

Juli 02

3
1,74942

8,64

0,65

0,311507

Ags 01

5
1,52349

8,64

0,65

0,271278

Ags 02

9
1,68263

8,64

0,65

0,299614

Sep 01

1
1,85804

8,64

0,65

0,330849

Sep 02

8
1,94815

8,64

0,65

0,346893

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
109

Okt 01

3
1,80388

8,64

0,65

0,321204

Okt 02

1
1,40573

8,64

0,65

0,250308

Nov 01

2
0,73217

8,64

0,65

0,130374

Nov 02

8
0,67534

8,64

0,65

0,120254

Des 01

9
1,45474

8,64

0,65

0,259037

Des 02

9
1,38913

8,64

0,65

0,247353

Jan 01

5
1,47301

8,64

0,65

0,262289

Jan 02

3
1,52112

8,64

0,65

0,270856

Feb 01

6
1,43559

8,64

0,65

0,255626

Feb 02

3
1,03669

8,64

0,65

0,184596

Sumber: Data Hitungan 2012

4.4. Analisis Debit Intake


4.4.1 Debit Intake Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran dilapangan didapat tinggi z adalah 0,3 m. Kecepatan di
Intake dapat dihitung dengan rumus:
Vint

=
=

Untuk menghitung besar debit di intake digunakan rumus:


Qint

Dimana:
Qint

= debit di intake

Vint

= Kecepatan air di intake

= tinggi bukaan

= lebar pintu intake

Qint

= 5,886 x (1,5 x 0,5)

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
110
= 4,4145 m3/det
Karena pintu intake berjumlah satu buah maka debit total di intake adalah =
4,4145 m3/det. Maka Q intake yang ada di saluran Bendung Citameng dari saluran
terdapat pada tabel 4.54
Tabel 4.54 Q intake yang ada di saluran Bendung Citameng
Nama Petak
Tersier
BCT IV 1 ki

Luas Existing (Ha)


7

BCT IV 2 ki
18
BCT IV 3 ki
54
BCT IV 4 ki
58
BCT IV 5 ki
55
BCT IV 6 ki
BCT IV 7 ka
15
BCT IV 7 ki
18
BCT IV 8 ki
34,3
BCT IV 9 ki
69,51
BCT IV 10 ki
24,15
BCT IV 11 ki
13,75
BCT IV 11 ki
BCT IV 12 ki
19,75
BCT IV 13 ka
BCT IV 13 ki
BCT IV 13 ki
26,24
BCT IV 14 ki
25,61
BCT IV 14 ka
BCT IV 15 ki
21,39
BCT IV 15
JUMLAH
484
Sumber: Data Hitungan 2012

Luas Areal (Ha)


2

Q yang ada disaluran


Bendung Citameng
Lt/ det
3,9

25
12
31
5
9
66
16
14
85
28
14
12
10
15
3
35
8
11
18
14
433

40,1
19,8
41,97
8,45
11
76,68
30
22,4
99,63
46,2
23,1
19,8
11,91
24,75
4,95
61,2
11
18,32
31,91
23,1
630,17

Maka air yang mengaliri pesawahan Citameng dapat terpenuhi dengan


kebutuhan air 545,191 lt/ det/ ha dan yang terdapat di Q Intake adalah 630,17
m3/det. Dengan didapatnya NFR maka digunakan persamaan yaitu:
NFR = diambil dari Bulan November 01 = 0,732178 lt/ det/ ha
IR

= NFR / e dimana e = 0,65 (saluran primer)


Q debit yang dibutuhkan untuk mengairi areal pesawahan seluas 484 ha

adalah = 0,732178 / 0,65 * 484 ha


= 545,191 lt/ det.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
111
4.4.2 Kebutuhan Air di Intake (IR)
Untuk mengetahui kebutuhan air di intake (IR), dengan didapatnya NFR maka IR
diperoleh dengan rumus:
IR

= NFR / e dimana e = 0,65 (saluran primer)


= 0,732178 / 0,65
= 1,126428 lt/ det/ ha
Tabel 4.55 Kebutuhan air irigasi (NFR) dan kebutuhan air di Intake (IR)
Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02

NFR
Rencana
l/ dt/ ha
0,73217
8
0,55960
8
1,45474
9
1,27339
4
1,47301
3
1,40538
5
1,43559
3
0,92095
1
0,73420
3
0,94039
6
1,26470
2
1,51645
1,57736
5
1,57158
9
1,95833
8
1,44676
3
1,44676
3
1,63368
4
1,52349
9
1,56689
1,85804
8
1,83241
2

0,65

IR
Rencana
l/ dt/ ha
1,126428

0,65

0,860935

0,65

2,238075

0,65

1,959068

0,65

2,266174

0,65

2,162131

0,65

2,208605

0,65

1,416848

0,65

1,129543

0,65

1,446763

0,65

1,945695

0,65
0,65

2,333
2,426715

0,65

2,417829

0,65

3,012828

0,65

2,225789

0,65

2,225789

0,65

2,51336

0,65

2,343845

0,65
0,65

2,4106
2,858535

0,65

2,819095

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
112
Okt 01
Okt 02

1,80388
1
1,28999
1

0,65

2,775202

0,65

1,984602

Sumber: Data Hitungan 2012

Jadi NFR = 0,732178 lt/ det/ ha


Jadi IR

= 1,126428 lt/ det/ ha

Maka debit di intake = 1,126428 * 484 ha = 545,191 lt/ det


Tabel 4.56 Total Kebutuhan Air Irigasi (outflow)
Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02

IR
l/ dt/ ha
1,12642
8
0,86093
5
2,23807
5
1,95906
8
2,26617
4
2,16213
1
2,20860
5
1,41684
8
1,12954
3
1,44676
3
1,94569
5
2,333
2,42671
5
2,41782
9
3,01282
8
2,22578
9
2,22578
9
2,51336
2,34384
5
2,4106
2,85853
5
2,81909

Luas Daerah
Bendung Citameng
(ha)
484

Debit keluar
Bendung Citameng
l/ dt
545,191

484

416,6925

484

1083,228

484

948,1889

484

1096,828

484

1046,471

484

1068,965

484

685,7544

484

546,6988

484

700,2333

484

941,7164

484
484

1129,172
1174,53

484

1170,229

484

1458,209

484

1077,282

484

1077,282

484
484

1216,466
1134,421

484
484

1166,73
1383,531

484

1364,442

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
113

Okt 01
Okt 02

5
2,77520
2
1,98460
2

484

1343,198

484

960,5474

Sumber: Data Hitungan 2012

4.4.3 Kebutuhan Air di Bangunan Bagi BCT. IV


Untuk mengetahui kebutuhan air dibangunan bagi BCT IV, dengan adanya NFR
maka IRB diperoleh dengan rumus:
IRB

= NFR / e dimana e = efisiensi saluran sekunder = 0,68


Sebagai salah satu contoh perhitungan, dapat mengambil data bulan

November bulanan ke 1 pada alternative 1


IRB

= NFR / e
= 0,732178 / 0,68
= 1,076732 lt/ det/ ha

Untuk mengetahui hasil perhitungan IRB bulan berikutnya terdapat pada


tabel 4.57
Tabel 4.57 Air Irigasi (NFR) dan Kebutuhan Air di Bangunan Bagi BCT IV (IRB)
Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01

NFR
Rencana
l/ dt/ ha
0,73217
8
0,55960
8
1,45474
9
1,27339
4
1,47301
3
1,40538
5
1,43559
3
0,92095
1
0,73420
3
0,94039
6
1,26470
2

0,68

IR
Rencana
l/ dt/ ha
1,076732

0,68

0,822953

0,68

2,139337

0,68

1,872638

0,68

2,166196

0,68

2,066743

0,68

2,111166

0,68

1,35434

0,68

1,07971

0,68

1,382935

0,68

1,859856

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
114
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02

1,51645
1,57736
5
1,57158
9
1,95833
8
1,44676
3
1,44676
3
1,63368
4
1,52349
9
1,56689
1,85804
8
1,83241
2
1,80388
1
1,28999
1

0,68
0,68

2,230074
2,319654

0,68

2,31116

0,68

2,879909

0,68

2,127593

0,68

2,127593

0,68

2,402476

0,68

2,24044

0,68
0,68

2,30425
2,732424

0,68

2,694724

0,68

2,652766

0,68

1,897046

Sumber: Data Hitungan 2012

Jadi NFR = 0,732178 lt/ det/ ha


IR

= 1,076732 lt/ det/ ha

Maka debit di Bangunan Bagi = 1,076732 * 85 ha = 91,52 lt/ det, dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. 58

Tabel 4.58 Total Kebutuhan Air Irigasi (Outflow) Bangunan Bagi BCT IV Irigasi
Citameng
Bulan
Nov 01
Nov 02

IR
l/ dt/ ha
1,07673
2
0,82295

Luas Daerah
Bangunan Bagi
BCT IV Citameng
(ha)
85
85

Debit keluar
Bendung Citameng
l/ dt
91,52222
69,95101

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
115

Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02

3
2,13933
7
1,87263
8
2,16619
6
2,06674
3
2,11116
6
1,35434
1,07971
1,38293
5
1,85985
6
2,23007
4
2,31965
4
2,31116
2,87990
9
2,12759
3
2,12759
3
2,40247
6
2,24044
2,30425
2,73242
4
2,69472
4
2,65276
6
1,89704
6

85

181,8436

85

159,1742

85

184,1267

85

175,6732

85

179,4491

85
85
85

115,1189
91,77535
117,5495

85

158,0878

85

189,5563

85

197,1706

85
85

196,4486
244,7923

85

180,8454

85

180,8454

85

204,2105

85
85
85

190,4374
195,8613
232,256

85

229,0515

85

225,4851

85

161,2489

Sumber: Data Hitungan 2012

4.4.4 Kebutuhan Air di Bangunan Sadap BCT. IV


Untuk mengetahui kebutuhan air dibangunan sadap BCT IV, dengan adanya NFR
maka IRB diperoleh dengan rumus:
IRB

= NFR / e dimana e = efisiensi saluran sekunder = 0,68


Sebagai salah satu contoh perhitungan, dapat mengambil data bulan

November bulanan ke 1 pada alternative 1


IRB

= NFR / e

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
116
= 0,732178 / 0,68
= 1,076732 lt/ det/ ha
Untuk mengetahui hasil perhitungan IRB bulan berikutnya terdapat pada
tabel 4.59 Air Irigasi (NFR) dan Kebutuhan Air di Bangunan Sadap BCT IV.10
(IRB)
Tabel 4.59 Air Irigasi (NFR) dan Kebutuhan Air di Bangunan Sadap BCT IV
(IRB)
Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01

NFR
Rencana
l/ dt/ ha
0,73217
8
0,55960
8
1,45474
9
1,27339
4
1,47301
3
1,40538
5
1,43559
3
0,92095
1
0,73420
3
0,94039
6
1,26470
2
1,51645
1,57736
5
1,57158
9
1,95833
8
1,44676
3
1,44676
3
1,63368
4
1,52349
9
1,56689
1,85804
8

0,68

IR
Rencana
l/ dt/ ha
1,076732

0,68

0,822953

0,68

2,139337

0,68

1,872638

0,68

2,166196

0,68

2,066743

0,68

2,111166

0,68

1,35434

0,68

1,07971

0,68

1,382935

0,68

1,859856

0,68
0,68

2,230074
2,319654

0,68

2,31116

0,68

2,879909

0,68

2,127593

0,68

2,127593

0,68

2,402476

0,68

2,24044

0,68
0,68

2,30425
2,732424

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
117
Sep 02
Okt 01
Okt 02

1,83241
2
1,80388
1
1,28999
1

0,68

2,694724

0,68

2,652766

0,68

1,897046

Sumber: Data Hitungan 2012

Jadi NFR = 0,732178 lt/ det/ ha


IR

= 1,076732 lt/ det/ ha

Maka debit di bangunan sadap = 1,076732 * 28 ha = 30,148496 lt/ det

Tabel 4.60 Total Kebutuhan Air Irigasi (Outflow) Bangunan Sadap BCT IV.
Irigasi Citameng
Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02
Mei 01
Mei 02
Juni 01

IR
l/ dt/ ha
1,07673
2
0,82295
3
2,13933
7
1,87263
8
2,16619
6
2,06674
3
2,11116
6
1,35434
1,07971
1,38293
5
1,85985
6
2,23007
4
2,31965
4
2,31116
2,87990

Luas Daerah
Bangunan Bagi
BCT IV Citameng
(ha)
28

Debit keluar
Bendung Citameng
l/ dt
30,1485

28

23,04268

28

59,90144

28

52,43386

28

60,65349

28

57,8688

28

59,11265

28
28
28

37,92152
30,23188
38,72218

28

52,07597

28

62,44207

28

64,95031

28
28

64,71248
80,63745

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
118

Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02

9
2,12759
3
2,12759
3
2,40247
6
2,24044
2,30425
2,73242
4
2,69472
4
2,65276
6
1,89704
6

28

59,5726

28

59,5726

28

67,26933

28
28
28

62,73232
64,519
76,50787

28

75,45227

28

74,27745

28

53,11729

Sumber: Data Hitungan 2012

4.5. Analisis Faktor K


Dari hasil analisis rencana tanam dan realisasi tanam maka didapat perbandingan
antara jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air tiap periode setengah bulanan.
Faktor K =
Dari hasil analisis Q yang dibutuhkan dan Q yang tersedia maka dapat di
bandingkan antara jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air (faktor K) , dan
untuk tiap periode setengah bulanan dapat dilihat pada tabel 4.61

Tabel 4.61 Perbandingan Q untuk mengairi sawah dan Q ada


Bulan
Nov 01
Nov 02
Des 01
Des 02
Jan 01
Jan 02
Feb 01
Feb 02
Mar 01
Mar 02
Apr 01
Apr 02

Q yang ada
830,7924
536,0507
1179,484
1052,848
1076,781
1028,838
1125,879
674,8034
526,5707
674,8034
1083,994
1301,914

Q yang dibutuhkan
di sawah
354,3742
270,8503
704,0985
616,3227
712,9383
680,2063
694,827
445,7403
355,3543
455,1517
612,1158
733,9618

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
119
Mei 01
Mei 02
Juni 01
Juni 02
Juli 01
Juli 02
Ags 01
Ags 02
Sep 01
Sep 02
Okt 01
Okt 02

1320,684
1380,546
1393,559
1019,531
1077,272
1216,456
1134,411
1166,72
1383,519
1364,43
1343,186
898,0142

763,4447
760,6491
947,8356
700,2333
700,2333
790,7031
737,3735
758,3748
899,2952
886,8874
873,0784
624,3556

Sumber: Data Hitungan 2012

1450
1300
1150
1000
500
250
0

Gambar 4.2 Grafik Antara Q Ada Dan Q Butuh Daerah Irigasi Citameng.
4.6. Evaluasi Kebutuhan Air
Evaluasi kebutuhan air di tinjau dari ketersediaan air, besar kebutuhan air di
bangunan bagi BCT IV serta bangunan sadap BCT IV dan pola tanam rencana
dapat dilihat sebagai berikut:
1.

Ketersediaan Air
Ketersediaan air ternyata setelah dihitung dengan yang memenuhi 30% dari

data debit setengah bulanan sungai Citameng didapat debit andalan yang
memenuhi kebutuhan air di bangunan intake pada tabel 4.1
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
120
2.

Kebutuhan air di bangunan bagi BCT IV


Setelah didapat kebutuhan air bersih disawah (NFR) = 0,732178 lt/ det/ ha,

dari analisa dan perhitungan dengan mempergunakan data curah hujan, data
klimatologi serta menghitung pengaruh evaporasi, pergantian lapisan air, dan
kebutuhan air untuk penyiapan lahan, maka besar kebutuhan air di bangunan bagi
BCT IV (IRB) dapat diketahui adalah IRB = 1,076732 lt/ det/ ha sehingga debit di
bangunan bagi BCT IV diketahui sebesar 91,52 lt/ det
3.

Kebutuhan air di bangunan sadap BCT IV


Setelah didapat kebutuhan air bersih disawah (NFR) = 0,732178 lt/ det/ ha,

dari analisa dan perhitungan dengan mempergunakan data curah hujan, data
klimatologi serta menghitung pengaruh evaporasi, pergantian lapisan air, dan
kebutuhan air untuk penyiapan lahan, maka besar kebutuhan air di bangunan
sadap BCT IV (IRB) dapat diketahui adalah IRB = 1,076732 lt/ det/ ha sehingga
debit di bangunan sadap BCT IV diketahui sebesar 30,148496 lt/ det
4.

Pola tanam rencana


Untuk memperoleh hasil produksi konsumsi pertanian yang optimal, maka

perlu dibuat pola tanam yang sesuai kondisi yang ada di lapangan dengan
memperhatikan faktor-faktor yaitu Ketersediaan Air, Jenis Tanaman, Banyaknya
Kebutuhan Air, Tenaga kerja yang tersedia, dan Kondisi Cuaca.
Maka pola tanam rencana yang cocok adalah padi padi padi dapat
dilaksanakan.

Pendahuluan
1

Tugas Akhir
121

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1

Kesimpulan

Setelah melakukan analisa hidrologi dengan menggunakan data curah hujan, data
klimatologi dan menghitung pengaruh epavorasi, perkolasi, pergantian lapisan air
serta kebutuhan air untuk penyiapan lahan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perhitungan data curah hujan rata-rata per setengah bulanan dari dua
stasiun yaitu Stasiun Cibatu dan Stasiun Cinta dengan menggunakan metode
aritmatika selama 15 tahun dan perhitungan intensitas curah hujan
menggunakan metode Mononobe.
2. Debit yang masuk (Inflow) ke Bendung Citameng dihitung dengan Metode
Rasional dan untuk mencari kebutuhan air irigasi dihitung dengan
menggunakan rumus ( IR) = NFR/e dikalikan dengan jumlah total luas daerah
yang diairi dari Bendung Citameng yaitu 484 ha.
3. Kebutuhan air disawah (NFR) adalah 0,732178 lt/ det/ ha, lebih kecil dari
NFR yang ada yaitu 1,07 lt/ det/ ha, sedangkan kebutuhan air di intake adalah
1,126428 lt/ det/ ha.
4. Kebutuhan air di bangunan bagi BCT. IV (IRB) adalah 1,076732 lt/ det/
ha, sehingga debit kebutuhan air di bangunan bagi BCT. IV diketahui sebesar
91,52 lt/ det.
5. Kebutuhan air di bangunan sadap BCT. IV (IRB) adalah 1,076732 lt/ det/
ha, sehingga debit kebutuhan air di bangunan sadap BCT. IV diketahui
sebesar 30,148496 lt/ det.
6. Debit yang ada di intake (Q) adalah 630,17 lt/ det, debit yang ada
dibangunan bagi BCT. IV (Q) adalah 99,63 lt/ det, dan debit yang ada di
bangunan sadap BCT. IV (Q) adalah 46,2 lt/ det.
7. Dengan terpenuhinya kebutuhan air di bangunan bagi BCT. IV pada
musim kemarau, guna penyelenggaraan pertanian, memakai rencana pola
tanam padi-padi-padi dapat dilaksanakan untuk meningkatkan konsumsi
pertanian di daerah tersebut.
Pendahuluan
1

Tugas Akhir
122

8.2

Saran
1. Dengan potensi air yang berlimpah selain untuk pertanian sebaiknya
masyarakat atau Perkumpulan Petani Pemakai Air mengusulkan agar air
tersebut dimanfaatkan untuk keperluan lainnya seperti perikanan melalui
pemerintah.
2. Agar kebutuhan air selalu terpenuhi pada setiap musim tanam, maka
organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air harus aktif dan kreatif
berkoordinasi dengan anggotanya serta meminta bimbingan Dinas Sumber
Daya Air dan Pertambangan dalam teknis pembagian air supaya merata dan
adil.
3. Dinas terkait dalam meningkatkan konsumsi pertanian harus banyak
memberikan penyuluhan dan latihan langsung serta praktek cara-cara
pelaksanaan pertanian yang benar, sehingga pola tanam padi-padi-palawija
dapat dilaksanakan.
4. Kegiatan operasi dan pemeliharaan (O&P) harus dapat diterapkan pada
organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air di tiap daerah irigasi.
5. Bila dalam melaksanakan kegiatan pertanian dimusim kemarau yang
ketersediaan airnya kurang dapat melaksanakan sistem giliran (pembagian air
di bangunan bagi dengan bergiliran)

Pendahuluan
1

You might also like

  • 5
    5
    Document81 pages
    5
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document45 pages
    4
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 2
    2
    Document100 pages
    2
    Sekolah Tinggi Teknologi Garut
    No ratings yet
  • 2
    2
    Document92 pages
    2
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 3
    3
    Document120 pages
    3
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 3
    3
    Document119 pages
    3
    Sekolah Tinggi Teknologi Garut
    No ratings yet
  • File 1
    File 1
    Document92 pages
    File 1
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 3
    3
    Document120 pages
    3
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 5
    5
    Document82 pages
    5
    Sekolah Tinggi Teknologi Garut
    No ratings yet
  • 1
    1
    Document100 pages
    1
    Sekolah Tinggi Teknologi Garut
    No ratings yet
  • 1
    1
    Document100 pages
    1
    Sekolah Tinggi Teknologi Garut
    No ratings yet
  • 2
    2
    Document100 pages
    2
    Sekolah Tinggi Teknologi Garut
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document1 page
    Bab V
    digilibsttg
    No ratings yet
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Document56 pages
    Bab Iv
    digilibsttg
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document181 pages
    Bab Iii
    digilibsttg
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    digilibsttg
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document82 pages
    Bab Ii
    digilibsttg
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document14 pages
    Bab I
    digilibsttg
    No ratings yet
  • A
    A
    Document114 pages
    A
    digilibsttg
    No ratings yet
  • Abstrak
    Abstrak
    Document1 page
    Abstrak
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 2
    2
    Document52 pages
    2
    digilibsttg
    100% (3)
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 3
    3
    Document187 pages
    3
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 21
    21
    Document14 pages
    21
    digilibsttg
    No ratings yet
  • COVER
    COVER
    Document1 page
    COVER
    digilibsttg
    No ratings yet
  • 21
    21
    Document14 pages
    21
    digilibsttg
    No ratings yet
  • Abstrak
    Abstrak
    Document12 pages
    Abstrak
    digilibsttg
    No ratings yet